Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN METODE STATIK JARING DAN RTK NTRIP DENGAN GPS


GEODETIK
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survey GNSS (Global Navigation
Satellite System) yang diampu oleh:

Asri Ria Affriani, M. Eng

Oleh:
TIM 8B
Hafizh Ibrahimi Hudzaifah (2204460)

PROGRAM STUDI SAINS INFORMASI GEOGRAFI


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami tata cara penggunaan GPS Geodetik
2. Mahasiswa mampu memahami metode pengukuran Statik dan Metode RTK NTRIP
3. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran Metode Statik dan Metode RTK NTRIP

1.3 Manfaat
Dengan diadakannya praktikum ini, mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan
kemampuan mengenai pengoperasian GPS geodetik, baik itu menggunakan metode
pengukuran statik, ataupun metode RTK NTRIP. Mahasiswa juga dapat memiliki
kemampuan dalam melakukan detail situasi.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Global Navigation Satellite System


Global Navigation Satellite System (GNSS) merupakan istilah singkatan dari suatu sistem
satelit navigasi yang menyediakan posisi geospasial dalam lingkup global. GNSS beroperasi secara
penuh sejak Desember 2009. Diawali dengan sistem Global Positioning System (GPS) yang
merupakan suatu konstelasi yang terdiri tidak kurang dari 24 satelit yang meyediakan informasi
koordinat posisi yang akurat secara global. GPS mempergunakan satelit dan komputer untuk
melakukan penghitungan posisi dimanapun di muka bumi ini. Sistem ini dimiliki, dioperasikan dan
dikontrol oleh United States Departement of Defenses (DoD). GNSS dapat dipergunakan secaral
global dimanapun dan oleh siapapun dimuka bumi ini secara gratis. GNSS sekarang ini terdiri dari
6 Satelit :

● NAVSTAR GPS (NAVigation Satelite Timing and Ranging Global Positioning System) (USA).
● GLONASS (Rusia) = Global’naya Navigatsionnaya Sputnikovaya Sistema).
● Galileo (Eropa)
● Compass (China) / Beidou
● Quasi-Zenith Sistem Satelit (QZSS)
● India Regional Navigation Satellite System (IRNSS)

2.2 Global Positioning System (GPS)


Sistem GPS (Global Positioning System) geodetik adalah suatu sistem navigasi
yang menggunakan sinyal dari satelit untuk menentukan posisi dan waktu di permukaan
bumi secara akurat. Sistem ini awalnya dikembangkan oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat, tetapi saat ini digunakan secara luas di seluruh dunia untuk berbagai
aplikasi, termasuk dalam ilmu geodesi.
Dasar teori GPS geodetik melibatkan konsep triangulasi, di mana posisi suatu titik
dapat ditentukan dengan mengukur jaraknya dari beberapa titik referensi yang diketahui
posisinya. Dalam hal ini, satelit GPS berfungsi sebagai titik referensi yang berada di ruang
angkasa. Posisi sebuah penerima GPS di permukaan bumi dapat ditentukan dengan
mengukur jaraknya dari beberapa satelit GPS yang berada di langit. GNSS yang paling
terkenal saat ini yaitu GPS (Global Positioning System). Sistem ini didesain untuk
memberikan posisi dan kecepatan di tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara
kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara
simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak digunakan di seluruh dunia dalam
berbagai bidang aplikasi. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, khusunya
yang berkaitan dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi ataupun
perubahan posisi.
Dibandingkan dengan sistem dan metode penentuan posisi lainnya, GPS memiliki
banyak kelebihan dan juga menawarkan lebih banyak keuntungan, baik dalam segi
operasionalisasinya ataupun kualitas posisi yang diberikan. Pada dasarnya GPS terdiri dari
tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terdiri dari satelit-satelit
GPS, segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun
pemonitor dan pengontrol satelit, serta segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari
pemakai GPS termasuk alat- alat penerima dan pengolah sinyal dan data GPS.

2.3 Posisi dan Sistem Koordinat


Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (dua dimensi atau tiga
dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri
didefinisikan dengan menspesifikasi tiga parameter berikut, yaitu [Abidin, 2007] : Lokasi
titik nol dari sistem koordinat, Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat, dan Besaran
(kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefinisikan posisi suatu titik dalam
sistem koordinat tersebut. Setiap parameter dari sistem koordinat tertentu dapat
dispesifikasikan lebih lanjut, dan berdasarkan pada spesifikasi parameter yang digunakan
maka diketahui beberapa jenis sistem koordinat.
Dalam penentuan posisi suatu titik di permukaan bumi, titik nol dari sistem
koordinat yang digunakan dapat berlokasi pada titik pusat massa bumi (sistem koordinat
geosentrik), maupun pada salah satu titik di permukaan bumi (sistem koordinat
toposentrik). Sistem koordinat geosentrik banyak digunakan dalam metode-metode
penentuan posisi ekstra-terestris yang menggunakan satelit dan benda-benda langit lainnya,
dan sistem koordinat toposentrik yang banyak digunakan oleh metode-metode penentuan
posisi terestris.

2.4 Metode Penentuan Posisi


Dalam penentuan posisi secara diferensial, terdapat beberapa aplikasi yang
menuntut informasi posisi relatif secara instan (real-time). Untuk melayani aplikasi-
aplikasi tersebut, saat ini tersedia dua sistem yang umumnya dikenal dengan nama DGPS
(Differential GPS) dan RTK (Real Time Kinematic).
a. DGPS (Differential GPS)
DGPS merupakan akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi
real-time secara diferensial menggunakan data pseudorange. Sistem ini umumnya
digunakan untuk menentukan posisi objek-objek yang bergerak. Untuk merealisasikan
tuntutan real-time nya monitor station harus mengirimkan koneksi diferensial ini
kepada pengguna secara real-time menggunakan komunikasi data tertentu. Koreksi
diferensial ini dapat berupa koreksi pseudorange (seperti RTCM SC-104) maupun
koreksi koordinat. Dalam hal ini, yang umum digunakan yaitu koreksi pseudorange.
Koreksi koordinat jarang digunakan, karena koreksi ini menuntut bahwa stasiun
referensi pengirim koneksi serta pengamat mengamati set satelit yang sama, dimana hal
ini umumnya tidak selalu dapat direalisasi dalam operasional lapangannya. Ketelitian
tipikal posisi yang diberikan oleh sistem DGPS ini adalah berkisar sekitar 1 sampai 3m
atau lebih baik.
b. RTK (Real Time Kinematic)
Sistem RTK (Real-Time Kinematic) merupakan suatu akronim yang umum digunakan
untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data fase.
Untuk merealisasikan tuntutan real-time nya, stasiun referensi harus mengirimkan data
fase dan pseudorange nya ke pengguna secara real-time menggunakan sistem
komunikasi data tertentu. Sistem RTK dapat pula digunakan untuk penentuan posisi
objek-objek yang diam maupun bergerak, sehingga sistem RTK ini tidak hanya dapat
merealisasikan survei GPS real-time, tetapi juga navigasi berketelitian tinggi. Sistem
RTK juga dapat diimplementasikan dengan menggunakan beberapa stasiun referensi.
Penggunaan beberapa stasiun RTK ini bertujuan untuk memperluas cakupan dari sistem
RTK. Dengan menggunakan satu stasiun referensi, sistem RTK umumnya hanya dapat
digunakan untuk jarak baseline hingga sekitar 10-15 km. Untuk baseline yang lebih
panjang umumnya nilai ambiguitas fase akan semakin sulit ditentukan secara benar,
karena residu dari kesalahan dan bias yang tersisa setelah proses pengurangan data akan
relatif semakin signifikan. Agar resolusi ambiguitas fase tetap dapat dilaksanakan
dengan baik untuk jarak baseline yang relatif panjang, maka pengguna harus dibantu
dengan data dan informasi yang dapat digunakan untuk mereduksi efek dari residu
kesalahan dan bias tersebut.
BAB III
TAHAPAN KEGIATAN
3.1 Alat dan Bahan
a. 1 Set GPS Geodetik Comnav T300
b. Statif
c. Jalon
d. Tribrach
3.2 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum GNSS ini dilaksanakan pada Hari Senin, 14 Agustus 2023 dan
kelompok 8B mendapatkan lokasi di GPS 7, lebih tepatnya di sekitar Museum Pendidikan
Nasional dan Gerbang Atas Kampus Universitas Pendidikan Indonesia.
3.3 Praktikum Metode Statik Jaring
a. Akuisisi Data Lapangan
b. Pengolahan Data
3.4 Praktikum Metode RTK-NTRIP
a. Akuisisi Data Lapangan
b. Pengolahan Data
3.5 Diagram Alir Praktikum
BAB IV
HASIL
Tabel Data Hasil Akuisisi Menggunakan Metode RTK
NO KODE X Y Z
1. BT 1 786558.8 9240916 940.287
2. BT 2 786563.9 9240916 940.331
3. BT 3 786569.5 9240917 940.555
4. BT 4 786574.6 9240917 940.829
5. BT 5 786583.6 9240918 941.276
6. BT 6 786599.3 9240919 941.733

Hasil Plotting ke Google Earth

Hasil GPS Geodetik Metode Statik


BAB V
PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum dilakukan menggunakan 2 metode berbeda, yaitu Metode Statik


dan RTK. Pada metode statik GPS Geodetik perlu diberdirikan di atas statif pada titik BM yang
telah ditentukan, yaitu GPS 07 . Dipasang juga antena pada GPS untuk penangkapan sinyal
yang lebih akurat. Setelah alat berdiri dan telah sentring, GPS diatur untuk mengambil
koordinat pada titik tersebut. Waktu perekaman berlangsung selama 45 menit dengan
membiarkan GPS mengambil koordinat pada titik BM tersebut. Setelah akuisisi data selama
45 menit selesai, data baru bisa diambil untuk kemudian diolah.

Pada metode kedua, yaitu metode Real Time Kinematic (RTK) dilakukan pengambilan
koordinat di beberapa titik. GPS Geodetik dipasang pada jalon untuk kemudian dilakukan
pengambilan koordinat dengan mendekati objek tujuan. Pengambilan koordinat dilakukan
menggunakan bantuan aplikasi Survei Master. Koordinat yang didapat akan otomatis ter-plot
pada aplikasi, hal ini memudahkan kita mengetahui apakah titik koordinat tersebut sudah benar
atau belum. Setelah pengambilan koordinat telah selesai, data yang didapat kemudian dapat
diekspor untuk dilakukan plotting.
BAB VI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai