Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era perkembangan teknologi sekarang banyak hal yang bisa digunakan

sebagai seorang geologi dalam pembuatan peta toopografi. Dalam ilmu geologi, kita

tidak pernah lepas dari kata Peta, ini dikarenakan dalam jurusan geologi itu fokus

pembelajaran terkait bumi. Tentu saja jika ingin mengetahui lokasi pada permukaan

bumi diperlukan yang namanya Peta. Peta disini memiliki definisi sebagai gambaran

konvensional permukaan bumi baik sebagian atau seluruhnya yang dituangkan

kedalam bidang datar seperti kertas dan lain sebagainya) yang diperkecil dengan

skala tertentu dan dilihat dari atas dengan tulisan tertentu sebagai tanda. Untuk

membuat peta dibutuhkan keahlian dalam penggunaan teknologi yaitu GPS (Global

Positioning System) Geodetik .

GPS Geodetik adalah kegiatan survey dan pemetaan yang mengandalkan

satelit untuk mengakuisisi datanya. RTK GNSS adalah singkatan dari Real-time

Kiematic Global. Penentuan posisi yang memperoleh koordinat saat itu juga, dalam

kondisi alat digerakkkan. Pentingnya untuk mempelajari alat GPS Geodetik melalui

praktikum pemetaan topografi, agar supaya bisa menjadi mahasiswa geologi yang

professional dalam dunia kerja. Dengan adanya paktikum RTK GPS Geodetik, bisa

memberikan pemahaman terkait suatu titik koordinat tempat, atau lokasi.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara Real Time Kinematic (RTK) adalah

agar peserta dapat membuat peta topografi dari pengambilan titik-titik dilokasi

pemetaan. Sedangkan tujuan dari dari praktikum acara ini adalah:

1. Peserta dapat mengetahui koordinat tiap-tiap patok dan titik-titik pada lokasi.

2. Peserta dapat memperoleh kisaran jarak horizontal antar titik.

3. Peserta dapat mengetahui besarnya besarnya pergeseran titik terhadap

metode-metode sebelumnya.

4. Peserta dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan metode RTK.

1.3 Waktu Dan Lokasi Penelitian

Praktikum Pemetaan Topografi acara pertama tapping kompas dilaksanakan

pada hari Sabtu, 29 Oktober 2022 dimulai pada pukul 07.00 WITA sampai

selesai dengan keadaan cuaca cerah dan bertempat di Halaman Kampus

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

1.4 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam paktikum adalah sebagai

berikut:

1. Unit Receiver Leica tipe GS08Plus (Base dan rover)

2. Unit Controller Leica tipe GS10/GS15

3. 2 Unit radio pendukung alat pada base dan rover


4. 2 Tripod Receiver

5. 1 unit GPS garmin 78CSx

6. Tongkat penyangga untuk rover

7. Alat tulis menulis

8. Payung.

1.5 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum adalah:

1. Melakukan studi literasi Sebelum melakukan praktikum hal pertama yang

harus kita lakukan yiaitu studi literasi, yang menelusuri sumber-sumber

tulisan atau mengumpulkan data yang pernah dibuat sebelumnya untuk

dipelajari.

2. Melakukan asistensi acara Dalam asistensi acara, praktikan akan diberikan

pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang sudah dipelajari di acara

sebelumnya atau biasanya disebut dengan respon, setelah itu barulah asisten

dosen memberikan materi mengenai acara yang akan dilaksanakan.

3. Melakukan persiapan alat Asisten akan mengecek kelengkapan alat dan

bahan praktikum yang akan digunakan oleh praktikan dalam melakukan

praktikum.

4. Melakukan praktikum Setelah memastikan bahwa alat praktikum yang

diersiapkan sudah lengkap, maka selanjutnya yatu melakukan proses

praktikum dengan didampingi asisten.


5. Membuat laporan Setelah melakukan olahdata praktikan aka membuatn

laporan untuk memasukkan data-data pengamatan serta hasil olahdata ke

dalam laporan.

6. Melakukan asistensi laporan Praktikan akan melakukan asistensi bersama

asisten dosen guna mengetahui apakah praktikan telah paham dengan materi-

materi yang diberikan oleh asisten.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian RTK Geodetik

GPS Geodetik adalah alat ukur GPS dengan mengunakan satelit dimana

akurasi yang sangat tinggi serta ketelitian yang dihasilkan sangat akurat, alat ini dapat

digunakan dalam pengukuran lahan, seperti hutan, perkebunan, dengan akurasi

sampai 5-10 mm. GPS Geodetik adalah GPS yang mempunyai kemampuan untuk

menangkap signal L1, L2, atau GNSS. GPS Geodetik mempunyai kemampuan untuk

merekam Raw data, yang secara umum mempunyai Format RINEX. GPS ini

mempunyai ketelitian lebih tinggi dari GPS Navigasi. Ketelitiannya bahkan sampai

milimeter.

GPS (Global Positioning System) adalah sistem yang digunakan untuk

menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan

(synchronization) sinyal satelit. Terdapat beberapa jenis dan tipe GPS tergantung

pada fungsinya, antara lain GPS Garmin, GPS Mapping, GPS Tracking, dan GPS

Geodetic. GPS Geodetic adalah salah satu jenis GPS yang menggunakan satelit

dimana memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang sangat tinggi. Alat ini dapat

digunakan dalam pengukuran lahan, seperti hutan, perkebunan, dengan akurasi

sampai 5-10 mm. GPS Geodetic mempunyai kemampuan untuk merekam Raw data,

yang secara umum mempunyai Format RINEX. Berbeda dengan kebanyakan jenis

GPS lainnya, GPS Geodetic minimal membutuhkan dua alat pengukuran untuk

mendapatkan ketelitian tinggi. Jadi satu set GPS Geodetik biasanya terdiri dari dua
alat, yaitu sebagai base station dan sebagai rover. GPS atau Global Positioning

System, merupakan sebuah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang

memanfaatkan satelit dan dapat digunakan untuk menginformasikan letak posisi

koordinat pada Bumi. Sistem yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika ini mengorbit

pada bumi dengan 24 susunan satelit, dimana terdapat 21 satelit aktif dan 3 satelit

sebagai cadangan. Dengan susunan yang sedemikian rupa, maka satelit GPS bisa

diterima di seluruh permukaan bumi dengan informasi mengenai waktu, secara

kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung pada waktu dan cuaca (Badan Pertanahan

Nasional 2011). GPS (Global Positioning System) memiliki tiga segmen yaitu

segmen kontrol, segmen satelit dan segmen pengguna. Satelit GPS dapat

dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa, yaitu diperlengkapi dengan antena-

antena yang dapat mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Sinyal-sinyal

gelombang diterima oleh receiver GPS di permukaan bumi dan digunakan untuk

menentukan informasi posisi, kecepatan, maupun waktu (Abidin 2007).

Gambar 2.1 Tiga Segmen di GPS

Lebih lanjut Abidin (2007) menambahkan bahwa ketelitian posisi GPS

bergantung pada empat faktor yaitu: metode penentuan posisi yang digunakan,

geometri dan distribusi dari satelit-satelit yang diamati, ketelitian data yang
digunakan dan metode pengolahan data yang dipakai. Berdasarkan mekanisme dan

metode penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan menjadi dua metode

penentuan posisi absolut dan penentuan posisi differensial. Kedua metode penentuan

posisi ini memiliki ketelitian yaitu pada tingkatan meter. Dalam penentuan posisi

secara diferensial yaitu Secara umum dikenal dengan nama RTK (Real Time

Kinematik) (Badan Pertanahan Nasional 2011).

2.2 Pemetaan Menggunakan GPS

Peta merupakan sebuah gambaran konvensional permukaan bumi yang beupa

bidang datar, diperkecil dengan skala tertentu dan dilengkapi dengan keterangan

(Hidayat 2010). Sundari (2008) menambahkan kegunaan dari peta menjadi

pembelajaran pengetahuan sosial, sehingga membantu kelancaran aktivitas dan

efesiensi dalam mencapai suatu tujuan. Pemetaan adalah proses dimana melakukan

pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan

cara atau metode tertentu sehingga mendapatkan hasil peta yang berbentuk vektor

maupun raster (Ukur 2008). Pemetaan penggunaan GPS (Global Positioning System)

dapat mengetahui koordinat lintang dan bujur pada suatu tempat di permukaan bumi

(Nataliana 2013). Nataliana (2013) menambahkan bahwa bumi dikelilingi satelit GPS

dua kali sehari yang amat presisi sambil memancarkan sinyal ke bumi. Dalam skema

GPS memiliki komponen pemancar (tranducer) dan penerima (receiver). Pada

dasarnya, receiver membandingkan timing dalam microsecond pulsa waktu dari

sinyal yang dittransmisikan oleh satelit dengan timing pulsa waktu, yang diterima
pada receiver dengan transmisi pseudorandom code. Perbedaan waktu yang seperti

itu yang akan memberitahu receiver seberapa jauh dan arah satelit berapa darinya.

Setelah jarak diukur dengan sejumlah satelit GPS lainnya, receiver dapat menentukan

posisinya dalam koordinat lintang dan bujur berada. Pola receiver minimal mengunci

3 satelit untuk menghitung posisi 2 dimensi yaitu garis lintang dan bujur dan lintasan

yang dilewati. Pemetaan menggunakan GPS (Global Positioning System) dapat

digunakan untuk mengetahui posisi 3 dimensi yaitu ketinggian permukaan bumi.

Menggunakan 4 atau lebih satelit yang dapat di akses, receiver dapat menentukan

posisi ketinggian suatu tempat. Selain itu informasi lain yang didapat dari GPS ialah

kecepatan, lintasan yang dilewati, jarak perjalanan yang sudah ditempuh, jarak ke

tempat tujuan, waktu sunrise dan sunset dan lain sebagainya (Nataliana 2013).

Meskipun ketelitian GPS (Global Positioning System) sudah akurat, namun GPS itu

sendiri memiliki kelemahan yaitu ketika melakukan pengukuran komponen

ketinggian. Komponen ketinggian GPS mempunyai ketelitian yang lebih rendah

apabila dibandingkan dengan komponen horisontal. Secara khusus faktor geometri

satelit yang tidak memungkinkan pengamatan dibawah horisontal. Hal ini

menyebabkan kekuatan ikatan jaringan untuk komponen pengukuran ketinggian lebih

lemah, dan selain itu kemungkinan terjadi beberapa bias seperti bias troposfer yang

akan mempengaruhi tingkat ketelitian pada pengukuran ketinggian (Nugroho 2011).

Hasil penelitian dari Jaldelhag (1995) menyatakan bahwa ketelitian komponen

ketinggian dari GPS (Global Positiong System) lebih rendah 3 kali dari ketelitian

horizontal.
2.3 Model Penentuan Posisi Real Time Kinematik

2.3.1 Single Base RTK

Putra dan Khomsim (2013) menerangkan bahwa salah satu teknologi

pemetaan yang mulai dikembangkan di Indonesia yaitu GNSS (Global Navigation

Sattelite System) jenis Real Time Kinematik. Single base RTK merupakan

pengamatan secara diffferensial dengan menggunakan minimal dua receiver GNSS

yang bekerja secara simultan dengan menggunakan data phase. Koreksi data

dikirimkan secara satu arah dari base station kepada rover melalui transmisi radio.

GPS differensial adalah pengukuran secara presisi dari posisi relatif dua receiver

yang melakukan pemantauan terhadap sinyal GPS yang sama. Pengukuran dengan

cara ini lebih akurat dibandingkan dengan pengukuran GPS standar (Badan

Pertanahan Nasional 2011).

Gambar 2.2 Single Base RTK

Keterbatasan dari metode RTK (Real Time Kinematik) ini ialah semakin

panjang base line antara rover dengan stasiun referensi, maka tingkat ketelitiannya

akan semakin berkurang. Hal ini di sebabkan oleh adanya kesalahan perlambatan
sinyal satelit GNSS akibat pengaruh ionosfer atau biasa disebut distance dependent

yang semakin tinggi. Hal ini desbabkan oleh jrak yang semakin jauh antara rover

dengan stasiun referensi sehingga proses pemecahan resolusi ambiguitas (ambiguity

resolution) antara base station dengan rover sulit dilakukan (Badan Pertanahan

Nasional 2011).

2.3.2 NTRK (Network Real Time Kinematik)

Metode NTRK (Network Real Time Kinematic) merupakan sebuah metode

penentuan posisi secara relatif dari pengamatan di GNSS. NTRK merupakan

pengembangan dari metode single base RTK (Martin dan Herring 2009). Secara

umum prinsip kerja dari metode ini adalah merekam data dari satelit GNSS secara

kontinu yang akan disimpan dan dikirim ke server Network RTK melalui jaringan

internet secara serempak (Badan Pertanahan Nasional 2011).

Gambar 2.3 Metode NTRK

2.4 Penentuan Titik Ketinggian

Topografi merupakan representasi grafis secara rinci dan sangat akurat

mengenai keadaan alam di permukaan daratan. Karakteristik yang mempunyai ciri


khas membedakan peta topografi dengan peta lainnya adalah menunjukan kontur

topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau dan

lain-lain. Karena peta topografi menunjukan kontur bentuk tanah permukaan daratan

yang berada diatas permukaan laut (Dewi 2012). Titik ketinggian merupakan titik

yang telah diukur tingginya dari permukaan air laut. Menurut Pertiwi (2011) model

ketinggian secara digital telah banyak digunakan dalam aplikasi-aplikasi kebumian,

lingkungan dan rekayasa. Metode yang digunakan interpolasi bobot jarak terbalik

(inverse distance method), yaitu penentuan titik ketinggian berdasarkan perhitungan

nilai ketinggian dari titik-titik observasi. Pengukuran ketinggian permukaan laut

dapat dilakukan dengan metode ekstraterestrial menggunakan receiver GPS dimana

ketinggian suatu tempat dihitung dari perbedaan waktu antara perpidahan dan

penerimaan pulsa suara (Ningsih 2014).

2.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data Praktik Kerja Lapang menggunakan dua data yaitu

data primer dan data sekunder dengan cara teknik pengambilan data menggunakan

metode RTK (Real Time Kinematik).

2.5.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung ketika

melakukan Praktik Kerja Lapang. Teknik pengumpulan data primer yaitu

menggunakan metode interview (wawancara), Observasi, terhadap objek yang

diamati (Sugiono 2012). Pengambilan data primer Praktik Kerja Lapang

menggunakan alat GPS-TRIMBLE memakai metode RTK (Real Time Kinematik)


dengan penentuan titik pengukuran secara purposive atau sengaja dan untuk

menentukan titik ikat sebagai acuan pertama saat di lapang didapatkan dari peta RBI

(Rupa Bumi Indonesia).

2.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data untuk mendukung data primer. Data ini di

dapatkan dari hasil penelitian orang lain. Data sekunder pada Praktek Kerja Lapng ini

diperoleh dari (BPN) Badan Pertanhan Nasional, RBI (Rupa Bumi Indonesia),

Referensi Buku, Jurnal dan pihak-pihak lain yang terkait dengan Praktik Kerja

Lapang.

2.6 Prinsip Kerja RTK Geodetik

Prinsip kerja Network Real Time Kinematic (NRTK) secara umum adalah

sebagai berikut. Stasiun referensi‐stasiun referensi merekam data dari satelit GNSS

secara kontinu yang kemudian disimpan dan atau dikirim ke server Network RTK

melalui jaringan internet secara serempak. (Setiadi, 2013) Data yang dikirimkan oleh

stasiun referensi‐stasiun referensi adalah data dalam format Raw data atau data

mentah yang kemudian oleh server Network RTK digunakan sebagai bahan untuk

melakukan koreksi data yang dapat digunakan oleh pengguna (rover). Data dalam

format Raw tersebut dikirimkan secara kontinu dalam interval tertentu kepada server

Network RTK melalui jaringan internet. Oleh server, data tersebut diolah dan

disimpan dalam bentuk RINEX yang dapat digunakan untuk post processing, maupun

dalam bentuk RTCM yang dikirimkan kepada rover yang membutuhkan koreksi data

dari stasiun referensi. Rover berkomunikasi dengan server Network RTK


menggunakan jaringan GSM/GPRS/CDMA, sehingga dapat memperoleh data koreksi

hasil hitungan dengan metode Area Correction Parameter (ACP/FKP) atau Master

Auxiliary Concept (MAC) atau Virtual Reference Station (VRS) atau metode‐metode

lainnya, melalui jaringan internet. (Setiadi, 2013) metode yang digunakan adalah

RTK single base dengan menggunakan sinyal radio untuk menentukan posisi patok-

patok pada pengukuran sebelumnya. Karena pengambilan data yang relative lebih

cepat dibandingkan metode pemetaan lain, maka titik-titik dapat diambil secara acak.

2.7 Peranan Sistem Informasi Geografi

Fungsi dari sistem informasi adalah untuk menaikkan kemampuan dalam

membuat kesimpulan. Sistem informasi merupakan rantai dari kegiatan perencanaan

yang meliputi observasi dan pengumpulan data, penyimpanan data dan 7 analisis data

untuk digunakan sebagai informasi untuk penarikan kesimpulan. Tahapan ini

mendorong pada sebuah pemahaman bahwa peta merupakan sistem informasi. Peta

pada akhirnya merupakan kumpulan dari penyimpanan dan analisis data, serta

informasi yang didapatkan dari data tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan.

Pada awal kemunculannya SIG manual bersifat statis, keluarannya tidak dapat

diubah-ubah secara cepat dan tidak dapat ditambah dengan informasi baru secara

dinamis. SIG yang bersifat dinamis pertama kali dikembangkan oleh CGIS

(Canadian Geographic Information Systems) dipelopori oleh Roger Thomlinson pada

dekade 1960-an.
Lebih utamanya, SIG saat ini telah berfungsi untuk seluruh disiplin ilmu yang

membutuhkan analisis geospasial guna mendukung tugas-tugasnya dan

menyelesaikan permasalahannya.

Peranan SIG telah banyak dirasakan pada berbagai bidang kehidupan dan telah

memberikan implikasi luar biasa terhadap pengembangan keilmuan, baik geografi

ataupun non geografi. Perkembangan GIS sangat erat kaitannya dengan

perkembangan teknologi komputer, serta pemrograman yang bersinggungan langsung

dengan pengolahan data spasial. Fungsi SIG secara mendasar adalah sebagai berikut.

1. Memasukkan (input) data untuk mengubah format data-data grafis menjadi data

digital dalam suatu format yang digunakan oleh GIS.

2. Mengelola (management) data, yaitu dapat menyimpan data yang sudah

dimasukkan dan kemudian mengambil data tersebut pada saat yang diperlukan.

3. Memanipulasi dan analisis data yang ada, sehingga dari GIS ini dapat diperoleh

informasi lebih mendalam 8 dan lengkap.

4. Mengeluarkan (output) data, sehingga dari GIS dapat diperoleh informasi yang

merupakan hasil olahan dalam GIS tersebut.

SIG mengkombinasikan informasi spasial dan non spasial dari berbagai macam

sumber untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan. Kraak dan Ormeling (2007)

menyatakan bahwa terdapat enam pertanyaan umum yang dapat dijawab oleh GIS.

Identifikasi dengan menunjuk lokasi pada peta, nama, atau informasi lain yang ada

pada peta akan disajikan. Hal ini juga dapat dilakukan tanpa peta, dengan
menggunakan koordinat kita dapat menampilkan hal sama, namun hal ini kurang

efektif dan efisien. Ini muncul dalam satu atau lebih lokasi yang mengikuti kriteria

dari kondisi pertanyaan tersebut. Ini dapat berupa sebuah kumpulan koordinat atau

sebuah peta yang menunjukkan lokasi dari suatu objek, semua gedung yang

digunakan oleh suatu perusahaan. Kecenderungan (trends). Pertanyaan ini mencakup

komponen data geospasial yang berhubungan dengan waktu. Pertanyaan

berhubungan dengan perkembangan kota yang digambarkan pada peta menunjukkan

perubahan perkembangan bangunan antara tahun 1950 dan tahun 1990. 9 Jalur

optimal: berdasarkan dengan jaringan jalur (misal jalan atau saluran pembuangan)

dapat menjawab pencarian jarak terdekat atau termurah yang dapat dilakukan. Pola:

pertanyaan ini lebih kompleks dan sering membutuhkan banyak data geospasial.

Misalnya hubungan antara iklim mikro dan lokasi pabrik dan struktur sosial yang

mengelilingi lingkungan tersebut. Model: pertanyaan ini berhubungan dengan

kegiatan perencanaan dan peramalan. Beberapa fungsi di atas merupakan fungsi

dasar SIG dalam menjawab pertanyaan keruangan. Selain hal tersebut beberapa

fungsi spesifik SIG di antaranya sebagai berikut.

1. Input data; yakni memasukkan data spasial maupun non spasial untuk tujuan

tertentu, sebagai contoh dengan melakukan dijitasi atau gambar ulang pada peta

dasar yang sebelumnya ada.

2. Manipulasi data; merupakan proses pengubahan data dengan cara tertentu dengan

tujuan untuk mendapatkan keadaan yang diinginkan, sebagai contoh manipulasi

pada skala, proyeksi, simbol, serta cakupan luasan.


3. Penyimpanan data; yakni proses penyimpanan data dalam sebuah tempat

penyimpanan (database) agar dapat diakses di waktu yang akan datang. 10

4. Query data; merupakan proses pencarian data atau informasi berdasarkan

prasyarat ataupun kondisi yang ditentukan. Analisis data; adalah proses kajian

yang mendalam terhadap data hingga memperoleh informasi spesifik atau

mendalam. Analisis data biasa dilakukan pada data spasial maupun non spasial

sesuai dengan kebutuhan. Beberapa contoh di antaranya: analisis statistik

kepadatan penduduk, analisis risiko bencana, analisis kerapatan permukiman,

dsb.

5. Penyajian data; proses ini dilakukan dengan tujuan untuk menampilkan data yang

sebelumnya telah diproses dalam bentuk peta, tabel, grafik dsb.

Perkembangan Sistem Informasi Geografi Perkembangan Sistem Informasi

Geografi (SIG) secara drastis dimulai pada tiga dekade belakangan yang sangat erat

kaitannya dengan peningkatan penggunaan data spasial, perkembangan teknologi

informasi, tersedianya data geoinformasi digital dan meningkatnya arti penting

implementasi GIS pada skala organisasi (Charter dan Agtrisasi, 2004).

Secara konvensional data spasial telah banyak dimanfaatkan oleh banyak

lembaga dan instansi pemerintah, khususnya di bidang perencanaan, kependudukan,

dan pengelolaan sumber daya alam. Aplikasi SIG mengalami kemajuan seiring

dengan pesatnya perkembangan perangkat keras komputer. Dukungan teknologi

komputer ini yang menjadi dasar bagi para pakar dan pengguna data spasial dalam

berbagai teknik pengolahan data. Hal lain yang juga berkembang bersamaan di
antaranya juga teknologi GPS (Global Positioning System) yang pada 11 awalnya

difokuskan pada kebutuhan militer. Teknologi multimedia yang menyokong

perkembangan Interface Sistem Informasi Geografi mendorong terlahirnya bentuk

tampilan SIG yang ramah terhadap penggunanya.

Para ahli menyadari bahwa dengan semakin tingginya kebutuhan pengguna, tentu

diiringi oleh keberagaman karakteristik pengguna. Pengguna SIG yang sebelumnya

hanya terbatas bagi kelompok yang bekerja dengan peta, berubah menjadi lebih

beragam dan menjangkau kalangan non-geografi yang tidak secara langsung

berkaitan dengan pekerjaan pemetaan. Beberapa studi yang dilakukan oleh ahli yang

mengintegrasikan dan mengkombinasikan fungsi SIG kedalam sistem multimedia,

seperti menambahkan video dan suara pada SIG, memberikan warna baru terhadap

bentuk tampilan SIG yang sebelumnya cenderung monoton, dan kaku. Namun

demikian, tetap saja fungsi-fungsi multimedia difokuskan pada usaha untuk

meningkatkan pemahaman terhadap fenomena spasial yang kompleks.

Perkembangan teknologi komputer sebenarnya memberikan berbagai manfaat

terhadap sisi teknis SIG sendiri. Selain diperoleh informasi secara cepat, tepat, dan

akurat, keuntungan SIG dengan menggunakan komputer adalah sebagai berikut.

1. Kemudahan dalam pengolahan data.

2. Pengumpulan dan penyimpanan data lebih murah dan ringkas (flashdrive,

hardisk, cloud storage).

3. Mudah diulang sewaktu diperlukan.

4. Dapat dilakukan modifikasi secara praktis.


5. Mudah untuk dibawa dan dipindahkan.

6. Aman dari pencurian data (dapat dilakukan locking).

7. Relatif murah dibandingkan survei langsung ke lapangan.

8. Mudah dikombinasikan dengan data lain.

9. Dapat digunakan untuk pengambilan keputusan secara cepat (rapid decision).


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum acara V menggunakan perangkRTK

Geodetik, yaitu:

1. Peserta mampu mengetahui koordinat tiap patok dan titik pada lokasi

pengukuran dengan menggunakan metode RTK yang dimana dalam

praktikum ini, penentuan titik koordinat dilakukan dengan menggunakan GPS

geodetik.

2. Peserta telah mampu memperoleh kisaran jarak horizontal antar titik

yang telah di peroleh dengan menggunakan metode RTK dan menggunakan

alat GPS geodetik untuk pengukuran di lapangan.

3. Peserta telah mengetahui besarnya pelencengan titik terhadap

metodemetode sebelumnya

4. Peserta telah mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dengan

metode RTK menggunakan alat GPS Geodetik.

4.2 Saran

4.2.1 Saran untuk Laboratorium

1. Semoga kedepannya departemen dapat menyiapkan alat praktikum

yang lebih agar praktikan lebih mudah dalam melakukan praktikum.

2. Memperbaiki alat praktikum yang rusak


3. Menyediakan media praktikum yang menyenangkan

4.2.2 Saran untuk Asisten

1. Selalu mendampingi praktikan ketika ada hal yang kurang diketahui.

2. Memperahankan kekeluargaan antar sesama praktikan.

3. Selalu memberikan arahan yang benar kepada praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin,H.Z et al. 2011. Survei Dengan GPS. Jakarta: PT.Pradnya Paramita


Abidin,H.Z. 2007. Modul 3: GPS Positioning. Bandung: Institut Teknologi
Bandung

Bafdal, Nurpilihan, dkk. 2011. Buku Ajar Sistem Informasi Geografis. Bandung :
Universitas Padjajaran

Nataliana,D. 2013. Perancangan dan Realisasi Sistem Transmisi Data GPS


Menggunakan Teknolohi SMS (Short Messaging Servive) sebagai Aplikasi
Sistem Personal Tracking. Jurnal Elkomika Teknik Elektro. 1(1):48-49.

Putra, Y. P. dan Khomsin. 2013. Studi Perbandingan GPS RTK NTRIP Berbasis
CORS Dengan Total Station. Jurnal Teknik Pomits. 10(10) : 1- 6

Witjarnoko. Yuda. 2015. Pemetaan Topografi Menggunakan Gps-Geodetik Dengan


Metode Rtk (Real Time Kinematik) Di Desa Tanjung Jati KecamatanKamal
Kabupaten Bangkalan.

Anda mungkin juga menyukai