Anda di halaman 1dari 17

SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

PERBANDINGAN AKURASI GLOBAL POSITIONING


SYSTEM (GPS) DAN GALILEO SEBAGAI SATELIT
NAVIGASI

COMPARISON OF GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)


AND GALILEO ACCURACY AS NAVIGATION SATELLITE

DISUSUN OLEH :
Fanny Syarifudin
(18101047)
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Komunikasi Satelit
Dosen Pengampu:
Imam Muhammadi Pradono Budi, S.T., M.T

PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1) TEKNIK TELEKOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI DAN ELEKTRO (FTTE)
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM
JL. D.I. PANJAITAN 128 PURWOKERTO
2022
I. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan manusia tentunya diera globalisasi ini penulis
memerlukan suatu perjalanan baik untuk berlibur, kunjungan ke rumah
saudara, atau hal lainnya yang penting. Sering kali pada realita
kehidupan terjadi tidak tahunya arah dan jalan mana yang harus
ditempuh. [1] Sedangkan lokasi yang presisi haruslah didapatkan dalam
segala kondisi, setiap waktu, dan dimana saja dalam bumi ini. Pilihan
untuk menunjukan arah itu adalah dengan seorang penunjuk jalan atau
sistem navigasi.
Kedua hal tersebut tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri. Sebagai contoh jika penulis berada di
Purwokerto, dan penulis ingin menuju ke Jakarta dengan kendaraan
pribadi. Bagaimana cara penulis bisa mencapai/menuju tempat tujuan
penulis? Tentunya penulis bisa menyewa seorang penunjuk jalan dan
tentunya penulis harus membayar jasanya dan dengan durasi
tertentu/terbatas sesuai dengan kesepakatan yang dibuat, sedangkan
jika penulis menggunakan system navigasi penulis bisa
menggunakannya dimanapun, kapanpun, dan dalam segala kondisi.
Hanya saja penulis memerlukan sebuah koneksi penghubung antara
device penulis untuk berinteraksi dengan satelit navigasi.
Permasalahan yang timbul adalah tingkat akurasi dari sistem
navigasi tersebut. Hal tersebut dikarenakan jarak antara satelit navigasi
dan device penulis ± 20.200 Km dan keadaan penulis yang berada
dalam kendaraan yang terkadang mempengaruhi tingkat akurasi
tersebut. Banyak dunia yang berlomba untuk memberikan layanan
sistem navigasi demi tingkat akurasi yang presisi. Global Navigation
Satellite System (GNSS) merupakan standar umum untuk semua
sistem satelit navigasi seperti Global Positioning System (GPS) milik
USA, GLONASS milik Russia, GALILEO punya Europe, BeiDou
(China), QZSS (Jepang), NAVIC (India).
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara kerja dari sistem satelit navigasi GPS dan Galileo?
2. Apa yang mempengaruhi tingkat akurasi yang presisi pada satelit
navigasi GPS dan Galileo?
III. DASAR TEORI
A. GLOBAL SATELIT NAVIGATION SATELLITE SYTEM (GNSS)
GNSS merupakan suatu sistem satelit yang terdiri dari konstelasi
satelit yang menyediakan informasi waktu dan lokasi, memancarkan
sinyal dalam berbagai frekuensi secara realtime, yang tersedia
disemua lokasi di atas permukaan bumi. GNSS yang ada saat ini
adalah Global Positioning System (GPS) yang dimiliki Amerika
Serikat, Global Navigation Satellite System (GLONASS) milik Rusia,
Galileo milik Uni Eropa, dan Compass/Beidou milik Cina.
GPS terbagi menjadi 3 segmen yaitu ground segmen digunakan
untuk meng-upload data ke satelit, sinkronisasi waktu diseluruh
konstelasi satelit dan untuk melacak satelit di orbit dan penentuan
jam. Space segmen yaitu terdiri dari sateli-satelit GPS dienam orbit
yang direncanakan. Dan segmen pengguna yang terdiri dari penerima
dan antena yang terhubung digunakan untuk menerima dan membaca
sandi (decode) sinyal untuk memberikan informasi waktu, posisi, dan
navigasi.
Pembahasan masalah GNSS dalam sidang United Nation
Committee on the Peaceful Uses of Outer Space (UNCOPOUS) mulai
berlangsung pada sidang ke-45 Subkomite Ilmiah dan Teknik, tahun
2008 dalam mata agenda “Recent development in global navigation
satellite systems”, yang telah disepakati dalam sidang ke-44
Subkomite Ilmiah dan Teknik, pada tahun 2007, tujuan pembahasan
agenda ini adalah untuk meninjai isu-isu atau permasalahan yang
terkait dengan International Committee on GNSS (ICG), dan juga
memantau perkembangan pembahasan GNSS sejak sidang
UNCOPOUS tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 [2].
B. GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)
1. Pengertian GPS
Global Positioning System (GPS) merupakan sebuah alat atau
sistem yang dapat digunakan untuk menginformasikan penggunanya
dimana dia berada (secara global) dipermukaan bumi yang berbasis
satelit. Data dikirim dari satelit berupa sinyal radio dengan data digital.
GPS adalah sistem navigasi yang berbasiskan satelit yang saling
berhubungan yang berada di orbitnya. Satelit-satelit itu milik
Departemen Pertahanan (Departemen of Defense) Amerika Serikat
yang pertama kali diperkenalkan mulai tahun 1978 dan pada tahun
1994 sudah memakai 24 satelit. Untuk dapat mengetahui posisi
seseorang maka diperlukan alat yang diberi nama GPS reciever yang
berfungsi untuk menerima sinyal yang dikirim dari satelit GPS. Posisi
diubah menjadi titik yang dikenal dengan nama Way-point nantinya
akan berupa titik-titik koordinat lintang dan bujur dari posisi seseorang
atau suatu lokasi kemudian di layar pada peta elektronik.
GPS menggunakan konstelasi 27 buah satelit yang mengorbit
bumi, dimana sebuah GPS receiver menerima informasi dari tiga atau
lebih satelit tersebut seperti terlihat dalam Gambar 3.1 dibawah, untuk
menentukan posisi. GPS receiver harus berada dalam line of sight
(LoS) terhadap ketiga satelit tersebut untuk menentukan posisi,
sehingga GPS hanya ideal untuk diguakan dalam outdoor positioning.

Gambar 3.1 Trilaterasi Dalam Global Positioning System (GPS) [3].


Aplikasi yang berada disisi target (client) setelah mendapatkan
request dari pelacak (server) maka client akan meminta koordinat
posisinya pada GPS, yang kemudian akan dikirimkan ke pelacak
(server). Sejak tahun 1980, layanan GPS yang dulunya hanya untuk
leperluan militer mulai terbuka untuk publik. Meskipun satelit-satelit
tersebut berharga jutaan dolar, namun setiap orang dapat
menggunakannya dengan gratis. Satelit-satelit ini mengorbit pada
ketinggian sepenulisr 12.000 mil dari permukaan bumi. Posisi ini
sangat ideal karena satelit dapat menjangkau area coverage yang
lebih luas. Setiap satelit mampu mengelilingi bumi hanya dalam waktu
12 jam. Sangat cepat, sehingga mereka selalu bisa menjangkau
dimana pun posisi Anda di atas permukaan bumi. GPS reciever
sendiri berisi beberapa integrated circuit (IC) sehingga murah dan
teknologinya mudah untuk di gunakan oleh semua orang. GPS dapat
digunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya mobil, kapal,
pesawat terbang, pertanian dan di integrasikan dengan komputer
maupun laptop.

Gambar 3.2 Jenis Perangkat GPS [3].


2. Cara kerja GPS
Setiap daerah di atas permukaan bumi ini minimal terjangkau
oleh 3-4 satelit. Pada prakteknya, setiap GPS terbaru bisa menerima
sampai dengan 12 channel satelit sekaligus. Kondisi langit yang cerah
dan bebas dari halangan membuat GPS dapat dengan mudah
menangkap sinyal yang dikirimkan oleh satelit. Semakin banyak satelit
yang diterima oleh GPS, maka akurasi yang diberikan juga akan
semakin tinggi. Cara kerja GPS secara sederhana ada 5 langkah,
yaitu :
1. Memakai perhitungan “triangulation” dari satelit.
2. Untuk perhitungan “triangulation”, GPS mengukur jarak
menggunakan travel time sinyal radio.
3. Untuk mengukur travel time, GPS memerlukan memerlukan akurasi
waktu yang tinggi.
4. Untuk perhitungan jarak, penulis harus tahu dengan pasti posisi
satelit dan ketingian pada orbitnya.
5. Terakhir harus menggoreksi delay sinyal waktu perjalanan di
atmosfer sampai diterima receiver.
Sebuah GPS receiver harus mengunci sinyal minimal tiga satelit
untuk memenghitung posisi 2D (latitude dan longitude) dan track
pergerakan. Jika GPS receiver dapat menerima empat atau lebih
satelit, maka dapat menghitung posisi 3D (latitude, longitude, dan
altitude). Jika sudah dapat menentukan posisi device, selanjutnya
GPS dapat menghitung informasi lain, seperti kecepatan, arah yang
dituju, jalur, tujuan perjalanan, jarak tujuan, matahari terbit dan
matahari terbenam dan masih banyak lagi.
Satelit GPS dalam mengirim informasi waktu sangat presesi
karena Satelit tersebut memakai jam atom. Jam atom yang ada pada
satelit dalam dengan partikel atom yang di isolasi, sehingga dapat
menghasilkan jam yang akurat dibandingkan dengan jam bisa.
Perhitungan waktu yang akurat sangat menentukan akurasi
perhitungan untuk menentukan informasi lokasi penulis. Selain itu
semakin banyak sinyal satelit yang dapat diterima maka akan semakin
presesi data yang diterima karena ketiga satelit mengirim pseudo-
random code dan waktu yang sama.
Ketinggian itu menimbulkan keuntungan dalam mendukung
proses kerja GPS, bagi penulis karena semakin tinggi maka semakin
bersih atmosfer, sehingga gangguan semakin sedikit dan orbit yang
cocok dan perhitungan matematika yang cocok. Satelit harus teptap
pada posisi yang tepat sehingga stasiun di bumi harus terus
memonitor setiap pergerakan satelit, dengan bantuan radar yang
presesi salalu di cek tentang altitude, position dan kecepatannya.
3. Cara Satelit menentukan posisi Lokasi
Sinyal yang dikirimkan oleh satelit ke GPS akan digunakan untuk
menghitung waktu perjalanan (travel time). Waktu perjalanan ini sering
juga disebut sebagai Time of Arrival (TOA). Sesuai dengan prinsip
fisika, bahwa untuk mengukur jarak dapat diperoleh dari waktu
dikalikan dengan cepat rambat sinyal. Maka, jarak antara satelit
dengan GPS juga dapat diperoleh dari prinsip fisika tersebut. Setiap
sinyal yang dikirimkan oleh satelit akan juga berisi informasi yang
sangat detail, seperti orbit satelit, waktu, dan hambatan di atmosfir.
Satelit menggunakan jam atom yang merupakan satuan waktu paling
presisi. Untuk dapat menentukan posisi dari sebuah GPS secara dua
dimensi (jarak), dibutuhkan minimal tiga buah satelit. Empat buah
satelit akan dibutuhkan agar didapatkan lokasi ketinggian (secara tiga
dimensi). Setiap satelit akan memancarkan sinyal yang akan diterima
oleh GPS receiver. Sinyal ini akan dibutuhkan untuk menghitung jarak
dari masing-masing satelit ke GPS. Dari jarak tersebut, akan diperoleh
jari-jari lingkaran jangkauan setiap satelit. Lewat perhitungan
matematika yang cukup rumit, interseksi (perpotongan) setiap
lingkaran jangkauan satelit tadi akan dapat digunakan untuk
menentukan lokasi dari GPS di permukaan bumi [3].
Gambar 3.3 Struktur Sinyal GPS[1].
3. GALILEO
Pada Maret 2018, sistem Galileo terdiri dari 14 satelit siap pakai,
satu satelit yang tersedia tetapi saat ini ditetapkan untuk 'tidak
digunakan' untuk keperluan pemeliharaan, dua satelit dalam mode uji
ditempatkan secara tidak sengaja di orbit elips, satu satelit yang belum
tersedia sejak Mei 2014 karena masalah frekuensi utama, dan empat
satelit yang baru-baru ini dikerahkan dan saat ini sedang
dioperasikan. Pasangan satelit yang disebutkan di atas diluncurkan ke
orbit elips yang keliru karena kecelakaan roket Proton Rusia yang
digunakan untuk peluncuran.
Dalam hal kedua satelit ini tidak dapat digunakan untuk
keperluan navigasi, ada opsi lain untuk membuatnya tersedia untuk
penelitian, misalnya dalam bidang perilaku jam atom pada orbit yang
sangat elips. Bagaimanapun, kedua satelit ini tidak hilang dan akan
berkontribusi pada program navigasi satelit Eropa. Peluncuran satu
set tambahan empat satelit Galileo direncanakan untuk tahun 2018.
Tonggak sejarah utama Galileo dirangkum dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Sejarah Satelit Galileo

Sistem Galileo menyediakan empat layanan:


• Layanan terbuka (OS): Layanan terbuka dan gratis untuk penentuan
posisi dasar dan layanan pengaturan waktu.
• Layanan komersial (CS): Peningkatan layanan dengan peningkatan
tingkat kinerja yang dijamin. CS menawarkan kemungkinan enkripsi
sinyal untuk mengurangi risiko sinyal aktif terganggu atau dibuat-buat.
• Public regulated service (PRS): Layanan terbatas untuk pengguna
resmi pemerintah untuk aplikasi sensitif yang memerlukan tingkat
kontinuitas layanan yang tinggi. Layanan ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh otoritas yang disetujui saja.
• Layanan pencarian dan penyelamatan (SAR): Kontribusi Eropa
untuk sistem deteksi tanda bahaya pencarian dan penyelamatan
internasional (Cospas-Sarsat)
Galileo adalah salah satu dari empat sistem satelit navigasi
global yang tersedia saat ini. Untuk menunjukkan pentingnya Galileo
dibandingkan dengan sistem lain, tinjauan singkat tentang
karakteristik sistem lain diuraikan sebagai berikut:
GPS Amerika dominan di berbagai domain. GPS diperkenalkan
sebagai sistem militer pada tahun 1970-an dan sejak itu telah
dioperasikan dan dikelola oleh Departemen of Defense (DOD). Saat
ini sedang dimodernisasi untuk memasukkan sinyal navigasi
tambahan dalam beberapa pita frekuensi. Modernisasi ini juga akan
mencakup generasi satelit baru serta segmen kontrol baru. Untuk
memastikan transisi yang lancar dari warisan yang telah terbukti dan
mapan, berbagai generasi GPS akan bekerja secara paralel untuk
waktu yang lama.
Sistem GLONASS Rusia adalah sistem navigasi global kedua.
GLONASS mengatasi kemunduran awal pada 1990-an karena krisis
keuangan Rusia dan saat ini menyediakan layanan navigasi global.
Berbeda dengan rasi bintang GNSS lainnya, sinyal GLONASS
konvensional menggunakan Frequency Division Multiple
Access(FDMA) untuk multiplexing, yang berarti setiap satelit
mentransmisikan sinyalnya pada frekuensi yang sedikit berbeda untuk
membedakan antara masing-masing satelit. Namun, di masa depan,
GLONASS akan memperkenalkan sinyal baru menggunakan Code
Division Multiple Access(CDMA) untuk multiplexing sinyal siaran pada
frekuensi pembawa yang sama, seperti GNSS lainnya. Perbedaan lain
dibandingkan dengan GPS adalah bahwa GLONASS telah
menyediakan sinyal yang dapat diakses publik pada dua frekuensi
berbeda sejak awal untuk mengurangi efek ionosfer. Karena alasan
historis dan teknis, GLONASS belum digunakan secara luas di semua
domain.
Selama jangka waktu yang mirip dengan Galileo, Republik
Rakyat Tiongkok mengembangkan sistem BeiDou-nya.
Pengembangan ini dibagi menjadi tiga fase berurutan, yang terbaru
akan menyediakan layanan GNSS global, meskipun dengan fokus
khusus pada wilayah Asia-Pasifik. Untuk tujuan ini, konstelasi BeiDou
terdiri dari satelit dengan tiga jenis orbit yang berbeda. Selain satelit
Medium Earth Orbit(MEO) (yang juga digunakan oleh sistem lain),
BeiDou juga akan menyertakan satelit dalam Inclined Geo
Synchronous Orbits(IGSO) dan Geostationary Orbits (GEO). Ini akan
melengkapi konstelasi BeiDou di wilayah Asia-Pasifik dengan
menambahkan satelit yang dapat dilihat pada ketinggian tinggi dan
diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam skenario
perkotaan.
Galileo menerapkan teknik yang mirip dengan yang ditemukan di
GNSS lain, dan karenanya dapat dibandingkan dengan sistem lain.
Salah satu keunggulan utama Galileo dibandingkan dengan sistem
lainnya adalah independensinya. Karena masing-masing sistem
lainnya membentuk bagian dari militer negaranya, masing-masing
sistem dapat menjadi tidak tersedia selama konflik politik. Karena
GNSS telah menjadi infrastruktur penting dalam banyak aplikasi,
sangat penting untuk mengendalikan sistem navigasi satelit. Dengan
cara ini, semua layanan Galileo dapat digunakan secara independen
dari implementasi GNSS lainnya. Selain itu, Galileo pada akhirnya
diharapkan mengungguli sistem lain, setidaknya dalam domain
tertentu. Banyak upaya dicurahkan untuk membangun satelit yang
memiliki jam atom yang sangat akurat, pemrosesan sinyal digital, dan
rentang hidup yang panjang. Bersama dengan jaringan stasiun
referensi yang padat dan stasiun kontrol yang berlebihan, Galileo
memiliki potensi untuk memberikan kinerja pemosisian yang lebih baik
daripada sistem lain di masa depan.
Location Based Service(LBS) mencakup berbagai aplikasi dan
layanan terkait GNSS yang muncul, terutama memanfaatkan
perangkat portabel seperti ponsel, tablet, dan jam tangan pintar. LBS
terdiri dari bidang aplikasi GNSS yang sangat dinamis dan beragam
dan mencakup layanan navigasi, jejaring sosial dan permainan, serta
kebugaran, olahraga dan pelacakan aktivitas, dan berbagai layanan
komersial profesional. Jika Galileo digunakan dalam LBS, itu sebagian
besar didasarkan pada Layanan Terbuka dan Layanan Pencarian dan
Penyelamatan Galileo. Galileo akan berkontribusi pada
pengembangan aplikasi LBS lebih lanjut di pasar yang berkembang.
LBS semakin banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa
dibilang mewakili bentuk GNSS yang paling menonjol di kalangan
pengguna akhir sipil. Pengembang Eropa terus berkinerja kuat dalam
pengembangan aplikasi. Dari 5,7 juta pengembang aplikasi di seluruh
dunia, lebih dari 22% bekerja di UE. Pada 2018, ekonomi aplikasi
Eropa diperkirakan akan menyumbang € 63 miliar untuk ekonomi Uni
Eropa dan mempekerjakan 4,8 juta orang [4].
4. Parameter Link Budget
Setiap jaringan memiliki ciri khas yang ditentukan oleh beberapa
spesifikasi, diantaranya keberadaan dalam iklim tertentu dan Bit Error
Rate (BER). Dalam sistem komunikasi setelit, masalah link budget
sering sekali menjadi pertimbangan utama pada semua pita frekuensi
yang dimiliki dan mempunyai masalah pada redaman hujan yang
sangat tinggi. Secara sederhana, link budget adalah jumlah total
kerugian (losses) antara media pengirim (transmitter) dengan satelit
dan kembali lagi ke penerima (receiver). Losses ini memberi
penguatan negatif pada setiap media, baik pada sisi transmitter
maupun juga pada receiver. Jadi untuk melihat apakah sinyal akan
cukup baik untuk digunakan setelah dikirim ke receiver melalui satelit,
penguatan dan redaman (losses) total akan dijumlahkan bersama,
sehingga dapat diperoleh gain atau losses yang akurat. Suatu
redaman (losses) berarti level/besaran lain dari sinyal menjadi lebih
kecil, dan sebaliknya penguatan (gain) berarti sinyalnya makin
kuat/besar. Berikut ini akan dijelaskan komponen penting dalam
perhitungan link budget dan contoh sederhana perhitungannya.
4.1 Penguatan (Gain)
Penguatan antena yang menyatakan besarnya penguatan
antena penerima suatu stasiun bumi, penguatan antena stasiun bumi
tersebut dipengaruhi oleh 3 komponen utama, yaitu besar frekuensi
uplink untuk antena transmite atau frekuensi downlink untuk antena
receive (f), diameter antena (D), dan efisiensi antena (y). Berdasarkan
ketiga komponen tersebut maka dapat dihitung nilai penguatan
antenanya (G) dengan menggunakan persamaan berikut:
G ant=20,4+ 20 log f(GHz)+ 20 log D(m) + 10 log y
Dengan :
G ant = Penguatan antena pemancar atau penerima (dB)
f = Frekuensi uplink atau downlink (GHz)
D = Diameter antena pemancar atau penerima (m)
y = Efisiensi antena pemancar atau penerima (%)
4.2 EIRP (Effective Isotropic Radiated Power)
EIRP menyatakan besar level daya efektif yang dipancarkan
secara isotropis yang dapat dirumuskan :
EIRP (Watt)=PTX. GTX
EIRP(dBw)=PTX (dBw) + GTX
Dengan:
PTX = Power Transmiter dalam Watt atau dBw
GTX = Gain Antena dalam dB
4.3 Figure of Merit (G/T)
Figure of Merit merupakan perbandingan antara penguatan
penerimaan antena dengan noise of temperature. Sistem penerimaan
yang menunjukkan kualitas dari suatu sistem penerimaan yang
berkaitan dengan kepekaan penerimaan sinyal. Untuk G/T satelit,
nilainya sudah direncanakan pada awal pembuatan sehingga memiliki
nilai yang tetap. Sebagai contoh pada satelit Telkom-1 memiliki nilai
G/T sebesar 2,25 dB/K.. G/T dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
G/T = GR – 10.log Ts
Dengan :
G/T = Gain to temperature (dB)
GR = Penguatan antena penerima maksimum (dB)
Ts = Temperatur Sistem (K)
Untuk mengetahui nilai GR dapat menggunakan persamaan berikut :
GR = Gant – Feeder Loss
Untuk mengetahui nilai Ts, maka harus terlebih dahulu mengetahui
nilai Tin , untuk mengetahuinya dapat menggunakan persamaan
berikut:

4.4 Slant Range


Dalam perhitungan rugi-rugi transmisi diperlukan data jarak
antara stasiun bumi dan satelit yang disebut dengan slant range,
berikut persamaan dari slant range :
Z2 = R2 + (R+h)2 – 2R(R+h)cos
4.5 FSL (Free Space Loss)
Redaman ruang bebas muncul akibat perambatan sinyal dari
pemancar ke penerima melalui ruang hampa pada komunikasi satelit.
Besarnya FSL tergantung dari jarak satelit terhadap stasiun bumi dan
terhadap besarnya frekuensi yang digunakan. FSL dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut :
FSL= 32,5 + 20 log f(MHz) + 20 log R(Km)
Dengan:
FSL = Rugi-rugi ruag bebas (dB)
f = Frekuensi uplink atau downlink (GHz)
R= Jarak antara stasiun bumi ke satelit (Km)
Besarnya nilai FSL berkisar antara 196 sampai dengan 200 dB [5].
IV. KAJIAN DAN ANALISIS
Dalam perencanaan sebuah satelit diperlukan perhitungan atau
analisa link budget, hal ini bertujuan agar badhwitdh atau lebar pita
frekuensi dan power atau daya yang diperlukan untuk mengirimkan
beserta menerima data tidak menjadi efisien. Badhwidth dan power
merupakan dua faktor yang langka atau terbatas, untuk itu diperlukan
perencanaan yang benar-benar matang dalam perencanaan sebuah
satelit. Baik satelit navigasi ataupun jenis satelit lainnya. Faktor
pertama dalam perhitungan link budget yang penulis sajikan adalah
perhitungan gain (penguatan) output dari antena baik dari sisi
pengirim atau penerima.

= 0,05
Gmax = 10 log (πD )2

= 10 log 0,65 ( )2

= 55 dBi
Perhitungan kedua yaitu EIRP (Effective Isotropic Radiated
Power) merupakan besarnya daya suatu carrier yang dipancarkan
oleh suatu antena.
EIRP = Pout HPA + G antena – loss IFL
= 30 + 20 – 2
= 48 dBw
Slant Range Kota Cibinong

D =

=
= 36083,10 Km
Free Space Loss (FSL) merupakan suatu redaman yang dialami
seinyal yang dikirim satelit ketika sedang mengirim sinyal kembali ke
suatu stasiun bumi (SB).
a. Kota Makasar

Lup =

= 2

= 8,148 x 1019
= 10 log (8,148 x 1019)
= 199,11 dB
b. Kota Cibinong

Lup =

= 2

= 8,214 x 1019
= 10 log (8,214 x 1019)
= 199,14 dB

G/T (Figure of Merite) yaitu pengukuran yang menunjukan baik


atau buruknya performa sistem penerima pada suatu stasiun bumi
(SB).
G/T =

= 0,78 dB/°K

Tingkat akurasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu


penundaan dari Ionosfer dan troposfer atau sinyal satelit melambat
saat melewati atmosfer, sinyal multipath, kesalahan jam receiver,
kesalahan orbital, jumlah satelit terlihat, geometri satelit/shading, dan
degradasi dari sinyal satelit yang disengaja atau Selective Availability
(SA) yang dikarenakan degradasi oleh Departemen Pertahanan
Amerika Serikat. Penulis akan membahasnya satu persatu dari faktor-
faktor tersebut :
1. Penundaan dari Ionosfer dan troposfer yaitu kondisi dimana satelit
melambat saat melewati lapisan atmosfer. Hal ini dikarenakan
sistem GPS menggunakan model sistem yang sudah terpasang
yang menghitung jumlah rata-rata keterlambatan dan mengkoreksi
kesalahan. Penundaan tersebut dapat dikatakan sebgai Bias
Ionosfer dan Bias Troposfer, dimana bias Ionosfer tersebut adalah
bagian dari laposan atas atmosfer yang terdapat sejumlah electron
dan ion bebas yang mempengaruhi perambatan gelombang radio,
dalam hal ini ionosfer akan mempengaruhi kecepatan, arah,
polarisasi, dan kekuatan sinyal GPS yang melalui lapisan ionosfer.
Sedangkan bias troposfer sendiri berpengaruh karena sinyal dari
satelit GPS untuk sampai ke antenna harus melalui lapisan
troposfer, yaitu lapisan atmosfer netral yang berbatasan dengan
permukaan bumi dimana temperature/suhu menurun dengan
besarnya nilai ketinggian. Efek utama dari troposfer berpengaruh
pada kecepatan, atau dengan kata lain terhadap hasil ukuran jarak.
2. Multipath merupakan fenomena dimana sinyal dari satelit tiba
diantena GPS melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Dalam
hal ini satu sinyal merupakan sinyal langsung dari satelit ke antena,
sedangkan yang lainnya merupakan sinyal-sinyal tidak langsung
yang dipantulkan oleh benda-benda disekitar antenna sebelum tiba
di antenna.
3. Kesalahan jam receiver merupakan ketidaksesuaian antara jam
disatelit dengan di receiver.
4. Kesalahan orbital merupakan kesalahan dimana orbit satelit yang
dilaporkan oleh ephermis satelit tidak sama dengan orbit satelit
yang sebenarnya dan dengan kata lain, posisi satelit yang
dilaporkan tidak sama dengan orbit satelit yang sebenarnya.
5. Jumlah satelit terlihat yaitu banyaknya satelit yang terlihat selama
durasi efektif dan waktu durasinya terlihat ± 12 Jam. Lokasi akan
lebih akurat ketika device dapat terlihat oleh lebih dari 3 satelit.
6. Geometri satelit/shading yaitu posisi relatif satelit pada suatu waktu.
Geometri satelit ideal terjadi ketika satelit berada disudut lebar
relatif terhadap satu sama lain. Hasil geometri yang tidak bagus
saat satelit berada dalam satu garis lurus dengan bumi atau dalam
kondisi satelit yang berdekatan.
7. Degradasi dari sinyal satelit merupakan kebijakan dari Departemen
Pertahahanan Amerika serikat dimana kode-kode dari sinyal GPS
bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh pihak militer.
V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Ketujuh faktor diatas dapat terjadi disengaja ataupun tidak, hal-
hal yang perlu diantsipasi adalah satelit dapat digunakan sebagai
bentuk kejahatan yang direncanakan, sehingga perlu adanya mitigasi
yang sangat ketat. Faktor yang tidak disengaja tersebut di atas
dikarena faktor alam yang memang lokasi satelit tersendiri berada di
luar angkasa.

VI. DAFTAR PUSTAKA


[1] D. Manandhar, “Introduction to Global Navigation Satellite System
(GNSS) Module:,” hlm. 66, 2018.
[2] D. Prasetyaningsih, “PARTISIPASI INDONESIA DALAM
PEMBAHASAN SISTEM SATELIT NAVIGASI GLOBAL (GLOBAL
NAVIGATION SATELLITE SYSTEM) DALAM SIDANG UNCOPUOS,”
vol. 13, no. 4, hlm. 10.
[3] A. Pranindya, “(GPS) Global Positioning System.” Politeknik Sriwijaya.
[4] “Europe Nation Galileo Satellite Navigation System.” European
Parliamentary Research Service, Oktober-2018.
[5] I. MPB dan W. Pamungkas, Sistem Komunikasi Satelit. Yogyakarta:
CV Andi Offset, 2014.

Anda mungkin juga menyukai