KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga penyusunan Modul Rekayasa Geoteknik Tambang Terbuka ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Tim Penyusun
Bara indo Consulting
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENGENALAN GEOTEKNIK
Salah satu contoh terkenal dari masalah yang berhubungan dengan daya
dukung tanah (soil bearing capacity) adalah kontruksi menara Pisa yang kemudian
menjadi miring .kejadian ini mendorong para ilmuwan untuk mulai mengambil
pendekatan yang mulai berbasis ilmiah untuk meneliti komposisi ilmiah untuk meneliti
komposisi dan perilaku suatu material .
Kemajuan paling awal terjadi dalam pengembangan teori Tekanan tanah untuk
pembangunan dinding panahan .Henri Gautier ,French Royal Engineer ,menemukan
adanya “kemiringan alami “ dari tanah yang berbeda pada tahun 1717.Kemiringan
alami tersebut kemudian dikenal dengan nama angle of repose (Das,2002).
Prinsip –Prinsip mekanikah untuk tanah ditemukan ketikah Charles augustin
coloumb (1776) mengembangkan teori mengenai tekanan tanah aktif dan pasif
terhadap suatu dinding penahan .dengan menggunakan teori tentang gesekan serta
kohesi untuk menentukan bidang gelincir yang berada di balik dinding penahan
,Coloumb dapat menentukan kriteria runtuhan (failure criterion) untuk tanah .teori
tersebut kemudan berkembang dengan menggabungkan teori coulomb dengan
kondisi tegangan 2D Christian Otto Mohr sehingga teori ini lebih dikenal sebagai teori
Mohr –Coloumb. Teori Mohr –coloumb masih diguanakan dalam praktik sampai saat
ini (O Kelly dkk.,2009).
Rekayasa Geoteknik modern dikatakan telah dimulai pada tahun 1925 dengan
terbitnya erdbaumechanik auf bodenphysikalisher Grund –lage karya Terzaghi
(seorang insinyur sipil dan geologi). Terzaghi dianggap oleh banyak orang sebagai
bapak dari mekanikah tanah modern dan rekayasa geoteknik . Terzaghi
mengembangkan prinsip tegangan efektif dan menunjukkan bahwa kekuatan geser
tanah di kendalikan oleh tegangan efektif nya ( Terzaghi,1925).
Longsoran (Sliding)
Disebut longsoran jika tanah dan batuan bergerak itu seakan –akan bergerak
itu seakan tiba tiba meluncur kebawah
Runtuhan (falling)
Disebut runtuhan jika gerakan tanah dan batuan ibarat jatuh seperti massa
batuan pada dinding yang curam (mendekati tegak) yang tiba tiba jatuh
Nendatan (Slump)
Disebut nendatan jika tanah dan batuan berupa massa yang belum terlepas
dari ikatannya bergerak menuruni lereng dalam jarak yang pendek , jadi seakan
–akan masih merupakan gumpalan –gumpalan besar .
Amblesan (subsidence)
Amblesan merupakan suatu permukaan tanah dan batuan yang tiba tiba
bergerak turun dengan kecepatan lambat sampai agak cepat.
Rayapan ( Creep)
Rayapan adalah gerakan massa tanah dan batuan secara perlahan –lahan .
Aliran (Flow)
Aliran merupakan gerakan massa tanah dan batuan yang sudah bercampur
dengan air dan tertranportasikan ke tempat lain .
Gerakan Kompleks ( Complex Movement )
Gerakan tanah dan batuan yang merupakan gabungan lebih atau sama dengan
dua gerakan tanah dan batuan yng disebutkan sebelumnya sehingga sulit di
identifikasi sebagai salah satu jenis gerakan yang telah didefinisikan
sebelumnya .
• Longsoran busur ditandai suatu rekahan Tarik pada permukaan atas atau muka
lereng, adanya penurunan sebagian permukaan atas lereng yang berada di samping
rekahan.
kemiringan lereng
-Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua
bidang lemah
Saat ini terdapat banyak software untuk analisis kestabilan lereng .pengunaan
software tersebut memerlukan pemahaman mengenai prinsip prinsip dari metode
analisis yang digunakan, kelebihan dan keterbatasan pada setiap metode dan
software, sehingga dapat digunakan secara tepat.
Pertama , tanah dan batuan dianggap sebagai suatu massa yang kontinu atau
menerus ( metode kontinum) yang terdiri :
Kedua , Tanah dan batuan dianggap sebagai suatu benda yang tidak
kontinu/tidak menerus (metode diskontinu) seperti metode element diskret.
BAB II
BATUAN DAN KONDISI GEOLOGI
UMUM TAMBANG TERBUKA
2.1 Genesa Bahan Galian
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan
faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama
mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam
menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan
kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model
eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda
penambangan dan pengolahan bahan galian
Tujuan utama mempelajari genesa suatu genesa endapan bahan galian adalah
sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan
baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu
dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya desebut
dengan endapan primer (hipogen). jika mineral-mineral primer telah berubah melalui
pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan
sekunder (supergen).
• Siltstone
• Claystone
• Sandstone
• Carbonaceous clay
• Limestone
• Shale
Gambar 2.6 Intact rock umumnya kuat (keras) kecuali adda struktur
Fase Pegmatitil
Fase Pneumatolitik
Fase Hidrothermal
Fase Vulkanik
Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa
batuan. Contoh intan dan platina.
Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku),
tetapi telah terdorong keluar dari magma.
Gambar 2.12 Contoh endapan Igneous Metamorfism berupa endapan iron rich fluids
di Granite Mount, Utah (Dari Park, 1975 p 285).
Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan
cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :
Gambar 2.13 Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal
dengan pengkayaan bijih di sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca
Meksiko (Dari Park, 1975 p 349).
Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan
bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
lava flow
ekshalasi
mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O),
solfatar (berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk
baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air
karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase
vulkanik adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi
(misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan
vulkanisme bawah laut), sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di
Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada (; Sato,1981).
Proses Pembentukan Endapan Sedimenter
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan
batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi,
atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter
umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu
(stratabound).
Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti
endapan timah letakan di daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di
Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan
kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako
Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter
berdasarkan sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber
metal dibagi dua yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil
rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya
berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan
pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik
(endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor
yaitu : sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer
atau sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam
cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan
diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari magma dalam kerak bumi atau
vulkanisme (hypogene).
2.3 Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil
Pelapukan Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan
akan mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur
dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan
lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi
mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu
dispersi. Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia
sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak
bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih,
tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder
adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian
kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan,
antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan.
Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan
akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi
dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh
bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari
tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu
lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi
sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.
Kondisi Lingkungan
Mobilitas Relatif
Oksidasi Asam Netral-basa Reduksi
Sangat tinggi Cl,I, Br, S, B Cl,I, Br, S, B Cl,I, Br, S, B, Mn, Cl, I, Br
V, U, Se, Re
Tinggi Mn, V, U, Se, Mn, V, U, Se, Re, Ca, Na, Mg, F, Sr, Ca, Na, Mg,
Re, Ca, Na, Ca, Na, Mg, F, Ra F, Sr, Ra
Mg, F, Sr, Ra, Sr, Ra, Zn, Cu,
Zn Co, Ni, Hg, Au
Sedang Cu, Co, Ni, Hg, As, Cd, As, Cd
Ag, Au, As, Cd
Rendah Si, P, K, Si, P, K, Si, P, K, Si, P, K
Pb, Li, Rb, Ba Pb, Li, Rb, Ba Pb, Li, Rb, Ba
Be, Bi, Sb, Ge, Be, Bi, Sb, Ge, Be, Bi, Sb, Ge,
Cs, Tl Cs, Tl Cs, Tl
Fe, Mn Fe, Mn Fe, Mn
Sangat rendah Fe, Mn,
sampai immobil Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te
W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta,
Cr, Zr, Th, Cr, Zr, Th, Cr, Zr, Th, Pt,
Rare earth Rare earth Rare earth Cr, Zr, Th,
Zn Rare earth
Co, Cu, Ni, Hg, S, B
Ag, Au Mn, V, U, Se,
Re
Zn
Co, Cu, Ni,
Hg, Ag, Au
As, Cd,
Pb, Li, Rb,
Ba, Be, Bi,
Sb, Ge, Tl
BAB 3
KEKUATAN BATUAN DAN MASSA BATUAN
3.1 Pengambilan Data Lapangan
Langkah awal dari metodologi analisis kesetabilan lereng tambang adalah
pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam analisis. Penyelidikan lapangan harus
dilakukan agar dapat diperoleh kondisi aktual dari massa tanah dan batuan pembentuk lereng
tambang. Penyelidikan lapangan yang harus dilakukan antara lain :
Gambar 3.2 Contoh Peta geologi daerah Grey Site and Vicinity
geoteknik. Semua lapisan batuan yang akan membentuk lereng bukaan tambang harus
terwakili oleh titik bor geoteknik yang akan dilakukan.
Peta situasi dalam hal mempertimbangkan aksesibelitas untuk membawa dan
melaksanakan pengeboran geoteknik juga harus dipertimbangkan. Pergeseran beberapa
meter dari lokasi rencana titik bor yang ditentukan sebelumnya, dapat saja dilakukan asalkan
tidak menghilangkan sifat keterwakilannya.
massa batuan dilakukan uji in-situ yang disebut rock loading test dan untuk
mendapatkan kekuatan massa batuan dilakukan In-situ Triaxial Compression Test.
Kemampuan deformasi (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya
ditentukan dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacing test). Peralatan yang
digunakan untuk jacking test seperti yang ditujukkan oleh Gambar 3.6. Pengujian ini
dilakukan di bawah tanah di dalam sebuah lubang bukaan batuan atau lebih dikenal
dengan istilah test adit. Jack menekan atap dan lantai lubang bukaan atau menekan
dinding yang pada bagian kontaknya merupakan permukaan plat yang rata. Hasil dari
pengujiaan ini adalah deformasi atap dan lantai atau dinding akibat pembebanan oleh
jack tersebut. Deformasi ini diukur dengan dial gauge dan extensometer.
Pembebanan ke arah vertikal dilakukan oleh jack hidrolik, sedangkan untuk arah
horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara menggali bagian lantai.
Ruang antara flat jack dengan dinding batuan yang akan ditekan diisi oleh semen. Agar
dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole extensometer
sepanjang masing-masing 1,0 m dan dan electric displacement transducer untuk
mengukur perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan untuk arah horisontalnya,
perpindahan diukur dengan deflectometer dan electric displacement transducer.
Pada sebuah terowongan dilakukan pengujian in-situ triaxial compression.
Pembebanan maksimum ke arah vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke arah horisontal
sampai mencapai 880 kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah horisontal sampai
menacapai 200 kgf/cm2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.2.
d. Survei Geofisika
Survey geofisika merupakan metode pemantauan yang mempergunakan prinsip-
prinsip geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan. Teknik Geofisika
terdiri dari seismik refraksi dan seismic, refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik
serta pengukuran magnetik.
a. Self potensial (SP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang terdapat
di alam.
b. Induced potential (IP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang kita
induksikan sendiri kedalam tanah.
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus
yang mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan voltage (V) yang terukur
dan berbanding terbalik dengan resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan
sebagai berikut :
V = I.R
Dimana R (Resistansi) sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan
berbanding terbalik dengan luas bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
R = x/A
radargram. Mekanisme kerja GPR dan contoh rekaman radargram ditunjukan oleh
gambar
4. Metode Gravity
Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang
memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip
eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.
Pengambilan data gravity dilapangan dapat menggunakan alat gravimeter,
(contoh kasus : LaCoste & Romberg Model G-525). pada alat ini terdapat 3 komponen
besar (gravimeter, dudukan cembung dan power supply -accu-),
Tahapan menggunakan alat ini yaitu dudukan cembung di posisikan pada titik
pengukuran, taruh gravimeter diatasnya, sentring kestabilan alat terhadap
permukaan, buka kunci bandul, baca perhitungan alat, catat datanya, tutup kunci
bandul dan selesai.
5. Metode Magnetik
Survey magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan
magnet bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode magnetik
berdasarkan pada adanya anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batuan. Dalam kegiatan
eksplorasi, survei magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara.
BAB 4
UJI LABORATORIUM
Penyelidikan di laboratorium dilakukan untuk mendapatkan :
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, spesific garvity, porositas, absorpsi, void ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, Poisson’s
ratio.
Uji di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang
diambil dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat
batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian
tanpa merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat
mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga
percontoh batu hancur.
menurut ASTM c
1
c
D 0,222
0,778 +
D
menurut PROTODIAKONOV c 2 8 c
D 2
7
D
dimana c = kuat tekan batuan.
Displacement dari contoh batu baik axial (1) maupun lateral (D) selama
pengujian berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge / electric strain
gauge.
Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-
strain) untuk tiap contoh batu. Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik
batuan :
1. Kuat tekan =
2. Batas elastik = E
3. Modulus Young : E =
a
1
4. Poisson’s ratio : pada tegangan 1.
a1
Gambar 4.3 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan electric strain gauge
Beberapa definisi modulus Young
Gambar 4.8 Bentuk contoh batu sebelum dan sesudah point load test
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Gambar 4.9 Lingkaran Mohr dan kurva Intrinsic dari hasil pengujian Triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Secara grafis nilai kuat tekan uniaksial σc dapat diketahui melalui tegangan axial
(σ1) pada saat nilai tekanan pemampatan σ3 = 0. Sedangkan nilai tekanan
pemampatan yang diperoleh pada saat nilai tegangan aksial dibuat nol σ1 = 0
merupakan nilai kuat tarik batuan σ3 = σt.
Alat uji triaksial yang digunakan saat ini merujuk pada alat triaksial yang
dikembangkan oleh Von Karman pada tahun 1911 (Gambar 4.10). Di dalam apparatus
ini, tekanan fluida berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ3) yang diberikan kepada
contoh batuan. Fluida dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik dan dijaga agar
selalu konstan. Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang
mengendalikan uji ini. Namun dengan perkembangan teknologi masa kini sudah
memungkinkan untuk mengendalikan uji ini melalui kontrol beban atau deformasi
yang dialami contoh batuan, bahkan dengan menggunakan katup servo, regangan
aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya.
Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai Geomechanics
Classification
Tabel 4.2 RMR A KLASIFIKASI PARAMETER & PEMBOBOTAN
No Parameter Selang Pembobotan
Kuat Tekan PLI (MPa) > 10 4-10 2-4 1-2 Gunakan nilai
1 Batuan Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 5-25 1-5 <1
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90-100 90-75 50-75 25-50 <25
2 Bobot 20 17 13 8 3
Jarak kekar >2m 0,6 - 2 m 0,2 - 0,6 m 0,06 - 0,2 m < 0,06 m
3 Bobot 20 15 10 8 5
Permukaan Permukaan agak Permukaan Permukaan gouge lunak > 5
sangat kasar, kasar, agak kasar, slickensided mm atau
tak menerus, pemisahan < pemisahan < atau gouge < pemisahan > 5
Kondisi Kekar
4 tak terpisah, 1mm, dinding 1mm, dinding 5 mm, mm, menerus
dinding tak agak lapuk sangat lapuk pemisahan 1-5
lapuk mm, menerus
Bobot 30 25 20 10 0
Aliran per 10
m panjang kosong < 10 10-25 25-125 > 125
singkapan
(Lt/men)
Tekanan air /
tegangan
Air Tanah utama mayor 0 < 0,1 0,1 - 0,2 0,2-0,5 > 0,5
5
σ
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum
Bobot 15 10 7 4 0
Klasifikasi ini telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi baru dari studi-studi
kasus diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan International Standard dan
prosedur.
RMR terdiri dari 5 parameter utama & 1 parameter pengontrol untuk membagi
massa batuan
Terowongan 0 -2 -5 - 10 - 12
Bobot Fondasi 0 -2 -7 - 15 - 25
Lereng 0 -5 - 25 - 50 - 60
Stand up time 20 th. utk 1 th. utk 1 mgg utk 10 jam utk 30 min utk
rata-rata 15 m span 10 m span 5 m span 2.5 m span 1 m span
Kohesi massa
> 400 300 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100
batuan (kPa)
Sudut gesek
> 450 350- 450 250- 350 150 - 250 < 150
dalam
Plane Failure
Plane Failure
Surface failure
Toppling Failure
• Lereng alamiah = 15
• Peledakan presplitting = 10
• Peledakan smooth =8
• Peledakan normal =0
• Peledakan buruk = -8
• Penggalian mekanis =0
SMR < 10 has not been recorded, would not be physically feasible
SMR < 20 fails very quickly
BAB 5
METODE ANALISIS KESTABILAN LERENG
- orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang lemah
yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
- kekasaran bidang lemah, makin kasar maka bidang lemah akan makin kuat
5.1.4 Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi
tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan
Dalam analisis kestabilan lereng, gaya normal σn yang bekerja dengan arah
tegak lurus permukaan bidang lemah dikurangi oleh gaya akibat tekanan air u akan
menjadi tegangan efektif (effective stress), (σn – u). Hubungan antara kuat geser dan
tegangan normal menjadi
τ = c + (σn – u) Tanφ
BAB 6
PEMANTAUAN DAN PERKUATAN LERENG
KEPMEN 555
REKAHAN TARIK
• Rekahan Tarik ditandai adanya rekahan dengan material bergerak ke arah pit
• Tidak dapat dideteksi dari lantai pit, sehingga diperlukan Inspeksi Crest atas daerah
penambangan aktif
• Akses yang aman harus terus dijaga
• Frekuensi pemantauan ditingkatkan setelah hujandan peledakan yang besar
REKAHAN TARIK
SCARPS
PEMANTAUAN PERPINDAHAN
• Program pemantauan yang diperlukan pada tambang terbuka bergantung pada
kondisi site specific tambang tersebut
• Pemantauan yang cukup dan tingkat pemahaman kondisi tanah atau batuan di lokasi
penambangan maka akan mencegah terjadinya longsoran yang “tak terduga”
Slope failures do not occur spontaneously. There is Scientifiec reasoning for each
failure, and failures do not occur without warning if they failed area is being well
monitored (Call, 1992)
• Teknik pengukuran jarak jauh yang bekerja dengan memancarkan sinar reflector
yang dipasang pada muka lereng
• Sinar laser yang ditangkap oleh prisma kemudian dipantulkan kembali ke alat
tersebut
• Jarak antara alat dan titik prisma dihitung dari waktu yang diperlukan untuk sinar
laser bolak balik dari alat ke titik target
• Terdiri atas kabel yang yang di pasang pada bagian lereng yang tidak matap dengan
stasiun pemantauan dipasang pada bagian belakang rekahan Tarik
• Kabel dibentangkan di atas pulley dan ditegangkan dengan pemberat pada ujung
kabel yang lain.
• Jika bagian yang tidak mantap bergerak menjauhi tiang pulley, pemberat akan
bergerak dan perpindahan dapat direkam, baik secara manual maupun elektronik.
• Dapat di setting alarm apabila perpindahan melebihi batas yang telah ditetapkan
• Panjang kabel sebaiknya tidak lebih dari 60 m untuk meminimalkan pelendutan
• Terkadang perlu dilakukan adjustment akibat ekspansi termal dari kabel
• Kemungkinan adanya binatang yang hinggap di atas extensometer
Load Cell
• Load cell adalah sensor yang mengonversi beban atau gaya yang bekerja padanya
menjadi sinyal elektronik
• Alat ini berfungsi untuk memantau tegangan pada baut batuan atau jangkar batuan
serta memantau beban yang diterima oleh perkuatan baja pada terowongan bawah
tanah
INTERPRETASI DATA PEMANTAUAN
• Program pemantauan akan gagal apabila data yang diperoleh tidak pernah
digunakan. Program pemantauan yang jelas akan mengarahkan interpretasi data. Jika
tidak ada tujuan, tidak akan ada interpretasi yang jelas (Read & Stacey, 2009)
• Hasil pemantauan hanyalah angka. Interpretasi data merupakan hal terpenting,
tetapi kriteria untuk menilai kestabilan perlu dimasukkan dalam program pemantauan
DATA PEMANTAUAN
• Setiap area pemantauan harus mempunyai strategi yang sesuai dengan kondisi
tanah atau batuan pada area pemantauan
• Dalam praktek pemantauan lereng, kriteria yang sering digunakan adalah :
• Perpindahan total, 𝑢𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
• Laju perpindahan,∆u⁄∆t
• Meskipun demikian tidak ada teoritis untuk kedua kriteria tersebut (Sakurai, 2016)
• Interpretasi data dari system pemantauan terutama menyangkut penilaian onset
dari perubahan laju perpindahan. Hal ini umumnya ditunjukkan oleh akselerasi tetapi,
pada kasus lereng yang telah bergerak, deselerasi dapat juga terjadi
TITIK PEMICU
Titik pemicu (Read & Stacey, 2009)
1. Titik pemicu awal yang harus dipertimbangkan adalah jikan laju pergerakan dari
pembacaan terakhir sebesar dua kali akurasi survei. Pada kasus ini pembacaan harus
secepat mungkin diulang. Jika pembacaan terbukti benar, pembacaan tambahan
harus dilakukan dengan kekerapan tinggi
2. Titik pemicu kedua adalah jika laju pergerakan pada dua pembacaan berurutan
meningkat dua kali. Pada kasus ini area lokasi prisma harus diperiksa. Jika penyebab
pergerakan tidak dapat diketahui, penambangan hanya dapat dilakukan pada siang
hari atau dihentikan dan frekuensi pembacaan ditingkatkan. Jika akselerasi berlanjut
maka area di bawah pergerakan harus dikosongkan sampai situasi diinvestigasi secara
lengkap
3. Jika peningkatan pergerakan lebih dari empat kali error survei terbaca pada
pembacaan sebelum akselarasi, maka area operasi di bawah area pemantauan harus
segera dikosongkan sampai titik tersebut disurvei ulang, dan dilakukan investigasi
lengkap
Critical Velocity
• The critical velocity was on average 12 mm/day (Ryan & Call, 1992)
• The empirical data also suggested that when the velocity was 50 mm/day there was
at least a time span of 48 hours before slope collapse (Ryan & Call, 1992)
• In Aznalcollar Mine in Spain, displacement rates exceede 1600 mm/day and total
slope are of the order of 10 m but the pit slope was still in place and the mine is fully
operational (Sjöberg, 1996)
CRITICAL STRAIN
• Critical strain was proposed (Sakurai, 1987) and used as a hazard warning level for
interpreting measurement results properly Chen assessing the stability of tunnels and
slopes
PENANGANAN LONGSORAN
• Meskipun telah dilakukan pemetaan geologi yang sangat baik, perancangan
geoteknik yang hati-hati, dan pemantauan yang memadai, masih ada kemungkinan
terjadi longsoran
• Apabila terjadi longsoran maka respon terhadap pergerakan harus sudah
direncanakan
• Apabila longsoran yang terjadi sangat besar maka harus ada evakuasi area, baik
orang dan alat
• Harus dibuat SOP yang menentukan nilai batas pergerakan dan cara penanganannya
• Dalam SOP tertera dengan jelas orang yang bertanggung jawab
• Longsoran selalu diawali dengan beberapa tanda, maka penting untuk penanggung
jawab area untuk mengenali potensi yang ada untuk penanggulangan yang tepat
• Penanganan terhadap longsoran bergantung pada kondisi ketidakmantapan dan
dampaknya dalam operasi
• Setiap kasus harus dievaluasi secara terpisah dengan mempertimbangkan
keselamatan, rencana penambangan dan analisis manfaat juga biayanya
(Sjöberg, 1996)
2. PASANG PENYANGGA
• Apabila material tidak dapat dibiarkan longsor maka harus diberi penyangga
• Beberapa contoh penyangga adalah dengan menggunakan baut batuan, kabel, jala
kawat, dan beton tembak
• Sistim penyanggaan dapat sangat mahal. Tetapi apabila lereng dapat dibuat lebih
curam dan biaya pembersihan dapat dikurangi, biaya untuk penyanggaan dapat
dijustifikasi
• Studi struktur geologi harus dilakukan untuk memilih penyangga yang cocok
• Baut yang terlalu pendek tidak akan berfungsi untuk menghilangkan longsoran.
Penyanggaan berfungsi untuk mengikatkan longsoran – longsoran kecil menjadi
sebuah longsoran yang besar
• Pembuatan buttress pada toe. Juga dapat dijadikan alternatif dumpingan material.
3. HILANGKAN BAHAYA
• Jika lereng tetap longsor dan penyanggaan tidak layak dilakukan, perlu diambil
tindakan untuk menghilangkan bahaya
• Yang sering dilakukan adalah dengan cara melandaikan lereng
• Metode scaling dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menghilangkan
bahaya akibat adanya jatuhan batuan kecil
• Pengaturan air dengan dewatering lubang horizontal atauvertikal untuk
meminimalkan bahaya longsoran
• Drainase permukaan juga dapat untuk meminimalkan bahaya longsoran
BRONJONG
TEMBOK PENAHAN
SUMURAN
BUTTRESS
BAB 7
METODE KESETIMBANGAN BATAS
(LIMIT EQUILIBRIUM METHOD)
Dari sekian banyak metode analisa kestabilan lereng, yang paling umum
digunakan ialah metode keseimbangan yang umum disebut metode limit equilibrium
yaitu metode fellenius, motode bishop simplified, metode janbu simplified, metode
spencer dan metode morgenstem & price.
Analisa kestabilan lereng dengan metode keseimbangan batas atau Limit
Equilibrium Method (LEM) telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1930. Semenjak
itu banyak metode keseimbangan batas di kembangkan dan beberapa masih
digunakan secara umum. Keseimbangan batas bukan digunakan karena
pembatasnnya, salah satu perbedaan dasar penggunaan metode keseimbangan batas
adalah penggunaan kondisi keseimbangan. Beberapa kondisi memenuhi untuk
keseimbangan gaya dan keseimbangan momen sendangkan metode yang lain hanya
memenuhi salah-satunya saja. Dengan kata lain beberapa metode hanya
memperhitungkan gaya normal saja sedangkan metode yang lain memperhitungkan
gaya normal, gaya tangensial dan juga gaya-gaya antar irisan. Oleh karena itu hanya
beberapa metode yang memenuhi kondisi sebenarnya di lapangan. Metode Bishop
yang dikembangkan pada tahun 1950an adalah didasarkan pada kesetimbangan
momen. Metode ini dihitung dengan pendekatan solusi permukaan bidang runtuh
dianggap melingkar. Metode yang lain seperti Metode Janbu yang disederhanakan
didasarkan pada kondisi kesetimbangan gaya, metode ini sangat cocok untuk kondisi
tanah berlapis.(Aryal, 2006)
Metode keseimbangan pada umumya memperhitungkan keseimbangan gaya
dan keseimbangan momen, demikian pula dengan gaya-gaya antar irisan (gaya normal
dan gaya tangensial) berlaku pada semua permukaan bidang geser. Metoda analisis
ini pertama-tama mengasumsikan bidang kelongsoran yang dapat terjadi. Terdapat
dua asumsi bidang kelongsoran yaitu: bidang kelongsoran berbentuk circular dan
bidang kelongsoran yang diasumsikan berbentuk non-circular (bisa juga planar).
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka momen
dari massa tanah yang akan longsor adalah:
dengan:
R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m)
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke-I (kN)
θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 7.3(ᵒ)
Momen penahan longsor adalah:
Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka
persamaan menjadi:
dengan:
F = faktor aman
c = kohesi tanah (kN/m2)
f = sudut gesekan dalam tanah (ᵒ)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
µi = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 7.3 (ᵒ)
Jika terdapat gaya-gaya lain selain berat tanahnya sendiri, misalnya bangunan
di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md. Metode
Fellenius banyak digunakan dalam prakteknya, karena cara hitungan sederhana dan
kesalahan hitungan yang dihasilkan masih pada sisi aman.
X /(1 Y / F )
F
Z Q ...................................................................................... (3.12)
dimana :
Z hx sin
Q 1 2 w Z 2 / R
.................................. (3.13)
dengan
X (c'(h w hw ) tan ' )x / cos
Y = tan ψ tan φ’
Z hx sin
Q = ½ γ w z2 a/R
dimana :
F = faktor keamanan
γ = bobot isi material (kN/m3)
γw = bobot isi air (kN/m3)
ψ = kemiringan bidang luncur (0)
Gaya-gaya yang bekerja pada pada tiap irisan bidang kelongsoran ditunjukan
pada Gambar 1. Persamaan yang berlaku adalah :
1
[𝑊𝑛 − (𝑋𝑟 − 𝑋𝑖) − 𝐹 (𝑐′(sin 𝑎 − 𝑢𝑙 tan Φ′ sin 𝛼]
𝑃=
tan Φ′
cos 𝛼 (𝑙 + tan 𝛼 𝐸
Dimana :
P = Gaya Normal
c’ = kohesi (jika analisa dalam kondisi undrained diambil cu jika dalam kondisi
drained diambil nilai kohesi efektif)
Wn = gaya akibat beban tanah ke-n
a = sudut antara titik tengah bidang irisan dengan titik pusat busur bidang
longsor
ф’ = sudut geser tanah (jika dalam kondisi undrained nilai sudut geser 0)
u = tekanan air pori
XL,XR = gaya gesek yang bekerja di tepi irisan
Dalam metode ini analisa faktor keamanan dilakukan dengan dua prinsip yaitu
kesetimbangan momen (Fm) dan kesetimbangan gaya (Ff). Faktor keamanan dari
prinsip kesetimbangan momen adalah untuk bidang kelongsoran circular:
Pada proses iterasi pertama, gaya geser di sekitar irisan (XL dan XR)
diasumsikan nol. Kemudian pada proses iterasi selanjutnya gaya tersebut didapatkan
dari rumus :
Kemudian gaya geser tersebut dihitung dengan mengasumsikan nilai λ dan f(x).
Dalam perhitungan ini menggunakan alat bantu komputer untuk menghitung faktor
keamanan dari lereng. Ini disebabkan karena banyaknya perhitungan yang berulang.
Dalam perhitungan ini menggunakan program Slide untuk memudahkan perhitungan.
Gambar 7.6 Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Irisan Bidang Kelongsoran Metode
Morgenstern-Price
BAB 8
METODE ELEMEN HINGGA
(FINITE ELEMENT METHOD)
Metode Elemen Hingga didasarkan pada pemikiran untuk membangun obyek
yang rumit dengan blok – blok sederhana atau membagi obyek yang rumit menjadi
blok – blok kecil.
Metode ini digunakan dalam berbagai hal, antara lain :
• Mechanical / Aerospace / Civil / Automobile Engineering
• Structural analysis (static / dynamic, linear/nonlinear)
• Thermal / fluid flows
• Electromagnetics
• Geomechanics
• Biochemanics
• etc
Dalam metode elemen-hingga domain dari daerah yang dianalisis dibagi
kedalam sejumlah zona yang lebih kecil. Zona-zona kecil tersebut dinamakan elemen.
Elemen-elemen tersebut dianggap saling berkaitan satu sama lain pada sejumlah titik-
titik simpul (node). Perpindahan pada setiap titik-titik simpul dihitung terlebih dahulu,
kemudian dengan sejumlah fungsi interpolasi yang diasumsikan, perpindahan pada
sembarang titik dapat dihitung berdasarkan nilai perpindahan pada titik-titik simpul.
Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap elemen dihitung berdasarkan
besarnya perpindahan pada masing-masing titik simpul. Berdasarkan nilai regangan
tersebut dapat dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen.
PERPINDAHAN ELEMEN
• 𝑢𝑥𝑖 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑖 + 𝛼3 𝑦𝑖
• 𝑢𝑥𝑗 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑗 + 𝛼3 𝑦𝑗
• 𝑢𝑥𝑖 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑖 + 𝛼3 𝑦𝑖
• 𝑢𝑦𝑖 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑖 + 𝛼6 𝑦𝑖
• 𝑢𝑦𝑗 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑗 + 𝛼6 𝑦𝑗
• 𝑢𝑦𝑘 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑘 + 𝛼6 𝑦𝑘
𝑢𝑥
• {𝑢} = {𝑢 } = [𝑁]{𝑢ℯ }
𝑦
BAB 9
ANALYSIS WITH SLIDE ROCSIENCE
TUTORIAL
9.1 Non-Circular Surfaces Tutorial (Petunjuk/Tutorial Longsoran Bukan-Busur)
Tutorial ini menggunakan model yang sama pada Tutorial sebelumnya (The materials &
loading tutorial), untuk mendemontrasikan bagaimana sebuah analisis dapat dilakukan
menggunakan longsoran non-busur/non-lingkaran (piece-wise liniear).
Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.
Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.
Apabila kita menggunakan model yang sama dari Tutorial sebelumnya, kita tidak akan
mengulangi prosedur/langkah-langkah pemodelan sebelumnya, tetapi hanya
membuka/membaca sebuah file.
Jika Tutorial sebelumnya telah lengkap, dan menyimpannya, kita dapat menggunakan file ini
(ml_circ.sli). jika kita belum melakukan sebelumnya, atau tidak menyimpan file tersebut,
maka file yang diperlukan tersedia di dalam folder examples di dalam folder instalasi slide (file:
tutorial2.sli)
Surfaces Options
Hal pertama yang dilakukan adalah mengubah jenis permukaan busur longsor menjadi non-
circular (bukan-busur) di dalam kotak dialog surface options.
Di dalam kotak dialog Surface Options, ganti Surface Type dengan Non-circular.
Catatan: Bahwa search method yang berbeda dapat digunakan dalam slide untuk non-circular surfaces - block
search atau path search. Untuk keterangan lebih rinci mengenai Path search silahkan lihat menu help pada slide.
Petunjuk kali ini akan mendemontrasikan metoda block search. Jadi pilih OK
Catatan: Bahwa grid pusat longsor yang digunakan untuk menampilkan grid search sekarang
disembunyikan (hide) dari tampilan gambar, jika tidak diaplikasikan untuk pencarian
permukaan longsor non-circular.
Pilih zoom all untuk men-zoom model ke pusat penglihatan (layar). Caranya dengan mengklik
kanan mouse lalu kemudian pilih zoom all atau gunakan tombol F2 pada keyboard sebagai
jalan pintas.
Pengertian block search yang digunakan pada slide apabila massa longsoran yang akan
dianalisis adalah non-circular dengan hanya sedikit bidang longsor (sliding planes) dan bidang-
bidang tersebut dapat dipertimbangkan sebagai active, passive,dan center block, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Dalam hal melakukan block search menggunakan slide, pemakai slide harus membuat satu
atau lebih objek block search (window, garis, titik atau polyline). Objek block search
digunakan untuk membuat secara acak dan menempatkan titik-titik lokasi permukaan
longsor.
Untuk model dengan sebua weak layer tipis, jalan terbaik untuk menampilkan sebuah block
search adalah menggunakan pilihan block search polyline. Pilihan ini bekerja dengan cara
sebagai berikut :
1. Dua titik dibuat terlebih dahulu pada polyline mengikuti pilihan kenginan kita (user
definable selectiond).
2. Permukaan longsor dibatasi untuk mengikuti polyline diantara 2 titik.
3. Sudut-sudut proyeksi (projections angles) digunakan untuk memproyeksikan
permukaan ke atas terhadap permukaan dasar (ground surfaces) dari 2 titik.
4. Langkah-langkah No. 1 sampai 3 dilakukan kembali untuk keperluan jumlah
permukaan longsor.
Pilih Add Search Polyline dari toolbar atau dari sub-menu Block Search di dalam menu
Surfaces. (catatan: bahwa pilihan-pilihan di dalam toolbar dan menu Surfaces sekarang dapat
diaplikasikan kepada permukaan-permukaan non-busur, jika kita telah mengubah Surface
Type dari Circular menjadi Non-Circular di dalam kotak dialog Surface Options).
Kemudian akan muncul kotak dialog block search polyline, seperti dibawah ini :
Kotak dialog block search polyline memberikan kepada kita untuk secara spesifik bagaimana
2 titik akan dibuat pada polyline. Titik dapat secara acak dapat dibuat pada lokasi mana saja
(the any line segment option) atau secara acak dibuat pada awal atau akhir garis segmen atau
dikunci (fixed) pada titik akhir dari polyline.
Dalam kebanyakan kasus, langkah terbaik adalah mengawali dengan pilihan any line segment
untuk memaksimalkan pemenuhan pencarian sepanjang polyline. Hal ini sudah terpilih di
dalam kotak dialog untuk kedua titiknya, jadi tekan saja OK.
Sekarang masukkan titik-titik untuk membuat polyline. Titik-titik dapat dimasukkan secara
grafis dengan menggunakan mouse atau dapat membuatnya pada prompt line:
Pencarian objek block search polyline sekarang telah ditambahkan pada model bersama
dengan weak layer. Tandai panah-panah pada sisi garis. Panah-panah mewakili kiri dan kanan
sudut proyeksi yang mana akan digunakan untuk memproyeksikan permukaan longsor
terhadap permukaan dasar (ground surfaces). Proyeksi sudut dapat diubah pada kotak dialog
surface options, hal ini akan dijelaskan pada petunjuk selanjutnya, untuk saat ini kita hanya
menggunakan sudut yang telah ada (default).
More About Block Search Objects (Keterangan tentang objek block search)
Pada saat ini mungkin kita membayangkan – kenapa kita menggunakan pilihan Block Search
Polyline ketika kita menetapkan segmen garis tunggal (single line segment) ? itu merupakan
alasan yang bagus:
Sebuah block search polyline selalu membuat 2 titik sepanjang garis. Permukaan
longsor akan terbatas mengikuti polyline diantara 2 titik.
Pada kasus umumnya, ketika sebuah block search polyline dapat terdiri dari banyak
garis segmen (multiple line segments), hal ini mempermudah penetapan sebuah block
search sepanjang sebuah weak layer yang tidak beraturan.
Sebuah block search polyline dapat terdiri dari hanya sebuah garis segmen. Dua titik
masih dibentuk pada garis tunggal segmen yang mana akan mempermudah
penetapan/pembentukan sebuah block search sepanjang garis linear weak layer.
Pilihan block search polyline secara khusus dikembangkan guna tujuan mempermudah
pencarian sepanjang garis linier atau non-linier weak layer.
Kebakannya pencarian objek blok yang lain dai dalam jendela slide, garis atau titik – hanya
membentuk sebuah titik (vertex) permukaan longsor untuk setiap objek. Untuk sebuah objek
garis pencarian blok, permukaan longsor tidak mengikuti/berada pada garis, tetapi hanya
memiliki sebuah vertex pada garis tersebut.
Untuk membuat pencarian dengan objek Block Search Line, kita harus menentukan 2 Block
Search Lines, yang juga linear. Untuk menentukan sebuah Block Search sepanjang weak layer
yang tidak beraturan (non-linear), hal ini lebih sulit (walaupun hal ini dapat dilakukan,
menggunakan sebuah kombinasi dari objek-objek Block Search Line dan objek-objek Block
Search Point pada setiap lapis (bend) di dalam weak layer).
Umumnya, jumlah berapapun Block Search Objects dapat ditentukan, dan digunakan pada
kondisi apapun. Kenyataannya, kita dapat menggunakan objek Block Search Polyline, di
dalam kombinasi dengan window. Objek-objek garis atau titik, atau bahkan objek polyline
yang lain (sepanjang tidak terjadi saling tumpang tindih pada sebuah polyline dengan
pencarian objek-objek lain).
Compute (Perhitungan)
Simpan dahulu model yang telah dibuat sebelumnya, dengan nama ml_noncirc.sli :
(Untuk model yang sederhana, semua permukaan longsor dibentuk oleh pencarian, yang akan
terdiri dari tiga garis segmen – sebuah garis segmen berada pada sepanjang Block Search
Polyline, dan bagian kiri & kanan adalah segmen-segmen proyeksi)
Interpret (Interpretasi)
Faktor keamanan Global minimum untuk analisis Bishop adalah 0.763. bandingkan dengan
hasil-hasil pencarian Circular (busur) pada Tutorial sebelumnya (0.798).
Seperti yang telah diduga pada model ini, Block Search mendapati sebuah permukaan faktor
keamanan yang lebih rendah. Sebuah permukaan non-busur (piece wise linear) lebih cocok
untuk menemukan permukaan longsor sepanjang sebuah weak layer, seperti yang telah kita
modelkan sekarang ini, daripada sebuah permukaan busur.
Pilih metoda analisis Janbu Simplified di dalam toolbar dan amati faktor keamanan dan
permukaan longsornya. Dalam kasus ini, metoda Bishop dan Janbu telah menempatkan
permukaan Global minimum yang sama.
(Catatan: pilihan Minimum Surfaces, digunakan pada Tutorial-tutorial sebelumnya, yang tidak tersedia untuk
permukaan-permukaan non-busur. Pilihan Minimum Surfaces hanya diaplikasikan kepada grid-grid pusat longsor
yang digunakan untuk sebuah Grid Search permukaan busur).
Semua permukaan yang dibentuk oleh Block Search di tampilkan pada model. Catat bahwa
warna-warna permukaan-permukaan longsor dan titik-titik sumbu (axis) berhubungan
dengan warna-warna faktor keamanan yang ditampilkan di dalam legenda)
Di dalam kotak dialog Filter surfaces, pilih Surfaces with a factor of safety below, masukkan
nilai 1, lalu pilih Done.
Seperti yang terlihat (gambar 3-5) ada banyak permukaan longsor yang tidak mantap (stabil)
untuk model ini. Sehingga diperlukan perkuatan (support) atau memodifikasi desainnya agar
dapat lebih stabil.
Tutup semua tampilan seluruh permukaan longsor (All Surfaces) dengan mengklik kembali All
Surfaces
Pilih Graph Query dari toolbar. Slide akan secara otomatis membuat sebuah Query
untuk Global minimum, dan menampilkan kotak dialog Graph Slice Data.
Grafik akan terbentuk. Seperti yang kita lihat. Grafik menunjukkan kekuatan-kekuatan kohesi
(28.5 dan 0) dari 2 material yang ditentukan. Di sepanjang permukaan longsor ini, kohesi 0
dari weak layer merupakan penyebabnya.
Sekarang klik kanan pada grafik, lalu klik change plot data dari menu popup maka kita akan
melihat kotak dialog Graph Slice Data kembali.
Pilih Base Friction angle dari Primary data. Pilih Create Plot.
Sekarang grafik akan menampilkan sudut geser (friction angle) dari 2 material yang sudah kita
tentukan (20 dan 10 derajad). Sepanjang permukaan longsor, sudut geser 10 derajat dari weak
layer adalah penyebabnya.
Sekarang tutup jendela grafik dengan menekan tombol X pada bagian pojok kanan atas grafik.
Sekarang kita kembali ke slide modeler, lalu masukkan sebuah kisaran (range) dari sudut-
sudut proyeksi di dalam kotak dialog surface options, dan lakukan perhitungan/analisis ulang
(re-run analysis). Pilih Modeler dari toolbar atau menu Analysis.
Model (Modifikasi)
Pilih surface options dari menu surface (atau sebagai jalan pintas dengan mengklik kanan
mouse di daerah mana saja dari gambar/tampilan, lalu pilih surface options dari menu popup.
Di dalam kotak dialog Surface Options, set Left Projection Angle range to Start =125, End =
155, dan Right Projection Angle Range to Start = 25 dan End = 55. pilih OK.
Catatan: Sekarang ada 2 panah sudut proyeksi kiri dan 2 panah sudut proyeksi kanan pada model yang
mengindikasikan awal/akhir batas bersudut yang telah dimasukkan pada kotak dialog surface options.
Tips:Sudut proyeksi diukur berlawanan arah jarum jam dari sumbu-x positif. Jika kita masih ragu-ragu tentang nilai
yang dimasukkan, kita dapat menggunakan tombol apply untuk memperlihatkan sudut proyeksi pada model tanpa
harus menutup kotak dialog surface option.
Compute (Perhitungan)
Akan muncul kotak dialog pesan untuk menyimpan model yang telah dibuat. Pilih Yes untuk
menyimpan perubahan pada file, lalu slide akan menjalankan/perhitungan analisisnya.
Setelah selesai, kita siap untuk memperlihatkan hasil-hasilnya di dalam Interpret.
Hal ini akan menampilkan hasil-hasil analisis terbaru/terakhir ke dalam program Interpret
Slide.
Permukaan longsor Global minimum, untuk sebuah analisis Bishop, sekarang memiliki faktor
keamanan sebesar = 0.704.
Dikarenakan oleh pengembangan (providing) dari kisaran (range) sudut proyeksi (projection
angles), sebuah permukaan longsor dengan sebuah faktor keamanan yang lebih rendah dari
analisis sebelumnya, telah ditempatkan (located).
Catat bahwa warna-warna dari permukaan longsor dan titik-titik sumbu berhubungan dengan
warna faktor keamanan yang ditampilkan di dalam legenda.
Juga perlu di catat kisaran (range) dari sudut proyeksi digunakan untuk membentuk segmen-
segmen awal dan akhir untuk setiap permukaan longsor, jikalau kita telah menentukan
(specified) kisaran untuk kiri dan kanan sudut-sudut proyeksi di dalam kotak dialog Surface
Options.
Sekarang pilih metoda analisis Janbu Simplified, dari toolbar. Catatan: Faktor keamanan-
faktor keamanan diindikasikan oleh permukaan longsor dan warna warna titik sumbu, ubah
dengan metoda analisis.
Seperti yang telah kita catat sebelumnya. Permukaan global minimum tidak harus permukaan
yang sama, untuk metoda analisis yang berbeda. Bagaimanapun di dalam kasus ini, metoda
Bishop dan Janbu telah menemukan kembali permukaan Global minimum.
Optimize Surfaces
Tampilan ini memberikan suatu lanjutan pencarian faktor keamanan terendah dari global
minimum menggunakan hasil dari block search. Sebagai titik awal :
1. Pada kotak dialog surface options pilih optimize surfaces pada kotak penanda (check
box)
2. Lakukan perhitungan ulang analisisnya (re-run the analysis)
3. Kita akan menemukan bahwa pilihan optimize surfaces meletakkan lokasi sebuah
faktor keamanan lebih rendah pada permukaan longsor global minimum = 0.676..
Analisis pseudo-random berarti bahwa walaupun jumlah acak digunakan untuk membentuk
permukaan longsor, maka permukaan yang sama akan terbentuk setiap kali analisis dilakukan
perhitungan ulang (re-run) apabila seed yang sama digunakan untuk setiap kasus, untuk
jumlah acak. Hal ini dapat meproduksi kembali (reproducible) hasil-hasil, untuk pencarian
permukaan non-busur, walaupun permukaan acak sudah dibuat. Dari yang telah ada, pilihan
Pseudo random sudah dipilih di dalam Project Settings.
Tip; untuk lebih jelasnya lihat efek-efek dari pemercontohan (sampling) acak, kita dapat memasukkan sebuah
jumlah permukaan yang lebih rendah (misalnya 200) di dalam kotak dialog Surface Options.
Itulah kesimpulan dari Tutorial kali ini. Untuk keluar dari program:
Petunjuk kali ini menggunakan model yang sama dengan model the materials & loading
tutorial (dengan beberapa modifikasi) untuk menunjukkan pencarian sebuah permukaan
busur, dimana dapat menganalisis permukaan komposit busur/non-busur dengan baik.
Tampilan model :
Material lereng gabungan, dengan weak layer berada di atas material impermiabel
(seperti, bedrock, atau tanah yang memiliki kekuatan lebih tinggi).
Tekanan pori diakibatkan karena adanya muka air tanah.
Pembebanan luar yang terdistribusi secara merata.
Grid search busur, dengan pilihan composite surfaces aktif.
Demontrasi pilihan Auto refine search.
Catatan: hasil yang sudah jadi dapat ditemukan di dalam file tutorial4.sli di dalam folder examples.
Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.
Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.
Apabila kita menggunakan model yang sama dari Tutorial sebelumnya, kita tidak akan
mengulangi prosedur/langkah-langkah pemodelan sebelumnya, tetapi hanya
membuka/membaca sebuah file.
Jika Tutorial sebelumnya telah lengkap (Materials and Loading Tutorial), dan menyimpannya,
kita dapat menggunakan file ini (ml_circ.sli). jika kita belum melakukan sebelumnya, atau
tidak menyimpan file tersebut, maka file yang diperlukan tersedia di dalam folder examples
di dalam folder instalasi slide (file: tutorial2.sli)
Surface Options
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkan pilihan composite surface di dalam
kotak dialog surface options.
Di dalam kotak dialog Surface Options, pilih kotak penanda (checkbox) Composite Surfaces,
lalu pilih OK.
Secara normal, ketika permukaan busur dianalisis oleh slide, jika permukaan busur melewati
batas terendah dari external boundary, maka permukaannya dibuang dan tidak dianalisis
(reject). Pencarian permukaan busur dapat membuat sejumlah besar permukaan, bergantung
kepada geometri external boundary dan pencarian-pencarian parameter (lokasi grid, batas
lereng, dan lain-lain).
Jika pilihan composite surface aktif maka permukaan busur yang melewati batas terendah
external boundary akan secara otomatis menyesuaikan dengan bentuk dari external boundary
diantara titik-titik perpotongan 2 busur sepanjang sudut yang lebih rendah dari boundary.
Ilustrasinya dapat dilihat seperti di bawah ini :
Kekuatan material digunakan untuk setiap irisan sepanjang bagian-bagian linier dari
permukaan gabungan yang akan menjadi kekuatan dari material di atas setiap dasar irisan.
Agar dapat menggunakan model sebelumnya yang telah kita buka, sebuah modifikasi
sederhana akan diperlukan nantinya.
Untuk menggunakan model yang sudah ada untuk contoh compoite surface, kita harus
menaikkan sudut yang lebih rendah dari external boundary, jadi cocok (coincident) dengan
lokasi yang lebih rendah dari 2 boundary material.
Kita dapat melakukannya sebagai berikut. Untuk contoh ini, akan didemontrasikan kegunaan
mengedit dengan mengklik kanan mouse program slide daripada harus menggunakan menu
atau toolbar, kebanyakan operasi pengeditan dalam slide dapat dilakukan dengan
menggunakan klik-kanan, seperti keterangan di bawah ini :
Right click shortcuts
1. Pertama-tama kita harus menghapus 2 material boundary yang lebih rendah. Klik
kanan pada 2 material boundary yang lebih rendah. Sebuah menu popup akan
muncul. Pilih delete boundary dari menu popup lalu material boundary akan
terhapus.
2. Kemudian kita akan menghapus 2 vertex dari external boundary. Klik kanan pada
vertex kiri yang lebih rendah dari external boundary lalu pilih delete vertex dari menu
popup maka vertex akan terhapus.
3. Klik-kanan vertex kanan yang lebih rendah dari external boundary lalu pilih delete
vertex dari menu popup maka vertex akan terhapus.
4. Sudut yang lebih rendah dari external boundary sekarang berada pada lokasi yang
sama sebagai material boundary yang telah kita hapus, walaupun vertices dihapus,
boundaries digambar kembali menggunakan vertices yang sudah ada. Dalam kasus ini
external boundary telah di snapped-up ke lokasi dari vertices material boundary yang
lebih rendah.
5. Pilih zoom all untuk men-zoom model ke pusat layar. Tips: sebagai jalan pintas, kita
dapat mengklik kanan dan pilih zoom all dari menu popup, atau dapat menggunakan
F2 pada keyboard untuk men-zoom all.
Kita telah selesai dengan pemodelan dan siap untuk melakukan perhitungan dan analisis.
Compute (Perhitungan)
Sebelumnya, dilakukan penyimpanan file model yang telah dibuat, dengan nama ml_comp.sli:
Setelah dilakukan perhitungan maka kita siap untuk melakukan interpretasi (INTERPRET):
Interpret (interpretasi)
Permukaan global minimum yang ada adalah sebuah permukaan longsor composite
busur/linier dengan faktor keamanan lebih rendah dari hasil faktor keamanan permukaan
longsor-busur (circular surface search) dalam petunjuk 2 (Tutorial 2).
Berikut ini adalah tabel kesimpulan faktor keamanan minimum global (analisis bishop) yang
dihasilkan dari petunjuk kali ini dan dari 2 petunjuk sebelumnya.
Tabel 4-1: Faktor-faktor keamanan global minimum (analisis Bishop), jenis-jenis
perbedaan permukaan longsor dan pilihan-pilihan pencarian (search options)
Mari kita lihat gambaran dari irisan-irisan composite surface. Pilih show slices dari toolbar atau
menu query.
Gunakan pilihan filter surfaces untuk memperlihatkan hanya permukaan longsor dengan
faktor keamanan yang kurang dari 1.
Seperti yang terlihat, ada banyak permukaan-permukaan yang tidak stabil (mantap) untuk
model ini. Model ini sangat memerlukan perkuatan atau modifikasi desain, agar dapat
menjadi lebih mantap. Tutup Minimum Surfaces dengan cara memilih/meng-klik kembali
pilihan Minimum Surfaces.
Pilih metoda analisis Janbu dari daftar drop-down di dalam toolbar. Perlu dicatat bahwa
permukaan global minimum untuk kedua metoda untuk Bishop dan Janbu adalah dekat pojok
grid search. (Global minimum Bishop masih terlihat (visible), dikarenakan sebuah query secara
otomatis terbentuk ketika kita memilih pilihan Show Slices)
Pada saat ini, kita akan membuat pengamatan (observation) berikut ini:
Bilamanapun permukaan pusat longsor Global Minimum berada atau dekat pojok dari
grid pusat longsor, hal ini berarti bahwa kita tidak harus meletakkan permukaan
global minimum yang sesungguhnya.
Sekarang mari kembali kepada modeler dan mengembalikan ukuran (re-size) atau
mengembalikan lokasi (re-locate) grid pusat longsor, untuk mendapatkan/mencari
permukaan longsor global minimum dimana memiliki pusat lengkap bersama grid dan tidak
pada pojok grid.
Model (Modifikasi)
Ada beberapa cara yang berbeda untuk memodifikasi pusat longsor grid dalam model ini,
sebagai contoh, kita dapat :
1. Mengembalikan ukuran grid (resize the grid) dengan menarik (stretching) 1 atau lebih
pojok dari grid dengan pilihan surfaces edit stretch atau dengan mengklik kanan (jika
kita mengklik kanan pada sebuah pojok grid)
2. Pindahkan seluruh grid ke sebuah lokasi baru (lebih ke arah kanan) dengan cara
memilih surfaces edit move (juga dapat dilakukan dengan mengklik kanan mouse jika
kita klik pada pojok grid)
3. Tambahkan grid kedua, ke sebelah kanan grid yang telah ada dengan cara memilih
surfaces add grid (jumlah grid yang lebih dari satu dapat dilakukan untuk sebuah
model dengan grid tersebut dapat saling tumpang tindih atau overlap). Atau
menghapus grid yang telah ada lalu tambahkan sebuah grid yang baru, grid yang lebih
besar melebar lebih jauh ke arah sebelah kanan.
Mari gunakan cara no. 1, kita menggunakan klik-kanan sebagai jalan pintas daripada harus
menggunakan fasilitas menu.
1. Klik kanan pada pojok kanan yang lebih rendah dari grid
2. Sebuah menu popup akan muncul. Pilih move to sambil menggerakkan mouse, pojok
grid yang dipilih akan mengikuti mouse.
3. Ketika pojok grid berpindah ke kanan dari tempat asalnya (dekat puncak dari lereng,
lihat gambar 4-6), klik kiri lagi dan grid akan tergambar kembali. Hal ini akan terlihat
sama seperti gambar 4-6.
Sekarang mari kita tingkatkan radius increment untuk menghasilkan lebih banyak permukaan
pada setiap titik grid. Pilih surface options dari menu surfaces, masukkan nilai baru radius
increment = 20 lalu klik OK.
Sekarang mari kita lihat efek dari grid baru pada analisis.
Compute (Perhitungan)
Pertama, simpan model yang telah dimodifikasi sebagai sebuah file baru, dg nama file
ml_comp_new.sli.
Gunakan dialog Save As untuk menyimpan file ini dengan nama baru file. Sekarang pilih
Compute.
Interpret (Interpretasi)
Seperti yang kita lihat, pusat longor (analisis Bishop) global minimum tidak lagi berada di
dekat pojok grid. Kontur-kontur Grid juga mengindikasikan bahwa kita telah melokasikan
permukaan terendah yang sesungguhnya (untuk spasi interval grid dan radius increment yang
kita gunakan)
Sekarang faktor keamanan minimum (Bishop) global minimum adalah 0.70. Memodifikasi
lokasi grid dan radius increment, telah menempatkan secara tepat faktor keamanan lebih
rendah permukaan busur.
Catatan:
Tergantung pada dimana kita menarik (stretched) grid hasilnya akan bervariasi, dan perhitungan faktor
keamanan akan berubah menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan lokasi yang
pasti dari pusat-pusat grid akan berbeda jika pojok dari grid berada pada posisi yang tidak sama.
Dalam berbagai kasus, bagaimanapun pusat longsor dari sebuah global minimum berada atau dekat
pojok dari sebuah grid, kita seharusnya selalu memodifikai grid, dan melakukan perhitungan ulang
analisis, untuk melihat faktor keamanan yang lebih rendah dapat diketemukan.
Periksa hasil janbu, lalu amati permukaan global minimum dan faktor keamanan.
Untuk menyimpulkan petunjuk kali ini, kita akan mendemontrasikan metoda pencarian yang lain yang
ada di dalam slide untuk permukaan busur longsor, yang disebut dengan metoda auto refine search.
Walaupun kita telah menggunakan grid search untuk busur pada kebanyakan petunjuk pada
slide, penting untuk dicatat bahwa metoda-metoda pencarian lain juga tersedia di dalam slide,
untuk permukaan longsor busur.
Metoda slope search dimana pemakai dapat menetapkan sebuah pencarian dengan
menentukan luas tertentu dari lereng menggunakan slope limits.
Metoda auto refine search. Dalam metoda ini, luas pencarian pada lereng secara
otomatis diperbaiki (refined) sebagai kemajuan pencarian (the search progress).
Metoda auto refine search di dalam banyak kasus, menunjukkan sebuah faktor keamanan
lebih rendah dari global minimum daripada sebuah grid search. Untuk melakukan sebuah
auto refine search:
Pada kotak dialog surface options, pilih metoda auto refine search:
Di dalam kotak dialog Surface Options, pilih metoda Auto Refine Search. Kita akan
menggunakan parameter-parameter pencarian yang telah ada, bagaimanapun, pastikan kita
memilih kotak penanda (checkbox) Composite Surfaces untuk Tutorial ini. Klik OK.
Metoda auto refine search bekerja secara progresif memperbaiki sambil mencari permukaan
longsor sepanjang lereng yang akan selesai secara otomatis, mengikuti parameter-parameter
masukan di dalam dialog surface options.
NO SEARCH OBJECTS: Tidak ada objek pencarian (seperti grid atau fokus-fokus objek) yang
dibutuhkan oleh auto refine search. (catatan: bahwa kegunaan grid untuk grid search tidak
lagi terlihat ketika tidak digunakan oleh auto refine search).
Kita akan diperlihatkan sebuah dialog. Pilih Yes pada dialog. File-nya akan disimpan, lalu Slide
akan menjalankan/menghitung analisisnya. Bila telah selesai, kita siap untuk memperlihatkan
hasil-hasilnya di dalam Interpret.
Faktor keamanan dari global minimum ditemukan oleh metoda auto refine search (analisis
bishop) adalah 0.696. Nilai ini adalah faktor keamanan yang lebih rendah dari metoda-metoda
pencarian (search) yang telah digunakan pada petunjuk-petunjuk sebelumnya (bandingkan
dengan hasil pada tabel 4-1) dengan pengecualian terhadap analisis optimized block search.
Seperti yang terlihat, pola dari permukaan-permukaan yang dihasilkan oleh Auto refine
search adalah cukup berbeda dari permukaan-permukaan yang dihasilkan oleh grid search.
Catatan: Pola pusat-pusat longsor yang dibentuk oleh Auto Refine Search secara otomatis dihitung untuk setiap
busur. Hal ini sangat berbeda dari grid seragam pusat-pusat longsor, yang mana digunakan untuk pembentukan
pada metoda Grid Search.
Untuk melihat sebuah pusat longsor, pilih zoom all atau tekan F2. Beberapa dari pusat-pusat
longsor dihasilkan pada sebuah tinggi tertentu (considerable) diatas lereng. Hal ini
berhubungan dengan busur datar flat secara relatif dengan radii yang besar.
Kesimpulan, hal ini direkomendasikan bahwa pengguna menjadi lebih terbiasa dengan semua
metoda-metoda pencarian (search) yang tersedia di dalam Slide. Sebuah analisis kemantapan
lereng dapat menjadi baik tergantung kepada cara kita dalam hal melakukan pencarian
permukaan longsornya dan satu jangan pernah mengasumsikan bahwa slide telah meletakkan
permukaan longsor Global Minimum keseluruhan, setelah hanya sebuah analisis tunggal.
Hal itu telah menyimpulkan Tutorial kali ini. Untuk keluar dari Program:
Petunjuk ini akan mendemontrasikan bagaimana menggunakan grid tekanan air untuk
memodelkan tekanan air di dalam slide.
Tampilan-tampilan model :
Hasil yang telah lengkap dari Tutorial ini dapat ditemukan di dalam file tutorial5.sli,
yang dapat ditemukan di dalam folder Examples.
Model ini juga ditampilkan di dalam Groundwater Tutorial (file: tutorial7.sli). Sebuah
analisis rembesan (seepage) dan hasil-hasilnya dibandingkan dengan Water Pressure
Grid Tutorial.
Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.
Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.
Limits
Project Settings
Untuk menggunakan sebuah perhitungan tekanan air pori, pertama kali kita harus mengeset
metoda groundwater pada salah satu 3 pilihan grid yang tersedia dari tekanan air (total head,
pressure head, atau pore pressure) di dalam kotak dialog project settings. Dalam kasus ini kita
akan menggunakan nilai diskrit grid dari total head.
Masukkan sebuah judul proyek – water pressure grid tutorial. Pilih tab groundwater dan set
ground water method = grid (total head). Pilih OK.
Catatan:
Slide dapat menggunakan satu dari beberapa metoda guna menginterpolasikan tekanan-tekanan pada titik mana
saja di dalam tanah dari nilai-nilai grid. Kita akan menggunakan metoda yang telah ada.
Catatan:
Setelah memasukkan C setelah vertex terakhir dimasukkan, maka secara otomatis menghubungkan vertex awal &
akhir (menutup boundary) dan keluar dari pilihan add external boundary.
Titik-titik untuk penentuan sebuah grid tekanan air dapat dimasukkan pada kotak dialog
dengan memasukkan koordinat X & Y dan sebuah nilainya (dalam kasus ini adalah total head)
yang menetapkan tekanan pada setiap titik grid.
Daripada memasukkan data secara manual, untuk menghemat waktu di dalam slide terdapat
file sebuah tekanan air, dalam folder examples yang dapat kita baca menggunakan tombol
import dalam kotak dialog water pressure grid.
Kita akan melihat dialog Open File. Grid tekanan air dapat di-import dari berbagai macam
format file di dalam slide termasuk:
File yang berektensi *.pwp (merupakan file text ASCII dimana setiap garis dari file
mengandung nilai X & Y dan nilai untuk satu titik grid)
File *.DXF (berguna jika sebuah flownet telah didigitasi menggunakan AutoCAD)
Sebagai contoh kita akan membaca sebuah file *.pwp.
Buka file tutorial5.pwp. data grid akan muncul dalam dialog water pressure grid.
Sekarang pilih OK dalam kotak dialog water pressure grid dan grid akan ditambahkan
ke dalam model. Di dalam setiap segitiga biru mewakili satu titik grid
Dalam kasus ini, nilai-nilai dari setiap titik grid adalah nilai total head yang mana secara asli
dihasilkan oleh digitasi flownet dalam gambar 5-3, menggunakan sebuah digitizing tablet dan
AutoCAD (grid telah secara asli disimpan dengan sebuah file *.DXF dan dikonversikan ke
sebuah file *.pwp).
Ingat bahwa slide juga memiliki kemampuan menggunakan tekanan head atau grid-grid
tekanan pori, seperti yang dipilih di dalam kotak dialog project settings.
Nilai sebenarnya pada setiap titik grid dapat dimunculkan pada model melalui kotak dialog
pilihan display. Sekarang gunakan cara cepat, klik kanan dan pilih display options dari menu
popup.
Dalam kotak dialog display options, pilih water pressure grid values lalu pilih close.
Awalnya nilai-nilai akan tumpang tindih. Gunakan satu pilihan Zoom (misal, zoom window,
Zoom mouse, atau memutar roda Mouse), untuk men-zoom mendekati pusat grid, jadi nilai-
nilainya dapat terbaca, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5-4. nilai-nilai total head
dihasilkan pada perpotongan dari setiap flowline (garis aliran) dan garis equipotential dari
flownet di dalam gambar 5-3.
Sekarang pilih Zoom All untuk melihat keseluruhan tampilan pada layar. Tip: kita dapat menekan
F2 pada keyboard sebagai cara mudah untuk men-Zoom All.
Gambar 9-20: Nilai-nilai grid tekanan air yang ditampilkan di dalam model
Sekarang sembunyikan nilai-nilai gridnya lagi. Klik kanan mouse dan pilih display options.
Hilangkan penanda nilai-nilai water pressure grid, lalu pilih close.
Beberapa dari titik-titik grid tekanan air pada sebuah kiri model di atas permukaan lereng yang
belum kita tentukan. Hal ini dikarenakan model ini akan memasukkan genangan air pada kaki
lereng, dimana kita belum menentukannya.
Jika sebuah muka air tanah digambarkan di atas external boundary, slide akan
otomatis memunculkan sebuah daerah genangan air di bawah water table dan di
atas external boundary (hal ini direkomendasikan dan merupakan metoda sederhana
dalam banyak kasus yang salah satunya akan digunakan di dalam petunjuk ini)
Genangan air dapat juga ditentukan sebagai sebuah material no strength (tidak
memiliki kekuatan secara mekanis).
Catatan:
Sebuah grid tekanan air tidak dapat menentukan genangan air. Sebuah grid tekanan air hanya untuk mendapatkan
nilai tekanan pori pada tanah. Grid tidak dapat mensimulasikan berat & gaya-gaya hidrostatik yang mana bereaksi
pada lereng yang berakibat pada genangan air.
Catatan:
Menekan enter dengan mengosongkan isian pada prompt line setelah vertex terakhir dimasukkan, akan
membuat muka air pada model keluar dari pilihan add water table .
Seperti yang kita lihat pada sebelah kiri model, daerah di atas permukaan dasar dan di bawah
muka air, diisi oleh sebuah hatched (arsiran) biru. Daerah ini secara otomatis dibuat oleh slide
ketika muka air digambarkan di atas lereng, dan menunjukkan keberadaan genangan air.
Seperti yang dijelaskan, tekanan air untuk model ini akan dihitung menggunakan grid water
pressure dan bukan dengan muka air (water table), jika kita telah mengkonfigurasikan
perhitungan metoda tekanan air di dalam kotak dialog project settings . Bagaimanapun, kita
akan menitikberatkan penggunaan sebuah muka air dalam hubungannya dengan sebuah grid
tekanan air:
Seluruh titik-titik di atas muka air, akan secara otomatis akan ditetapkan tekanan
porinya = 0 walaupun jika prosedur interpolasi grid tekanan air, menetapkan sebuah
tekanan pori tidak sama dengan 0 untuk sebuah titik di atas muka air. Hal ini akan
berguna di dalam beberapa situasi, sebagai contoh, jika sebuah grid tekanan air
ditentukan oleh sejumlah titik-titik yang tidak mencukupi.
Slip Surfaces
Untuk petunjuk ini, kita akan melakukan sebuah grid search untuk menempatkan permukaan
longsoran busur kritis (permukaan longsor dengan faktor keamanan terendah)
Sebuah grid search membutuhkan sebuah pusat-pusat grid longsor untuk ditentukan. Kita
akan menggunakan pilihan auto grid yang secara otomatis menempatkan sebuah grid untuk
pengguna slide :
Grid akan ditambahkan ke dalam model dan tampilannya akan tampak sebagai berikut:
Properties
Untuk melengkapi model, kita tetap harus menentukan sifat-sifat material, lalu kita siap untuk
melakukan analisis.
Di dalam penentuan kotak dialog define material properties, kita akan memberikan tanda
(notice) grid (total head) togel ON/OFF di dalam parameter-parameter air. Hal ini akan
membiarkan pengguna untuk mentogel efek dari sebuah grid tekanan air ON atau OFF untuk
beberapa jenis tanah yang diberikan. Jika grid tekanan air dinon-aktifkan (OFF), lalu tekanan
porinya akan bernilai 0 untuk tanah tersebut. Dalam contoh ini kita tentu membuat grid aktif
(ON), apabila kita ingin melihat hasil-hasil dari penggunaan grid tekanan air.
Compute (Perhitungan)
Sebelum kita mennganalisis model kita, simpan model di dalam file bernama WPG.sli.
Gunakan dialog Save as untuk menyimpan file ini. Sekarang kita siap untuk
menjalankan/menghitung analisisnya.
Interpret (Interpretasi)
Dari hasil yang ada, permukaan global minimum untuk sebuah analisis bishop, faktor
keamanan terendah adalah 1.499.
Catatan: Grid pusat longsor dalam kasus ini, memiliki daerah kosong (blank) yang dalam hal ini tidak
diperhitungkan/dikalkulasi pada bagian sebelah kiri grid. Hal ini muncul apabila tidak ada permukaan longsor yang
valid yang terbentuk pada satu atau lebih titik-titik grid pusat longsor. Untuk grid ini kebanyakan busur-busur
terbentuk pada sebelah kiri model. Umumnya hal ini mengarah kepada arah gaya 0 dan sebuah permukaan longsor
yang tidak valid (faktor keamanan tidak dapat dihitung)
Ketika sebuah grid pusat longsor tampak kosong seperti sekarang, kita dapat kembali ke
modeler, dan membuat sebuah grid yang lebih kecil dengan pilihan add grid (ingat, kita telah
menggunakan pilihan auto grid untuk model ini). Hal ini kita tinggalkan sebagai latihan setelah
melengkapi tutorial ini.
Kenampakan (appearance) dari kontur-kontur dalam grid pusat longsor, dapat diubah oleh
pengguna dengan kotak dialog countour options. Sekarang mari kita coba. contour options
di dalam menu view , bagaimanapun sebuah jalan pintas yang cocok adalah mengklik kanan
mouse dan pilih contour options dari menu popup , pilih done atau klik X untuk menutup
kotak dialog contour options.
Di dalam kotak dialog contur options masukkan sebuah kisaran (range) min = 1.4 dan
maksimum = 2.5. kemudian pilih apply .
Kisaran (range) kontur yang baru membuat daerah faktor keamanan grid pusat longsor rendah
menjadi lebih semu (apparent), seperti yang terlihat pada gambar 5-10. banyak pilihan-pilihan
kontur yang berbeda dapat digunakan oleh pengguna slide, dan mengubah format-format
kontur yang dapat disimpan untuk penggunaan nantinya dengan pilihan Define Auto-Format.
Pengguna harus dapat berlatih menggunakan pilihan-pilihan ini setelah melengkapi tutorial
ini.
Catatan: Bahwa permukaan longsor yang berpotongan dengan genangan air diproyeksikan ke permukaan
genangan air, dengan sebuah segmen garis vertikal. Tampilan dari segmen-segmen ini dapat dihilangkan jika
diinginkan, di dalam kotak dialog display options . Mari kita lakukan dan juga tampilkan titik-titik grid pusat
longsor, klik kanan mouse dan pilih display options dari menu popup .
Dalam kotak dialog display options pilih tab slope stability, aktifkan (turn on) grid points
dan non aktifkan (turn-off) vertical segments lalu pilih done .
Catatan: Titik-titik grid pusat longsor akan dimunculkan dan segmen-segmen permukaan longsor vertikal akan
disembunyikan.
Untuk model analisis lain, permukaan longsor global minimum janbu, berbeda dengan
permukaan longsor Bishop. Informasi permukaan global minimum , untuk setiap metode
analisis yang tersedia di dalam info viewer .
Putar ke bawah Info Viewer, untuk melihat informasi permukaan Global minimum. Catatan:
bahwa setiap permukaan memiliki perbedaan pusat-pusat koordinat, dan radius (jari-jari). Tutup tampilan Info
Viewer, dengan memilih X.
Catatan: Untuk metoda analisis Janbu, kita akan melihat sebuah daerah kosong (putih) di
dalam daerah faktor keamanan yang rendah dari kontur-kontur grid pusat longsor. Hal ini
dikarenakan kita telah mengubah kisaran kontur untuk hasil-hasil Bishop, tapi hasil-hasil
metoda analisis Janbu diluar kisaran perubahan kita. Mari kembalikan kisaran kontur yang
ada.
Klik kanan lalu pilih Contour Options. Pilih tombol ”0 ke 6” di dalam dialog Contour Options,
untuk mengembalikan yang ada kisaran faktor keamanan 0 sampai 6. Pilih Done.
Sekarang pilih metoda-metoda analisis yang berbeda dari toolbar, dan amati kontur-kontur
yang ada untuk setiap metoda.
Sekarang tembahkan sebuah query pada global minimum untuk analisis Bishop, dan plot
tekanan pori sepanjang permukaan longsor.
Pertama, pilih metoda analisis Bishop dari toolbar, apabila hal ini belum dilakukan.
Qery-query dapat ditambahkan melalui pilihan Add Query di dalam menu Query.
Bagaimanapun, sebuah jalan singkat untuk menambah sebuah query berhubungan dengan
sebuah permukaan longsor Global minimum, adalah dengan cara klik kanan di lokasi manapun
pada permukaan longsor, atau pada garis radial yang menggabungkan pusat longsor kepada
titik-titik akhir permukaan longsor, dan pilih Add Query dari menu popup.
Catatan: warna permukaan global minimum telah berubah menjadi hitam, menunjukkan bahwa sebuah query
telah ditambahkan. (query-query ditampilkan menggunakan warna hitam. Warna permukaan global minimum
sebelum ditambahkan query adalah hijau)
Setelah menambahkan query maka data query dapat dibuat grafik menggunakan pilihan
query graph .
Jika hanya ada satu query yang ada (pada global minimum) hal ini akan secara otomatis terpilih
lalu dialog Graph Slice Data akan muncul.
Tips: apabila kita memilih graph query sebelum menambahkan query satupun, slide secara otomatis membuat
sebuah query untuk global minimum dan menampilkan Data grafik irisan.
Pilih tekanan pori dari data utama drop-down list . Pilih create plot, maka kita harus melihat
pengeplotan seperti di bawah ini :
Grafik ini menunjukkan tekanan pori dihitung pada titik tengah dari dasar tiap irisan, dengan
menginterpolasi dari nilai-nilai grid tekanan air.
Catatan: Kita dapat mengubah penampakan grafik, dengan mengklik kanan pada grafik dan pilih chart properties,
atau kita dapat memperlihatkan data yang berbeda untuk permukaan longsor yang berbeda dengan mengklik
kanan dan memilih change plot data . Hal ini ditinggalkan untuk sebagai latihan.
Sebelum keluar dari program slide, ada 2 tambahan latihan yang disarankan di bawah ini
dalam rangka untuk mendemontrasikan cara-cara lain untuk memodelkan genangan air
(ponded water).
Additional Exercises
Contoh ini juga ada di dalam slide verification model example #10.
Jika kita melakukan perhitungan (run) analisis pada model ini, kita akan mendapatkan bahwa
hasilnya adalah identik, dibandingkan dengan hasil-hasil yang menggunakan gambar muka air
menyilang seluruh permukaan model.
Sebagai contoh, 2 lereng yang memiliki faktor keamanan yang sama dapat juga tidak memiliki
probabilitas faktor keamanan yang sama. Hal ini tergantung kepada variabilitas
(keanekaragaman) dari variabel masukan data acak.
Gambar 9-31: Hostogram faktor keamanan. Analisis gagal (FK < 1).
Kemungkinan longsornya adalah 11 %
Analisis sensitivitas dapat dengan mudah dilakukan oleh Slide. Di dalam sebuah analisis
sensitivitas, efek dari variabel tunggal dalam faktor keamanan, ditentukan dengan
memvariasikan secara seragam antara nilai minimum & maksimum sehingga menghasilkan
pengeplotan faktor keamanan Vs variabel.
Pengeplotan sebuah sensitivitas dengan 3 variabel, ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Ketika multipel variabel diplot, axis horisontal dari plot merupakan persen perubahan (nilai
minimum = 0 dan nilai maksimum variabel = 100%).
Sudut geser (friction angle) memiliki kurva yang paling curam, yang menunjukkan efek
terbesar terhadap faktor keamanan.
Bobot isi (unit weight) memiliki kurva yang mendekati datar, yang menunjukkan efek
yang sangat kecil terhadap faktor keamanan.
Kohesi (cohession) merupakan kurva yang sedang-sedang saja (intermediate curve)
Tutorial ini akan mendemontrasikan sebuah analisis air tanah yang sederhana menggunakan
slide. Kita akan memulai dengan model yang sama seperti yang digunakan pada Tutorial 5
(The water pressure grid tutorial). Kita akan melakukan analisis rembesan (seepage) untuk
mendapatkan tekanan pori di dalam lereng.
Kita akan melakukan perhitungan ulang analisis kemantapan lereng dan membandingkan
hasilnya dengan Tutorial 5.
Tampilan-tampilan model :
Model
Pertama, buka file Tutorial5.sli.
Project Settings
Untuk menampilkan sebuah analisis air tanah menggunakan slide, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengeset/mengubah Groundwater Method = Finite Element Analysis di
dalam kotak dialog Project Settings.
Catatan:
Grid tekanan air (grid yang dilambangkan dengan segitiga biru) telah hilang dari model. Jika kita ingin
mendapatkan tekanan pori dari analisis air tanah, maka grid tekanan air akan tidak digunakan lagi yang
secara otomatis terhapus.
Muka air (water table) yang digunakan untuk menentukan genangan air di dalam Tutorial 5, juga telah
dihapus. Ketika kita menentukan kondisi boundary air tanah, genangan air secara otomatis terbentuk
berdasarkan kondisi boundary total head
Pilihan model analisis sekarang muncul di dalam toolbar slide. Pilihan model analisis berguna untuk
menukar antara model analisis kemantapan lereng dengan/atau model analisis air tanah.
Jika perlu kita akan memulai dengan model analisis kemantapan lereng, kita akan melakukan
sedikit perubahan pada boundary.
Dua vertex yang telah ditambahkan menentukan tinggi (level) dari muka air pada bagian muka
lereng & pada pojok kanan model. Vertex-vertex ini akan diperlukan untuk
menentukan/menetapkan boundary total head yang tepat.
Sekarang kita telah siap untuk menyelesaikan masalah air tanahnya. Pilihan pemodelan air
tanah di dalam slide hanya dapat diaktifkan ketika kita mengeset Analysis Mode =
Groundwater pada Toolbar. Pilih mode analisis Groundwater.
Kemudian akan muncul pemberitahuan bahwa menu & toolbar akan berubah (updated):
Pilihan-pilihan permodelan yang berhubungan dengan analisis air tanah akan tersedia
Pilihan-pilahan permodelan yang berhubungan dengan analisis kemantapan lereng
akan disembunyikan (hidden).
Juga harus diperhatikan bahwa grid search (untuk pencarian permukaan busur longsor) dan
simbol-simbol batas lereng akan tidak ditampilkan, ketika kita berada pada mode analisis air
tanah (groundwater).
Analisis air tanah di dalam slide merupakan sebuah analisis finite element untuk itu jaring
(mesh) finite element dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau melakukan perhitungan.
Catatan:
Jaring yang dihasilkan berdasarkan paramete-parameter pada kotak dialog Mesh Setup
Untuk model yang sederhana ini, jaringan yang ada dihasilkan oleh pilihan Descretize and Mesh
Dapat melakukan perubahan-perubahan pada pembuatan jaring pada menu mesh.
Setelah jaring finite element dibentuk, maka kita harus menentukan kondisi boundary yang
digunakan untuk mendefinisikan/memecahkan persoalan air tanah yang kita modelkan. Hal
ini dapat dilakukan pada pilihan Set Boundary Conditions yang memberikan
kemampuan/kesempatan untuk menentukan tekanan & aliran yang diperlukan sepanjang
boundary model atau pada node(s) yang lain di dalam jaring (mesh).
Permukaan lereng diberikan pada sebuah kondisi boundary yang tidak diketahui (P=0
atau Q=0)
Bagian dasar & sisi pojok dari batas terluar diberikan kondisi boundary titik 0 (zero
nodal flow boundary condition)
Kita harus menentukan kondisis boundary sebagai berikut:
Kita akan mengeset kondisi boundary total head dengan cara sebagai berikut:
1. Pertama-tama pilih Zoom All atau dengan menekan F2 pada Keyboard untuk
memastikan modelnya dapat terlihat secara keseluruhan.
2. Pastikan bahwa pilihan kondisi boundary adalah Total Head pada kotak dialog Set
Boundary Conditions seperti gambar yang tampak di atas.
3. Pada dialog, masukkan sebuah Total Head Value = 26 meters serta pastikan Pick by:
external segment option.
4. Sekarang kira harus memilih segmen-segmen boundary yang diinginkan, dengan
mengklik segmen-segmen tersebut.
5. Klik 3 segemen dari batas terluar pada gambar di bawah ini. (Yaitu pada pojok kiri dari
batas terluar, dan 2 segmen pada kaki/lembah lereng.
6. Ketika segmen sudah dipilih, kemudian klik kanan lalu pilih Assign. Sebuah kondisi
boundary dengan total head = 26 meter, sekarang telah ditetapkan pada segmen-
segmen ini.
7. Sekarang masukkan sebuah Total Head Value = 31.8 meter di dalam kotak dialog. Pilih
segmen kanan yang lebih rendah dari batas terluar. Klik kanan lalu pilih Assign.
8. Kondisi boundary yang diperlukan, sekarang telah ditentukan/ditetapkan.
Kondisi boundary total head mewakili ketinggian (elevation) dari air genangan (phreatic
surfaces) yang mana hal ini diperlukan untuk menetapkan kondisi boundary total head
menjadi segmen-segmen dari batas terluar yang tepat.
Slide akan secara otomatis membuat genangan air walaupun kondisi boundary total head
menunjukkan bahwa air berada di atas lereng. (hal ini muncul apabila nilai total head lebih
besar dari koordinat-Y sepanjang boundary)
Untuk analisis air tanah, genangan air merupakan pilihan kenampakan (display) yang
sederhana, dimana kita dapat memeriksa kalau telah memasukkan kondisi boundary
total head yang tepat. Hal ini tidak secara langsung digunakan untuk analisis air tanah.
Bagaimanapun, untuk analisis kemantapan lereng, genangan air akan digunakan di
dalam analisis (seperti, berat & gaya hidrostatik genangan air). Genangan air akan
memiliki efek yang sama seperti genangan air yang ditentukan oleh permukaan air di
dalam Tutorial 5.
Hydraulic Properties (Sifat-Sifat Hidrolik)
Hal terakhir yang harus kita lakukan adalah melengkapi (complete) model air tanah, yang
ditentukan oleh sifat-sifat hidrolik (permeabilitas) material lereng.
Di dalam kotak dialog Define Hydraulic Properties, masukkan sebuah nilai permeabilitas
jenuh (saturated permeability), Ks = 5e - 8. Pilih OK.
Sekarang kita telah selesai dengan pemodelan air tanah, dan dapat melanjutkan ke
perhitungan analisis air tanah.
Compute (Groundwater)
Sebelum menganalisis model, simpan dahulu model air tanah yang telah kita buat dengan
nama GW1.sli.
Gunakan dialog Save As untuk menyimpan file model yang telah dibuat.
Catatan: Ketika 2 file disimpan maka file ekstensi untuk *.sli mengandung informasi pemodelan untuk kemantapan
lereng. Sedangkan file berkestensi *.slw mengandung informasi pemodelan untuk air tanah.
Interpret (Groundwater)
Kita dapat menampilkan hasil dari analisis air tanah di dalam program Slide Interpret.
Kontur yang ada dapat diubah dengan menggunakan dialog pilihan Contour yang ada pada
menu View atau menggunakan klik kanan pada kontur.
Water Table (Muka Air)
Garis yang berwarna merah muda pada model merupakan lokasi dari kontur boundary dengan
pressure head (tekanan muka) = 0.
Muka air merupakan lokasi dengan pressure head = 0, oleh karena itu untuk model seperti ini,
garis tersebut menunjukkan posisi dari muka air (phreatic surface) yang ditentukan dari
analisis finite element.
Tampilan muka air dapat diaktifkan atau dinon-aktifkan dengan menggunakan Toolbar
Shortcut, dialog pilihan Display atau klik kanan pada Shortcut.
Muka air yang di tentukan dari analisis air tanah (pada Tutorial ini).
Dengan muka air yang kita masukkan di dalam Tutorial 5 untuk analisis kemantapan
lereng.
Kita akan melihat bahwa lokasi dari muka air adalah sama pada kedua model tersebut. Juga
perlu dicatat bahwa kontur tekanan muka di atas muka air memiliki nilai negatif. Tekanan
muka negatif dihitung di atas muka air, biasanya disebut dengan penghisapan matric (matric
suction) di dalam daerah tak jenuh. Hal ini akan didiskusikan nanti.
Untuk menampilkan kontur dari data lainnya (total head, pressure, atau discharge velocity).
Secara sederhana dilakukan dengan mouse, pilih dari daftar dropdown di dalam toolbar.
Klik kanan lalu pilih Display. Pilih tab Groundwater, gantikan (On) pada pilihan Flow Vectors.
Gantikan (Off) pada seluruh pilihan Boundary Condition. Kemudian pilih Done (Vektor-vektor
aliran dan pilihan tampilan yang lain dapat pula diganti On/Off dengan tombol shortcut di
dalam toolbar).
Seperti yang telah diperkirakan, arah dari vektor aliran berhubungan dengan penurunan nilai
kontur total head.
Catatan: Ukuran relatif dari vektor-vektor aliran (seperti yang tampak pada layar) menunjukkan besar aliran. Pilih
Total Discharge Velocity Contours dari daftar Toolbar, ukuran dari vektor-vektor aliran dapat diskalakan dalam
Sekarang hilangkan (turn off) vektor-vektor aliran dengan memilih kembali (re-selecting)
Flow Vectors dari Toolbar.
Kita dapat menambahkan pengeplotan garis-garis aliran secara individu dengan pilihan Add
Flow Line. Sedangkan dengan memilih Add Multiple Flow Lines secara otomatis terbentuk
banyak garis aliran.
Garis aliran tegak lurus terhadap kontur total head. (Catatan: hanya 6 garis aliran yang dimunculkan
walaupun sebelumnya kita memasukkan nilai 8, hal ini dikarenakan garis awal dan akhir tepat berada pada batas
(boundary) sehingga tidak terlihat).
Sekarang hapus garis-garis aliran (pilih Delete Flow Lines dari toolbar, klik kanan lalu pilih
Delete All kemudian pilih OK pada kotak dialog yang muncul).
Iso-lines
Iso-lines adalah sebuah garis dengan nilai kontur yang tetap (konstan), ditampilkan pada
sebuah pengeplotan kontur.
Seperti yang pernah didiskusikan sebelumnya, garis berwarna merah muda ditampilkan dalam
model mewakili muka air yang ditentukan dari analisis air tanah. Muka air mewakili sebuah
iso-line dengan tekanan head adalah 0. Mari kita periksa bahwa muka air yang ditampilkan
mewakili sebuah garis dengan tekanan 0 (P=0), dengan menambahkan sebuah pengeplotan
iso-line.
Klik pada garis muka air (jika snap aktif maka kursor akan melekat secara tepat pada muka
air).
Kotak dialog akan menunjukkan nilai pressure head yang pasti dari lokasi yang kita pilih/klik.
Hal ini tidak tepat 0, jadi masukkan nilai 0 di dalam kotak dialog lalu klik Add.
Sebuah iso-line dengan tekanan head = 0 akan ditambahkan pada model sehingga akan
tumpang tindih (overlaps) dengan muka air secara tepat untuk membuktikan bahwa muka air
memiliki nilai P=0.
Queries
Tampilan program lainnya yang berguna adalah Interpret yang mampu membuat query untuk
menghasilkan analisis secara rinci. Untuk hasil-hasil air tanah sebuah query dapat
menambahkan sebuah garis atau banyak garis (polyline) dimanapun lokasinya pada model
kontur. Query dapat digunakan untuk nilai grafik dari data kontur sepanjang garis query atau
polyline.
Mari kita demonstrasikan. Kita akan membuat sebuah query yang terdiri dari sebuah segmen
garis vertikal, dari titik (vertex) pada puncak lereng ke dasar (bottom) dari batas luar.
1. Pilihan Snap seharusnya masih diaktifkan. Klik pada vertex puncak lereng pada
koordinat (50,35).
2. Masukkan koordinat (50,20) pada prompt line sebagai titik koordinat kedua.
3. Klik kanan lalu pilih Done atau tekan Enter. Kita akan melihat kotak dialog berikut ini:
Query yang telah kita buat memberikan data tekanan head sepanjang sebuah garis vertikal
dari puncak lereng ke dasar batas luar. Data-data ini dihasilkan dari interpolasi kontur-kontur
tekanan head.
Catatan: walaupun kita hanya menggunakan sebuah garis segmen untuk dapat mendefinisikan query ini, pada
umumnya sebuah query dapat merupakan polyline dengan beberapa segmen. Tambahkan di mana saja pada batas
terluar.
3. Sekarang gerakkan (hover) Mouse di atas kontur model. Pada saat kita menggerakkan
Mouse di atas kontur maka nilai-nilai kontur interpolasi dan lokasi X-Y akan dimunculkan
di dalam Popup Data Tip.
4. Hal ini merupakan cara grafis untuk mendapatkan nilai-nilai kontur pada titik manapun
pada model.
Sebagai contoh pada gambar di atas, Query Data Tips ditampilkan dengan nilai tekanan head
negatif (suction) di dalam daerah tak jenuh di atas permukaan air (water table).
Catatan: pada gambar di atas kita telah menghapus segmen garis query.
Atau dengan klik kanan pada query kemudian pilih Delete dari menu popup.
Sekarang kita kembali ke analisis kemantapan lereng, sehingga kita dapat menganalisis
dengan menggunakan tekanan pori (pore pressures) yang dihasilkan dari analisis air tanah.
Di dalam program slide model, ganti mode analisis Groundwater menjadi Slope Stability,
dengan cara memilih pada toolbar.
Compute (Perhitungan)
Sekarang jalankan/hitung analisis kemantapan lereng.
Ketika kita telah melakukan analisis air tanah maka analisis kemantapan lereng akan secara
otomatis menggunakan perhitungan tekanan pori hasil analisis air tanah.
Catatan:
Jika kita belum menghitung analisis air tanah maka akan secara otomatis dihitung sebelum perhitungan
analisis kemantapan lereng dilakukan, pada saat kita memilih Compute kemantapan lereng.
Sebelum melanjutkan ke analisis kemantapan lereng, merupakan ide yang baik untuk menghitung
analisis air tanah secara terpisah dan memperlihatkan hasil-hasil analisis air tanah (seperti yang telah kita
lakukan dalam Tutorial kali ini)
Interpret (Interpretasi)
Ada 2 legenda yang ditampilkan. Legenda pertama adalah untuk hasil-hasil kemantapan
lereng (faktor keamanan) dan legenda yang lain merupakan kontur air tanah.
Jika kita telah memperlihatkan & mendiskusikan hasil-hasil analisis air tanah maka sekarang
tutup tampilan air tanah, sehingga kita hanya memperlihatkan hasil-hasil analisis kemantapan
lereng saja.
1. Klik kanan lalu pilih Display. Pilih Tab Groundwater, lalu kosongkan semua kotak penanda
(checkboxes) pada pilihan Groundwater Display, terkecuali muka air (water table) dan
genangan air (ponded water). Kemudian pilih Done.
2. Klik kanan lalu pilih Countour (Groundwater). Matikan mode kontur (off). Pilih Done.
3. Klik kanan pada legenda air tanah. Pilih Hide Legend dari menu popup.
Sekarang kita hanya memperlihatkan hasil-hasil kemantapan lereng di dalam Slide Interpret.
Buka file Tutorial 5.sli. Catatan: kita harus menghitung file ini terlebih dahulu, jika sebelumnya tidak dilakukan
perhitungan
Pilih Zoom All pada setiap tampilan. Dan sembunyikan legenda setiap tampilan. Kita akan
melihat gambar seperti di bawah ini:
Akhirnya kita dapat membandingkan hasilnya. Seperti yang kita lihat, faktor keamanan global
minimum untuk analisis Bishop mendekati kesamaan untuk setiap file (Tutorial 5 = 1.499 dan
Tutorial 7 = 1.516).
Perbedaan faktor keamanan yang kecil ini dikarenakan pada Tutorial 5, tekanan pori
diturunkan dari sebuah file Water Pressure Grid (yang aslinya didigitasi dari sebuah jaring-
jaring aliran atau flownet). Sedangkan di dalam Tutorial 7, tekanan pori ditentukan dari
analisis finite element air tanah (seepage).
Catatan:
Kita harus memeriksa bahwa permukaan global minimum di dalam setiap file merupakan permukaan longsor yang
sama. Kita dapat melakukannya dengan cara seperti di bawah ini:
1. Di dalam setiap tampilan, pilih Data Tips Min (or Max) dari status bar.
2. Sekarang gerakkan (hover) kursor pada pusat permukaan longsor dari permukaan global minimum pada setiap
tampilan. Bandingkan koordinat pusat dan radius yang dimunculkan di dalam popup Data Tip.
3. Kita harus menentukan kedua permukaan longsor secara tepat dan sama pada masing-masing file.
Hal ini merupakan catatan penting untuk diingat. Ketika kita membandingkan 2 file yang
berbeda atau metoda analisis yang berbeda. Kita tidak dapat mengasumsikan bahwa
permukaan longsor kritis merupakan permukaan yang sama pada kedua file tersebut.
Sekarang bandingkan tekanan pori sepanjang permukaan longsor global minimum untuk
setiap file. Cara ini dapat secara langsung membandingkan perhitungan tekanan pori dari grid
tekanan pori (Tutorial 5) dan analisis air tanah (Tutorial 7).
Jalan tercepat membuat grafik data untuk sebuah permukaan longsor adalah mengklik kanan
pada permukaan longsor (catatan: kita dapat mengklik pada permukaan longsor atau pada garis radial pusat
longsor menuju titik akhir permukaan longsor).
Catatan:
Untuk file grid tekanan air (Tutorial 5), tekanan pori di atas permukaan air adalah 0.
Untuk file analisis air tanah, tekanan pori yang dihitung adalah negatif di atas permukaan air. Hal ini
mewakili tekanan matric suction yang dihitung di dalam daerah tidak jenuh di atas permukaan air (water
table).
(Pengaruh matric suction terhadap faktor keamanan akan didiskusikan pada bagian akhir
tutorial ini).
Untuk perbandingan yang lebih baik dari tekanan pori positif (perhitungan di bawah
permukaan air):
1. Klik kanan pada grafik tekanan pori untuk file analisis air tanah lalu pilih Chart Properties
dari menu popup.
2. Masukkan sebuah nilai minimum sumbu mendatar (axis) = 0. Pilih OK
Tampilannya akan tampak seperti di bawah ini:
Sekarang kita dapat melihat bahwa perhitungan tekanan pori positif untuk permukaan longsor
global minimum pada kedua file, mendekati kesamaan.
Perbedaan yang penting dari 2 grafik ini adalah perhitungan yang menggunakan metoda
berbeda dalam menentukan distribusi tekanan pori pada lereng.
Untuk file grid tekanan pori, takanan pori diinterpolasikan dari nilai-nilai grid
Untuk file analisis air tanah, tekanan pori diinterpolasikan dari kontur tekanan dan
jaring-jaring finite element.
Unsaturated Shear Zone (Daerah Geser Tidak Jenuh)
Untuk menyimpulkan Tutorial ini, kita akan menampilkan suatu tampilan slide, dimana
tersedia ketika sebuah analisis air tanah telah muncul. Oleh karena itu, kontribusi dari matric
suction pada kemantapan sebuah lereng dengan menentukan sebuah sudut kekuatan geser
tidak jenuh (unsaturated shear strength angle).
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 8-12, analisis air tanah pada slide dapat menghasilkan
tekanan pori negatif pada daerah tidak jenuh di atas muka air. Tekanan-tekanan negatif ini
sebenarnya tekanan matric suction di dalam daerah tidak jenuh.
Telah diketahui bahwa matric suction memiliki kontribusi terhadap kekuatan geser tidak jenuh
untuk sebuah material, kekuatan geser material di dalam daerah tidak jenuh akan
ditingkatkan oleh besaran :
Dimana: ψ = matric suction (positif), dan φb = sudut kekuatan geser tidak jenuh. (catatan : matric
suction merupakan positif atau nilai absolut dari tekanan pori negatif di dalam daerah tidak jenuh)
4. Dari yang telah ada, sudut kekuatan geser tidak jenuh (unsaturated shear strength angle)
= 0. Hal ini berarti bahwa matric suction di dalam daerah tidak jenuh tidak memberi
efek/akibat terhadap kekuatan geser ataupun faktor keamanan.
5. Bagaimanapun, jika kita memasukkan sebuah nilai tidak 0 untuk kekuatan geser tidak
jenuh, maka permukaan longsor yang melewati material daerah tidak jenuh akan
meningkatkan kekuatan geser dan faktor keamanan.
6. Sebagai contoh, masukkan sebuah sudut kekuatan geser tidak jenuh = 15º. Pilih OK.
7. Sekarang lakukan perhitungan ulang (re-run) analisis kemantapan lereng.
8. Tentukan permukaan longsor global minimum. Dimana sekarang memiliki nilai faktor
keamanan = 1.557 (analisis Bishop)
9. Sudut kekuatan geser tidak jenuh telah meningkatkan faktor keamanan global minimum.
Sudut kekuatan geser tidak jenuh biasanya tidak diketahui dengan pasti. Sudut kekuatan geser
tidak jenuh bervariasi antara 0 dan sudut geser material. Kekuatan geser tidak jenuh di dalam
beberapa kasus, dapat merupakan faktor yang kritis di dalam sebuah analisis kemantapan
lereng. Di dalam beberapa kasus jika lereng dekat kesetimbangan kritis (faktor keamanan
memiliki nilai sedikit di atas 1), akan menjadi tidak mantap tanpa memasukkan efek matric
suction pada kekuatan geser.
Introduction (Pendahuluan)
Analisis air tanah di dalam slide bertujuan untuk menentukan dan menganalisis sebuah
masalah air tanah, menggunakan model yang sama dengan masalah kemantapan lereng.
Boundary hanya dibutuhkan 1 kali yang akan digunakan untuk analisis air tanah dan
kemantapan lereng. Setelah sebuah analisis air tanah ditampilkan, maka hasilnya (tekanan
pori) dapat secara otomatis digunakan oleh perhitungan analisis kemantapan lereng.
Catatan:
Kemampuan analisis air bawah tanah di dalam slide dapat digunakan secara keseluruhan tidak
tergantung dengan analisis kemantapan lereng.
Analisis air tanah dapat ditampilkan secara terpisah tanpa harus menampilkan analisis kemantapan
lerengnya
Untuk mengaktifkan permodelan air tanah, yang perlu dilakukan adalah mengeset
groundwater method di dalam project settings menjadi finite element analysis .
Sebuah pilihan model analisis tersedia di dalam toolbar yang mana memiliki pilihan
untuk memilih model analisis slope stability atau model analisis groundwater
Jika kita memilih model analisis groundwater, maka menu & toolbar akan muncul
untuk melakukan pilihan-pilihan pemodelan yang diperlukan pada air tanah.
Berikut ini adalah prosedur umum yang diperlukan agar dapat menggunakan slide untuk
analisis air tanah.
Project Settings
Pertama kali yang harus dilakukan adalah mengeset groundwater method di dalam project
settings menjadi finite element analysis
Boundaries
Boundary yang sama digunakan dalam analisis air tanah & kemantapan lereng.
Bagaimanapun, model boundary hanya dapat dideskripsikan/ditentukan ketika mode
analisisnya = slope stability
Kita harus membuat model boundary, ketika model analisis = slope stability .
Kita tidak dapat membuat atau mengedit model boundarinya jika mode analisisnya =
groundwater.
Meshing (Pembuatan Jaring)
Analisis air tanah di dalam slide adalah sebuah analisis finite element yang dibuat dalam
bentuk jaring (mesh) yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Dengan mengklik mouse kemudian memilih opsi discretize and mesh. Hal ini akan
secara otomatis membuat sebuah jaring finite element yang merata bersama model
boundarinya.
Jika jaring (mesh) memerlukan perubahan, ada beberapa pilihan yang tersedia di
dalam menu mesh untuk mengubah jaring (mesh) jika diperlukan.
Boundary Conditions
Kemudian kita akan mengeset kondisi-kondisi boundary yang akan menentukan masalah air
tanah yang ingin dipecahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengeset pilihan set boundary
conditions yang dapat digunakan untuk menentukan tekanan yang diperlukan dan kondisi-
kondisi aliran sepanjang model boundary atau pada node(s) dari mesh yang lain.
Hydraulic Properties
Karakteristik permeabilitas (hydraulic conductivity) dari setiap material, ditentukan oleh
pilihan define hydraulic properties. Kita dapat menentukan sebuah permeabilitas jenuh
untuk setiap material, permeabilitas tak jenuh, atau membuat fungsi permeabilitas menurut
kenginginan.
Ketika seluruh kondisi boundary air tanah dan sifat-sifat material telah ditentukan, maka kita
siap untuk melakukan/menjalankan perhitungan analisis air tanah.
Pilih compute (groundwater) dari menu analysis atau toolbar, maka mesin
penghitung air tanah akan dijalankan.
Akan terlihat sebuah dialog perhitungan ketika analisis sedang berjalan (running) dan
akan kembali ke program slide model jika perhitungan selesai.
Setelah melakukan perhitungan maka kita akan melihat hasilnya dengan memilih interpret
(groundwater) . Jika hasil air tanah memuaskan maka kita dapat kembali ke slide model ,
tukar mode analisis = slope stability, kemudian masuk ke dalam analisis kemantapan lereng.
Ketika kita memilih compute pada kemantapan lereng maka analisis kemantapan lereng akan
secara otomatis menggunakan tekanan pori (pore pressure) hasil perhitungan dari analisis air
tanah.
Groundwater Interpret
Hasil dari sebuah analisis air tanah akan digambarkan oleh program slide interpret
menggunakan pilihan-pilihan di dalam menu groundwater.
Catatan :
Hasil analisis air tanah dapat dimunculkan secara bersama-sama dengan hasil analisis kemantapan lereng.
Tampilan dari hasil air tanah (misalnya kontur tekanan pori), dan tampilan dari hasil kemantapan lereng (misalnya
busur longsor, faktor keamanan, dan lain-lain) sudah secara penuh termasuk ke dalam sebuah program slide yaitu
program interpret .
Tambahan contoh-contoh pemodelan air tanah dan analisanya, dapat ditemukan di dalam
Groundwater Verification Manual.
Groundwater Verification Manual tersedia dalam bentuk dokumen PDF, di dalam folder
instalasi SLIDE. Dapat juga pada menu Start Window.
File-filenya digunakan untuk contoh-contoh verifikasi, yang dapat ditemukan di dalam sub-
folder Groundwater Verification, di dalam folder Examples.
DAFTAR PUSTAKA
Afrouz, A.A. (1992): Practical Handbook of Rock Mass Classification Systems and
Modes of Ground Failure, Boca Raton: CRC Press.
Arif, Irwandy. 2015. Geoteknik Tambang. Istitut Teknologi Bandung. Bandung
Bandis, S. (1990): Scale effects in the strength and deformability of rocks and rock
joints, Proc. The 1st Intl. Workshop on scale effects in Rock masses, Edited by
Cunha, P.A. Luen, Norway 59-76.
Barton, N.R. (1973): Review of a New Shear Strength Criterion for Rock Joint,
Engineering Geology, Elsevier, Vol. 7. pp. 287 – 332.
Barton, N.R. (1976): The shear strength of rock and rock joints, Intl. J. Rock Mech. Min.
& Sci. Vol. 13: 255-279.
Barton, N.R. and Bandis, S. (1990): Review on Predictive Capabilities of JRC – JCS Model
in Engineering Practice, Balkema, Rotterdam. pp. 603 – 610.
Barton, N.R. and Chobey, V. (1977): The Shear Strength of Rock Joint in Theory and
Practice, Rock Mechanics. Vol. 10. pp. 1 – 54.
Bieniawski, Z.T. (1973): Engineering Classification of Jointed Rock Masses, Trans. S. Afr.
Inst. Civ. Eng. 15. pp. 335 – 344.
Bieniawski, Z.T. (1989): Engineering Rock Mass Classifications, John-Wiley, New York.
Brady, B.H.G. and Brown, E.T. (1985): Rock Mechanics for Underground Mining,
George Allen and Unwin, London.
Cunha, P.A. (1990): Scale effects in Rock Masses, Proc. The 1st Intl. Workshop on scale
effects in Rock masses, Edited by Cunha, P.A. Luen, Norway 3-30.
Deere, D.U. and Miller, R.P. (1966): Engineering Classification and Index Properties for
Intact Rocks, Technical Report, Air Force Weapons Laboratory, New Mexico,
AFNL-TR. 65-116.
Edelbro, C. (2004): Evaluation of Rock mass Strength Criteria, Licentiate Thesis, Lulea
University of Technology.
Fukozono, T. (1985): A New Method for Predicting The Failure Time of a Slope,
Proceeding of the 4th International Conference and Field Workshop on
Landslides, Tokyo, pp. 145 – 150.
Goodman, R.E. (1989): Introduction to Rock Mechanic, 2nd edition, John Wiley,
Singapore, pp. 19 – 95.
Hoek, E. and Bray, J.W. (1981): Rock Slope Engineering, Institution of Mining and
Metallurgy, London.
Hoek, E. and Brown, E.T. (1980): Underground Excavation in Rock, The Institute of
Mining and Metallurgy, London.
Hoek, E. and Brown, E.T. (1988): The Hoek-Brown Failure Criterion – a 1988 Uapdate,
Proceedings of the 15th Canadian Rock Mechanics Symposium, Toronto.
ISRM (1981): Rock Characterization Testing and Monitoring ISRM Suggested Method.
E.T. Brown (Ed). Pergamon Press. 5 – 30.
ISRM Suggested Methods (1976): Determining hardness and Abrasiveness of Rock,
International Journal. Rock Mechanics, Science. & Geomechanical. Abstract. 15.
89 – 97.
Kramadibrata, S. (1996): The Influence of Rock Mass and Intact Rock Properties on The
Design of Surface Mines with Particular Reference to The Excavatability of Rock,
Ph. D. Thesis, Curtin University of Technology.
Kramadibrata, S. and Jones, I.O. (1992): The Influence of Specimen Size on Strength of
Intact Rocks, Western Australian Conference on Mining Geomechanics, WASM
Kalgoorlie, Western Australia.
Rai, M.A., Adisoma, G.S., Watimena, R.K. dan Saptono, S. (2001): Penggunaan Perilaku
Massa Batuan Elasto-Visko-Plastik Untuk Analisis Kestabilan Lubang Bukaan
Bawah Tanah, Jurnal Teknologi Mineral, Vol. VIII No. 4/2001, FIKTM, ITB,
Bandung.
Romana, M. (1988): Practice of SMR Classification for Slope Appraisal, Proceeding 5th
International Symposium on Landslides, Lausanne, pp. 1227 – 1231.
Saptono, S. (2011): Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan
pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik. Seminar Kebumian Nasional,
FTM – UPN ”Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.
Saptono, S., (2012): Pengembangan Metode Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan
Karakterisasi Batuan di Tambang Terbuka Batubara. Disertasi Doktor, Rekayasa
Pertambangan, Institut Teknologi Bandung,
Saptono, S., Kramadibrata, S. and Sulistianto, B. (2010): The Use of Rock Mass
Characteristic for Assessing Slope Stability, The 5th AUTOLE International
Postgraduate Students Conference on Engineering, ITB, Bandung, Indonesia
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, K.R., (2008b): Peranan
Klasifikasi Massa Batuan Pada Perancangan Lereng Tambang Terbuka
Penambangan Batubara, PT. Adaro Indonesia, Proceeding TPT XVII – Perhapi.
Juli 2008, Palembang.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, R.K. (2008c): Perkiraan
Potensi Kelongsoran Lereng Lowwall Penambangan Batubara Berdasarkan
Hasil Pemantauan Inclinometer, PT. Adaro Indonesia, Kursus dan Seminar
Geoteknik, Nopember 2008, Diesemas ke 50 ITB.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, R.K. (2011): Pengaruh
Ukuran Contoh Terhadap Kekuatan Batuan, Journal Teknologi Mineral, ITB.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B., Wattimena, K.R., Nugroho, P., Iskandar,
E. and Bahri, S., (2008a): Low Wall Slope Monitoring By Robotic Theodolite
System Likely to Contribute to Increased Production of Coal in PT. Adaro
Indonesia, Proceeding 1st Southern Hemisphere International Rock Mechanics
Symposium, Vol. 1, Potvin et al. eds. Perth. Australia.