PENDAHULUAN
Endapan mineral pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu sangat
produk deposit dari proses diferensiasi (pemisahan) dan kristalisasi magma (proses
isotermik dalam hal ini selama proses pembentukan berlangsung akan dilepaskan
sejumlah tenaga panas). Produk yang terbentuk pada saat pembentukan batuan beku
teknologi yang semakin pesat menuntut tersedianya bahan baku yang memadai.
Akhirnya kebutuhan terhadap sumber daya mineral khususnya besi ikut meningkat baik
dalam jumlah maupun jenisnya. Konsumsi bijih besi sebagai bahan baku dasar dalam
pasir pantai seperti data yang berhubungan dengan spasial.Data tersebut memiliki
hubungan atau interelasi dan variasi secara spasial antar data.Pengolahan data spasial
memerlukan metode tertentu sehingga hasil analisis data bisa memberikan makna dan
teregionalisasi dan konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Matheron (Armstrong,
1998).
Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.Sebaran pasir pantai di daerah tersebut terdiri
1
dari tipe substrat pantai warna pasir hitam menandakan bahwa pasir tersebut banyak
Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian akan dilakukan pada bagian pantai yaitu
Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Manfaat dari penelitian ini ialah mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
tersebut dimulai pada pukul 08.00 WITA dan berakhir pada pukul 11.30 WITA. Waktu
2
yang ditempuh untuk menuju tempat penelitian sekitar kurang lebih 45 menit dari
Kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa dengan jarak kurang lebih 20
km. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.
Para praktikan memilih tempat titik kumpul disekitar area Hotel Kolonial Makassar
dimana jarak antar tempat kumpul dengan lokasi penelitian sekitar kurang lebih 2 km.
Tanjung Bayang
tahapan-tahapan yang dilalui, baik dari segi persiapan, pengambilan data, maupun
pengolahan dan analisis data. Adapun penjelasan secara detailnya sebagai berikut:
3
1.1.1 Persiapan
fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, tentunya dilakukan persiapan secara
dengan daerah penelitian, baik berupa studi regional daerah penelitian maupun
literatur tersebut diperoleh dari internet, buku yang berkaitan, maupun dari
modul yang diberikan oleh dosen matakuliah Teknik Eksplorasi dan Geostatistik.
lapangan.
3. Persiapan administrasi
penelitian, yang berupa surat izin praktikum lapangan, yang dilakukan oleh
Pada tahap ini dilakukan persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan yang
dengan mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang telah ditentukandari
4
material yang terdapat di lapangan. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan
2. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada
peta.
6. Mengambil sample dengan cara sampling terhadap jenis litologi yang ada di
setiap stasiun.
Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-data
lunak SGeMS.Perangkat lunak SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran
5
BAB II
Pasir merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir terdiri
dari butiran-butiran yang berukuran dari 1/16 – 2 mm. Butiran pasir bisa berupa
mineral tunggal, fragmen batuan atau biogenik. Material granular yang lebih halus dari
pasir disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil. Pada
umumnya pasir terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan silikat. Sejauh ini
mineral yang paling umum ditemukan sebagai penyusun pasir adalah mineral kuarsa.
Namun, pasir adalah material campuran yang terjadi secara alami, yang berarti bahwa
pasir tidak hanya mengandung satu komponen tunggal. Pasir yang telah terkonsolidasi
Pasir terbentuk karena adanya proses pelapukan fisik dan kimia pada batuan.
Proses pelapukan ini biasanya dipelajari secara terpisah, tetapi pada kenyataannya
kedua proses ini biasanya berjalan beriringan karena keduanya cenderung saling
pembentukan pasir secara keseluruhan, karena proses ini terjadi secara efisien di
mendominasi di tempat-tempat yang dingin dan / atau kering. Pelapukan batuan dasar
yang menghasilkan pasir biasanya terjadi di bawah tanah. Tanah yang menutupi
batuan dasar membuat lingkungan sekitar batuan menjadi lembab, yang kemudian
6
Gambar 2.1 Granit
Granit adalah jenis batuan yang umum dan merupakan contoh yang bagus dari
berikut:
3. Kuarsa
Jika terjadi pelapukan pada granitNa feldspar dan K feldspar akan mengalami
proses hidrolisis, proses ini untuk membentuk mineral lempung kaolin, serta ion-
ion Na+ dan K+. Biotit dan amphibole mengalami proses hidrolisis dan oksidasi,
membentuk mineral lempung dan oksida besi.Kuarsa (dan muskovit jika ada) menjadi
kemudian menjadi bagian dari unsur tanah.Setelah itubutiran mineral kuarsa kemudian
tererosi dan menjadi bagian sedimen pasir, diangkut oleh arus sungai atau angin untuk
kemudian diendapkan membentuk sand dune, channel bar, point bar dan sandy
beach.Lempung akhirnya tererosi dan menjadi muatan suspensi dalam arus air sungai,
diangkut oleh sungai, sampai akhirnya akan menjadi bagian dari larutan garam di
7
2.1.2 Komposisi Pasir
Pasir merupakan kompulan material residual dari yang sudah ada sebelum
pelapukan batuan terjadi. Namun, ada satu aspek penting - pasir terbentuk di
lingkungan yang keras, di mana hanya yang terkuat yang bisa bertahan. "Terkuat"
adalah yang paling tahan terhadap proses pelapukan.Kuarsa adalah salah satu mineral
dari daftar mineral penyusun pasir yang umum ditemukan pada sampel pasir. Kuarsa
menghuni 12% dari kerak bumi. Hanya saja feldspar lebih banyak daripada kuarsa,
Mineral-mineral seperti turmalin, zirkon, rutil, dll, juga sangat resisten terhadap
pelapukan, namun jarang ditemukan dalam jumlah banyak dalam komposisi pasir.
berat).Mineral berat ini kadang terkonsentrasi dalam jumlah yang banyak sebagai
komponen penyusun pasir. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh proses penyortiran
hidrodinamik. Baik itu gelombang laut atau aliran sungai yang menyortir butiran yang
lebih berat dan membawa butiran lainnya yang lebih ringan. Endapan yang dihasilkan
dari proses ini dikenal sebagai placers. Mineral-mineral yang sering diekstrak dari
endapan placer adalah emas, kasiterit, ilmenit, monasit, magnetit, zirkon, rutil, dll.
sering ditemukan di dalam sampel pasir, meskipun hanya dalam jumlah sedikit.
Kelompok mineral ini termasuk yang tidak tahan terhadap pelapukan, contohnya
seperti olivin dan piroksen.Namun, ada beberapa pantai yang sebagian besar terdiri
dari piroksen dan olivine dengan sedikit campuran magnetit, sering disebut
sebagai black sand (pasir hitam). Pasir pantai seperti ini biasanya terdapat di daerah
vulkanik aktif. Piroksen dan olivin merupakan mineral yang umum sebagai penyusun
batuan mafik, seperti basalt. Pasir hitam adalah fenomena khas dari kepulauan
vulkanik samudra, di mana granit dan batuan felsik lainnya tidak ditemukan.
8
Kebanyakan dari sampel pasir, butiran pasir terdiri dari mineral-mineral tunggal.
Namun terkadang pasir juga mengandung fragmen batuan (fragmen litik). Granit
biasanya terdisintegrasi menjadi butiran mineral yang berbeda-beda, tapi filit dan basal
cenderung hadir sebagai fragmen litik dalam komponen pasir. Hal tersebut terjadi
karena filit dan basal adalah batuan yang bertekstur halus. Fragmen litik ini sering
yang tidak terbentuk dari proses pembekuan magma. Contoh penting adalah mineral
menghasilkan jenis batuan yang disebut glauconitic sandstone. Keberadaan mineral ini
memberi warna hijau gelap yang khas untuk kebanyakan sampel pasir.
pembentukan khusus. Salah satu contoh yang baik adalah pasir di New Mexico yang
terdiri dari gipsum murni. Pasir dengan komposisi seperti ini cukup aneh dan jarang,
karena gipsum merupakan mineral evaporit. Mineral seperti ini hanya dapat bertahan
dalam kondisi kering. Halit, yang bahkan lebih mudah larut dari gipsum, juga dikenal
jenis pasir. Mungkin karena kita manusia cenderung menciptakan hambatan buatan
dan prinsip-prinsip klasifikasi. Sedimen dan piroklastik adalah dua dunia yang berbeda.
Pada kenyataannya, hal ini menjadi lebih rumit karena selalu saja ada alasan untuk
mengatakan bahwa butiran debu vulkanik (dan material piroklastik lainnya seperti lapili
dan bom) juga merupakan jenis sedimen, karena mereka terendapkan di permukaan
tanah melalui proses yang tidak jauh berbeda dari proses endapan pasir di sungai,
pantai, atau pun gurun. Debu vulkanik dan pasir bahkan memiliki prinsip-prinsip
klasifikasi yang sebanding. Debu vulkanik adalah sedimen piroklastik dengan ukuran
9
butir rata-rata kurang dari 2 milimeter. Oleh karena itu, debu vulkanik juga bisa
Jenis pasir berikutnya adalah pasir biogenik. Pasir biogenik terdiri dari fragmen
eksoskeleton dari organisme laut. Kontributor umum dari komponen jenis ini adalah
koral, foraminifera, landak laut, sponge, moluska, ganggang, dll. Jenis pasir seperti ini
biasanya dikenal sebagai pasir koral, meskipun dalam banyak kasus pasir tersebut
tidak mengandung fragmen koral sama sekali. Pasir biogenik biasanya berwarna terang
dan tersebar luas di daerah dekat katulistiwa. Koral biasanya hanya hidup di
lingkungan air hangat, tetapi ada juga beberapa taxons lain yang dapat hidup dengan
baik di lingkungan yang lebih dingin. Pasir biogenik karbonatan juga berkontribusi
ukuran butirnya. Dengan melakukan itu mereka dapat mendapatkan informasi tentang
jauh rute transportasi sedimen, dan distribusi ukuran butir membantu ahli geologi
untuk menentukan dari lingkungan mana sedimen tersebut diendapkan. Pasir sungai
biasanya terpilah buruk, sedangkan pasir pantai atau gurun lebih bulat dan terpilah
baik
10
Ukuran rata-rata butiran pasir ditentukan oleh energi dari media transport.
Semakin kuat kecepatan arus (baik itu arus sungai atau gelombang laut) maka
semakin mungkin arus tersebut membawa material yang lebih berat / besar.Pada
umumnya media transport pasir adalah arus sungai. Butiran pasir cenderung bergerak
melompat-lompat terhadap rata-rata kecepatan arus sungai. Mode gerakan ini dikenal
sebagai saltation. Sedangkan lanau, material sedimen yang jauh lebih ringan dari pasir,
Gerakan ini disebut suspended load. Butiran sedimen pasir yang diangkut oleh sungai-
sungai pada akhirnya diendapkan di mulut sungai, di mana kecepatan arus tiba-tiba
sepanjang garis pantai. Butiran sedimen pasir yang dibawa oleh sungai-sungai juga
kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau
mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata, dan besarnya cadangan serta studi
kelayakan dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah ditemukan
(Arisandi, 2015).
dan kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan pengembangan
11
secara ekonomis. Eksplorasi mineral tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan
umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi
pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan
yang terdiri dari peninjuan, penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan serta
prospeksi awal, eksplorasi awal, dan eksplorasi rinci dengan penjelasan sebagai berikut
(Arisandi, 2015):
1. Survei tinjau, yaitu kegiatan eksplorasi awal terdiri dari pemetaan geologi
regional, pemotretan udara, citra satelit, dan metode survei tidak langsung
prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini ialah
cara pemetaan geologi dan pengambilah contoh awal, misalnya puritan dan
mineral. Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari survei tinjau. Hasil dari
prospeksi nantinya dianalisa lebih lanjut hingga dapat diketahui kadar atau
3. Eksplorasi awal, yaitu tahapan awal eksplorasi dari suatu endapan yang
teridentifikasi.
4. Eksplorasi rinci, adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam
tiga dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari percontohan
12
Tahap eksplorasi pendahuluan merupakan tahapan pertama atau tahapan awal
pendahuluan, tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga memiliki skala yang relatif kecil, yaitu
1:50.000 sampai 1:25.000. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah
a. Studi literatur
terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),
studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi
Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka
survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah
dapat dimulai (peta topografi skala 1: 50.000 atau 1: 25.000), tetapi jika belum
ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah
tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan karena
survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari
galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah
perubahan atau batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan
13
kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.Hal-hal penting tersebut
harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi,
pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau
sumur uju (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain yang nantinya dipakai
yang baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik
2.3 Geostatistik
Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variabel
terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk
"The Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai
korelasi satu sama lain sesuai dengan karakteristik penyebaran endapan mineral.
14
Gambar 2.3 Contoh Hasil Penelitian Geostatistik.
deskripsi matematik dan analisa (observasi) geologi. Pada dasarnya geostatistik dapat
digunakan untuk estimasi dan penelaahan variabel, faktor atau keadaan yang ada
Dari hasil pemboran didapat koordinat (x,y) dengan ketebalan Z, sehingga titik bor
2. Variografi
15
eksperimen, variogram adalah suatu grafik xy yang dihasilkan dari pengeplotan
3. Analisa Krigging, merupakan analisa untuk menaksir tebal blok yang dilakukan
berdasarkan nilai semi variogram, jarak pengaruh dan jarak setiap titik yang akan
geostatistik, selain itu dapat juga untuk mengukur variansi (mean squarred error) dalam
estimasi nilai Z(x+h) dengan Z(x). Jika sampel pada posisi x, maka kesalahan adalah Z(x)-
eksperimentalnya adalah
memasukkan nilai sampel dalam rumus variogram yang merupakan realisasi daripada
sifat-sifat spasial dari regionalized variabel. Hal ini dilakukan agar variogram tersebut
dapat digunakan untuk alat estimasi nilai suatu dimensi yang lebih besar daripada ukuran
sampel sehingga perlu adanya model teoritis yang cocok dengan realisasi sifat-sifat
statis. Pada dasarnya variogram adalah representasi hubungan antar data secara spasial
(ruang) pada suatu arah tertentu dimana dapat dirumuskan dalam rumus umum dibawah
Dimana
16
Y(h) = nilai variogram untuk arah tertentu dan jarak h
geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada variable spasial, yaitu
hubungan antara variable yang diukur pada titik tertentu dengan variable yang sama
diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama. Proses yang dilakukan dalam
model, melakukan diagnostik dan membandingkan model. Dalam aplikasi yang akan
dijadikan contoh pemodelan geologi yaitu pada lapangan gas Natuna di Laut Natuna yang
meliputi data peta porositas, permeabilitas, saturasi, dan net to gross yang dipakai untuk
pertambangan adalah tentu saja untuk membuat model dari cebakan bahan galian yang
di eksplorasi. Model ini sangat berguna untuk mendapatkan persetujuan dari pemerintah
dalam hal ini pemerintah akan juga mempertimbangkan aspek ekonomi berdasarkan
Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh
data yang diperlukan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data –
data tersebut pada tahapan selanjutnya.Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis lebih
lanjut apabila menggunakan GIS tentu sangat penting. Data digital akan memudahkan
dengan penggunaan work station. Langkah langkah analisa yang harus dilakukan meliputi
(Warmada, 2015):
17
1. Eksplorasi data, pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada
ada asumsi untuk data sedangkan metode kriging memiliki penilaian untuk
kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari proses stokastik. Peta yang
dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta standar eror, peta
dahulu seberapa bagusnya prediksi nilai di tempat yang tidak memiliki data
ini.
merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengestimasi
Modelling Software) merupakan salah satu perangkat lunak analisis geostatistik publik
18
domain yang dikembangkan di Universitas Stanford, Amerika Serikat.Graphical Users
Interface (GUI) SGeMS terdiri dari Menu Utama dan 3 (tiga) Panel Utama yaitu sebagai
1. Panel Algoritma, panel yang berisi tool estimasi dan simulasi geostatistikyang
objectberupa kumpulan titik (point set) dan kartesian grid dapat ditampilkan.
Format file GSLIB atau Geo-EAS tersebutdibentuk dengan aturan baris pertama
menyatakan judul atau keterangan data, baris kedua menyatakan jumlah variabel data
yang akan diproses dan dinyatakan dengan angkadan maksimum dapat mencapai 48,
baris ketiga, keempat dan seterusnya ke bawah menyatakan nama variabel data yang
akan diproses sesuai dengan jumlah variabel data yang ditentukan pada baris kedua.
Baris selanjutnya merupakan nilai dari masing-masing variabel tersebut, dimana tiap
variabel dikelompokkan berdasarkan kolom dan dipisahkan dengan minimal satu spasi
(Dunn, 1996).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
Alat yang digunakan dalam fieldtripgeostatistika yang berlangsung di Tanjung
1. Kamera
2. Buku Lapangan
seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain.Buku
20
Gambar 3.2 Buku Lapangan.
3. Topi Lapangan
Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya
serta dari terik matahari.Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan
4. Kantong Sampel
atau wadah untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk
21
menyimpan barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan,
5. Roll Meter
Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing
6. Alat Tulis
tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol
22
permanen.Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada
7. Sekop Semen
Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali
ini.Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang
8. Jas Hujan
23
Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan.Jas hujan ini berbentuk
dengan pasir besi. Material yang tertahan (pasir besi) akan dianalisa lebih
lanjut.
24
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini
1. Patok
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah
25
Gambar 3.11 Kertas A4.
3. Pasir
Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan
endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.
4. Tali Rafia
26
Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali
ini.Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-
masing grid.
penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih
27
Gambar 3.14 Proses Pembuatan Grid.
2. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia
28
Gambar 3.16 Proses Penggalian Lubang.
29
Preparasi sampel merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan pengambilan
dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses
pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur. Kemudian tiap sampel ditimbang
berat totalnya.Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring menggunakan saringan
perangkat lunak SGeMS. Kadar pasir yang dihitung merupakan sampel pasir besi yang
tertahan pada saat proses penyaringan karena material yang lolos saringan merupakan
material lempung.
30
3.4 Pengolahan Data
SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian dengan
menggunakan variogram.
Rumus di atas digunakan untuk menghitung persen berat dari pasir pantai yang
yang didapatkan di Tanjung Bayang, Kota Makassar. Perhitungan data dari masing-
1.2
= 𝑥 100% = 0.693%
173.2
1.1
% Kadar Pasir Titik 1B = 205.4 𝑥 100% = 0.535%
0.8
% Kadar Pasir Titik 1C = 𝑥 100% = 0.432%
185
1.4
% Kadar Pasir Titik 1D = 190.7 𝑥 100% = 0.734%
1.4
% Kadar Pasir Titik 1E = 𝑥 100% = 0.587%
238.5
8
% Kadar Pasir Titik 1F = 178.3 𝑥 100% = 4.487%
5
% Kadar Pasir Titik 1G = 198.5 𝑥 100% = 2.519%
31
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Kadar Pasir Titik 2A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%
0.9
= 267.2 𝑥 100% = 0.337%
1
% Kadar Pasir Titik 2B = 204.2 𝑥 100% = 0.490%
1.1
% Kadar Pasir Titik 2C = 242.5 𝑥 100% = 0.454%
3
% Kadar Pasir Titik 2D = 178.1 𝑥 100% = 1.684%
4
% Kadar Pasir Titik 2E = 𝑥 100% = 2.411%
165.9
3
% Kadar Pasir Titik 2F = 247.4 𝑥 100% = 1.213%
8
% Kadar Pasir Titik 2G = 𝑥 100% = 4.379%
182.7
3
= 𝑥 100% = 1.642%
182.7
1.1
% Kadar Pasir Titik 3B = 196.1 𝑥 100% = 0.561%
5
% Kadar Pasir Titik 3C = 211 𝑥 100% = 2.370%
1.1
% Kadar Pasir Titik 3D = 181.8 𝑥 100% = 0.605%
1
% Kadar Pasir Titik 3E = 169.5 𝑥 100% = 0.585%
13
% Kadar Pasir Titik 3F = 222.3 𝑥 100% = 5.848%
1
% Kadar Pasir Titik 3G = 169.5 𝑥 100% = 0.590%
1.2
= 𝑥 100% = 0.698%
172
1.4
% Kadar Pasir Titik 4B = 180 𝑥 100% = 0.778%
32
3
% Kadar Pasir Titik 4C = 175.2 𝑥 100% = 1.712%
6
% Kadar Pasir Titik 4D = 227 𝑥 100% = 2.643%
0.9
% Kadar Pasir Titik 4E = 194.3 𝑥 100% = 0.463%
1.2
% Kadar Pasir Titik 4F = 𝑥 100% = 0.577%
207.9
1.2
% Kadar Pasir Titik 4G = 191.7 𝑥 100% = 0.626%
0.8
= 162 𝑥 100% = 0.494%
0.9
% Kadar Pasir Titik 5B = 165 𝑥 100% = 0.545%
1
% Kadar Pasir Titik 5C = 𝑥 100% = 0.6061%
165
1.1
% Kadar Pasir Titik 5D = 171 𝑥 100% = 0.643%
1.2
% Kadar Pasir Titik 5E = 170 𝑥 100% = 0.706%
1.3
% Kadar Pasir Titik 5F = 𝑥 100% = 0.695%
187
3
% Kadar Pasir Titik 5G = 𝑥 100% = 1.235%
242.8
33
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Kadar Pasir Titik 7A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%
0.9
= 276.1 𝑥 100% = 0.326%
0.9
% Kadar Pasir Titik 7B = 181 𝑥 100% = 0.497%
1.1
% Kadar Pasir Titik 7C = 192 𝑥 100% = 0.573%
1.1
% Kadar Pasir Titik 7D = 201 𝑥 100% = 0.547%
1.2
% Kadar Pasir Titik 7E = 𝑥 100% = 0.543%
221
1.6
% Kadar Pasir Titik 7F = 160 𝑥 100% = 1%
5
% Kadar Pasir Titik 7G = 𝑥 100% = 2.5%
200
Pemodelan data dari hasil perolehan persen berat dari masing-masing sampel
SGeMS.Perangkat ini dapat menunjukkan hasil dari variogram sebaran pasir pantai dari
data yang telah diambil sebelumnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada saat
pemodelan data sebaran pasir pantai menggunakan perangkat lunak SGeMS yaitu
sebagai berikut:
1. Menaruh data pada aplikasi Microsoft excel dan memindahkan data yang
3. Meng-klik ikon object pada aplikasi lalu meng-load object data yang berada di
notepad. Kemudian meng-klik point set kemudian memberi nama dari point set
4. Setelah itu, untuk membuat variogram yaitu meng-klik ikon object lalu new
certesian grid. Setelah itu meng-klik data analysis dan pilih ikon variogram.
34
Pada perangkat lunak ini juga dapat didapatkan sebaran pasir pantai dalam
bentuk point set. Perangkat lunak ini juga dapat memunculkan kadar pasir pantai dari
yang tertinggi hingga yang terkecil melalui warna-warna yang disediakan. Warna
dalam perangkat lunak SGeMS yaitu warna merah untuk kadar pasir pantai yang paling
tinggi sedangkan untuk warna biru tua untuk kadar pasir pantai yang rendah. Berikut
ialah gambar dari variogram dari hasil data yang diperoleh di lapangan:
35
BAB V
5.1 Kesimpulan
semakin jauh jarak garis pantai, semakin meningkat kadar pasir, begitupun
sebaliknya. Semakin dekat jarak garis pantai maka kadar pasir akan menurun
variogram endapan pasir pantai Tanjung Bayang yaitu model Spherical.Hal ini
5.2 Saran
36
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat atau karakteristik dari
pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih minimnya infromasi
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Dian. 2015. Proses Eksplorasi, Penambangan, dan Pengolahan Pasir Besi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Hargrave, et al, 2003, What are Interpreters for? The Impact of Faster and More
Objective Interpretation Systems, Proceeding IPAg-106-what are interpreter.
37