TEKNIK EKSPLORASI
DISUSUN OLEH
1. FATIMATUZZUHRO (E1M016022)
UNIVERSITAS MATARAM
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya
alam yang besar, salah satu di antaranya yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
adalah sumber daya mineral logam. Sebagai negara yang sedang membangun di segala
bidang, tentu saja potensi sumber daya mineral logam sangat dibutuhkan agar
tersebut diperlukan dukungan dari ketersediaan dan akses terhadap kekayaan atau potensi
sumber daya mineral logam di Indonesia. Demikian pula peningkatan permintaan dan
sebagai dasar dari kebijakan nasional di bidang eksplorasi dan eksploitasi mineral.
Sebagai suatu industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumber daya,
serta mengandung resiko yang tinggi, maka industry pertambangan menjadi hal yang
sangat unik dan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat menghasilkan sesuatu yang
positif dan menguntungkan. Banyaknya disiplin ilmu dan teknologi yang terlibat di dalam
industri ini mulai dari geologi, eksplorasi, pertambangan, metalurgi, mekanik dan elektrik,
sehingga menjadikan industri ini cukup kompleks. Karena yang menjadi dasar dalam
penyebaran endapan, geometri badan bijih (endapan), jumlah cadangan, serta kualitas,
1
maka peranan ilmu eksplorasi menjadi hal yang sangat penting sebagai awal dari seluruh
Kegiatan eksplorasi sumber daya mineral, batubara, dan sumber daya geologi
faktor-faktor situasi politik, kepastian hukum suatu negara, dan faktor eksternal lainnya
yang sangat sukar diperhitungkan. Agar kegiatan eksplorasi dapat terencana, terprogram,
dan efisien, maka dibutuhkan pengelolaan kegiatan eksplorasi yang baik dan terstruktur.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman konsep eksplorasi yang tepat dan terarah oleh para
pelaku kegiatan eksplorasi, khususnya yang meliputi disiplin ilmu geologi dan eksplorasi
tambang.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
2
4. Untuk mengetahui cara pengolahan bahan galian industri
3
BAB II
ISI
lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan, terutama
tindakan atau mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu;
misalnya daerah yang tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak
bumi (explorasi minyak bumi), gas alam, batu bara, gua, air, ataupun informasi.
geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menemukan lokasi, ukuran, bentuk, letak,
sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat
Dari ke-tiga pengertian tentang eksplorasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Eksplorasi
adalah suatu kegiatan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui
ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta “studi kelayakan” dari
Sedangkan Studi Kelayakan adalah pengkajian mengenai aspek teknik dan prospek
ekonomis dari suatu proyek penambangan dan merupakan dasar keputusan investasi.
Kajian ini merupakan dokumen yang memenuhi syarat dan dapat diterima untuk
investasi atau pembiayaan proyek. Studi ini meliputi pemeriksaan seluruh informasi
4
geologi berdasarkan laporan eksplorasi dan faktor-faktor ekonomi, penambangan,
terkait.
B. Tujuan Eksplorasi
Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya mineral secara
geologi dan pemineralan berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas
suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara ekonomis
C. Tahapan Eksplorasi
Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah target endapan yang akan dieksplorasi
telah ditetapkan. Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam
(sebaran), serta kadar endapan tersebut dalam beberapa kondisi geologi yang berbeda.
Publikasi ilmiah.
Textbook geologi/ekonomi.
5
Proceeding dan publikasi-publikasi teknik pada konfersi dan symposium
organisme professional.
dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi geologi yang telah
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup maupun
sedang beroprasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai kondisi geologi yang
mirip. Jika ternyata mempunyai kondisi yang tidak sesuai, maka perlu dilakukan
modifikasi/penyesuaian.
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif maka perlu disiapkan suatu
Pembagian bahan galian industry berdasarkan atas asosiasi dengan batuan tempat
terdapatnya, dengan mengacu pada Tushadi dkk (1990) adalah sebagai berikut:
Kelompok I: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan Batuan sedimen. Kelompok
6
Kelompok II: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan batuan gunung api.
Kelompok III: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan
Kelompok IV: Bahan Galian Industri yang berkaitan dengan endapan residu dan
endapan letakan.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka teknik eksplorasi awal yang
batuan dipermukaan.
Untuk mendapatkan data geologi lebih lanjut dalam usaha untuk mengetahui
pekerjaan:
a. Pemboran inti
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan galian
secara vertical yang berada dibawah permukaan tanah, disamping itu mengetahui
ketebalannya.
Teknik meletakkan titik lokasi pemboran inti ini agar didapatkan kedalamaan yang
maksimal dilakukan dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. Oleh sebab itu
apabila daerah tersebut belum/tidak didapatkan peta topografi dengan skala yang
Sesuai dengan tingkat kedalaman pemboran yang diinginkan dan waktu yang
7
Alat bor auger, yang dioprasikan secara manual oleh tenaga manusia. Alat ini
apabila batuan yang akan dibor cukup tebal/cukup dalam maka perpindahan lokasi
pemboran secara sistematis perlu dilakukan. Suatu keuntungan dari metode ini
adalah bahwa alat bor auger mudah dilepas dari rangkaiannya sehingga dapat
Alat ini sesuai diterapkan pada batuan yang lunak ataupun pada bagian yang keras.
Kemampuan membor alat ini cukup dalam, sehingga pemindahan lokasi pemboran
berikut:
1. Analisa petografi
Untuk analisa petografi, sampel dipreparasi dengan ukuran -16. Sampel kemudian
dicampur dengan epoxy resin lalu dibuat dalam bentuk briket. Selanjutnya permukaan
sampel dipoles secara bertahap hingga permukaannya sangat halus dan siap untuk
dianalisis. Analisi petografi menggunakan Mikroskop refleksi buatan carl Zeiss model
Axioplan dengan pembesaran total 200 – 500 kali. Mikroskop ini delengkapi dengan
8
fotometer serta filter sinar fluoresen. Kuantifikasi maseral dengan menggunkan point
counting.
2. Analisa kimia
Analisa kimia dinilai relative lebih rinci dibandingkan dengan analisa petografi.
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi kimia (senyawa oksida) dalam
Contoh batuan digiling hingga mencapai ukuran 100 mesh lalu dikeringkan pada
temperature 150º C dalam cawa platina, kemudian di fusing dengan Na2CO3 pada
suhu 1.000º C. tambahkan aquades dan HCl, panasi hingga kering. Ulangi
perlakuan tersebut sampai larur lalu disaring untuk penentuan kadar SiO2.
AAS akan segera dapat diketahui nacam-macam unsur dan jumlahnya secara tepat
dan cepat.
maka semua air akan keluar dan menguap. Sampel tersebut kemudian ditimbang
dipanaskan pada suhu 105º C dan ditimbang = a gram. Kemudian dipanaskan lagi
pada furnace sampai 1.000º C, selama 1,5 – 2 jam, dan ditimbang lagi = b gram.
9
3. Analisa Difraktometer Sinar X
Analisa ini diperlukan untuk batuan yang sulit ditentukan jenis unsur kimianya dengan
petografi karena mempunyai butir yang sangat halus, antara lain untuk jenis
lempung/tanah liat.
Pisahkan ukuran butir dengan cara diayak pada ayakan berjenjang. Agar hasilnya
Sampel yang tertampung dalam setiap ayakan dengan mesh tertentu, selanjutnya
ditimbang.
Catata: Analisa ukuran butir cocok untuk contoh bahan galian yang bersifat lepas
Berat jenis yang diukur pada contoh batuan adalah bulk density. Hal ini disebabkan
Contoh batuan dipanaskan dalam oven pada suhu minimum 100º C supaya semua
air yang ada di dalamnya menguap, kemudian didinginkan pada suhu kamar.
10
6. Pengujian kuat tekan bebas
Untuk mencegah kerusakan kontruksi akibat beban (misalnya lalu lintas), agregat
Kuat tekan suatu bahan adalah kemampuan batuan tersebut dalam menahan beban
atau gaya tekan yang dikenakan sehingga batuan tersebut pertama kali mengalami
deformasi. Besarnya kuat tekan bebas batuan dipengaruhi oleh tekstur, mineral
penyusun, porositas maupun gesekan dengan bidang penekanan. Pada pengujian kuat
tekan bebas batuan diperlukan contoh batuan dengan bentuk tertentu yaitu dalam
bemtuk kubus atau silinder. Hal tersebut dimaksudkan agar perbedaan kuat tekan yang
terjadi pada keduanya tidak berbeda, dan kalaun ada perbedaan tersebut sangat kecil
Rumus kuat tekan bebas adalah kuat tekan (kg/cm2/ = besar gaya yang menekan (kg)
Kedua sisi yang menempel pada alat tekan dibuat lebih licin.
Nilia bsar gaya yang menekan diketahui demikian pula nilai luas penampang yang
dikenai gaya, dengan mempergunakan rumus di atas nilai Kuat tekan dapat
dihitung.
11
Pengolahan bahan galian industry jauh lebih beraneka ragam dibanding dengan
bahan logam. Pengolahan bertujuan untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti
tingkat konsentrat, kadar sesuatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk dan penampilan.
Penambangan intan yang dipisahkan dari mineral lain dilakukan dengan konsep
konsentrasi berdasarkan atas gaya berat seperti meja goyang dan alat-alat Jig.
Pemurnian feldspar mempergunakan proses gaya berat dan juga floatasi untuk
penambangan emas di pulau Wetar diolah dengan cyclone, classifer, filter dan
pengering (dryer).
Pengolahan belerang dapat dilakukan dengan proses penyulingan (frazer) dalam usaha
Pemurnian pasir besi dengan memperhatikan perbedaan berat jenis dengan mineral
yang lain dan sifat kemagnitannya telah dilakukan pada penambangan pasir besi di
Cilacap.
Peningkatan sifat kimia yang sudah dilakukan adalah pembakaran batu gamping untuk
12
d. Peningkatan sifat fisika
Cara ini diterapkan khususnya untuk bahan bangunan dan batuan hias. Pengolahan
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan pengolahan bahan galian dalam
usaha untuk meningkatkan mutu merupakan suatu rekayasa teknologi yang perlu
ditingkatkan. Tiap-tiap bahan galian memerlukan penanganan usaha dan teknologi yang
sesuai.
tertentu. Dalam pemakaian dan pasaran berbagai bahan diperlukan untuk berbagai tujuan
Tembaga ini mempunyai sifat-sifat yang sangat baik yakni; sebagai penghantar listrik dan
panas yang baik, mampu tempa, duktil dan mudah dibentuk menjadi plat-plat atau kawat.
Bijih-bijih tembaga dapat diklasifikasikan atas tiga golongan yaitu Bijih Sulfida, Bijih
13
Cholcocite Cu2S 68,5%
Melactite CuCO3Cu(OH)2 57,4%
Native Copper Cu 99,99%
Herogenit Cu2O3 CuOnH2O
Ditinjau dari sifat kimianya logam-logam mempunyai oksida-oksida pembentuk
basa dan berdasarkan sifat-sifat logam terhadap oksida ini logam-logam tersebut dapat
digolongkan menjadi:
Logam mulia, yaitu logam yang tidak dapat mengalami oksidasi, misalnya Au, Pt,
Logam setengah mulia, yaitu logam yang agak sukar teroksida, misalnya Cu.
Logam tidak mulia, yaitu logam-logam yang dalam keadaan basa dan pada
perubahan temperature mudah teroksidasi, misalnya K, Na, Mg, Ca, Al, Zn, Fe,
Terlihat bahwa logam Cu merupakan logam setengah mulia yang agak sukar
teroksida, maka pada Tabel 1 mineral tembaga terpenting berada pada senyawa sulfide
dan hidroksida.
menggunakan Electometallurgy. Logam dalam mineral akan mudah diekstraksi daru suatu
sedangkan logam pada mineral dengan senyawa hidroksida dan karbonat akan mudah
senyawa sulfide untuk dapat diekstraksi dengan metode Pyrometallurgy, maka logam
pengotor maupun logam utamanya harus diubah dulu menjadi senyawa oksida dengan
14
proses Pemanggangan (Roasting). Sedangkan bijih dengan senyawa hidroksida maupun
Untuk mendapatkan metal Cu yang lebih murni biasanya dilakukan cara metalurgi
ekstraksi (pengambilan logam) terpadu, atau dengan kata lain baik secara pyrometallurgy
metal samping yang tidak kalah pentingnya dengan metal utamanya. Seperti halnya dalam
ekstraksi logam tembaga akan didapatkan emas dan perak dan gas SO 2 yang dijadikan
produk samping.
sulfide ore, oxide ore, maupun native ore. Ore/bijih yang sangat penting adalah sulfide
ore, karena pada umumnya mempunyai kadar relative tinggi. Mineral penting pada bijih
Bijih tembaga berbentuk sebagai vein/urat, yang tersebar di dakam batuan beku
merupakan butiran-butiran kecil. Biasanya berasosiasi dengan silica (50-60%), besi (10-
20%), sulfur (10%) dan sejumlah kecil alumina, calcium, oksida, cobalt, selenium,
tembaga biasanya dengan proses meja goyang, luice box atau flotasi tergantung pada
ukuran butir meneralnya. Apabila ukuran buturnya kasar (>200 mesh atau >74 m)
15
digunakan proses meja goyang atau sluice box, bila ukuran butirnya halus (<200 mesh
atau <74 m) maka menggunakan proses flotasi. Dengan proses konsentrasi ini diharapkan
mineral tembaga akan terpisah dari kotoran maupun mineral zinc, timbal dan non sulfide.
Konsentrat hasil konsentrasi masih mengandung besi dalam jumlah yang banyak
masih ada logam impurities (pengotor) lainnya. Untuk dapat diambil metalnya maka
Tahap III: Refining (pemurnian) untuk mendapatkan tembaga murni (kadar 98%
Cu).
16
Gambar 1. Diagram Alir Pengolahan-Pemurnian Bijih Tembaga Konvensional
17
Secara sederhana proses pengolahan untuk ekstraksi bijih tembaga-besi-sulfida
menjadi tembaga terdiri dari beberapa unit operasi dan unit proses ditunjukkan pada
a. Liberasi
b. Pengapungan (flotasi)
c. Pemanggangan
d. Peleburan
e. Pengubahan
f. Elektrolisis.
18
menjadi berukuran halus. Penghalusan ukuran butir berfungsi untuk membebaskan
butiran (liberasi) yang mengandung tembaga dan emas, serta untuk proses pemisahan dan
menyiapkan ukuran yang sesuai dengan proses selanjutnya (konsentrasi dan ekstraksi).
Bijih yang sudah diolah selanjutnya melalui proses flotasi, yaitu untuk
aerophilic (menolak air) dipisahkan dengan yang bersifat hydrophilic atau aerophobic
(menerima air). Pada proses penguapan (flotasi), bubur konsentrat (slury) yang terdiri dari
bijih yang sudah halus (hasil gilingan) dicampur dengan reagen, kemudian dimasukkan ke
dalam rangkaian tangki pengaduk yang disebut sel flotasi, secara bersamaan dipompakan
Reagen yang digunakan berupa kapur, pembuih (frother) dan kolektor. Kapur
berfungsi untuk mengatur pH. Pembuih membentuk gelembung stabil yang tidak mudah
kolektor berekasi dengan permukaan partikel mineral sulfide logam berharga, sehingga
menjadikan permukaan tersebut bersifat menolak air (hydrophobic). Butir mineral sulfide
tersebut menempel pada gelembung udara yang terangkat dari zona slury ke dalam buih
menyerupai buih deterjen berkilap metalik akan meluap dari bibir atas mesin flotasi dan
Mineral berharga yang terkumpul di dalam palung tersebut adalah konsentrat. Konsentrat
(dalam bentuk slurry, 65% solid). Selanjutnya konsentrat dikeringkan sampai kandungan
19
Emas kasar dan bebas, tidak bereaksi dengan baik pada proses flotasi. Emas
yaitu sebuah system pengambilan yang juga berfungsi sebagai pemisah, dilakukan secara
gravitasi dan menggunakan daya sentrifugal. Dengan demikian, perolehan emas dan bijih
akan mengalami peningkatan. Bahan yang tak bernilai ekonomi terkumpulken di dasa sel
flotasi, sebagai limbah yang disebut tailing. Tailing ini disalurkan menuju areal
beberapa unsur dengan kisaran kadar: 30% Cu, 30 ppm Au, 50 ppm Ag, 30% S, 25% Fe,
besi sulfide menjadi besi oksida, sedangkan tembaga tetap sebagai silfida melalui reaksi:
Reverberatory Furnace hingga mencair dan terpisah menjadi 2 (dua) lapisan. Lapisan
bawah berupa copper matte, mengandung Cu2S dab besi cair, sedangkan lapisan atas
merupakan terak silikat yang mengandung FeSiO3. Copper matte dipisahkan dari terak
dalam tungku Bassemer Converter dan secara bersamaan ditiupkan udara sehingga terjadi
reaksi redoks yang menghasilkan tembaga lepuh (blister copper, 98,9% Cu). Blister
Copper masih mengandung sejumlah unsur-unsur besi, belerang, seng, nikel, arsen dan
sebagainya.
20
Selain itu pemurnian tembaga dapat juga dilakukan dengan cara elektrolisis
digunakan sebagai katodanya. Elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO 4. Selama
Unsur-unsur dan mineral ikutan dalam konsentrat yang diolah, menjadi bagian
dari by product yang terdiri atas gas buang SO2, lumpur anoda (anode slime), terak besi
(slag) dan gypsum. Lombah gas SO2 tersebut diproses lebih lanjut menjadi asam sulfat
yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk, sedangkan terak besi dan gypsum
digunakan sebagai bahan baku industry semen. Lumpur anoda mengandung emas
prinsip seperti pada elektrolisa dan electrothermis. Pada proses ini kecuali diperlukan arus
listrik sebagai sumber energy juga diperlukan elektroda dan cairan elektrolit.
3. Tidak mudah bereaksi dengan metal lain dan tidak membentuk campuran yang
Bila elektroda itu padat, ada syarat tambahan agar proses elektrolisa berlangsung
21
1. Mudah diperoleh atau disiapkan dengan murah.
menjadi 99,95% Cu dan memisahkan tembaga dengan emas dan perak. Shell tersebut
terbuat dari beton dilapisi dengan timbal. Anoda terbuat dari tembaga yang akan
dimurnikan, dususun dlam sell/tangki berselang seling dengan katoda yang terbuat dari
lembaran tipis tembaga murni masing-masing seberat 10 Ibs. Elektrolit terbuat dari
campuran 4% tembaga dengan 16% asam sulfat dengan pemanasan 140 ºF. anoda dialiri
raus positif sedangkan katoda dialiri arus negative. Arus listrik yang digunakan adalah
arus D Regulated Power Supply dengan pengatur Voltage dan Amper. Pada umumnya
voltage yang dibutuhkan ialah 0,30 – 0,35 V, sedangkan current densitynya antara 15 – 20
ampere. Pada saat proses berlangsung shell dipanaskan antara 50-60ºC agar arus listrik
tidak terhambat.
Pada katoda, ion tembaga (II) diubah menjadi tembaga. Cu2+ + 2e- Cu (s)
22
Pada anoda, tembaga diubah menjadi larutan sebagai ion tembaga (II).
Pengotor pada anoda akan terendapkan menjadi lumpur anoda (anoda sludge).
Sedangkan katoda akan habis menjadi ion tembaga (II), yang selanjutnya akan diubah
dalam suatu larutan tertentu, kemudian tembaga dipisahkan dari bahan ikutan lainnya
(kotoran.
b. Untuk meleaching bijih yang bersifat sulfide atau native digunakan ferri sulfat
Untuk bijih chalcopyrite dan bornite, reaksinya berjalan lambat dan tidak dapat
larut seluruhnya. Setelah hasil leaching dipisahkan bari bagian-bagian yang tidak dapat
larut, kemudian larutan ini diproses secara elektrolisa, sehingga didapatkan tembaga
tertentu.
23
b. Selanjutnya tempatkan pada suatu tabung yang terbuat dari bahan tahan asam
(plastic, fibe, dan lain-lain) lalu ditambah air dengan ukuran tertentu.
c. Kemudian tambahkan asam sulfat (H2SO4) pekat sambil diaduk agar terbentuk
d. Setelah terbentuk larutan tembaga sulfat pindahkan pada suatu tabung elektrolisis
yang bertujuan untuk mengambil ion tembaga dari larutan tembaga sulfat pada
proses pengasaman.
e. Secara bertahap ambil tembaga yang menempel pada katoda, dan tembaga hasil
f. Selanjutnya tembaga hasil dari katoda siap untuk proses peleburan pada tungku
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya
cadangan serta “studi kelayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang
telah diketemukan. Sedangkan Studi Kelayakan adalah pengkajian mengenai aspek teknik
dan prospek ekonomis dari suatu proyek penambangan dan merupakan dasar keputusan
investasi. Kajian ini merupakan dokumen yang memenuhi syarat dan dapat diterima untuk
investasi atau pembiayaan proyek. Studi ini meliputi pemeriksaan seluruh informasi
terkait.
gambaran geologi dan pemineralan berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan pengembangan secara
ekonomis.
analisa petografi, analisa kima, analisa difraktometer sinar x, analisa besar butir, analisa
25
Untuk meningkatkan mutu dan berbagai nilai seperti tingkat konsentrat, kadar
suatu unsur kimia, mutu fisik, mutu bentuk dan penampilan, maka perlu dilakukan
sesuatu unsur, peningkatan sifat kimia, peningkatan sifat fisika, dan peningkatan bentuk
permukaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Sufriadin., Widodo, Sri. 2016. “Analisis Petografi dan Kualitas Batubara Sinjai, Sulawesi
Sukamto, Untung., Probowati, Dyah., Sundiyanto, Anton. 2015. “Proses Pengolahan dan
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
27