Anda di halaman 1dari 24

GEOTEKNIK DAN HIDROGEOLOGI

Geoteknik
Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design
tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan
asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan.
Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit), sudut kemiringan adalah satu
faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi dari dinding-dindingnya.
Dikarenakan dari perbedaan dari keadaan geologinya, maka kemiringan optimum dapat
beragam diantara berbagai pit dan bahkan dapat beragam pula dalam satu pit yang sama.
Sudut pit pada umumnya dapat dikatakan sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan
untuk menambang bijih.

Sumber: Surface
Mining 2nd Edition,
Kennedy, 1990
Gambar 1.
Contoh dalam
satu pit terdapat
sudut-sudut
kemitingan yang
berbeda

Peran Geotek di
Pertambangan
Peranan Geotek sebenarnya tidak hanya melakukan perhitungan saja tetapi lebih
mengarah kepada memberikan panduan kepada pihak terkait mengenai potensi bahaya
geoteknik yang akan terjadi kepada pihak terkait (manajemen perusahaan, institusi,
mineplanner, dll). Berikut beberapa contoh aplikasi geotek dalam pertambangan ::
1. Eksplorasi dan mine development. Geoteknik diperlukan untuk memandu kepada arah
pembuatan desain pit yang optimal dan aman (single slope degree, overall slope degree, tinggi
bench,potensi bahaya longsor yang ada ex: longsoran bidang, baji, topling busur,dll) sesuai
dengan kriteria SFnya. Disini ahli geotek tidak hanya melakukan analisis namun juga ikut turun
memetakan kondisi geologi (patahan/lipatan/rekahan, dll) dilokasi yang akan dibuka tambang.
Selain itu juga geoteknik diperlukan dalam pembangunan infrastruktur tambang seperti
stockpile, port, jalan hauling diareal lemah, dll. Disini, peran ahli geotek adalah memberikan
analisis mengenai daya dukung tanah yang aman, cut fill volume, serta langkah-langkah yang
diperlukan untuk memenuhi safety factor sehingga ketika dilakukan kontruksi dan digunakan
tidak terjadi kegagalan (failure)
2. Operasional Tambang pada kondisi ini ahli geotek berperan dalam pengawasan kondisi pit dan
infrastructur yang ada, sebagai contoh pengawasan pergerakan lereng tambang, zona-zona
potensi longsor di areal tambang (pit dan waste dump) akibat proses penambangan, prediksi
kapan longsor akan terjadi, apakah berbahaya untuk operasional di pit atau tidak, langkah apa
saja yang harus dilakukan untuk mengantisipasi longsor seperti mengevakuasi alat, melakukan
push back untuk menurunkan derajat kemiringan lereng, melakukan penguatan, melakukan
pengeboran horizontal untuk mengeluarkan air tanah,dll. Disini peran ahli geotek memandu tim
safety dalam pengawasn operasional tambang dan ahli geotek bisa melakukan penyetopan
operasional pit jika membahayakan keselamatan manusia dan alat. Diinfrastruktur juga berlaku
hal yang sama.
3. Post mining Setelah kegiatan penambangan selesai, geotek bekerja sama dengan safety juga
berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste dump dan pit dalam kondisi aman dan tidak
terjadi longsor dalam jangka waktu lama, karena setelah tambang selesai lahan tersebut akan
dikembalikan kepada pemerintah dan masyarakat dan menyangkut masalah citra perusahaan,
bagi perusahaan yang berstatus green company hal ini merupakan harga mati yang tidak bisa
ditawar.
Tujuan
1. Pit slope diusahakan harus dibuat setajam mungkin dengan tanpa menimbulkan kerugian
ekonomi secara keseluruhan yang disebabkan karena ketidak setabilan kemiringan dan tanpa
membahayakan keamanan dari pekerja maupun peralatan
2. Menetapkan besarnya sudut kemiringan pit yang dianggap aman pada suatu pertambangan.
Analisa harus mengidentifikasi daerah yang mempunyai potensi longsor atau daerah berbahaya
lainnya.

Data utama yang dibutuhkan sebagai dasar analisis kemantapan suatu lereng batuan
adalah: geometri lereng, struktur batuan, serta sifat fisik dan mekanik batuan.
 Geometri Lereng.
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah:
1. Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng
2. Tinggi dan kemiringan lereng (tiap jenjang ataupun total)
3. Lebar Jenjang (berm)
 Struktur Batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu lereng adalah adanya bidang-bidang
lemah, yaitu: bidang patahan (sesar), perlapisan dan rekahan.
 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan.
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisis kemantapan lereng
adalah:
1. Bobot isi batuan.
2. Porositas batuan
3. Kandungan air dalam batuan.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
5. sudut geser dalam
Data utama tersebut diatas dapat diperoleh dengan penyelidikan-penyelidikan di
lapangan dan dilaboratorium.
A. Penyelidikan di Lapangan.
Penyelidikan dilapangan dapat dilakukan dengan:
1. Pengukuran untuk mendapatkan data geometri lereng.
2. Seismik refraksi untuk mendapatkan data litologi.
3. Pemboran inti dan pembuatan terowongan (adit) untuk mendapatkan data litologi, struktur
batuan dan contoh batuan untuk dianalisis di laboratorium.
4. Piezometer untuk mengetahui tinggi muka air tanah.
5. Uji batuan di lapangan (insitu test) untuk mendapatkan data tentang sifat mekanik batuan.
(misalnya dengan block shear test).
B. Penyelidikan dilaboratorium.
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan diperoleh dari hasil uji coba (test) di laboratorium
terhadap sample batuan yang diambil dari lapangan. Penyelidikan dilaboratorium
dilakukan dengan:
1. Uniaxial compresive test
2. Triaxial test
3. Direct shear test
4. Penentuan bobot isi batuan, kandungan air dan porositas batuan.

HIDROGEOLOGI
Hidrogeologi adalah merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan ilmu hidrolika
yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah delam secara hidrolik. Gabungan dua
kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit pengertian geologi dan air, atau dengan
kata lain adalah merupakan suatu studi tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan
air tanah. Dalam istilah hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika
dalam media porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah yang sekaligus
sebagai media.
Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia, karena fungsi dan
kegunaannya meliputi 3 aspek :
1) Aspek sebagai sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia.
2) Aspek bagian hidrologi di dalam tanah yang mempengaruhi keseimbangan siklus global.
3) Aspek anggota atau gen dari geologi.

Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi(air yang berada di udara dan berwujud
gas), potamologi(aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau;
waduk) geohidrologi(air tanah), dan kriologi(air yang berwujud padat seperti es dan salju) dan
kualitas air. Penelitian Hidrologi juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan,
kebijakan lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan terutama
meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan banjir serta rencana
untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung, bendungan dan jembatan.
Kualitas sumber raw water dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Potable water (air
minum) pada beberapa wilayah secara farmasi memiliki kualitas sangat rendah sehingga tidak
dapat diminum. Air tersebut harus dimurnikan dulu sebelum digunakan dalam produksi farmasi.
Variasi dapat terjadi secara musiman dan kontaminannya juga bervariasi. Beberapa wilayah
dipengaruhi oleh musim kemarau dan penghujan. Beberapa wilayah lain dipengaruhi oleh 4
musim (winter, spring, autumn & summer).
Variasi alami musiman, variasi kualitas & variasi kandungan mikroba juga dapat terjadi
pada city water, yaitu air minum yang dipasok oleh Perusahaan Air Minum Kota.
Konsekuensinya air tersebut perlu dimurnikan sebelum digunakan. Perlu dilakukan langkah-
langkah menghilangkan pengotor dan mengendalikan jumlah mikroba untuk menghindari
kontaminasi produk.
Tidak ada air murni (pure water) di alam karena sangat bervariasinya sumber air dan
sifat kimia unik air yang menyebabkan air menjadi pelarut universal. Otoritas kesehatan
mencatat terdapat lebih dari 90 jenis kontaminan yang bisa mengkontamiansi air minum.
Kontaminan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok:
1. Kontaminan anorganik, misalnya chloramines, magnesium karbonat, kalsium karbonat
dan sodium klorida.
2. Kontaminan organik, misalnya residu detergen dan pelarut.
3. Kontaminan padatan, misalnya tanah liat, sols, cols dan tanah.
4. Kontaminan gas, misalnya nitrogen, karbondioksida dan oksigen.
5. Kontaminan mikroorganisme, kontaminan yang berpeluang menyebabkan kesulitan
besar karena jumlahnya dapat bertambah pada kondisi nutrisi sangat terbatas, bahkan mampu
berkembang pada pure water.
Perlakuan (treatment) yang harus dilakukan terhadap air sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia air dan kontaminan yang ada. Kontaminan pada air dipengaruhi oleh banyak faktor,
seperti:
 Hujan, yang dapat melarutkan asam dari atmosfer dan membawa kontaminan lain.
 Erosi, yang membuat terbawanya mineral, tanah liat dan tanah.
 Polusi, yang berasal dari atmosfir maupun kontaminasi air tanah.
 Pelarutan, mineral dan padatan secara perlahan dapat terlarut di dalam air simpanan.
Sedimentasi, mineral yang terlarut dapat mengalami pengendapan kembali sehingga
memampatkan pipa dan filter.
 Dekomposisi, dapat terjadi pada kontaminan yang dapat terdegradasi.

Diposting oleh Hadie_WB di 22.45 1 komentar: Link ke posting ini


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 26 Mei 2011


Estimasi Sumber Daya Mineral

Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui
berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan mineral ini
merupakan hasil kajian kelayakan dari sumber daya mineral (mineral resources) yang didasarkan
pada sejumlah faktor yaitu ekonomi, teknologi, lingkungan, perundang-undangan, dsb. Kajian
kelayakan dapat mulai dilakukan terhadap sumber daya mineral yang sudah diketahui besaran
atau kuantitas dan kualitasnya dengan kelas (kategori) tertentu yang berdasarkan eksplorasi
mempunyai tingkat keyakinan yang tinggi, atau mempunyai kesalahan yang rendah bila
ditambang.
Besaran sumber daya mineral dapat diperoleh (diestimasi) dengan berbagai macam cara atau
metode. Jenis bahan galian (mineral), tipenya, dan desain eksplorasinya merupakan faktor yang
dijadikan pertimbangan dalam memilih metode mana yang akan digunakan. Kelas sumber daya
mineral yang biasanya bertalian dengan tingkat kesalahan dapat diperoleh berdasarkan tahap
eksplorasi.
Estimasi sumber daya mineral merupakan kegiatan akhir dalam eksplorasi mineral yang
keberhasilannya sangat tergantung pada kompetensi ahli yang menanganinya. Berbagai macam
cara estimasi sumber daya mineral dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola atau desain
eksplorasinya.
Pemilihan cara estimasi yang tepat guna dan berhasil guna harus dilakukan oleh seorang
penyelidik mineral agar hasilnya mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga
kelayakan ekonominya dapat diperhitungkan dengan lebih tepat.
Perhitungan cadangan ini merupakan hal yang paling vital dalam kegiatan eksplorasi.
Perhitungan yang dimaksud di sini dimulai dari sumberdaya sampai pada cadangan yang dapat di
tambang yang merupakan tahapan akhir dari proses eksplorasi. Hasil perhitungan cadangan
tertambang kemudian akan digunakan untuk mengevaluasi apakah sebuah kegiatan
penambangan yang direncanakan layak untuk di tambang atau tidak.
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah, kualitas dan kemudahan
dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab hasil dari perhitungan cadangan
yang baik dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor, penentuan sasaran
produksi, cara penambangan yang akan dilakukan bahkan dalam memperkirakan waktu yang
dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha penambangannya.
Dalam ilmu perhitungan cadangan terdapat berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk
menentukan kadar hingga akhirnya besar cadangan suatu endapan.
2.2 Perhitungan Sumberdaya
Perhitungan sumberdaya bermanfaat untuk hal-hal berikut ini :
Memberikan besaran kuantitas (tonase) dan kualitas terhadap suatu endapan bahan galian.
Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari endapan bahan galian serta distribusi ruang
(spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan/tahapan penambangan, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan NPV (net present value).
Jumlah sumberdaya menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam perancangan pabrik
pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.
Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan besaran sumberdaya. Faktor ini
harus diperhatikan dalam menentukan lokasi pembuangan tanah penutup, pabrik pengolahan,
bengkel, dan fasilitas lainnya.
Karena semua keputusan teknis di atas sangat tergantung pada besaran sumberdaya, perhitungan
sumberdaya merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggung jawabnya dalam
mengevaluasi suatu kegiatan pertambangan. Perlu diingat bahwa perhitungan sumberdaya
menghasilkan suatu taksiran. Model sumberdaya yang disusun adalah pendekatan dari realitas,
berdasarkan data/informasi yang dimiliki, dan masih mengandung ketidakpastian.
2.3 Persyaratan Perhitungan Sumberdaya
Dalam melakukan perhitungan sumberdaya harus memperhatikan persyaratan tertentu, antara
lain :
Suatu taksiran sumberdaya harus mencerminkan secara tepat kondisi geologi dan karakter/sifat
dari endapan bahan galian.
Selain itu harus sesuai dengan tujuan evaluasi. Suatu model sumberdaya yang akan digunakan
untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik
perencanaan tambang yang akan diterapkan.
Taksiran yang baik harus didasarkan pada data aktual yang diolah/ diperlakukan secara objektif.
Keputusan dipakai-tidaknya suatu data dalam penaksiran harus diambil dengan pedoman yang
jelas dan konsisten. Tidak boleh ada pembobotan data yang berbeda dan harus dilakukan dengan
dasar yang kuat.
Metode perhitungan yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau
diverifikasi. Tahap pertama setelah perhitungan sumberdaya selesai, adalah memeriksa atau
mengecek taksiran kualitas blok (unit penambangan terkecil). Hal ini dilakukan dengan
menggunakan data pemboran yang ada di sekitarnya. Setelah penambangan dimulai, taksiran
kadar dari model sumberdaya harus dicek ulang dengan kualitas dan tonase hasil penambangan
yang sesungguhnya.
2.4 Metode Perhitungan Cadangan
Perhitungan cadangan bahan galian industri sangat sederhana dibandingkan dengan bahan galian
yang lain. Hal ini pada dasarnya disebabkan oleh kesederhanaan geometri endapan bahan galian
tersebut. Penilaian suatu cadangan bahan galian industri dapat dilakukan dengan beberapa
metode seperti metode poligon, penampang melintang atau metode geometri lainnya. Adapun
rumus metode perhitungan cross section dan metode isoline yaitu :
Metode Cross Section
Masih sering dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari perhitungan. Hasil perhitungan secara
manual ini dapat dipakai sebagai alat pembanding untuk mengecek hasil perhitungan yang lebih
canggih dengan menggunakan komputer.
Rumus prismoida :
V = (S1 + 4M + S2) L/6
Keterangan :
S1, S2 = Luas penampang ujung
M = Luas penampang tengah
L = Jarak antara S1 dan S2
V = Volume
Gambar 1
Sketsa Perhitungan Volume Rumus Prismoida
Rumus kerucut terpancung :
V=L/(( S1 + S2 + √S1S2 ))
Keterangan :
S1 = Luas penampang atas
S2 = Luas penampang alas
L = Jarak antar S1 dan S2
V = Volume

Gambar 2
Sketsa Perhitungan Volume Rumus Kerucut Terpancung

Rumus luas rata-rata (mean area) :


V=(S1 + S2)/L
Keterangan :
S1, S2 = Luas penampang
L = Jarak antar penampang
V = Volume cadangan

S1

L
Gambar 3
Sketsa Perhitungan Volume dengan Rumus Mean Area

Untuk menghitung luas penampang digunakan penggabungan metode simpson 1/3 dan simpson
3/8.
Lsimp1/3 = h/3 (f0+fn) + h/3 (4f1+4f3+4f5+...+4fn-1) + h/3 (2f2+2f4+2f6+...+2fn-2)
h/3 (f0+fn) + 4h/3 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 2h/3 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp1/3 = h/3 ( f0 + 4 ∑ f ganjil + 2 ∑ f genap + fn )
Lsimp3/8 = h/8 (f0+fn) + h/8 (3f1+3f3+3f5+...+3fn-1) + h/8 (3f2+3f4+3f6+...+3fn-2)
h/8 (f0+fn) + 3h/8 (f1+f3+f5+...+fn-1) + 3h/8 (f2+f4+f6+...+fn-2)
Lsimp3/8 = h/8 ( f0 + 3 ∑ f ganjil + 3 ∑ f genap + fn )

fo f1 f2 f3 h

Gambar 4
Sketsa Perhitungan Luas Penampang

Sedangkan, untuk menghitung tonase digunakan rumus :


T = V x Bj
Keterangan :
T = Tonase (Ton)
V = Volume (m3 )
Bj = Berat Jenis (Ton/m3)
Metode Isoline (Metode Kontur)
Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih dimana ketebalan dan kadar mengecil
dari tengah ke tepi endapan.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang terdapat di dalam batas kontur,
kemudian mempergunakan prosedur-prosedur yang umum dikenal.

Gambar 5
Sketsa topografi metode isoline

Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur, kemudian mengadakan
weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour grade.

go = kadar minimum dari bijih


g = interval kadar yang konstan antara dua kontur
Ao = luas endapan dengan kadar go dan lebih tinggi
A1 = luas endapan bijih dengan kadar go + g dan lebih tinggi
A2 = luas endapan bijih dengan kadar go + 2g dan lebih tinggi, dst.
Bila kondisi mineralisasi tidak teratur maka akan muncul masalah. Hal ini dapat dijelaskan
melalui contoh berikut ini (Seimahura, 1998).

Gambar 6
Kontur mineralisasi yang tidak merata
Di dalam hal ini :

Metode Model Blok (Grid)


Aspek yang paling penting dalam perhitungan cadangan adalah metode penaksiran, terdapat
bermacam-macam metode penaksiran yang bisa dilakukan yaitu metode klasik yang terdiri dari
NNP (Neighborhood Nearest Point) dan IDW (Inverse Distance Weighting) serta metode non
klasik yaitu penaksiran dengan menggunakan Kriging. Metode Kriging adalah yang paling baik
dalam hal ketepatan penaksirannya (interpolasi), metode ini sudah memasukkan aspek spasial
(posisi) dari titik referensi yang akan digunakan untuk menaksir suatu titik tertentu. Salah satu
keunggulan dalam memperhatikan posisi dalam metode Kriging adalah adanya proses screening,
yaitu titik referensi yang terletak tepat di belakang suatu titik yang lebih dekat akan diabaikan.
Kelebihan ini tidak mungkin ditemui pada metode klasik yang selama ini digunakan.
Setelah data-data hasil uji kualitas dari conto dimasukkan ke dalam basis data, kemudian
dilakukan penaksiran data kualitas pada titik-titik (grid) yang belum mempunyai data kualitas.
Nilai data hasil taksiran tersebut merupakan nilai rata-rata tertimbang (weighting average) dari
data conto yang telah ada.
Dalam penaksiran data kadar (kualitas) ini dilakukan teknik-teknik pembobotan yang umumnya
didasarkan pada :
Letak grid atau blok yang akan ditaksir terhadap letak data conto,
Kecenderungan penyebaran data kualitas,
Orientasi setiap conto yang menunjukkan hubungan letak ruang antar contoh.
Pemodelan dengan komputer untuk merepresentasikan endapan bahan galian umumnya
dilakukan dengan model blok (block model). Dimensi block model dibuat sesuai dengan disain
penambangannya, yaitu mempunyai ukuran yang sama dengan tinggi jenjang. Semua informasi
seperti jenis batuan, kualitas, dan topografi dapat dimodelkan dalam bentuk blok.
Metode Neighborhood Nearest Point
Neighborhood Nearest Point (NNP), memperhitungan nilai di suatu blok didasari oleh nilai titik
yang berada paling dekat dengan blok tersebut. Dalam kerangka model blok, dikenal jenis
penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest point), yaitu nilai hasil penaksiran
hanya dipengaruhi oleh nilai conto yang terdekat (lihat Gambar 9), atau dengan kata lain titik
(blok) terdekat memberikan nilai pembobotan satu untuk titik yang ditaksir, sedangkan titik
(blok) yang lebih jauh memberikan nilai pembobotan nol (tidak mempunyai pengaruh).

Gambar 7
Metode NNP pada model blok.
Metode Invers Distance Weighting (IDW)
Metoda ini merupakan suatu cara penaksiran yang telah memperhitungkan adanya hubungan
letak ruang (jarak), merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata tertimbang (weighting
average) dari titik-titik data yang ada di sekitarnya.
Suatu cara penaksiran di mana harga rata-rata suatu blok merupakan kombinasi linier atau harga
rata-rata berbobot (wieghted average) dari data lubang bor di sekitar blok tersebut. Data di dekat
blok memperoleh bobot lebih besar, sedangkan data yang jauh dari blok bobotnya lebih kecil.
Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data dari blok yang ditaksir.
Untuk mendapatkan efek penghalusan (pemerataan) data dilakukan faktor pangkat. Pilihan dari
pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, …) berpengaruh terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi
pangkat yang digunakan, hasilnya akan semakin mendekati metode poligon conto terdekat.
Sifat atau perilaku anisotropik dari cebakan mineral dapat diperhitungkan (space warping).
Merupakan metode yang masih umum dipakai.
Metoda seperjarak ini mempunyai batasan. Metode ini hanya memperhatikan jarak saja dan
belum memperhatikan efek pengelompokan data, sehingga data dengan jarak yang sama namun
mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan hasil yang sama. Atau dengan
kata lain metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan titik data yang
lain.

Gambar 8
Contoh dimensi hasil penaksiran dengan model blok.

Metode Geostatistik dan Kriging


Kriging adalah penaksir geostatistik yang dirancang untuk penaksiran kadar blok sebagai
kombinasi linier dari conto-conto yang ada di dalam/sekitar blok, sedemikian rupa sehingga
taksiran ini tidak bias dan memiliki varians minimum. Secara sederhana, kriging menghasilkan
seperangkat bobot yang meminimumkan varians penaksiran (estimation variance) sesuai dengan
geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam fungsi variogram yang
mengkuantifikasikan korelasi spatial (ruang) antar conto.
Metode ini menggunakan kombinasi linier atau weighted average dari data conto lubang bor di
sekitar blok, untuk menghitung harga rata-rata blok yang ditaksir.
Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak, melainkan menggunakan korelasi statistik
antar-conto yang juga merupakan fungsi jarak. Karena itu, cara ini lebih canggih dan perilaku
anisotropik dapat dengan mudah diperhitungkan.
Cara ini memungkinkan penafsiran data kualitas secara probabilistik. Selain itu dimungkinkan
pula interpretasi statistik mengenai hal-hal seperti bias, estimation variance, dan lainnya.
Merupakan metode yang paling umum dipakai dalam penaksiran kualitas/kadar blok dalam suatu
model cadangan.
Dengan teknik rata-rata tertimbang (weighted average), kriging akan memberikan bobot yang
tinggi untuk conto di dalam/dekat blok, dan sebaliknya bobot yang rendah untuk conto yang jauh
letaknya. Selain faktor jarak, bobot ini ditentukan pula oleh posisi conto relatif terhadap blok dan
terhadap satu sama lain. Metode kriging yang digunakan adalah teknik linier (ordinary kriging).
Ordinary kriging cenderung menghasilkan taksiran blok yang lebih merata atau kurang bervariasi
dibandingkan dengan kadar yang sebenarnya (smoothing effect). Bobot yang diperoleh dari
persamaan kriging tidak ada hubungannya secara langsung dengan kadar conto yang digunakan
dalam penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di sekitar blok dan satu
sama lain, serta pada variogram (yang walaupun merupakan fungsi kadar namun didefinisikan
secara global).
Pemodelan pada endapan berlapis misalnya batubara atau lainnya akan lebih sesuai jika
dilakukan dengan cara gridded seam model.
Secara garis besar pemodelan ini mempunyai aturan sebagai berikut :
Secara lateral endapan berlapis dan daerah sekitar-nya dibagi menjadi sel-sel yang teratur,
dengan lebar dan panjang tertentu.
Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan
unit stratigrafi dari cebakan yang bersangkutan. Pemodelan dilakukan dalam bentuk puncak,
dasar
Metode Poligon (area of influence)
Metoda poligon ini merupakan metoda perhitungan yang konvensional. Metoda ini umum
diterapkan pada endapan-endapan yang relatif homogen dan mempunyai geometri yang
sederhana.
Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai conto yang berada di tengah-
tengah poligon sehingga metoda ini sering disebut dengan metoda poligon daerah pengaruh (area
of influence). Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik conto dengan
satu garis sumbu.
Andaikan ketebalan endapan bijih pada titik 1 adalah t1 dengan kadar rata-rata k1, maka volume
- assay - produk (V%) = S1 x t1 x k1 (volume pengaruh). Bila spec. gravity dari bijih = ρ ,
maka tonnage bijih = S1 x t1 x k1 x ρ ton.
Untuk data-data yang sedikit, metoda poligon ini mempunyai kelemahan, antara lain :
Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai data di sekitar poligon,
Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai conto mempengaruhi distribusi ruang.

Gambar 9
Metode area of influence (poligon)
Diposting oleh Hadie_WB di 21.29 1 komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Endapan Mineral

Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses pembentukan,
komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor pengendali
pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam
menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia
endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model eksplorasi yang akan
diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan
galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan
primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan atau proses-
proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder (supergen).

A. KETERDAPATAN MINERAL BIJIH


Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian bijih adalah
endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara ekonomis, dan
bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat terkonsentrasi
(kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi) endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan galian yang
berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum yang tertentu
tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan kadang-
kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen (terbentuk dari
beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi Bowen
(deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan
H. Schneiderhohn.

Gambar Diagram urutan pengendapan mineral


diagram mineral

Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi larutan (konsentrasi


suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi kristalisasi dari magma induk telah
didesign oleh Niggli.
Gambar Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)
diagram niggli

Jika pembentukan endapan mineral dikelompokkan menurut proses pembentukannya, maka


salah satu pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :

Klasifikasi Lindgren (Modifikasi)


1. Endapan yang terbentuk melalui proses konsentrasi kimia (Suhu dan Tekanan Bervariasi)
a. Dalam magma, oleh proses differensiasi
*) Endapan magmatik (segresi magma, magmatik cair); T 700-15000C; P sangat tinggi.
*) Endapan Pegmatit; T sedang-sangat tinggi; P sangat tinggi

b. Dalam badan batuan


*) Konsentrasi karena ada penambahan dari luar (epigenetik)

*) Asal bahan tergantung dari erupsi batuan beku


- Oleh hembusan langsung bekuan (magma)
+ Dari efusif; sublimat; fumarol, T 100-6000C; P atmosfer-sedang
+ Dari intrusif, igneous metamorphic deposits; T 500-8000C, P sangat tinggi
- Oleh penambahan air panas yang terisi bahan magma
+ Endapan hipothermal; T 300-5000C, P sangat tinggi
+ Endapan mesothermal; T 200-3000C, P sangat tinggi
+ Endapan epithermal; T 50-2000C, P sangat tinggi
+ Endapan telethermal; T rendah, P rendah
+ Endapan xenothermal; T tinggi-sedang, P sedang-atmosfer

*) Konsentrasi bahan dalam badan batuan itu sendiri :


- Konsentrasi oleh metamorfosis dinamik dan regional, T s/d 4000C; P tinggi.
- Konsentrasi oleh air tanah dalam; T 0-1000C; P sedang
- Konsentrasi oleh lapukan batuan dan pelapukan residu dekat permukaan; T 0-1000C; P sedang-
atmosfer

c. Dalam masa air permukaan


*) Oleh interaksi larutan; T 0-700C; P sedang
- Reaksi anorganik
- Reaksi organik

*) Oleh penguapan pelarut


2. Endapan-endapan yang dihasilkan melalui konsentrasi mekanis; T & P sedang.

B. PENGERTIAN MENDALA METALOGENIK

Istilah Mendala Metalogenik atau Metallogenic Province memiliki pengertian suatu area yang
dicirikan oleh kumpulan endapan mineral yang khas, atau oleh satu atau lebih jenis-jenis
karakteristik mineralisasi. Suatu mendala metalogenik mungkin memiliki lebih dari satu episode
mineralisasi yang disebut dengan Metallogenic Epoch.

Beberapa contoh mendala metalogenik antara lain ; segregasi lokal dari kromium dan nikel di
bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida masif dari
tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju samudra melalui
zona regangan, endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal berhubungan dengan proses-
proses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk gunung-gunung yang besar seperti di
Andes, yang mana endapan-endapan mineral dibentuk oleh diferensiasi magma.
Gambar Diagram Skematis yang Menggambarkan
Setting Geologi Endapan-endapan Mineral, dan Hubungannya dengan
Proses-proses Tektonik Lempeng (Gocht, Zantop, Eggert; 1988)
diagram setting geologi

Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala metalogenik
Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit), manda metalogenik
Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharga elektrum (Au, Ag)), serta
mendala metalogenik Sangihe-Talaut (terdiri dari batuan ultrabasa dengan mineral berharga
nikel).

C. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PRIMER

Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis endapan,
yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang berbeda-beda,
yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya

2. Jarak endapan mineral dengan asal magma


a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku

3. Bagaimana cara pengendapan terjadi


a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan larutan
pembawa bijih

4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan

5.Waktu terbentuknya endapan


a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan pembentukan batuan.

a. Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)

Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk
langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling
(Gambar 6). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara ini adalah kromit, titamagnetit, dan
petlandit (lihat juga Gambar 4). Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :
1. Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa batuan.
Contoh intan dan platina.
2. Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang terkonsentrasi di
dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku), tetapi telah
terdorong keluar dari magma.
b. Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)

Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi
pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan
terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras tekanan dan temperatur
antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga pembekuan berjalan dengan lambat.
Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat),
Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium
(Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose,
rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
Gambar Skematik proses differensiasi magma pada fase magmatik cair
sketsa differensiasi magma
Keterangan untuk Gambar :
1. Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), karbon
dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan klorin (Cl). Pada saat magma naik
kepermukaan bumi, unsur-unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda.
Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-unsur yang lebih volatile seperti
sodium dan potasium.
2. Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan
yang mengelilingi reservoir magma, dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak
seselektif proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain. Walaupun demikian, proses
diffusi dapat menjadi sama efektifnya, jika magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan
disirkulasi dekat dinding dimana magma dapat kehilangan beberapa unsurnya dan mendapatkan
unsur yang lain dari dinding reservoar.
3. Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan
potasium.
4. Gravitational Settling, Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium, magnesium dan besi,
cenderung memperkaya resevoir magma yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-
unsur tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih dalam bentuk perlapisan.
Lapisan paling bawah diperkaya dengan mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-
mineral silikat dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi dengan magma atau secara
sempurna terlarut dalam magma, sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya
akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah menjadu komposisi granitik. Jika
batuan dinding kaya akan kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik
asli yang membeku karena kontak dengan dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam
memebeku, terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih
berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
c. Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang
dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme, karena adanya
gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini
dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding
yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3),
amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan
skarn.

Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku intrusi dan
terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan dengan
penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya akan ter-
rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas
dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini
tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan pirometasomatisme
pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak
terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan oksida
misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan jenis ini
yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit atau bahkan
magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-Indonesia).

d. Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi
magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber
terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan,
dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru
dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara
lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-
5000C). Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu
(spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-
mineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu
terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS),
pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida
(MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara
lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat

Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu)
sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3),
tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan
mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu), argentit
(AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS), realgar
(AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya : kalsedon
(SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).
Gambar Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal
dengan pengkayaan bijihdi sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca Meksiko (Dari
Park, 1975 p 349)
endapan bijih perak
e. Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)

Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan bijih secara primer.
Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O), solfatar (berbentuk gas
SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk baron). Bentuk (komposisi kimia) dari
mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase vulkanik adalah :
belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi (misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida
masif volkanogenik berhubungan dengan vulkanisme bawah laut, sebagai contoh endapan
tembaga-timbal-seng Kuroko di Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.
Gambar Model Geologi Endapan Tembaga-Timbal-Seng volkanogenik
(After Horikoshi & Sato, 1970; Sato,1981)
endapan tembaga

D. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN SEDIMENTER

Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan batuan sedimen,
dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi, atau pelapukan maupun
dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter umumnya mengikuti lapisan
(stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu (stratabound). Endapan sedimenter yang
cukup terkenal karena proses mekanik seperti endapan timah letakan di daerah Bangka-Belitung
dan endapan emas placer di Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan sedimenter
karena pelapukan kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di
Pomalaa/Soroako Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter berdasarkan sumber metal
dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber metal dibagi dua yaitu endapan supergen
endapan yang metalnya berasal dari hasil rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan
hipogen (endapan yang metalnya berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan
berdasarkan host-rock (dengan pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan
singenetik (endapan yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan
epigenetik (endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).

Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor yaitu : sumber dari
mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer atau sekunder), erosi dari daerah
mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam cekungan (supergene), dari biokimia akibat
bakteri, organisme seperti endapan diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari magma
dalam kerak bumi atau vulkanisme (hypogene).
1. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi

Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan
dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara
kimia penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia sekunder. Dispersi
geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak bumi, meliputi proses
penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana
tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di
permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang
biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan.
Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan
pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang
rendah cenderung berada dekat dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas
tinggi cenderung relatif jauh dari tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya
Eh dan Ph suatu lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi
sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.

Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik. Dari
pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air permukaan.
Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses oksidasi ini, beberapa
mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah permukaan tanah, kemudian
terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang tidak larut, akan jadi berongga,
berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan gossan. Contoh endapan ini adalah
endapan nikel laterit.

2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik


Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu.
Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat
jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.

Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi :
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer. Mereka
terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami pelapukan setelah
pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.

2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan bergerak ke
bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti di
sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka dan
Belitung. Au-plaser di California.

3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul pantai dan
mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah ilmenit, magnetit,
monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.

4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan kadang-
kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum Witwatersand,
Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya lebih 1/3 dunia. Emas dan
uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat. Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km.
Tambang terdalam di dunia sampai 3000 meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis
disana sekitar 10 per 130 meter.
Gambar Sketsa mekanisme endapan bijih sedimenter
endapan sedimenter
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe
dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi elemen logam dekat
permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi
konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air
tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh
penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung
itu sendiri.

b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi dibandingkan
kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut
untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat
terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau dari sistem
hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan dan
terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat tergantung
perbedaanpotensial reduksi (Eh).

Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus menerus, oolit
tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material lempungan karbonatan yang
mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked. Dengan
hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh ferromanganese nodules yang
sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING

1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik


Tergantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi elemen
yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungsten di kedalaman zona-
zona bertemperatur tinggi; sulfida-sulfida tembaga, molibdenum, timbal, dan seng dalam zona
intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas natif di dekat permukaan pada zona
temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami disseminated dengan baik antara silikat-
silikat, atau terkonsentrasi dalam rekahan yang baik dalam batuan beku, sebagai contoh endapan
tembaga porfiri Bingham di Utah.
Gambar Model Geologi Jenis Endapan Tembaga Porfiri di Amerika Selatan
(After Sillitoe,1973)
endapan tembaga porfiri
Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian digantikan oleh
mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak metasomatik atau endapan
skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbuka dan logam-logam mengendap di
dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga terbentuk cebakan tembaga, timbal,
seng, perak, dan emas.
Gambar Model Geologi Endapan Urat Logam Mulia (After Buchanan,1981)
model geologi urat

Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju batuan
yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- shaped sulfida, atau
bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan air raksa dalam pusat mata air
panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang terdapat dalam beberapa lapangan
geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik yang membawa logam memasuki
lingkungan laut, maka akan terbentuk kumpulan sedimen-volkanik dari tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi

Erosi benua dan pengisian cekungan sedimen di samudera memerlukan siklus geologi dan kimia
yang dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan mineral selama pelapukan,
perombakan menjadi unsur-unsur pokok berupa fragmental (sebagai contoh kwarsa atau kadang-
kadang emas atau mineral-mineral berat), dan menjadi elemen-elemen yang larut secara kimiawi
(sebagai contoh adalah kalsium, sodium, atau elemen-elemen metalik pembentuk bijih yang
potensial seperti besi, tembaga, timbal, dan seng). Unsur-unsur pokok fragmental tertransportasi
oleh air permukaan diendapkan sebagai batuan.

Klastik-klastik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung berbutir kasar dan bisa
mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga yang telah tertransportasi dengan fraksi
klastik, sebagai contoh konsentrasi emas placer pada endapan Witwatersrand di Afrika Selatan
dan timah placer di Asia bagian selatan.

Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhubungan dengan proses
magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan sirkulasi larutan hidrotermal dari
sumber-sumber yang lain, sebagai contoh penirisan dari cekungan sedimen yang dalam.
Endapan-endapan yang dihasilkan sangat mirip dengan beberapa asal-usul volkanogenik karena
mekanisme traping yang sama. Hanya mineral-mineral sulfida yang dapat mengalami presipitasi
pada sediment-water interface atau dalam batuan yang tidak terkonsolidasi, waktu dari formasi
bijih berhubungan terhadap waktu pengendapan sedimen, terhadap waktu kompaksi dan
konsolidasinya, atau terhadap waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen mengalami
indurasi penuh dan dapat termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui batuan yang porous
atau struktur-struktur geologi. Untuk proses ini, contoh yang bagus adalah endapan timbal-seng
di Mississippi Valley.
Gambar Model Geologi Endapan Sediment-Ekshalatif Timbal-Seng (After Lydon, 1983)
model geologi sediment
Proses-proses sedimentasi juga membentuk akumulasi fosil-fosil bahan bakar, batu bara, minyak
dan gas alam. Untuk membentuk batu bara, gambut terkompaksi dan mengalami pemanasan
akibat penurunan dan proses burial. Demikian juga, minyak dan gas terbentuk oleh maturasi
unsur-unsur organik dalam batuan sedimen oleh peningkatan temperatur dan tekanan. Minyak
dan gas dapat bermigrasi melalui batuan yang porous membentuk reservoir yang besar dalam
struktur yang baik, atau tetap di dalam batuan sumber membentuk oil shale.

3. Endapan Mineral Yang Berhubungan Dengan Proses Metamorfisme


Metamorfisme yaitu proses rekristalisasi dan peleburan akhir dari batuan beku atau batuan
sedimen, yang disebabkan oleh intrusi dari magma baru atau oleh proses burial yang dalam .
Endapan hidrotermal kontak metasomatik terbentuk di sekitar magma yang mengalami intrusi,
seperti yang digambarkan di atas. Metamorfisme burial yang dalam dapat menimbulkan
overprinting terhadap akumulasi mineral yang ada sebelumnya, sebagai contoh yang besar
adalah endapan sediment-hosted lead-zinc di Broken Hill, Australia.
Metamorfisme burial juga membebaskan sebagian besar larutan hidrotermal yang melarutkan
logam-logam dari country rock, diendapkan saat larutan bertemu dengan suatu lingkungan
dengan kondisi temperatur, tekanan, dan kimia yang tepat untuk formasi bijih. Formasi endapan
emas di beberapa jalur metamorfik Precambrian berhubungan terhadap transportasi emas oleh
metamorfic water menuju urat kwarsa yang mengandung emas. Kecuali jenis endapan tersebut,
metamorfisme regional tidak terlalu banyak membentuk formasi dari endapan bijih metalik.

sumber: http://geologycika.blogspot.com/2010/06/endapan-mineral.html
Diposting oleh Hadie_WB di 21.11 2 komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Jumat, 08 April 2011


kursus juru ledak

telah dibuka pendaftaran kursus juru ledak bahan galian kelas 2 tahun 2011

KURSUS JURU LEDAK 2011 di UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG (UNISBA)


Diposting oleh Hadie_WB di 01.10 3 komentar: Link ke posting ini
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kamis, 07 April 2011


eksplorasi

Eksplorasi adalah tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara
positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian
eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari
:
1. Peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan
mencari prospek,2. Penilaian ekonomi prospek yang telah diketemukan, dan 3. Tugas-
tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang
Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan,
lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya
yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan
mineral. Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum
negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari
mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomi suatu prospek (Peters,
1978). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti
keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan
cadangan insitu hasil temuan mineralisasi. Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang
dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari mencari letak
mineralisasi sampai menentukan cadangan insitunya.

Pentahapan Dalam Perencanaan Kegiatan Eksplorasi

1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan

Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang
diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah :

a. Studi Literatur

Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data
dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama,
laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan
lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi
metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi,
karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-
proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan.
b. Survei Dan Pemetaan

Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan
pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta
topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan
pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi,
maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk
mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan
mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting.
Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran
langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi
lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda
lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat
seperti kompas geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit,
lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat
dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat
penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi
hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak,
pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan
dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta
(dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah
survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah
tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap
eksplorasi selanjutnya.

2. Tahap Eksplorasi Detail

Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada


mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White,
1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat
(rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan
data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume
cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling
yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan
kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang
dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan.

Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan,
dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai
kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan
sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan
atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi
bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

3. Studi Kelayakan

Pada tahap ini dibuat rencana peoduksi, rencana kemajuan tambang, metode
penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan
melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya produksi penjualan dan
pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang
bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai