Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM REFERENSI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
KELAS B
1. AULIA ANJANI SUGIARTO (22314002)
2. EKA PUTRI SYELINA DAUD (22314010)
3. FATIMAH MEISYA AZZAHRA (22314013)
4. SINTIA AMANDA PUTRI (22314033)

INSTRUKTUR:
Ir. EKO BUDI WAHYONO, M.Si.
NIP. 196505211993031005

PROGRAM DIPLOMA 4 PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
KEMENTRIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
2023
ACARA 2
SURVEI GNSS DENGAN METODE PENGAMATAN STATIK PADA TDV &
PENGOLAHAN DATA SURVEI GNSS DENGAN METODE POST PROCESSING
TDV SECARA ONLINE

A. TUJUAN
Agar dapat paham mengaplikasikan serta menggunakan alat GNSS dan dapat
mengolah/memasukkan data hasil dari pengukuran GNSS.

B. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Maret 2023
Waktu Pelaksanaan : 13.00 – 16.30 WIB
Lokasi Praktikum : Lapangan Chandra, selatan pendopo, dan utara aula

C. ALAT DAN BAHAN


1. GNSS, tribatch, Dan statif (1 set)
2. controller
3. Pita ukur
4. laptop
5. Base/titik referensi INA-CORS terdekat

D. DASAR TEORI
GNSS (Global Navigation Satellite Sistem)
GNSS adalah singkatan dari Global Navigation Satellite System. GNSS
tersebut merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan posisi atau lokasi
(lintang, bujut, dan ketinggian) serta waktu dalam satuan ilmiah di bumi. Satelit akan
mentransmisikan sinyal radio dengan frekuensi tinggi yang berisi data waktu dan
posisi yang dapat diambil oleh penerima yang memungkinkan pengguna untuk
mengetahui lokasi tepat mereka dimanapun di permukaan bumi. GNSS adalah
kependekan dari Global Navigation Satellite System atau Sistem Satelit Navigasi
Global. GNSS adalah sistem navigasi yang menggunakan satelit untuk menentukan
posisi, kecepatan, dan waktu dengan akurasi tinggi di seluruh dunia.
GNSS terdiri dari beberapa sistem satelit navigasi, termasuk GPS (Global
Positioning System) yang dikembangkan oleh Amerika Serikat, GLONASS (GLObal
NAvigation Satellite System) yang dikembangkan oleh Rusia, Galileo yang
dikembangkan oleh Uni Eropa, BeiDou (atau BDS, BeiDou Navigation Satellite
System) yang dikembangkan oleh China, dan beberapa sistem satelit navigasi lainnya.
GNSS memungkinkan pengguna untuk menentukan posisi mereka dengan akurasi
yang sangat tinggi, yang sangat berguna dalam banyak aplikasi, termasuk navigasi
pesawat terbang, navigasi kapal, pemetaan, pengukuran lapangan, navigasi kendaraan,
pemantauan cuaca, dan banyak lagi.
GNSS menggunakan satelit di orbit bumi untuk mentransmisikan sinyal radio
yang diterima oleh penerima GNSS di bumi. Penerima GNSS menggunakan sinyal
dari beberapa satelit untuk menentukan posisi mereka, dan akurasi posisi tergantung
pada jumlah dan kualitas sinyal yang diterima.
Dalam ringkasan, GNSS adalah sistem satelit navigasi global yang digunakan
untuk menentukan posisi, kecepatan, dan waktu dengan akurasi tinggi di seluruh
dunia. GNSS terdiri dari beberapa sistem satelit navigasi, termasuk GPS, GLONASS,
Galileo, BeiDou, dan beberapa sistem satelit navigasi lainnya. GNSS sangat berguna
dalam banyak aplikasi, termasuk navigasi, pemetaan, pengukuran lapangan, dan
banyak lagi.
GNSS yang paling dikenal saat ini adalah GPS (Global Positioning Sistem).
Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta
informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu
dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah
sangat banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi. Di
Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan
aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi ataupun perubahan posisi.
Dibandingkan dengan sistem dan metode penentuan posisi lainnya, GPS mempunyai
banyak kelebihan dan menawarkan lebih banyak keuntungan, baik dalam segi
operasionalisasinya maupun kualitas posisi yang diberikan. Pada dasarnya GPS terdiri
dari tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terutama terdiri
dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control sistem segment) yang terdiri
dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user
segment) yang terdiri dari pemakai. GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah
sinyal dan data GPS.
Global Positioning System(GPS) memberikan informasi yaitu berupa posisi,
kecepatan dan waktu yang akurat pada berbagai peralatan baik di darat, laut, udara
dalam 24 jam pada kondisi cuaca apapun secara gratis. Global Positioning
System secara resmi dikenal sebagai NAVSTAR (Navigation Satellite Timing And
Range) yang awalnya dikembangkan untuk militer. Pada dasarnya GPS terdiri dari
tiga bagian utama (segment) yaitu:
a. Segmen Angkasa (space segment)
Segmen angkasa ini merupakan sistem yang tersusun atas satelit-satelit yang
setidaknya 24 satelit GPS mengorbit dan ber status aktif, mereka bergerak pada
sekitar 7.000 mil per jam sekitar 12.000 mil diatas permukaan bumi. Satelit GPS
dapat dianalogkan sebagai suatu sistem radio diangkasa yang mengirim dan
menerima sinyal-sinyal gelombang. Sinyal itu dapat menembus awan, kaca,
plastik tetapi tidak mampu menembus benda-benda yang mengandung banyak
logam atau benda yang mengandung banyak air seperti lokasi dibawah air.Sinyal-
sinyal tersebut oleh penerima GPS di bumi diuraikan menjadi sinyal radio kode
(dikenal sebagai psedorandom) yang memberikan informasi posisi, waktu, dan
kecepatan. Satelit GPS didukung oleh energi matahari dan batere cadangan untuk
tetap dapat mengorbit di angkasa . Setiap satelit dibangun untuk durasi 10
tahun dan akan diganti dengan satelit-satelit baru untuk tahun mendatang.
b. Segmen Kontrol (control segment)
Segmen control terdiri dari stasiun kontrol utama atau stasiun bumi (Master
Ground Station-MGS) terletak dekat Colorado Springs di Colorado dan stasiun
monitor (Monitor Station-MS) serta Ground Antennas Stations (GAS), yang
keseluruhannya bertugas memastikan performa kinerja seluruh sistem satelit dan
keakuratannya. Fungsi ini menyangkut beberapa tugas antara lain :
• Menjaga agar satelit tetap berada pada lintasan yang seharusnya, dengan
jalan mengamati semua satelit secara terus menerus.
• Memantau semua status dan kelayakan semua bagian satelit.
• Menentukan dan menjaga waktu semua system GPS
• Mengkonfigurasi ulang semua peralatan GPS.
• Melacak semua satelit GPS secara aktif dan mengumpulkan data dari
masing-masing satelit yang kemudian semua informasi itu dikirim ke MGS,
dimana data dan satelit dan parameter waktu ditentukan.
c. Segmen Pengguna (User Segment)
Segmen pengguna merupakan bagian penerima dari sistem GPS Fungsinya
sebagai penerima sinyal dari dua frekuensi GPS, menguraikan dan memproses
sinyal satelit yang diterimanya. Segmen pengguna ini terdiri dari beberapa bagian
utama utama yaitu : antena dengan pre-amplifier, bagian RF (Radio
Frequency) dengan pengidentifikasi dan pemroses sinyal dan data, tampilan serta
perekam data yang kemudian untuk menentukan dan menampilkan posisi,
kecepatan, waktu dan sebagainya.
Karena alat ini bergantung penuh pada satelit , maka sinyal satelit menjadi sangat
penting. Alat navigasi berbasisi satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada
gangguan pada sinyal satelit. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal
satelit antara lain:
• Kondisi geogarafis dimana pengguna masih dapat melihat langit yang cukup
luas, alat ini masih dapat berfungsi.
• Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat
diterima.
• Air. Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.
• Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal.
• Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
• Gedung-gedung. Tidak hanya ketika didalam gedung, berada diantara dua
buah gedung tinggi juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam
lembah.
• Sinyal yang memantul, misal bila berada diantara gedung- gedung tinggi,
dapat mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat
menunjukkan posisi yang salah atau tidak akurat yang berakibat
membingungkan bagi pengguna dalam menentukan arah serta tujuan.
Posisi dan system koordinat
Posisi adalah lokasi suatu objek atau titik dalam ruang tiga dimensi (x, y, z)
atau dalam ruang dua dimensi (x, y). Posisi dapat dinyatakan dalam sistem koordinat
tertentu, yang memungkinkan kita untuk menentukan titik tersebut dengan akurasi
dan konsistensi.
Sistem koordinat adalah sistem yang digunakan untuk menentukan posisi
suatu objek atau titik dalam ruang tiga dimensi (3D) atau dalam ruang dua dimensi
(2D). Sistem koordinat terdiri dari titik-titik referensi, sumbu x, y, dan z, serta unit
ukuran. Ada banyak jenis sistem koordinat yang digunakan dalam pemetaan dan
pengukuran lapangan, termasuk sistem koordinat geografi, sistem koordinat kartesian,
dan sistem koordinat proyektif.
Sistem koordinat geografi adalah sistem koordinat yang digunakan untuk
menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi. Sistem koordinat geografi
menggunakan koordinat lintang (latitude) dan bujur (longitude) sebagai titik referensi,
serta unit ukuran yang digunakan adalah derajat, menit, dan detik.
Sistem koordinat kartesian adalah sistem koordinat yang menggunakan tiga sumbu x,
y, dan z untuk menentukan posisi suatu titik dalam ruang tiga dimensi. Sistem
koordinat kartesian menggunakan titik pusat sebagai titik referensi, serta unit ukuran
yang digunakan adalah meter atau satuan lainnya.
Sistem koordinat proyektif adalah sistem koordinat yang digunakan untuk
menentukan posisi suatu titik dalam suatu bidang datar atau bidang proyeksi. Sistem
koordinat proyektif menggunakan titik referensi tertentu, seperti titik pusat atau titik
acuan lainnya, serta unit ukuran yang digunakan adalah meter atau satuan lainnya.
Dalam ringkasan, posisi adalah lokasi suatu objek atau titik dalam ruang tiga dimensi
(3D) atau dalam ruang dua dimensi (2D), dan sistem koordinat adalah sistem yang
digunakan untuk menentukan posisi tersebut. Beberapa jenis sistem koordinat yang
umum digunakan dalam pemetaan dan pengukuran lapangan meliputi sistem
koordinat geografi, sistem koordinat kartesian, dan sistem koordinat proyektif.
Pada kenyataannya bumi berbentuk seperti bola (3 dimensi) dengan
permukaan yang tidak beraturan. Untuk dapat menggambarkan keseluruhan
permukaan bumi pada sebidang kertas (2D) maka kita memerlukan suatu upaya
transformasi dari bentuk 3D ke bentuk 2D. Agar keseluruhan permukaan bumi dapat
tergambar dengan proporsional maka diperlukan suatu perhitungan matematis yang
tepat. Perhitungan itulah yang kemudian lebih dikenal dengan proyeksi, system
koordinat serta datum Adapun definisi dari ketiganya adalah sebagai berikut : Sistem
koordinat merupakan “bilangan yang dipergunakan / dipakai untuk menunjukkan
lokasi suatu titik, garis, permukaan atau ruang “ Informasi lokasi ditentukan
berdasarkan sistem koordinat, yang diantaranya mencakup datum dan proyeksi peta
Datum adalah kumpulan parameter dan titik kontrol yang hubungan geometriknya
diketahui, baik melalui pengukuran atau penghitungan. Sedangkan sistem proyeksi
peta adalah sistem yang dirancang untuk merepresentasikan permukaan dari suatu
bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar. Tidak ada
satu projeksi yang bias mempertahankan geometri asli. Semua Proyeksi mempunya
distorsi geometri namun masing masing jenis proyeksi mempertahankan sifat aslinya,
misalnya proyeksi yang mempertahankan luas permukaan (equivalen), bentuk yang
tetap (conform), dan jarak yang tetap (ekuidistan).
Penentuan Posisi dengan GPS
Pada dasarnya penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak
secara bersama-sama ke beberapa satelit (yang koordinatnya telah diketahui)
sekaligus. Untuk menentukan koordinat suatu titik di bumi, receiver setidaknya
membutuhkan 4 satelit yang dapat ditangkap sinyalnya dengan baik. Secara default
posisi atau koordinat yang diperoleh bereferensi ke global datum yaitu World
Geodetic System 1984 atau disingkat WGS'84.
Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS ini dibagi menjadi dua
metode yaitu:
1. Metode absolut atau juga dikenal sebagai point positioning, menentukan posisi
hanya berdasarkan pada 1 pesawat penerima (receiver) saja. Ketelitian posisi
dalam beberapa meter (tidak berketelitian tinggi) dan umumnya hanya
diperuntukkan bagi keperluan NAVIGASI.
2. Metode relatif atau sering disebut differential positioning, menetukan posisi
dengan menggunakan lebih dari sebuah receiver. Satu GPS dipasang pada lokasi
tertentu dimuka bumi dan secara terus menerus menerima sinyal dari satelit dalam
jangka waktu tertentu dijadikan sebagai referensi bagi yang lainnya. Metode ini
menghasilkan posisi berketelitian tinggi (umumnya kurang dari 1 meter) dan
diaplikasikan untuk keperluan survei GEODESI ataupun pemetaan yang
memerlukan ketelitian tinggi. Untuk keperluan survei di wilayah terumbu karang,
metode absolut yang menggunakan single receiver tipe NAVIGASI rasanya sudah
cukup memadahi. Akan tetapi bila ingin mempelajari tentang pergeseran terumbu
dari waktu ke waktu misalnya, diperlukan metode relatif dengan menggunakan
receiver tipe GEODETIC. Perbincangan selanjutnya akan lebih ke penentuan
posisi dengan GPS receiver tipe NAVIGASI.
Beberapa kesalahan dalam penentuan posisi dengan metode absolut ini
antara lain disebabkan oleh efek:
1. Multipath adalah fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di anttenna receiver
melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda. Hal ini biasa terjadi jika kita
melakukan pengukuran posisi di lokasi-lokasi yang dekat dengan benda reflektif,
seperti di samping gedung tinggi, di bawah kawat transmisi tegangan tinggi atau
lainnya. Untuk mengatasinya : hindari pengamatan dekat benda reflektif, pakai
satelit yang benar-benar baik saja, lakukan pengukuran berulang-ulang dan dirata-
rata hasilnya.
2. SA adalah teknik pemfilteran yang diaplikasikan untuk memproteksi ketelitian
tinggi GPS bagi khalayak umum dengan cara mengacak sinyalsinyal dari satelit
terutama yang berhubungan dengan informasi waktu. Koreksinya hanya dapat
dilakukan oleh pihak yang berwenang mengelola GPS ataupun pihak militer
Amerika saja. Pihak-pihak lain yang mempunyai ijin untuk menggunakan data
berketelitian tinggi biasanya juga diberi tahu cara koreksinya. SA ini merupakan
sumber kesalahan paling besar bagi penentuan posisi dengan metode absolut.
Namun dengan menerapkan metode relatif (differential positioning) kesalahan
tersebut dapat dikurangi. Selain itu belum lama ini pihak militer Amerika telah
merevisi kebijakan dalam menerapkan SA ini sehingga saat ini dengan metode
absolut-pun ketelitiannya sudah sangat baik dibanding sebelumnya (sudah tidak
dalam puluhan meter lagi kesalahannya).
3. Ketidak akuratan posisi karena setting receiver yang tidak pas ini hanya dapat
diatasi dengan menge-set parameter GPS saat dipakai sesuai dengan parameter
peta kerja yang dipergunakan. Hal tersebut biasanya terkait dengan sistem
proyeksi dan koordinat, serta datum yang digunakan dalam peta kerja.
GPS (Global Positioning System) adalah sistem navigasi satelit yang
digunakan untuk menentukan posisi suatu objek di permukaan bumi dengan
akurasi tinggi. GPS menggunakan sinyal-sinyal dari satelit yang terletak di orbit
bumi untuk menentukan posisi suatu objek.

Penentuan posisi dengan GPS terdiri dari beberapa tahap, yaitu:


1. Pengumpulan Data: Pertama-tama, data GPS dikumpulkan dari beberapa satelit
GPS. Setidaknya diperlukan data dari empat satelit untuk menentukan posisi
suatu objek dengan akurasi tinggi.
2. Pengolahan Data: Setelah data GPS dikumpulkan, data tersebut diolah untuk
menentukan posisi suatu objek. Pengolahan data melibatkan penghitungan waktu
yang diperlukan untuk sinyal GPS sampai ke penerima GPS, yang kemudian
digunakan untuk menghitung jarak antara penerima GPS dan satelit.
3. Koreksi: Pengolahan data GPS dapat menghasilkan kesalahan posisi. Oleh karena
itu, dilakukan koreksi untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Koreksi dapat
dilakukan menggunakan beberapa metode, seperti koreksi diferensial dan koreksi
diferensial real-time.
4. Penentuan Posisi: Setelah dilakukan koreksi, posisi suatu objek dapat ditentukan
dengan akurasi yang tinggi menggunakan data GPS yang telah diolah.
5. Penentuan posisi dengan GPS memiliki banyak aplikasi, seperti dalam pemetaan,
navigasi, survei lapangan, dan lain sebagainya. GPS juga dapat digunakan dalam
kombinasi dengan teknologi lainnya, seperti total station dan LiDAR, untuk
menghasilkan data yang lebih akurat dan lengkap.
Kesalahan dan Bias Pengamatan
Berikut ini akan dijelaskan karakteristik dari kesalahan dan bias yang umum terjadi.
a. Kesalahan orbit (ephemeris)
Kesalahan ephemeris merupakan kesalahan dimana orbit satelit yang
dilaporkan oleh ephemeris satelit tidak sama dengan orbit satelit yang
sebenarnya sehingga akan mempengaruhi ketelitian koordinat titik-titik yang
ditentukan.
b. Bias ionosfer
Ion-ion bebas (elektron) dalam lapisan ionosfer akan mempengaruhi propagasi
sinyal GPS. Dalam hal ini ionosfer akan mempengaruhi kecepatan, arah,
polarisasi, dan kekuatan GPS yang melaluinya. Ionosfer akan memperlambat
kecepatan sinyal (ukuran jarak menjadi lebih panjang) dan mempercepat fase
(ukuran jarak menjadi lebih pendek), dengan bias jarak (dalam unit panjang)
yang sama besarnya. Jadi secara umum, bias ionosfer dapat mengakibatkan
ukuran jarak yang dihasilkan menjadi kurang teliti.
c. Bias troposfer
Ketika melalui lapisan troposfer, sinyal GPS akan mengalami refraks, yang
menyebabkan perubahan kecepatan dan arah sinyal GPS. Bias troposfer ini
akan mempengaruhi kecepatan sehingga akan menghasilkan ukuran jarak yang
kurang teliti. Lapisan troposfer ini memperlambat data waktu dan data fase.
d. Multipath
Multipath merupakan fenomena dimana sinyal dari satelit tiba di antena GPS
melalui dua atau lebih lintasan yang berbeda [Abidin, 2006]. Dalam hal ini,
satu sinyal merupakan sinyal langsung dari satelit ke antena, sedangkan yang
lainnya merupakan sinyal-sinyal tidak langsung yang dipantulkan oleh benda-
benda (seperti: gedung, jalan raya, mobi, pepohonan, dll) di sekitar antena
sebelum tiba di antena. Perbedaan panjang lintasan menyebabkan sinyal-sinyal
tersebut berinteferensi ketika tiba di antena yang mengakibatkan kesalahan
pada hasil pengamatan. Kesalahan akibat multipath akan menghasilkan ukuran
jarak yang kurang teliti. Multipath akan mempengaruhi hasil ukuran
pseudorange dan carrier phase.
e. Ambiguitas fase (cycle ambiguity)
Ambiguitas fase dari pengamatan fase sinyal GPS merupakan jumlah
gelombang penuh yang tidak terukur oleh receiver GPS [Abidin, 2006]. Untuk
dapat merekonstruksi jarak ukuran antara satelit dengan antena maka harga
ambiguitas fase tersebut harus ditentukan terlebih dahulu. Hal ini diperlukan
pada saat pengubahan data fase menjadi hasil ukuran jarak sehingga dihasilkan
ketelitian yang sangat presisi. Nilai ambiguitas fase akan selalu tetap selama
pengamatan tidak terjadi cycle slip. Penentuan ambiguitas fase ini dilakukan
dengan cara pemberian koreksi terhadap nilai ambiguitas fase yang
mengembang (float) sehingga diperoleh nilai ambiguitas fase yang integer.
f. Cycle slips
Cycle slips merupakan ketidak-kontinuan dalam jumlah gelombang penuh dari
fase gelombang pembawa yang diamati, karena sinyal ke receiver terputus
pada saat pengamatan sinyal. Jika dilakukan plotting data pengamatan fase
terhadap waktu, maka cycle slip dapat dideteksi dari terdapatnya loncatan
mendadak kurva grafik. Dalam proses pengolahan data untuk perhitungan
posis, pengkoreksian cycle slips bisa dilakukan sebagai suatu proses tersendiri
sebelum proses estimasi posisi, ataupun secara terpadu dengan proses
pengestimasian posisi.
g. Selective Availability
Selective Availability (SA) merupakan metode yang pernah diaplikasikan
untuk memproteksi ketelitian posisi absolut secara real-time yang tinggi dari
GPS hanya untuk pihak militer Amerika Serikat dan pihak-pihak yang
berwenang. Tetapi sejak 2 Mei 2000, kebijakan SA sudah dinonaktifkan.
h. Anti Spoofing
Anti Spoofing (AS) merupakan suatu kebijakan dari Departemen Pertahanan
Amerika Serikat, dimana kode-P dari sinyal GPS diubah menjadi kode-Y yang
bersifat rahasia, yang strukturnya hanya diketahui oleh pihak militer Amerika
Serikat dan pihak-pihak yang berwenang.
i. Kesalahan jam
Kesalahan jam ini dapat berupa kesalahan jam satelit maupun kesalahan jam
receiver. Bentuk kesalahannya dapat berupa bentuk offset waktu, offset
frekuensi, maupun frequency drift. Kesalahan jam ini akan langsung
mempengaruhi ukuran jarak, baik pseudorange maupun jarak fase.
j. Pergerakan dari pusat antena
Pada umumnya pusat fase antena GPS akan berubah-ubah tergantung pada
elevasi dan azimuth satelit, serta intensitas sinyal, dan lokasinya akan berbeda
untuk sinyal L1 dan L2 [Tranquilla et al. 1987]. Hal ini disebabkan oleh
sulitnya merealisasikan sumber radiasi yang ideal pada antena GPS. Karena
perbedaan tersebut bersifat variatif terhadap waktu, maka besar efek kesalahan
karena adanya pergerakan pusat fase antena pada ukuran jarak juga akan
bervariasi secara temporal.
k. Imaging
Imaging merupakan suatu fenomena yang melibatkan suatu benda konduktif
(konduktor) yang berada dekat dengan antena GPS, seperti reflektor berukuran
besar maupun groundplane dari antena itu sendiri [Abidin, 2006]. Efek dari
imaging ini adalah akan memunculkan antena ‘bayangan’ (image) atau dengan
kata lain fenomena imaging ini akan mendistorsi pola fase antena yang
seharusnya. Hal ini mengakibatkan perubahan titik pusat fase antena sehingga
akan menyebabkan terjadinya kesalahan pada ukuran jarak.

Metode Penentuan Posisi


Secara garis besar penentuan posisi dengan GPS dapat dibagi 2, yaitu absolute
positioning dan relatif positioning. Metode-metode ini yang menentukan ketelitian
posisi yang diinginkan. Ketelitian GPS bervariasi mulai dari fraksimeter sampai
dengan millimeter, tergantung pada metode apa yang digunakan.
a. Metode Absolute Positioning GPS adalah metode untuk menentukan posisi suatu
objek atau titik dengan menggunakan satelit GPS dan menerapkan prinsip
trigonometri. Metode ini menggunakan tiga atau lebih satelit GPS yang
mengirimkan sinyal ke penerima GPS. Penerima GPS mengukur waktu tiba sinyal
dari masing-masing satelit dan menghitung jarak antara penerima GPS dan satelit
dengan menggunakan waktu tiba sinyal dan kecepatan cahaya. Dengan
mengetahui jarak dari penerima GPS ke tiga atau lebih satelit GPS, posisi
penerima GPS dapat ditentukan secara akurat.
Metode Absolute Positioning GPS memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Akurasi yang tinggi: Metode ini dapat memberikan akurasi posisi yang sangat
tinggi, biasanya kurang dari 10 meter.
2. Mudah digunakan: Metode ini relatif mudah digunakan dan dapat
diaplikasikan dalam berbagai aplikasi.
3. Memiliki tingkat keandalan yang tinggi: Karena GPS adalah sistem satelit
global, metode ini dapat digunakan di seluruh dunia.
Namun, metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu:
1. Tergantung pada kondisi atmosfer: Kondisi atmosfer seperti cuaca buruk atau
terjadinya badai geomagnetik dapat mempengaruhi akurasi hasil pengukuran.
2. Tergantung pada jumlah satelit GPS: Metode ini membutuhkan minimal tiga
satelit GPS yang terlihat untuk menentukan posisi secara akurat. Jika satelit
tidak terlihat, maka akurasi posisi dapat menurun.
3. Tidak memberikan informasi mengenai kecepatan dan arah pergerakan objek:
Metode ini hanya memberikan informasi mengenai posisi objek atau titik,
tidak memberikan informasi mengenai kecepatan dan arah pergerakan objek.
Metode Absolute Positioning GPS dapat digunakan dalam berbagai aplikasi
seperti pemetaan, survei lapangan, navigasi, dan monitoring pergerakan
benda-benda di angkasa.
b. Metode Relatif atau Diferensial Positioning GPS adalah metode untuk
menentukan posisi suatu objek atau titik dengan menggunakan satu atau lebih
penerima GPS yang terletak di dekat objek atau titik yang ingin ditentukan
posisinya. Metode ini menerapkan prinsip bahwa kesalahan pengukuran yang
sama pada dua penerima GPS yang berdekatan akan saling meniadakan, sehingga
dapat menghasilkan posisi yang lebih akurat.
Metode Relatif Positioning GPS terdiri dari dua jenis, yaitu:
Real-Time Kinematic (RTK) GPS: Metode RTK GPS menggunakan dua atau
lebih penerima GPS yang terletak di dekat objek atau titik yang ingin ditentukan
posisinya. Satu penerima GPS disebut sebagai penerima GPS dasar atau base
station, dan penerima GPS lainnya disebut sebagai penerima GPS rover. Penerima
GPS dasar dipasang di titik yang diketahui posisinya secara akurat, sedangkan
penerima GPS rover dipasang di titik yang ingin ditentukan posisinya. Penerima
GPS rover mengirimkan data pengukuran ke penerima GPS dasar secara real-time
melalui radio atau sinyal internet. Penerima GPS dasar memproses data
pengukuran dari penerima GPS rover dan mengirimkan koreksi ke penerima GPS
rover, sehingga dapat menghasilkan posisi yang lebih akurat.
Post-Processing Kinematic (PPK) GPS: Metode PPK GPS menggunakan dua atau
lebih penerima GPS yang terletak di dekat objek atau titik yang ingin ditentukan
posisinya. Penerima GPS dasar dan penerima GPS rover melakukan pengukuran
secara terpisah dan menyimpan data pengukuran ke dalam memori. Setelah selesai
melakukan pengukuran, data pengukuran dari penerima GPS dasar dan penerima
GPS rover dikumpulkan dan diproses menggunakan perangkat lunak khusus untuk
menghasilkan posisi yang lebih akurat.
c. Metode Rapid Static GPS adalah metode untuk menentukan posisi dengan
menggunakan penerima GPS dalam jangka waktu yang relatif singkat, biasanya
antara 15-30 menit. Metode ini termasuk dalam kategori metode Absolute
Positioning GPS. Proses pengukuran pada metode Rapid Static GPS cukup
sederhana, yaitu dengan meletakkan penerima GPS pada titik yang ingin
ditentukan posisinya, kemudian membiarkan penerima GPS tersebut melakukan
pengukuran selama kurang lebih 15-30 menit. Setelah pengukuran selesai, data
pengukuran akan diproses menggunakan perangkat lunak khusus untuk
menghasilkan posisi yang akurat.
Post processing data pengamatan static GNSS
Post processing data pengamatan static GNSS adalah salah satu metode pengolahan
data pengamatan GNSS yang dilakukan setelah pengukuran dilakukan. Metode ini
biasanya digunakan dalam survei geodesi dan pemetaan, dan dapat menghasilkan
posisi yang sangat akurat.
Proses post processing data pengamatan static GNSS melibatkan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data: Pada tahap ini, data pengamatan GPS/GNSS yang diperoleh
dari penerima GNSS selama beberapa jam dikumpulkan dan disimpan dalam
format file yang sesuai.
2. Koreksi data: Data pengamatan yang telah dikumpulkan kemudian dikoreksi
dengan menggunakan data koreksi yang disediakan oleh stasiun pemancar atau
lembaga yang terkait. Data koreksi ini mencakup informasi tentang kesalahan
atmosfer dan efek multipath, yang dapat memperbaiki akurasi pengukuran.
3. Pemrosesan data: Data pengamatan yang telah dikoreksi kemudian diproses
menggunakan perangkat lunak khusus untuk menghasilkan posisi yang akurat.
Pemrosesan ini melibatkan perhitungan matematis yang kompleks, seperti
penghitungan koordinat dan pembuatan model ellipsoid.
4. Verifikasi data: Setelah data diproses, hasilnya kemudian dianalisis dan divalidasi
untuk memastikan bahwa posisi yang diperoleh telah sesuai dengan kebutuhan
dan standar yang ditetapkan.
Metode post processing data pengamatan static GNSS dapat menghasilkan posisi
dengan akurasi tinggi, bahkan hingga beberapa milimeter. Metode ini juga sangat
berguna untuk pengukuran pada wilayah yang sulit dijangkau, seperti daerah
yang terpencil atau terdapat banyak gangguan seperti bangunan tinggi. Namun,
metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan metode pengolahan data GNSS real-time.
Mode jaringan dan mode radial dalampost processing data pengamatan GNSS
Mode jaringan dan mode radial adalah dua metode yang dapat digunakan dalam post
processing data pengamatan GNSS untuk menghitung posisi yang akurat. Berikut adalah
penjelasan mengenai kedua metode tersebut:
1. Mode Jaringan
Mode jaringan adalah metode post processing data pengamatan GNSS yang
melibatkan beberapa stasiun referensi yang terletak di lokasi yang diketahui dan
dipasang secara tetap pada titik-titik yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode ini
melibatkan pengukuran GNSS secara simultan di seluruh stasiun referensi selama
periode pengamatan tertentu. Data pengamatan yang diperoleh kemudian diproses
secara bersamaan dengan menggunakan perangkat lunak khusus untuk menghitung
posisi yang akurat.
2. Mode Radial
Mode radial adalah metode post processing data pengamatan GNSS yang melibatkan
satu stasiun pengamatan utama yang terletak di titik yang tidak diketahui, dan
beberapa stasiun referensi yang terletak di lokasi yang diketahui dan dipasang secara
tetap pada titik-titik yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode ini melibatkan
pengukuran GNSS pada stasiun pengamatan utama dan seluruh stasiun referensi
secara simultan selama periode pengamatan tertentu. Data pengamatan yang diperoleh
kemudian diproses secara bersamaan dengan menggunakan perangkat lunak khusus
untuk menghitung posisi yang akurat.
Perbedaan utama antara mode jaringan dan mode radial adalah pada jumlah stasiun
referensi yang digunakan. Mode jaringan melibatkan beberapa stasiun referensi yang
terletak di lokasi yang diketahui, sementara mode radial hanya melibatkan satu stasiun
referensi yang terletak di lokasi yang diketahui. Mode jaringan cenderung
menghasilkan posisi yang lebih akurat, karena melibatkan lebih banyak stasiun
referensi. Namun, mode radial lebih fleksibel dan dapat digunakan di lokasi yang sulit
dijangkau oleh stasiun referensi tambahan.

E. TAHAPAN KEGIATAN
Langkah pengamatan static pada setiap receiver pada prinsipya sama, yaitu
dengan mendirikan receiver tepat di atas suatu titik di area yang terbuka bebas
pandang ke langit.
1. Pengukuran TDV dilaksanakan dengan cara mendirikan alat GNSS di titik TDV 1
dan TDV 2.
2. Setup dan atur Receiver GNSS di TDV 1 dan TDV 2 dengan cara:
A. Berikut ini jika digunakan receiver GNSS merk South G1,
Maka Langkah pengamatannya:
a. Hidupkan receiver dan controller, pada layar controler pada menu
‘Project” pilih “New”. Di jendela menu “New”, “Project Name” diisi hari
kegiatan survey dilakukan, klik “Ok”.
b. Pada menu “System coordinate”, pilih “Transverse Mercator”, isikan zona
pengamatan, kemudian klik “Ok”.
c. Koneksikan controler dan receiver dengan bluetooth. Pilih menu “Setting”,
kemudian pilih “Instrument setting”, pilih “Static setting”, lanjut beri
penamaan titik pengamatan, kemudian matikan “Auto start record”, pilih
sampling interval perekaman, setelah itu klik “Start” untuk memulai
perekaman data.
d. Ukur tinggi instrumen.
B. Berikut ini jika digunakan receiver GNSS merk Comnav T300,
Maka langkah pengamatannya:
a. Hidupkan receiver dan controller
b. Pada kontroler pilih menu project, klik “Wizard”
c. Langkah pertama yang perlu diatur adalah pembuatan Project, lalu klik
Select untuk membuat ataupun memlih project yang telah dibuat.
d. Step kedua adalah Connection. Bagian ini berfungsi untuk
menghubungkan koneksi bluetooth antara controller ke receiver.
e. Post Processing Kinematic (PPK) adalah fungsi unik Survey Master yang
digunakan untuk pengukuran dinamis post-processing.
f. Pengukuran ini membutuhkan 2 receiver yang bekerja dalam waktu yang
sama, satu receiver digunakan sebagai base dan merekam data static, dan
yang lainnya digunakan sebagai rover.
g. Pertama pilih PPK dalam tampilan Survey, pilih atau buat file PPK.
h. Kedua, masuk ke dalam settings, dan mengatur setting-an PPK
berdasarkan keperluan.
C. Berikut ini jika digunakan receiver GNSS merk CHC i50,
Maka Langkah pengamatannya:
a. Hidupkan receiver dan controller
b. Pada controller pilih Project – Project – klik “New”
c. Isikan nama Project, klik “coordinate system”
d. Pilih Coordinate System, atau klik Add Jika belum ada, Klik Accept
e. Koneksi i50 dengan HCE300 bisa via bluetooth maupun WIFI
f. Koneksi bluetooth
g. Untuk pertama kali, HCE300 dan receiver i50 harus dilakukan pairing
terlebih dahulu. Caranya”:
• Nyalakan receiver i50
• Nyalakan HCE300 lalu nyalakan bluetoothnya(seperti menyalakan
Bluetooth pada HP android)
• Klik search device, lalu pilih receiver i50 sesuai dengan serial
numbernya.
• Lalu klik PAIR. Jika diminta Password pairing bluetooth isikan
1234.
h. Lalu Jalankan landstar, Pilih menu Config – connect
i. Pilih SN alat, klik connect, Klik OK
j. Pengukuran STATIK, Pilih config – connect, Pilih SN rover – connect,
Klik menu config – Statik setting,
3. Lakukan perekaman data satelit GNSS dengan melakukan pengamatan minimum
selama 20 menit. Lama pengamatan tergantung panjang baseline titik pengamatan
(rover) terhadap titik ikat referensi (base).
4. Selesaikan pengukuran GNSS dengan cara “stop measurement” dan kemudian
mematikan alat “off”.
5. Melakukan download data pengukuran dengan menghubungkan kabel data alat
GNSS dengan komputer/laptop.
6. Buatlah diskripsi titik TDV (formulir terlampir).

F. LAMPIRAN
1. TDV 1

2. TDV 2

3. TDV 3

4. TDV 4

G. KESIMPULAN
Dalam rangka pengukuran jarak dan sudut polygon terbuka terikat sempurna
ini taruna Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional mampu melakukan pengukuran
tersebut. Pengukuran Polygon terbuka terikat sempurna merupakan suatu pengukuran
yang dilakukan dengan menggunakan 4 tdv dan 3 Perapatan, dimana 4 tdv tersebut
digunakan untuk mengikat suatu bidang. Sedangkan perapatan bertujuan untuk
membantu tdv dalam mengikat suatu bidang. Dimana dalam melakukan pengukuran
Polygon terbuka harus melakukan pengukuran sudut dan jarak yaitu dengan
menggunakan alat Total station dan juga prisma dengan cara pengambilan sudut 2 seri
rangkap. Setelah melakukan pengukuran sudut maka dilakukan pengukuran
menggunakan GNSS yang dilakukan pada 4 tdv saja yang tujuan untuk mendapatkan
koordinatnya.dan setelah melakukan pengukuran menggunakan GNSS maka tahap
terakhir yaitu mangukur Detail menggunakan Total station dan prisma pole kemudian
mengambil detail situasi seperti Jalan, selokan,tiang listrik dan lain sebagainya.
Apabila detail situasi susah selesai maka, tahap selanjutnya yaitu mengambil detail
bidang, bangunan ataupun lahan kosong. Pada lahan kosong dilakukan pengukuran
menggunakan Meet band /pita ukur.

H. DAFTAR PUSTAKA
admin. (2022, September 2). Apa Itu GNSS dan Fungsi GNSS. PT. ANTESENA

GEOSURVEY INDONESIA. https://antesena-geosurvey.com/apa-itu-gnss-

dan-fungsinya/

Administrator Mobatime. (2021, May 26). Apa perbedaan antara GNSS dan GPS? -

MOBATIME. MOBATIME. https://www.mobatime.com/id/artikel/perbedaan-

antara-gnss-gps/

Kesalahan dan Bias Pada Pengukuran Menggunakan GPS. (2014, February 28).

Scout and Earth Science Blog of Me.

https://izzafuadi.wordpress.com/2014/02/28/kesalahan-dan-bias-pada-

pengukuran-menggunakan-gps/

Pengertian dan Macam GNSS (Global Navigation Satellite System) - Guntara.com.

(n.d.). Www.guntara.com. https://www.guntara.com/2013/10/pengertian-dan-

macam-gnss-global.html

Sabra, A. (n.d.). PRINSIP PENENTUAN POSISI DENGAN GPS Penentuan Posisi

Dengan GPS. Www.academia.edu. Retrieved April 6, 2023, from

https://www.academia.edu/38011217/PRINSIP_PENENTUAN_POSISI_DEN

GAN_GPS_Penentuan_Posisi_Dengan_GPS

Sena, A. (2010). ANGKASA SENA: GLOBAL POSITIONING SYSTEM(GPS).

ANGKASA SENA. http://angkasasena.blogspot.com/2010/08/global-

positioning-systemgps.html

superadmin-frasta. (n.d.). Jurnal Surveying; Apakah yang dimaksud dengan GPS?

Frasta Training. Retrieved April 6, 2023, from

https://frastatraining.com/apakah-yang-dimaksud-dengan-gps/
Survey GPS/GNSS. (n.d.). Total Geo Survey. Retrieved April 6, 2023, from

http://totalgeosurvey.com/layanan/survey-gps-gnss/

Anda mungkin juga menyukai