DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam
andesit yang sangat melimpah, penambangan andesit biasanya dilakukan karena
andesit adalah batuan beku memiliki kekersan tinggi dan struktur yang cocok untuk
konstruksi, seperti pembangunan jalan, bangunan, atau proyek infrastruktur lainnya.
Selain itu ketersediaan andesit di lokasi-lokasi tertentu membuatnya menjadi
pilihan yang ekonomis dan praktis untuk diproses dan digunakan.
Banten merupakan salah satu provinsi yang memiliki banyak sumber daya alam
salah satuya yaitu adalah PT. ANDESIT BERKAH yang dimana memiliki potensi
sumber daya yang sangat melimpah dan berada di Kabupaten Pandeglang. Potensi
bahan galian yang melimpah yaitu batuan andesit, tepatnya berada di Kecamatan
Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Andesit merupakan batuan beku
ataupun batuan igneus yang jenis batuan terbentuk dari magma yang mendingin lalu
mengeras tanpa proses kristalisasi yang berada dibawah permukaan sebagai batuan
intrusive ataupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif.
Batuan andesit juga merupakan salah satu batuan yang banyak digunakan di dalam
infrastruktur pembangunan dikarenakan memiliki struktur yang kuat dan daya serap
air yang sedikit. Dengan banyaknya pembangunan infrastruktur dan juga
permintaan terhadap batuan andesit sehingga pertambangan andesit banyak
dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar, dikarenakan hal ini dapat juga
memberikan dampak positif terhadap masyarakat lokal dan memberikan dampak
baik terhadap pemerintah daerah.
1.5.2 Eksplorasi
Setelah melakukan penyelidikan umum, dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi,
untuk mengetahui singkapan batuan andesit yang lebih mendalam. Kegiatan
eksplorasi di lakukan selama 1 bulan 3 minggu. Kegiatan eksplorasi terdiri dari
pemetaan geologi, pemetaan topografi, pemboran, dan sampling batuan, serta
perhitungan sumberdaya dan cadangan yang dilakukan selama 1 bulan, dimulai dari
tanggal 19 November 2023 s.d 18 Desember 2023. Sedang pengolahan data
ekplorasi dilakukan 3 minggu. Dari tanggal 19 Desember s.d 10 Januari 2024.
Tabel 1.5 Jumlah Curah Hujan Kabupaten Pandeglang Tahun 2013-2021 (mm)
Dilihat keterbandingan antara total penduduk dengan luas wilayahnya, daerah yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Labuan dengan tingkat kepadatan
penduduk 3.625,61 jiwa per km². Sebaliknya Kecamatan Sumur merupakan daerah
yang paling jarang penduduknya, yakni 107.94 jiwa per km². Kecamatan Sumur
adalah kecamatan yang terletak di paling ujung, paling jauh dengan jarak
kecamatan ke Ibukota Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan rasio jenis kelamin,
seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Pandeglang memiliki sex ratio di atas 100
yakni 105,28 yang artinya jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya hampir
sama di setiap kecamatan.
Tabel 1.8 Penduduk Kabupaten Pandeglang Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin, Tahun 2022
KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
UMUR
0–4 55.391 53.287 108.678
5–9 58.541 56.714 115.255
10 – 14 60.544 57.465 119.009
15 – 19 60.540 56.249 116.789
20 – 24 62.866 56.157 119.023
25 – 29 57.397 50.512 107.909
30 – 34 52.685 49.105 101.790
KELOMPOK LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
UMUR
35 – 39 48.975 48.005 96.980
40 – 44 45.033 43.179 88.212
45 – 49 41.152 40.240 81.392
50 – 54 34.815 34.919 69.734
55 – 59 31.956 31.733 63.689
60 – 64 24.230 22.328 46.558
65 – 69 17.611 16.992 34.603
70 – 74 9.705 9.723 19.428
75+ 8.915 10.126 19.041
JUMLAH 679.356 636.734 1.307.090
Sumber : BPS Kabupaten Pandeglang, 2023
Keberadaan Flora dan fauna di alam bebas dari tahun ketahun cenderung berkurang,
hal ini ada beberapa faktor yang berpengaruh diantaranya:
1. Luas Hutan, ruang terbuka hijau dan keberadaan pohon atau tanaman besar
yang semakin berkurang karena faktor alam ataupun faktor manusia .
2. Perburuan puspa atau satwa liar di alam bebas yang tidak terkendali, dalam
berburu tidak memperhatikan atau tidak mengenal waktu
3. Pengetahuan masyarakat tentang keaneka ragaman hayati relatif kecil
4. Berkembangnya Industri baik sekala rumah tangga maupun yang besar.
2. Zona bogor
Zona Bogor terletak di sebelah selatan dari dataran pantai Jakarta. Daerah ini
memanjang dari barat sampai timur melalui Kota Bogor, Purwakarta hingga
menerus ke Bumiayu di Jawa Tengah dengan lebar maksimum sekitar 40 km.
Zona Bogor umumnya mempunyai morfologi berbukit-bukit. Perbukitan di sini
umunya memanjang dari barat sampai timur di sekitar Kota Bogor, sedangkan
pada daerah sebelah timur Purwakarta perbukitan ini membelok ke selatan,
membentuk perlengkungan di sekitar Kota Kadipaten. Bemmelen (1949)
menamakan perbukitan ini sebagai anticlinorium yang terdiri dari perlipatan kuat
yang berumur Neogen.
Beberapa intrusi telah membentuk morfologi yang lain pula. Morfologi intrusi di
sini mempunyai relief lebih terjal dibanding dengan tubuh intrusi di Zona
Bandung yang berada di sebelah selatannya. Gunung Sanggabuana di Purwakarta,
Gunung Kromong di Cirebon merupakan contoh bantuan terobosan di daerah ini.
Sungai-sungai utama di daerah ini tidak jarang yang berbentuk aliran antiseden
(Sungai Cimanuk terhadap struktur Baribis) dan sebagian lagi superposisi (Sungai
Ciliwung terhadap struktur batuan yang ada). Kebanyakan aliran utama berarah
dari selatan ke utara. Anak-anak sungai di daerah yang terlipat umumnya bersifat
subsekuen terhadap jurus perlipatan. Di beberapa tempat, khusunya di daerah
Krawang Selatan, sungai mempunyai pola dendritik yang disebabkan dari sifat
batuan yang dilaluinya, yakni Formasi Subang yang tidak berlapis dan monoton.
3. Zona Bandung
Van Bemmelen (1949) menyatakan bahwa zona ini merupakan depresi di antara
gunung-gunung (intermontagne depression). Zona ini melengkung dari Pelabuhan
Ratu mengikuti Lembah Cimandiri menerus kearah timur melalui kota Bandung
dan berakhir di Segara Anakan di muara Sungai Citanduy dengan lebar antara 20-
40 km. Bemmelen (1949) menganggap zona ini merupakan puncak geoantiklin
Jawa Barat, kemudian runtuh setelah pengangkatan.
Daerah rendah ini kemudian terisi oleh endapan gunungapi muda. Dalam zona ini
terdapat beberapa tinggian yang terdiri dari endapan sedimen tua yang menyembul
diantara endapan vulkanik. Salah satu yang penting adalah Gunung Walat di
Sukabumi dan Perbukitan Rajamandala di daerah Padalarang.
4. Pegunungan Bayah
Zona ini terletak di bagian barat daya Jawa Barat. Morfologi yang dapat dijumpai
pada Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan punggungan yang berada
pada zona depresi tengah.
1. Aluvium (Qa)
kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur, dan kerakal batu apung
2. Endapan Undak Pantai (Qc)
formasi ini tersusun atas litologi pasir, kerikil, lempung, rombakan
batu gamping koral atau cangkang molus
3. Batu Gamping Terumbu (Ql)
Batu gamping koral dan bunga karang
4. Batuan Gunungapi Kuarter (Qv)
Formasi ini memiliki umur geologi Holosen - Pleistosen dengan disusun
oleh litologi berupa lava andesit - basalt, tuf dan breksi gunungapi.
5. Formasi Bojong (Qpb)
Formasi ini terdiri dari litologi berupa batupasir gampingan, batulempung
karbonan, napal, lensa batugamping, tuf, dan gambut. Formasi ini umumnya
berlapis baik, tebalnya antara 150-200 m, ditindih tak selaras oleh satuan
batuan yang lebih muda. Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada
formasi ini menunjukkan umur relatif Pleistosen atau N22. Lingkungan
pengendapannya adalah litoral luar (Sudana dan Santosa, 1992).
6. Formasi Cipacar (Tpc)
Formasi ini terdiri dari tuf, tuf berbatuapung, batupasir tuf, batulempung tuf,
tuf breksi, dan napal. Satuan ini umumnya berlapis baik dan tebalnya
diperkirakan ±250 m, ditindih tak selaras oleh Formasi Bojong dan satuan
batuan yang lebih muda. Fosil-fosil foraminifera dalam formasi ini
menunjukkan umur relatif Pliosen (N19-N21). Dalam formasi ini dijumpai
pula fosil moluska, kerang-kerangan dan ostrakoda. Lingkungan
pengendapannya adalah darat-laut dangkal (Sudana dan Santosa, 1992).
7. Formasi Honje
Satuan ini terdiri dari litologi berupa breksi gunungapi, tuf, lava, andesit-
basal, dan kayu terkersikkan. Formasi ini diduga berumur Miosen Akhir
berdasarkan sebagian dari satuan batuan ini yang menjemari dengan
Formasi Bojongmanik. Tebal Formasi Honje diperkirakan berkisar dari
500–600 m. Sebarannya terdapat di sekitar Gn. Honje, Gn. Tilu, dan daerah
Citerureup; setempat diterobos batuan andesit-basalt (Sudana dan Santosa,
1992).
8. Formasi Bojongmanik
Formasi Bojongmanik terdiri dari litologi berupa perselingan batupasir dan
batulempung bersisipan napal, batugamping, konglomerat, tuf, dan lignit.
Fosil-fosil foraminifera yang ditemukan pada satuan ini menunjukkan umur
Miosen Akhir-Pliosen atau pada zonasi Blow N16–N19. Selain fosil
foraminifera ditemukan juga pecahan moluska, ostrakoda, ekinoid, dan
kerang dengan lingkungan pengendapan darat hingga laut dangkal. Tebal
formasi ini diperkirakan mencapai 400 m (Sudana dan Santosa, 1992).
9. Formasi Cimapag
Formasi ini terdiri dari dua bagian, bagian bawah terdiri dari litologi breksi
aneka bahan, lava andesit, batupasir, batulempung, batugamping,
konglomerat, aglomerat dan tuf; bagian atas terdiri dari tuf dasit, lava
andesit, dan tuf breksi. Umurnya diduga Miosen Awal.
Formasi Cimapag dapat disebandingkan dengan Formasi Cikancana di
Lembar Ujungkulon yang berumur tidak lebih tua dari Miosen (Atmawinata,
1986 dalam Sudana dan Santosa, 1992). Tebal satuan ini diperkirakan 400
m. Formasi ini ditindih tak selaras oleh Formasi Bojongmanik dan setempat
diterobos oleh andesit-basalt (Sudana dan Santosa, 1992).
10. Andesit-Basalt
Batuan terobosan berupa andesit dan basalt yang diduga berumur Pliosen.
Satuan ini menerobos Formasi Cimapag dan Formasi Honje (Sudana dan
Santosa, 1992).
Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Cikarang, Jawa
Gambar 2.3 Korelasi Satuan Peta
1. Arah pertama adalah arah Timur laut-Barat daya (NE-SW) yang dinamakan
dengan arah Meratus, diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa Barat, yang
dapat diikuti ke timur laut sampai batas timur Cekungan Zaitin dan
Cekungan Biliton. Pola singkapan batuan Pra-tersier di daerah Luk Ulo
(Jawa Tengah) juga menunjukkan arah Meratus. Pola ini merupakan pola
tertua di Pulau Jawa dan sesar-sesar di pola ini diketahui berumur Kapur-
Paleosen. Di Pulau Jawa sesar-sesar ini diaktifkan kembali pada umur-umur
yang lebih muda. Tatanan tektonik kompresif oleh adanya lempeng samudra
India yang menunjam ke bawah benua (paparan) Sunda menjadi penyebab
sesar-sesar pada pola ini adalah pola sesar mendatar.
2. Pola struktur kedua yang dominan dijabarkan oleh sesar-sesar yang berarah
utara- selatan dan dinamakan Pola Sunda, umumnya terdapat di bagian barat
wilayah Jawa Barat. Di kawasan sebelah timur dari Pola Meratus, arah Utara
- Selatan ini tidak terlihat. Pulunggono dan Martodjojo (1994), mengatakan
bahwa sesar-sesar yang ada pada umumnya berpola regangan dan dari data
seismik di lepas pantai Jawa Barat tepatnya di Cekungan Zaitun
menunjukkan arah Sunda ini mengaktifkan Meratus pada umur Eosen Akhir
- Oligosen Akhir, sehingga disimpulkan Pola Sunda lebih muda dari Pola
Meratus.
3. Arah ketiga adalah arah Barat - Timur yang umumnya dominan di Pulau
Jawa dan disebut Pola Jawa. Di Jawa Barat pola ini diwakili sesar- sesar
naik pada Zona Bogor (Bemmelen, 1949). Pola ini merupakan pola termuda
yang mengaktifkan kembali seluruh pola yang ada sebelumnya dan data
seismik di Pulau Jawa Utara menunjukkan bahwa pola ini masih aktif
sampai sekarang. Disebutkan pula bahwa pola ini diakibatkan oleh tunjaman
baru di Selatan Jawa yang mengaktifkan Pulau Jawa dan mengalami
kompresi.
Desa Karyabuana memiliki variasi ketinggian antara 201 – 2000 m dpl yang
bertopografi perbukitan rendah – sedang dengan kemiringan <15% dan beraneka
ragam pada penggunaan lahan yaitu pemukiman, bangunan, sawah, ladang, dan
perkebunan.
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Formasi Batuan di
lokasi Penyelidikan
1. Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource), yaitu bagian dari
sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas, bentuk,
dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya hanya dapat diperkirakan
dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik pengamatan yang mungkin
didukung oleh data pendukung dan keyakinan geologi rendah tidak cukup
untuk membuktikan kemenerusan cebakan mineral dan kadarnya
2. Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource), yaitu bagian
dari sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas,
bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang beralasan, didasarkan pada
informasi yang didapatkan dari titik pengamatan yang mungkin didukung
oleh data pendukung dan keyakinan geologi medium. Titik pengamatan
yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan cebakan mineral,
tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya
3. Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resource), yaitu bagian
dari sumber daya mineral total yang diestimasi meliputi tonase, densitas,
bentuk, dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi
yang didapat dari titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data
pendukung dan keyakinan geologi tinggi. Titik pengamatan jaraknya cukup
berdekatan untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya dimensi, kimia, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi
yang didapat dari titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data
pendukung dan keyakinan geologi tinggi. Titik pengamatan jaraknya cukup
berdekatan untuk membuktikan kemenerusan kadar dan kandungan
mineralnya.
Gambar 3.1 Hubungan antara target eksplorasi, sumber daya, dan cadangan
3.1.1 Metoda
Secara umum, permodelan dan perhitungan sumberdaya endapan bahan galian ini
memerlukan data-data dasar sebagai berikut (Haris, 2005: 31-32):
1. Peta Topografi
2. Data penyebaran singkapan batuan
3. Data dan sebaran titik sampel
4. Densitas bahan galian
5. Peta geologi 49assi (meliputi litologi, stratigrafi, dan struktur geologi)
6. Peta situasi dan data-data yang memuat 49assif49-batasan alamiah seperti
aliran 49assif, jalan, perkampungan, dan lain-lain.
7. Luas IUP OP sebesar 12,91 Ha.
Tabel 3.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya PT. Andesit Berkah
Sumber Daya
Jenis Luas
Tereka Tertunjuk Terukur
Material
(m3) (ton) (m3) (ton) (m3) (ton)
Top Soil - - - - 724.944,5 942.427,85
129.04
Andesit - - - - 8.942.049,2 23.249.327,4
Total - - - - 9.666.993,7 24.191.755,25
Sumber : Pengolahan Data PT. Andesit Berkah, 2023
3.2 Estimasi Cadangan
Estimasi cadangan sesuai dengan SNI 4726:2019 yaitu Cadangan Mineral (Mineral
Reserve) adalah Cebakan bahan galian yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran,
kualitas dan kuantitasnya dan secara ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan
sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan berasal dari
konversi sumber daya terunjuk dan/atau terukur.
3.2.1 Metoda
Sedangkan cadangan terbukti sumber daya mineral akan didasarkan pada studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Tujuan cadangan ini adalah untuk
dipakai pada studi kelayakan. Untuk perhitungannya sendiri beracuan pada jarak
kerapatan bor, jumlah sumur/parit uji, pengambilan contoh pada kedalaman, dan
berdasarkan hasil analisis pada tiap contoh yang diambil.
4.1 Geoteknik
Geoteknik adalah cabang ilmu teknik sipil yang berfokus pada studi mengenai
perilaku bahan tanah dan batuan di bawah permukaan bumi serta interaksinya
dengan struktur bangunan. Hal ini melibatkan analisis geologi, mekanika tanah, dan
mekanika batuan untuk merancang dan membangun infrastruktur seperti jembatan,
gedung, bendungan, dan lainnya dengan memperhitungkan karakteristik geologi
dan geoteknik di lokasi tersebut. Geoteknik penting untuk memastikan keamanan,
keandalan, dan kinerja jangka panjang dari suatu pertambangan.
Lereng adalah suatu permukaan tanah yang miring dan membentuk sudut tertentu
terhadap suatu bidang horisontal dan tidak terlindungi. Lereng yang ada secara
umum dibagi menjadi dua kategori lereng tanah, yaitu lereng alami
dan lereng buatan. Dalam suatu pertambangan, lereng mengacu pada bidang atau
area miring yang membentuk dinding, bukit, atau kemiringan di dalam atau di
sekitar tambang. Lereng ini dapat berupa bagian dari pit tambang terbuka atau
bagian dari struktur bawah tanah dalam penambangan bawah tanah. Lereng dalam
pertambangan memiliki peran penting dan mungkin memiliki karakteristik
geoteknik yang khusus yang harus diperhitungkan.
Stabilitas lereng (atau kestabilan lereng) adalah kemampuan suatu lereng atau
kemiringan tanah untuk menjaga bentuk dan posisinya tanpa mengalami perubahan
yang signifikan atau runtuh yang berkaitan dengan pengukuran dan perawatan
ketahanan lereng terhadap potensi pergeseran, runtuh, atau longsor.
Suatu cara yang umum untuk memastikan suatu kesetabilan lereng yaitu dengan
menggunakan factor keamanan, factor ini merupakan perbandingan anatara gaya
penahan dengan gaya penggerak yang menyebabkan longsor, factor kesetabilan
lereng di nyatakan sebagai berikut:
Sumber: Prof. Partanto, perencanaan tambang, 2004
Rumus : F = R / Fp
Dimana :
R : gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Dalam praktek (Bowles, 1984) tingkat nilai faktor keamanan adalah sebagai berikut:
FK Keterangan
>1.5 Stabil
1.07<FK<1.5 Kritis
<1.07 Labil
1. Geometri Lereng
4C
Hc = 𝑥 = γ sin 2a .............................................................................................. (4.1)
Metode yang digunakan dalam penentuan dimensi jenjang, sangat dipengaruhi oleh
alat-alat mekanis yang digunakan, dan salah satu pendekatannya adalah "Head
Quarter of Army (USA)" dengan persamaan yang berikut ini.
𝜸+𝒘𝒕
W min = 𝒘𝒃
+ Ls + G + Wb
Keterangan :
2. Struktur Geologi
Struktur geologi batuan yang berpengaruh pada kemantapan lereng dapat berupa
bidang perlapisan (Bedding Plane), sesar (Fault), perlipatan (Fold) dan kekar
(Joints). Struktur ini sangat memengaruhi kekuatan batuan karena bidang
perlapisan dapat menjadi bidang luncur suatu longsoran. Struktur geologi batuan
tersebut merupakan bidang-bidang lemah yang sangat potensial sebagai tempat
merembesnya air yang akan mempercepat proses pelapukan dan pengisian celah
rekahan sehingga memicu untuk terjadinya suatu longsoran. Dalam analisis
longsoran, pengetahuan tentang orientasi bidang perlapisan dan kekar menjadi
kunci dalam menentukan potensi tipe longsoran yang mungkin terjadi. Mengukur
arah jurus dan kemiringan bidang yang rentan adalah tahap penting dalam
pengumpulan data untuk analisis. Jika bidang lemah tersebut sejajar dengan
kemiringan lereng, hal ini dapat berdampak signifikan karena bidang tersebut
memiliki kekuatan geser yang sangat minim, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya longsoran.
Sifat fisik tanah dapat diperoleh dari hasil pengujian laboratorium, penentuan sifat
fisik tanah merupakan pengujian tanpa merusak (non destruktif test). Sifat fisik
tanah yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng adalah :
a. Berat isi tanah Berat isi tanah (γ) adalah perbandingan antara berat dengan
volume material. Berat isi ini berperan dalam menentukan besarnya beban
yang menimbulkan tekanan pada permukaan bidang longsor. Kenaikan
harga berat isi juga akan menambah beban yang diberikan pada lereng.
b. Porositas, yang mengacu pada rongga-rongga dalam material yang dapat
menyerap air, berperan penting dalam kemampuan batuan dan tanah untuk
menahan air. Ketika angka porositas meningkat, kemampuan material untuk
menyerap air juga meningkat, menyebabkan berat isi batuan/tanah menjadi
lebih tinggi. Kenaikan harga porositas dapat menghasilkan peningkatan
tekanan pada pori-pori material
c. Permeabilitas Permeabilitas adalah kemampuan dari suatu material untuk
dilalui fluida seperti air. Jika semakin tinggi nilai permeabilitas berarti
semakin mudah air merembes melalui pori batuan/tanah tersebut.
Permeabilitas mempunyai hubungan yang erat dengan porositas yaitu
batuan atau tanah dengan porositas tinggi, pori-pori akan sulit terisi air
apabila nilai permeabilitasnya rendah.
d. Kadar air Semakin besar kandungan air pada batuan/tanah pembentuk
lereng, kemungkinan longsoran lereng akan semakin besar. Oleh karena itu
disebabkan karena gaya penggerak semakin besar dan kuat geser
batuan/tanah makin berkurang. Ini dikarenakan lereng semakin tidak
mantap.
4. Sifat Mekanika Tanah
Keterangan :
C’ = kohesi Tanah/Batuan efektif (kg/cm2 ) 62
τ' = Tegangan Normal Efektif, τ' = σ – U (kg/cm2 )
U = Tegangan air pori (kg/cm2 )
Ф = Sudut geser dalam efektif (0 )
Gambar 4.4 Perbedaan Antara Sudut Geser Dalam Dengan Sudut Geser Dalam
Efektif
Parameter c dan ф mempunyai nilai yang berbeda dengan C’ dan ф’. Pada
prinsipnya C > C’ dan ф < ф’.
b. Sudut geser dalam, juga dikenal sebagai Angle of Internal Friction, adalah
sudut kritikal di mana batuan atau tanah mulai meluncur secara bebas karena
gaya beratnya sendiri. Pada batuan yang sangat lapuk atau tanah, nilai sudut
geser dalam dapat dikaitkan dengan nilai angle of refuse, yang
mencerminkan sudut yang dibentuk oleh material yang longgar. Tingkat
sudut geser dalam berkorelasi langsung dengan kekuatan geser batuan atau
tanah. Semakin besar sudut geser dalam, semakin stabil massa batuan atau
tanah tersebut. Laboratorium menyediakan pengujian geser langsung
(Direct Shear Test) dan pengujian triaksial (Triaxial Test) untuk menentukan
sudut geser dalam dari suatu tanah atau batuan
5. Kondisi Air Tanah
Pengaruh air tanah terhadap kekuatan tanah dapat mengurangi kemantapan lereng.
Air tanah akan menjadikan ikatan antar molekul tanah menjadi semakin kecil
sehingga akan menimbulkan adanya bidang gelincir pada lereng, disamping akan
memperbesar berat lereng. Suatu lereng yang mengandung 63 air tanah memiliki
kemantapan lereng yang kecil dibandingkan lereng yang tidak mengandung air
tanah, pada geometri lereng yang sama.
Gaya-gaya ini adalah semua gaya yang datang dari luar lereng umumnya berasal
dari alat-alat berat, gempa dan peledakan, yaitu :
a. Gaya Akibat Alat Berat Penggunaan alat-alat berat akan memberikan gaya
pada lereng. Gaya ini dapat berupa getaran akibat hilir mudiknya alat-alat
berat atau sebagai menambah beban pada lereng jika alat ini bekerja atau
berada di atas bagian lereng.
b. Gaya yang dihasilkan oleh gempa dan peledakan dapat memicu getaran
yang merusak stabilitas lereng. Material akan mengalami gerakan yang
menyerupai osilasi harmonis. Ketika material melebihi batas elastisitasnya,
ikatan antara butir akan melemah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
longsor pada lereng.
Berikut adalah kriteria faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran pada lereng
tambang berdasarkan Kepmen ESDM Nomor : 1827 K/30/MEM/2018.
Tabel 4.2 Nilai Faktor Keamanan dan Probabilitas Longsor Lereng Tambang
Dalam hal terjadi gempa dengan nilai koefisien gempa yang lebih besar dari standar
dalam SNI 1726:2012 dan perubahannya, koefisien gempa yang digunakan adalah
koefisien gempa yang lebih besar tersebut.
4.1.1.2 Jumlah
PT. Anesit Berkah menggunakan analisa geoteknik yang tersebar disekitar lokasi
Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi seluas 129,04 hektar. Adapun data yang
digunakan yaitu terdiri dari :
3. Data sifat fisik dan mekanik sejumlah 10 data soil dan 10 data andesit dan
masing-masing sejumlah 4 yang terdiri dari nilai bobot isi kering, bobot isi jenuh,
nilai kuat tekan (UCS), nilai kohesi dan sudut geser dalam.
No Data No Data
1 N115E/45 11 N 107 E / 45
2 N 127 E / 13 12 N 37 E / 45
3 N 123 E / 45 13 N 115 E / 13
4 N 121 E / 14 14 N 37 E / 13
5 N 129 E / 13 15 N 99 E / 44
6 N31E/13 16 N51E/45
7 N 129 E / 45 17 N 121 E / 13
8 N 47 E / 45 18 N 41 E / 13
9 N 129 E / 13 19 N 95 E / 45
10 N 27 E / 13 20 N 37 E / 42
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
No Data No Data
1 N 48 E / 46 11 N28E/14
2 N 52 E / 46 12 N 38 E / 46
3 N 124 E / 46 13 N 116E/ 14
4 N 122 E / 15 14 N38E/14
5 N130E/14 15 N 116 E / 46
6 N 32 E / 14 16 N128E/14
7 N 130 E / 46 17 N38E/41
8 N 100 E / 45 18 N 42 E / 14
9 N130E/14 19 N 96 E / 46
10 N 108 E / 46 20 N 122 E / 14
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
No Data No Data
1 N 39 E / 12 11 N 29 E / 11
2 N 93 E / 44 12 N 127 E / 43
3 N 35 E / 44 13 N 45 E / 43
4 N 35 E / 12 14 N119E/12
5 N 105 E / 44 15 N 127 E / 11
6 N 35 E / 39 16 N 97 E / 42
No Data No Data
7 N113E/12 17 N 125 E / 11
8 N 113 E / 44 18 N 121 E/43
9 N 49 E / 44 19 N 127 E / 11
10 N119E/12 20 N 25 E / 11
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
No Data No Data
1 N 122 E / 15 11 N 130 E / 14
2 N 40 E / 47 12 N 130 E / 46
3 N 96 E / 47 13 N 50 E / 46
4 N 40 E / 15 14 N 42 E / 15
5 N 100 E / 47 15 N 130 E / 9
6 N 40 E / 42 16 N 100 E / 45
7 N 116 E / 15 17 N 130 E / 14
8 N 116 E / 47 18 N 124 E / 46
9 N 122 E / 10 19 N 32 E / 14
10 N 30 E / 14 20 N 52 E / 47
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
1. Metode gali bebas (free digging) untuk batuan yang memiliki nilai UCS
kurang dari 1,5 MPa dengan Geological Strength Index (GSI) kurang dari
50 atau kecepatan seismik massa batuan kurang dari 450 (Empat ratus lima
puluh) m/s.
2. Metode garu (Ripping) untuk batuan yang memiliki nilai UCS 1,5 - 40 MPa
dengan GSI 50 - 70 atau kecepatan seismik massa batuan antara 450 –
1650m/s.
Metode pengeboran dan peledakan (Drilling and Blasting) untuk batuan yang
memiliki nilai UCS lebih dari 40 MPa dengan GSI lebih dari 70 atau kecepatan
seismik masa batuan lebih dari 1650 m/s; serta mempertimbangkan reaktivitas
batuan, batuan panas (Hot rock/hot ground), bahaya kelistrikan, ground reactivity,
jumlah dan spesifikasi peralatan, geometri dan dimensi pola peledakan, jenis bahan
peledak, fragmentasi hasil peledakan, rencana pemantauan efek peledakan yang
paling kurang terdiri atas ground vibration, air blast, fly rock, dan fumes.
RMR(b) = R1 + R2 + R3 +R4 + R5
Tabel 4.9 RMR Andesit
No Parameter Nilai Bobot
1 UCS 54.1 Mpa 7
2 RQD 94.90 % 20
3 Jarak 0.15 m 8
Diskontinuitas
4 Kondisi Kemenerusan 20
Diskontinuitas kekar, bukaan
kekar, material
pengisi, pelapukan
5 Kondisi Air Tanah Kering 15
Total Bobot 70
Kelas Massa Batuan Sangat Baik
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Analisis tipe longsoran menggunakan software Dips dan metode manual dengan
stereonet yang terdiri dari polar net, kalsbeek net, dan schmidt net. Data rekahan
diperoleh dari metode scanline yaitu dengan membentangkan tali sepanjang 15
meter. Data rekahan yang diperoleh sebanyak 20 data. Data tersebut kemudian di
plot ke dalam stereonet. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan tipe longsoran
yaitu longsoran baji. Longsoran baji sendiri merupakan longsoran yang memiliki
salah satu ciri yaitu terdapat dua arah joint dominan yang dip kekarnya bersilangan
satu sama lain. Joint 1 memiliki arah N 125° E/15°, joint 2 berarah N 42° E/48°,
tho 1 memiliki arah 0° / N 87° E, tho 2 memiliki arah 38° / N 178° E, tho 3 memiliki
arah 52° / N 267° E, lereng memiliki arah N 147° E/54°, arah longsoran yaitu N
178° E, dan arah gaya sama dengan tho 2 yaitu 38° / N 178°E. Hasil pengeplotan
di Schmidt Net dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut
ketelitian agar output yang dihasilkan benar. Sedangkan untuk pengolahan data
untuk mengetahui nilai faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran
menggunakan serangkaian Software diantaranya Microsoft excel, Matlab R2017B,
dan Rocscience Slide v6 dengan memasukkan nilai bobot isi kering top soil 9,425
kN/m3 dan andesit 20.281 kN/m3. UCS top soil 641,272 kN/m2 dan andesit 53750
kN/m2. Konstanta m top soil 11.67 dan andesit 16.31 Serta nilai konstanta s top soil
0.43 dan andesit 0.971 Alat muat yang digunakan yaitu Excavator Komatsu PC 200-
8 dengan massa alat yaitu 199,94 kN/m, Dump Truck Hino Deutro 110 JD dengan
massa 211,82 kN/m. Dilakukan analisis baik single slope maupun overall slope
dalam keadaan kering, sehingga akan di dapatkan nilai faktor keamanan (FK) dan
probabilitas kelongsoran (PK).
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 10 m
4. Tinggi lereng 5m
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Berat bucket 1.25 ton / 12.2583 kN/m2
8. Total berat excavator ditambah bucket 21.75 ton/ 213.29 kN/m2
7. Safety Factor 0.965
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Tabel 5.6 Deskripsi Rekomendasi Lereng Keseluruhan (Overall Slope ) Dengan
Beban ditambah material bucket
No Deskripsi Data
1. Lebar 4m
2. Tinggi soil 3m
3. Tinggi keseluruhan 40 m
4. Tinggi lereng 5m
No Deskripsi Data
5. Kemiringan 70º
6. Berat excavator 20.5 ton / 201.04 kN/m2
7. Berat bucket 1.25 ton / 12.2583 kN/m2
8. Total berat excavator ditambah bucket 21.75 ton/ 213.29 kN/m2
7. Safety Factor 1.088
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke
bumi dan Kembali ke atmosfir melalui proses kondensasi, presepitasi, evaporasi
dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci
proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air mengalami
evaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air hujan, salju, hujan
batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Unsur-unsur utama dalam siklus hidrologi :
Presipitasi adalah curahan atau jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan
laut dalam bentuk yang berbeda, yaitu hujan di daerah tropis an curah hujan serta
salju di daerah yang beriklim sedang.
1. Faktor tanah, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik tanah seperti
ukuran butir dan struktur tanah.
2. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan.
3. Faktor lain, seperti kemiringan tanah, kelembaban tanah, dan suhu air.
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah,
air dan vegetasi yang diuapkan kebali ke atmosfir merupakan gabungan dari
evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan dari permukaan air
yang terbuka. Transpirasi adalah proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan
melalui sel-sel stomata. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah:
1. Radiasi matahari, karena proses perubahan air dari wujud cair menjadi gas
memerlukan panas (penyinaran matahari secara langsung)
2. Angin yang berfungsi membawa uap air dari satu tempat ke tempat lain.
3. Suhu dan kelembaban relatif.
4. Jenis tumbuhan, karena evapotranspirasi dibatasi oleh persediaan kelembaban ar
yang diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan serta ukuran stomata.
5. Jenis tanah, karena kadar kelembaban tanah membatasi persediaan air yang
diperlukan tumbuhan.
Limpasan (run off) adalah semua air yang mengalir akibat hujan yang bergerak dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah tanpa memperhatikan asal
atau jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran.
Penyelidikan hidrologi meliputi jenis dan lokasi sumber air, pengukuran debit, dan
arah aliran air permukaan. Penyelidikan hidrogeologi meliputi jenis dan jumlah
akuifer, karakteristik hidrolik akuifer, arah aliran air tanah, pengukuran tinggi muka
air tanah, dan pengukuran debit mata air dan/atau seepage. Pengukuran luas wilayah
tangkapan hujan (catchment area); Pengolahan data hasil penyelidikan lapangan,
peta hidrologi dan hidrogeologi serta hasil studi hidrologi dan hidrogeologi;
Rekomendasi sistem penyaliran tambang.
4.2.1 Akuisisi Data
4.2.1.1 Jenis
Kajian ini menggunakan metode kuantitatif yang terkait dengan pengumpulan,
penggunaan data yang benar, dan interpretasi data klimatologi dan hidrologi. Ruang
lingkup dalam penyelidikan ini mencakup identifikasi lapisan akuifer, pengukuran
muka air tanah, curah hujan, serta kualitas air tanah pada lokasi penelitian yang
berada di Desa Karyabuana, Kecamatan Cigeulis,Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten.
4.2.1.2 Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan dilapangan, hasil pengeboran yang telah dilakukan
untuk menunjukkan susunan litologi dalam lubang bor, sehingga dapat ditentukan
jenis-jenis lapisan batuan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air. Pada analisis
hidrologi-hidrogeologi, terdapat 3 data yang diperlukan, yakni :
1. Data curah hujan selama kurun waktu 10 tahun terakhir selama 12 bulan dalam
setuan milimeter, dengan jumlah 120 data curah hujan.
2. Data hari hujan selama kurun waktu 10 tahun terakhir selama 12 bulan dalam
satuan hari, dengan jumlah 120 data harii hujan.
3. Satu peta cekungan air tanah di lokasi.
1. Arah dan pola aliran air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi
daerah penyelidikan.
2. Arah dan pola aliran air tanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi tekanan
pisometrik daerah tersebut.
Keberadaan air tanah pada operasi tambang terbuka telah menjadikan salah satu
faktor batasan penting terhadap tingkat keberhasilan ekonomis awal dari suatu
operasi penambangan. Semakin dalam kemajuan penambangan tambang terbuka
maka tingkat permasalahan air tanah akan semakin sulit. Oleh karena itu perlu
adanya sistem penyaliran yang baik. Penyaliran diperlukan sebagai penunjang
kelancaran dalam kegiatan penambangan. Sistem penyaliran yang ada pada lokasi
tambang terbuka dilaksanakan karena akumulasi air dalam tambang yang harus
dikeluarkan. Pada PT. Andesit Berkah terletak pada daerah…..yang dapat dilihat
pada gambar berikut.
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan yang dinyatakan dlam tinggi hujan atau
volume hujan dalam satu waktu. Tinggi rendahnya nilai intensitas curah hujan,
hujan dapat diklasifikasikan kedalam beberapa tingkatan yang dapat dilihat pada
tabel 5.2
Tabel 5.2 Derajat dan Intensitas Curah Hujan
Intensitas Curah
No Derajat Hujan Kondisi
Hujan (mm/menit)
Tanah agak basah atau
1 Hujan sangat lemah <0.02
sedikit basah
2 Hujan lemah 0.02 – 0.05 Tanah basah semuanya
Adanya genangan air di
3 Hujan normal 0.05 – 0.25
beberapa tempat
Air tergenang diseluruh
4 Hujan deras 0.25 – 1.00
permukaan tanah
Air sangat banyak
5 Hujan sangat deras >1.0 sehingga seluruh
drainase meluap
Sumber: Sasrodarsono, 1993
𝑅24 24 2/3
I = ( )
24 𝑡
Keterangan
I : Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
R24 : Curah Hujan Maksimum (mm)
T : Lamanya hujan (jam)
Berdasarkan curah hujan Kabupaten Pandeglang 10 tahun terakhir, maka
didapatkan data intensitas curah hujan yang dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Intensitas Curah Hujan
Maka perhitungan debit air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Q = debit air limpasan
C= Koefisien air limpasan
I = Intensitas Air Hujan
A = Luas DTH
Tabel 5.5 Perhitungan Debit Air Limpasan
Q
Lokasi C A I
m³/s (m³/menit) m³/jam m³/hari
DTH 0.4 434528 0.0612963 2961.807401 177708.444 10662506.6 255900159
Sumber: Data Pengolahan PT. Andesit Berkah, 2023
Debit air masuk ke dalam pit adalah perkiraan jumlah atau debit air dari hujan yang
masuk ke dalam pit setiap tahun. Debit air hujan tergantung dari topografi daerah
penyelidikan, untuk mengetahui debit dari air hujan maka perlu mengetahui luas
dasar pit di lokasi atau bottom limit. Perhitungan debit air limpasan yang masuk ke
dalam pit menggunakan perhitungan :
𝑄 𝐴𝐼𝑅 𝐻𝑈𝐽𝐴𝑁 = 𝐼 𝑥 𝐴
Keterangan :
Q = Debit Air limpasan (m3 /detik )
I = Intensitas Curah Hujan ( m/detik )
A = Luas Bottom Limit (m2 )
Tabel 5.6 Debit Curah Hujan
Q
Lokasi A I
m³/s (m³/menit) m³/jam m³/hari
DTH 790939.73 0.0612963 48481.679 177708.4441 10662506.6 255900159
Sumber : Pengolahan Data PT Tambang Jaya, 2023
Debit yang dihasilkan dari penjumlahan debit air limpasan dan debit air hujan.