Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endapan mineral pada suatu daerah dengan kondisi geologi tertentu sangat

berhubungan dengan proses kejadian dan cara pengendapannya. Mineral biasanya

produk deposit dari proses diferensiasi (pemisahan) dan kristalisasi magma (proses

isotermik dalam hal ini selama proses pembentukan berlangsung akan dilepaskan

sejumlah tenaga panas). Produk yang terbentuk pada saat pembentukan batuan beku

akan berakhir disertai dengan peningkatan konsentrasi mineral logam. Kemajuan

teknologi yang semakin pesat menuntut tersedianya bahan baku yang memadai.

Akhirnya kebutuhan terhadap sumber daya mineral khususnya besi ikut meningkat baik

dalam jumlah maupun jenisnya. Konsumsi bijih besi sebagai bahan baku dasar dalam

industri baja mengalami booming di pasaran. Untuk memenuhi kebutuhan yang

semakin meningkat maka diperlukan eksplorasi guna mendapatkan lokasi cebakan

(endapan) baru untuk kelancaran siklus industri (Karyanto, 2009).

Data-data yang berkaitan dengan geologi tersebut termasuk data-data endapan

pasir pantai seperti data yang berhubungan dengan spasial.Data tersebut memiliki

hubungan atau interelasi dan variasi secara spasial antar data.Pengolahan data spasial

memerlukan metode tertentu sehingga hasil analisis data bisa memberikan makna dan

keluaran yang berarti.Geostatistik merupakan metode untuk menangani variabel

teregionalisasi dan konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Matheron (Armstrong,

1998).

Pantai Tanjung Bayang terletak di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate,

Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.Sebaran pasir pantai di daerah tersebut terdiri

1
dari tipe substrat pantai warna pasir hitam menandakan bahwa pasir tersebut banyak

mengandung mineral-mineral logam dengan unsur pembentuknya adalah besi (Fe).

Berdasarkan kondisi tersebut maka penelitian akan dilakukan pada bagian pantai yaitu

Eksplorasi Sebaran Endapan Pasir Pantai dengan Teknik Pemodelan Geostatistik di

Daerah Tanjung Bayang, Kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi berat dari pasir pantai?

2. Bagaimana model variogram dari kadar pasir pada daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui distribusi berat dari pasir pantai.

2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang perangkat lunak SGeMS serta

mengetahui model variogram dari kadar pasir pada daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah mahasiswa dapat mengetahui dan memahami

bagaimana cara menganalisis data menggunakan teknik pemodelan geostatistik

menggunakan perangkat lunak SGeMS.

1.5 Lokasi Penelitian

Fieldtrip Geostatistik dilaksanakan di Daerah Tanjung Bayang, Kota Makassar,

Provinsi Sulawesi Selatan, tepatnya pada hari kamis, 20 November 2018.Kegiatan

tersebut dimulai pada pukul 08.00 WITA dan berakhir pada pukul 11.30 WITA. Waktu

2
yang ditempuh untuk menuju tempat penelitian sekitar kurang lebih 45 menit dari

Kampus Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Gowa dengan jarak kurang lebih 20

km. Perjalanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.

Para praktikan memilih tempat titik kumpul disekitar area Hotel Kolonial Makassar

dimana jarak antar tempat kumpul dengan lokasi penelitian sekitar kurang lebih 2 km.

Tanjung Bayang

Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi.

1.6 Tahapan Penelitian

Dalam pelaksanaan fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, terdapat

tahapan-tahapan yang dilalui, baik dari segi persiapan, pengambilan data, maupun

pengolahan dan analisis data. Adapun penjelasan secara detailnya sebagai berikut:

3
1.1.1 Persiapan

Tahapan persiapan merupakan kegiatan awal yang dilakukan dalam kegiatan

fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik ini, tentunya dilakukan persiapan secara

matang terlebih dahulu. Hal-hal yang dipersiapkan yaitu sebagai berikut:

1. Studi pustaka terhadap daerah penelitian

Studi pustaka dilakukan dengan mencari literatur-literatur yang berkaitan

dengan daerah penelitian, baik berupa studi regional daerah penelitian maupun

literatur-literatur yang berkaitan dengan batuan dan massa batuan, di mana

literatur tersebut diperoleh dari internet, buku yang berkaitan, maupun dari

modul yang diberikan oleh dosen matakuliah Teknik Eksplorasi dan Geostatistik.

2. Pengecekan pendahuluan terhadap lokasi penelitian

Pengecekan ini dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap kondisi

lokasi praktikum lapangan. Pengecekan ini dilakukan oleh beberapa orang

panitia, yang dilakukan sebanyak 1 (satu) kali sebelum dilakukannya praktikum

lapangan.

3. Persiapan administrasi

Tahap ini mencakup pengurusan persuratan pengantar fieldtrip ke lokasi

penelitian, yang berupa surat izin praktikum lapangan, yang dilakukan oleh

panitia sebelum berangkat ke lokasi praktikum.

4. Persiapan perlengkapan dan peralatan

Pada tahap ini dilakukan persiapan terhadap peralatan dan perlengkapan yang

dibutuhkan pada saat praktikum lapangan berlangsung.

1.1.2 Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan pada saat praktikum berlangsung yaitu

dengan mengambil sampel batuan dari 49 titik lokasi yang telah ditentukandari

4
material yang terdapat di lapangan. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan

langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:

1. Mendengarkan arahan penjelasan dari Bapak Dosen mengenai langkah

kegiatan yang akan dilakukan.

2. Menentukan lokasi penelitian tiap stasiun dengan cara pengeplotan lokasi pada

peta.

3. Membuat sketsa dan pengambilan foto dari tiap stasiun.

4. Menentukan tempat yang akan diteliti sebesar 7x7 cm.

5. Menempatkan patok pada tiap titik/tempat yang telah ditentukan.

6. Mengambil sample dengan cara sampling terhadap jenis litologi yang ada di

setiap stasiun.

7. Memasukkan sampel ke dalam kantong sampel.

8. Membersihkan lahan yang telah diberi patok.

1.1.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data sesuai dengan data-data

yang didapatkan di stasiun di lapangan.Pengolahan data dilakukan dengan

menentukan sebaran endapan pasir pantai dengan Teknik pemodelan

geostatistik.Teknik pemodelan geostatistik yang digunakan menggunakan perangkat

lunak SGeMS.Perangkat lunak SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran

bahan galian dengan menggunakan variogram.

5
BAB II

TEKNIK EKSPLORASI DAN GEOSTATISTIK

2.1 Endapan Pasir Pantai

Pasir merupakan material granular alami yang belum terkonsolidasi. Pasir terdiri

dari butiran-butiran yang berukuran dari 1/16 – 2 mm. Butiran pasir bisa berupa

mineral tunggal, fragmen batuan atau biogenik. Material granular yang lebih halus dari

pasir disebut sebagai lanau, dan yang lebih besar disebut sebagai kerikil. Pada

umumnya pasir terdiri dari mineral silikat atau fragmen batuan silikat. Sejauh ini

mineral yang paling umum ditemukan sebagai penyusun pasir adalah mineral kuarsa.

Namun, pasir adalah material campuran yang terjadi secara alami, yang berarti bahwa

pasir tidak hanya mengandung satu komponen tunggal. Pasir yang telah terkonsolidasi

adalah jenis batuan yang dikenal sebagai batupasir.

2.1.1 Pembentukan Pasir

Pasir terbentuk karena adanya proses pelapukan fisik dan kimia pada batuan.

Proses pelapukan ini biasanya dipelajari secara terpisah, tetapi pada kenyataannya

kedua proses ini biasanya berjalan beriringan karena keduanya cenderung saling

mendukung dalam proses pelapukan.Pelapukan kimia merupakan faktor penting dalam

pembentukan pasir secara keseluruhan, karena proses ini terjadi secara efisien di

lingkungan yang lembab maupun panas. Sedangkan pelapukan fisik hanya

mendominasi di tempat-tempat yang dingin dan / atau kering. Pelapukan batuan dasar

yang menghasilkan pasir biasanya terjadi di bawah tanah. Tanah yang menutupi

batuan dasar membuat lingkungan sekitar batuan menjadi lembab, yang kemudian

mempercepat proses disintegrasi batuan.

6
Gambar 2.1 Granit

Granit adalah jenis batuan yang umum dan merupakan contoh yang bagus dari

proses pembentukan pasir. Granit sebelum melapuk, terdiri dari mineral-mineral

berikut:

1. Sodium Plagioclase feldspar (Na feldspar)

2. Potassium feldspar (K feldspar)

3. Kuarsa

4. Mineral aksesori: biotite, amphibole, atau muskovit

Jika terjadi pelapukan pada granitNa feldspar dan K feldspar akan mengalami

proses hidrolisis, proses ini untuk membentuk mineral lempung kaolin, serta ion-

ion Na+ dan K+. Biotit dan amphibole mengalami proses hidrolisis dan oksidasi,

membentuk mineral lempung dan oksida besi.Kuarsa (dan muskovit jika ada) menjadi

mineral residual, karena resisten terhadap pelapukan.Fragmen batuan yang lapuk

kemudian menjadi bagian dari unsur tanah.Setelah itubutiran mineral kuarsa kemudian

tererosi dan menjadi bagian sedimen pasir, diangkut oleh arus sungai atau angin untuk

kemudian diendapkan membentuk sand dune, channel bar, point bar dan sandy

beach.Lempung akhirnya tererosi dan menjadi muatan suspensi dalam arus air sungai,

sampai kemudian terendapkan di lingkungan arus yang tenang.Ion-ion terlarut akan

diangkut oleh sungai, sampai akhirnya akan menjadi bagian dari larutan garam di

lingkungan air laut.

7
2.1.2 Komposisi Pasir

Pasir merupakan kompulan material residual dari yang sudah ada sebelum

pelapukan batuan terjadi. Namun, ada satu aspek penting - pasir terbentuk di

lingkungan yang keras, di mana hanya yang terkuat yang bisa bertahan. "Terkuat"

adalah yang paling tahan terhadap proses pelapukan.Kuarsa adalah salah satu mineral

dari daftar mineral penyusun pasir yang umum ditemukan pada sampel pasir. Kuarsa

menghuni 12% dari kerak bumi. Hanya saja feldspar lebih banyak daripada kuarsa,

menghuni lebih dari 50% kerak bumi.

Mineral-mineral seperti turmalin, zirkon, rutil, dll, juga sangat resisten terhadap

pelapukan, namun jarang ditemukan dalam jumlah banyak dalam komposisi pasir.

Mineral-mineral tersebut secara umum disebut sebagai heavy minerals (mineral

berat).Mineral berat ini kadang terkonsentrasi dalam jumlah yang banyak sebagai

komponen penyusun pasir. Hal tersebut biasanya diakibatkan oleh proses penyortiran

hidrodinamik. Baik itu gelombang laut atau aliran sungai yang menyortir butiran yang

lebih berat dan membawa butiran lainnya yang lebih ringan. Endapan yang dihasilkan

dari proses ini dikenal sebagai placers. Mineral-mineral yang sering diekstrak dari

endapan placer adalah emas, kasiterit, ilmenit, monasit, magnetit, zirkon, rutil, dll.

Mineral-mineral pembentuk batuan lainnya seperti amphibole dan mika juga

sering ditemukan di dalam sampel pasir, meskipun hanya dalam jumlah sedikit.

Kelompok mineral ini termasuk yang tidak tahan terhadap pelapukan, contohnya

seperti olivin dan piroksen.Namun, ada beberapa pantai yang sebagian besar terdiri

dari piroksen dan olivine dengan sedikit campuran magnetit, sering disebut

sebagai black sand (pasir hitam). Pasir pantai seperti ini biasanya terdapat di daerah

vulkanik aktif. Piroksen dan olivin merupakan mineral yang umum sebagai penyusun

batuan mafik, seperti basalt. Pasir hitam adalah fenomena khas dari kepulauan

vulkanik samudra, di mana granit dan batuan felsik lainnya tidak ditemukan.

8
Kebanyakan dari sampel pasir, butiran pasir terdiri dari mineral-mineral tunggal.

Namun terkadang pasir juga mengandung fragmen batuan (fragmen litik). Granit

biasanya terdisintegrasi menjadi butiran mineral yang berbeda-beda, tapi filit dan basal

cenderung hadir sebagai fragmen litik dalam komponen pasir. Hal tersebut terjadi

karena filit dan basal adalah batuan yang bertekstur halus. Fragmen litik ini sering

terbentuk di daerah-daerah di mana erosi terjadi sangat cepat, contohnya di daerah

pegunungan.Terkadang pasir juga mengandung mineral baru atau agregat mineral

yang tidak terbentuk dari proses pembekuan magma. Contoh penting adalah mineral

lempung glauconite yang terbentuk dalam endapan pasir di lingkungan laut,

menghasilkan jenis batuan yang disebut glauconitic sandstone. Keberadaan mineral ini

memberi warna hijau gelap yang khas untuk kebanyakan sampel pasir.

Ada banyak contoh pasir aneh lainnya yang membutuhkan kondisi

pembentukan khusus. Salah satu contoh yang baik adalah pasir di New Mexico yang

terdiri dari gipsum murni. Pasir dengan komposisi seperti ini cukup aneh dan jarang,

karena gipsum merupakan mineral evaporit. Mineral seperti ini hanya dapat bertahan

dalam kondisi kering. Halit, yang bahkan lebih mudah larut dari gipsum, juga dikenal

sebagai komponen pembentuk pasir dalam kondisi tertentu.

Debu vulkanik biasanya dipelajari secara terpisah, tidak diaktegorikan sebagai

jenis pasir. Mungkin karena kita manusia cenderung menciptakan hambatan buatan

dan prinsip-prinsip klasifikasi. Sedimen dan piroklastik adalah dua dunia yang berbeda.

Pada kenyataannya, hal ini menjadi lebih rumit karena selalu saja ada alasan untuk

mengatakan bahwa butiran debu vulkanik (dan material piroklastik lainnya seperti lapili

dan bom) juga merupakan jenis sedimen, karena mereka terendapkan di permukaan

tanah melalui proses yang tidak jauh berbeda dari proses endapan pasir di sungai,

pantai, atau pun gurun. Debu vulkanik dan pasir bahkan memiliki prinsip-prinsip

klasifikasi yang sebanding. Debu vulkanik adalah sedimen piroklastik dengan ukuran

9
butir rata-rata kurang dari 2 milimeter. Oleh karena itu, debu vulkanik juga bisa

dianalogikan sebagai pasir atau lempung.

Jenis pasir berikutnya adalah pasir biogenik. Pasir biogenik terdiri dari fragmen

eksoskeleton dari organisme laut. Kontributor umum dari komponen jenis ini adalah

koral, foraminifera, landak laut, sponge, moluska, ganggang, dll. Jenis pasir seperti ini

biasanya dikenal sebagai pasir koral, meskipun dalam banyak kasus pasir tersebut

tidak mengandung fragmen koral sama sekali. Pasir biogenik biasanya berwarna terang

dan tersebar luas di daerah dekat katulistiwa. Koral biasanya hanya hidup di

lingkungan air hangat, tetapi ada juga beberapa taxons lain yang dapat hidup dengan

baik di lingkungan yang lebih dingin. Pasir biogenik karbonatan juga berkontribusi

dalam pembentukan batugamping.

2.1.3 Tekstur dan Transportasi Sedimen Pasir

Ahli geologi mendeskripsikan pasir dengan mengukur kebundaran dan distribusi

ukuran butirnya. Dengan melakukan itu mereka dapat mendapatkan informasi tentang

asal-usul pasir tersebut. Kebundaran biasanya memberikan informasi tentang seberapa

jauh rute transportasi sedimen, dan distribusi ukuran butir membantu ahli geologi

untuk menentukan dari lingkungan mana sedimen tersebut diendapkan. Pasir sungai

biasanya terpilah buruk, sedangkan pasir pantai atau gurun lebih bulat dan terpilah

baik

Gambar 2.2 Ukuran Pasir Pantai

10
Ukuran rata-rata butiran pasir ditentukan oleh energi dari media transport.

Semakin kuat kecepatan arus (baik itu arus sungai atau gelombang laut) maka

semakin mungkin arus tersebut membawa material yang lebih berat / besar.Pada

umumnya media transport pasir adalah arus sungai. Butiran pasir cenderung bergerak

melompat-lompat terhadap rata-rata kecepatan arus sungai. Mode gerakan ini dikenal

sebagai saltation. Sedangkan lanau, material sedimen yang jauh lebih ringan dari pasir,

cenderung bergerak melayang-layang terhadap rata-rata kecepatan arus sungai.

Gerakan ini disebut suspended load. Butiran sedimen pasir yang diangkut oleh sungai-

sungai pada akhirnya diendapkan di mulut sungai, di mana kecepatan arus tiba-tiba

menurun. Kemudian, gelombang laut (longshore currents) membawa sedimen pasir ke

sepanjang garis pantai. Butiran sedimen pasir yang dibawa oleh sungai-sungai juga

diendapkan pada flood plain, channel bar maupun point bar.

2.2 Teknik Eksplorasi Pendahuluan

Eksplorasi merupakan kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk

mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak sebaran, kuantitas dan

kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau

kajian kemungkinan dilakukannya penambangan. Dengan kata lain, eksplorasi ialah

suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk

mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata, dan besarnya cadangan serta studi

kelayakan dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah ditemukan

(Arisandi, 2015).

Tujuan dilakukannya eksplorasi adalah untuk mengetahui sumber daya cebakan

mineral secara rinci, yaitu untuk menemukan, mengidentifikasi, dan menentukan

gambaran geologi dan pemineralaran berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas

dan kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan pengembangan

11
secara ekonomis. Eksplorasi mineral tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan

umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi

pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan

yang terdiri dari peninjuan, penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan serta

tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang (Arisandi, 2015).

Tahap eksplorasi dilaksanakan melalui empat tahapan yakni survei tinjau,

prospeksi awal, eksplorasi awal, dan eksplorasi rinci dengan penjelasan sebagai berikut

(Arisandi, 2015):

1. Survei tinjau, yaitu kegiatan eksplorasi awal terdiri dari pemetaan geologi

regional, pemotretan udara, citra satelit, dan metode survei tidak langsung

lainnya untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang

prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan ini ialah

mengidentifikasi daerah-daerah mineralisasi atau cebakan skala regional dan

analisis penginderaan jarak jauh untuk dilakukannya pekerjaan pemboran.

2. Prospeksi umum, dilakukan untuk mempersempit daerah yang mengandung

cebakan mineral yang potensial. Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan

cara pemetaan geologi dan pengambilah contoh awal, misalnya puritan dan

pemboran yang terbatas, bertujuan untuk mengidentifikasi suatu sumber daya

mineral. Tahapan ini merupakan tahap lanjutan dari survei tinjau. Hasil dari

prospeksi nantinya dianalisa lebih lanjut hingga dapat diketahui kadar atau

kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan di eksplorasi

3. Eksplorasi awal, yaitu tahapan awal eksplorasi dari suatu endapan yang

teridentifikasi.

4. Eksplorasi rinci, adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam

tiga dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari percontohan

singkapan, puritan, lubang bor, shaft, dan terowongan.

12
Tahap eksplorasi pendahuluan merupakan tahapan pertama atau tahapan awal

yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan eksplorasi. Dalam tahap eksplorasi

pendahuluan, tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang

digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga memiliki skala yang relatif kecil, yaitu

1:50.000 sampai 1:25.000. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah

sebagai berikut (Arisandi, 2015):

a. Studi literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi

terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu),

catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan, dan lain-lain, lalu dipilih daerah

yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi, ditentukan langkah berikutnya,

studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi

regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi karena pembentukan

endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi

yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.

b. Survei dan pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka

survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah

dapat dimulai (peta topografi skala 1: 50.000 atau 1: 25.000), tetapi jika belum

ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah

tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan karena

survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari

(singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-

singkapan yang penting.Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan

galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah

perubahan atau batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan

13
kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya.Hal-hal penting tersebut

harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi,

inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan

sungai, jalan, kampung, dan lainnya.Dengan demikian peta geologi dapat

dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).Tanda-tanda yang sudah diplot

pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau

model penyebarannya (model geologi. Dengan model geologi, hepatitik

tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan

sumur uju (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan

dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat

di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dan lain-lain).

Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,

gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain-lain yang nantinya dipakai

untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan

yang baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik

maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya (Arisandi, 2015).

2.3 Geostatistik

Geostatistik adalah ilmu yang mempelajari aplikasi dan teori mengenai variabel

terregional (variabel berubah) pada berbagai fenomena gejala alam, terutama untuk

menentukan volume bahan galian. Landasan dari pembelajaran geostatistik adalah

"The Theory of Regionalised Variables”, dimana data dari titik-titik sampel mempunyai

korelasi satu sama lain sesuai dengan karakteristik penyebaran endapan mineral.

14
Gambar 2.3 Contoh Hasil Penelitian Geostatistik.

Geostatistik merupakan cabang dari statistik terapan yang dibantu dengan

deskripsi matematik dan analisa (observasi) geologi. Pada dasarnya geostatistik dapat

digunakan untuk estimasi dan penelaahan variabel, faktor atau keadaan yang ada

kaitannya dengan ilmu kebumian. Tahapan perhitungan cadangan dalam analisis

geostatistik secara umum meliputipengamatan data lapangan, variografi, dan perhitungan

variansi perkiraan dan variansi krigging (Warmada, 2015).

1. Pengamatan Data Lapangan

Dari hasil pemboran didapat koordinat (x,y) dengan ketebalan Z, sehingga titik bor

ditulis Z(x , y).

2. Variografi

Variografi adalah merupakan serangkaian pekerjaan mulai dari penelusuran data,

pembuatan model hingga analisanya.Variografi terdiri dari penelusuran data yang

secara manual atau dengan komputer.Jika data tersusun dalamgrid/spacingyang

teratur dapat dilakukan perhitungan secara langsung dengan arah horisontal,

vertikal ataupun diagonal.Kedua yaitu pembuatan dan analisis variogram

15
eksperimen, variogram adalah suatu grafik xy yang dihasilkan dari pengeplotan

jarak dan variance dari data yang berpasangan.

3. Analisa Krigging, merupakan analisa untuk menaksir tebal blok yang dilakukan

berdasarkan nilai semi variogram, jarak pengaruh dan jarak setiap titik yang akan

ditafsir nilainya atau tebalnya.

Variogram atau semivariogram merupakan alat utama dalam perhitungan melalui

geostatistik, selain itu dapat juga untuk mengukur variansi (mean squarred error) dalam

estimasi nilai Z(x+h) dengan Z(x). Jika sampel pada posisi x, maka kesalahan adalah Z(x)-

Z(x+h), yang kuadrat rata-ratanya bernilai 2y(h). Persamaan semivariogram

eksperimentalnya adalah

Model variogram eksperimental yaitu variogram yang diperoleh dengan

memasukkan nilai sampel dalam rumus variogram yang merupakan realisasi daripada

sifat-sifat spasial dari regionalized variabel. Hal ini dilakukan agar variogram tersebut

dapat digunakan untuk alat estimasi nilai suatu dimensi yang lebih besar daripada ukuran

sampel sehingga perlu adanya model teoritis yang cocok dengan realisasi sifat-sifat

spasial berkaitan dengan regionalized variabel yang sedikit memperlihatkan keadaan

statis. Pada dasarnya variogram adalah representasi hubungan antar data secara spasial

(ruang) pada suatu arah tertentu dimana dapat dirumuskan dalam rumus umum dibawah

ini (Warmada, 2015):

Dimana

16
Y(h) = nilai variogram untuk arah tertentu dan jarak h

h = 1d, 2d, 3d, 4d, (d=jarak k antar conto)

z(xi) = harga (data) pada titik Xi

z(xi+h) = data pada titik yang berjarak h dari xi

N(h) = jumlah pasangan data

Geostatistik merupakan suatu jembatan antara statistik dan GIS. Analisis

geostatistik merupakan teknik geostatistik yang terfokus pada variable spasial, yaitu

hubungan antara variable yang diukur pada titik tertentu dengan variable yang sama

diukur pada titik dengan jarak tertentu dari titik pertama. Proses yang dilakukan dalam

analisis geostatistik adalah meregister seluruh data, mengeksplorasi data, membuat

model, melakukan diagnostik dan membandingkan model. Dalam aplikasi yang akan

dijadikan contoh pemodelan geologi yaitu pada lapangan gas Natuna di Laut Natuna yang

meliputi data peta porositas, permeabilitas, saturasi, dan net to gross yang dipakai untuk

menghitung volumetrik dan simulasi reservoir.Tujuan dari pemodelan pada industri

pertambangan adalah tentu saja untuk membuat model dari cebakan bahan galian yang

di eksplorasi. Model ini sangat berguna untuk mendapatkan persetujuan dari pemerintah

dalam hal ini pemerintah akan juga mempertimbangkan aspek ekonomi berdasarkan

model yang dibuat (Warmada, 2015).

Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh

data yang diperlukan. Hal ini sangat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data –

data tersebut pada tahapan selanjutnya.Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis lebih

lanjut apabila menggunakan GIS tentu sangat penting. Data digital akan memudahkan

dengan penggunaan work station. Langkah langkah analisa yang harus dilakukan meliputi

(Warmada, 2015):

17
1. Eksplorasi data, pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada

sangat diperlukan untuk dapat menganalisis. Eksplorasi dari pendistribusian

data, melihatbatasan secara global dan lokal, melihat polaglobal, memeriksa

korelasi spasial, dan memahami kovariasi dari berbagai data.

2. Pembuatan model, pada mulanya geostatistik merupakan sinonim dari kriging.

Tetapi kemudian dalam perkembangannya juga meliputi metode deterministik.

Metode deterministik tidak memiliki penilaian untuk kesalahan prediksi, tidak

ada asumsi untuk data sedangkan metode kriging memiliki penilaian untuk

kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari proses stokastik. Peta yang

dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta standar eror, peta

quantile, peta probability.

3. Melakukan diagnostik, sebelum menghasilkan hasil akhir harus kita ketahui

dahulu seberapa bagusnya prediksi nilai di tempat yang tidak memiliki data

real. Dalam pemodelan geologi khususnya pemodelan reservoir, model yang

baik akan memiliki satu kualitas yang sederhana yaituharus menyediakan

prediksi yang baik dari perilaku reservoir untuk merespon keadaan.

4. Membandingkan model, beberapa model yang dihasilkan dari beberapa

perlakuan harus dibandingkan untuk melihat mana yang lebih baik.

Penggunaan cross validation statistic sangat membantu dalam pembandingan

ini.

2.4 Perangkat Lunak SGeMS

SGeMS adalah singkatan dari Stanford Geostatistical Modelling Software.SGeMS

merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk mengestimasi

sebaran bahan galian berdasarkan data hasil pemboran.SGeMS (Stanford Geostatistical

Modelling Software) merupakan salah satu perangkat lunak analisis geostatistik publik

18
domain yang dikembangkan di Universitas Stanford, Amerika Serikat.Graphical Users

Interface (GUI) SGeMS terdiri dari Menu Utama dan 3 (tiga) Panel Utama yaitu sebagai

berikut (Dunn, 1996):

1. Panel Algoritma, panel yang berisi tool estimasi dan simulasi geostatistikyang

tersedia beserta jendela pengaturan input parameter masing-masingtool.

2. Panel Visualisasi, panel yang berisi environment 3D interaktif dimana

objectberupa kumpulan titik (point set) dan kartesian grid dapat ditampilkan.

3. Panel Command, panel yang menyediakan fasilitas otomatisasi control software

yang dilakukan melalui script pada commandline danmemperlihatkan history

dari seluruh perintah (command) yang telahdieksekusi.

Format file GSLIB atau Geo-EAS tersebutdibentuk dengan aturan baris pertama

menyatakan judul atau keterangan data, baris kedua menyatakan jumlah variabel data

yang akan diproses dan dinyatakan dengan angkadan maksimum dapat mencapai 48,

baris ketiga, keempat dan seterusnya ke bawah menyatakan nama variabel data yang

akan diproses sesuai dengan jumlah variabel data yang ditentukan pada baris kedua.

Baris selanjutnya merupakan nilai dari masing-masing variabel tersebut, dimana tiap

variabel dikelompokkan berdasarkan kolom dan dipisahkan dengan minimal satu spasi

(Dunn, 1996).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat Penelitian

19
Alat yang digunakan dalam fieldtripgeostatistika yang berlangsung di Tanjung

Bayang, KelurahanBarombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar ini diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Kamera

Kamera digunakan untuk mengambil gambar di lapangan atau sebagai media

untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian.Kamera Digital berfungsi untuk

mempublikasikan atau mengambil Foto semua kegiatan dilapangan dan setiap

lokasi pengamatan.Alat ini juga digunakan untuk mengabadikan hal-hal yang

unik yang ada di lapangan.

Gambar 3.1 Kamera.

2. Buku Lapangan

Buku Lapangan digunakan sebagai tempat mencatat semua hasil pengamatan

seperti hasil data ukur, sketsa, deskripsi, letak singkapan dan lain-lain.Buku

lapangan berfungsi untuk menulis hal-hal yang penting di lapangan.

20
Gambar 3.2 Buku Lapangan.

3. Topi Lapangan

Topi lapangan digunakan untuk melindungi kepala dari hal-hal yang berbahaya

serta dari terik matahari.Topi ini juga berfungsi untuk melindungi wajah dan

kepala dari sinar matahari sehingga memudahkan untuk melakukan

pengamatan pada daerah penelitian.

Gambar 3.3 Topi Lapangan.

4. Kantong Sampel

Kantong sampel digunakan menyimpan sampel yang telah diambil dari

lapangan.Kantong sampel yang digunakan pada saat di lapangan yaitu tempat

atau wadah untuk menyimpan batuan dan juga dapat dijadikan tempat untuk

21
menyimpan barang-barang yang dianggap penting sehingga pada saat hujan,

barang tersebut tidak terkena hujan.

Gambar 3.4 Kantong Sampel.

5. Roll Meter

Roll Meter digunakan untuk mengukur jarak antar grid dari masing-masing

sampel dan mengukur jarak grid dari garis pantai.

Gambar 3.5 Roll Meter.

6. Alat Tulis

Alat Tulis digunakan untuk mencatat data-data yang didapat di lapangan.Alat

tulis yang digunakan pada saat di lapangan yaitu pulpen, pensil, dan juga spidol

22
permanen.Spidol permanen ini digunakan untuk mencatat atau menulis pada

kantong sampel sewaktu di lapangan.

Gambar 3.6 Alat Tulis.

7. Sekop Semen

Sekop semen merupakan salah satu alat yang digunakan pada penelitian kali

ini.Sekop semen digunakan untuk mengambil sampel pasir besi dari lubang

bukaan yang telah digali.

Gambar 3.7 Sekop Semen.

8. Jas Hujan

23
Jas hujan digunakan untuk melindungi tubuh dari hujan.Jas hujan ini berbentuk

jas hujan kelelawar sehinnga memudahkan untuk mengamati batuan yang

terdapat di daerah stasiun yang diteliti.

Gambar 3.8 jas Hujan.


9. Saringan

Saringan merupakan salah satu alat yang digunakan sebelum sampel di

timbang.Saringan berfungsi untuk memisahkan antara material lempung

dengan pasir besi. Material yang tertahan (pasir besi) akan dianalisa lebih

lanjut.

Gambar 3.9 Saringan.

24
3.2.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistika ini

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Patok

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

Gambar 3.10 Patok Kayu.


2. Kertas

Kertas juga dapat digunakan untuk mencatat data-data lapangan yang telah

didapatkan di setiap singkapan.

25
Gambar 3.11 Kertas A4.

3. Pasir

Pasir digunakan sebagai sampel pada penelitian kali ini. Pasir yang didapatkan

dilapangan nantinya akan dianalisa lebih lanjut untuk mengetahui sebaran

endapan pasir pantai dengan metode geostatistika pada daerah yang diteliti.

Gambar 3.12 Pasir.

4. Tali Rafia

26
Tali rafia merupakan salah satu bahan yang digunakan pada penelitian kali

ini.Tali rafia digunakan sebagai bahan untuk membuat batas batas dari masing-

masing grid.

Gambar 3.13 Tali Rafia.

3.2 Pengambilan Data Lapangan

Pengambilan data lapangan merupakan salah satu tujuan diadakannya sebuah

penelitian yaitu untuk mengambil data lapangn yang kemudian akan dianalisa lebih

lanjut lagi. Pengambilan data lapangan dilakukan melalui beberapa tahapan.Langkah-

langkah atau tahapan pengambilan data lapangan yaitu sebagai berikut:

1. Membuat grid sebanyak 49 ukuran 50x50 cm dengan mendirikan patok.

27
Gambar 3.14 Proses Pembuatan Grid.

2. Setelah patok tersebut dipasang, langkah selanjutnya yaitu mengikat tali rafia

pada setiap patok agar membentuk grid yang diinginkan.

Gambar 3.15 Proses Pengikatan Tali.

3. Setelah semua grid terbentuk, langkah selanjutnya yaitu menggali lubang

sedalam 10 cm, lalu mengambil sampel sesuai yang dibutuhkan dan

memasukkannya ke dalam kantong sampel yang telah diberi label.

28
Gambar 3.16 Proses Penggalian Lubang.

Gambar 3.17 Proses Pengambilan Sampel.

4. Selain mengambil sampel, kelompok kami juga melakukan sketsa dan

pengukuran grid dari garis/tepi pantai.

Gambar 3.18 Proses Sketsa.

3.3 Preparasi Sampel

29
Preparasi sampel merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukan pengambilan

data lapangan.Sampel yang didiapatkan kemudian di preparasi.Tiap sampel harus

dikeringkan untuk menghilangkan moisture atau kandungan air pada pasir. Proses

pengeringan ini dapat dilakukan dengan cara dijemur. Kemudian tiap sampel ditimbang

berat totalnya.Setelah itu, tiap sampel diayak atau disaring menggunakan saringan

teh.Hal ini bertujuan untuk menghilangkan material lempung pada sampel.Setelah

disaring, maka pasir yang tertinggal disaringan selanjutnya ditimbang. Langkah

terakhir yaitu melakukan perhitungan kadar pasir sebelum diolah menggunakan

perangkat lunak SGeMS. Kadar pasir yang dihitung merupakan sampel pasir besi yang

tertahan pada saat proses penyaringan karena material yang lolos saringan merupakan

material lempung.

Gambar 3.19 Proses Penimbangan Sampel.

Gambar 3.20 Proses Penimbangan Sampel.

30
3.4 Pengolahan Data

Tahap pengolahan data dilakukan setelah preparasi sampel dengan data-data

yang didapatkan di lokasi penelitian.Pengolahan data dilakukan dengan menentukan

sebaran endapan pasir pantai dengan teknik pemodelan geostatistik.Teknik pemodelan

geostatistik yang digunakan menggunakan perangkat lunak SGeMS.Perangkat lunak

SGeMS ini dapat digunakan untuk menentukan sebaran bahan galian dengan

menggunakan variogram.

Di samping menggunakan aplikasi perangkat lunak SGeMS, pengolahan data

juga dilakukan dengan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100% ............. (4.1)

Rumus di atas digunakan untuk menghitung persen berat dari pasir pantai yang

didapatkan (wt%). Perhitungan persen berat dilakukan pada masing-masing sampel

yang didapatkan di Tanjung Bayang, Kota Makassar. Perhitungan data dari masing-

masing sampel pasir pantai yang didapatkan sebagai berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir Titik 1A = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

1.2
= 𝑥 100% = 0.693%
173.2

1.1
% Kadar Pasir Titik 1B = 205.4 𝑥 100% = 0.535%

0.8
% Kadar Pasir Titik 1C = 𝑥 100% = 0.432%
185

1.4
% Kadar Pasir Titik 1D = 190.7 𝑥 100% = 0.734%

1.4
% Kadar Pasir Titik 1E = 𝑥 100% = 0.587%
238.5

8
% Kadar Pasir Titik 1F = 178.3 𝑥 100% = 4.487%

5
% Kadar Pasir Titik 1G = 198.5 𝑥 100% = 2.519%

31
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Kadar Pasir Titik 2A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%

0.9
= 267.2 𝑥 100% = 0.337%

1
% Kadar Pasir Titik 2B = 204.2 𝑥 100% = 0.490%

1.1
% Kadar Pasir Titik 2C = 242.5 𝑥 100% = 0.454%

3
% Kadar Pasir Titik 2D = 178.1 𝑥 100% = 1.684%

4
% Kadar Pasir Titik 2E = 𝑥 100% = 2.411%
165.9

3
% Kadar Pasir Titik 2F = 247.4 𝑥 100% = 1.213%

8
% Kadar Pasir Titik 2G = 𝑥 100% = 4.379%
182.7

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir Titik 3A = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

3
= 𝑥 100% = 1.642%
182.7

1.1
% Kadar Pasir Titik 3B = 196.1 𝑥 100% = 0.561%

5
% Kadar Pasir Titik 3C = 211 𝑥 100% = 2.370%

1.1
% Kadar Pasir Titik 3D = 181.8 𝑥 100% = 0.605%

1
% Kadar Pasir Titik 3E = 169.5 𝑥 100% = 0.585%

13
% Kadar Pasir Titik 3F = 222.3 𝑥 100% = 5.848%

1
% Kadar Pasir Titik 3G = 169.5 𝑥 100% = 0.590%

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir Titik 4A = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

1.2
= 𝑥 100% = 0.698%
172

1.4
% Kadar Pasir Titik 4B = 180 𝑥 100% = 0.778%

32
3
% Kadar Pasir Titik 4C = 175.2 𝑥 100% = 1.712%

6
% Kadar Pasir Titik 4D = 227 𝑥 100% = 2.643%

0.9
% Kadar Pasir Titik 4E = 194.3 𝑥 100% = 0.463%

1.2
% Kadar Pasir Titik 4F = 𝑥 100% = 0.577%
207.9

1.2
% Kadar Pasir Titik 4G = 191.7 𝑥 100% = 0.626%

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir Titik 5A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%

0.8
= 162 𝑥 100% = 0.494%

0.9
% Kadar Pasir Titik 5B = 165 𝑥 100% = 0.545%

1
% Kadar Pasir Titik 5C = 𝑥 100% = 0.6061%
165

1.1
% Kadar Pasir Titik 5D = 171 𝑥 100% = 0.643%

1.2
% Kadar Pasir Titik 5E = 170 𝑥 100% = 0.706%

1.3
% Kadar Pasir Titik 5F = 𝑥 100% = 0.695%
187

3
% Kadar Pasir Titik 5G = 𝑥 100% = 1.235%
242.8

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


% Kadar Pasir Titik 6A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%
1.5
= 236.1 𝑥 100% = 0.635%
0.8
% Kadar Pasir Titik 6B = 170 𝑥 100% = 0.470%
0.8
% Kadar Pasir Titik 6C = 168 𝑥 100% = 0.476%
0.9
% Kadar Pasir Titik 6D = 199.7 𝑥 100% = 0.451%
1
% Kadar Pasir Titik 6E = 200 𝑥 100% = 0.5%
1.1
% Kadar Pasir Titik 6F = 198 𝑥 100% = 0.555%
1.3
% Kadar Pasir Titik 1G = 212 𝑥 100% = 0.613%

33
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑎𝑦𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Kadar Pasir Titik 7A = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝑥 100%

0.9
= 276.1 𝑥 100% = 0.326%

0.9
% Kadar Pasir Titik 7B = 181 𝑥 100% = 0.497%

1.1
% Kadar Pasir Titik 7C = 192 𝑥 100% = 0.573%

1.1
% Kadar Pasir Titik 7D = 201 𝑥 100% = 0.547%

1.2
% Kadar Pasir Titik 7E = 𝑥 100% = 0.543%
221

1.6
% Kadar Pasir Titik 7F = 160 𝑥 100% = 1%

5
% Kadar Pasir Titik 7G = 𝑥 100% = 2.5%
200

3.5 Pemodelan Data dengan Perangkat Lunak SGeMS

Pemodelan data dari hasil perolehan persen berat dari masing-masing sampel

yang didapatkan dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak

SGeMS.Perangkat ini dapat menunjukkan hasil dari variogram sebaran pasir pantai dari

data yang telah diambil sebelumnya. Langkah-langkah yang dapat dilakukan pada saat

pemodelan data sebaran pasir pantai menggunakan perangkat lunak SGeMS yaitu

sebagai berikut:

1. Menaruh data pada aplikasi Microsoft excel dan memindahkan data yang

berada pada Microsoft excel ke notepad.

2. Membuka aplikasi SGeMS

3. Meng-klik ikon object pada aplikasi lalu meng-load object data yang berada di

notepad. Kemudian meng-klik point set kemudian memberi nama dari point set

yang telah dipilih sebelumnya.

4. Setelah itu, untuk membuat variogram yaitu meng-klik ikon object lalu new

certesian grid. Setelah itu meng-klik data analysis dan pilih ikon variogram.

34
Pada perangkat lunak ini juga dapat didapatkan sebaran pasir pantai dalam

bentuk point set. Perangkat lunak ini juga dapat memunculkan kadar pasir pantai dari

yang tertinggi hingga yang terkecil melalui warna-warna yang disediakan. Warna

dalam perangkat lunak SGeMS yaitu warna merah untuk kadar pasir pantai yang paling

tinggi sedangkan untuk warna biru tua untuk kadar pasir pantai yang rendah. Berikut

ialah gambar dari variogram dari hasil data yang diperoleh di lapangan:

Gambar 3.21 Variogram.

Gambar 3.22 Persebaran Kadar Pasir di Pantai Tanjung Bayang.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan fieldtrip teknik eksplorasi dan geostatistik mengenai

sebaran endapan pasir pantai ini adalah sebagai berikut:

1. Distribusi berat pasir pantai pada daerah penelitian menunjukkan bahwa

semakin jauh jarak garis pantai, semakin meningkat kadar pasir, begitupun

sebaliknya. Semakin dekat jarak garis pantai maka kadar pasir akan menurun

karena mudah terjadi pelapukan di daerah tersebut.

2. Berdasarkan hasil anlisa dengan perangkat lunak SGeMS didapatkan model

variogram endapan pasir pantai Tanjung Bayang yaitu model Spherical.Hal ini

dikarenakan, data yang didapatkan mengalami perubahan nilai yang signifikan

titik-titik awal dan perubahan tersebut jarang terjadi di titik-titik akhir.

5.2 Saran

36
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sifat atau karakteristik dari

pasir pada daerah Tanjung Bayang. Hal ini dikarenakan masih minimnya infromasi

mengenai endapan pasir besi yang ada di pantai ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Dian. 2015. Proses Eksplorasi, Penambangan, dan Pengolahan Pasir Besi.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Dunn, et al, 1996, Application of Geoscience Technology in a Geologic Study of the


Natuna Gas Field, Natuna Sea, Offshore Indonesia, Proceeding IPA 117-
application_geosc_technology.

Hargrave, et al, 2003, What are Interpreters for? The Impact of Faster and More
Objective Interpretation Systems, Proceeding IPAg-106-what are interpreter.

Khaidar, Dinar. 2014. Tahapan Eksplorasi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Warmada, I Wayan. 2015. Geostatistik dan Geologi Numerik. Yogyakarta: Lab.


Geokomputasi, Jurusan Teknik Geologi, FT-UGM.

37

Anda mungkin juga menyukai