Anda di halaman 1dari 19

MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BIOMEDIK 2

GANGGUAN SISTEM MUSCULOSLETA

DISUSUN OLEH:

1. Mutiara Tricahyanti 10011381722153

2. Sakinah Hadirama 10011181722031

3. Emilda Thunder Masobi 10011281722086

4. Erfandi Pratama 10011381722149

5. Hanifah Yoesri Mawarni 10011281722076

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN AJARAN 2020/2021


FRAKTUR DAN DISLOKASI

A. Pengertian Fraktur
Patah tulang atau fraktur adalah kondisi yang terjadi ketika tulang patah, retak, atau
pecah. Kondisi ini dapat terjadi saat tulang menerima gaya atau tekanan secara berlebihan
daripada yang dapat diterimanya.
Ada beberapa tipe patah tulang berdasarkan bentuknya, yakni patah tulang melintang,
memanjang, patah di beberapa tempat, atau patah menjadi beberapa bagian. Berbagai kondisi
patah tulang tersebut dapat ditandai dengan rasa nyeri pada area yang mengalaminya ketika
disentuh, membengkak, dan sulit digerakkan.
Patah tulang dapat menimpa berbagai kelompok usia, tetapi individu dengan tulang
rapuh atau kepadatan tulang yang rendah, lebih berisiko mengalaminya. Patah tulang bisa
ditangani dengan pertolongan pertama, tindakan medis seperti pemasangan gips, hingga
pembedahan bagi kasus yang lebih parah.

B. Tanda dan gejala


Adapun tanda dan gejala pada kondisi ini berupa:
1. Nyeri parah, terutama jika area patah tulang disentuh
2. Bergesernya beberapa bagian tubuh, sehingga tidak sesuai dengan anatomi
(deformitas)
3. Pembengkakan, kemerahan, dan memar
4. Mati rasa dan kesemutan
5. Kesulitan untuk menggerakkan anggota tubuh
C. Penyebab
Beberapa penyebab patah tulang, antara lain trauma, penggunaan anggota tubuh
secara berlebihan, maupun kondisi medis tertentu.
1. Trauma
Berupa cedera yang disengaja ataupun tidak, misalnya: Dampak kecelakaan,
seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau luka tembak.
Dampak jatuh di atas permukaan es atau permukaan yang lain tidak aman. Pukulan
atau serangan langsung terhadap tubuh
2. Penggunaan anggota tubuh secara berlebihan
Melakukan gerakan berulang yang menyebabkan otot menjadi lelah dan
menempatkan lebih banyak tekanan atau beban pada tulang, dapat menyebabkan stres
fractures dan lebih umum terjadi pada atlet.
3. Kondisi medis tertentu
Kondisi medis tertentu dapat menyebabkan kerapuhan maupun pengeroposan
tulang, seperti osteoporosis, jenis kanker tertentu, atau osteogenesis imperfecta.
D. Faktor resiko
Fraktur atau patah tulang bisa dialami berbagai kalangan usia. Namun risiko terhadap
penyakit ini akan meningkat, apabila seseorangmemiliki tulang yang rapuh atau kepadatan
tulangnya rendah.
Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang meningkatkan kerapuhan tulang sehingga
membuat penderitanya semakin rentan mengalami patah tulang:
1. Lansia
2. Anak-anak yang sangat aktif secara fisik
3. Menderita osteoporosis
4. Gangguan endokrin atau pencernaan
5. Konsumsi kortikosteroid
6. Tidak rutin berolahraga
7. Konsumsi alkohol
8. Kebiasaan merokok
E. Diagnosis
1. X-ray (foto rontgen tulang)
Pemeriksaan ini merupakan metode diagnosis paling umum digunakan pada patah
tulang, untuk memberikan gambaran tulang secara keseluruhan dan tanda-tanda
kerusakan yang ada. Selain itu, foto rontgen dapat membantu menentukan tipe dan
lokasi dari patah tulang.
2. CT scan atau MRI
Pemeriksaan ini memperlihatkan patahan tulang yang tidak dapat ditunjukkan
oleh X-ray, serta kerusakan pada jaringan lunak di sekitarnya dan organ tubuh lain.
3. Pemindaian tulang
Pemindaian tulang dilakukan untuk membantu dokter menilai kondisi tulang dan
mendeteksi patah tulang, serta abnomalitas lainnya yang tidak terlihat pada foto
rontgen tulang. Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi dini kanker primer dan kanker
yang telah menyebar ke tulang.
F. Cara mengobati
Perawatan dan penanganan patah tulang tergantung pada lokasi dan tipe patah tulang
yang terjadi. Berikut ini perawatan yang bisa dijalani oleh penderita patah tulang,
berdasarkan kronologinya.
1. Pertolongan pertama
Pertolongan pertama yang dapat Anda lakukan untuk membantu seseorang yang
mengalami patah tulang adalah mencoba untuk menjaga posisi tulang tetap stabil
dengan tidak memindahkan pasien, kecuali bila diperlukan agar tidak terjadi cedera
lebih lanjut. Hal ini diperlukan hingga Anda mendapatkan pertolongan tim medis.
Beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan untuk menjaga tulang yang patah tetap
aman dan stabil, yaitu:
a. Menghentikan perdarahan
Jika terjadi perdarahan, berikan tekanan pada daerah luka dengan
menggunakan perban steril, kain yang bersih, atau sepotong kain dari pakaian
bersih.
b. Tidak menggerakkan daerah yang terluka
Jika Anda mencurigai adanya patah tulang pada daerah leher ataupun bagian
punggung, bantu orang tersebut untuk tetap diam sebisa mungkin. Jangan
mencoba untuk menyelaraskan kembali tulang yang patah atau mendorong
kembali tulang yang mencuat keluar.
c. Mengompres menggunakan es
Langkah ini diperlukan untuk mengurangi pembengkakan dan mengurangi
rasa sakit. Jangan menempelkan es langsung ke kulit, tetapi bungkus es dengan
handuk kecil atau kain.
d. Mengatasi syok
Jika orang tersebut merasa akan pingsan atau bernapas pendek dan cepat,
segera baringkan ia dengan posisi kepala sedikit lebih rendah dari batang tubuh.
Apabila memungkinkan, tinggikan posisi kaki. Lalu, selimuti orang tersebut
dengan selimut atau pakaian untuk menjaga suhu tubuh tetap hangat.
2. Tindakan medis
Beberapa tindakan medis yang biasanya dilakukan dokter untuk memperbaiki
posisi tulang yang patah adalah:
a. Pemasangan gips
Dokter dapat menggunakan gips untuk menstabilkan tulang yang patah. Gips
tersebut dapat terbuat dari plester dan fiberglass. Alat ini akan membantu
menstabilkan area yang cedera dan mencegah potongan tulang yang patah untuk
bergerak ketika sedang dalam masa penyembuhan.
b. Traksi ortopedi
Pada kasus yang jarang, dokter mungkin akan menggunakan alat traksi yang
terdiri dari katrol, senar, pemberat, dan rangka logam di atas tempat tidur. Tujuan
dari traksi adalah untuk meregangkan otot dan tendon di sekitar tulang yang patah
agar tulang dapar sejajar dan stabil kembali.
c. Pembedahan
Patah tulang yang kompleks atau compound fractures, mungkin akan
memerlukan pembedahan. Dokter bisa menggunakan metode reduksi terbuka
(open reduction) dan fiksasi internal (internal fixation) atau fiksasi eksternal
(external fixation) untuk menjaga tulang tetap pada tempatnya dan tidak bergerak.
3. Terapi pendukung
Setelah tahap pengobatan awal, dokter akan menyarankan terapi pendukung
untukmembantu tulang agar dapat digunakan dengan normal kembali, yaitu berupa
fisioterapi dan pengaturan pola makan.
a. Fisioterapi
Fisioterapi adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mengembalikan
kemampuan gerak dan fungsi tubuh.
b. Pengaturan pola makan
Untuk penyembuhan patah tulang, pasien disarankan untuk menjalanidiet yang
kaya akan protein, kalsium, kalium, kolagen, zat besi dan berbagai vitamin.
G. Cara mencegah
Langkah utama dalam pencegahan patah tulang adalah dengan menjaga kesehatan
tulang, dengan cara:
1. Mengonsumsi makanan bernutrisi
Untuk menjaga kesehatan tulang, dibutuhkan pasokan kalsium yang cukup.
Contohnya dari makanan seperti susu, keju, yogurt, sayuran berdaun hijau.
2. Mendapatkan asupan vitamin D yang cukup
Selain, makanan sarat kalsium, vitamin D juga dapat menjaga kesehatan tulang.
Vitamin D bisa diperoleh dari makanan seperti telur dan ikan, suplemen maupun sinar
matahari.
3. Berolahraga secara teratur
Pilih olahraga yang dapat melatih tubuh dalam menahan beban seperti berjalan,
hiking, jogging, berlari, menaiki tangga, latihan beban, dan menari. Aktivitas fisik
semacam ini ini sangat membantu untuk membangun dan mempertahankan kekuatan
tulang.

H. Pengertian dislokasi
Dislokasi sendi terjadi ketika tulang terlepas dari sendi. Dislokasi dapat terjadi di
sendi besar, seperti bahu, pinggul, lutut, siku, dan pergelangan kaki, serta di sendi yang lebih
kecil, seperti jari tangan dan kaki. Dislokasi sendi dapat kembali ke fungsi normal jika
ditangani dengan benar.

I. Gejala
Gejala dislokasi sendi, diantaranya:
1. Terlihat cacat atau tidak pada tempatnya
2. Bengkak atau perubahan warna kulit
3. Nyeri
4. Tidak dapat bergerak
5. Terdapat tonjolan
J. Penyebab
Dislokasi sendi dapat terjadi karena jatuh, mengalami pukulan kasar atau terkilir.
Sendi yang terkilir, kemungkinan besar akan terkilir lagi di masa depan.

K. Diagnosis
Selain memeriksa luka, dokter akan melakukan beberapa tes, seperti:
1. X-ray sendi untuk mengonfirmasi dislokasi dan dapat mengidentifikasi tulang
yang patah atau kerusakan lain pada sendi.
2. MRI untuk menilai kerusakan pada struktur jaringan lunak di sekitar sendi yang
dislokasi.
L. Pengobatan
Pengobatan dislokasi sendi bergantung pada lokasi dan tingkat keparahan cedera.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah:
1. Segera meminta bantuan medis
2. Imobilisasi: jaga korban tetap diam
3. Jika kulit rusak oleh patah tulang atau jika Anda mencurigai ada tulang yang patah,
ambil langkah untuk mencegah infeksi dengan: jangan menghirup luka, mencuci, ata
memeriksanya namun segera tutupi dengan kassa/pembalut steril
4. Balut pada posisi di mana luka tersebut berada. Pastikan Anda dapat mengimobilisasi
area di atas dan di bawah sendi yang terluka untuk memeriksa sirkulasi pembuluh
darah
5. Gunakan kompres es untuk meredakan rasa sakit dan bengkak
6. Jangan mencoba untuk memindahkan sendi yang mengalami dilokasi kembali ke
tempatnya karena ini dapat merusak sendi, otot, igamen, pembuluh darah, dan saraf di
sekitarnya.
7. Untuk mencegah terjadinya syok, baringkan korban dengan rata, lalu kaki diangkat
sekitar 12 inci (kecuali cedera terjadi di bagian kaki)
8. Segera mencari bantuan medis
9. Ketika dirawat dengan benar, sebagian sendi yang dislokasi akan kembali ke fungsi
normal dalam beberapa minggu dengan beristirahat dan melakukan rehabilitasi
10. Pembedahan dilakukan jika ligamen lemah dan dislokasi sendi terjadi berulang

M. Cara mencegah
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah dislokasi sendi, antara lain:
Melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari risiko terjatuh, seperti memeriksa mata
secara teratur.
1. Kenakan alat pelindung ketika berolahraga.
2. Seseorang yang telah mengalami dislokasi sendi rentan terhadap dislokasi sendi
berikutnya. Maka dari itu, lakukan latihan kekuatan dan stabilitas seperti yang
direkomendikan dokter dan ahli terapi.
OSTEOARTHRITIS

A. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah peradangan kronis pada sendi akibat kerusakan pada tulang rawan.
Osteoarthritis adalah jenis arthritis (peradangan sendi) yang paling sering terjadi. Kondisi ini
menyebabkan sendi-sendi terasa sakit, kaku, dan bengkak. Penyakit ini bisa menyerang semua
sendi, namun sendi di jari tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung, adalah sendi-sendi
yang paling sering terkena (Khairani, 2013).

B. Penyebab Osteoarthritis
Osteoarthitis disebabkan oleh kerusakan pada tulang rawan dan sendi. Kerusakan ini
berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kondisi ini dimulai saat tulang rawan yang
merupakan bantalan pelindung tulang mengalami kerusakan. Kerusakan ini kemudian
menyebabkan terjadinya gesekan langsung antar tulang (Anwar, 2012). Gesekan ini lama
kelamaan akan merusak dan menyebabkan peradangan pada sendi. Pertambahan usia adalah
salah satu faktor utama terjadinya kondisi ini. Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis, antara lain:
1. Berjenis kelamin wanita, terutama yang sudah menopause
2. Mengalami obesitas
3. Mengalami cedera pada sendi atau pernah menjalani operasi pada tulang dan sendi
4. Melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik yang menyebabkan sendi tertekan secara
terus-menerus, misalnya terlalu sering mengenakan sepatu hak tinggi
5. Memiliki riwayat osteoarthritis di keluarga
6. Menderita penyakit tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan hemokromatosis
7. Mengalami kelainan bawaan atau cacat pada tulang rawan atau sendi

C. Gejala Osteoarthritis
Penderita osteoarthritis akan merasakan rasa sakit atau nyeri sendi dan kaku pada
sendi. Gejala yang ditimbulkan akan berkembang secara perlahan dan menjadi semakin parah
seiring waktu (Jiemesha, 2014). Hal ini akan membuat penderita kesulitan menjalani aktivitas
sehari-hari. Selain rasa sakit dan kaku, beberapa gejala lain yang bisa terjadi adalah:
1. Pembengkakan pada sendi
2. Munculnya suara gesekan pada sendi ketika digerakkan
3. Melemahnya otot dan berkurangnya massa otot
4. Munculnya taji atau tulang tambahan
5. Munculnya benjolan pada sendi yang ada di jari tangan
6. Membengkoknya jari tangan

D. Cara Mencegah
Penyakit Osteoarthritis dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan
melaksanakan pola hidup yang sehat, diantaranya:
1. Rutin berolahraga
Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperkuat otot-otot di sekitar persendian, sehingga membuat persendian stabil.
Olahraga yang bisa dilakukan antara lain berjalan, bersepeda, berenang, yoga,
melakukan peregangan otot secara rutin.
2. Menurunkan berat badan
Penderita osteoarthritis yang memiliki berat badan berlebihan disarankan
untuk menurunkan berat badan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada
sendi dan bisa mengurangi rasa sakit.
3. Cukup tidur
Mengistirahatkan otot-otot Anda dapat mengurangi pembengkakan dan
peradangan. Tidur yang cukup di malam hari juga dapat membantu mengatasi rasa
sakit dengan lebih efektif.

E. Cara Mengobati
Pengobatan osteoarthritis bertujuan untuk meredakan keluhan dan gejala agar
penderitanya bisa tetap beraktivitas secara normal (Yuliastri, 2012). Untuk meredakan rasa
nyeri dan peradangan dokter akan memberikan obat-obatan, seperti:
1. Paracetamol
2. Obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen, naproxen sodium, atau etoricoxib
3. Capsaicin krim
4. Suntikan obat golongan kortikosteroid
Selain dengan memberikan obat-obatan di atas, osteoarthritis juga bisa ditangani
dengan cara berikut:
1. Fisioterapi
Penderita osteoarthritis dapat menjalani fisioterapi untuk memperkuat otot-otot di
sekitar persendian. Cara ini juga bisa meningkatkan fleksibilitas sendi dan otot, serta
mengurangi rasa sakit.
2. Operasi
Meski jarang dilakukan, operasi bisa dilakukan untuk memperbaiki atau
mengganti sendi yang rusak agar penderita bisa lebih mudah bergerak.
3. Terapi panas dan dingin
Penderita osteoarthritis dapat melakukan terapi panas atau dingin untuk
menghilangkan rasa sakit dan kekakuan otot. Oleskan kompres dingin atau panas pada
sendi yang sakit selama 15 hingga 20 menit beberapa kali sehari.
GOUT

A. Pengertian GOUT
Gout diartikan sebagai suatu penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam
tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangan yang menurun,
atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin.

B. Tanda dan Gejala GOUT


Tanda-tanda seseorang menderita gout adalah sebagai berikut :
1. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2. Thopus terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
3. Tanda-tanda lain diantaranya :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan artitis akut.
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.
c. Oligoartitis (jumlah sendi yang meradang kurang dari 4).
d. Kemerahan disekitar sendi yang meradang.
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak.
f. Serangan satu sisi pada sendi metatarsophalangeal pertama.
g. Serangan satu sisi pada sendi tarsal (jari kaki).
h. Tofus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago artikular
(tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.
i. Hiperurisemia (> 7,5 mg/dL).
j. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
Gejala yang sering muncul pada penderita gout adalah :
a. Kesemutan dan linu
b. Nyeri terutama malam hari atau pagi saat bangun tidur
c. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri
luar biasa pada malam dan pagi hari.
C. Penyebab GOUT
Penyakit gout dapat timbul karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu
diet tinggi purin, penyakit ginjal, obesitas, genetik,usia diatas 40 tahun dan wanita yang
menopause. Keadaan-keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya penignkatan produksi
asam urat dan penurunan ekskresi asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat darah.
D. Cara Mencegah GOUT
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah menghindari segala sesuatu yang
dapat menjadi pencetus serangan gout
a. Batasi asupan purin
Makanan yang mengandung purin dapat meningkatkan kadar asam urat darah.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat, maka konsumsi makanan
yang mengandung purin harus dikurangi. Menurut kadar kandungan purin, jenis
makanan bisa dibedakan menjadi 3 kelompok:
a) Kelompok I
Kadar purin tinggi (100-1000 mg purin/100 mg bahan pangan). Bahan
makanan yang tergolong dalam kelompok ini seperti otak, hati, jantung, ginjal,
jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, burung dara, sarden, makarel, remis, kerang,
ikan teri, alkohol, ragi, makanan yang diawetkan.
b) Kelompok II
Kadar purin sedang (50-100 mg purin/100 mg bahan pangan), seperti daging
sapi, ayam, ikan, udang, kacang-kacangan kering dan hasil olahannya seperti tahu,
tempe, asparagus, bayam, kembang kol, kangkung, daun dan buah melinjo,
buncis, kapri dan jamur.
c) Kelompok III
Kadar purin rendah (0-<50 mg purin/100 mg bahan pangan). Golongan
makanan ini seperti nasi, jagung, mie, susu rendah lemak, telur, buah-buahan
(kecuali durian dan alpukat), dan sayuran (kecuali sayuran dalam kelompok II).
b. Kurangi makanan tinggi lemak
Lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi
makanan yang digoreng, bersantan sebaiknya dikurangi. Daging dan jeroan selain
mengandung purin tinggi keduanya juga mengandung lemak tinggi sehingga harus
dikonsumsi dalam jumlah terbatas.
c. Banyak minum air putih setiap hari
Mengkonsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Oleh karena itu disarankan untuk minum air minimal 2,5 liter atau 8-10 gelas
sehari. Cairan juga bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung
banyak air seperti semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan jambu air.
Buah durian dan alpukat sebaiknya dikurangi karena keduanya mengandung lemak
tinggi yang dapat menghambat pengeluaran asam urat sehingga meningkatkan kadar
asam urat dalam darah.
d. Hindari dan kurangi minuman beralkohol dan soft drink
Soft drink seperti minuman cola sebaiknya dikurangi karena dapat memicu
peningkatan asam urat darah. Alkohol akan meningkatkan kadar asam urat darah
karena minuman yang mengandung alkohol akan dimetabolisme menjadi asam laktat.
Asam laktat akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin (Anies, 2006).
e. Pertahankan berat badan ideal
Obesitas akan meningkatkan produksi asam urat. Asupan kalori yang terlalu
sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya produksi senyawa
keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
f. Olahraga teratur
Olahraga yang teratur dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi
serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Selain itu
juga olahraga dapat menghangatkan tubuh dengan memperlancar peredaran darah dan
mencegah pengendapan asam urat pada ujung-ujung tubuh yang dingin karena kurang
pasokan darah. Olahraga yang cukup dapat dilakukan dengan memenuhi prinsip FIT
(Frequency, Intensity, and Time). FIT yang baik adalah frekuensi 3 kali dalam
seminggu (Bequni dan Narila, 2004).
g. Tidur teratur
Saat tidur akan terjadi penguraian asam laktat di dalam tubuh. Jika seseorang
mengalami tidur yang cukup, maka penguraian asam laktat di dalam tubuh akan
sempurna. Jika seseorang mengalami tidur yang kurang, asam laktat belum sempurna
diuraikan sehingga terjadi penumpukan asam laktat di dalam tubuh.

E. Cara Mengobati GOUT


Apabila terjangkit gout, maka pengobatan medis yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Obat anti peradangan nonsteroid,
b. Jika penyakit ini mengenai 1-2 sendi, suatu larutan kristal kortikosteroid bisa
disuntikkan langsung ke dalam sendi,
c. Obat pereda nyeri ditambahkan untuk mengendalikan nyeri, dan
d. Obat-obatan seperti probenesid atau sulfinpirazon berfungsi untuk menurunkan
kadar asam urat dalam darah.
Pengobatan gout harus dilakukan secara dini untuk mencegah terjadinya kerusakan
sendi atau terjadinya komplikasi. Pengobatan pada tahap akut bertujuan untuk menghilangkan
keluhan nyeri sendi dan peradangan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan kadar asam urat sampai pada kadar normal.
RHEUMATOID ARTHRITIS

A. Pengertian Rheumatoid Arthritis


Rheumathoid Arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis autoimun atau
respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang menyebabkan
hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan, kaki dan lutut.
Sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rematik, karena sifatnya
yang seolah- olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang ditimbulkan sangat
menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penyakit Rematik sering kita
dengar di masyarakat, Namun pemahaman yang benar tentang Rematik di keluarga belum
memuaskan. (Darmawan, 2019)

B. Gejala Rheumatoid Arthritis


Ada beberapa keluhan pada sendi yang dirasakan oleh penderita, antara lain:
a. Nyeri sendi
b. Sendi bengkak
c. Sendi kemerahan, terasa hangat atau kaku (terutama pada pagi hari atau setelah
lama tidak digerakkan)
d. Keluhan pada sendi ini biasanya berawal dari sendi di kaki, sehingga dapat
menimbulkan keluhan:
e. Nyeri pada pergelangan kaki saat berjalan di tanjakan.
f. Nyeri pada tumit dan tulang kering saat berjalan di atas tanah yang tidak rata.
g. Perubahan bentuk telapak kaki sehingga sulit memakai sepatu, serta bentuk jari
kuku dan kuku kaki.

C. Faktor risiko Rheumatoid Arthritis


Etiologi atau penyebab RA tidak diketahui. Banyak kasus yang diyakini hasil dari
interaksi antara faktor genetik dan paparan lingkungan.(Elsi, 2018)
a. Usia :
Setiap persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi
terjadinya gesekan antara tulang dan di dalam sendi terdapat cairan yang berfungsi
sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang
berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai
mengental, sehingga tubuh menjadi sakit saat digerakkan dan menigkatkan risiko
Rheumatoid Arthritis.
b. Genetika :
Ada bukti lama bahwa genotipe HLA kelas II tertentu dikaitkan dengan
peningkatan risiko. Banyak perhatian pada DR4 dan DRB1 yang merupakan molekul
utama gen histocompatibility kompleks HLA kelas II. Asosiasi terkuat telah
ditemukan antara RA dan DRB1 yang * 0401 dan DRB1 * 0404 alel. Penyelidikan
lebih baru menunjukkan bahwa dari lebih dari 30 gen dipelajari, gen kandidat terkuat
adalah PTPN22, gen yang telah dikaitkan dengan beberapa kondisi autoimun.
c. Jenis kelamin :
Insiden RA biasanya dua sampai tiga kali lebih tinggi pada wanita daripada pria.
Timbulnya RA, baik pada wanita dan pria tertinggi terjadi di antara pada usia enam
puluhan. Mengenai sejarah kelahiran hidup, kebanyakan penelitian telah menemukan
bahwa wanita yang tidak pernah mengalami kelahiran hidup memiliki sedikit
peningkatan risiko untuk RA. Kemudian berdasarkan populasi Terbaru studi telah
menemukan bahwa RA kurang umum di kalangan wanita yang menyusui. Salah satu
sebab yang meningkatkan risiko Rheumatoid Arthritis pada wanita adalah menstruasi.
Setidaknya dua studi telah mengamati bahwa wanita dengan menstruasi yang tidak
teratur atau riwayat menstruasi dipotong (misalnya, menopause dini) memiliki
peningkatan risiko RA.
d. Gaya Hidup :
Diantara faktor-faktor risiko, bukti terkuat dan paling konsisten adalah untuk
hubungan antara merokok dan RA. Sebuah riwayat merokok dikaitkan dengan
sederhana sampai sedang (1,3-2,4 kali) peningkatan risiko RA. Hubungan antara
merokok dan RA terkuat di antara orang-orang yang ACPA positif (protein anti-
citrullinated / peptida antibodi), penanda aktivitas auto-imun. Tidak Konsumsi Susu,
Penderita AR memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami osteoporosis, untuk
itu penting untuk menkonsumsi kalsium. Sumber kalsium seperti susu, keju, yogurt
dan produk susu lainnya. Sebaiknya dipilih jenis susu yang memiliki kandungan
lemak yang lebih rendah seperti skimmed milk atau semi skimmed milk. Aktivitas
Fisik, Cedera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau akibat
aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa menyebabkan rheumatoid arthritis.
e. Riwayat Reproduksi dan Menyusui Hormon
Berhubungan dengan reproduksi telah dipelajari secara ekstensif sebagai faktor
risiko potensial untuk RA, diantaranya yaitu kontrasepsi oral (OC), Terapi
Penggantian Hormon (HRT), Menyusui, riwayat menstruasi.
D. Penyebab Rheumatoid Arthritis
Penyebab terjadinya arthritis rheumatoid adalah (Wibowo and Zen, 2018):
a. Kompleks imun (auto imun)
b. Pengaruh hormonal
c. Perkembangan virus seperti Epstein- Barr
d. Kaitan dengan pertanda genetik seperti HLA-DW4 dan HLA-DR5
Peradangan sendi pada penyakit rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan
tubuh sendiri menyerang jaringan yang membentuk sendi, yaitu lapisan penghasil minyak
sendi, jaringan penghubung antar tulang (ligamen), jaringan penghubung tulang dengan sendi
(tendon), dan tulang rawan. Penyakit ini dapat membuat sendi kehilangan bentuk dan
akhirnya hancur.
Kondisi di mana sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh justru
berbalik menyerang tubuh sendiri dinamakan autoimun. Penyebab timbulnya penyakit
autoimun sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga terkait dengan faktor genetik.
Ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya rheumatoid arthritis,
yaitu:
a. Merokok.
b. Terpapar bahan kimia, seperti asbes atau silika.
c. Mengalami infeksi bakteri atau virus, serta cedera, misalnya patah tulang
atau dislokasi sendi.

E. Pengobatan Rheumatoid Arthritis


Pengobatan secara herbal saat ini sedang dilakukan untuk menjadi alternatif dalam
penanganan RA seperti thyme, chamomile, borage, lavender, jahe, dan kayu manis. Thyme
dapat menurunkan produksi dan ekspresi gen mediator pro-inflamasi, termasuk Tumor
Necrosis Factor-α (TNF- α), interleukin- (IL) 1B, dan IL-6, dan meningkatkan penanda pada
sitokin IL-10 antiinflamasi. Chamomile juga digunakan untuk pengobatan penyakit inflamasi.
Borage yang memiliki asam linoleat gamma, yang menekan TNF-α. Ini meningkatkan tingkat
prostaglandin-E yang mengarah pada augmentasi adenosin monofosfat siklik.

F. Diagnosis Rheumatoid Arthritis


Untuk mendeteksi rheumatoid arthritis, dokter akan menanyakan seputar keluhan
yang dirasakan dan penyakit yang pernah dialami, serta melakukan pemeriksaan fisik pada
penderita. Pemeriksaan tersebut terutama untuk melihat tanda peradangan dan perubahan
bentuk sendi.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang meliputi:
a. Tes darah
Tes ini dilakukan untuk melihat adanya peradangan dalam tubuh, misalnya
dengan tes laju endah darah atau CRP, dan munculnya antibodi akibat kelainan sistem
kekebalan tubuh.
b. Tes pemindaian
Tes ini dilakukan untuk melihat kondisi sendi, guna menilai keparahan dari
peradangan atau kerusakan pada Pemindaian dapat dilakukan dengan foto
Rontgen, CT scan atau MRI.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2012. Efek Penambahan Roll-Slide Fleksi Ekstensi Terhadap Penurunan Nyeri Pada
Osteoartritis Sendi Lutut. Volume 12 Nomor 1, April 2012 : Hal. 28
Darmawan, D. (2019) ‘Tingkat Pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid
Artritis Pada Lansia’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp.
1689–1699.
Damayanti, Deni. Panduan Lengkap Mencegah & Mengobati Asam Urat.Yogyakarta:
Araska. 2012
Elsi, M. (2018) ‘Gambaran faktor dominan pencetus arthritis rheumatoid di wilayah kerja
puskesmas danguang danguang payakumbuh tahun 2018’, menara ilmu, XII(8), pp.
98–106.
Jiemesha I dan Angliadi E. 2014. Pengaruh Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
Dengan Dan Tanpa Terapi Latihan Terhadap Nyeri Dan Kinerja Fisik Pada
Penderita Osteoartritis Lutut. Jurnal Biomedik (JBM). Volume 6. Nomor: 3.
November 2014: hlm. 187-191
Khairani, Yulidar. 2013. Hubungan Umur, Jenis Kelamin, IMT, dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Osteoathritis Lutut. Artikel Ilmiah. Program Studi Pendidikan Dokter:
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Jambi.
Mitchell, Richard N. Dkk. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran.Jakarta:
EGC. 2009
Naga, Sholeh S. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA Press.
2012
Sudoyo, Aru W. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.
2006
Wibowo, D. and Zen, D. N. (2018) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Keluarga
Tentang Perawatan Arthritis Rheumatoid Pada Lansia Di Desa Pamalayan Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis’, Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-
ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan dan Farmasi, 17(2), p. 339. doi:
10.36465/jkbth.v17i2.261.
Yuliastari Aminurul. 2012. Pengaruh Kompres Panas dengan Kompres Dingin Terhadap
Pengurangan Nyeri pada Osteoarthritis Sendi Lutut. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universiats Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai