Anda di halaman 1dari 5

Aplikasi Pemetaan Topografi

Oleh :

Aswin Aswan Samad1, Arya Dwipama2, Iqra3, Astri Erianti4, Ervin Jayadi5

Jurusan Teknik Pertambangan, FTI, UMI Makassar

SARI

Dalam suatu kegiatan penambangan, diperlukan suatu wadah untuk menetapkan atau
menandai tempat yang berpotensi akan bahan tambang, yaitu peta. Selain itu peta
tersebut dapat berfungsi untuk menggambarkan kondisi, batas-batas serta bentuk area
yang akan ditambang. Maka, sebelum dilakukan eksploitasi pada area tambang,
dilakukan terlebih dahulu survey pemetaan topografi. Lalu Secara umum,
Tujuan Survey Pemetaan (topografi) adalah Mengukur atau Menakar keadaan bumi,
Kawasan, wilayah dan area, sebuah proses pencarian informasi. Mulai dari keadaan dan
bentuk tanah, fitur alami dan buatan manusia, digambar ke dalam sebuah peta, dengan
perbandingan skala antara gambar dan aktual. Adapun untuk situasi penambangan yang
terkait dengan aplikasi pemetaan topografi tugas survey tambang seperti dalam
pelaksanaan eksplorasi bahan galian, contoh batubara dalam melaksanakan nya adalah
memerlukan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume pemindahan
tanah penutup batubara. Maka, data topografi awal diperlukan dalam kegiatan tersebut.

Kata kunci: Topografi; Survey; Pemetaan; Eksplorasi; Bahan Galian; Situasi


Penambangan

PENDAHULUAN

Sebagai suatu industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat
sumberdaya, serta mengandung resiko yang tinggi, maka industri pertambangan
menjadi ha1 yang sangat unik dan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat
menghasilkan sesuatu yang positif dan menguntungkan. Banyaknya disiplin ilmu dan
teknologi yang terlibat di dalam industri ini mulai dari geologi, eksplorasi,
pertambangan, metalurgi, mekanik dan elektrik, lingkungan, ekonomi, hukum,
manajemen, keuangan, sosial budaya, dan komunikasi, sehingga menjadikan industri ini
cukup kompleks.
Karena yang menjadi dasar dalam perencanaan aktivitas pada industri
pertambangan adalah tingkat kepastian dari penyebaran endapan, geometri badan bijih
(endapan), jumlah cadangan, serta kualitas, maka peranan ilmu eksplorasi menjadi ha1
yang sangat penting sebagai awal dari seluruh rangkaian perkejaan dalam industri
pertambangan.
Agar kegiatan eksplorasi dapat terencana, terprogram, dan efisien, maka
dibutuhkan pengelolaan kegiatan eksplorasi yang baik dan terstruktur. Untuk itu
dibutuhkan pemahaman konsep eksplorasi yang tepat dan terarah oleh para pelaku
kegiatan eksplorasi, khususnya yang meliputi disiplin ilmu geologi dan eksplorasi
tambang. Kalau kegiatan eksplorasi menjanjikan adanya suatu harapan bagi pelaku
bisnis pertambangan, barulah kegiatan industri pertambangan dapat dilaksanakan.
Kegiatan eksplorasi dilakukan karena ada tujuan (goal) yang diharapkan oleh badan
pihak perencana eksplorasi tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA.

Banyak definisi yang dapat diuraikan dalam istilah eksplorasi, namun dalam
konteks ini secara umum, eksplorasi dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan
untuk mencari, menemukan, dan mendapatkan suatu bahan tambang (bahan galian)
yang kemudian secara ekonomi dapat dikembangkan untuk diusahakan. Secara konsep,
dalam lingkup industri pertambangan, eksplorasi dinyatakan sebagai suatu usaha
(kegiatan) yang karena faktor resiko, dilakukan secara bertahap dan sistematik untuk
mendapatkan suatu areal yang representatif untuk dapat dikembangkan lebih lanjut
sebagai areal penambangan (dieksploitasi). Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah
target endapan yang akan dieksplorasi telah ditetapkan. Prosedur berikut merupakan
prosedur umum yang diterapkan dalam suatu program eksplorasi :
1. Melakukan pengumpulan data awal mineral dan informasi-informasi yang
berhubungan dengan mineral target, dan melakukan analisis terhadap
informasi-inforrnasi tersebut untuk mendapatkan hubungan antara ukuran
(size), keterdapatan (sebaran), serta kadar endapan tenebut dalam
beberapa kondisi geologi yang berbeda.
Informasi-informasi tersebut dapat diperoleh berupa :
• Publikasi ilmiah,
• Textbook geologi/ekonoml,
• Publikasi dari badan-badan pemerintahan, termasuk berupa petapeta
geologi dan geofisika, serta la porannya,
• Data remote sensing seperti foto udara dan citra satelit,
• Data hasil survei geofisika udara (airborne geophysics),
• Proceeding dan publikasi-publikasi teknik pada konferensi dan
simposium organisasi profesional,
• Jurnal teknik dan industri,
• Laporan survei yang pernah dilakukan,
• Hasil diskusi dengan kontak person dan kolega-kolega seprofesi.
2. Melakukan seleksi data serta membuat sintesis-sintesis untuk menyusun
model yang menggambarkan endapan pada beberapa kombinasi
lingkungan geologi,
3. Menyusun skala prioritas berdasarkan gambaran kondisi daerah target
eksplorasi,
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa
contoh untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria
seleksi geologi yang telah ditetapkan pada daerah terpilih,
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah
ditutup maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika
mempunyai kondisi geologi yang mirip. Jika ternyata mempunyai kondisi
yang tidak sesuai, maka perlu dilakukan modifikasilpenyesuaian,
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu
disiapkan suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa
transfer inforrnasilgambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan,
7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan
lanjutan, dengan elemenelemen kunci sebagai berikut :
w Program geologi tinjau dan pemetaan,
w Program survei dan sampling geokimia,
• Program survei geofisika,
• Program pemboran dan sampling,
• Program evaluasi dampak lingkungan.
Program dan budget eksplorasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa
tahapan sebagai berikut :
Tahap I(Preliminary, yaitu program dengan budget rendah yang ditujukan
untuk memperoleh informasi umum. Tahap I ini pada umumnya dapat berupa
kegiatan :
w Survei geologi tinjau (reconaissance),
• Pengecekan-pengecekan data yang sudah ada pada peta geologi
regional (desk study),
• Pengambilan beberapa sampel awal geokimia.
Tahap II (Prospecting), yaitu program yang disusun berdasarkan gambaran-
gambaran yang telah diperoleh pada tahap I. Tahap II ini pada umumnya
berupa kegiatan :
• Pemetaan geologi,
• Sampling dan survei geokimia sistematik,
• Beberapa pemboran dangkal (scout drilling).
• Survei geofisika.
Tahap Ill (Finding & Calculation/Evaluation), yaitu program yang ditujukan
untuk
memastikan kondisi endapan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi hasil tahap II (model genetik). Target awal dipersempit sesuai
dengan anomali geokimia dan geofisika yang ditemukan. Pada umumnya
program yang direncanakan berupa pemboran dan sampling untuk pemastian
anomali-anomali yang ada (Gusman, 2020).
Berdasarkan definisi dan prinsip dasar eksplorasi di atas, maka setiap kegiatan
eksplorasi dilaksanakan (direncanakan) secara bertahap, dan unsur design menjadi
dasar dalam perencanaan setiap tahapan, mulai dari metode yang paling sederhana
sampai dengan metode yang lebih kompleks dan akurat, serta dari biaya yang relatif
murah sampai dengan biaya yang lebih mahal.
Secara prinsip, eksplorasi mengandung unsur desain, probabilitas, dan resiko.
Adapun prinsip utama dalam eksplorasi; semakin tinggi tingkat kepercayaan yang
diinginkan (dalam pentahapan eksplorasi) semakin rapat titik data (grid density) yang
direncanakan, sehingga semakin besar biaya yang harus dikeluarkan.
Titik-titik pengambilan keputusan merupakan suatu saat dimana harus dipilih
apakah kegiatan yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang prospek untuk diteruskan,
atau dianggap sudah tidak prospek lagi untuk dilanjutkan ke tahap lebih detil.(Atmaja,
2021)
Pada tahap eksplorasi, salah satu tugas mine survey
diantaranya adalah melaksanakan
penempatan titik bor di lapangan (stake out) sesuai dengan rencana yang
diberikan dan pengukuran titik bor pada lokasi dimana telah dilakukan pemboran. Tugas
mine survey yang lain adalah melakukan perhitungan volume hasil survey. Perhitungan
volume tersebut biasanya berupa volume galian dan timbunan.
Untuk melaksanakan penempatan titik bor di lapangan dan menghitung volume
tersebut diperlukan data topografi awal (original topography). Original topography
tersebut bisa berupa topografi lahan yang belum diganggu manusia seperti hutan atau
topografi lahan yang telah diganggu seperti pada daerah timbunan atau galian dimana
pada lahan tersebut akan dilakukan kegiatan penggalian atau penimbunan.
Data pada peta topografi yang masih hutan dan data original tambang
seharusnya merupakan
permukaan yang sama (terutama elevasinya), tapi kenyataannya
terdapat perbedaan atau
penyimpangan antara data topografi awal (yang masih berupa hutan) dengan
data situasi original tambang, ada yang lebih tinggi ada juga yang lebih rendah. Maka,
untuk menentukan kedalaman titik bor di lapangan akan terjadi perbedaan dengan data
pada model topografi awal, sedangkan evaluasi model geologi aktual di lapangan
menggunakan data situasi original. Selain itu, jika digunakan untuk perhitungan volume
juga akan mengalami perbedaan (Studi et al., n.d.)
PEMBAHASAN
• Dimana aplikasi pemetaan yang akan berpengaruh terhadap
kestabilan suatu lereng, dalam hal ini masalah kestabilan lereng.
Masalah kestabilan lereng di dalam suatu pekerjaan yang
melibatkan kegiatan penggalian maupun penimbunan merupakan
masalah penting, karena ini menyangkut masalah keselamatan
manusia, peralatan, dan bangunan yang berada di sekitar lereng
tersebut. Dalam pekerjaan penambangan dengan cara tambang
terbuka, lereng yang tidak mantap akan dapat mengganggu
kelancaran produksi. Untuk memastikan kestabilan suatu
aktivitas pemotongan lereng batuan, baik lereng yang baru
terbentuk maupun yang lama, dibutuhkan evaluasi bidang
diskontinuitas dari batuan tersebut.
• Hal yang dilakukan untuk mengkaji penyimpangan peta topografi
areal tambang yang masih berupa hutan dengan data situasi
original tambang batubara adalah menampalkan keadaan
permukaan tanah (terrain) yang dibuat dari kedua data tersebut
untuk satu wilayah yang sama dan menghitung selisih elevasi
yang terjadi pada wilayah tersebut untuk titik‐titik yang sama
posisi planimetriknya (koordinat x dan y sama). Dengan
melakukan pekerjaan ini, diharapkan akan dapat dilakukan suatu
kesimpulan terhadap penyimpangan koordinat z (elevasi) pada
peta topografi areal tambang dengan data situasi original tambang
batubara tersebut.

REFERENSI

Atmaja, D. A. (2021). 6785-12856-1-Sm. September.

Gusman, M. (2010). Konsep Eksplorasi. Universitas Negeri Padang, 9.


http://repository.unp.ac.id/1312/1/MULYA GUSMAN_422_10.pdf

Studi, P., Geomatika, T., & Timur, K. (n.d.). DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL
TAMBANG BATUBARA. 131–137.

Anda mungkin juga menyukai