PENDAHULUAN
Secara umum, daerah penelitian berada pada terrain Sumatera Barat yang tersusun
atas satuan batuan vulkanik berumur Tersier. Daerah penelitian termasuk kedalam
lajur Bukit Barisan yang merupakan lajur batuan pada posisi busur gunung api atau
intra arc (Mangga dkk., 1993). Terrain Bukit Barisan dikolisi oleh terrain Woyla
yang menyebabkan terbentuknya Zona Sesar Sumatera (Advokaat dkk., 2018).
Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi referensi atau sebuah referensi dalam
pemanfaatan sumber daya alam Indonesia terkhusus pada daerah Katibung,
Lampung Selatan diketahui bahwa cukup banyak tambang mineral pada sekitar
daerah penelitian, sekaligus memberikan edukasi mengenai fungsi dari informasi
geologi kepada masyarakat sekitar daerah penelitian. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan agar dapat menjadi bahan referensi pada penelitian selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang ini, penulis akan mengindetifikasi setiap data dan
informasi geologi yang tersedia pada daerah penelitian dengan menggunakan
metode pemetaan geologi permukaan detail dengan skala 1:12.500.
1
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi syarat kelulusan Sarjana Program Studi Teknik Geologi
Institut Teknologi Sumatera.
2. Tujuan Khusus
a. Menentukan satuan geomorfologi daerah penelitian dan sekitarnya,
b. Mendeskripsikan serta menentukan satuan batuan pada daerah
penelitian,
c. Menganalisis dan menentukan struktur geologi daerah penelitian,
d. Menjelaskan sejarah geologi pada daerah penelitian.
Gambar I.1. Diagram alir penelitian yang mencakup tahapan dan proses yang dilakukan.
2
I.3.1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah tahap awal kegiatan penelitian yang terdiri dari studi
literatur, perizinan, peminjaman alat, serta penentuan lokasi penelitian. Tahap
persiapan bertujuan untuk menentukan konsep penelitian yang akan dilakukan.
Detail kegiatan pada tahap ini yaitu:
1. Penentuan Lokasi
Tahap ini merupakan tahap awal proses pemetaan geologi. Lokasi penelitian
ditentukan berdasarkan kondisi geologi yang mencakup standar untuk dilakukan
sebuah pemetaan geologi. Penulis memilih daerah pemetaan berdasarkan
rekomendasi dan kesepakatan bersama dengan dosen pembimbing. Setelah
lokasi ditentukan, kemudian penulis membuat peta dasar berupa peta observasi
yang terdiri dari data shp kontur, data shp sungai dan data shp toponimi daerah
penelitian yang kemudian dioverlay terhadap peta geologi regional Lembar
Tanjung Karang (Mangga dkk., 1993). Peta dasar berfungsi sebagai acuan
kegiatan pemetaan geologi.
3. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan agar dapat mengetahui kondisi geologi secara umum
maupun khusus pada lokasi pemetaan dari berbagai macam sumber seperti jurnal
ilmiah, makalah maupun laporan terdahulu pada daerah penelitian. Tahap ini
juga bertujuan untuk mematangkan konsep penelitian seperti pemahaman
3
geologi, tatanan tektonik serta struktur geologi secara regional yang terdapat
pada daerah penelitian.
4
I.3.3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Tahap pengolahan dan analisis data terbagi kedalam dua proses yaitu analisis
laboratorium dan studio. Dalam analisis laboratorium dilakukan analisis petrografi.
Analisis petrografi yaitu melakukan pengamatan terhadap sayatan tipis batuan pada
mikroskop polarisasi yang dilakukan di Laboratorium Teknik Geologi dengan
tujuan mendeskripsi batuan secara detail dengan skala mikro.
Berikut akan dijelaskan secara detail tahapan pengolahan dan analisis data:
1. Analisis Petrografi
Analisis petrografi adalah analisis deskriptif batuan skala mikro pada mikroskop
polarisasi. Analisis ini perlu dilakukan untuk dapat mengetahui komposisi
penyusun batuan, struktur primer batuan, tekstur pada batuan, jenis batuan, dan
nama batuan. Pengamatan dilakukan menggunakan lensa perbesaran 4X dan
10X. Sampel yang dilakukan pengamatan petrografi berjumlah 5 buah yang
kemudian akan dituliskan ke dalam lembar deskripsi yang akan dilampirkan
pada bagian akhir laporan. Analisis petrografi juga akan menghasilkan satuan
batuan tidak resmi pada daerah penelitian.
5
Gambar I.2. Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan komposisi penyusun batuan (Fisher, 1966).
Gambar I.3. Klasifikasi batuan beku vulkanik berdasarkan kandungan mineral kuarsa, plagioklas,
alkali feldspar dan feldspathoid (Streikeisen, 1976).
6
Gambar I.4. Klasifikasi batuan beku vulkanik berdasarkan kandungan mineral plagioklas,
piroksen, dan hornblend (Streikeisen, 1976).
Tabel I.1. Klasifikasi ketinggian absolut dengan morfografi oleh van Zuidam (1985).
Ketinggian Absolut Unsur Morfografi
< 50 meter Dataran rendah
50 – 100 meter Dataran rendah pedalaman
100 - 200 meter Perbukitan rendah
200 – 500 meter Perbukitan
500 – 1500 meter Perbukitan tinggi
1500 – 3000 meter Pegunungan
> 3000 meter Pegunungan tinggi
7
Tabel I. 2. Klasifikasi Kemiringan Lereng dan Perbedaan Ketinggian oleh van Zuidam
(1985).
Kemiringan Perbeaan
Kelas Relief
Lereng (%) Ketinggian (m)
Datar – Hampir Datar 0 -2 <5
Berombak 3–7 5 - 50
Berombak – Bergelombang 8 – 13 25 – 75
Bergelombang – Berbukit 14 – 20 75 – 200
Berbukit – Pegunungan 21 – 55 200 – 500
Pegunungan curam 55 – 140 500 – 1.000
Pegunungan sangat curam > 140 > 1.000
8
Analisis dinamik pada stereonet dilakukan secara digital, untuk mendapatkan
informasi tambahan dari analisis ini dilakukan kombinasi antara data kekar
dengan data kelurusan. Data kelurusan yang digunakan adalah data kelurusan
punggungan dan lembahan pada area sekitar titik stasiun yang dilakukan
pengambilan data kekar. Azimuth dari kelurusan yang terdapat pada area stasiun
tempat pengambilan data kekar tersebut digunakan sebagai acuan bidang sesar
pada tahap pengolahan data kekar di stereonet. Untuk mengetahui besar pitch
dari bidang sesar, ditinjau pada titik persilangan antara bidang sesar terhadap
bidang bantu yang dibuat di stereonet lalu dihitung besar kemiringan pitch pada
titik tersebut.
9
lahan. Pengelompokan serta penamaan satuan asal bentuklahan mengacu kepada
klasifikasi van Zuidam (1985). Peta geomorfologi berisi batas satuan
bentuklahan, penampang melintang geomorfologi, serta tabel klasifikasi
geomorfologi.
1.3.4. Hasil
Penelitian akan menghasilkan peta morfografi, peta morfometri, peta geomorfologi,
peta pola aliran, peta lintasan, stratigrafi, peta geologi, rekonstruksi penampang
geologi, dan rekonstruksdi sejarah geologi pada daerah penelitian yang merupakan
hasil penelitian dari Geologi Daerah Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
I.4. Lokasi
Daerah penelitian berada di Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung (Gambar I.6.). Lokasi penelitian
mencakup daerah Katibung dan sekitarnya dengan luas sebesar 9 km2 yang dapat
diakses cukup cepat menggunakan motor dengan akses jalan perkebunan cukup
baik (Tabel I.3). Daerah penelitian memiliki elevasi antara 0 – 400 meter dari
permukaan laut (mdpl) serta topografi yang bergelombang dan lereng miring
hingga curam karena daerah penelitian merupakan daerah perbukitan.
10
Gambar I.6. Peta Lokasi Penelitian di Rangai Tri Tunggal, Kec. Katibung, Kabupaten Lampung
Selatan, Prov. Lampung.
11
6. Analisis sejarah geologi daerah penelitian mengenai peristiwa geologi yang
pernah atau sedang terjadi pada daerah penelitian yang membentuk fitur-fitur
geologi pada daerah penelitian.
12
geomorfologi menjelaskan geomorfologi, tahapan geomorfik serta pola aliran.
Pada sub-bab stratigrafi menjelaskan tiap satuan batuan serta umur relatif dari
tiap satuan batuan. Pada sub-bab struktur geologi menjelaskan hasil analisis
dinamik data struktur dan struktur utama yang terdapat pada daerah penelitian,
4. Bab IV Sejarah Geologi, menjelaskan kronologi terbentuknya fitur-fitur geologi
pada daerah penelitian seperti pengendapan batuan, struktur geologi yang
bekerja, dan proses tektonik yang terjadi di masa lalu yang mempengaruhi
kondisi geologi daerah penelitian,
5. Bab V Kesimpulan, menjelaskan hasil akhir dari analisis dan interpretasi yang
dilakukan pada setiap pembahasan sub-bab sebelumnya.
13