Anda di halaman 1dari 10

MODUL PRAKTIKUM

GT2202 HIDROGRAFI I
Teori Dasar Penentuan Posisi Dilaut (Studi Kasus Embung C
Kampus Itera)

Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Irdam Adil, M.T.
Agung Pandi Nugroho, S.T., M.T.

Disusun oleh :
RAJOKI PURBA 23115017

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


2019
I. PENDAHULUAN

Geodesi adalah salah satu ilmu kebumian tertua yang sangat terkait erat
dengan lingkungan fisik bumi, yaitu mulai dari masalah banjir Sungai Nil di
Mesir kuno (2000 tahun sebelum Masehi) sampai dengan masalah kini
mengenai pemantauan gerakan kerak bumi. Pada saat ini, aspek penentuan
posisi (surveying) berkembang keaarah Geomatika, suatu terminology ilmiah
modern yang mengacu kepada pendekatan terpadu dari pengukuran, analisis,
pengelolaan, penyimpanan serta penyajian deskripsi dan lokasi dari data yang
berbasis muka bumi (umumnya disebut data spasial).

Hidrografi sebagai suatu ilmu pada awalnya difokuskan untuk menunjang


navigasi kapal-kapal di laut. Sejalan dengan perkembangan teknologi serta
meningkatnya kebutuhan manusia yang berkembang dengan pesatnya serta
setelah beberapa perguruan tinggi terkenal mengantisipasi perkembangan
tersebut dengan memasukkan h idrografi sebagai mata kul iah, i I mu
hidrografi menjadi disiplin yang mulai dipelajari secara intensif dan ilmiah
pada suatu prograrn studi. Departemen Teknik Ceodesi, lnstitut Teknologi
Bandung, sebagai pelopor pendidikan geodesi di lndonesia, telah mulai
mengembangkan ilmu hidrografi sejak tahun 1982.

Pengukuran metode pengikatan ke muka dan pengikatan ke belakang yang


dilakukan dilingkungan laut, secara garis besar sama dengan yang dilakukan
di darat. Metode peengukuran ini efektif digunakan untuk menentukan posisi
di laut yang masih bisa dijangkau dengan bacaan alat yang berada di darat.
Konsep pengukuran dasar inilah yang kemudian menjadi prinsip dasar
penentuan posisi di laut. Secara luas metode pengikatan ke belakang dipakai
pada penentuan posisi di laut dengan Global Navigation Satellite
System (GNSS)

2|GT2204HIDROGRAFII
II. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktkum hidrografi ini antara lain :
Tabel 2.1 Alat dan Bahan Praktikum

No Nama Alat Jumlah


1 GPS Handled 1
2 Rompi 5
3 Helm 5
4 Statif 4
5 GPS Leica Set
6 Perahu 1
7 ETS 2
8 Pelampung 4

III. LANGKAH KERJA

3.1 Kordinat Titik Bantu


Kordinat Titik Bantu ini adalah sebuah patok yang sudah diketahui kordinatnya sepeti dalam kasus ini kita
menggunakan ITR 0.Proses ini tidak melakukan pengukuran lagi karena Program Studi Geomatika sudah
menyimpan beberapa data seperti Kordinat titik bantu yang dimaksud

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi yang kita jadika sebagai studi kasus kali ini ada di daerah Embung C kampus Itera yang memiliki
kedalaman sekitar 4-7 Meter.Lokasi ini diambil karena sesuaian Praktikum penentuan posisi dilaut.
Berikut Data Kordinat yang diambil :
IV. KONSEP DASAR

4.1.Konsep Dasar
4.1.1. Pengukuran Triangulasi

Triangulasi digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar yang sama,
maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah sudut dalam tiap - tiap segitiga.
Metode Triangulasi. Pengadaan kerangka dasar horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh
Belanda pada tahun 1862. Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal sebagai
titik triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi. Hingga tahun 1936, pengadaan
titik triangulasi oleh Belanda ini telah mencakup pulau Jawa dengan datum Gunung Genuk, pantai
Barat Sumatra dengan datum Padang, Sumatra Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur
Sumatra dengan datum Serati, kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan datum Gunung
Genuk, pulau Bangka dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe,
kepulauan Riau dan Lingga dengan datumGunung Limpuh dan kalimantan Tenggara dengan datum
Gunung Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Mercator,
sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik
triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat
berjenjang turun berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 - 40 km hingga
paling kasar pada cakupan 1 - 3 km.

Selain posisi horizontal (X Y) dalam sistem proyeksi Mercator, titik-titik triangulasi ini juga
dilengkapi dengan informasi posisinya dalam sistem geografis (j,I) dan ketinggiannya terhadap muka
air laut rata-rata yang ditentukan dengan cara trigonometris.
Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
 Primer
 Sekunder
 Tersier
Bentuk geometri triangulasi terdapat tiga buah bentuk geometrik dasar triangulasi, yaitu :
Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaan - pekerjaan dengan orde rendah untuk ini
dapat sedapat mungkin diusahakan sisi - sisi segitiga sama panjang.
Kuadrilateral merupakan bentuk yang terbaik untuk ketelitian tinggi, karena lebih banyak syarat yang
dapat dibuat. Kuadrilateral tidak boleh panjang dan sempit.Titik pusat terletak antara 2 titik yang
terjauh dan sering di perlukan

4.1.2 Pengukuran GPS

Dasar Cara kerja GPS biasa & Geodetik


GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki
dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-
dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinu di seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan
cuaca, kepada banyak orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak
digunakan orang di seluruh dunia. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang
terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi.

GPS Geodetik
GPS GEODETIC adalah alat ukur GPS dengan mengunakan satellite dimana Akurasi yang sangat
tinggi serta ketelitian yang dihasilkan sangat akurat, alat ini dapat digunakan dalam pengukuran
lahan, seperti Hutan, perkebunan, dengan akurasi sampai 5-10mm.

GPS Geodetic  ini  mempunyai kemampuan untuk menangkap signal L1, L2, atau GNSS, merekam
Raw data, yang secara umum mempunyai Format RINEX yang sangat mengesankan dari GPS ini
yaitu mempunyai ketelitian lebih tinggi dari GPS Navigasi. Ketelitiannya bahkan sampai milimeter.
Berbeda dengan GPS Navigasi, untuk GPS Geodetic untuk mendapatkan ketelitian tinggi harus
menggunakan dua alat waktu pengukuran. Jadi satu set GPS Geodetic terdiri dari dua alat, sebagai
base station dan sebagai rover.
Img Geodetic & Geocentric By e-education.psu.edu
Survei  penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS (survei GPS) secara umum dapat
didefinisikan sebagai  proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik
yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial
(differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dari sinyal GPS. Pada survey
GPS geodetic, pengamatan GPS dengan selang waktu tertentu dilakukan baseline per baseline dalam
suatu jaringan dari titik-titik yang akan ditentukan posisinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
berikut.

Contoh Metode Pelaksanaan/Pengukuran GPS Geodetik


Proses pelaksanaan suatu survey GPS geodetic oleh suatu kontraktor (pelaksana), secara umum akan
meliputi tahapan-tahapan : perencanaan dan persiapan, pengamatan (pengumpulan data), pengolahan
data, dan pelaporan. Dalam hal ini, ada beberapa strategi pengamatan yang dapat digunakan untuk
mengontrol kualitas data pengamatan yaitu antara lain :

 Penggunaan hanya baseline-baseline bebas (non-trivial) yang membentuk suatu jaringan


(kerangka) yang tertutup;
 Pengamatan beberapa baseline dalam suatu loop tertutup yang relatif tidak terlalu besar;
 Pengamatan suatu baseline dua kali pada beberapa sesi pengamatan yang berbeda (common
baseline). Ini dilakukan biasanya pada baseline yang panjang dan pada baseline-baseline yang
konektivitasnya pada suatu titik kurang kuat; dan
 Penggunaan beberapa titik ikat yang tersebar secara baik dalam jaringan.
4.1.3 Pengolahan data GPS

Pengolahan Data GPS ini dilakukan setelah pengambilan data yang kita lakukan pada Embung yang
dijadikan sebagai studi kasus.dalam pengolahan ini kita menggunakan aplikasi seperti Topcon Link
serta Excel yang sudah memiliki beberapa rumus Pengolahan
REFERENSI

[1] Abidin, H. Z. (2002). Survei Dengan GPS. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

[2] Ashtech. (2010). Ashtech Antena. Retrieved from Spectra Precision, Ashtech,
Magellan Professional, Thales GPS Equipment and Support Software:
ashgps.com/mirror/master/ProMark%20120220/Hardware/ASH111661.pdf

[3] Nugraini, L. D. (2011). Analisis Deformasi Jembatan Suramadu Akibat


Pengaruh Angin Menggunakan Pengukuran GPS Kinematik. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Soedomo, Agoes Soewandito. Dasar-dasar Perpetaan. Bandung: Institut Teknologi

Anda mungkin juga menyukai