Anda di halaman 1dari 93

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri pertambangan merupakan salah satu kegiatan pengambilan bahan tambang
dari suatu lokasi permukaan bumi atau dibawah permukaan bumi, yang
diperuntukan untuk industri, energi ataupun untuk bahan bangunan. Kegiatan ini
termasuk penggalian, pengeboran, penggilingan dan pemerosesan bahan tambang.
Perencanaan tambang sangatlah penting dalam sebuah industri pertambangan yang
dimaksudkan untuk megetahui tingkat kelayakan suatu bahan tambang agar dapat
mengetahui studi lebih lanjut terhadap faktor-faktor seperti menentukan teknis,
ekonomis, lingkungan, serta perencanaan pascatambang.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam
andesit yang sangat melimpah, penambangan andesit biasanya dilakukan karena
andesit adalah batuan beku memiliki kekersan tinggi dan struktur yang cocok untuk
konstruksi, seperti pembangunan jalan, bangunan, atau proyek infrastruktur lainnya.
Selain itu ketersediaan andesit di lokasi-lokasi tertentu membuatnya menjadi
pilihan yang ekonomis dan praktis untuk diproses dan digunakan.

Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak sumber daya alam
salah satuya yaitu adalah PT. ANDESIT BERKAH yang dimana memiliki potensi
sumber daya yang sangat melimpah dan berada di Kabupaten Pandeglang. Potensi
bahan galian yang melimpah yaitu batuan andesit, tepatnya berada di Kecamatan
Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Andesit merupakan batuan beku
ataupun batuan igneus yang jenis batuan terbentuk dari magma yang mendingin lalu
mengeras tanpa proses kristalisasi yang berada dibawah permukaan sebagai batuan
intrusive ataupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif.

Batuan andesit juga merupakan salah satu batuan yang banyak digunakan di dalam
infrastruktur pembangunan dikarenakan memiliki struktur yang kuat dan daya serap
air yang sedikit. Dengan banyaknya pembangunan infrastruktur dan juga
permintaan terhadap batuan andesit sehingga pertambangan andesit banyak
dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, dikarenakan hal ini dapat juga
memberikan dampak positif terhadap masyarakat lokal dan memberikan dampak
baik terhadap pemerintah daerah.

PT. ANDESIT BERKAH merupakan salah satu pertambangan yang dikhususkan


menambang bahan galian andesit dan menggunakan metode pertambangan quarry.
Dalam mengelola sebuah bahan galian agar dapat memperoleh hasil yang baik dan
optimal, perusahaan pertambangan menerapkan sistem pengelolaan yang berbeda
dengan yang lainnya sesuai dengan bahan galian yang ada untuk memenuhi
kebutuhan perusahaan, dengan menerapkan sistem pengelolaan yang disesuaikan
dengan bahan galian andesit PT. ANDESIT BERKAH berupaya memaksimalkan
hasil penambangan, meminimalkan dampak lingkungan dan memenuhi kebutuhan
perusahaan secara efektif dan efisien.

Berikut merupakan uraian mengenai identitas pemohon:


1. Nama Perusahaan : PT. Andesit Berkah
2. Direktur : Almariansi
3. Alamat : Jalan Daan Mogot Km 10 Nomor 35a Rt/Rw
003/003 Kelurahan Kedaung Kali Angke
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat
4. Nomor Perizinan IUP : 12652/10/IUP/PNDLG/2021
5. Tanggal Berlaku Perizinan : 15 Desember 2021
6. Tanggal Berakhir Perizinan : 25 Mei 2027
7. Komoditas : Andesit
8. Lokasi Penambangan : a. Kabupaten Pandeglang
b. Provinsi Banten
9. Luas Wilayah : 129.04 Ha
Sumber: Data PT. Andesit Berkah, 2023
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dilakukan dalam perencanaan tambang yaitu sebagai
berikut :

1. Memaksimalkan penambangan batu andesit dengan metode yang tepat untuk


mendapatkan hasil terbaik dari sumber daya yang tersedia.
2. Melakukan studi menyeluruh dan eksplorasi geologis untuk memahami
kualitas, distribusi, dan karakteristik deposit andesit yang akan di eksplorasi.
3. Memastikan bahwa operasi pertambangan andesit mematuhi peraturan dan
regulasi yang berlaku untuk industri pertambangan.
4. Meningkatkan manfaat bagi Masyarakat local serta meningkatkan kontribusi
ekonomi dan pengembangan infastruktur sosial.

1.3 Ruang Lingkup dan Metoda Studi


Dalam kegiatan penyususnan laporan ini digunakan metode penyelidikan langsung
dan metode penyelidikan tidak langsung. Metode penyelidikan langsung merujuk
pada penyelidikan yang dilakukan langsung di lapangan, sebagai contoh
pengamatan, ketebalan baruan, vegetasi, dll. Sedangkan penyelidikan tidak
langsung merujuk pada studi literatur terdahulu. Berikut adalah tahapan kegiatan
eksplorasi yang dilakukan :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data
Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen
tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat
mendukung dalam proses penulisan.
2. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelidikan ini yaitu sebagai berikut:
a. Peta RBI skala 1:5000
b. Kabupaten Pandeglang Dalam Angka Tahun 2018 sampai Tahun 2022
Peta Geologi Regional Lembar Salatiga, Jawa (skala 1:100.000)
c. GPS
d. Kompas
e. Alat tulis
f. Laptop
3. Survey Pendahuluan
Pada tahap survey pendahuluan dilakukan dengan cara membuat dan/atau
mengumpulkan peta-peta dasar, seperti: peta geologi regional, peta geologi
lokal, peta topografi, dan peta kesampaian daerah. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan/atau mengamati secara umum kondisi lapangan dan
gambaran mengenai kondisi geologi, litologi, serta bentuk morfologi sebelum
kegiatan lapangan dilakukan.
4. Pemetaan
Pemetaan terdiri dari pemetaan geologi dan pemetaan topografi. Pemetaan
geologi dilakukan untuk mengamati dan mengetahui indikasi fenomena
geologi baik secara lateral maupun vertical, dimana obyek penelitian meliputi
geomorfologi, stratigrafi dan indikasi lain yang berhubungan dengan sebaran
bahan galian. Berbeda dengan pemetaan geologi, pemetaan topografi
dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa peta dasar (peta
topografi/rupa bumi) yang memberikan gambaran relief berdasarkan garis
kontur yang menunjukkan garis tinggi suatu relief pada ketinggian yang
sama. Berbeda dengan pemetaan geologi, pemetaan topografi tidak
melibatkan pengamatan langsung di lapangan, melainkan menggunakan data
sekunder seperti peta topografi, foto udara, dan citra satelit.
5. Analisa Data
Analisa data sangat penting untuk mengevaluasi data yang diperoleh dari data
sekunder dengan berpegang pada kriteria yang telah ditentukan. Beberapa
jenis data yang diperlukan dalam perencanaan tambang antara lain data
geologi, data topografi, data produksi, data lingkungan, dan data operasional.
Dalam bab ini, akan dijelaskan teknik penambangan data atau data mining
yang dapat digunakan untuk menganalisis data tersebut. Dengan pengetahuan
yang diperoleh dari analisis data, perusahaan dapat memecahkan masalah,
menganalisis dampak masa depan dari keputusan bisnis, serta meningkatkan
margin keuntungan mereka. Oleh karena itu, analisa data sangat penting
untuk membantu perusahaan dalam mengambil keputusan yang tepat dan
akurat.
6. Perhitungan Estimasi Sumberdaya
Estimasi sumber daya adalah perkiraan kuantitas dan kualitas endapan
mineral bijih yang dapat dimanfaatkan. Perkiraan ini dilakukan untuk
menentukan endapan tersebut layak untuk ditambang. Estimasi jumlah
sumber daya dapat dihitung dengan memperkirakan ketebalan endapan, luas
area, dan kandungan mineral bijih. Estimasi jumlah cadangan adalah
perkiraan kuantitas dan kualitas endapan mineral bijih yang dapat ditambang
secara ekonomis.
7. Perhitungan Estimasi Cadangan
Penaksiran cadangan adalah proses untuk menentukan jumlah dan kualitas
endapan mineral bijih yang dapat ditambang secara ekonomis. Proses ini
dilakukan sebelum tahap persiapan penambangan dan mempertimbangkan
aspek lingkungan, sosial, dan teknis pertambangan.
8. Persiapan Metode dan Desain
Perencanaan tambang dilakukan setelah diperoleh cadangan bahan galian
yang layak untuk ditambang, dengan tingkat cadangan terukur. Perencanaan
ini mencakup persiapan fasilitas penambangan, seperti akses jalan tambang,
perkantoran, mes karyawan, fasilitas komunikasi dan pembangkit listrik, serta
fasilitas pengolahan bahan galian. PT. Andesit Berkah menggunakan metode
tambang terbuka karena sumber daya yang berada di wilayah IUP Operasi
Produksinya dekat dengan permukaan tanah.
9. Perhitungan Umur dan Produksi
Kapasitas produksi adalah jumlah bahan galian yang dapat ditambang dalam
satu periode waktu tertentu. Umur tambang dapat dihitung dengan membagi
jumlah cadangan yang akan diambil dengan kapasitas produksi.
10. Analisa Kelayakan
Kelayakan suatu tambang dapat diuji dengan studi kelayakan pertambangan.
Studi ini dilakukan untuk menilai aspek teknis, ekonomi, lingkungan, dan
sosial dari suatu tambang. Apabila tambang tidak memenuhi aspek-aspek
tersebut, maka tambang dinyatakan tidak layak dan diarsipkan.
1.4 Pelaksana Studi
Pelaksana studi dalam kegiatan penambangan terdiri dari penanggungjawab dan
beberapa tim konsultan studi kelayakan dan perencanaan penambangan.

1.4.1 Profil Perusahaan


Tabel 1.1 Profil Perusahaan
1. Nama Perusahaan : PT. Andesit Berkah
2. Direktur : Almariansi
3. Alamat : Jalan Daan Mogot Km 10 Nomor 35a Rt/Rw
003/003 Kelurahan Kedaung Kali Angke
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat
4. Nomor Perizinan IUP : 12652/10/IUP/PNDLG/2021
5. Tanggal Berlaku Perizinan : 15 Desember 2021
6. Tanggal Berakhir Perizinan : 25 Mei 2027
7. Komoditas : Andesit
8. Lokasi Penambangan : a. Kabupaten Pandeglang
b. Provinsi Banten
9. Luas Wilayah : 129.04 Ha
Sumber: Data PT. Andesit Berkah, 2023

1.4.2 Tim Pelaksana Perencanaan Tambang


Dalam kegiatan perencanaan penambangan ini dibantu oleh beberapa tim teknisi
dari PT. Winner Prima Sakti. Adapun tim dari anggota kegiatan perencanaan
tambang sebagai berikut:
1. Almariansi
2. Hasbin Masba’it
3. Defri Apriliyanto
4. Daniel Febriyandi
5. Faiz Hafizhuddin Arif N.
6. Hafid Alifarda

1.5 Jadwal dan Waktu Studi


Waktu pelaksanaan studi dilakukakan selama 5 bulan, terhitung sejak tanggal 26
September 2023 s.d 31 Januari 2024. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain
yaitu, penyelidikan umum, ekplorasi, penyusunan dan penyelesaian dokumen studi
kelayakan. Adapun perincian jadwal waktu studi dalam tiap tahapan kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Studi

No Waktu Studi Uraian Tahun 2023 Tahun 2024


Pekerja Oktober November Desember Januari
Minggu-ke
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyelidikan Umum Persiapan dan
Mobilisasi Alat
2 Pengujian
Laboratorium
3 Eksplorasi Pemetaan
Geologi
4 Pemetaan
Topografi
5 Pemboran
6 Sampling
7 Perhitungan
Sumberdaya
dan Cadangan
8 Penyusunan dan Analisa Data
Penyesuaian
Dokumen Studi
Kelayakan
9 Pembuatan
Laporan
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
1.5.1 Penyelidikan Umum
Dalam penyelidikan umum, waktu yang dibutuhkan selama 3 minggu. Dimulai dari
tanggal 9 Oktober 2023 hingga 31 Oktober 2023. Apabila semua data yang
dibutuhkan sudah terkumpul, dilanjutkan dengan pengujian di laboratorium pada
tanggal 1 November 2023 dan hasil pengujian laboratorium keluar pada tanggal 12
November 2023.

1.5.2 Eksplorasi
Setelah melakukan penyelidikan umum, dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi,
untuk mengetahui singkapan batuan andesit yang lebih mendalam. Kegiatan
eksplorasi di lakukan selama 1 bulan 3 minggu. Kegiatan eksplorasi terdiri dari
pemetaan geologi, pemetaan topografi, pemboran, dan sampling batuan, serta
perhitungan sumberdaya dan cadangan yang dilakukan selama 1 bulan, dimulai dari
tanggal 19 November 2023 s.d 18 Desember 2023. Sedang pengolahan data
ekplorasi dilakukan 3 minggu. Dari tanggal 19 Desember s.d 10 Januari 2024.

1.5.3 Penyusunan Dokumen Studi Kelayakan


Kegiatan terakhir adalah penyusunan dan penyelesaian dokumen studi kelayakan.
Penyelesaian dokumen dilakukan selama 2 minggu, untuk memastikan kembali
data hasil eksplorasi benar-benar sesuai dan layak atau tidak dilakukan
penambangan. Kegiatan dilakukan pada tanggal 11 Januari 2024 sampai minggu
kedua di bulan Januari.

1.6 Keadaan Umum


1.6.1 Lokasi dan Wilayahh IUP yang dimohon
Lokasi izin usaha pertambangan (IUP) secara administrative berada dalam wilayah
Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
dengan total wilayah 12.2 km2/sq.km setara dengan 1220 Ha. Secara geografis
batas-batas lokasi IUP di tujukan dalam tabel 1.3. Berikut Batas Administrative
Kecamatan Cigeulis adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Desa Cigeulis


2. Sebelah Selatan : Desa Karangbolong
3. Sebelah Barat : Desa Banyuasih
4. Sebelah Timur : Desa Katumbiri

Tabel 1.3 Koordinate IUP PT. Andesit Berkah

LATITUDE (S) LONGITUDE (E)


NO
D(°) M(') S(") D(°) M(') S(")
1 -6 60 65,48 105 69 81,91
2 -6 60 65,48 105 69 92,48
3 -6 60 66,92 105 69 92,48
4 -6 60 66,92 105 69 93,6
5 -6 60 68,06 105 69 93,6
6 -6 60 68,06 105 69 94,7
7 -6 60 69,42 105 69 94,7
8 -6 60 69,39 105 69 96,12
9 -6 60 68,04 105 69 96,1
10 -6 60 68,04 105 69 99,45
11 -6 60 66,92 105 69 99,42
12 -6 60 66,92 105 70 02,21
13 -6 60 66,65 105 70 02,21
14 -6 60 66,65 105 70 05,24
15 -6 60 65,26 105 70 05,27
16 -6 60 65,26 105 70 06,1
17 -6 60 63,59 105 70 06,08
18 -6 60 63,59 105 70 04,98
19 -6 60 59,16 105 70 04,98
20 -6 60 59,16 105 70 03,34
21 -6 60 55,27 105 70 03,31
22 -6 60 55,27 105 70 02,78
23 -6 60 48,88 105 70 02,75
24 -6 60 48,85 105 70 06,37
25 -6 60 45,63 105 70 06,37
26 -6 60 45,63 105 70 13,32
27 -6 60 42,86 105 70 13,32
28 -6 60 42,83 105 70 78,77
29 -6 60 39,18 105 70 78,75
30 -6 60 39,18 105 71 12,44
LATITUDE (S) LONGITUDE (E)
NO
D(°) M(') S(") D(°) M(') S(")
31 -6 61 03,63 105 71 12,43
32 -6 61 03,63 105 71 05,37
33 -6 61 12,1 105 71 05,37
34 -6 61 12,07 105 70 89,95
35 -6 61 33,47 105 70 89,95
36 -6 61 33,49 105 70 82,22
37 -6 61 41,46 105 70 82,22
38 -6 61 41,46 105 70 88,55
39 -6 61 67,04 105 70 88,55
40 -6 61 67,04 105 70 57,79
41 -6 61 38,1 105 70 57,79
42 -6 61 38,1 105 70 44,33
43 -6 61 31,49 105 70 44,33
44 -6 61 31,49 105 70 31,64
45 -6 61 22,2 105 70 31,64
46 -6 61 22,2 105 70 15,33
47 -6 61 16,15 105 70 15,33
48 -6 61 16,12 105 69 98,89
49 -6 60 85,43 105 69 98,89
50 -6 60 85,4 105 69 81,89
Sumber : Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 1.1 Peta Usulan IUP OP
1.6.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan
Daerah penyelidikan yang terdapat di Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dapat dicapai melalui jalur darat dari
kantor Bupati Kabupaten Pandeglang sendiri dengan menggunakan kendaran roda
dua ataupun kendaraan roda empat. Adapun peta kesampaian wilayah dari kantor
Bupati Kabupaten Pandeglang ke lokasi penambangan dilihat pada tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.4 Kesampaian Daerah Menuju Lokasi Penyelidikan


Rute Jarak Waktu Transpotasi
Dari kantor Bupati Kabupaten Boyolali 75 Km 2 jam 15 Mobil
melewati Jl. Kesehatan – Jl. Masjid menit
Agung – Jl. Pendidikan – Jl. Abdur (135 Menit)
Rahim – Jl. Raya Labuan (Pandeglang)
– Jl. Nasional III – sampai di lokasi
Penambangan
Dari kantor Bupati Kabupaten Boyolali 75 Km 1 Jam 50 Motor
melewati Jl. Kesehatan – Jl. Masjid menit
Agung – Jl. Pendidikan – Jl. Abdur (110 Menit)
Rahim – Jl. Raya Labuan (Pandeglang)
– Jl. Nasional III – sampai di lokasi
Penambangan
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 1.2 Peta Citra Satelit
Bentuk topografi daerah bagian tengah dan selatan Kabupaten Pandeglang
umumnya merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunung yang relatif
rendah, yaitu antar 320 m s.d 480 m, dimana jalur yang di lewati jalan-jalan yang
tidak cukup terjal dan dapat dikatakan cukup landai dan pengaruh untuk menuju
lokasi penambangan tidak cukup sulit. Peta kesampaian daerah dari Kantor Bupati
Kabupaten Pendeglang menuju lokasi penambangan yang berada di Desa
Karyabuana, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten bisa
dilihat pada gambar 1.3
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 1.3 Peta Kesampaian Daerah
1.6.3 Keadaan Lingkungan Setempat
Bentuk topografi daerah bagian tengah dan selatan Kabupaten Pandeglang
umumnya merupakan dataran dengan ketinggian gunung-gunung yang relatif
rendah, yaitu antar 320 m s.d 480 m. Luas wilayah ini meliputi sekitar 85,07 persen
dari luas Pandeglang. Sementara daerah utara yang meliputi sekitar 14,93 persen
dari luas Kabupaten Pandeglang merupakan daerah dataran tinggi yang terdiri atas
beberapa gunung, yaitu Gunung Karang (1 778 m), Gunung Pulosari (1 346 m) dan
Gunung Aseupan (1 174 m).

1.6.3.1 Iklim dan Curah Hujan


Kabupaten Pandeglang terbagi dalam 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Kabupaten Pandeglang memiliki iklim tropis dengan suhu antara 27 derajat(C)
sampai dengan 34 derajat(C). Curah hujan yang turun mencapai 1.500-2.568 mm per
tahun. Jumlah hari hujan dan curah hujan terbanyak jatuh pada bulan Januari dengan
rata-rata curah hujan adalah 662 mm/bulan. Adapun data curah hujan di Kabupaten
Pandeglang dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut.

Tabel 1.5 Jumlah Curah Hujan Kabupaten Pandeglang Tahun 2013-2021 (mm)

Curah Hujan (mm)


Bulan
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Januari 662 493 324 227 115 115 223 368 198
Februari 232 354 313 356 288 288 250 298 283
Maret 208 229 193 436 212 212 100 287 120
April 181 195 311 505 232 232 56 202 234
Mei 293 341 184 217 300 300 300 185 49
Juni 157 97 229 70 209 209 245 79 127
Juli 359 169 35 191 126 126 126 30 45
Agustus 132 163 47 183 21 21 170 28 31
September 201 58 38 298 172 172 185 56 207
Oktober 108 247 154 298 100 100 115 62 90
November 164 261 240 267 187 187 288 131 209
Desember 409 165 521 376 228 228 503 257 235
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, 2023

1.6.3.2 Sosial Ekonomi


Struktur perekonomian suatu daerah ditentukan oleh besarnya peranan sektor-
sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Semakin besar nilai tambah yang
diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan dalam perekonomian daerah
tersebut. PDRB adalah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu wilayah, atau merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh
unit ekonomi. Dua tahun Pasca Pandemi COVID19 pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Pandeglang mengalami pertunbuhan 3,42 persen pada tahun 2022.
Berdasarkan distribusi persentase PDRB Kabupaten Pandeglang pada tahun 2022
terbesar masih pada kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yaitu sebesar
34,83 persen. Terbesar kedua adalah Perdagangan Besar dan Eceran yaitu 11,57
persen. Sementara itu, share terkecil 0.05 persen adalah kategori Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang . Pada sektor Pertanian Provinsi
Banten, Kabupaten Pandeglang terkenal dengan beberapa komoditas unggulan,
antara lain padi dan kedelai. Sehingga menjadikan Kabupaten Pandeglang sebagai
sentra produksi padi bisa dilihat pada tabel 1.5

Tabel 1.6 Statistik Tanaman Pangan Kabupaten Pandeglang 2021 – 2022

Uraian 2021 2022


Padi
Luas Panen (ha) 85.561,46 96.251,96
Produksi (ton) 434.087,91 546.631,86
Palawija Jagung
Luas Panen (ha) 5.829,70 1.825,50
Produksi (ton) 37.181,83 13.193,54
Kedelai
Luas Panen (ha) 348,30 1.038,00
Produksi (ton) 553,10 1.631,13
Kacang Tanah
Luas Panen (ha) 316,10 279,10
Produksi (ton) 357,00 435,63
Kacang Hijau
Luas Panen (ha) 116,80 40,00
Produksi (ton) 189,00 111,80
Ubi Kayu
Luas Panen (ha) 768,90 783,70
Produksi (ton) 15.186,88 21.943,06
Ubi Jalar
Luas Panen (ha) 503,50 316,20
Produksi (ton) 9.497,52 5.024,37
Sumber : BPS Kabupaten Pendeglang, 2023
1.6.3.3 Demografi
Penduduk tidak saja merupakan sasaran dari pembangunan, namun lebih dari itu
harus dipandang sebagai sumber daya manusia yang merupakan aset nasional untuk
melaksanakan pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai potensi sumber
daya manusia, mengandung arti bahwa penduduk memiliki peranan dalam
pengelolaan sumber daya alam. Jumlah Penduduk di Kabupaten Pandeglang pada
tahun 2022 tercatat 2.307.090 jiwa tersebar pada 35 Kecamatan.

Dilihat keterbandingan antara total penduduk dengan luas wilayahnya, daerah yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Labuan dengan tingkat kepadatan
penduduk 3.625,61 jiwa per km². Sebaliknya Kecamatan Sumur merupakan daerah
yang paling jarang penduduknya, yakni 107.94 jiwa per km². Kecamatan Sumur
adalah kecamatan yang terletak di paling ujung, paling jauh dengan jarak
kecamatan ke Ibukota Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan rasio jenis kelamin,
seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Pandeglang memiliki sex ratio di atas 100
yakni 105,28 yang artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya hampir
sama di setiap kecamatan.

Tabel 1.7 Indikator Kependudukan Kabupaten Pandeglang 2020 – 2022


URAIAN 2020 2021 2022
Jumlah Penduduk 1.272.687 1.2888.314 1.307.090
- Laki – Laki 653.411 661.083 670.356
- Perempuan 619.276 627.231 636.734
Kepadatan 463 469 476
Penduduk
Sex Ratio 105.51 105.40 105.28
Laju Pertumbuhan 0,99 1,23 1,45
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, 2023

Tabel 1.8 Penduduk Kabupaten Pandeglang Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin, Tahun 2022
KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
UMUR
0–4 55.391 53.287 108.678
5–9 58.541 56.714 115.255
10 – 14 60.544 57.465 119.009
15 – 19 60.540 56.249 116.789
20 – 24 62.866 56.157 119.023
25 – 29 57.397 50.512 107.909
30 – 34 52.685 49.105 101.790
KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
UMUR
35 – 39 48.975 48.005 96.980
40 – 44 45.033 43.179 88.212
45 – 49 41.152 40.240 81.392
50 – 54 34.815 34.919 69.734
55 – 59 31.956 31.733 63.689
60 – 64 24.230 22.328 46.558
65 – 69 17.611 16.992 34.603
70 – 74 9.705 9.723 19.428
75+ 8.915 10.126 19.041
JUMLAH 679.356 636.734 1.307.090
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, 2023

1.6.3.4 Flora dan Fauna


Sebagai wilayah yang terletak di ujung barat pulau Jawa, Kabupaten Pandeglang
memiliki wilayah kecamatan yang berjarak 102 km dari ibukota kabupaten, yakni
Kecamatan Sumur. Kecamatan Sumur merupakan kawasan penyangga Taman
Nasional Ujung Kulon dan wilayahnya berbatasan langsung dengan Selat Sunda
dan Samudra Indonesia. Banyak spesies telah berkembang dan punah sejak
kehidupan bermula. Hal ini dapat ketahui melalui catatan fosil. Dimasa geologi
yang lalu spesies yang punah akan digantikan oleh spesies baru yang berkembang
mengisi celah atau ruang yang ditinggalkan. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan
mungkin terjadi karena banyak habitat telah hilang. Di Kabupaten Pandeglang
terdapat jenis fauna yang dilindungi, yang artinya memerlukan upaya konservasi
untuk menjaga kelestarianmya.

Tabel 1.9 Flora dan Fauna yang Dilindungi

No Nama Flora Nama Fauna Area Penyebaran


1 Pohon Kokoleceran Badak Jawa Taman Nasional Ujung
Kulon
2 Cerlang Laut Owa Jawa Taman Nasional Ujung
Kulon
3 Merbau Surili Taman Nasional Ujung
Kulon
4 Anjing Hutan Taman Nasional Ujung
Kulon
Sumber: BPS Kabupaten Pandeglang, 2023

Keberadaan Flora dan fauna di alam bebas dari tahun ketahun cenderung berkurang,
hal ini ada beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya:
1. Luas Hutan, ruang terbuka hijau dan keberadaan pohon atau tanaman besar
yang semakin berkurang karena faktor alam ataupun faktor manusia .
2. Perburuan puspa atau satwa liar di alam bebas yang tidak terkendali, dalam
berburu tidak memperhatikan atau tidak mengenal waktu
3. Pengetahuan masyarakat tentang keaneka ragaman hayati relatif kecil
4. Berkembangnya Industri baik sekala rumah tangga maupun yang besar.

1.6.3.5 Tata Guna Lahan


Lokasi penyelidikan sebelum di lakukan proses penambangan merupakan kawasan
Perkebunan, kawasan Ladang, dan kawasana sawah irigasi. Adapun penggunaan
lahan di Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten yang disertai dengan wilayah izin usaha pertambangan dapat dilihat pada
gambar berikut. Adapun peta tata guna lahan izin usaha pertambangan PT. Andesit
Berkah dapat dilihat pada Gambar 1.4
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 1.4 Peta Kesampaian Daerah
BAB II
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

2.1 Geologi Regional


Banten merupakan provinsi yang berdiri berdasarkan Undang – Undang Nomor 23
Tahun 2000 secara administratif, terbagi atas 4 Kabupaten dan 2 Kota yaitu:
Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon, dengan luas 8.651,20 Km2. Letak
geografis Provinsi Banten pada batas Astronomi 105º1'11² - 106º7'12² BT dan
5º7'50² - 7º1'1² LS, dengan jumlah penduduk hingga tahun 2006 sebesar 9.308.944
Jiwa. Letak di Ujung Barat Pulau Jawa memposisikan Banten sebagai pintu gerbang
Pulau Jawa dan Sumatera dan berbatasan langsung dengan wilayah DKI Jakarta
sebagai Ibu Kota Negara. Posisi geostrategis ini tentunya menyebabkan Banten
sebagai penghubung utama jalur perdagangan Sumatera – Jawa bahkan sebagai
bagian dari sirkulasi perdagangan Asia dan Internasional serta sebagai lokasi
aglomerasi perekonomian dan permukiman yang potensial. Batas wilayah sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Barat dengan Selat Sunda, serta di
bagian Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini
mempunyai sumber daya laut yang potensial.

Menurut Van Bemmelen (1949), secara umum fisiografi Pulau Jawa


dikelompokkan menjadi empat yaitu : Jawa Barat (Barat Cirebon), Jawa Tengah
(antara Cirebon dan Semarang), Jawa Timur (antara Semarang dan Surabaya), tepi
Jawa Timur dan Pulau Madura. Dearah penelitian termasuk dalam zona Jawa Barat.
Fisiografi Jawa Barat terdiri dari 5 bagian besar yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona
Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan pegunungan
Bayah.
Sumber: https://jsbudiman.wordpress.com/2012/09/02/geologi-regional-bandung

Gambar 2.1 Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

1. Zona Dataran Pantai Jakarta


Daerah ini dimulai dari ujung barat pulau Jawa, memanjang ke arah timur
mengikuti pantai utara Jawa Barat ke Kota Cirebon dengan lebar sekitar 40 km.
Daerah ini umunya mempunyai morfologi yang datar, kebanyakan ditutupi oleh
endapan sungai dan sebagian lagi oleh lahar gunungapi muda .

2. Zona bogor
Zona Bogor terletak di sebelah selatan dari dataran pantai Jakarta. Daerah ini
memanjang dari barat sampai timur melalui Kota Bogor, Purwakarta hingga
menerus ke Bumiayu di Jawa Tengah dengan lebar maksimum sekitar 40 km.
Zona Bogor umumnya mempunyai morfologi berbukit-bukit. Perbukitan di sini
umunya memanjang dari barat sampai timur di sekitar Kota Bogor, sedangkan
pada daerah sebelah timur Purwakarta perbukitan ini membelok ke selatan,
membentuk perlengkungan di sekitar Kota Kadipaten. Bemmelen (1949)
menamakan perbukitan ini sebagai anticlinorium yang terdiri dari perlipatan kuat
yang berumur Neogen.

Beberapa intrusi telah membentuk morfologi yang lain pula. Morfologi intrusi di
sini mempunyai relief lebih terjal dibanding dengan tubuh intrusi di Zona
Bandung yang berada di sebelah selatannya. Gunung Sanggabuana di Purwakarta,
Gunung Kromong di Cirebon merupakan contoh bantuan terobosan di daerah ini.
Sungai-sungai utama di daerah ini tidak jarang yang berbentuk aliran antiseden
(Sungai Cimanuk terhadap struktur Baribis) dan sebagian lagi superposisi (Sungai
Ciliwung terhadap struktur batuan yang ada). Kebanyakan aliran utama berarah
dari selatan ke utara. Anak-anak sungai di daerah yang terlipat umumnya bersifat
subsekuen terhadap jurus perlipatan. Di beberapa tempat, khusunya di daerah
Krawang Selatan, sungai mempunyai pola dendritik yang disebabkan dari sifat
batuan yang dilaluinya, yakni Formasi Subang yang tidak berlapis dan monoton.

3. Zona Bandung
Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa zona ini merupakan depresi di antara
gunung-gunung (intermontagne depression). Zona ini melengkung dari Pelabuhan
Ratu mengikuti Lembah Cimandiri menerus kearah timur melalui kota Bandung
dan berakhir di Segara Anakan di muara Sungai Citanduy dengan lebar antara 20-
40 km. Bemmelen (1949) menganggap zona ini merupakan puncak geoantiklin
Jawa Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan.

Daerah rendah ini kemudian terisi oleh endapan gunungapi muda. Dalam zona ini
terdapat beberapa tinggian yang terdiri dari endapan sedimen tua yang menyembul
diantara endapan vulkanik. Salah satu yang penting adalah Gunung Walat di
Sukabumi dan Perbukitan Rajamandala di daerah Padalarang.

4. Pegunungan Bayah
Zona ini terletak di bagian barat daya Jawa Barat. Morfologi yang dapat dijumpai
pada Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan punggungan yang berada
pada zona depresi tengah.

5. Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat


Batas zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dengan zona Bandung di beberapa
tempat sangat mudah dilihat, seperti misalnya di lembah Cimandiri. Di sini batas
tersebut merupakan perbedaan morfologi yang mencolok dari perbukitan
bergelombang pada lembah Cimandiri yang langsung berbatasan dengan dataran
tinggi (plateu) dari pegunungan selatan dengan beda tinggi sekitar 200 m.
Pannekoek menekankan pentingnya dua generasi morfologi, yakni morfologi Pra-
Miosen Akhir dan morfologi Resen. Kedua satuan moroflogi ini dibatasi oleh
ketidakselarasan. Satuan di bawah ini terdiri dari Formasi Jampang dan Saguling
dan yang lebih muda adalah Formasi Beser dan Bentang.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Gambar 2.1 Peta Geologi Regional


2.1.1 Topografi/Batimetri
Provinsi banten letaknya yang berada di ujung pulau jawa, ketinggian provinsi ini
berkisar dari permukaan laut hingga 2.000 m (6.600 kaki). Banten pada dasarnya
merupakan dataran rendah (dibawah 50 m di atas permukaan laut) sedangkan
ketingian kabupaten pandegelang mulai dari permukaan laut berkisar antara 201
hingga 2000 m (1.644 hingga 6.562 kaki). Perbukitan yang landai mempunyai
ketinggian minimal 50 m (160 kaki) di atas permukaan laut.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 2.2 Peta Morfologi Regional
2.1.2 Litologi
D. Sudana dan S. Santosa dalam Peta Geologi Lembar Cikarang, Jawa dalam skala
1:100.000 membagi kedalam beberapa formasi antara lain:

1. Aluvium (Qa)
kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur, dan kerakal batu apung
2. Endapan Undak Pantai (Qc)
formasi ini tersusun atas litologi pasir, kerikil, lempung, rombakan
batu gamping koral atau cangkang molus
3. Batu Gamping Terumbu (Ql)
Batu gamping koral dan bunga karang
4. Batuan Gunungapi Kuarter (Qv)
Formasi ini memiliki umur geologi Holosen - Pleistosen dengan disusun
oleh litologi berupa lava andesit - basalt, tuf dan breksi gunungapi.
5. Formasi Bojong (Qpb)
Formasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan, batulempung
karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan gambut. Formasi ini umumnya
berlapis baik, tebalnya antara 150-200 m, ditindih tak selaras oleh satuan
batuan yang lebih muda. Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada
formasi ini menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22. Lingkungan
pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).
6. Formasi Cipacar (Tpc)
Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf, batulempung tuf,
tuf breksi, dan napal. Satuan ini umumnya berlapis baik dan tebalnya
diperkirakan ±250 m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong dan satuan
batuan yang lebih muda. Fosil-fosil foraminifera dalam formasi ini
menunjukkan umur relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini dijumpai
pula fosil moluska, kerang-kerangan dan ostrakoda. Lingkungan
pengendapannya adalah darat-laut dangkal (Sudana dan Santosa, 1992).
7. Formasi Honje
Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunungapi, tuf, lava, andesit-
basal, dan kayu terkersikkan. Formasi ini diduga berumur Miosen Akhir
berdasarkan sebagian dari satuan batuan ini yang menjemari dengan
Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi Honje diperkirakan berkisar dari
500–600 m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah
Citerureup; setempat diterobos batuan andesit-basalt (Sudana dan Santosa,
1992).
8. Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik terdiri dari litologi berupa perselingan batupasir dan
batulempung bersisipan napal, batugamping, konglomerat, tuf, dan lignit.
Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan umur
Miosen Akhir-Pliosen atau pada zonasi Blow N16–N19. Selain fosil
foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda, ekinoid, dan
kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut dangkal. Tebal
formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan Santosa, 1992).
9. Formasi Cimapag
Formasi ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri dari litologi breksi
aneka bahan, lava andesit, batupasir, batulempung, batugamping,
konglomerat, aglomerat dan tuf; bagian atas terdiri dari tuf dasit, lava
andesit, dan tuf breksi. Umurnya diduga Miosen Awal.
Formasi Cimapag dapat disebandingkan dengan Formasi Cikancana di
Lembar Ujungkulon yang berumur tidak lebih tua dari Miosen (Atmawinata,
1986 dalam Sudana dan Santosa, 1992). Tebal satuan ini diperkirakan 400
m. Formasi ini ditindih tak selaras oleh Formasi Bojongmanik dan setempat
diterobos oleh andesit-basalt (Sudana dan Santosa, 1992).
10. Andesit-Basalt
Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga berumur Pliosen.
Satuan ini menerobos Formasi Cimapag dan Formasi Honje (Sudana dan
Santosa, 1992).
Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Cikarang, Jawa
Gambar 2.3 Korelasi Satuan Peta

2.1.3 Struktur Geologi


Struktur geologi di daerah Jawa bagian barat tidak terlepas dari teori tektonik
lempeng, dimana kepulauan Indonesia merupakan titik pertemuan antara tiga
lempeng yaitu lempeng Eurasia yang relatif lebih diam, lempeng Samudra Pasifik
yang bergerak relatif kearah baratlaut dan lempeng Indo- Australia yang relatif
bergerak ke arah Utara (Hamilton, 1979). Berdasarkan rekonstruksi geodinamika
(Hamilton, 1979), subduksi lempeng Australia ke bawah lempeng Eurasia yang
aktif pada Eosen telah menghasilkan pola penyebaran batuan volkanik Tersier di
Pulau Jawa. Selain terjadi pembentukan gunung api berarah Barat-Timur, terbentuk
juga suatu cekungan tengah busur dan kemudian cekungan belakang busur di Jawa
Barat bagian Utara.

Pulunggono dan Martodjojo (1994) mengatakan bahwa pada dasarnya di Pulau


Jawa ada 3 arah kelurusan struktur dominan :

1. Arah pertama adalah arah Timur laut-Barat daya (NE-SW) yang dinamakan
dengan arah Meratus, diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa Barat, yang
dapat diikuti ke timur laut sampai batas timur Cekungan Zaitin dan
Cekungan Biliton. Pola singkapan batuan Pra-tersier di daerah Luk Ulo
(Jawa Tengah) juga menunjukkan arah Meratus. Pola ini merupakan pola
tertua di Pulau Jawa dan sesar-sesar di pola ini diketahui berumur Kapur-
Paleosen. Di Pulau Jawa sesar-sesar ini diaktifkan kembali pada umur-umur
yang lebih muda. Tatanan tektonik kompresif oleh adanya lempeng samudra
India yang menunjam ke bawah benua (paparan) Sunda menjadi penyebab
sesar-sesar pada pola ini adalah pola sesar mendatar.
2. Pola struktur kedua yang dominan dijabarkan oleh sesar-sesar yang berarah
utara- selatan dan dinamakan Pola Sunda, umumnya terdapat di bagian barat
wilayah Jawa Barat. Di kawasan sebelah timur dari Pola Meratus, arah Utara
- Selatan ini tidak terlihat. Pulunggono dan Martodjojo (1994), mengatakan
bahwa sesar-sesar yang ada pada umumnya berpola regangan dan dari data
seismik di lepas pantai Jawa Barat tepatnya di Cekungan Zaitun
menunjukkan arah Sunda ini mengaktifkan Meratus pada umur Eosen Akhir
- Oligosen Akhir, sehingga disimpulkan Pola Sunda lebih muda dari Pola
Meratus.
3. Arah ketiga adalah arah Barat - Timur yang umumnya dominan di Pulau
Jawa dan disebut Pola Jawa. Di Jawa Barat pola ini diwakili sesar- sesar
naik pada Zona Bogor (Bemmelen, 1949). Pola ini merupakan pola termuda
yang mengaktifkan kembali seluruh pola yang ada sebelumnya dan data
seismik di Pulau Jawa Utara menunjukkan bahwa pola ini masih aktif
sampai sekarang. Disebutkan pula bahwa pola ini diakibatkan oleh tunjaman
baru di Selatan Jawa yang mengaktifkan Pulau Jawa dan mengalami
kompresi.

2.2 Geologi Lokal


Provinsi Banten adalah suatu wilayah yang mempunyai bentang alam yang terdiri
atas dataran, perbukitan sedang, dan perbukitan terjal. Adapun bentang alam pada
dataran tersebut antara Tangerang dan serang, pada perbukitan sedang meliputi
Serang – Pandeglang – Cibaliung, dan pada perbukitan terjal yang tersebar di
bagian Selatan antara lain G. Sanggabuana, G. Halimun, G. Endut dan G.
Nyungcung. Secara regional, lokasi pada IUP berada di wilayah Desa Karyabuana,
Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Daerah penelitian terdiri dari endapan neogen dan terlipat kuat dari terobosan
batuan beku dengan morfologi rendah , dan juga di daerah peelitian terdapat sebuah
formasi yaitu formasi honje, formasi honje terdiri atas lava basaltic dan andesitik ,
komponen berukuran kerikil hingga bongkahan dan juga bentuk menyudut sampai
membundar . Formasi honje merupakan formasi yang tersusun atas breksi gunung
api,tuf, lava andesit basalt yang terdapat di lokasi penambangan. Struktur geologi
yang berkembang disekitar iup hanya mencakup formasi honje yang terdiri dari
lava basaltic dan andesit jika mengarah ke maju kearah utara atau timur laut
terdapat formasi bojongmanik yang terdiri dari perselingan batu pasir dan batu
lempung menyerpih
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Gambar 2.4 Peta Geologi Lokal


2.2.1 Topografi/Batimetri
Secara astronomi Desa Karyabuana terletak di koordinat 105° 69ʹ 81.91ʺ - 105° 69ʹ
98.89ʺ BT dan -6° 60ʹ 65.48ʺ - -6° 60ʹ 85.40ʺ LS. Berdasarkan topografi di Desa
Karyabuana Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang memiliki luas 12.2
km2/sq.km setara dengan 1220 Ha yang terbagi atas 30 rukun tetangga (RT) dan 9
rukun warga (RW) yang berbatasan dengan wilayah lainnya yaitu:

1. Sebelah Utara : Desa Cigeulis


2. Sebelah Selatan : Desa Katumbiri
3. Sebelah Barat : Desa Karangbolong
4. Sebelah Timur : Desa Ciseureuheun

Desa Karyabuana memiliki variasi ketinggian antara 201 – 2000 m dpl yang
bertopografi perbukitan rendah – sedang dengan kemiringan <15% dan beraneka
ragam pada penggunaan lahan yaitu pemukiman, bangunan, sawah, ladang, dan
perkebunan.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Gambar 2.5 Peta Topografi


Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 2.6 Peta Morfologi Lokal
2.2.2 Litologi
Lokasi IUP pada Desa Karyabuana Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang ini
masuk dalam Peta Geologi Lembar Cikarang, Jawa dengan skala 1:100.000 dengan
formasi Honje (Tmb). Pada formasi Honje terdiri dari litologi berupa breksi
gunungapi, tuf, lava, andesit-basal, dan kayu terkersikkan. Formasi ini diduga
berumur Miosen Akhir berdasarkan Sebagian dari satuan batuab ini yang
menjemari dengan Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi Honje diperkirakan
berkisar 500-600 m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah
Citerureup; setempat diteroboskan batuan andesit-basalt (Sundana dan Santosa,
1992).

Formasi Batuan di
lokasi Penyelidikan

Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Cikarang, Jawa

Gambar 2.7 Kolom Stratigrafi Daerah Penyelidikan


Tabel 2.1 Litologi Lokasi WIUP PT. Andesit Berkah

Formasi Litologi Kedalaman pemerian


Top Soil : Pada lapisan ini
banyak sekali bahan bahan
0 – 3 meter organik, humus dan juga
menghasilkan lapisan yang
paling subur.
Basalt : batuan beku
ekstrusif aphanitic yang
terbentuk dari pendinginan
cepat lava dengan
viskositas rendah yang
kaya akan magnesium dan
besi (lava mafik) yang
terpapar pada atau sangat
Pliosen Awal - Miosen Tengah

3 – 6 meter dekat permukaan planet


atau bulan berbatu. Lebih
dari 90% dari semua
batuan vulkanik di Bumi
HONJE

adalah basal. bersifat masif


dan keras, bertekstur
afanitik, terdiri atas
mineral gelas vulkanik,
plagioklas, piroksin.
Andesite : jenis batuan
vulkanik ekstrusif
berkomposisi menengah,
dengan tekstur afanitik
hingga porfiritik.
Strukturnya cukup padat
6 – 39 dan berpori, namun
meter kepadatannya masih di
bawah batu granit. Batu
andesit ini terbentuk
45 assif rongga yang
ditinggalkan oleh
gelembung gas di magma
yang mengeras terisi.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Sumber: Ekplorasi PT. Cibaliung, 2014

Gambar 2.8 Hasil Ekplorasi

2.2.3 Struktur Geologi


Berdasarkan gambar 2.1 analisis struktur geologi yang terdapat di lokasi
penyelidikan IUP merupakan daerah perbukitan rendah – sedang, hal ini juga di
dukung melalui 46assif4646bar geologi 46assi, terdapat kenampakan ciri struktur
geologi dilokasi IUP. Pada sekitar iup terdapat 1 antiklin yang melewati IUP dan 1
antiklin yang ada pada daerah IUP, selain antiklin juga terdapat sesar yang
berhimpitan dengan IUP.
BAB III
ETSIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN

3.1 Estimasi Sumber Daya


Dalam pertambangan terdapat berbagai macam klasifikasi sumber daya dan
cadangan. Pembagian ini dibagi berdasarkan tingkat keyakinan terhadap suatu
komoditas tambang yang dipengaruhi oleh keterdapatan data. Klasifikasi ini
mempengaruhi perencanaan dan kegiatan pertambangan. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Nomor 4726 Tahun 2019 tentang Pedoman Pelaporan
Hasil Eksplorasi, Sumber Daya, dan Cadangan Mineral (SNI 4726:2019), sumber
daya mineral adalah bagian dari cebakan mineral pada kerak bumi, dengan dimensi,
kualitas, dan kuantitas tertentu pada suatu konsentrasi atau keterjadian dari mineral
yang memiliki nilai ekonomi dan keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya
dapat diekstraksi secara ekonomis. Terdapat 3 klasifikasi sumber daya, yaitu:

1. Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource), yaitu bagian dari
sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas, bentuk,
dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya hanya dapat diperkirakan
dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik pengamatan yang mungkin
didukung oleh data pendukung dan keyakinan geologi rendah tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan cebakan mineral dan kadarnya
2. Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource), yaitu bagian
dari sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas,
bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang beralasan, didasarkan pada
informasi yang didapatkan dari titik pengamatan yang mungkin didukung
oleh data pendukung dan keyakinan geologi medium. Titik pengamatan
yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan cebakan mineral,
tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya
3. Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resource), yaitu bagian
dari sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas,
bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi
yang didapat dari titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data
pendukung dan keyakinan geologi tinggi. Titik pengamatan jaraknya cukup
berdekatan untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi
yang didapat dari titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data
pendukung dan keyakinan geologi tinggi. Titik pengamatan jaraknya cukup
berdekatan untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya.

Sumber : Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Mineral (SNI 4726:2019)

Gambar 3.1 Hubungan antara target eksplorasi, sumber daya, dan cadangan

3.1.1 Metoda
Secara umum, permodelan dan perhitungan sumberdaya endapan bahan galian ini
memerlukan data-data dasar sebagai berikut (Haris, 2005: 31-32):
1. Peta Topografi
2. Data penyebaran singkapan batuan
3. Data dan sebaran titik sampel
4. Densitas bahan galian
5. Peta geologi 49assi (meliputi litologi, stratigrafi, dan struktur geologi)
6. Peta situasi dan data-data yang memuat 49assif49-batasan alamiah seperti
aliran 49assif, jalan, perkampungan, dan lain-lain.
7. Luas IUP OP sebesar 12,91 Ha.

Dengan memperhatikan hal-hal diatas, maka metode yang digunakan dalam


perhitungan sumberdaya di lokasi penyelidikan pada PT. Andesit Berkah yaitu
Metode Cross Section. Metode Cross Section adalah salah satu metode estimasi
sumberdaya yang memiliki tahapan pokok membagi endapan kedalam blok-blok
dengan cara membuat suatu seksi geologi dengan interval tertentu dimana jaraknya
sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi dan kebutuhan penambangan
(Popoff Constantine, 1966).

Perhitungan volume pada sumberdaya andesit pada daerah penelitian menggunakan


Metode Cross Section dengan menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan
rumus mean area dan frustum adalah pembuatan sayatan pada bahan galian.
Kemudian di hitung luas masing-masing bahan galian dan untuk menentukan
volume dengan menggunakan jarak antar sayatan. Rumus Mean Area merupakan
salah satu rumus yang digunakan untuk mengestimasi volume dari suatu endapan.
Perhitungan volume andesit dengan menggunakan rumus adalah sebagai berikut:

Sumber: Abdul Rauf “Teknik Eksplorasi”


Gambar 3.2 Rumus Mean Area
Perhitungan estimasi dilakukan menggunakan metode cross section dengan bantuan
software Surpac 6.5.1 sehingga dapat diketahui luas penampang yang menjadi dasar
perhitungan untuk volume sumberdaya. Beberapa hal yang diperhatikan dalam
pembuatan sayatan, diantaranya yaitu pada pembuatan garis sayatan berdasarkan
peta topografi yang telah diperoleh, garis sayatan harus mengikuti pola titik
pengambilan data ketebalan soil, dan garis sayatan dibuat memotong tegak lurus
dengan garis kontur. Pemodelan sumberdaya terunjuk dibuat seluas IUP operasi
produksi dengan batas atas adalah top soil dan batas bawah kedalaman sumberdaya
dibatasi sampai dengan elevasi kontur terendah dari seluruh kontur di lokasi IUP
operasi produksi. Perhitungan sumberdaya dilakukan untuk mengetahui jumlah
potensi sumberdaya yang ada pada lokasi penyelidikan. Tahap awal untuk
menghitung sumberdaya yaitu dengan membuat model endapan top soil dan andesit
dengan memanfaatkan data litologi, kemudian volume dari material dapat diketahui
melalui report langsung di software Surpac 6.5.1.

3.1.2 Parameter Estimasi


Perhitungan estimasi sumber daya di daerah penyelidikan didasarkan pada beberapa
parameter sebagai berikut:
1. Persebaran Litologi
2. Jarak Pengeboran
3. Luas Pengajuan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi sebesar 129,04 Ha
4. Ketebalan masing-masing lapisan
5. Topografi
6. Bottom Limit
7. Berat jenis Andesit hasil 50 laboratorium adalah 2,6 ton/m3
8. Berat jenis Top soil hasil 50 laboratorium adalah 1,3 ton/m3
Kondisi lapisan batuan berupa Top soil dan Andesit. Ketebalan lapisan tanah
penutup adalah sekitar 3 meter, keberadaan Andesit diperkirakan sampai pada
kedalaman 37 meter dari permukaan tanah. Kondisi Andesit di lokasi penyelidikan
bersifat 50assif.
3.1.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Pendekatan yang diterapkan pada klasifikasi sumber daya bahan galian Andesit,
mengacu pada SNI 4726:2019 adalah sebagai berikut:
1.1.1 Sumber daya tereka (Inferred Mineral Resource) dihitung
berdasarkan data yang didapatkan saat studi pendahuluan (peta geologi
regional) dan survey awal (reconnaissance) pada singkapan yang terbatas,
sehingga tidak diketahui kemenerusan bahan galiannya.
2.1.1 Sumber daya terunjuk (Indicated Mineral Resource) diasumsikan
setelah dilakukan kegiatan pemetaan geologi detail melalui pengamatan
pada singkapan di permukaan dengan spasi titik pengamatan ≤ 200 meter,
sehingga diketahui kemenerusan bahan galian. Tingkat keyakinan pada
klasifikasi ini lebih tinggi daripada sumber daya tereka dan lebih rendah dari
sumber daya terukur, tetapi cukup untuk mengasumsikan kemenerusannya.
3.1.1 Sumber daya terukur (Measured Mineral Resource) didapatkan dari
kegiatan pemetaan geologi yang lebih detail dengan spasi titik pengamatan
yang lebih rapat dengan didukung informasi dari pembuatan lubang bor.
Tingkat keyakinan pada sumber daya terukur ini sangat tinggi.

Klasifikasi sumberdaya pada PT. Andesit Berkah yaitu sumberdaya terukur.


Dikarenakan pada saat eksplorasi dilakukan penyelidikan bawah permukaan
menggunakan metode pemboran sehingga di dapatkan data litologi berupa top soil
dan andesit serta data pengeboran dengan jumlah titik pengamatan sebanyak 23 titik.
Adapun peta titik bor bisa dilihat pada gambar 3.1.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 3.3 Peta Titik Bor
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 3.4 Peta Lintasan Sayatan
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 3.5 Penampag Sayatan
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Gambar 3.6 Penampang Sayatan
Maka tingkat keyakinan sumberdaya diperoleh dari hasil perhitungan memiliki
tingkat keyakinan tertinggi sampai pada klasifikasi sumberdaya terukur. Adapun
penentuan jumlah dan pengklasifikasian sumberdaya dimulai dari pengolahan data
topografi, data survey dan data litologi. Dimana data-data ini diolah untuk
mendapatkan sumberdaya. Dalam perhitungan sumberdaya digunakan Metode
Cross Section, dimana pengolahan data pada peta titik bor dijelaskan pada tabel 3.1
dan 3.2 dari gambar 3.4.
Tabel 3.1 Hasil estimasi volume sumberdaya andesit menggunakan metode cross
section
Luas Jarak Volume
Nomor Sayatan
m² m m3
A-A’ 40567.44
1 50 2101717
B-B’ 43501.24
2251338,5
2 50
C-C’ 46552.3
2252527,5
3 50
D-D’ 43548.8
1555293,25
4 50
E-E’ 18662.93
5 50 781172,75
F-F’ 12583.98
Volume Total 8942049,2
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 3.2 Hasil estimasi volume sumberdaya lapisan tanah penutup menggunakan
metode cross section
Luas Jarak Volume
Nomor Sayatan
m² m m3
A-A’ 3288.3
1 50 170389.25
B-B’ 3527.27
182216
2 50
C-C’ 3761.37
182566,75
3 50
D-D’ 3541.3
126398,75
4 50
E-E’ 1514.65
63373,75
5 50
F-F’ 1020.3
Volume Total 724944,5
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Perhitungan estimasi sumberdaya dilakukan dengan menghitung ketebalan bahan


galian. Jumlah volume andesit dikalikan dengan densitas material (2,6 ton/m3) dan
volume tanah penutup dikalikan dengan densitas material (1,3 ton/m3) yang
kemudian akan didaptkan nilai tonanse dari endapan yang terhitung sebagai
sumberdaya. Klasifikasi sumberdaya pada PT. Andesit berkah merupakan
sumberdaya terukur yang memiliki jumlah sebagai berikut . Adapun hasil Jumlah
dan Klasifikasi Sumber Daya dapat dilihat pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya PT. Andesit Berkah

Sumber Daya
Jenis Luas
Tereka Tertunjuk Terukur
Material
(m3) (ton) (m3) (ton) (m3) (ton)
Top Soil - - - - 724.944,5 942.427,85
129.04
Andesit - - - - 8.942.049,2 23.249.327,4
Total - - - - 9.666.993,7 24.191.755,25
Sumber : Pengolahan Data PT. Andesit Berkah, 2023
3.2 Estimasi Cadangan

Cadangan (reserves) adalah bagian dari sumberdaya teridentifikasi dari komoditas


mineral ekonomi dapat diperoleh dan tidak bertentangan dengan ketentuan hukum
atau kebijaksanaan pada saat itu atau volume cebakan bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis, setelah dihitung berdasarkan metode tertentu.

Estimasi cadangan sesuai dengan SNI 4726:2019 yaitu Cadangan Mineral (Mineral
Reserve) adalah Cebakan bahan galian yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,
kualitas dan kuantitasnya dan secara ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan
sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan berasal dari
konversi sumber daya terunjuk dan/atau terukur.

3.2.1 Metoda

Metode estimasi yang digunakan untuk menghitung volume sumberdaya di lokasi


penyelidikan pada PT. Widaka Indonesia yaitu metode Trianglasi dengan
menggunakan software Surpac 6.3.2 berdasarkan batas-batas yang sudah
ditentukan seperti kontur, batas akhir penambangan, batas atas blok dan batas
bawah blok atau roof and floor.
Triangulasi dibentuk dari titik-titik pengambilan sampel, sehingga setiap segitiga
merupakan luasan dasar dari prisma segi tiga. Ketebalan lapisan merupakan
ketebalan dari masing-masing titik.

3.2.2 Parameter Estimasi

Perhitungan cadangan Andesit di daerah penyelidikan didasarkan pada beberapa


parameter sebagai berikut:
1. Persebaran endapan
2. Luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi sebesar 129.04 Ha
3. Ketebalan masing-masing lapisan.
4. Berat jenis Andesit hasil analisa laboratorium adalah 2,6 ton/m3.
5. Berat jenis Top soil hasil analisa laboratorium adalah 1,3 ton/m3.
3.2.3 Jumlah dan Klasifikasi Cadangan

Setelah mengetahui volume dan tonase dari perhitungan estimasi sumberdaya


Andesit, maka dilanjutkan dengan melakukan perhitungan estimasi cadangan.
Adapun klasifikasi cadangan mineral terdiri dari dua bagian. yaitu :
1. Cadangan Terkira (Probable Reserve)

Cadangan terkira merupakan sumberdaya terunjuk dan sebagian sumberdaya


mineral terukur, yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang
berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Cadangan terkira dibuat untuk
kepentingan pra studi kelayakan yang dihitung berdasarkan jarak antar bor, jumlah
dan sumur uji, pengambilan contoh, hasil analisis laboratorium, dan pemetaan
geologi.
2. Cadangan Terbukti (Proved Reserve)

Sedangkan cadangan terbukti sumber daya mineral akan didasarkan pada studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Tujuan cadangan ini adalah untuk
dipakai pada studi kelayakan. Untuk perhitungannya sendiri beracuan pada jarak
kerapatan bor, jumlah sumur/parit uji, pengambilan contoh pada kedalaman, dan
berdasarkan hasil analisis pada tiap contoh yang diambil.

Tabel 3.4 Jumlah dan Klasifikasi Cadangan

Sumber Daya Luas


Jenis Material
Terkira Terbukti
Top Soil 724.944,5 942.427,85
129.04
Andesit 8.066.948,71 20.974.066,646
Total 8.791.893,21 20.975.009,073
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Gambar 3.5 Peta Cadangan


BAB IV
GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

4.1 Geoteknik
Geoteknik adalah cabang ilmu teknik sipil yang berfokus pada studi mengenai
perilaku bahan tanah dan batuan di bawah permukaan bumi serta interaksinya
dengan struktur bangunan. Hal ini melibatkan analisis geologi, mekanika tanah, dan
mekanika batuan untuk merancang dan membangun infrastruktur seperti jembatan,
gedung, bendungan, dan lainnya dengan memperhitungkan karakteristik geologi
dan geoteknik di lokasi tersebut. Geoteknik penting untuk memastikan keamanan,
keandalan, dan kinerja jangka panjang dari suatu pertambangan.

Peranan Geoteknik dalam pertambangan yaitu membantu dalam perancangan dan


pemilihan metode penambangan yang sesuai dengan karakteristik geoteknik di
lokasi tambang. Ini termasuk pemahaman terhadap stabilitas lereng, kekuatan tanah,
dan masalah geoteknik lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan
penambangan. Stabilitas lereng dan penyangga Kestabilan lereng merupakan
masalah kunci dalam pertambangan terbuka dan bawah tanah. Geoteknik
memainkan peran penting dalam menganalisis dan memitigasi risiko kegagalan
lereng serta merancang penyangga yang dibutuhkan untuk menjaga
keselamatan tambang.

Tujuan utama dari program penyelidikan geoteknik dalam suatu proyek


pertambangan adalah:

1. Memahami dan mengkarakterisasi sifat-sifat geoteknik dari bahan tanah,


batuan, dan formasi geologi di lokasi pertambangan. Ini mencakup
pemahaman tentang kekuatan, kelenturan, kepadatan, permeabilitas, dan
sifat geoteknik lainnya yang relevan.
2. Menilai dan mengidentifikasi potensi risiko geoteknik yang dapat
mempengaruhi keberhasilan proyek pertambangan. Ini termasuk risiko
longsor, likuifaksi tanah, pengaruh air tanah, dan masalah geoteknik lainnya
yang dapat memengaruhi keamanan dan keberlanjutan operasi tambang.
3. Memberikan dasar yang kuat untuk merancang dan membangun fasilitas
pertambangan seperti lereng penambangan, penyangga, jalan akses, dan
fasilitas penyimpanan limbah. Program penyelidikan geoteknik membantu
mengadaptasi desain proyek agar sesuai dengan kondisi geoteknik di
lapangan.
4. Meningkatkan efisiensi dan keamanan operasi tambang dengan memahami
sifat geoteknik di lokasi tersebut. Dengan demikian, program penyelidikan
geoteknik membantu mengidentifikasi langkah-langkah perbaikan dan
tindakan pencegahan yang diperlukan.
5. Membantu perusahaan pertambangan dalam mengidentifikasi, mengelola,
dan meminimalkan risiko terkait dengan geoteknik, termasuk dampak sosial
dan ekonomi yang dapat timbul dari kegagalan geoteknik.

Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu
terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi. Lereng yang ada secara
umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami
dan lereng buatan. Dalam suatu pertambangan, lereng mengacu pada bidang atau
area miring yang membentuk dinding, bukit, atau kemiringan di dalam atau di
sekitar tambang. Lereng ini dapat berupa bagian dari pit tambang terbuka atau
bagian dari struktur bawah tanah dalam penambangan bawah tanah. Lereng dalam
pertambangan memiliki peran penting dan mungkin memiliki karakteristik
geoteknik yang khusus yang harus diperhitungkan.

Stabilitas lereng (atau kestabilan lereng) adalah kemampuan suatu lereng atau
kemiringan tanah untuk menjaga bentuk dan posisinya tanpa mengalami perubahan
yang signifikan atau runtuh yang berkaitan dengan pengukuran dan perawatan
ketahanan lereng terhadap potensi pergeseran, runtuh, atau longsor.

Suatu cara yang umum untuk memastikan suatu kesetabilan lereng yaitu dengan
menggunakan factor keamanan, factor ini merupakan perbandingan anatara gaya
penahan dengan gaya penggerak yang menyebabkan longsor, factor kesetabilan
lereng di nyatakan sebagai berikut:
Sumber: Prof. Partanto, perencanaan tambang, 2004

Gambar 4.1 Faktor Keamanan Sederhana

Rumus : F = R / Fp

Dimana :

F : faktor kestabilan lereng

R : gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil

Fp : gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng


longsor.

Dalam praktek (Bowles, 1984) tingkat nilai faktor keamanan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Tingkat nilai SF dalam praktek

FK Keterangan
>1.5 Stabil
1.07<FK<1.5 Kritis
<1.07 Labil

Faktor yang mempengaruhi ketahanan lereng yaitu adalah :

1. Geometri Lereng

Geometri lereng mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan kenampakan


visual lereng, yaitu : orientasi lereng, kemiringan lereng, tinggi lereng dan lebar
bench. Orientasi lereng menentukan tipe longsoran yang mungkin terjadi. Secara
umum jika suatu lereng mempunyai kemiringan yang tetap, maka penambahan
tinggi lereng akan mengakibatkan penurunan kemantapan lereng yang
bersangkutan karena berat lereng yang harus ditahan oleh kekuatan geser tanah
semakin besar. Adapun untuk menghitung tinggi kritis jenjang dengan
pertimbangan keamanan, maka salah satu ahli mekanika yaitu Taylor merumuskan
sebagai berikut:

4C
Hc = 𝑥 = γ sin 2a .............................................................................................. (4.1)

Dimana : Hc = Ketinggian kritis (meter)

C = kohesive Shearing Strength (gr/cm2 )

α = Sudut kemiringan lereng (0 )

γ = Berat Isi Material (gr/cm3 )

Sumber: Prof. Partanto, perencanaan tambang, 2004

Gambar 4.2 Tinggi Kritis Jenjang Menurut Rumus Taylor

Metode yang digunakan dalam penentuan dimensi jenjang, sangat dipengaruhi oleh
alat-alat mekanis yang digunakan, dan salah satu pendekatannya adalah "Head
Quarter of Army (USA)" dengan persamaan yang berikut ini.

𝜸+𝒘𝒕
W min = 𝒘𝒃
+ Ls + G + Wb

Keterangan :

W min = Lebar Bench Minimum, meter

Y = Lebar Bench Yang dibor, meter

Wt = Lebar dari Alat Angkut, meter

Ls = Panjang Backhoe (Tanpa Boom), meter


G = “Floor Cutting Radius” dari Backhoe, meter

Wb = Lebar Material Hasil Peledakan, mete

Sumber: Prof. Partanto, Perencanaan Tambang, 2004

Gambar 4.3 Dimensi Jenjang Menurut “Head Quarter of Army (USA)”

2. Struktur Geologi

Struktur geologi batuan yang berpengaruh pada kemantapan lereng dapat berupa
bidang perlapisan (Bedding Plane), sesar (Fault), perlipatan (Fold) dan kekar
(Joints). Struktur ini sangat memengaruhi kekuatan batuan karena bidang
perlapisan dapat menjadi bidang luncur suatu longsoran. Struktur geologi batuan
tersebut merupakan bidang-bidang lemah yang sangat potensial sebagai tempat
merembesnya air yang akan mempercepat proses pelapukan dan pengisian celah
rekahan sehingga memicu untuk terjadinya suatu longsoran. Dalam analisis
longsoran, pengetahuan tentang orientasi bidang perlapisan dan kekar menjadi
kunci dalam menentukan potensi tipe longsoran yang mungkin terjadi. Mengukur
arah jurus dan kemiringan bidang yang rentan adalah tahap penting dalam
pengumpulan data untuk analisis. Jika bidang lemah tersebut sejajar dengan
kemiringan lereng, hal ini dapat berdampak signifikan karena bidang tersebut
memiliki kekuatan geser yang sangat minim, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya longsoran.

3. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah dapat diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, penentuan sifat
fisik tanah merupakan pengujian tanpa merusak (non destruktif test). Sifat fisik
tanah yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng adalah :
a. Berat isi tanah Berat isi tanah (γ) adalah perbandingan antara berat dengan
volume material. Berat isi ini berperan dalam menentukan besarnya beban
yang menimbulkan tekanan pada permukaan bidang longsor. Kenaikan
harga berat isi juga akan menambah beban yang diberikan pada lereng.
b. Porositas, yang mengacu pada rongga-rongga dalam material yang dapat
menyerap air, berperan penting dalam kemampuan batuan dan tanah untuk
menahan air. Ketika angka porositas meningkat, kemampuan material untuk
menyerap air juga meningkat, menyebabkan berat isi batuan/tanah menjadi
lebih tinggi. Kenaikan harga porositas dapat menghasilkan peningkatan
tekanan pada pori-pori material
c. Permeabilitas Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu material untuk
dilalui fluida seperti air. Jika semakin tinggi nilai permeabilitas berarti
semakin mudah air merembes melalui pori batuan/tanah tersebut.
Permeabilitas mempunyai hubungan yang erat dengan porositas yaitu
batuan atau tanah dengan porositas tinggi, pori-pori akan sulit terisi air
apabila nilai permeabilitasnya rendah.
d. Kadar air Semakin besar kandungan air pada batuan/tanah pembentuk
lereng, kemungkinan longsoran lereng akan semakin besar. Oleh karena itu
disebabkan karena gaya penggerak semakin besar dan kuat geser
batuan/tanah makin berkurang. Ini dikarenakan lereng semakin tidak
mantap.
4. Sifat Mekanika Tanah

Sifat mekanik yang dapat dijadikan masukan untuk menganalisis kemantapan


lereng, adalah :

a. Kohesi merupakan parameter yang mencerminkan sejauh mana butir-butir


serupa dalam tanah dapat menarik satu sama lain, diukur dalam satuan berat
per luas. Semakin tinggi nilai kohesi, semakin besar kekuatan geser
tanahnya, memungkinkan pembuatan lereng dengan kemiringan yang lebih
curam dengan faktor keamanan yang sama. Harga kohesi diperoleh melalui
pengujian geser langsung dan pengujian triaksial di laboratoriumPada tanah
yang tidak berkohesi, kekuatan gesernya hanya terletak pada gesekan antara
butir tanah saja (C = 0), sedangkan tanah berkohesi dalam kondisi jenuh,
maka Ф = 0 dan S = C, karena tegangan air pori sangat berpengaruh pada
kekuatan geser tanah. Hubungan kekuatan geser tanah dan tegangan normal
sesuai dengan persamaan yaitu :

τ' = C’ + σ " Tan Ф .................................................................................(4.2)

Keterangan :
C’ = kohesi Tanah/Batuan efektif (kg/cm2 ) 62
τ' = Tegangan Normal Efektif, τ' = σ – U (kg/cm2 )
U = Tegangan air pori (kg/cm2 )
Ф = Sudut geser dalam efektif (0 )

Sumber: Dr. L. D. Wesley, Mekanika Tanah , 1977

Gambar 4.4 Perbedaan Antara Sudut Geser Dalam Dengan Sudut Geser Dalam
Efektif

Parameter c dan ф mempunyai nilai yang berbeda dengan C’ dan ф’. Pada
prinsipnya C > C’ dan ф < ф’.

b. Sudut geser dalam, juga dikenal sebagai Angle of Internal Friction, adalah
sudut kritikal di mana batuan atau tanah mulai meluncur secara bebas karena
gaya beratnya sendiri. Pada batuan yang sangat lapuk atau tanah, nilai sudut
geser dalam dapat dikaitkan dengan nilai angle of refuse, yang
mencerminkan sudut yang dibentuk oleh material yang longgar. Tingkat
sudut geser dalam berkorelasi langsung dengan kekuatan geser batuan atau
tanah. Semakin besar sudut geser dalam, semakin stabil massa batuan atau
tanah tersebut. Laboratorium menyediakan pengujian geser langsung
(Direct Shear Test) dan pengujian triaksial (Triaxial Test) untuk menentukan
sudut geser dalam dari suatu tanah atau batuan
5. Kondisi Air Tanah

Pengaruh air tanah terhadap kekuatan tanah dapat mengurangi kemantapan lereng.
Air tanah akan menjadikan ikatan antar molekul tanah menjadi semakin kecil
sehingga akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan
memperbesar berat lereng. Suatu lereng yang mengandung 63 air tanah memiliki
kemantapan lereng yang kecil dibandingkan lereng yang tidak mengandung air
tanah, pada geometri lereng yang sama.

6. Gaya-Gaya dari Luar

Gaya-gaya ini adalah semua gaya yang datang dari luar lereng umumnya berasal
dari alat-alat berat, gempa dan peledakan, yaitu :

a. Gaya Akibat Alat Berat Penggunaan alat-alat berat akan memberikan gaya
pada lereng. Gaya ini dapat berupa getaran akibat hilir mudiknya alat-alat
berat atau sebagai menambah beban pada lereng jika alat ini bekerja atau
berada di atas bagian lereng.
b. Gaya yang dihasilkan oleh gempa dan peledakan dapat memicu getaran
yang merusak stabilitas lereng. Material akan mengalami gerakan yang
menyerupai osilasi harmonis. Ketika material melebihi batas elastisitasnya,
ikatan antara butir akan melemah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
longsor pada lereng.

Berikut adalah kriteria faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran pada lereng
tambang berdasarkan Kepmen ESDM Nomor : 1827 K/30/MEM/2018.

1. Geoteknik tambang paling kurang terdiri atas :


a. Penyelidikan geoteknik yang meliputi jumlah, kedalaman, dan lokasi
pengeboran inti, deskripsi litologi, preparasi conto geoteknik, pengukuran
dan analisis struktur geologi, kegempaan, pengaruh peledakan, serta hasil
penyelidikan hidrologi dan hidrogeologi
b. Pengujian conto geoteknik yang meliputi laboratorium pengujian dan hasil
dari uji sifat fisik dan sifat mekanik conto
c. Pengolahan data hasil penyelidikan geoteknik dan pengujian conto
geoteknik yang menggambarkan model dengan parameter yang ditetapkan
dari hasil butir a) dan b) probabilitas longsor sebagaimana tabel 4.2 sebagai
berikut.

Tabel 4.2 Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang

Kriteria dapat diterima


Faktor Faktor
Keparahan Probabilit as
Jenis Lereng Keamanan Keamanan
Longsor Longsor PoF
(FK) Statis (FK) Dinamis
(FK≤1)
(Min (Min)
Lereng
Tunggal Rendah s.d
1,1 Tidak Ada 25-50%
(Single Tinggi
Slope)
Rendah 1,15-1,2 1 25%
Inter-Ramp Menengah 1,2-1,3 1 20%
Tinggi 1,2-1,3 1,1 10%
Lereng Rendah 1,2-1,3 1 15-20%
Keseluruhan Menengah 1,3 1,05 10%
(Overall) Tinggi 1,3-1,5 1,1 5%
Sumber : Kepmen-ESDM Nomor-1827/K/30/MEM/2018

2. Kriteria Keparahan Longsor (Consequences Of Failure)


a. Tinggi bila ada konsekuensi terhadap :
1) Kematian manusia
2) Cidera berat manusia lebih dari 3 (tiga) orang
3) Kerusakan sarana dan prasarana pertambangan lebih dari 50% (lima
puluh persen)
4) Terhentinya produksi lebih dari 24 (dua puluh empat) jam
5) Cadangan hilang dan tidak bisa diambil; dan/atau
6) Kerusakan lingkungan yang berdampak sampai ke luar wilayah iup
termasuk pemukiman.
b. Menengah bila ada konsekuensi terhadap :
1) Cidera berat manusia
2) Kerusakan sarana dan prasarana pertambangan dari 25% (dua puluh
lima persen) sampai 50% (lima puluh persen)
3) Terhentinya produksi lebih dari 12 (dua belas) jam sampai kurang
dari 24 (dua puluh empat) jam;
4) Cadangan tertimbun tetapi masih diambil; dan/atau
5) Kerusakan lingkungan di dalam wilayah IUP.
c. Rendah bila ada konsekuensi terhadap :
1) Cidera ringan manusia
2) Kerusakan sarana dan prasarana pertambangan kurang dari 25%
(dua puluh lima persen)
3) Terhentinya produksi kurang dari 12 (dua belas) jam
3. Khusus untuk lereng timbunan faktor keamanan dihitung dengan menggunakan
kohesi dan sudut gesek dalam residual
4. Pengolahan data hasil penyelidikan geoteknik dan pengujian conto geoteknik
yang menggambarkan model dengan parameter yang ditetapkan dari hasil butir
a) dan b) untuk mendapatkan faktor keamanan untuk lubang bukaan tambang
bawah tanah fixed facility paling kurang senilai 2,0 dan untuk nonfixed facility
paling kurang senilai 1,5
5. Rekomendasi hasil pengolahan data yang menjelaskan geometri dan dimensi
bukaan tambang dan timbunan dan/atau penyanggaan yang diperlukan
6. Rekomendasi rencana pemantauan yang dilakukan untuk menilai kestabilan
bukaan tambang
7. Dalam hal penyelidikan geoteknik dilakukan untuk tambang bawah tanah
dilakukan pengklasifikasian massa batuan
8. Jumlah, kedalaman, dan lokasi pengeboran inti dapat mewakili keseluruhan
litologi dan struktur geologi di area rencana bukaan tambang dan rencana
konstruksi fasilitas pertambangan
9. Kegempaan meliputi koefisien gempa (peak ground acceleration) sesuai dengan
sni 1726:2012 dan perubahannya.
10. Pengaruh peledakan meliputi nilai percepatan getaran, frekuensi dan
kecepatan partikel dan fragmentasi hasil peledakan

Dalam hal terjadi gempa dengan nilai koefisien gempa yang lebih besar dari standar
dalam SNI 1726:2012 dan perubahannya, koefisien gempa yang digunakan adalah
koefisien gempa yang lebih besar tersebut.

4.1.1 Akuisisi Data


4.1.1.1 Jenis
Didalam kegiatan pengkajian geoteknik ini terdiri dari pemboran geoteknik dan uji
parameter geoteknik. Pemboran geoteknik ini dilaksanakan dengan metode full
coring, yang di mana sampel batuan diambil dari setiap kedalaman lubang bor mulai
kedalaman awal sampai kedalaman terakhir. Dari setiap Pemboran yang telah
dilakukan sebelumnya, akan dijadikan acuan untuk investigasi geoteknik berupa
analisis kemantapan lereng serta analisis kemampuan untuk menggaruk dan
kemampuan untuk menggali. Analisis kemantapan lereng meliputi analisis
kemantapan lereng tunggal (single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope).
Sedangkan analisis kemampuan menggaruk dan kemampuan menggali dilakukan
untuk mengetahui karakteristik material dalam kaitannya dengan aktivitas
penggalian dan penggaruan. Kajian geoteknik ini berisi analisis data pengeboran
dan analisis kemantapan lereng penambangan, rekomendasi dimensi lereng,
analisis kemampugalian dan kemampugaruan, serta rekomendasi kriteria
penggalian. Jenis data yang akan diuji adalah sifat fisik dan sifat mekanik. Sifat
fisik dari top soil dan andesit seperti bobot isi, kadar air, porositas, dan derajat
kejenuhan. Sifat mekanik dari top soil dan andesit seperti uji UCS untuk
mengetahui batas elastisitas pada batuan RMR (Rock Mass Rating) untuk
mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan
kemiringan lereng maksimum.

4.1.1.2 Jumlah
PT. Anesit Berkah menggunakan analisa geoteknik yang tersebar disekitar lokasi
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi seluas 129,04 hektar. Adapun data yang
digunakan yaitu terdiri dari :

1. Klasifikasi data RMR untuk mengetahui klasifikasi batuan


2. Data strike dip sebanyak 20 data masing-masing sejumlah 4 yang digunakan
untuk analisis tipe longsoran dari arah utara, selatan, barat dan timur.

3. Data sifat fisik dan mekanik sejumlah 10 data soil dan 10 data andesit dan
masing-masing sejumlah 4 yang terdiri dari nilai bobot isi kering, bobot isi jenuh,
nilai kuat tekan (UCS), nilai kohesi dan sudut geser dalam.

Tabel 4.3 Data Strike Dip Arah Utara

No Data No Data
1 N115E/45 11 N 107 E / 45
2 N 127 E / 13 12 N 37 E / 45
3 N 123 E / 45 13 N 115 E / 13
4 N 121 E / 14 14 N 37 E / 13
5 N 129 E / 13 15 N 99 E / 44
6 N31E/13 16 N51E/45
7 N 129 E / 45 17 N 121 E / 13
8 N 47 E / 45 18 N 41 E / 13
9 N 129 E / 13 19 N 95 E / 45
10 N 27 E / 13 20 N 37 E / 42
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Tabel 4.4 Data Strike Dip Arah Selatan

No Data No Data
1 N 48 E / 46 11 N28E/14
2 N 52 E / 46 12 N 38 E / 46
3 N 124 E / 46 13 N 116E/ 14
4 N 122 E / 15 14 N38E/14
5 N130E/14 15 N 116 E / 46
6 N 32 E / 14 16 N128E/14
7 N 130 E / 46 17 N38E/41
8 N 100 E / 45 18 N 42 E / 14
9 N130E/14 19 N 96 E / 46
10 N 108 E / 46 20 N 122 E / 14
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Tabel 4.5 Data Strike Dip Arah Barat

No Data No Data
1 N 39 E / 12 11 N 29 E / 11
2 N 93 E / 44 12 N 127 E / 43
3 N 35 E / 44 13 N 45 E / 43
4 N 35 E / 12 14 N119E/12
5 N 105 E / 44 15 N 127 E / 11
6 N 35 E / 39 16 N 97 E / 42
No Data No Data
7 N113E/12 17 N 125 E / 11
8 N 113 E / 44 18 N 121 E/43
9 N 49 E / 44 19 N 127 E / 11
10 N119E/12 20 N 25 E / 11
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Tabel 4.6 Data Strike Dip Arah Timur

No Data No Data
1 N 122 E / 15 11 N 130 E / 14
2 N 40 E / 47 12 N 130 E / 46
3 N 96 E / 47 13 N 50 E / 46
4 N 40 E / 15 14 N 42 E / 15
5 N 100 E / 47 15 N 130 E / 9
6 N 40 E / 42 16 N 100 E / 45
7 N 116 E / 15 17 N 130 E / 14
8 N 116 E / 47 18 N 124 E / 46
9 N 122 E / 10 19 N 32 E / 14
10 N 30 E / 14 20 N 52 E / 47
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Tabel 4.7 Hasil Uji Laboratorium


Kode Sifat Fisik Uji Kuat Tekan
No Sampel Litologi pnat pdry 0c C d
KN/m KN/m3
3 Mpa KN/m2 (")
1 S1 Soil 12,74 10,23 0,48 588,399 14,12
2 S2 Soil 12,51 10,18 0,5 586,781 13,93
3 S3 Soil 12,34 10,25 0,9 587,992 14,2
4 S4 Soil 12,78 10,12 0,44 586,99 12,1
5 S5 Soil 12,81 10,13 0,84 586,952 12,8
6 S6 Soil 12,33 10,32 0,65 587,113 14,19
7 S7 Soil 12,42 10,26 0,91 588,231 14,62
8 S8 Soil 11,96 10,17 0,7 587,134 14,32
9 S9 Soil 11,99 10,26 0,49 588,325 14,11
10 S10 Soil 12,01 10,1 0,48 589,109 14,17
11 A1 Andesit 25,32 12,77 52,3 86,06 26,88
12 A2 Andesit 25,11 23,65 53,4 86,91 28,48
13 A3 Andesit 25,32 23,99 55 86,76 26,45
14 A4 Andesit 25,79 22,53 52,6 87,76 25,19
15 A5 Andesit 25,6 23,56 54,1 87,56 25,66
16 A6 Andesit 25,19 23,66 54 87,77 26,31
17 A7 Andesit 25,72 23,42 52,9 86,93 23,41
18 A8 Andesit 25,89 23,54 52,8 85,99 24,57
19 A9 Andesit 25,97 23,27 56 86,12 26,12
20 A10 Andesit 25,53 23,11 54,4 86,19 27,97
4.1.1.3 Sebaran Data
Dalam pengambilan sebaran data lubang bor, terdapat 10 lubang bor
untuk dijadikan sample pada PT Andesit Berkah. Adapun koordinat lubang bor
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Koordinat Titik Pengambilan Sampel

Longitude (E) Latitude (S)


No HoleID 0
D( ) M(ʹ) S(ʺ) 0
D( ) M(ʹ) S(ʺ)
1 SB-4 107 40 2,53 7 1 37,92
2 SB-5 107 40 2,53 7 1 38,71
3 SB-6 107 40 2,21 7 1 38,71
4 SB-12 107 40 6,67 7 1 41,45
5 SB-14 107 40 7,97 7 1 41,81
6 SB-16 107 40 9,41 7 1 42,06
7 SB-19 107 40 9,12 7 1 44,18
8 SB-26 107 40 7,61 7 1 47,93
9 SB-30 107 40 5,56 7 1 50,63
10 SB-31 107 40 5,66 7 1 51,89
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

4.1.2 Analisis Geoteknik


4.1.2.1 Kemampugalian dan Kemampugaruan

Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827/K/30/MEM/2018 tentang Pedoman


Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik maka dalam hal menentukan
metode pemberaian batuan mempertimbangkan paling kurang.

1. Metode gali bebas (free digging) untuk batuan yang memiliki nilai UCS
kurang dari 1,5 MPa dengan Geological Strength Index (GSI) kurang dari
50 atau kecepatan seismik massa batuan kurang dari 450 (Empat ratus lima
puluh) m/s.
2. Metode garu (Ripping) untuk batuan yang memiliki nilai UCS 1,5 - 40 MPa
dengan GSI 50 - 70 atau kecepatan seismik massa batuan antara 450 –
1650m/s.
Metode pengeboran dan peledakan (Drilling and Blasting) untuk batuan yang
memiliki nilai UCS lebih dari 40 MPa dengan GSI lebih dari 70 atau kecepatan
seismik masa batuan lebih dari 1650 m/s; serta mempertimbangkan reaktivitas
batuan, batuan panas (Hot rock/hot ground), bahaya kelistrikan, ground reactivity,
jumlah dan spesifikasi peralatan, geometri dan dimensi pola peledakan, jenis bahan
peledak, fragmentasi hasil peledakan, rencana pemantauan efek peledakan yang
paling kurang terdiri atas ground vibration, air blast, fly rock, dan fumes.

4.1.2.2 Analisis Kestabilan Lereng


Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan analisis kestabilan diantaranya
adalah RMR (Rock Mass Rating), analisis tipe longsoran pada daerah tersebut, dan
analisis FK (Faktor Keamanan). Klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah
klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). Parameter yang
digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistem RMR yaitu:

1. Nilai UCS (R1)


2. Rock Quality Designation (RQD) (R2)
3. Spasi bidang diskontinuitas (R3)
4. Kondisi bidang diskontinuitas (R4)
5. Kondisi air tanah (R5)
Dari parameter-parameter tersebut didapatkan penilaian terhadap massa batuan
dengan rumus:

RMR(b) = R1 + R2 + R3 +R4 + R5
Tabel 4.9 RMR Andesit
No Parameter Nilai Bobot
1 UCS 54.1 Mpa 7
2 RQD 94.90 % 20
3 Jarak 0.15 m 8
Diskontinuitas
4 Kondisi Kemenerusan 20
Diskontinuitas kekar, bukaan
kekar, material
pengisi, pelapukan
5 Kondisi Air Tanah Kering 15
Total Bobot 70
Kelas Massa Batuan Sangat Baik
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Analisis tipe longsoran menggunakan software Dips dan metode manual dengan
stereonet yang terdiri dari polar net, kalsbeek net, dan schmidt net. Data rekahan
diperoleh dari metode scanline yaitu dengan membentangkan tali sepanjang 15
meter. Data rekahan yang diperoleh sebanyak 20 data. Data tersebut kemudian di
plot ke dalam stereonet. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan tipe longsoran
yaitu longsoran baji. Longsoran baji sendiri merupakan longsoran yang memiliki
salah satu ciri yaitu terdapat dua arah joint dominan yang dip kekarnya bersilangan
satu sama lain. Joint 1 memiliki arah N 125° E/15°, joint 2 berarah N 42° E/48°,
tho 1 memiliki arah 0° / N 87° E, tho 2 memiliki arah 38° / N 178° E, tho 3 memiliki
arah 52° / N 267° E, lereng memiliki arah N 147° E/54°, arah longsoran yaitu N
178° E, dan arah gaya sama dengan tho 2 yaitu 38° / N 178°E. Hasil pengeplotan
di Schmidt Net dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut

Sumber : Pengolahan Data PT. Andesit Berkah, 2023


Gambar 4.2
Hasil Pengeplotan Strike Dip
Untuk menganalisis FK (Faktor Keamanan) dan Probabilitas kelongsoran
diperlukan permodelan geoteknik yang tidak lepas dari dua hal penting yaitu data
masukan dan langkah-langkah permodelan. Dengan bantuan Software Slide 6.0 by
Rocsience. Permodelan geoteknik ini diaplikasikan pada lereng tunggal (single
slope) dan lereng keseluruhan (overall slope) yang kemudian akan ditentukan
masing-masing nilai faktor keamanan (FK) dan probabilitas kelongsoran (PK),
didapatkan parameter masukan yang berpengaruh pada rencana lereng tambang.
Pemodelan rekayasa lereng dibuat untuk mengetahui keadaan kestabilan lereng
dengan memasukan nilai-nilai parameter uji laboratorium dengan perbandingan
sudut dan faktor keamanan dengan standar faktor keamanan ≥ 1,1 untuk bahan
galian andesit. Pemodelan rekayasa lereng dibuat dengan data matematis yang
sesuai dan mewakili keadaan tanah riil, yang digunakan sebagai input data
komputer, sehingga model akan merepresentasikan kondisi dan perilaku struktur
lereng, ketika memasukan data untuk pemodelan diperlukan kehati-hatian dan

ketelitian agar output yang dihasilkan benar. Sedangkan untuk pengolahan data
untuk mengetahui nilai faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran
menggunakan serangkaian Software diantaranya Microsoft excel, Matlab R2017B,
dan Rocscience Slide v6 dengan memasukkan nilai bobot isi kering top soil 9,425
kN/m3 dan andesit 20.281 kN/m3. UCS top soil 641,272 kN/m2 dan andesit 53750
kN/m2. Konstanta m top soil 11.67 dan andesit 16.31 Serta nilai konstanta s top soil
0.43 dan andesit 0.971 Alat muat yang digunakan yaitu Excavator Komatsu PC 200-
8 dengan massa alat yaitu 199,94 kN/m, Dump Truck Hino Deutro 110 JD dengan
massa 211,82 kN/m. Dilakukan analisis baik single slope maupun overall slope
dalam keadaan kering, sehingga akan di dapatkan nilai faktor keamanan (FK) dan
probabilitas kelongsoran (PK).

4.1.3 Rekomendasi Geoteknik


4.1.3.1 Rekomendasi Lereng
Rekomendasi masing-masing lereng didapatkan dari perbandingan sudut lereng
yang digunakan dikorelasikan dengan faktor keamanan dan probabilitas
kelongsoran yang diperoleh sehingga akan di dapatkan rekomendasi lereng yang
aman dan bernilai ekonomis saat dilakukan kegiatan penambangan. Dari hasil
analisa menggunakan software slide, didapatkan dimensi rekomendasi lereng final
yaitu sebagai berikut :
Tabel 5.0Spesifikasi Excavator Komatsu PC 200
No Spesifikasi Data
1. Berat 20.5 ton
2. Lebar 4m
3. Bucket 1.250 kg
4. Kecepatan bergerak maksimum 5.5 - 5.9 km/jam
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.1 Deskripsi Rekomendasi Lereng Tunggal (Singgle slope) Tanpa Beban
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 10 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Safety Factor 2.410
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.2 Deskripsi Rekomendasi Lereng Tunggal (Single Slope) Dengan Beban
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 10 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Safety Factor 1.046
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.3 Deskripsi Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope) Tanpa
Beban
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 40 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Safety Factor 1.482
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.4 Deskripsi Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope) Dengan
Beban
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 40 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Safety Factor 1.087
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.5 Deskripsi Rekomendasi Lereng Tunggal (Single Slope) Dengan Beban
ditambah material bucket

No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 10 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Berat bucket 1.25 ton / 12.2583 kN/m2
8. Total berat excavator ditambah bucket 21.75 ton/ 213.29 kN/m2
7. Safety Factor 0.965
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.6 Deskripsi Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope ) Dengan
Beban ditambah material bucket
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 40 m
4. Tinggi lereng 5m
No Deskripsi Data
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Berat bucket 1.25 ton / 12.2583 kN/m2
8. Total berat excavator ditambah bucket 21.75 ton/ 213.29 kN/m2
7. Safety Factor 1.088
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Sumber : PT Berkah Andesit, 2023


Gambar 4.5 Rekomendasi Lereng Tunggal (Singgle slope) Tanpa Beban

Sumber : PT Berkah Andesit, 2023


Gambar 4.6 Rekomendasi Lereng Tunggal (Single Slope) Dengan Beban
Sumber : PT Berkah Andesit, 2023
Gambar 4.15 Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope) Tanpa Beban

Sumber : PT Berkah Andesit, 2023


Gambar 4.16 Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope) Dengan Beban

Sumber : PT Berkah Andesit, 2023


Gambar 4.17 Rekomendasi Lereng Tunggal (Single Slope) Dengan Beban ditambah
material bucket

Sumber : PT Berkah Andesit, 2023


Gambar 4.18 Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope ) Dengan Beban
ditambah material bucket
4.1.3.2 Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan
Kekuatan batuan di daerah rencana penambangan berdasarkan sifat fisik batuan hasil
pengamatan lapangan dan uji laboratorium dimana komposisi batuan, nilai porositas
dan densitas batuan menunjukan bahwa batuan dilokasi penelitian termasuk dalam
jenis batuan keras sehingga kemampugaruan batuan dilakukan pengeboran dan
peledakan. Penambangan andesit yang akan dilakukan direkomendasikan dilakukan
dengan menggunakan sistem penambangan terbuka dengan metode quarry side hill dan
membentuk jenjang di batas-batas wilayah dengan dimensi tertentu. Proses penggalian
dan pemuatan akan menggunakan excavator dan diangkut menggunakan dumptruck.
Top soil yang terdapat di atas lapisan andesit akan digali dan disimpan di tempat yang
disediakan. Tempat penyimpanan Top soil berpindah setiap tahun sesuai dengan
rencana kemajuan tambang. Setelah Top soil tersimpan, maka kegiatan penambangan
mulai dilakukan. Kegiatan penggalian diarahkan untuk dimulai dari bagian Utara
menuju bagian Selatan mengikuti kontur dan elevasi. Metode ini mempertimbangkan
efisiensi kegiatan di mana lokasi IUP OP yang telah ditambang dapat langsung
dilakukan reklamasi setelah mencapai elevasi yang direncanakan.
Tabel 5.0 Klasifikasi nilai UCS pada Kemampugaruan

No Sampel UCS (Mpa) Nilai Kemampugaruan


1 Soil 1 0,45 Gali Bebas
2 Soil 2 0,41 Gali Bebas
3 Soil 3 0,46 Gali Bebas
4 Soil 4 0,42 Gali Bebas
5 Soil 5 0,42 Gali Bebas
6 Soil 6 0,44 Gali Bebas
7 Soil 7 0,42 Gali Bebas
8 Soil 8 0,42 Gali Bebas
9 Soil 9 0,41 Gali Bebas
10 Soil 10 0,47 Gali Bebas
11 Andesit 1 54,7 Pemboran dan Peledakan
12 Andesit 2 58,9 Pemboran dan Peledakan
13 Andesit 3 52,8 Pemboran dan Peledakan
14 Andesit 4 54,8 Pemboran dan Peledakan
15 Andesit 5 52,9 Pemboran dan Peledakan
16 Andesit 6 56,1 Pemboran dan Peledakan
17 Andesit 7 54,8 Pemboran dan Peledakan
18 Andesit 8 55,4 Pemboran dan Peledakan
19 Andesit 9 59,1 Pemboran dan Peledakan
20 Andesit 10 58,9 Pemboran dan Peledakan
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Batuan andesit pada lokasi penelitian termasuk kedalam Kelas II yaitu Baik (80-61)
dengan nilai RMR sebesar 70. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwasannya batuan
di lokasi IUP PT. Widaka Indonesia merupakan batuan yang keras dan memiliki nilai
UCS lebih dari 40 Mpa. Mengacu pada Kepmen ESDM 1827 yang menjelaskan bahwa
batuan yang memiliki nilai UCS lebih dari 40 Mpa dan GSI lebih dari 70, maka metode
pemberaian batuan yang digunakan yaitu pemboran dan peledakan.

Tabel 5.1 Klasifikasi kemampugalian-garuan berdasarkan UCS (Kepmen ESDM


1827)

UCS (Mpa) GSI Kategori


Gali Bebas (Free
<1.5 <50
digging)
1.5 – 40 50 – 70 Garu
Pengeboran dan
>40 >70 Peledakan
(Drilling and Blasting)
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
4.1.3.3 Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Pemantauan geoteknik harus dilakukan secara teratur untuk memantau kestabilan
lereng dan mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang terjadi.
Kegiatan ini dilakukan 6 (enam) bulan sekali. Pemantauan dilakukan dengan
pengamatan visual untuk mengamati beberapa faktor, yaitu:
1. Kesesuaian tinggi jenjang yang terbentuk di lapangan dengan desain tambang;
2. Kesesuaian lebar jenjang yang terbentuk di lapangan dengan desain tambang;
3. Keterdapatan rekahan/retakan pada dinding jenjang;
4. Keterdapatan aliran air atau rembesan air yang tidak pada tempatnya;
5. Kerusakan sistem drainase;
6. Keterdapatan genangan air pada lantai jenjang dan lantai tambang.
Pemantauan dilakukan menggunakan metode pemantauan langsung pada permukaan
(surface monitoring). Pemantauan dilakukan untuk mengetahui pergerakan suatu titik
atau area tertentu pada satu lokasi secara kontinu dengan menggunakan alat
pemantauan. Dimana data-data yang diperoleh dari kegiatan pemantauan kemudian
akan dimodelkan dan analisis. Hasil interpretasi yang diperoleh berupa arah dan laju
pergeseran lereng, potensi luas atau besar longsoran yang terjadi, serta perkiraan kapan
longsoran tersebut akan terjadi.

4.2 Hidrologi dan Hidrogeologi


Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Hydro artinya air dan Logia artinya
ilmu. Hidrologi adalah canag ilmu geografi yang mempelajari karakteristik air di
bumi dalam segala bentukannya, meliputi sifat-sifat air, bentuk penyebaran, siklus
yang berlangsung di muka bumi dan kualitasnya. Kajian hidrologi meliputi patalog
(aliran permukaan), geohidrologi (air tanah), hidrometeorologi (air yang ada di
udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relative tenang seperti
danau, dan waduk), dan kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju).

Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan Kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presepitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air mengalami
evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Unsur-unsur utama dalam siklus hidrologi :

1. Evaporasi : penguapan dari badan air secara langsung


2. Transpirasi : penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
3. Respirasi : penguapan air dari tubuh hewan dan manusia
4. Evapotranspirasi : perpaduan evaporasi dan transpirasi
5. Kondensasi : proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai
hasil pendinginan
6. Presipitasi : segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang
meliputi hujan air, hujan es, hujan salju
7. Infiltrasi : air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah
8. Perkolasi : air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga
mencapai air tanah atau groundwater
9. Run off : air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai,
hingga menuju ke laut

Sumber: Modul Geologi dan Hidrogeologi

Gambar 5.0 Sirklus Hidrologi

Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan
laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu hujan di daerah tropis an curah hujan serta
salju di daerah yang beriklim sedang.
1. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
ukuran butir dan struktur tanah.
2. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan.
3. Faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu air.
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah,
air dan vegetasi yang diuapkan kebali ke atmosfir merupakan gabungan dari
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan dari permukaan air
yang terbuka. Transpirasi adalah proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan
melalui sel-sel stomata. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah:
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung)
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
3. Suhu dan kelembaban relatif.
4. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan kelembaban ar
yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan serta ukuran stomata.
5. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.

Limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan asal
atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.

Hidrogeologi merupakan bagian dari hidrologi yang mempelajari penyebaran dan


pergerakan air tanah dalam tanah dan batuan di kerak bumi (umumnya dalam
akuifer).

Penyelidikan hidrologi meliputi jenis dan lokasi sumber air, pengukuran debit, dan
arah aliran air permukaan. Penyelidikan hidrogeologi meliputi jenis dan jumlah
akuifer, karakteristik hidrolik akuifer, arah aliran air tanah, pengukuran tinggi muka
air tanah, dan pengukuran debit mata air dan/atau seepage. Pengukuran luas wilayah
tangkapan hujan (catchment area); Pengolahan data hasil penyelidikan lapangan,
peta hidrologi dan hidrogeologi serta hasil studi hidrologi dan hidrogeologi;
Rekomendasi sistem penyaliran tambang.
4.2.1 Akuisisi Data
4.2.1.1 Jenis
Kajian ini menggunakan metode kuantitatif yang terkait dengan pengumpulan,
penggunaan data yang benar, dan interpretasi data klimatologi dan hidrologi. Ruang
lingkup dalam penyelidikan ini mencakup identifikasi lapisan akuifer, pengukuran
muka air tanah, curah hujan, serta kualitas air tanah pada lokasi penelitian yang
berada di Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis,Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten.

4.2.1.2 Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan dilapangan, hasil pengeboran yang telah dilakukan
untuk menunjukkan susunan litologi dalam lubang bor, sehingga dapat ditentukan
jenis-jenis lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air. Pada analisis
hidrologi-hidrogeologi, terdapat 3 data yang diperlukan, yakni :

1. Data curah hujan selama kurun waktu 10 tahun terakhir selama 12 bulan dalam
setuan milimeter, dengan jumlah 120 data curah hujan.
2. Data hari hujan selama kurun waktu 10 tahun terakhir selama 12 bulan dalam
satuan hari, dengan jumlah 120 data harii hujan.
3. Satu peta cekungan air tanah di lokasi.

4.2.1.3 Sebaran Data


Dalam kegiatan analisi hidrologi PT. Andesit Berkah menggunakan data sekunder
yaitu data curah hujan dan hari hujan. Dimana data ini diperoleh dari Badan Pusat
Statistik yang letak pengukuran curah hujannya berada di Kabupaten . Jumlah data
curah hujan yang digunakan untuk analisis sebanyak 10 tahun yaitu mulai dari
tahun …sampai dengan tahun…

4.2.2 Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi


4.2.2.1 Daerah Tangkapan Hujan (DTH)
Daerah tangkapan hujan adalah daerah permukaan yang pada saat terjadi hujan,
permukaan akan mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah sampai pada titik
pengaliran. Dimana daerah tangkapan hujan ini dapat ditentukan berdasarkan
topografi dan arah aliran air. Adapun daerah tangkapan hujan pada lokasi
penambangan PT. Andesit Berkah dapat dilihat pada gambar 5.1. Setelah
menentukan daerah tangkapan hujan, kemudian mengukur luas daerah tangkapan
hujan, kemudian mengukur luas daerah tangkapan hujan tersebut pada peta kontur,
dengan cara menarik hubungan dari titik-titik yang paling tinggi disekitar tambang
membentuk polygon tertutup, dengan melihat kemungkinan arah mengalirnya air.
Luas dihitung dengan menggunakan bantuan software Arcgis 10.8 sehingga
didapatkan luas daerah tangkapan hujan yaitu 434.528 m2.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

Gambar 5.2 Daerah Tangkapan Hujan


4.2.2.2 Kondisi Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah (Permen ESDM 02 Tahun 2017). Menurut Herlambang (1996:5)
air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar
butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan
tanah yang disebut akuifer.

Analisis kondisi air tanah di daerah penambangan didasarkan pada pengamatan


langsung di lapangan dan peta hidrogeologi. Secara umum arah dan pola aliran air
tanah di daerah penyelidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Arah dan pola aliran air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi
daerah penyelidikan.
2. Arah dan pola aliran air tanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi tekanan
pisometrik daerah tersebut.

Keberadaan air tanah pada operasi tambang terbuka telah menjadikan salah satu
faktor batasan penting terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu
operasi penambangan. Semakin dalam kemajuan penambangan tambang terbuka
maka tingkat permasalahan air tanah akan semakin sulit. Oleh karena itu perlu
adanya sistem penyaliran yang baik. Penyaliran diperlukan sebagai penunjang
kelancaran dalam kegiatan penambangan. Sistem penyaliran yang ada pada lokasi
tambang terbuka dilaksanakan karena akumulasi air dalam tambang yang harus
dikeluarkan. Pada PT. Andesit Berkah terletak pada daerah…..yang dapat dilihat
pada gambar berikut.

4.2.2.3 Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan diperlukan untuk menentukan besarnya debit air. Derajat
curah hujan dinyatakan oleh jumlah hujan persatuan waktu tertentu yang disebut
dengan intensitas curah hujan.

Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dlam tinggi hujan atau
volume hujan dalam satu waktu. Tinggi rendahnya nilai intensitas curah hujan,
hujan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tingkatan yang dapat dilihat pada
tabel 5.2
Tabel 5.2 Derajat dan Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah
No Derajat Hujan Kondisi
Hujan (mm/menit)
Tanah agak basah atau
1 Hujan sangat lemah <0.02
sedikit basah
2 Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semuanya
Adanya genangan air di
3 Hujan normal 0.05 – 0.25
beberapa tempat
Air tergenang diseluruh
4 Hujan deras 0.25 – 1.00
permukaan tanah
Air sangat banyak
5 Hujan sangat deras >1.0 sehingga seluruh
drainase meluap
Sumber: Sasrodarsono, 1993

Rumus perhitungan intensitas curah hujan menurut Mononobe adalah sebagai


berikut:

𝑅24 24 2/3
I = ( )
24 𝑡
Keterangan
I : Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
R24 : Curah Hujan Maksimum (mm)
T : Lamanya hujan (jam)
Berdasarkan curah hujan Kabupaten Pandeglang 10 tahun terakhir, maka
didapatkan data intensitas curah hujan yang dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Intensitas Curah Hujan

Bulan Per Tahun Maksimum Rata- I


Minimum
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 (Xi) rata (mm/jam)
Januari 358 662 493 324 227 115 115 223 368 198 115.00 662.00 308.30 110.33
Februari 211 232 354 313 356 288 288 250 298 283 211.00 356.00 287.30 59.33
Maret 193 208 229 193 436 212 212 100 287 120 100.00 436.00 219.00 72.67
April 192 181 195 311 505 232 232 56 202 234 56.00 505.00 234.00 84.17
Mei 164 293 341 184 217 300 300 300 185 49 49.00 341.00 233.30 56.83
Juni 71 157 97 229 70 209 209 245 79 127 70.00 245.00 149.30 40.83
Juli 49 359 169 35 191 126 126 126 30 45 30.00 359.00 125.60 59.83
Agustus 35 132 163 47 183 21 21 170 28 31 21.00 183.00 83.10 30.50
September 6 201 58 38 298 172 172 185 56 207 6.00 298.00 139.30 49.67
Oktober 219 108 247 154 298 100 100 115 62 90 62.00 298.00 149.30 49.67
November 209 164 261 240 267 187 187 288 131 209 131.00 288.00 214.30 48.00
Desember 329 409 165 521 376 228 228 503 257 235 165.00 521.00 325.10 86.83
Jumlah 1016.00 4492.00 2467.90 748.67
Rata-rata
84.67 374.33 205.66 62.39
(Xr)
Maksimum 211.00 662.00 325.10 110.33
I (m/s) 0.0612963

Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023


4.2.2.5 Debit Air Limpasan
Debit air limpasan ialah jumlah air yang mengalir dari suatu wilayah atau
permukaan tertentu, biasanya setelah hujan atau dalam konteks manajemen air.
Debit air limpasan dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti curah
hujan, topografi, vegetasi, dan penggunaan lahan. Debit air limpasan ini penting
dalam pengelolaan sumber daya air dan pengendalian banjir.
Tabel 5.4 Nilai Koefisien Air Limpasan Daerah Penelitian
Keadaan
No Kondisi Daerah Limpasan c
Topografi
a. Sawah dan rawa 0,2

1 Datar (<3%) b. Hujan tropic dan perkebunan 0,3


c. Tempt tinggal dan tanaman-tanaman 0,4
a. Hutan dan Perkebunan 0,4
b. Tempat tinggal dan Tanaman-Tanaman 0,5
Curam (3-
2
15%) c. Semak-semak 0,6
d. Tanah gundul daerah penimbunan 0,7
a. Hutan
0,6
b. Tempat tinggal dan tanaman-tanaman
0,7
3 Curam Sekali
c. Semak-semak agak jarang 0,8
0,9-10
d. Tanah gudu dan daerah tambang
Sumber: Sayoga, 1999

Maka perhitungan debit air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Qair Limpasan= 0,278xCxIxA

Keterangan :
Q = debit air limpasan
C= Koefisien air limpasan
I = Intensitas Air Hujan
A = Luas DTH
Tabel 5.5 Perhitungan Debit Air Limpasan
Q
Lokasi C A I
m³/s (m³/menit) m³/jam m³/hari
DTH 0.4 434528 0.0612963 2961.807401 177708.444 10662506.6 255900159
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023

4.2.2.6 Debit Hari Hujan

Debit air masuk ke dalam pit adalah perkiraan jumlah atau debit air dari hujan yang
masuk ke dalam pit setiap tahun. Debit air hujan tergantung dari topografi daerah
penyelidikan, untuk mengetahui debit dari air hujan maka perlu mengetahui luas
dasar pit di lokasi atau bottom limit. Perhitungan debit air limpasan yang masuk ke
dalam pit menggunakan perhitungan :

𝑄 𝐴𝐼𝑅 𝐻𝑈𝐽𝐴𝑁 = 𝐼 𝑥 𝐴
Keterangan :
Q = Debit Air limpasan (m3 /detik )
I = Intensitas Curah Hujan ( m/detik )
A = Luas Bottom Limit (m2 )
Tabel 5.6 Debit Curah Hujan

Q
Lokasi A I
m³/s (m³/menit) m³/jam m³/hari
DTH 790939.73 0.0612963 48481.679 177708.4441 10662506.6 255900159
Sumber : Pengolahan Data PT Tambang Jaya, 2023

Debit yang dihasilkan dari penjumlahan debit air limpasan dan debit air hujan.

Q total = debit air limpasan + debit air hujan


= 928,52 + 10342,58
= 11.271,1
4.2.2.7 Rencana Penyaliran Tambang
4.2.2.8 Dimensi Saluran Terbuka

Anda mungkin juga menyukai