Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Survey dan Pemetaan
Dosen pengampu : 1. Prof. Dr. Ir Dede Rohmat, M.T.
2. Drs. Jupri, M.T.

Oleh :
Alya Sekar Hapsari 1800814

PROGRAM STUDI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
RESUME JURNAL : PERANAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH PADA
KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI.
Oleh : Tri Muji Susantoro dan Ketut Wikantika
Penelitian ini dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan
Gas Bumi “ LEMIGAS” dan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Bandung (ITB). Dan di tulis oleh Tri Muji Susantoro dan Ketut Wikantika.
Paper Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk membahas mengenai bagaimana
pemanfaatan penginderaan jauh utnuk kegiatan pemetaan geologi dan rembesan migas dalam
rangka eksplorasi dan eksploitasi serta monitoring migas. Dan juga untuk proses penilaian
cekungan, pemetaan awal target eksplorasi , rona awal lingkungan sebelum kegiatan eksplorasi
migas, identifikasi potemsi jebakan migas, logistic support, perencanaan jalur pipa migas dan
monitoring lingkungan migas.
Pengideraan jauh sebelumnya sudah diperkenlakan sejak tahun 1950 oleh Evelyn Pruitt
dari US Office of Naval Research. Menurut Mauger penginderaan jauh sendiri secara umum
didefinisikan sebagai ilmu atau seni unutk mengidentifikasi, mengamati, mengukur suatu objek
tanpa kontak langsung dengan objek tersebut. Proses yang terjadi di dalamnya termasuk deteksi
dan pengukuran dari radiasi panjang gelombang yang berbeda yang dipantulkan atau
dipancarkan dari suatu obyek atau material tertentu, yang dengannya memungkinkan untuk
diidentifikasi dan dikategorikan dalam kelas/tipe, bahan yang ada dan distribusi spasialnya.
Seiring perkembangan zaman pengideraan jauh yang tadinya hanya digunakan untuk
bidang meteorologi karena semakin banyak perkembangan sensor satelit maka pemanfaatn
pengideraan jauh menjadi lebih banyak salah satunya untuk pemetaan minyak dan gas bumi
(migas). Kegiatan kegiatan yang dilakukan dengan pemanfaatan data pengideraan jauh baik
sistem pasif maupun sistem aktif untuk kegiatan migas dilakukan disetiap fse kegiatan migas
mulai dari penilaian cekungan, pemetaan awal target eksplorasi dan lainnya.
Maka dari itu penggunaan data penginderaan jauh pada kegiatan migas sangat
dibutuhkan maka khsusnya di Indonesia yang memiliki banyak lahan migas maka dikeluarkan
regulasi berupa Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1519 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Teknologi Pengideraan Jauh dalam Pengawasan dan Pemantauan Kegiatan
Pertambangan dan Energi. Khusus untuk kegiatan rona awal lingkungan pada kegiatan migas di
Indonesia dibuat Pedoman Tata Kerja Nomor PTK-045/BP00000/2011 (Revisi-0) tentang
Environmental Baseline Assessment (EBA) yang mengharuskan memanfaatkan data
penginderaan jauh untuk pemetaan penutup lahan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kemudian secara umum kegiatan migas itu sendiri memiliki tujuh tahapan utama.
Adapaun langkah langkah tersebut meliputi pencarian, penyewaan lahan atau kebutuhan akses,
operasi pemboran , pengembangan (tahap ini merupakan tahap eksplorasi pada kegiatan miugas)
dan produksi , transportasi , pengolahan dan penghilangan serta pemsasaran (kemudian untuk
tahap ini merupakan tahap eksploitasi / produksi / ekstraksi pada kegiatan miugas).

Berikut adalah alur pikir dari kegiatan migas berdasarkan SKK Migas tahun 2013 .
Kegiatan eksplorasi secara umum akan menghasilkan resources. Kegiatan tersebut meliputi
kegiatan survei geologi dan geofisika, pemboran eksplorasi dan studi geologi dan geofisika.
Kegiatan yang menghasilkan reservesmerupakan kegiatan transisi antara eksplorasi dan
produksi. Pada kegiatan ini dilakukan pemboran sumur deliniasi untuk memperhitung cadangan
migas, sertifikasi cadangan, penyusunan Plan of Development (PoD). Kegiatan produksi
merupakan kegiatan pengangkatan migas di bawah permukaan bumi untuk diproduksikan secara
komersial.
Di Indonesia sendiri kegiatan migas ini terdiri dari studi geologi regional, evaluasi
geologi, konsesi area,survei geologi dan geofisika, analisis/evaluasi lead dan prospek, pemboran
sumur eksplorasi dan analisisnya, analisis kelayakan dan keekonomian, pemboran sumur
pengembangan, pembangunan fasilitas dan infrastruktur dan produksi hidrokarbon serta
peningkatan rasio pengambilan migas melalui Enhanced Oil Recovery (EOR) dan terakhir
penutupan lapangan melalui reklamasi/decommisioning ataudialihkan untuk pemanfaatan
lainnya.
Akibat eksploitasi migas dan EOR dapat terjadi deformasi permukaan lapangan migas.
Deformasi tersebut dapat dilakukan pemantauan dengan penginderaan jauh. Estimasi deformasi
ini dilakukan berdasarkan citra penginderaan jauh gelombang mikro yang berpasangan.
Berikut adalah alut tahapan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas di indonesia yang
dimodifikasi dari Maruyama, 1994).
Pada kegiatan migas pemetaan geologi permukaan menjadi langkah awal dalam kegiatan
eksplorasi. Pada proses pemetaan geologi dengan memanfaatkan data penginderaan jauh dapat
dilakukan melalui interpretasi secara visual maupun digital. Interpretasi geologi secara visual
dengan foto udara atau citra penginderaan jauh secara umum ada 4 tahapan, yaitu 1) deteksi
kenampakan obyek pada citra berdasarkan resolusi spasial, pola pantulan dan emisi panjang
gelombang yang digunakan; (2) pengenalan dan identifikasi obyek, dimana kenampakan yang
diamati diidentifikasi dan dikelaskan sebagai kategori yang diketahui; (3) proses interpretasi
sebagai analisis berdasarkan pola yang dibentuk pada kenampakan obyek. Pada tahap ini citra
hasil analisis didelineasi berdasarkan karakteristik tertentu yang tampak secara individual. Hal
ini diklasifikasikan berdasarkan kategori yang diketahui; (4) proses akhir interpretasi untuk
memastikan dan mengidentifikasi semua area dengan klas-klas. Pada banyak kasus metode
induksi dan deduksi dilibatkan pada hasil final dan pada tahap ini cek lapangan harus dilakukan.
Pengolahan data penginderaan jauh untuk menajamkan kenampakan geologi dapat
dilakukan dengan metode komposit warna (Red Green Blue=RGB),Optimum Index Factor
(OIF), Principle Component Analysis (PCA), model topografi, tumpangsusun data penginderaan
jauh aktif dan pasif, penisbahan saluran (band ratio) dan filteringuntuk menajamkan batas tepi
dan kelurusan (lineament). Prinsip dasar pengolahan dan analisis data penginderaan jauh
dilakukan untuk menajamkan kenampakan suatu bentuk secara lebih jelas, penyajian grafis atau
analisis kuantitatif dan penggunaan karakteristik warna atau tone dalam rangka membuat
variabel dari peta topografi dan atau mengekstrak banyak informasi dari citra penginderaan jauh.
Maka dari itu kegiatan migas yang padat modal, teknologi tinggi dan beresiko tinggi dan
terkadang harus dilakukan pada daerah yang terpencil membutuhkan efisiensi dalam setiap
langkahnya. Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif teknologi yang dapat digunakan
untuk efisiensi kegiatan migas dalam setiap fase kegiatannya. Hal ini didukung oleh
perkembangan penginderaan jauh yang pesat baik dari segi resolusi spasial, resolusi spektral dan
temporal memudahkan dalam pemanfaatannya untuk kegiatan migas. Pemanfaatan tersebut dapat
dioptimalkan baik dari awal pencarian migas sampai produksi dan monitoringnya.
Tanggapan :
Setelah membaca dan mereview jurnal tersebut saya bisa menyimpulkan bahwasannya
kegiatan survey pengideraan jauh sangatlah berguna di sektor migas karena data data dan hasil
dari sruvey penginderaan jauh ini cukup membantu proses pengerjaan pemetaan di sektor migas.
Kemudian pengideraan jauh ini juga dapat meringankan, mempercepat dan mempermudah
pekerjaan surveyor dalam pemetaan sektor migas yang wilayahnya cukup luas.

Anda mungkin juga menyukai