Anda di halaman 1dari 169

Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya sehingga penyusunan Modul Rekayasa Geoteknik Tambang Terbuka ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Ilmu Geoteknik sangat penting dalam dunia pertambangan karena aktivitas


penambangan terbuka mineral dan batubara akan selalu menghadapi permasalahan
kestabilan lereng .lereng lereng harus dianalisis kestabilannya ,baik pada tahapan
perancangan ,tahapan penambangan maupun setelah pasca tambang untuk
mencegah bahaya akibat kelongsoran sewaktu waktu karena menyangkut
keselamatan kerja ,kemananan alat produksi, dan benda benda lainya jadi istilah nya
geoteknik merupakan hal yang sangat vital di dunia pertambangan

Modul ini berguna sebagai meningkatkan kepahaman dan pengetahuan


geoteknik lebih mendalam dan untuk meningkatkan skill kita dibidang Rekayasa
Geoteknik pada tambang terbuka ,Modul berisi Materi Geoteknik diantaranya
Pengenalan Geoteknik , Batuan dan Kondisi Geologi Umum Tambang Terbuka ,
Kekuatan Batuan dan Masa Batuan ,Uji Laboratorium ,Metode Analisis Kestabilan
Lereng ,Pemantauan Lereng dan perkuaatan Lereng ,Metode Kesetimbangan
Batas,Metode Elemen Hingga dan Studi Kasus Pada Tambang Terbuka Batubara dan
Mineral/Biji, Materi yang lebih Aplikatif dan Mudah dipahami.

Semoga Modul ini dapat Memberikan Mamfaat pengetahuan seputar


Geoteknik kepada peserta Pelatihan dan dapat diaplikasikan di dunia Pertambangan.

Yogyakarta, November 2018

Tim Penyusun
Bara indo Consulting

Let’s Succes With Us... 1


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 1


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 2
BAB I PENGENALAN GEOTEKNIK ....................................................................................... 4
1.1 Pengertian Rekayasa Geoteknik ................................................................................ 4
1.2 Perkembangann Ilmu Rekayasa ................................................................................. 4
1.3 Karakteristik Rekayasa Geoteknik .............................................................................. 5
1.4 Klasifikasi Gerakan Massa Tanah dan Batuan ............................................................ 6
1.5 Tipe – Tipe Longsoran............................................................................................... 10
1.6 Macam macam Metode Analisis Kestabilan Lereng ................................................ 13
BAB II BATUAN DAN KONDISI GEOLOGI UMUM TAMBANG TERBUKA .............................. 14
2.1 Genesa Bahan Galian ............................................................................................... 14
2.2 Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer ....................................................... 20
2.3 Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil
Pelapukan Permukaan dan Transportasi ................................................................. 25
BAB 3 KEKUATAN BATUAN DAN MASSA BATUAN ........................................................... 27
3.1 Pengambilan Data Lapangan ................................................................................... 27
BAB 4 UJI LABORATORIUM ............................................................................................. 39
4.1 Preparasi Contoh Batuan ......................................................................................... 39
4.2 Penentuan Sifat Fisik Batuan Di Laboratorium ........................................................ 39
4.3 Penentuan Sifat Mekanik Batuan Di Laboratorium ................................................. 40
4.4 Karakteristik Massa Batuan....................................................................................... 50
BAB 5 METODE ANALISIS KESTABILAN LERENG ............................................................... 58
5.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ......................................... 58
5.2 Mekanisme Longsoran ............................................................................................. 59
BAB 6 PEMANTAUAN DAN PERKUATAN LERENG ............................................................. 64
6.1 PEMANTAUAN LERENG ............................................................................................ 64
6.2 PERKUATAN LERENG ................................................................................................ 76
BAB 7 METODE KESETIMBANGAN BATAS (LIMIT EQUILIBRIUM METHOD) ....................... 80
7.1 Metode Fellenius...................................................................................................... 82
7.2 Metode Bishop ......................................................................................................... 83
7.3 Metode Janbu .......................................................................................................... 84
7.4 Metode Morgenstern dan Price .............................................................................. 85
BAB 8 METODE ELEMEN HINGGA (FINITE ELEMENT METHOD) ....................................... 88

Let’s Succes With Us... 2


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 9 ANALYSIS WITH SLIDE ROCSIENCE TUTORIAL ........................................................ 90


9.1 Non-Circular Surfaces Tutorial (Petunjuk/Tutorial Longsoran Bukan-Busur) .......... 90
9.2 Composite Surface Tutorial (Petunjuk/Tutorial Permukaan Lereng Berlapis)....... 106
9.3 Water Pressure Grid Tutorial (Petunjuk/Tutorial Grid Tekanan Air) ..................... 120
9.4 Probabilistic Analysis (Analisis Probabilitas) .......................................................... 137
9.5 Groundwater Tutorial (Petunjuk/Tutorial Air Tanah) ............................................ 140
9.6 More Groundwater Examples (Contoh Tambahan Air Tanah) .............................. 167
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 168

Let’s Succes With Us... 3


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB I
PENGENALAN GEOTEKNIK

Aktivitas penambangan Mineral dan batubara di ruang terbuka yang berupa


penggalian dan penimbunan akan selalu menghadapi permasalahan kestabilan lereng.
Lereng tersebut adalah lereng tambang aktif, lereng timbunan bijih/batubara
(Stokpile), lereng timbunan tanah penutup, dan lereng bangunan infrastruktur seperti
lereng jalan, lereng di sekitar bangunan, serta bendungan. Lereng – lereng tersebut
perlu dianalisis kestabilanya, baik pada tahap perancangan, tahapan penambangan
maupun tahap pasca tambang untuk mencegah bahaya longsoran di waktu waktu
yang akan dating karena hal ini menyangkut keselamatan kerja, keamanan peralatan
dan benda benda lainya serta keberlangsungan produksi .

1.1 Pengertian Rekayasa Geoteknik


Rekayasa Geoteknik sesuai dengan namnya merupakan rekayasa teknologi
yang diterapkan kepada bumi (Holtz,1981).dalam mempelajari geoteknik selalu akan
berhubungan dengan material alam,baik dari permukaan maupun dari dalam bumi,
dalam bentuk tanah dan batuan .untuk keperluan teknik ,tanah dapat diartikan
sebagai Lepasan aglomerasi mineral ,material organic, dan sedimen dengan cairan dan
gas yang mengisi rongga (Das ,2002) sedangkan batuan adalah kumpulan dari berbagai
macam macam mineral yang kompak ( Giani, 1992) dalam disiplin ilmu yang lain
,defenisi dari kedua material tersebut dapat berbeda beda tetapi dalam mempelajari
kekayasa geoteknik digunakan defenisi yang telah disebutkan sebelumnya.dalam
geoteknik , hal hal terpenting dalam mempelajari material tersebut adalah memahami
bagaimana perilaku masing-masing material.

1.2 Perkembangann Ilmu Rekayasa


Manusia secara historis telah mengunakan tanah dan batuan sebagai bahan
untuk pengendalian banjir,irigasi ,tempat pemakaman ,membangun fondasi ,dan
bahan kontruksi untuk bangunan .kegiatan pertama terkait dengan irigasi dan
pengendalian banjir ,dibuktikan dengan adanya jejak tanggul ,bendungan ,dan kanal
yang berasal setidaknya sejak tahun 2000 SM yang di temukan di mesir kuno
,mesoptamia serta sekitar pemukiman awal mohenjo Daro dan harapan Harappa di
Lembah Indus (Kerisel ,1985).
Hingga Pertengahan pada tahun 1700 an Manusia belum mengunakan ilmu
rekayasa geoteknik dalam kegiatan kontruksi karena tidak ada dasar teoritis untuk
ilmu tersebut . Disiplin tersebut lebih Merupakan seni dari pada ilmu hanya karena
mengandalkan pengalaman masa lalu.ilmu rekayasa geoteknik sendiri baru mulai
berkembang pada awal abad ke 18 (Das,2002 ).

Let’s Succes With Us... 4


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Salah satu contoh terkenal dari masalah yang berhubungan dengan daya
dukung tanah (soil bearing capacity) adalah kontruksi menara Pisa yang kemudian
menjadi miring .kejadian ini mendorong para ilmuwan untuk mulai mengambil
pendekatan yang mulai berbasis ilmiah untuk meneliti komposisi ilmiah untuk meneliti
komposisi dan perilaku suatu material .
Kemajuan paling awal terjadi dalam pengembangan teori Tekanan tanah untuk
pembangunan dinding panahan .Henri Gautier ,French Royal Engineer ,menemukan
adanya “kemiringan alami “ dari tanah yang berbeda pada tahun 1717.Kemiringan
alami tersebut kemudian dikenal dengan nama angle of repose (Das,2002).
Prinsip –Prinsip mekanikah untuk tanah ditemukan ketikah Charles augustin
coloumb (1776) mengembangkan teori mengenai tekanan tanah aktif dan pasif
terhadap suatu dinding penahan .dengan menggunakan teori tentang gesekan serta
kohesi untuk menentukan bidang gelincir yang berada di balik dinding penahan
,Coloumb dapat menentukan kriteria runtuhan (failure criterion) untuk tanah .teori
tersebut kemudan berkembang dengan menggabungkan teori coulomb dengan
kondisi tegangan 2D Christian Otto Mohr sehingga teori ini lebih dikenal sebagai teori
Mohr –Coloumb. Teori Mohr –coloumb masih diguanakan dalam praktik sampai saat
ini (O Kelly dkk.,2009).
Rekayasa Geoteknik modern dikatakan telah dimulai pada tahun 1925 dengan
terbitnya erdbaumechanik auf bodenphysikalisher Grund –lage karya Terzaghi
(seorang insinyur sipil dan geologi). Terzaghi dianggap oleh banyak orang sebagai
bapak dari mekanikah tanah modern dan rekayasa geoteknik . Terzaghi
mengembangkan prinsip tegangan efektif dan menunjukkan bahwa kekuatan geser
tanah di kendalikan oleh tegangan efektif nya ( Terzaghi,1925).

1.3 Karakteristik Rekayasa Geoteknik


Dalam rekayasa geoteknik, kita akan banyak berhungan dengan hasil empiris,
yang disebabkan oleh perilaku alamiah dari material tersebut mengandung banyak
variabel , bahkan dalam jarak beberapa millimeter saja dapat memilki karateristik
material yang berbeda .dapat dikatakan tanah dan batuan merupakan material yang
sangat heterogen .sifat material nya sangat bervariasi dari satu lokasi ke lokasi lain
.disisi lain kedua material ini tidak bersifat isotropik ,melainkan memilki sifat material
yang tidak sama pada semua arah (anisotropik ).berbeda dengan ilmu mekanikah lain
yang menganut hukum tegangan-tegangan yang linear ,dalam rekayasa geoteknik
material awalnya diasumsikan mengikuti hukum hukum tegangan –regangan linear ,
tetapi di perlukan tambahan koreksi empiris agar hasil yang di peroleh mendekati
keadaan sebenarnya ( Holtz dan Kovacs,1981). Hal ini menjadikan rekayasa geoteknik
sebagai ilmu yang menarik .
Lebih jauh lagi ,perilaku material tanah dan batuan dikontrol oleh adanya kekar
,sesar ,serta bidang diskontinu lainya .selain itu masih ada pengaruh air, getaran, dan
panas .karena keadaan alami dari tanah dan batuan ,data yang di peroleh , baik diuji
lapangan maupun laboratorium ,sangat penting pada rekayasa geoteknik .namun hasil
uji dan metode analisis yang disederhanakan tidaak dapat menghitung secara pasti
karateristik material yang sesunggunya ,dalam hal ini hanya dapat mendekati

Let’s Succes With Us... 5


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

karateristik yang sebenarnya .rekayasa geoteknik yang baik bergantung pada


keputusan dan pengalaman orang yang merancang (engineering judgement).selain itu
faktor –faktor lain seperti keekonomian dan keselamatan kerja merupakan hal yang
sangat penting dalam merancang lereng .denga memiliki pemahaman rekayasa
geoteknik yang baik ,seseorang akan dapat membuat design lereng tambang yang
aman dan ekonomis .melakukan pemantauan (monitoring) terhadap lereng
,mengevaluasi design lereng tambang ,dan menganalisis serta mengambil keputusan
yang tepat terkait kondisi lereng yang ada dilapangan .

1.4 Klasifikasi Gerakan Massa Tanah dan Batuan


Beberapah hal lain yang perlu diketahui ,mempelajari dan mengerti
sebelumnya agar dapat merancang lereng tambang yang baik adalah gerakan massa
tanah dan batuan , metode penambangan terbuka yang di terapkan ,dan rancangan
teknik secara umum .
Gerakan tanah menurut M.M . Purbo Hadiwijoyo (1992) dapat di defenisikan
sebagai berpindah nya massa tanah dan batuan padaa arah tegak ,mendatar dan
miring dari kedudukannya semula .jenis gerakan tanah dan batuan dapat di
klasifikasikan sebagai berikut.

 Longsoran (Sliding)
Disebut longsoran jika tanah dan batuan bergerak itu seakan –akan bergerak
itu seakan tiba tiba meluncur kebawah
 Runtuhan (falling)
Disebut runtuhan jika gerakan tanah dan batuan ibarat jatuh seperti massa
batuan pada dinding yang curam (mendekati tegak) yang tiba tiba jatuh
 Nendatan (Slump)
Disebut nendatan jika tanah dan batuan berupa massa yang belum terlepas
dari ikatannya bergerak menuruni lereng dalam jarak yang pendek , jadi seakan
–akan masih merupakan gumpalan –gumpalan besar .
 Amblesan (subsidence)
Amblesan merupakan suatu permukaan tanah dan batuan yang tiba tiba
bergerak turun dengan kecepatan lambat sampai agak cepat.
 Rayapan ( Creep)
Rayapan adalah gerakan massa tanah dan batuan secara perlahan –lahan .
 Aliran (Flow)
Aliran merupakan gerakan massa tanah dan batuan yang sudah bercampur
dengan air dan tertranportasikan ke tempat lain .
 Gerakan Kompleks ( Complex Movement )
Gerakan tanah dan batuan yang merupakan gabungan lebih atau sama dengan
dua gerakan tanah dan batuan yng disebutkan sebelumnya sehingga sulit di
identifikasi sebagai salah satu jenis gerakan yang telah didefinisikan
sebelumnya .

Let’s Succes With Us... 6


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

1.4.1 Longsoran (Sliding )


Istilah yang paling banyak digunakan untuk gerakan tanah dan batu –an yang
terjadi pada lereng lereng alamiah adalah longsoran dalam arti luas .agar pengertian
longsoran dapat diperjelas coates ( 1970)n dan Hansen (1984) membuat daftar
beberaah faktor penting yang telah disetujui diantara 28 penulis yang telah
menyumbangkan fikiranya untuk subjek ini. Daftar ini sangat menarik saat kita
mencoba memutuskan elemen apa yang menyusun suatu longsoran dan gerakan
mana yang dapat atau tidak dapat di defenisikan kedalam kategori longsoran .daftar
tersebut adalah sebagai berikut .

 Longsoran mewakili satu kategori dan suatu penomena termasuk didalamnya


arah umum dari pergerakan tanah dan batuan.
 Gravitasi adalah gaya utama yang terlibat.
 Gerakan harus cukup cepat karena rayapan (creep) begitu lambat untuk
dikategorikan sebagai longsoran.
 Gerakan dapat berupa keruntuhan (falling), longsoran /luncuran (sliding),
aliran ( flow)
 Bidang atau daerah gerakan tidak sama dengan patahan.
 Gerakan akan mengarah kebawah dan menghasilkan bidang bebas, jadi
subsidence tidak termasuk .
 Material yang tetap di tempat mempunyai batas yang jelas dan biasanya
melibatkan hanya bagian terbatas dari punggung lereng .
 Material yang tetap ditempat dapat meliputi dari regolith dan bedrock.
 Fenomena tanah beku ( frozen ground ) biasanya tidak termasuk kategori ini .

Gambar 1.1 Longsoran yang terjadi di PT.FI 22 desember 2003


(Freeport Indonesia,2003)

Let’s Succes With Us... 7


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Longsoran atau luncuran dalam arti yang sebenarnya


Pada umumnya longsoran atau luncuran terjadi pada suatu material yang
rapuh .gerakan ini terjadi sepanjang satu atau beberapah bidang luncuran .gerakan
ini bisa berupa rotasi atau translasi yang tergantung pada keadaan material serta
strukturnya .jika gerakan ini rotasi , biasanya akan menhasilkan longsoran busur atau
lingkaran .tetapi jika gerakan ini ini merupakan translasi akan menghasilkan longsoran
bidang .gabungan kedua gerakan ini akan menghasilkan longsoran bidang dan busur .
1.4.2 Runtuhan (falling )
Runtuhan dapat terjadi akibat adanya bidang bidang diskontinu pada suatu
lereng yang relatif tegak ,pada rayapan dari lapisan lunak ( misalnya marl) atau
gulingan blok seperti runtuhan yang terjadi di gunung granier en sovoie pada tahun
1248 ( hantz ,1988). Gambar 1.2 menunjukan peristiwa runtuhan yang terjadi
pennington point pada 5 februari 2009 .

Gambar 1.2 Runtuhan di pennington Point


( British Geological Survei,2009)
1.4.3 Nendatan ( Slump)
Slump, atau dikenal juga sebagai Nendatan (KBBI,2015) Merupakan gerakan
yang terputus –putus atu tersendat –sendat dari massa tanah dan batuan ke arah
bawah dalam jarak yang relatif pendek ,melalui bidang lengkung dengan kecepatan
ekstrem lambat paling agak cepat (moderate)
Sesuai dengan prosesnya yang terputus – putus nendatan mempunyai lebih
darisatu bidang longsor yang kurang lebih sejajar atau searah satu sama lain .gambar
1.3 menunjukan gerakan tanah berupa nendatan (slump) yang terjadi di north Dakota
,Amerika .

Let’s Succes With Us... 8


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 1.3 Gerakan tanah berupah nendatan /slump (schwert,1989)


1.4.4 Amblesan ( Subsidence)
Amblesan atau subsidence merupakan proses penurunan muka tanah yang
terjadi secara alamiah karena konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lunak ,
ataupun karena penurunan tekanan air tanah pada system akuifer dibawahnya akibat
akuifer dibawah nya akibat pengaruh kegiatan manusia diatas permukaan dan
pengambilan air tanah .amblesan juga dapat terjadi pada permukaan diatas suatu
tambang bawah tanah ( gambar 1.4 ).

Gambar 1.4 Amblesan yang terjadi di Ridgeeway mine,new south wales


(Rolinator,2006)
1.4.5 Rayapan (Creep)
Rayapan adalah gerakan kontinu dan relative lambat ,sehingga kita tidak dapat
melihat jelas bidang rayapan .contoh daerah pelanggan jenis gerakan ini adalah
pangadegang di cianjur selatan
Disana daerah yang bergerak mencakup 100 kilometer.selain itu juga didaerah
ciamis utara dan Banjarnegara di jawa tengah ( M.M Purbo Hadiwidjoyo,1992)

Let’s Succes With Us... 9


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 1.5 Rayapan


http://rizqigeos.blogspot.com/2013/05/gerakan-massa.html
1.4.6 Aliran ( Flow)
Gerakan ini berasosiasi dengan transportasi material oleh air atau udara dan
dipicu oleh gerakan longsoran sebelumnya .kecepatan gerakan bisa sangat tinggi .

Gambar 1.6 Aliran /flow ( united States Geological Survei ,1999)

1.5 Tipe – Tipe Longsoran


1. Longsoran Busur (Circular Failure)
2. Longsoran Bidang (Plane Failure)
3. Longsoran Baji (Wedge Failure)
4. Longsoran Guling (Toppling Failure)
1.5.1 Longsoran Busur (Circular Failure)
• Paling umum terjadi di alam
• Banyak terjadi pada tanah dan batuan lapuk atau yang sangat
terkekarkan dan pada lereng lereng timbunan
• Berbentuk bidang gelincir pada longsoran busur

Let’s Succes With Us... 10


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

• Longsoran busur ditandai suatu rekahan Tarik pada permukaan atas atau muka
lereng, adanya penurunan sebagian permukaan atas lereng yang berada di samping
rekahan.

Gambar 1.7 Longsoran Busur

1.5.2 Longsoran Bidang (Plane Failure)


• Jarang terjadi di alam
• Apabila terjadi longsoran bidang, volume longsoran akan lebih besar daripada
longsoran lain
• Disebabkan oleh struktur geologi yang berkembang akibat adanya kekar (joint)
dan patahan
• Longsoran bidang dapat terjadi apabila :
-Adanya bidang gelincir bebas yang berarti bahwa kemiringan bidang lurus
lebih kecil daripada kemiringan lereng
-Arah bidang perlapisan sejajar atau mendekati dengan arah lereng
-Kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut gesek dalam
-Terdapat bidang geser pada kedua sisi longsoran

Gambar 1.8 Longsoran Bidang

Let’s Succes With Us... 11


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

1.5.3 Longsoran Baji (Wedge Failure)


• Sering terjadi di lapangan

• Disebabkan oleh struktur geologi yang berkembang sama seperti

halnya longsoran bidang, yang membedakan adalah terdapat dua

struktur geologi yang berkembang dan saling berpotongan

• Longsoran baji dapat terjadi apabila :

-Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tapi kemiringan

bidang lemah B lebih besar daripada bidang lemah A

-Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut

kemiringan lereng

-Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua
bidang lemah

Gambar 1.9 Mekanisme Dasar Longsoran Baji


1.5.4 Longsoran Guling (Toppling Failure)
• Pada umumnya terjadi pada lereng yang terjal dan batuan keras, struktur bidang
lemahnya berbentuk kolom, tegak atau hampir tegak dan arahnya berlawanan
dengan arah kemiringan lereng
• Longsoran yang terjadi berbentuk blok atau bertingkat

Let’s Succes With Us... 12


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 1.10 Longsoran Guling

1.6 Macam macam Metode Analisis Kestabilan Lereng


Terdapat sejumlah metode yang dapat digunakan dalam analisis kestabilan
lereng mulai dari yang sederhana ,seperti metode grafik ,metode stereonet,metode
kesetimbangan batas ,hingga yang rumit dan canggih ,seperti metode elemen hingga
(finite –element method) dan metode elemen diskret (discrete-element method).
Setiap metode memilliki keunggulan dan keterbatasan masing masing .

Saat ini terdapat banyak software untuk analisis kestabilan lereng .pengunaan
software tersebut memerlukan pemahaman mengenai prinsip prinsip dari metode
analisis yang digunakan, kelebihan dan keterbatasan pada setiap metode dan
software, sehingga dapat digunakan secara tepat.

Untuk menyelesaikan persoalan geomekanika terdapat dua pendekatan yaitu


:

 Pertama , tanah dan batuan dianggap sebagai suatu massa yang kontinu atau
menerus ( metode kontinum) yang terdiri :

Metode bedah hingga (finite –difference method)

Metode elemen Hingga (finite –element method)

 Kedua , Tanah dan batuan dianggap sebagai suatu benda yang tidak
kontinu/tidak menerus (metode diskontinu) seperti metode element diskret.

Kedua Pendekatan tersebut dapat juga digabung untuk memperoleh kelebihan


dari masing masing metode, pendekatan ini disebut metode campuran ( hybrid).

Let’s Succes With Us... 13


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB II
BATUAN DAN KONDISI GEOLOGI
UMUM TAMBANG TERBUKA
2.1 Genesa Bahan Galian
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan,
proses pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan
faktor-faktor pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls). Tujuan utama
mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan dalam
menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan
kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model
eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda
penambangan dan pengolahan bahan galian
Tujuan utama mempelajari genesa suatu genesa endapan bahan galian adalah
sebagai pegangan dalam menemukan dan mencari endapan-endapan
baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik dan kimia endapan bahan galian, membantu
dalam penentuan metoda penambangan dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya desebut
dengan endapan primer (hipogen). jika mineral-mineral primer telah berubah melalui
pelapukan atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan
sekunder (supergen).

Gambar 2.1 Konsep Genesa Bahan Galian

Let’s Succes With Us... 14


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.2 Genesa Batuan

No Tipe Sampel UCS (Mpa) Stabilitas dalam Air


1 Sandstone 22-65 cukup stabil
2 Sandy-Claystone 20 cukup stabil
3 Claystone 30 tidak stabil
4 Clayey – Limestone 40-50 tidak stabil
5 Dolomite 71 Stabil
6 Alterate Dolomite 15-20 tidak stabil
7 Dolomite - Limestone 45-50 Stabil
8 Dolomite 18-21 tidak stabil
9 Dolomite – Breccia 47 cukup stabil
10 Limestone, Dolomite 20-53 Stabil
11 Clayey – Limestone 54 cukup stabil
12 Cataclasite 80 cukup stabil
13 Granite 85 Stabil
14 Granodiorite to Tonalite 66 Stabil
15 Granodiorite 56 Stabil
16 Tonalite, Granodiorite 98 Stabil

Let’s Succes With Us... 15


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tabel 2.2 Skala Mohs Mineral

Index Mineral Skala Mohs Objek Umum


Diamond 10
Corundum 9
Topaz 8
Quartz 7 besi/paku (6,5)
Orthoclase 6
Apatite 5 Kaca (5,5)
Fluorite 4
Calcite 3
Gypsum 2 Kuku (2,5)
Talc 1

TIPIKAL LITOLOGI BATUAN DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA


• Umumnya adalah batuan sedimen dan memiliki bidang perlapisan sebagai bidang
lemah utama
• Secara definisi :
Batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari material organic
(organoclastic sedimentary rock), dapat dibakar dan memiliki kandungan utama
berupa C, H, O.
• Secara proses (genesa) :
Batubara adalah lapisan yang merupakan hasil akumulasi tumbuhan dan
material organic pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, yang disebabkan oleh
proses syn- sedimentary dan post-sedimentary, sehingga menghasilkan rank dan tipe
tertentu.

Gambar 2.3 Genesa Batubara

Let’s Succes With Us... 16


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.4 Proses Pembentukan Batubara

Pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :


a. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut
proses peatification
Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal dari
tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam
keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %,
dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.

b. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification


Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sediment,
maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment di atasnya.
Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperature. Disamping
itu temperature juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut
gradient geotermik. Kenaikan temperature dan tekanan dapat juga disebabkan oleh
aktivitas magma, proses pembentukan gunung api serta aktivitas tektonik lainnya.
Peningkatan tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversi
gambut menjadi batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air,
pelepasan gas gas ( CO2, H2O, CO, CH4 ), penigkatan kepadatan dan kekerasanb serta
penigkatan nilai kalor.
TIPIKAL LITOLOGI BATUBARA

• Siltstone
• Claystone
• Sandstone
• Carbonaceous clay
• Limestone
• Shale

Let’s Succes With Us... 17


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.5 Tipikal Litologi Batubara


TIPIKAL ENDAPAN SEDIMEN (BATUBARA) KAITAN DENGAN
GEOTEKNIK

• Jenis litologi sedimen hadir sebagai sandstone, siltstone, claystone, coal


• Kekuatan tergantung tingkat kompaksi
• Kontak akibat gradasi perselingan litologi sebagai bidang lemah
• Claystone atau mudstone menjadi perhatian ketika jenuh air dan kering
• Sand, jika belum kompaksi menjadi pembawa air dan perlu perhatian
• Khusus untuk batugamping, intact rock umumnyakuat (keras) kecuali ada struktur
Batu gamping

Gambar 2.6 Intact rock umumnya kuat (keras) kecuali adda struktur

Let’s Succes With Us... 18


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.7 Lingkungan pembentukan batuan


Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih
mineral, dan kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan
merupakan heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya
beberapa yang merupakan homogen. Deret reaksi Bowen (deret pembentukan
mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan H.
Schneiderhohn, seperti terlihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Diagram urutan pengendapan mineral


Sedangkan proses pembentukan mineral berdasarkan komposisi kimiawi
larutan (konsentrasi suatu unsur/mineral), temperatur, dan tekanan pada kondisi
kristalisasi dari magma induk telah didesign oleh Niggli seperti terlihat pada Gambar
2.9.

Let’s Succes With Us... 19


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.9 Diagram Temperatur-Konsentrasi-Tekanan (Diagram Niggli)

2.2 Proses Pembentukan Endapan Mineral Primer


Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi
lima jenis endapan, yaitu :

 Fase Magmatik Cair

 Fase Pegmatitil

 Fase Pneumatolitik

 Fase Hidrothermal

 Fase Vulkanik

Fase Magmatik Cair (Liquid Magmatic Phase)


Liquid magmatic phase adalah suatu fase pembentukan mineral, dimana
mineral terbentuk langsung pada magma (differensiasi magma), misalnya dengan
cara gravitational settling (Gambar 2.10). Mineral yang banyak terbentuk dengan cara
ini adalah kromit, titamagnetit, dan petlandit (lihat juga Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Fase Magmatik Cair

Let’s Succes With Us... 20


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Fase magmatik cair ini dapat dibagi atas :

 Komponen batuan, mineral yang terbentuk akan tersebar merata diseluruh masa
batuan. Contoh intan dan platina.
 Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.
 Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku),
tetapi telah terdorong keluar dari magma.

Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)


Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai
akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan
residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai
dyke, sill, dan stockwork (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Fase Pegmatitik


Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain : logam-
logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logam-logam berat (Sn,
Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce, Zr, La, Tantalum, Th, U,
Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin rose, rose quartz, smoky
quartz, rock crystal).
Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-
metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan
magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari
magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang

Let’s Succes With Us... 21


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet,


vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi
batuan beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu
: baking (pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang
berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa
batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan
(replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida yang memencar
atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini tergolong pada
metamorfisme kontak. Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan
temperatur dari aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada
pengaruh temperatur sedangkan pirometasomatisme pada reaksi penggantian
(replacement), dan metamorfisme kontak pada sekitar kontak. Letak terjadinya proses
umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan tekanan dan temperatur tinggi.

Gambar 2.12 Contoh endapan Igneous Metamorfism berupa endapan iron rich fluids
di Granite Mount, Utah (Dari Park, 1975 p 285).
Fase Hidrothermal (Hydrothermal Phase)
Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil
differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan
merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan
cara pembentukan endapan, dikenal dua macam endapan hidrothermal, yaitu :

 cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam


batuan.

 metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan


unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan


hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C),
dan Hipothermal (T 3000C-5000C)

Let’s Succes With Us... 22


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang


tertentu (spesifik), berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding.
Tetapi mineral – mineral seperti irit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-
florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal. Sedangkan
alterasi yang ditimbulkan untuk setiap tipe endapan pada berbagai batuan dinding
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Alterasi-alterasi yang terjadi pada fase hidrothermal

Keadaan Batuan dinding Hasil alterasi


Epithermal batuan gamping silisifikasi
lava alunit, clorit, pirit, beberapa sericit,
mineral-mineral lempung
batuan beku intrusi klorit, epidot, kalsit, kwarsa, serisit,
mineral-mineral lempung
Mesothermal batuan gamping silisifikasi
serpih, lava selisifikasi, mineral-mineral lempung
sebagian besar serisit, kwarsa, beberapa
batuan beku asam mineral lempung
serpentin, epidot dan klorit
batuan beku basa
Hypothermal batuan granit, sekis greissen, topaz, mika putih, tourmalin,
lava piroksen, amphibole.

Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au),


magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit
(FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4),
kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan
mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar, kuarsa, tourmalin,
silikat-silikat, karbonat-karbonat
Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah :
stanite (Sn, Cu) sulfida, sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb
sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan
kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa,
dan pirit.
Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native
cooper (Cu), argentit (AgS), golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit
(FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit (Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan
mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-karbonat, rhodokrosit
(MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat)

Let’s Succes With Us... 23


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 2.13 Endapan bijih perak berupa endapan hidrothermal tipe epithermal
dengan pengkayaan bijih di sepanjang rekahan-rekahan dan urat-urat di Pachuca
Meksiko (Dari Park, 1975 p 349).
Fase Vulkanik (Vulkanik Phase)
Endapan phase vulkanik merupakan produk akhir dari proses pembentukkan
bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah :
 lava flow
 ekshalasi
 mata air panas

Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O),
solfatar (berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk
baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat, air
karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase
vulkanik adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi
(misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan
vulkanisme bawah laut), sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di
Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada (; Sato,1981).
Proses Pembentukan Endapan Sedimenter
Mineral bijih sedimenter adalah mineral bijih yang ada kaitannya dengan
batuan sedimen, dibentuk oleh pengaruh air, kehidupan, udara selama sedimentasi,
atau pelapukan maupun dibentuk oleh proses hidrotermal. Mineral bijih sedimenter
umumnya mengikuti lapisan (stratiform) atau berbatasan dengan litologi tertentu
(stratabound).
Endapan sedimenter yang cukup terkenal karena proses mekanik seperti
endapan timah letakan di daerah Bangka-Belitung dan endapan emas placer di
Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Barat. Endapan sedimenter karena pelapukan

Let’s Succes With Us... 24


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

kimiawi seperti endapan bauksit di Pulau Bintan dan laterit nikel di Pomalaa/Soroako
Sulawesi Tengah/ Selatan.
Y. B. Chaussier (1979), membagi pembentukan mineral sedimenter
berdasarkan sumber metal dan berdasarkan host rock-nya. Berdasarkan sumber
metal dibagi dua yaitu endapan supergen endapan yang metalnya berasal dari hasil
rombakan batuan atau bijih primer), serta endapan hipogen (endapan yang metalnya
berasal dari aktivitas magma/epithermal). Sedangkan berdasarkan host-rock (dengan
pengendapan batuan sedimen) dibagi dua, yaitu endapan singenetik (endapan yang
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan) serta endapan epigenetik
(endapan mineral terbentuk setelah batuan ada).
Terjadinya endapan atau cebakan mineral sekunder dipengaruhi empat faktor
yaitu : sumber dari mineral, metal atau metaloid, supergene atau hypogene (primer
atau sekunder), erosi dari daerah mineralisasi yang kemudian diendapkan dalam
cekungan (supergene), dari biokimia akibat bakteri, organisme seperti endapan
diatomae, batubara, dan minyak bumi, serta dari magma dalam kerak bumi atau
vulkanisme (hypogene).

2.3 Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil
Pelapukan Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan
akan mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur
dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan
lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi
mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia penyebab suatu
dispersi. Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia
sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam kerak
bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan endapan bijih,
tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder
adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian
kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan,
antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan.
Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan
akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat mempengaruhi
dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat dengan tubuh
bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif jauh dari
tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu
lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi
sedangkan dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.

Let’s Succes With Us... 25


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tabel 2.4 Beberapa mobilitas unsur pada berbagai lingkungan

Kondisi Lingkungan
Mobilitas Relatif
Oksidasi Asam Netral-basa Reduksi
Sangat tinggi Cl,I, Br, S, B Cl,I, Br, S, B Cl,I, Br, S, B, Mn, Cl, I, Br
V, U, Se, Re
Tinggi Mn, V, U, Se, Mn, V, U, Se, Re, Ca, Na, Mg, F, Sr, Ca, Na, Mg,
Re, Ca, Na, Ca, Na, Mg, F, Ra F, Sr, Ra
Mg, F, Sr, Ra, Sr, Ra, Zn, Cu,
Zn Co, Ni, Hg, Au
Sedang Cu, Co, Ni, Hg, As, Cd, As, Cd
Ag, Au, As, Cd
Rendah Si, P, K, Si, P, K, Si, P, K, Si, P, K
Pb, Li, Rb, Ba Pb, Li, Rb, Ba Pb, Li, Rb, Ba
Be, Bi, Sb, Ge, Be, Bi, Sb, Ge, Be, Bi, Sb, Ge,
Cs, Tl Cs, Tl Cs, Tl
Fe, Mn Fe, Mn Fe, Mn
Sangat rendah Fe, Mn,
sampai immobil Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te Al, Ti, Sn, Te
W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta, Pt, W, Nb, Ta,
Cr, Zr, Th, Cr, Zr, Th, Cr, Zr, Th, Pt,
Rare earth Rare earth Rare earth Cr, Zr, Th,
Zn Rare earth
Co, Cu, Ni, Hg, S, B
Ag, Au Mn, V, U, Se,
Re
Zn
Co, Cu, Ni,
Hg, Ag, Au
As, Cd,
Pb, Li, Rb,
Ba, Be, Bi,
Sb, Ge, Tl

Let’s Succes With Us... 26


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 3
KEKUATAN BATUAN DAN MASSA BATUAN
3.1 Pengambilan Data Lapangan
Langkah awal dari metodologi analisis kesetabilan lereng tambang adalah
pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam analisis. Penyelidikan lapangan harus
dilakukan agar dapat diperoleh kondisi aktual dari massa tanah dan batuan pembentuk lereng
tambang. Penyelidikan lapangan yang harus dilakukan antara lain :

3.1.1 Pemetaan Topografi


Peta topografi dikenal juga sebagai peta dasar (base maps) dan merupakan peta yang
mendasari dalam pembuatan peta geologi. Sebagaimana diketahui bahwa peta dasar tidak
saja diperlukan oleh para ahli geologi, namun juga diperlukan oleh para ahli teknik lainnya dan
para teknisi serta para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya atau melaksanakan
suatu proyek pembangunan. Ketelitian suatu peta sangat ditentukan oleh Skala Peta. Skala
peta adalah suatu perbandingan antara obyek yang terdapat di permukaan bumi dan di atas
peta.
Dalam prakteknya, skala peta ditentukan oleh kebutuhan si pengguna. Untuk
perencanaan teknis, seperti perencanaan gedung, saluran drainase, kontruksi bangunan dan
pondasi bendungan, umumnya menggunakan skala peta yang besar, yaitu skala 1 : 500 ; 1 :
1.000, 1 : 2.000; atau 1 : 5.000.
Pada umumnya peta skala besar dibuat dengan cara pengukuran langsung di lapangan
dengan menggunakan theodolite dan atau tenol sebagai alat ukur dalam pembuatan peta
teknis dan peta skala besar bersifat detail serta memiliki ketelitian dan akurasi yang sangat
tinggi.

Gambar 3.1 Contoh Kontur Peta Topografi

Let’s Succes With Us... 27


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

3.1.2 Pemetaan Geologi


Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan tubuh
batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan antar satuan
batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga merupakan gambaran
teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan yang mempunyai arah, unsur-
unsurnya yang merupakan gambaran geologi, dinyatakan sebagai garis yang mempunyai
kedudukan yang pasti.
Peta geologi dibuat berdasarkan suatu peta dasar (peta topografi/rupabumi) dengan
cara memplot singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta
dasar tersebut. Pengukuran kedudukan batuan dan struktur di lapangan dilakukan dengan
menggunakan kompas geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat
ditarik batas dan sebaran batuan atau satuan batuan serta unsur unsur strukturnya sehingga
menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.

Gambar 3.2 Contoh Peta geologi daerah Grey Site and Vicinity

3.1.3 Pengeboran Geoteknik


Pengeboran geoteknik adalah pengeboran inti (core drilling) yang bertujuan untuk
mendapatkan data dan informasi tentang kondisi batuan yang dibor. Persyaratan utama
dalam pengeboran geoteknik adalah mendapatkan inti bor yang utuh, dengan recovery yang
maksimal (jika mungkin Recovery > 90%).
Untuk mendapatkan data geoteknik yang valid dan representatif bagi suatu tambang
atau rencana pengembangan suatu tambang, penentuan rencana titik bor dan kedalaman
pengeboran serta pencapaian Core recovery yang tinggi adalah hal yang sangat penting.
Berdasarkan model (struktur) geologi dari area tambang atau rencana tambang
umumnya dapat dibagi dalam zone-zone, yang diperkirakan mempunyai kondisi geologi relatif
sama. Dalam kaitan dengan Pit Plan, biasanya zoning ini juga menjadi pertimbangan dalam
menentukan sektor desain. Penentuan jumlah dan pemilihan lokasi titik bor geoteknik harus
mempertimbangkan keterwakilan terkait dengan pembagian zone atau sektor desain ini.
Di samping itu, rencana penambangan (Pit Plan) yang mencakup luas, bentuk, dan
kedalaman bukaan tambang juga harus menjadi pertimbangan dalam penentuan titik bor

Let’s Succes With Us... 28


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

geoteknik. Semua lapisan batuan yang akan membentuk lereng bukaan tambang harus
terwakili oleh titik bor geoteknik yang akan dilakukan.
Peta situasi dalam hal mempertimbangkan aksesibelitas untuk membawa dan
melaksanakan pengeboran geoteknik juga harus dipertimbangkan. Pergeseran beberapa
meter dari lokasi rencana titik bor yang ditentukan sebelumnya, dapat saja dilakukan asalkan
tidak menghilangkan sifat keterwakilannya.

3.1.4 Pengukuran Bidang Diskontinu (Metode Scanline)


Jarak pisah antar diskontinuiti atau kekar adalah jarak tegak lurus antara dua bidang
diskontinuiti yang berurutan sepanjang sebuah garis pengamatan yang disebut scan-line, dan
dinyatakan sebagai intact length.Panjang scan-line minimum untuk pengukuran jarak
diskontinuiti sekitar 50 kali jarak rata-rata diskontinuiti yang hendak diukur. Sedangkan
menurut ISRM (1981) panjang ini cukup sekitar 10 kali, tergantung kepada tujuan
pengukuruan scan-line-nya.

Tabel 3.1 Klasikasi Jarak Kekar (Attewell, 1993)


Jarak
Deskripsi Struktur Bidang Diskontinu
(mm)
Very wide spaced Very thickly bedded > 2000
600 –
Widely spaced Thickly bedded
2000
Moderately widely
Medium bedded 200 - 600
spaced
Closely spaced Thinly bedded 60 - 200
Very thinly bedded
20 -60
Thicklylaminated (sedimentary)
60- 200
Very closely spaced Narrow (metamorphic & igneous)
60- 200
Foliated, cleaved, flow- banded,metamorphic,
60- 200
etc
Thinly laminated (sedimentary) < 20
Exteremely closely
Very closely foliated, cleaved flow- <6
spaced
banded(metamorphic and igneous),etc <6

Let’s Succes With Us... 29


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 3.3 Prosedur Normal Untuk Garis Pengukuran Kekar


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Gambar 3.4 Pengukuran Jarak kekar Dengan Metode Scane Line


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Let’s Succes With Us... 30


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

3.1.5 Pengujian Mekanika Batuan Insitu


Uji mekanika batuan in-situ dilakukan untuk mendapatkan karakteristik massa
batuan di tempat asalna beserta pengaruh-pengaruh dari cacat geologi baik yang
melewatinya atau berada di dekat lokasi proyek.

a. Block Shear Test


Uji mekanika batuan in-situ untuk analisis kemantapan lereng adalah uji geser
atau dikenal dengan blok shear test terutama disepanjang permukaan diskontinuitas
untuk mendapatkan kuat geser dari bidang-bidang diskontinuitas. (Gambar 3.5
memperlihatkan peralatan untuk “blok shear test” yang dilakukan di dalam galian
bawah tanah) uni in-situ ini diperlukan pada saat rancangan rinci (detailed design)
lereng batuan alamiah atau artificial, penggalian batuan di pertambangan.
Gambar 1 memperlihatkan peralatan dan tata letaknya di dalam sebuah lubang
bukaan. Setelah persiapan selesai, beban tangensial dan beban normal dilakukan
kepada blok batuan dengan jackhidraulic. Untuk pengujian di dalam lubang bukaan,
jack hidrolik menyangga atap dan dinding lubang tersebut. Jack vertical memberikan
beban normal pada blok dan jack miring atau horisontal memberikan beban
tangensial (geser). Pengukuran deformasi dilakukan selama pembebanan dan
pelepasan beban dengan menggunakan dial gauge. Pengujian ini juga akan
memberikan besaran sudut ketahanan geser dari batuan.
S = n . tan  + C
dimana :
S = kuat geser (shear strength)
n = tegangan normal di atas bidang geser
 = sudut ketahan geser dari batuan
C = kohesi batuan

Gambar 3.5 Block Shear Test

b. Rock Loading Test (Jacking Test)


Analisis kemantapan lereng dengan menggunakan metode numerik (FEM, Distinct
Element) memerlukan parameter deformasi batuan yang berupa modulus deformasi
batuan dan parameter kekuatan batuan. Untuk mendapatkan modulus deformasi

Let’s Succes With Us... 31


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

massa batuan dilakukan uji in-situ yang disebut rock loading test dan untuk
mendapatkan kekuatan massa batuan dilakukan In-situ Triaxial Compression Test.
Kemampuan deformasi (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya
ditentukan dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacing test). Peralatan yang
digunakan untuk jacking test seperti yang ditujukkan oleh Gambar 3.6. Pengujian ini
dilakukan di bawah tanah di dalam sebuah lubang bukaan batuan atau lebih dikenal
dengan istilah test adit. Jack menekan atap dan lantai lubang bukaan atau menekan
dinding yang pada bagian kontaknya merupakan permukaan plat yang rata. Hasil dari
pengujiaan ini adalah deformasi atap dan lantai atau dinding akibat pembebanan oleh
jack tersebut. Deformasi ini diukur dengan dial gauge dan extensometer.

Gambar 3.6 Jacking test


(http://www.jirizar.com/Imagens_Website/Jack%20Test.png)
Modulus deformasi atau modulus elastisitas dapat dihitung dengan persamaan :
F
E  2a1   2 
W
dimana :
E = modulus deformasi/elastisitas.
 = Poisson’s ratio.
a = jari-jari plat distribusi.
F = penambahan perpindahan (increment of displacement) jika pengukuran
dilakukan di tengah-tengah plat.

Gambar 3 memperlihatkan contoh kurva tekanan dan perpindahan dari jacking


test dan Gambar 3.7 memperlihatkan contoh diagram regangan pada kedalaman
tertentu dari jacking test.

Let’s Succes With Us... 32


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 3.7 Diagram pressure - displacement dari jacking test


((Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

c. Insitu Triaxial Compression Test


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik deformasi dan kekuatan
batuan pada kondisi pembebanan triaxial. Tempat pengujian adalah di dalam lubang
bukaan bawah tanah. Kontak permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan
beban berukuran sekitar 1,0 m x 1,0 m. Peralatan dan tata letaknya dapat dilihat pada
Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Alat Uji Insitu Triaksial

Pembebanan ke arah vertikal dilakukan oleh jack hidrolik, sedangkan untuk arah
horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara menggali bagian lantai.
Ruang antara flat jack dengan dinding batuan yang akan ditekan diisi oleh semen. Agar

Let’s Succes With Us... 33


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole extensometer
sepanjang masing-masing  1,0 m dan dan electric displacement transducer untuk
mengukur perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan untuk arah horisontalnya,
perpindahan diukur dengan deflectometer dan electric displacement transducer.
Pada sebuah terowongan dilakukan pengujian in-situ triaxial compression.
Pembebanan maksimum ke arah vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke arah horisontal
sampai mencapai 880 kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah horisontal sampai
menacapai 200 kgf/cm2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Pengujian In-situ Triaxial Compression


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Siklus Interval tegangan EA Modulus
Interval regangan mm EV Modulus kgf/cm2
No. vertikal, kgf/cm2 kgf/m2
5,0 - 30,0 0,00 - 0,22
1. 113.000 160.000
30,0 - 5,0 0,22 - 0,07
5,0 - 10,0 0,07 - 0,31
2. 145.000 140.000
40,0 - 0,5 0,31 - 0,06
5,0 - 40,0 0,06 - 0,30
3. 145.000 145.000
40,0 - 5,0 0,30 - 0,06
5,0 - 40,0 0,06 - 0,27
4. 166.000 152.000
40,0 - 5,0 0,27 - 0,04
5.0 - 60,0 0,04 - 0,64
5. 144.000 137.000
60,0 - 5,0 0,64 - 0,24
5,0 - 60,0 0,24 - 0,72
6. 144.000 144.000
60,0 - 5,0 0,72 - 0,34
5,0 - 60,0 0,34 - 0,68
7. 161.000 (375.000)
60,0 - 0,0 0,68 - 0,52

Ev adalah modulus untuk pembebanan statik yang menaik.


EA adalah modulus untuk pembebanan statik yang menurun.

d. Survei Geofisika
Survey geofisika merupakan metode pemantauan yang mempergunakan prinsip-
prinsip geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan. Teknik Geofisika
terdiri dari seismik refraksi dan seismic, refleksi, resistivitas elektrik dan gravimetrik
serta pengukuran magnetik.

1. Metode Geolistrik (metode resistivity/tahanan jenis)


Metoda ini menggunakan medan potensial listrik bawah permukaan sebagai
objek pengamatan utamanya. Kontras resistivity yang ada pada batuan akan
mengubah potensial listrik bawah permukaan tersebut sehingga bisa kita
dapatkan suatu bentuk anomali dari daerah yang kita amati.
Dalam metoda geolistrik terdapat beberapa spesifikasi yaitu :

Let’s Succes With Us... 34


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

a. Self potensial (SP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang terdapat
di alam.
b. Induced potential (IP) –> Metode ini memanfaatkan potensial listrik yang kita
induksikan sendiri kedalam tanah.
Teori utama dalam metoda resistivity sesuai dengan hokum Ohm yaitu arus
yang mengalir (I) pada suatu medium sebanding dengan voltage (V) yang terukur
dan berbanding terbalik dengan resistansi (R) médium, atau dapat dirumuskan
sebagai berikut :
V = I.R

Dimana R (Resistansi) sebanding dengan panjang medium yang dialiri (x), dan
berbanding terbalik dengan luas bidang (A), yang sesuai dengan rumus :
R = x/A

Untuk mendapatkan pengukuran resistivity yang menghasilkan harga resistivitas


semu ρapp (apparent resistivity) dirumuskan oleh :
ρ app = K array . V / I

Dalam pelaksanaan survey dikenal beberapa metoda pengambilan data


sesuai dengan peletakan eloktroda yang dilakukan. Hal ini berpengaruh terhadap
faktor geometri peneletian resistivity yang kita lakukan. Adapun aturan/metoda
tersebut antara lain :
1. Metoda Wenner
2. Metoda Gradien
3. Metoda Schlumberger
4. Metoda Dipole-dipole
5. Metoda Pole-dipole

Gambar 3.9 Konfigurasi elektrode

Let’s Succes With Us... 35


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

2. Metode Seismik Refraksi


Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang terjadi di bumi baik
yang disebabkan secara alami maupun buatan manusia. Adapun pengertian refraksi
secara harfiah adalah pembiasan. Sehingga seismic refraksi adalah pembiasan
gelombang seismic. Selain refraksi dikenal pula seismic refleksi atau pantulan, namun
dalam laporan ini hanya dibahas tentang seismic refraksi karena dalam penelitian yang
dilakukan di daerah Seling hanya menggunakan metoda refraksi.
Pada dasarnya dalam metoda ini diberikan suatu gangguan berupa gelombang
seismic pada suatu sistem dan kemudian gejala fisisnya diamati dengan menangkap
gejala tersebut melalui receiver (geophone). Hal tersebut akan menghasilkan
gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan berdasarkan pengukuran waktu
tempuh gelombang antara sumber getaran (shot) dan geophone. Adapun waktu yang
diperlukan oleh gelombang seismic untuk merambat pada lapisan batuan bergantung
besar kecepatan yang dimiliki oleh medium yang dilaluinya tersebut.
Dalam peneletian yang dilakukan di daerah Seling ini metoda seismic refraksi
digunakan untuk mengetahui jumlah lapisan yang ada pada daerah tersebut dan
diketahui pula nilai densitas dari setiap lapisan sehingga kita dapat memperkirakan
karakteristik batuan yang sesuai dengan densitas batuan yang diketahui. Dengan
mengetahui jenis batuan yang diperkirakan dari lapisan tersebut kita bisa menduga
batuan di lapisan mana yang berkemungkinan menjadi bidang lincir yang
menyebabkan pergerakan tanah di daerah Seling tersebut.

3. Metode GPR (Ground Penetrating Radar)


Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode
geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat
elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-
1000 MHz. Georadar menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan
sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi.
Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk
mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter)
dengan resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.Ada
tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran
refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity
Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus
kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
Prinsip kerja alat GPR yaitu dengan mentransmisikan gelombang radar (Radio
Detection and Ranging) ke dalam medium target dan selanjutnya gelombang tersebut
dipantulkan kembali ke permukaan dan diterima oleh alat penerima radar (receiver),
dari hasil refleksi itulah barbagai macam objek dapat terdeteksi dan terekam dalam

Let’s Succes With Us... 36


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

radargram. Mekanisme kerja GPR dan contoh rekaman radargram ditunjukan oleh
gambar

Gambar 3.10 Prinsip Metode GPR


Untuk mendeteksi suatu objek diperlukan perbedaan parameter kelistrikan dari
medium yang dilewati gelombang radar. Perbedaan parameter kelistrikan itu antara
lain permitivitas listrik, konduktivitas dan permeabilitas magnetik.
Sifat elektromagnetik suatu material bergantung pada komposisi dan kandungan
air didalamnya, dimana keduanya merupakan pengaruh utama pada perambatan
kecepatan gelombang radar dan atenuasi gelombang elektromagnetik dalam
material. Reynold dalam bukunya An Introduction to Applied and Evironmental
Geophysics, menyatakan bahwa kecepatan gelombang radar dalam suatu medium
tergantung pada kecepatan cahaya dalam ruang hampa (c = 0.3 m/ns), konstanta
dielektrik relatif medium (εr) dan permeabilitas magnetic relatif (μr).
Keberhasilan metode GPR bergantung pada variasi bawah permukaan yang dapat
menyebabkan gelombang radar tertransmisikan dan refleksikan. refleksi yang
ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik timbul akibat adanya perbedaan
antara konstanta dielektrik relatif antara lapisan yang berbatasan.

4. Metode Gravity
Metode Gravity adalah salah satu metode eksplorasi dalam geofisika, yang
memenfaatkan sifat daya tarik antar benda yang didapat dari densitasnya, jadi prinsip
eksplorasi dengan metode gravity ini yaitu mencari anomali gravity pada subsurface.
Pengambilan data gravity dilapangan dapat menggunakan alat gravimeter,
(contoh kasus : LaCoste & Romberg Model G-525). pada alat ini terdapat 3 komponen
besar (gravimeter, dudukan cembung dan power supply -accu-),
Tahapan menggunakan alat ini yaitu dudukan cembung di posisikan pada titik
pengukuran, taruh gravimeter diatasnya, sentring kestabilan alat terhadap

Let’s Succes With Us... 37


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

permukaan, buka kunci bandul, baca perhitungan alat, catat datanya, tutup kunci
bandul dan selesai.

5. Metode Magnetik
Survey magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan
magnet bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode magnetik
berdasarkan pada adanya anomali medan magnetik bumi yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batuan. Dalam kegiatan
eksplorasi, survei magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun udara.

Let’s Succes With Us... 38


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 4
UJI LABORATORIUM
Penyelidikan di laboratorium dilakukan untuk mendapatkan :
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, spesific garvity, porositas, absorpsi, void ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, Poisson’s
ratio.
Uji di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang
diambil dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat
batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian
tanpa merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat
mekanik batuan yang merupakan pengujian merusak (destructive test) sehingga
percontoh batu hancur.

4.1 Preparasi Contoh Batuan


1. Di lapangan
Dari hasil pemboran inti (core drilling) langsung ke dalam batuan yang akan
diselidiki di lapangan di dapat inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut langsung
dapat digunakan untuk engujian di laboratorium dengan syarat tinggi contoh dua
kali diameternya.
2. Di laboratorium
Pembuatan contoh di laboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di
lapangan yang di bor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang di dapat
berbentuk silinder dengan diameter pada umumnya antara 50 - 70 mm dan
tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran contoh dapat lebih kecil maupun lebih
besar dari ukuran yang disebut di atas tergantung dari maksud pengujian.
Setiap contoh yang diperoleh kemudian di ukur diameter dan tinggginya, dihitung
luas permukaan dan volumenya

4.2 Penentuan Sifat Fisik Batuan Di Laboratorium


4.2.1 Penimbangan Berat Contoh
1. Berat contoh asli (natural) : Wn.
2. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww.
3. Berat contoh jenuh di dalam air : Ws.
4. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur kurang lebih 90 C) : Wo.
5. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo - Ws.
6. Volume contoh total : Ww - Ws.

Let’s Succes With Us... 39


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

4.2.2 Sifat Fisik Batuan


Wn
1. Bobot isi asli (natural density) =
Ww  Ws
Wo
2. Bobot isi kering (dry desity) =
Ww  Ws
Ws
3. Bobot isi jenuh (saturated density) =
Ww  Ws
Wo
4. Apparent specific gravity = / bobot isi air
Ww  Ws
Wo
5. True specific gravity = / bobot isi air
Wo  Ws
Wn  Wo
6. Kadar air asli (natural water content) = x100%
Wo
Ww  Wo
7. Saturated water content (absorption) = x100%
Wo
Wn  Wo
8. Derajat kejenuhan = x100%
Ww  Wo
Ww  Wo
9. Porositas n = x100%
Ww  Ws
n
10. Void ratio : e =
1 n

4.3 Penentuan Sifat Mekanik Batuan Di Laboratorium


4.3.1 Pengujian Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Pengujian ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk
menekan contoh batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah
(uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam contoh batu secara teoritis adalah searah
dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah
tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena ada
pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang beebentuk bidang pecah yang searah
dengan gaya melainkan berbentuk “cone” (Gambar 4.1).
 
Perbandingan antara tinggi dan diameter contoh   mempengaruhi nilai
 D

kuat tekan batuan. Untuk perbandingan = 1 kondisi tegangan triaxial saling
D
bertemu sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk pengujian kuat

tekan digunakan 2 < < 2,5.
D
Makin besar maka kuat tekannya akan bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh
persamaan di bawah ini :

Let’s Succes With Us... 40


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

 menurut ASTM c

 1
c
D 0,222
0,778 +

D
 menurut PROTODIAKONOV c   2  8 c
D 2
7

D
dimana c = kuat tekan batuan.
Displacement dari contoh batu baik axial (1) maupun lateral (D) selama
pengujian berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge / electric strain
gauge.

Gambar 4.1 Kurva tegangan-regangan hasil pengujian kuat tekan


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Dari hasil pengujian kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-
strain) untuk tiap contoh batu. Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik
batuan :
1. Kuat tekan = 
2. Batas elastik = E
3. Modulus Young : E = 
 a
 1
4. Poisson’s ratio :   pada tegangan 1.
 a1

Let’s Succes With Us... 41


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 4.2 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan dial gauge

Gambar 4.3 Pengujian kuat tekan dengan menggunakan electric strain gauge
Beberapa definisi modulus Young

1. Tangent Young’s Modulus Et (Gambar 4.4a).


Diukur pada tingkat tegangan = 50% c.

Et 
 a
2. Average Young’s Modulus Eav (Gambar 4.4b).
Di ukur dari rata-rata kemiringan kurva atau bagian linier yang terbesar dari kurva.

Eav 
 a
3. “Secant Young’s Modulus” ES (Gambar 4.4c).
Di ukur dari tegangan = 0 sampai nilai tegangan tertentu, yang biasanya = 50% c.

Es 
 a

Let’s Succes With Us... 42


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 4.4 Tangent Modulus, Average Modulus, Secant Modulus

4.3.2 Pengujian Kuat Tarik (Indirect Tensile Strength Test)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh
batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah mesin
tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
Menurut Bienawski (1967) dan Mellor & Hawkes (1971) serta ISRM (1981), kuat
tarik suatu contoh batuan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :
2𝐹
𝜎𝑇 =
𝜋𝐷𝑡
Keterangan : σt = Kuat tarik (Mpa)
F = Gaya saat batuan hancur (N)
D = Diameter contoh (mm)
t = Tebal contoh (mm)

Gambar 4.5 Pengujian Indirect Tensile Strength Test

Let’s Succes With Us... 43


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

4.3.3 Point Load Test (Test Franklin)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari contoh batu
secara tidak langsung dilapangan. Percontoh batu dapat berbentuk silinder atau
bentuknya tidak beraturan (lihat Gambar 4.7). Peralatan yang digunakan seperti
ditunjukan pada Gambar 4.6, mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup
ringan. Pengujian cepat, sehingga dengan cepat dapat diketahui kekuatan batuan di
lapangan, sebelum pengujian di laboratorium di lakukan. Percontoh yang disarankan
untuk pengujian ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX =
54 mm).

Gambar 4.6 Peralatan untuk point load test

Gambar 4.7 Bentuk contoh posisi batu untuk PLI


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Gambar 4.8 Bentuk contoh batu sebelum dan sesudah point load test
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

Let’s Succes With Us... 44


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Dari pengujian ini didapat :


P
IS =
D2
Dimana : IS = point load strength index (index Franklin)
P = beban maksimum sampai contoh pecah
D = jarak antara dua konus penekan.
Hubungan antara “index Franklin” (IS) dengan kuat tekan (c) menurut
BIENIAWSKI adalah sebagai berikut : c = 23 IS untuk diameter contoh = 50 mm.
Jika IS = 1 Mpa maka index tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan
untuk menggunakan pengujian lain dalam penentuan kekuatan (strength) batuan.

4.3.4 Pengujian Triaxial


Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting di dalam mekanika
batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan trixial. Percontoh yang
digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
Dari hasil pengujian triaxial dapat ditentukan :
 strength envelope (kurva intrinsic)
 kuat geser (shear strength)
 sudut geser dalam ()
 kohesi (C)
 tegangan normal (n)

Gambar 4.9 Lingkaran Mohr dan kurva Intrinsic dari hasil pengujian Triaxial
(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)
Secara grafis nilai kuat tekan uniaksial σc dapat diketahui melalui tegangan axial
(σ1) pada saat nilai tekanan pemampatan σ3 = 0. Sedangkan nilai tekanan
pemampatan yang diperoleh pada saat nilai tegangan aksial dibuat nol σ1 = 0
merupakan nilai kuat tarik batuan σ3 = σt.

Let’s Succes With Us... 45


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Alat uji triaksial yang digunakan saat ini merujuk pada alat triaksial yang
dikembangkan oleh Von Karman pada tahun 1911 (Gambar 4.10). Di dalam apparatus
ini, tekanan fluida berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ3) yang diberikan kepada
contoh batuan. Fluida dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik dan dijaga agar
selalu konstan. Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang
mengendalikan uji ini. Namun dengan perkembangan teknologi masa kini sudah
memungkinkan untuk mengendalikan uji ini melalui kontrol beban atau deformasi
yang dialami contoh batuan, bahkan dengan menggunakan katup servo, regangan
aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya.

Gambar 4.10 Sel Pengujian triaxial Tipe Von Karman


(Astawa Rai,Kramadibrata,&Wattimena,1998)

4.3.5 Punch Shear Test


Pengujian ini untuk mengetahui kuat geser (shear strength) dari contoh batu
secara langsung. Percontoh berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan
alat punch test dengan tebal t cm dan diameter d cm (Gambar 4.11). Sesudah contoh
dimasukkan ke dalam alat punch test kemudian ditekan dengan mesin tekan sampai
contoh pecah (P kg).

Let’s Succes With Us... 46


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 4.11 Punch Shear Test


Kuat geser (shear strength) =
4.3.6 Direct Shear Strength Test
Pengujian ini untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal
tertentu. Dari hasil pengujian dapat ditentukan :
 garis Coulomb’s sher strength
 kuat geser (shear strength).
 sudut geser dalam ()
 kohesi (C)

Gambar 4.12 Peralatan Direct Shear Strength Test

Gambar 4.13 Kurva Normal Stress dan Shear Strength

Let’s Succes With Us... 47


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 4.13 Kurva Normal Stress dan Shear Strength

4.3.7 Ultrasonic Velocity Test


Modulus Young (E) dan Poisson’s ratio () dapat juga ditentukan secara tidak
langsung (dinamis) dengan ultrasonic velocity test yaitu mengukur cepat rambat
gelombang ultrasonic pada contoh batu.
Dari hasil pengujian ini akan didapat nilai-nilai cepat rambat gelombang primer
(Vp) dan cepat rambat gelombang sekunder (VS). Kemudian dapat dihitung modulus
Young dan Poisson’s ratio dari batuan yang diuji.

Gambar 4.14 Peralatan ultrasonic velocity test

Perhitungan hasil ultrasonic velocity test :


a. Cepat rambat gelombang prier (Vp)
L
V p  m / det ik
tp
dimana :
L = panjang contoh (m)
tp = waktu yang dibutuhkan gelombang primer merambat
sepanjang percontoh (detik)

Let’s Succes With Us... 48


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

b. Cepat rambat gelombang sekunder (VS)


L
VS  m / det ik
ts
dimana :
ts = waktu yang dibutuhkan gelombang sekunder merambat
sepanjang percontoh (detik).
c. “Dynamic modulus of rigidity” (modulus geser) G
G =  . VS 2
Dimana : = massa persatuan volume.
d. Poisson’s ratio ()
  V 2 
  S 
12  
    V p  

  V 2 
 
21 S  
V 
  p  
e. “Dynamic Young’s modulus of elasticity”
E = 2 ( 1 +  ) G (kg/cm2)
f. Konstanta LAME

   V p 2  2 VS 2 
g. “Bulk modulus”

K
3
3V p
2
 4 VS 2  ( kg / cm2 )

Let’s Succes With Us... 49


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tabel 4.1 Data Uji Sifat Mekanika Batuan


No Jenis Uji Data Uji yang Didapatkan
Bobot isi asli (natural density ) Saturated water content
Bobot isi kering (dry density ) Derajat kejenuhan (degree of saturation )
Bobot isi jenuh (saturated density ) Porositas (n)
1 Sifat Fisik
Apparent spesific gravity Void ratio
True spesific gravity
Kadar air asli (natural water content )

Kuat tekan (σc) Nisbah Poisson (Poisson ratio )


2 Kuat Tekan Uniaksial (UCS) Batas Elastis (σE)
Modulus Young ( E ) Kurva tegangan vs regangan

Kuat Tarik Tak Langsung


3 Kuat tarik (σt)
(Bz)

4 Point Load Test Point load strength index (Is)


Kurva intrinsik (strength envelope ) Modulus Young ( E )
Kuat tekan (σc) Kuat geser (τ) - dari kriteria Mohr - Coulom
Kuat tarik (σt)
5 Kuat tekan Triaksial Konstanta s - dari kriteria Hoek Brown
Kohesi ( c )
Konstanta a - dari kriteria Hoek Brown
Tegangan normal (σn)
Konstanta m b - dari kriteria Hoek Brown
Sudut gesek dalam (ϕ)
6 Punch shear test Kuat geser (τ) (shear strength )
Kurva intrinsik (strength envelope )
Uji Kuat Geser Langsung
Kuat geser (τ) (shear strength )
7 (Direct Shear Strength Tegangan normal (σn)
Sudut gesek dalam (ϕ)
Test )
Kohesi ( c )
Cepat Rambat Gelombang
8 Cepat rambat gelombang primer (V p) Modulus Young dinamik ( E )
Ultrasonik

4.4 Karakteristik Massa Batuan


Kekuatan Massa Batuan
• Hoek & Brown (1980) mengusulkan sebuah metode untuk
mendapatkan estimasi kekuatan batuan terkekarkan, berdasarkan
penilaian atas ikatan antara blok batuan dan kondisi permukaan
antara blok – blok tersebut
• Metode ini sudah beberapa kali dimodifikasi untuk memenuhi
kebutuhan penguna dalam penerapannya pada problem yang tidak
diperhitungkan ketika kriteria ini pertama kali dikembangkan
(Hoek, 1983; Hoek & Brown, 1988)
• Aplikasi metode ini pada batuan dengan kualitas sangat jelek
memerlukan beberapa perubahan (Hoek, Wood, and Shah,
1992) dan akhirnya menggunakan klasifikasi baru, Geological
Strength Index (Hoek, Kaiser and Bawden, 1995; Hoek 1995;
Hoek & Brown 1997)

Let’s Succes With Us... 50


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Klasifikasi Massa Batuan


Pembuatan klasifikasi massa batuan bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi perilaku massa
batuan
b. Membagi formasi massa batuan kedalam grup yang mempunyai perilaku sama
menjadi kelas massa batuan
c. Memberikan dasar-dasar pengertian karakteristik dari setiap kelas massa
batuan
d. Menghubungkan pengalaman kondisi massa batuan di satu lokasi dengan lokasi
lainnya

 Sistem Rock Mass Rating (RMR), atau sering juga dikenal sebagai Geomechanics
Classification
Tabel 4.2 RMR A KLASIFIKASI PARAMETER & PEMBOBOTAN
No Parameter Selang Pembobotan
Kuat Tekan PLI (MPa) > 10 4-10 2-4 1-2 Gunakan nilai
1 Batuan Utuh UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 5-25 1-5 <1
Bobot 15 12 7 4 2 1 0
RQD (%) 90-100 90-75 50-75 25-50 <25
2 Bobot 20 17 13 8 3
Jarak kekar >2m 0,6 - 2 m 0,2 - 0,6 m 0,06 - 0,2 m < 0,06 m
3 Bobot 20 15 10 8 5
Permukaan Permukaan agak Permukaan Permukaan gouge lunak > 5
sangat kasar, kasar, agak kasar, slickensided mm atau
tak menerus, pemisahan < pemisahan < atau gouge < pemisahan > 5
Kondisi Kekar
4 tak terpisah, 1mm, dinding 1mm, dinding 5 mm, mm, menerus
dinding tak agak lapuk sangat lapuk pemisahan 1-5
lapuk mm, menerus
Bobot 30 25 20 10 0

Aliran per 10
m panjang kosong < 10 10-25 25-125 > 125
singkapan
(Lt/men)
Tekanan air /
tegangan
Air Tanah utama mayor 0 < 0,1 0,1 - 0,2 0,2-0,5 > 0,5
5
σ
Kondisi
Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum
Bobot 15 10 7 4 0

 Klasifikasi ini telah dimodifikasi berulang kali begitu informasi baru dari studi-studi
kasus diperoleh dan menjadikannya sesuai dengan International Standard dan
prosedur.
 RMR terdiri dari 5 parameter utama & 1 parameter pengontrol untuk membagi
massa batuan

Let’s Succes With Us... 51


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

1. Kuat Tekan Batuan utuh (UCS)


2. RQD
3. Jarak diskontinuiti/kekar
4. Kondisi diskontinuiti/kekar
5. Kondisi air tanah
6. Koreksi dapat dilakukan bila diperlukan untuk “Orientasi diskontinuiti/kekar”
Tabel 4.2 RMR – B Peubah Bobot Orientasi Diskontinuiti

Jurus & kemiringan Sangat Menguntungkan Sedang Tidak Sangat tidak


orientasi diskontinuiti menguntungkan menguntungkan menguntungkan

Terowongan 0 -2 -5 - 10 - 12

Bobot Fondasi 0 -2 -7 - 15 - 25

Lereng 0 -5 - 25 - 50 - 60

Tabel 4.3 RMR – C Kelas Massa Batuan Menurut Bobot Total

Bobot 100 - 81 80 - 61 60 - 41 40 - 21 < 20

No. Kelas I II III IV V

Batuan sangat Batuan


Description Batuan baik Batuan sedang Batuan sangat buruk
baik buruk

Tabel 4.4 RMR – D Arti Kelas Massa Batuan

No. Kelas I II III IV V

Stand up time 20 th. utk 1 th. utk 1 mgg utk 10 jam utk 30 min utk
rata-rata 15 m span 10 m span 5 m span 2.5 m span 1 m span

Kohesi massa
> 400 300 - 400 200 - 300 100 - 200 < 100
batuan (kPa)

Sudut gesek
> 450 350- 450 250- 350 150 - 250 < 150
dalam

Let’s Succes With Us... 52


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Profil kekasaran (roughness) & pemeriannya (ISRM, 1981).


Panjang profile dalam selang 1 - 10 m
Skala vertikal & horizontal sama

 Untuk menentukan kriteria kemantapan lereng Romana (1980)


memodifikasi RMR yang disebut Slope Mass Rating (SMR)
 Pengamatan dilakukan Romana pada 28 lereng dengan berbagai derajat
potensi kelongsoran
 SMR pada dasarnya tidak memperhatikan kelongsoran tanah dan
longgsoran baji secara langsung
 SMR didefinisikan sebagai

SMR = RMR – (F1 x F2 x F3) + F4


dimana :
F1 = tergantung pada pralelisme antara kekar dan strike
F2 = berhubungan dengan sudut dip kekar pada longsoran bidang
F3 = menunjukkan hubungan antara kemiringan lereng dan kemiringan kekar
F4 = tergaantung pada kondisi apakah lereng alamiah, digali dengan presplit,
peledakan smooth, penggalian mekanis atau peledakan buruk

Let’s Succes With Us... 53


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Plane Failure

Plane Failure

Surface failure

Let’s Succes With Us... 54


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Toppling Failure

Tabel 4.5 Bobot Pengatur Untuk Kekar


Very Very un-
Case Condition Favorable Fair Un-favorable
Favorable favorable
P |aj – as| >30 30-20 20-10 10-5 <5
T |aj – as - 180|
P/T F1 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
P |bj| <20 20-30 30-35 35-45 >45
P F2 0.15 0.40 0.70 0.85 1.00
T F2 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
P |bj – bs| >10 10-0 0 0-(-10) <-10
T |bj + bs| <110 110-120 >120 - -
P/T F3 0 -6 -25 -50 -60
Blasting / Defficient
Method of Excavation Natural slope Presplitting Smooth blasting
mechanical blasting
F4 +15 +10 +8 0 -8

SMR ADJUSMENT FACTOR UNTUK JENIS


METODE PENGGALIAN

• Lereng alamiah = 15
• Peledakan presplitting = 10
• Peledakan smooth =8
• Peledakan normal =0
• Peledakan buruk = -8
• Penggalian mekanis =0

Let’s Succes With Us... 55


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tabel 4.6 DESKRIPSI UNTUK SETIAP KELAS


Profil Massa Batuan Deskripsi
Nomor Kelas V IV III II I
SMR Rating 81-100 61-80 41-60 21-40 0-20
Kelas Massa Batuan Sangat Baik Baik Sedang Jelek Sangat jelek
Stabil Sangat tidak
Kestabilan Sangat stabil Stabil sebagian Tidak stabil stabil
Beberapa Beberapa Bidang atau baji Bidang besar
Longsoran Tidak ada Blok kekar atau besar atau seperti
Sewaktu - Sangat perlu
Penyangga Tidak ada waktu Sistematis perbaikan Re - excavation

Tabel 4.7 SMR Intervals for Different Failure Modes

SMR Plane Failures Wedge Failures


>75 None None
60 – 75 None Some
40 – 55 Big Many
15 – 40 Major No
SMR Toppling Failures Mass Failures
10 - 30 - Possible
>30 None None
30 - 35 Major
50 – 65 Minor

SMR < 10 has not been recorded, would not be physically feasible
SMR < 20 fails very quickly

Tabel 4.8 TIPE KERUNTUHAN DAN METODE PERBAIKAN

Let’s Succes With Us... 56


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tabel 4.9 Recommended Support Measures for Each Stability Class

SMR Support System


65 – 100 None, scaling
45 – 70 Fences, net
30 – 75 Bolting, anchoring
20- 60 Shotcrete, concrete
Total wall re-excavation normal in soil slopes, but
10 - 30 less practical in rock slopes, except if the instability
mode is planar through a big continuous joint

SMR 75 -100 : normally no need support measures


SMR 65 : there are stable slopes

Let’s Succes With Us... 57


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 5
METODE ANALISIS KESTABILAN LERENG

5.1 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng


Tegangan dan bidang lemah merupakan beberapa penyebab kelongsoran.
Tegangan yang merupakan akibat dari geometri lereng dan bidang lemah akan
dibahas kembali secara lengkap sehingga dapat dimengerti mengapa kedua factor
tersebut sangat mempengaruhi kestabilan lereng. Faktor-faktor yang mengganggu
kestabilan lereng adalah; geometri lereng, air tanah, bidang lemah, kekuatan batuan
utuh dan faktor luar;

5.1.1 Geometri lereng,


Makin tinggi lereng, makin besar risiko yang akan dihadapi. Hal ini disebabkan
karena makin tinggi lereng, maka makin besar perubahan tegangan (stress) yang dapat
menyebabkan konsentrasi tegangan pada kaki lereng serta dengan makin besarnya
geometri, maka ketersingkapan struktur pun akan makin besar (Gambar 2.1) yang
menyebabkan terjadinya kelongsoran blok batuan.
Tegangan (stress) yang terkonsentrasi pada suatu area yang sempit akan
melampaui kekuatan batuan, sehingga batuan akan pecah dan memprovokasi
kelongsoran. Tegangan yang hadir pada lereng ini disebabkkan karena adanya
perubahan beban (hilangnya beban) diatas dan disamping bidang lereng. Pada
beberapa daerah dimana tektonik stress hadir atau adanya stres residu horisontal,
maka pengaruh geometri ini akan makin besar.

5.1.2 Bidang lemah


Kekuatan massa batuan merupakan gabungan dari kekuatan batuan utuh,
kondisi air tanah dan kondisi/posisi/geometri serta frekwensi bidang diskontinyu. Jika
batuan utuh makin kuat serta bidang lemah makin sedikit dan makin kuat, maka massa
batuan akan makin kuat. Selain itu pula adanya kehadiran bidang lemah yang cukup
lebar/panjang harus diperhitungkan secara tersendiri karena akan menjadi faktor
penentu kelongsoran.

Kondisi bidang lemah yang harus diperhitungkan adalah


- lebar bidang lemah; makin lebar jarak antar sisi-sisi bidang lemah, maka batuan akan
makin lemah
- kondisi pelapukan sisi-sisi batuan bidang lemah; makin lapuk sisi-sisi batuan bidang
lemah maka bidang lemah tersebut akan makin lemah
- jenis pengisi bidang lemah; jika pengisi kuarsa maka bidang lemah akan makin kuat,
sebaliknya jika pengisi adalah lempung maka bidang lemah akan makin lemah

Let’s Succes With Us... 58


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

- orientasi bidang lemah; bidang lemah yang berisiko longsor adalah bidang lemah
yang searah dan lebih landai dari kemiringan lereng
- kekasaran bidang lemah, makin kasar maka bidang lemah akan makin kuat

5.1.3 Air tanah.


Pada batuan sangat berpengaruh jika ada bidang lemah yang terisi oleh air
karena akan menyebabkan meningkatkan tegangan terhadap bidang lemah tersebut.
Selain itu air dapat mengikis pengisi ruang antar bidang lemah, melapukan sisi bidang
lemah dan melarutkan mineral - mineral sulfida. Pada beberapa kasus, air dapat
menjadi faktor utama ketidakstabilan lereng terutama pada lereng tanah.

5.1.4 Getaran
Getaran dapat diakibatkan oleh gempa bumi, getaran alat berat ataupun
peledakan. Getaran menyebabkan berpindahnya suatu massa dalam frekwensi
tertentu yang mengakibatkan timbulnya gaya dorong pada suatu blok batuan

5.2 Mekanisme Longsoran


Metoda ini dinyatakan dengan persamaan-persamaan kesetimbangan dari
satu atau beberapa blok yang diasumsikan tidak terdeformasi, dan mengurangi gaya-
gaya yang tidak diketahui (reaksi dari bagian stabil massa batuan atau gaya-gaya antar
blok), khususnya gaya geser yang bekerja pada permukaan longsoran yang dipilih
sebelumnya. Hipotesa yang dibuat secara umum adalah bahwa gaya-gaya geser ini
mewakili seluruh bagian yang sama dari kuat geser batuan dimana gaya- gaya geser
ini bekerja.
Kondisi kestabilan lereng dengan menggunakan metode ini dinyatakan dalam
indeks faktor keamanan. Faktor keamanan dihitung menggunakan kesetimbangan
gaya atau kesetimbangan momen, atau menggunakan kedua kesetimbangan gaya
tersebut tergantung dari metoda perhitungan yang dipakai. Dalam menetukan faktor
keamanan dengan menggunakan metode ini, terdapat beberapa persamaan statis
yang digunakan dalam penentuan faktor keamanan, meliputi:
1. Penjumlahan gaya pada arah vertikal untuk setiap irisan yang digunakan untuk
menghitung gaya normal pada bagian dasar irisan,
2. Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk setiap irisan yang digunakan
untuk menghitung gaya normal antar irisan,
3. Penjumlahan momen untuk keseluruhan irisan yang bertumpu pada satu titik.
Sifat- sifat material yang relevan dengan masalah kemantapan lereng adalah
sudut gesek dalam (ф), kohesi (c), dan berat satuan (γ) batuan. Grafik pada Gambar
5.1 menjelaskan secara sederhana tentang suatu spesi batuan yang mengandung
bidang diskontinyu, dimana bekerja tegangan normal dan tegangan geser, sehingga
batuan retak pada bidang diskontinyu dan mengalami pergeseran.
Hubungan antara kuat geser (τ) dan tegangan normal (σ) dapat dinyatakan
oleh persamaan berikut :
τ = c + σn Tan ф
Let’s Succes With Us... 59
Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 5.1 Hubungan tegangan geser dengan tegangan normal

5.2.1 Longsoran akibat gravitasi


Jika suatu massa seberat W berada di atas suatu bidang miring yang
membentuk sudut ψ terhadap horizontal dan berada dalam keadaan setimbang, maka
bekerja komponen gaya-gaya seperti tertera pada Gambar 5.2.

Gambar 5.2 Pengaruh gravitasi terhadap kestabilan lereng

Tegangan normal (σn) dapat dinyatakan sebagai persamaan berikut:

di mana A adalah luas permukaan dasar balok. Dengan mensubstitusikan persamaan


τ dan persamaan σn diperoleh :

Let’s Succes With Us... 60


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Jika diketahui F = τ .A , maka gaya penahan F adalah :


R = cA + (W Cos ψ )Tanφ
Berdasarkan hukum kesetimbangan batas, besar gaya penahan sebanding dengan
besar gaya penggerak, maka
W Sinψ = cA + (WCosψ )Tanφ
Jika tidak terdapat kohesi yang bekerja pada dasar balok, (c = 0), maka kondisi
kesetimbangan dapat disederhanakan menjadi :
ψ=φ

5.2.2 Pengaruh air terhadap kuat geser


Pengaruh tekanan air pada kuat geser dapat dianalogikan seperti yang
diterangkan oleh gambar di bawah ini. Sebuah bejana yang diisi air dan diletakkan di
atas bidang miring.
Kekuatan yang bertindak dalam hal ini sama dengan yang bekerja pada blok
batuan seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5.3. Untuk penyederhanaan, kohesi
antara dasar bejana dan kayu dianggap nol. Menurut persamaan (3.6) bejana dengan
air didalamnya akan meluncur di atas papan saat ψ = φ.
Jika dasar bejana dilubangi sehingga air bisa masuk ke celah antara dasar
bejana dan papan, seperti terlihat pada Gambar 3.5, maka akan menimbulkan tekanan
air u atau gaya angkat U = u.A, di mana A adalah luas dasar bejana.
Gaya normal W Cos ψ2 sekarang dikurangi dengan gaya angkat U. Sehingga
gaya penahan menjadi
R = (Wcosψ2 − U ).Tanφ ........................................................................ (3.7)
Jika berat dari bejana dan air adalah γt dan berat per unit volume air adalah
γw, maka :
W = γt.h.A
A = W/ γt.h
U = γw.hw.A

Dalam analisis kestabilan lereng, gaya normal σn yang bekerja dengan arah
tegak lurus permukaan bidang lemah dikurangi oleh gaya akibat tekanan air u akan
menjadi tegangan efektif (effective stress), (σn – u). Hubungan antara kuat geser dan
tegangan normal menjadi
τ = c + (σn – u) Tanφ

Let’s Succes With Us... 61


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 5.3 Pengaruh air terhadap kestabilan lereng

5.2.3 Percepatan getaran


Jika lereng mengalami percepatan horisontal yang dapat ditimbulkan oleh
gempa atau peledakan sebesar a.g (Gambar 3.6), maka massa batuan yang akan
longsor pun akan mengalami penambahan gaya penggerak dan pengurangan gaya
normal pada bidang longsor.

Gambar 5.4 Pengaruh gaya eksternal terhadap kestabilan lereng


Gaya penggerak yang bekerja pada massa batuan yang akan longsor dapat
dituliskan sebagai berikut :
Fpenggerak = W sin ψ + a cos ψ
Besarnya gaya normal yang bekerja pada bidang longsor dapat dituliskan sebagai :
Fnormal = (W cos ψ − a sin ψ )
Sehingga besarnya gaya penahan menjadi :
Fpenahan = c.A + (W cos ψ − a sin ψ ) tan φ
dimana a adalah percepatan horizontal dalam g.

Let’s Succes With Us... 62


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Dari persamaan-persamaan di atas, terlihat bahwa penambahan gaya


penggerak dan pengurangan gaya penahan pada permukaan longsor akan dikontrol
oleh besarnya percepatan horisontal dan besarnya kemiringan bidang longsor
terhadap bidang horisontal.
Persamaan untuk memperkirakan percepatan kritis, yaitu :
a kritis = (FK statis − 1) g sin α .............................................................. (3.11)
dimana:
a kritis = Percepatan kritis yang menyebabkan lereng longsor (m/s2)
FK statis = Faktor keamanan berdasarkan perhitungan
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
α = Kemiringan lereng (°)

Let’s Succes With Us... 63


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 6
PEMANTAUAN DAN PERKUATAN LERENG

Perancangan lereng akan tetap mempunyai kemungkinan tidakstabil karena :


 Variabilitas sifat tanah dan batuan
 Pengaruh alam seperti gempa bumi dan hujan
 Input data dalam perhitungan merupakan estimasi dari suatu populasi
 Pemahaman tentang ketidakmantapan lereng dapat terjadi dan pengetahuan
akan tanda – tanda ketidakmantapan akan memberikan kontribusi berarti dalam
keberlangsungan keselamatan operasi

KEPMEN 555

6.1 PEMANTAUAN LERENG


• Pemantauan adalah pengamatan struktur rekayasa baik secara visual atau dengan
bantuan peralatan (Brown, 2005)
• Pemantauan dapat dilakukan dengan mata dan telinga:
• Keruntuhan batuan
• Pembukaan rekahan
• Pelengkungan penyangga kayu
• Suara batuan – awal dari pemantauan seismik

REKAHAN TARIK
• Rekahan Tarik ditandai adanya rekahan dengan material bergerak ke arah pit
• Tidak dapat dideteksi dari lantai pit, sehingga diperlukan Inspeksi Crest atas daerah
penambangan aktif
• Akses yang aman harus terus dijaga
• Frekuensi pemantauan ditingkatkan setelah hujandan peledakan yang besar

Let’s Succes With Us... 64


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

REKAHAN TARIK

SCARPS

(Dan Ponti, USGS)


• Scarps ditandai dengan materiayang bergerak ke bawah secara vertikal atau hamper
vertikal
• Material dan permukaan scarp dapat tidak stabil dan harus dipantau secara benar

ALIRAN AIR TAK NORMAL


• Perubahan aliran air pada sumur-sumur penirisan atau perubahanpada hasil
pembacaan piezometer akibat pergerakan subsurfaceyang telah memotong muka air
tanah atau lapisan pembawa air

PELENDUTAN ATAU RAYAPAN


• Muka lereng yang melendut karena adanya rayapan atau pergerakan subsurface
perlahan lahan dari lereng.
• Indikator lain : Vegetasi pada area penambangan misalnya pergerakan pohon pada
crest lereng

Let’s Succes With Us... 65


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PEMANTAUAN DENGAN INSTRUMEN


• If you can measure what you are speaking about and express it in numbers, you know
something about it (Lord Kelvin)
• Every instrument on a project should be selected and placed to assist with answering
a specific question : if there is no question, Three should be no instrumentation.
(Dunnicliff,1988)
ALASAN DILAKUKAN PEMANTAUAN
1. Untuk mencatat nilai alamiah dan variasi parameter – parameter geoteknik (muka
air tanah, permukaan tanah, seismic events) sebelum proyek dimulai
2. Untuk menjamin keselamatan selama konstruksi dan operasi melalui peringatan
adanya peningkatan misalnya, deformasi batuan, tekanan air tanah, beban pada
penyangga
3. Untuk memeriksa validitas asumsi, model konseptual, dan nilai parameter tanah
atau massa batuan yang digunakan dalam perhitungan rancangan
4. Untuk mengontrol pelaksanaan perlakuan pada tanah dan tindakan perbaikan,
seperti pembuatan terowongan, grouting,penyaliran, penyanggaan
HAL – HAL YANG HARUS DIPANTAU
• Jenis peralatan yang dipilih pada saat pemantaun lereng apakah sudah mencukupi
besaran area yang dipantau
• Sistem pemantauan yang komprehensif, terdiri dari peralatan untuk mengukur
perpindahan massa batuan, parameter air tanah, dan tingkat vibrasi peledakan
• Teknologi yang ada saat ini memungkinkan untuk pengukuran respon fisik yang
dapat dilakukan secara langsung hanya perindahan dan tekanan (Brown, 2005)
• Pengukuran gaya dan tegangan memerlukan model matematis dan karakteristik
material dalam perhitungan
• Pengukuran dapat berupa perpindahan absolut dari serangkaian titik pada batas
galian atau dengan kesukaran lebih pada massa batuan
• Perpindahan relative dari dua titik pada batas galian lebih mudah diukur
dibandingkan dengan perpindahan absolut
• Perpindahan relative merupakan regangan normal
• Tekanan air tanah dan tegangan normal pada kontak batuan penyangga atau dalam
material pengisi dapat diukur dengan tekanan terinduksi pada sel tekanan berisi fluida
• Waktu selalu dicatat sebagai parameter fundamental
• Temperatur menjadi variable penting pada beberapa peralatan dan untuk beberapa
metode pengukuran

Let’s Succes With Us... 66


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

LANGKAH – LANGKAH PEMANTAUAN


1. Memahami mekanisme penyebab terjadinya ketidak stabilan
2. Menetapkan dan memprioritaskan data geoteknik yang dipakai
3. Menetapkan lokasi pemantauan
4. Memrediksi besar pergerakan dan parameter – parameter lainnya pada lokasi
tersebut
5. Membuat anggaran instrumentasi
6. Memilih instrument yang digunakan berdasarkan langkah langkah di atas

PEMANTAUAN DENGAN INSTRUMEN


• Peralatan otomatis pada umumnya lebih akurat dari peralatan manual karena tidak
ada kesalahan yang diakibatkan human error• Fleksibilitas dalam tingkat pengambilan
data dan kekerapan pengambilan data dibandingkan dengan peralatan manual
• Dalam pemilihan peralatan pemantauan adalah jumlah pekerja terlatih yang
diperlukan dan persyaratan waktu untuk pengambilandata. Diperlukan pelatihan
teknis untuk kalibrasi dan pemeliharaansystem elektronik yang kompleks
• Instrumen yang murah dan handal dalam jumlah banyak akan lebber guna
dibandingkan beberapa instrument mahal yang sangat sensitif
• Instrumen harus ditempatkan pada area yang efektif
• Estimasi gerakan pada area pemantauan harus sudah diprediksi untuk mengetahui
bahwa batas kemampuan instrument tidak terlewati
• Perlu diperhatikan juga batasan lingkungan agar instrument dap bekerja dengan
efektif

PEMANTAUAN PERPINDAHAN
• Program pemantauan yang diperlukan pada tambang terbuka bergantung pada
kondisi site specific tambang tersebut
• Pemantauan yang cukup dan tingkat pemahaman kondisi tanah atau batuan di lokasi
penambangan maka akan mencegah terjadinya longsoran yang “tak terduga”
Slope failures do not occur spontaneously. There is Scientifiec reasoning for each
failure, and failures do not occur without warning if they failed area is being well
monitored (Call, 1992)

PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN


Alat Pengukur Rekahan
• Alat pengukur lebar rekahan (Crack Gages) menjadi cara yang paling diandalkan
dalam pemantauan lereng.
• Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai mekanisme dan arah
pergerakan lereng
• Cara yang paling banyak dilakukan adalah dengan pemasangan crack meter dan
ekstensometer

Let’s Succes With Us... 67


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PEMANTAUAN DENGAN INSTRUMEN


Crack Meter
Pengukuran dengan menggunakan crack meter, ditandai dengan tanggal pemasangan
dan dapat dilihat besar dan arah pergerakan

PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN


Theodolit dan Total Station
• Teknik pemetaan konvensional merupakan cara yang paling sederhana dan paling
banyak dilakukan
• Kalibrasi peralatan survey harus dilakukan dengan benar sesuai dengan prosedur,
untuk menjamin keakuratan dan kehandalannya
• Lokasi peletakkan titik titik control pada area yang permanen sehingga dapat
memasang prisma dengan baik

PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN


EDM (Electro-Optic Distance Measuring)

• Teknik pengukuran jarak jauh yang bekerja dengan memancarkan sinar reflector
yang dipasang pada muka lereng
• Sinar laser yang ditangkap oleh prisma kemudian dipantulkan kembali ke alat
tersebut
• Jarak antara alat dan titik prisma dihitung dari waktu yang diperlukan untuk sinar
laser bolak balik dari alat ke titik target

Let’s Succes With Us... 68


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN


Kamera Fotogrametri dan Laser Scan
• Kamera fotogrametri dan laser scan menghasilkan pencitraan 3D.
• Tahapan yang dilakukan adalah mengarahkan sinar laser ke lereng yang akan
dipantau, memilih luas area dan kerapatan titik pemeriksaan
• Hasil yang diperoleh merupakan titik yang akurat dan rapat yang kemudian diolah
menjadi titik kontur

PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN


Slope Stability Radar

• Penggunaan SSR berfungsi untuk :


1.Safety Critical Monitoring : digunakan selama masa operasi produksi untuk
memantau lereng yang tidak stabil
2.Campaign Monitoring : radar diletakkan secara berpindah pindah untuk
membandingkan pergerakan di setiap area untuk menentukan area yang bermasalah
PEMANTAUAN PERGESERAN DI PERMUKAAN
Tilt meter
• Digunakan untuk mengukur perubahan kemiringan
• Keuntungan menggunakan tiltmeter adalah pengukuran cepat dan presisi
• Dari hasil pengukuran dengan tiltmeter dapat menghitung pergerakan lereng yang
terjadi

Let’s Succes With Us... 69


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PEMANTAUAN DENGAN INSTRUMEN


Wireline Extensometer

• Terdiri atas kabel yang yang di pasang pada bagian lereng yang tidak matap dengan
stasiun pemantauan dipasang pada bagian belakang rekahan Tarik
• Kabel dibentangkan di atas pulley dan ditegangkan dengan pemberat pada ujung
kabel yang lain.
• Jika bagian yang tidak mantap bergerak menjauhi tiang pulley, pemberat akan
bergerak dan perpindahan dapat direkam, baik secara manual maupun elektronik.
• Dapat di setting alarm apabila perpindahan melebihi batas yang telah ditetapkan
• Panjang kabel sebaiknya tidak lebih dari 60 m untuk meminimalkan pelendutan
• Terkadang perlu dilakukan adjustment akibat ekspansi termal dari kabel
• Kemungkinan adanya binatang yang hinggap di atas extensometer

PEMANTAUAN DENGAN INSTRUMEN


Inclinometer

• Inclinometer digunakan untuk mengukur perubahan kemiringan atau kelengkungan


lubang bor
• Hasilnya berupa pergerakan lereng dalam arah horisontal

Let’s Succes With Us... 70


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

ALAT PEMANTAUAN BEBAN DAN REGANGAN


Strain Gauges
• Strain gauges adalah sensor yang memiliki tahanan bervariasi bergantung pada
tekanan yang diberikan
• Alat ini mengonversikan gaya, tekanan, berat dll menjadi tahanan elektrik yang
dapat diukur. Ketika tekanan dari luar diberikan pada objek diam maka akan
didapatkan tegangan dan regangan
• Alat ini digunakan apabila load cell tidak dapat dipasang pada struktur yang dipantau
• Strain gauges mendapatkan hasil nilai regangan

Load Cell

• Load cell adalah sensor yang mengonversi beban atau gaya yang bekerja padanya
menjadi sinyal elektronik
• Alat ini berfungsi untuk memantau tegangan pada baut batuan atau jangkar batuan
serta memantau beban yang diterima oleh perkuatan baja pada terowongan bawah
tanah
INTERPRETASI DATA PEMANTAUAN
• Program pemantauan akan gagal apabila data yang diperoleh tidak pernah
digunakan. Program pemantauan yang jelas akan mengarahkan interpretasi data. Jika
tidak ada tujuan, tidak akan ada interpretasi yang jelas (Read & Stacey, 2009)
• Hasil pemantauan hanyalah angka. Interpretasi data merupakan hal terpenting,
tetapi kriteria untuk menilai kestabilan perlu dimasukkan dalam program pemantauan
DATA PEMANTAUAN
• Setiap area pemantauan harus mempunyai strategi yang sesuai dengan kondisi
tanah atau batuan pada area pemantauan
• Dalam praktek pemantauan lereng, kriteria yang sering digunakan adalah :
• Perpindahan total, 𝑢𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Let’s Succes With Us... 71


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

• Laju perpindahan,∆u⁄∆t
• Meskipun demikian tidak ada teoritis untuk kedua kriteria tersebut (Sakurai, 2016)
• Interpretasi data dari system pemantauan terutama menyangkut penilaian onset
dari perubahan laju perpindahan. Hal ini umumnya ditunjukkan oleh akselerasi tetapi,
pada kasus lereng yang telah bergerak, deselerasi dapat juga terjadi

TITIK PEMICU
Titik pemicu (Read & Stacey, 2009)
1. Titik pemicu awal yang harus dipertimbangkan adalah jikan laju pergerakan dari
pembacaan terakhir sebesar dua kali akurasi survei. Pada kasus ini pembacaan harus
secepat mungkin diulang. Jika pembacaan terbukti benar, pembacaan tambahan
harus dilakukan dengan kekerapan tinggi
2. Titik pemicu kedua adalah jika laju pergerakan pada dua pembacaan berurutan
meningkat dua kali. Pada kasus ini area lokasi prisma harus diperiksa. Jika penyebab
pergerakan tidak dapat diketahui, penambangan hanya dapat dilakukan pada siang
hari atau dihentikan dan frekuensi pembacaan ditingkatkan. Jika akselerasi berlanjut
maka area di bawah pergerakan harus dikosongkan sampai situasi diinvestigasi secara
lengkap
3. Jika peningkatan pergerakan lebih dari empat kali error survei terbaca pada
pembacaan sebelum akselarasi, maka area operasi di bawah area pemantauan harus
segera dikosongkan sampai titik tersebut disurvei ulang, dan dilakukan investigasi
lengkap

Critical Velocity
• The critical velocity was on average 12 mm/day (Ryan & Call, 1992)
• The empirical data also suggested that when the velocity was 50 mm/day there was
at least a time span of 48 hours before slope collapse (Ryan & Call, 1992)
• In Aznalcollar Mine in Spain, displacement rates exceede 1600 mm/day and total
slope are of the order of 10 m but the pit slope was still in place and the mine is fully
operational (Sjöberg, 1996)

CRITICAL STRAIN
• Critical strain was proposed (Sakurai, 1987) and used as a hazard warning level for
interpreting measurement results properly Chen assessing the stability of tunnels and
slopes

Let’s Succes With Us... 72


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Let’s Succes With Us... 73


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PENANGANAN LONGSORAN
• Meskipun telah dilakukan pemetaan geologi yang sangat baik, perancangan
geoteknik yang hati-hati, dan pemantauan yang memadai, masih ada kemungkinan
terjadi longsoran
• Apabila terjadi longsoran maka respon terhadap pergerakan harus sudah
direncanakan
• Apabila longsoran yang terjadi sangat besar maka harus ada evakuasi area, baik
orang dan alat
• Harus dibuat SOP yang menentukan nilai batas pergerakan dan cara penanganannya
• Dalam SOP tertera dengan jelas orang yang bertanggung jawab
• Longsoran selalu diawali dengan beberapa tanda, maka penting untuk penanggung
jawab area untuk mengenali potensi yang ada untuk penanggulangan yang tepat
• Penanganan terhadap longsoran bergantung pada kondisi ketidakmantapan dan
dampaknya dalam operasi
• Setiap kasus harus dievaluasi secara terpisah dengan mempertimbangkan
keselamatan, rencana penambangan dan analisis manfaat juga biayanya

1. BIARKAN MATERIAL LONGSOR


• Material dapat dibiarkan longsor apabila terjadi pada daerah yang tidak kritikal
• Apabila kecepatan dan mekanisme longsoran diketahui dengan baik maka operasi
penambangan dapat dilanjutkan
• Akan lebih aman apabila material longsor digali
• Ada area/ bench yang digunakan untuk menampung material longsor
• Biaya pembersihan area longsoran harus dipastikan sebanding dengan nilai
cadangan yang hilang
• Pengurangan ukuran peledakan untuk minimalisir dampak Peledakan

Let’s Succes With Us... 74


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

(Sjöberg, 1996)

2. PASANG PENYANGGA
• Apabila material tidak dapat dibiarkan longsor maka harus diberi penyangga
• Beberapa contoh penyangga adalah dengan menggunakan baut batuan, kabel, jala
kawat, dan beton tembak
• Sistim penyanggaan dapat sangat mahal. Tetapi apabila lereng dapat dibuat lebih
curam dan biaya pembersihan dapat dikurangi, biaya untuk penyanggaan dapat
dijustifikasi
• Studi struktur geologi harus dilakukan untuk memilih penyangga yang cocok
• Baut yang terlalu pendek tidak akan berfungsi untuk menghilangkan longsoran.
Penyanggaan berfungsi untuk mengikatkan longsoran – longsoran kecil menjadi
sebuah longsoran yang besar
• Pembuatan buttress pada toe. Juga dapat dijadikan alternatif dumpingan material.

3. HILANGKAN BAHAYA
• Jika lereng tetap longsor dan penyanggaan tidak layak dilakukan, perlu diambil
tindakan untuk menghilangkan bahaya
• Yang sering dilakukan adalah dengan cara melandaikan lereng
• Metode scaling dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menghilangkan
bahaya akibat adanya jatuhan batuan kecil
• Pengaturan air dengan dewatering lubang horizontal atauvertikal untuk
meminimalkan bahaya longsoran
• Drainase permukaan juga dapat untuk meminimalkan bahaya longsoran

Let’s Succes With Us... 75


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

6.2 PERKUATAN LERENG

BRONJONG

TEMBOK PENAHAN

Let’s Succes With Us... 76


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

SUMURAN

TULANGAN DAN DINDING PENOPANG

Let’s Succes With Us... 77


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

TUMPUAN BETON DAN JANGKAR KABEL

JALA KAWAT DAN BETON TEMBAK

BUTTRESS

Let’s Succes With Us... 78


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

KOLOM DAN DINDING

Let’s Succes With Us... 79


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 7
METODE KESETIMBANGAN BATAS
(LIMIT EQUILIBRIUM METHOD)

Dari sekian banyak metode analisa kestabilan lereng, yang paling umum
digunakan ialah metode keseimbangan yang umum disebut metode limit equilibrium
yaitu metode fellenius, motode bishop simplified, metode janbu simplified, metode
spencer dan metode morgenstem & price.
Analisa kestabilan lereng dengan metode keseimbangan batas atau Limit
Equilibrium Method (LEM) telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1930. Semenjak
itu banyak metode keseimbangan batas di kembangkan dan beberapa masih
digunakan secara umum. Keseimbangan batas bukan digunakan karena
pembatasnnya, salah satu perbedaan dasar penggunaan metode keseimbangan batas
adalah penggunaan kondisi keseimbangan. Beberapa kondisi memenuhi untuk
keseimbangan gaya dan keseimbangan momen sendangkan metode yang lain hanya
memenuhi salah-satunya saja. Dengan kata lain beberapa metode hanya
memperhitungkan gaya normal saja sedangkan metode yang lain memperhitungkan
gaya normal, gaya tangensial dan juga gaya-gaya antar irisan. Oleh karena itu hanya
beberapa metode yang memenuhi kondisi sebenarnya di lapangan. Metode Bishop
yang dikembangkan pada tahun 1950an adalah didasarkan pada kesetimbangan
momen. Metode ini dihitung dengan pendekatan solusi permukaan bidang runtuh
dianggap melingkar. Metode yang lain seperti Metode Janbu yang disederhanakan
didasarkan pada kondisi kesetimbangan gaya, metode ini sangat cocok untuk kondisi
tanah berlapis.(Aryal, 2006)
Metode keseimbangan pada umumya memperhitungkan keseimbangan gaya
dan keseimbangan momen, demikian pula dengan gaya-gaya antar irisan (gaya normal
dan gaya tangensial) berlaku pada semua permukaan bidang geser. Metoda analisis
ini pertama-tama mengasumsikan bidang kelongsoran yang dapat terjadi. Terdapat
dua asumsi bidang kelongsoran yaitu: bidang kelongsoran berbentuk circular dan
bidang kelongsoran yang diasumsikan berbentuk non-circular (bisa juga planar).

Let’s Succes With Us... 80


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 7.1 Bidang Longsor Circular

Gambar 7.2 Bidang Longsor Non-Circular

Gambar 7.3 Gaya-gaya yang bekerja pada irisan


X1, Xr = gaya geser efektif disepanjang sisi irisan
E1, Er = gaya normal efektif disepanjang sisi irisan

Let’s Succes With Us... 81


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Ti = resultan gaya geser efektif yang bekerja sepanjang dasar irisan


Ni = resultan gaya normal efektif yang bekerja sepanjang dasar irisan
U1, Ur = tekanan air pori yang bekerja dikedua sisi irisan
Ui = tekanan air pori di dasar irisan
Perhitungan dilakukan dengan membagi- bagi tanah yang berada dalam
bidang longsor dalam irisan-irisan sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 1 hingga
Gambar 3, karena itu metoda ini dikenal juga dengan nama metoda irisan (method of
slice).

7.1 Metode Fellenius


Metode Fellenius (Ordinary Method of Slice) diperkenalkan pertama kali oleh
Fellenius (1927,1936) bahwa gaya memiliki sudut kemiringan paralel dengan dasar
irisan faktor keamanan dihitungn dengan keseibangan momen. Fellenius menganggap
gaya –gaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai
resultan nol pada arah tegak lurus bidang longsor. Dengan anggapan ini keseimbangan
arah vertikal dan gaya-gaya yang bekerja dengan memperhatikan tekanan air pori
sebagai berikut:
𝑁𝑖 + 𝑈𝑖 = 𝑊𝑖 cos 𝜃𝑖
atau
𝑁𝑖 = 𝑊𝑖 cos 𝜃𝑖 − 𝑈𝑖
𝑁𝑖 = 𝑊𝑖 cos 𝜃𝑖 − 𝑢𝑖 𝑎𝑖
Faktor aman didefinisikan:
Jumlah momen tahan geser sepanjang bidang longsor
F=
Jumlah momen berat massa tanah yang longsor

Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ, maka momen
dari massa tanah yang akan longsor adalah:

dengan:
R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m)
n = jumlah irisan
Wi = berat massa tanah irisan ke-I (kN)
θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 7.3(ᵒ)
Momen penahan longsor adalah:

Let’s Succes With Us... 82


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Bila terdapat air pada lereng akibat pengaruh tekanan air pori, maka
persamaan menjadi:

dengan:
F = faktor aman
c = kohesi tanah (kN/m2)
f = sudut gesekan dalam tanah (ᵒ)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
µi = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2)
θi = sudut yang didefinisikan pada Gambar 7.3 (ᵒ)
Jika terdapat gaya-gaya lain selain berat tanahnya sendiri, misalnya bangunan
di atas lereng, maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md. Metode
Fellenius banyak digunakan dalam prakteknya, karena cara hitungan sederhana dan
kesalahan hitungan yang dihasilkan masih pada sisi aman.

7.2 Metode Bishop


Metode Bishop ini menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah vertikal dan
kesetimbangan momen pada pusat lingkaran bidang gelincir. Dalam metode ini gaya
geser antar irisan diasumsikan nol. Faktor keamanan untuk metode ini dirumuskan
sebagai berikut:

X /(1  Y / F )
F
Z  Q ...................................................................................... (3.12)

dimana :

X  (c'(h   w hw ) tan  ' )x / cos 


Y  tan  tan  '

Z  hx sin 

Let’s Succes With Us... 83


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Q  1 2  w Z 2 / R

Gambar 7.4 Perhitungan faktor keamanan menggunakan Metode Bishop yang


disederhanakan
7.3 Metode Janbu
Metode Janbu juga merupakan salah satu metode yang menggunakan prinsip
kesetimbangan batas dalam menentukan faktor keamanan dari suatu massa material
yang berpotensi longsor. Metode Janbu ini adalah metode yang biasanya digunakan
untuk menganalisis kemantapan lereng yang memiliki permukaan bidang gelincir tidak
berupa busur lingkaran. Metode ini menggunakan suatu faktor koreksi (fo) untuk
mengkoreksi bentuk bidang gelincir yang tidak berupa busur lingkaran. Metode ini
memenuhi kesetimbangan gaya pada arah vertikal dan kesetimbangan momen pada
titik pusat lingkaran runtuh.
Untuk menghitung nilai faktor keamanan dapat menggunakan persamaan
berikut ini:

.................................. (3.13)

dengan
X  (c'(h   w hw ) tan  ' )x / cos 
Y = tan ψ tan φ’
Z  hx sin 
Q = ½ γ w z2 a/R
dimana :
F = faktor keamanan
γ = bobot isi material (kN/m3)
γw = bobot isi air (kN/m3)
ψ = kemiringan bidang luncur (0)

Let’s Succes With Us... 84


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

h = tinggi lereng (m)


hw = tinggi lereng jenuh (m)
c’ = kohesi (MPa)
z = kedalaman tegangan tarik (m)
φ’ = sudut geser dalam (°)
fo = Faktor Koreksi
Untuk memecahkan persamaan diatas maka dilakukan iterasi faktor keamanan
dengan memasukkan nilai faktor keamanan sebelah kanan persamaan F = 1.00. Jika
hasil perhitungan nilai faktor keamanan F sebelah kiri mempunyai selisih lebih besar
dari 0.001 terhadap faktor keamanan yang diasumsikan, maka perhitungan diulang
dengan memakai faktor keamanan hasil perhitungan sebagai asumsi kedua dari F.
Demikian seterusnya hingga perbedaan antara kedua F kurang dari 0.001 dan F yang
terakhir tersebut adalah nilai faktor keamanan yang paling tepat dari bidang longsor
yang telah dibuat.

Gambar 7.5 Perhitungan faktor keamanan menggunakan Metode Janbu yang


disederhanakan

7.4 Metode Morgenstern dan Price


Metode ini adalah salah satu metode yang berdasarkan prinsip kesetimbangan
batas yang dikembangkan oleh Morgenstern dan Price padatahun 1965, dimana
proses analisanya merupakan hasil dari kesetimbangan setiap gaya-gaya normal dan
momen yang bekerja pada tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng tersebut baik
gaya. Dalam metode ini, dilakukan asumsi penyederhanaan untuk menunjukkan
hubungan antara gaya geser di sekitar irisan (X) dan gaya normal di sekitar irisan (E)
dengan persamaan :
X= λ. f(x). E

Let’s Succes With Us... 85


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gaya-gaya yang bekerja pada pada tiap irisan bidang kelongsoran ditunjukan
pada Gambar 1. Persamaan yang berlaku adalah :
1
[𝑊𝑛 − (𝑋𝑟 − 𝑋𝑖) − 𝐹 (𝑐′(sin 𝑎 − 𝑢𝑙 tan Φ′ sin 𝛼]
𝑃=
tan Φ′
cos 𝛼 (𝑙 + tan 𝛼 𝐸
Dimana :
P = Gaya Normal
c’ = kohesi (jika analisa dalam kondisi undrained diambil cu jika dalam kondisi
drained diambil nilai kohesi efektif)
Wn = gaya akibat beban tanah ke-n
a = sudut antara titik tengah bidang irisan dengan titik pusat busur bidang
longsor
ф’ = sudut geser tanah (jika dalam kondisi undrained nilai sudut geser 0)
u = tekanan air pori
XL,XR = gaya gesek yang bekerja di tepi irisan
Dalam metode ini analisa faktor keamanan dilakukan dengan dua prinsip yaitu
kesetimbangan momen (Fm) dan kesetimbangan gaya (Ff). Faktor keamanan dari
prinsip kesetimbangan momen adalah untuk bidang kelongsoran circular:

Dan nilai faktor keamanan dengan prinsip kesetimbangan gaya :

Pada proses iterasi pertama, gaya geser di sekitar irisan (XL dan XR)
diasumsikan nol. Kemudian pada proses iterasi selanjutnya gaya tersebut didapatkan
dari rumus :

Kemudian gaya geser tersebut dihitung dengan mengasumsikan nilai λ dan f(x).
Dalam perhitungan ini menggunakan alat bantu komputer untuk menghitung faktor
keamanan dari lereng. Ini disebabkan karena banyaknya perhitungan yang berulang.
Dalam perhitungan ini menggunakan program Slide untuk memudahkan perhitungan.

Let’s Succes With Us... 86


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 7.6 Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Irisan Bidang Kelongsoran Metode
Morgenstern-Price

Let’s Succes With Us... 87


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 8
METODE ELEMEN HINGGA
(FINITE ELEMENT METHOD)
Metode Elemen Hingga didasarkan pada pemikiran untuk membangun obyek
yang rumit dengan blok – blok sederhana atau membagi obyek yang rumit menjadi
blok – blok kecil.
Metode ini digunakan dalam berbagai hal, antara lain :
• Mechanical / Aerospace / Civil / Automobile Engineering
• Structural analysis (static / dynamic, linear/nonlinear)
• Thermal / fluid flows
• Electromagnetics
• Geomechanics
• Biochemanics
• etc
Dalam metode elemen-hingga domain dari daerah yang dianalisis dibagi
kedalam sejumlah zona yang lebih kecil. Zona-zona kecil tersebut dinamakan elemen.
Elemen-elemen tersebut dianggap saling berkaitan satu sama lain pada sejumlah titik-
titik simpul (node). Perpindahan pada setiap titik-titik simpul dihitung terlebih dahulu,
kemudian dengan sejumlah fungsi interpolasi yang diasumsikan, perpindahan pada
sembarang titik dapat dihitung berdasarkan nilai perpindahan pada titik-titik simpul.
Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap elemen dihitung berdasarkan
besarnya perpindahan pada masing-masing titik simpul. Berdasarkan nilai regangan
tersebut dapat dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen.

Gambar 8.1 Ilustrasi Elemen Hingga

Let’s Succes With Us... 88


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

PERPINDAHAN ELEMEN
• 𝑢𝑥𝑖 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑖 + 𝛼3 𝑦𝑖
• 𝑢𝑥𝑗 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑗 + 𝛼3 𝑦𝑗
• 𝑢𝑥𝑖 = 𝛼1 + 𝛼2 𝑥𝑖 + 𝛼3 𝑦𝑖
• 𝑢𝑦𝑖 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑖 + 𝛼6 𝑦𝑖
• 𝑢𝑦𝑗 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑗 + 𝛼6 𝑦𝑗
• 𝑢𝑦𝑘 = 𝛼4 + 𝛼5 𝑥𝑘 + 𝛼6 𝑦𝑘
𝑢𝑥
• {𝑢} = {𝑢 } = [𝑁]{𝑢ℯ }
𝑦

STRENGTH REDUCTION METHOD


SRF dilakukan dengan cara pengurangan parameter kohesi (C) dan sudut gesek dalam
(φ)
𝐶
𝐶𝑓 =
𝑆𝑅𝐹
tan 𝜙
𝜙𝑓 = 𝑡𝑎𝑛−1 ( )
𝑆𝑅𝐹
SRF = faktor reduksi kekuatan geser
Faktor keamanan (F) besarnya sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi
keruntuhan.

Let’s Succes With Us... 89


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

BAB 9
ANALYSIS WITH SLIDE ROCSIENCE
TUTORIAL
9.1 Non-Circular Surfaces Tutorial (Petunjuk/Tutorial Longsoran Bukan-Busur)

Tutorial ini menggunakan model yang sama pada Tutorial sebelumnya (The materials &
loading tutorial), untuk mendemontrasikan bagaimana sebuah analisis dapat dilakukan
menggunakan longsoran non-busur/non-lingkaran (piece-wise liniear).

Model yang akan ditampilkan :


 Material lereng gabungan (multiple material slope) dengan sisipan material lemah
(weak layer).
 Menentukan tekanan pori yang disebabkan oleh muka air (water table).
 Pembebanan luar yang terdistribusi secara merata.
 Block search (pencarian blok) yang digunakan untuk menganalisis permukaan longsor
bukan-busur.
Catatan: contoh dari model pada petunjuk ini dapat dilihat pada file tutorial3.sli berada pada folder examples.

Let’s Succes With Us... 90


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.

Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.

Apabila kita menggunakan model yang sama dari Tutorial sebelumnya, kita tidak akan
mengulangi prosedur/langkah-langkah pemodelan sebelumnya, tetapi hanya
membuka/membaca sebuah file.

Jika Tutorial sebelumnya telah lengkap, dan menyimpannya, kita dapat menggunakan file ini
(ml_circ.sli). jika kita belum melakukan sebelumnya, atau tidak menyimpan file tersebut,
maka file yang diperlukan tersedia di dalam folder examples di dalam folder instalasi slide (file:
tutorial2.sli)

Let’s Succes With Us... 91


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Surfaces Options
Hal pertama yang dilakukan adalah mengubah jenis permukaan busur longsor menjadi non-
circular (bukan-busur) di dalam kotak dialog surface options.

Gambar 9.1: Kotak dialog Surface Options

Di dalam kotak dialog Surface Options, ganti Surface Type dengan Non-circular.

Catatan: Bahwa search method yang berbeda dapat digunakan dalam slide untuk non-circular surfaces - block
search atau path search. Untuk keterangan lebih rinci mengenai Path search silahkan lihat menu help pada slide.

Petunjuk kali ini akan mendemontrasikan metoda block search. Jadi pilih OK

Catatan: Bahwa grid pusat longsor yang digunakan untuk menampilkan grid search sekarang
disembunyikan (hide) dari tampilan gambar, jika tidak diaplikasikan untuk pencarian
permukaan longsor non-circular.

Pilih zoom all untuk men-zoom model ke pusat penglihatan (layar). Caranya dengan mengklik
kanan mouse lalu kemudian pilih zoom all atau gunakan tombol F2 pada keyboard sebagai
jalan pintas.

Let’s Succes With Us... 92


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Block Search (Pencarian Blok)

Pengertian block search yang digunakan pada slide apabila massa longsoran yang akan
dianalisis adalah non-circular dengan hanya sedikit bidang longsor (sliding planes) dan bidang-
bidang tersebut dapat dipertimbangkan sebagai active, passive,dan center block, seperti yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 9-2: Active, Central and Passive blocks

Dalam hal melakukan block search menggunakan slide, pemakai slide harus membuat satu
atau lebih objek block search (window, garis, titik atau polyline). Objek block search
digunakan untuk membuat secara acak dan menempatkan titik-titik lokasi permukaan
longsor.

Untuk model dengan sebua weak layer tipis, jalan terbaik untuk menampilkan sebuah block
search adalah menggunakan pilihan block search polyline. Pilihan ini bekerja dengan cara
sebagai berikut :

1. Dua titik dibuat terlebih dahulu pada polyline mengikuti pilihan kenginan kita (user
definable selectiond).
2. Permukaan longsor dibatasi untuk mengikuti polyline diantara 2 titik.
3. Sudut-sudut proyeksi (projections angles) digunakan untuk memproyeksikan
permukaan ke atas terhadap permukaan dasar (ground surfaces) dari 2 titik.
4. Langkah-langkah No. 1 sampai 3 dilakukan kembali untuk keperluan jumlah
permukaan longsor.

Let’s Succes With Us... 93


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Sekarang tambahkan polyline ke dalam model.

Pilih Add Search Polyline dari toolbar atau dari sub-menu Block Search di dalam menu
Surfaces. (catatan: bahwa pilihan-pilihan di dalam toolbar dan menu Surfaces sekarang dapat
diaplikasikan kepada permukaan-permukaan non-busur, jika kita telah mengubah Surface
Type dari Circular menjadi Non-Circular di dalam kotak dialog Surface Options).

Kemudian akan muncul kotak dialog block search polyline, seperti dibawah ini :

Kotak dialog block search polyline memberikan kepada kita untuk secara spesifik bagaimana
2 titik akan dibuat pada polyline. Titik dapat secara acak dapat dibuat pada lokasi mana saja
(the any line segment option) atau secara acak dibuat pada awal atau akhir garis segmen atau
dikunci (fixed) pada titik akhir dari polyline.

Dalam kebanyakan kasus, langkah terbaik adalah mengawali dengan pilihan any line segment
untuk memaksimalkan pemenuhan pencarian sepanjang polyline. Hal ini sudah terpilih di
dalam kotak dialog untuk kedua titiknya, jadi tekan saja OK.

Sekarang masukkan titik-titik untuk membuat polyline. Titik-titik dapat dimasukkan secara
grafis dengan menggunakan mouse atau dapat membuatnya pada prompt line:

Let’s Succes With Us... 94


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pencarian objek block search polyline sekarang telah ditambahkan pada model bersama
dengan weak layer. Tandai panah-panah pada sisi garis. Panah-panah mewakili kiri dan kanan
sudut proyeksi yang mana akan digunakan untuk memproyeksikan permukaan longsor
terhadap permukaan dasar (ground surfaces). Proyeksi sudut dapat diubah pada kotak dialog
surface options, hal ini akan dijelaskan pada petunjuk selanjutnya, untuk saat ini kita hanya
menggunakan sudut yang telah ada (default).

Gambar 9-3: Block Search Polyline yang ditetapkan di dalam material


sisipan lemah (weak layer)

More About Block Search Objects (Keterangan tentang objek block search)

Pada saat ini mungkin kita membayangkan – kenapa kita menggunakan pilihan Block Search
Polyline ketika kita menetapkan segmen garis tunggal (single line segment) ? itu merupakan
alasan yang bagus:

 Sebuah block search polyline selalu membuat 2 titik sepanjang garis. Permukaan
longsor akan terbatas mengikuti polyline diantara 2 titik.
 Pada kasus umumnya, ketika sebuah block search polyline dapat terdiri dari banyak
garis segmen (multiple line segments), hal ini mempermudah penetapan sebuah block
search sepanjang sebuah weak layer yang tidak beraturan.
 Sebuah block search polyline dapat terdiri dari hanya sebuah garis segmen. Dua titik
masih dibentuk pada garis tunggal segmen yang mana akan mempermudah
penetapan/pembentukan sebuah block search sepanjang garis linear weak layer.

Let’s Succes With Us... 95


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pilihan block search polyline secara khusus dikembangkan guna tujuan mempermudah
pencarian sepanjang garis linier atau non-linier weak layer.

Kebakannya pencarian objek blok yang lain dai dalam jendela slide, garis atau titik – hanya
membentuk sebuah titik (vertex) permukaan longsor untuk setiap objek. Untuk sebuah objek
garis pencarian blok, permukaan longsor tidak mengikuti/berada pada garis, tetapi hanya
memiliki sebuah vertex pada garis tersebut.

Untuk membuat pencarian dengan objek Block Search Line, kita harus menentukan 2 Block
Search Lines, yang juga linear. Untuk menentukan sebuah Block Search sepanjang weak layer
yang tidak beraturan (non-linear), hal ini lebih sulit (walaupun hal ini dapat dilakukan,
menggunakan sebuah kombinasi dari objek-objek Block Search Line dan objek-objek Block
Search Point pada setiap lapis (bend) di dalam weak layer).

Umumnya, jumlah berapapun Block Search Objects dapat ditentukan, dan digunakan pada
kondisi apapun. Kenyataannya, kita dapat menggunakan objek Block Search Polyline, di
dalam kombinasi dengan window. Objek-objek garis atau titik, atau bahkan objek polyline
yang lain (sepanjang tidak terjadi saling tumpang tindih pada sebuah polyline dengan
pencarian objek-objek lain).

Compute (Perhitungan)

Simpan dahulu model yang telah dibuat sebelumnya, dengan nama ml_noncirc.sli :

Lalu lakukan perhitungan terhadap model yang telah disimpan :

(Untuk model yang sederhana, semua permukaan longsor dibentuk oleh pencarian, yang akan
terdiri dari tiga garis segmen – sebuah garis segmen berada pada sepanjang Block Search
Polyline, dan bagian kiri & kanan adalah segmen-segmen proyeksi)

Let’s Succes With Us... 96


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Interpret (Interpretasi)

Untuk menggambarkan/menampilkan hasil-hasil analisis & perhitungan :

Kemudian akan tampak gambar seperti di bawah ini :

Gambar 9-4: Hasil-hasil Block Search (5000 permukaan)


Dari yang telah ada, permukaan longsor Global minimum untuk sebuah analisis Bishop akan
ditampilkan.

Faktor keamanan Global minimum untuk analisis Bishop adalah 0.763. bandingkan dengan
hasil-hasil pencarian Circular (busur) pada Tutorial sebelumnya (0.798).

Seperti yang telah diduga pada model ini, Block Search mendapati sebuah permukaan faktor
keamanan yang lebih rendah. Sebuah permukaan non-busur (piece wise linear) lebih cocok
untuk menemukan permukaan longsor sepanjang sebuah weak layer, seperti yang telah kita
modelkan sekarang ini, daripada sebuah permukaan busur.

Pilih metoda analisis Janbu Simplified di dalam toolbar dan amati faktor keamanan dan
permukaan longsornya. Dalam kasus ini, metoda Bishop dan Janbu telah menempatkan
permukaan Global minimum yang sama.

Let’s Succes With Us... 97


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Sekarang pilih All Surfaces.

(Catatan: pilihan Minimum Surfaces, digunakan pada Tutorial-tutorial sebelumnya, yang tidak tersedia untuk
permukaan-permukaan non-busur. Pilihan Minimum Surfaces hanya diaplikasikan kepada grid-grid pusat longsor
yang digunakan untuk sebuah Grid Search permukaan busur).

Semua permukaan yang dibentuk oleh Block Search di tampilkan pada model. Catat bahwa
warna-warna permukaan-permukaan longsor dan titik-titik sumbu (axis) berhubungan
dengan warna-warna faktor keamanan yang ditampilkan di dalam legenda)

Sekarang gunakan pilihan Filter Surfaces, untuk menampilkan hanya permukaan-permukaan


yang memiliki faktor keamanan kurang dari 1.

Di dalam kotak dialog Filter surfaces, pilih Surfaces with a factor of safety below, masukkan
nilai 1, lalu pilih Done.

Seperti yang terlihat (gambar 3-5) ada banyak permukaan longsor yang tidak mantap (stabil)
untuk model ini. Sehingga diperlukan perkuatan (support) atau memodifikasi desainnya agar
dapat lebih stabil.

Let’s Succes With Us... 98


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-5: Seluruh permukaan dengan faktor keamanan < 1

Tutup semua tampilan seluruh permukaan longsor (All Surfaces) dengan mengklik kembali All
Surfaces

Graph Query (Query Grafik)

Penambahan dan membuat grafik query untuk permukaan-permukaan non-busur adalah


sama seperti yang dijelaskan di dalam tutorial sebelumnya untuk permukaan busur. Sebagai
contoh, sebuah jalan mudahnya dalah sebagai berikut:

 Pilih Graph Query dari toolbar. Slide akan secara otomatis membuat sebuah Query
untuk Global minimum, dan menampilkan kotak dialog Graph Slice Data.

Let’s Succes With Us... 99


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pilih Base Cohession dari Primary Data. Pilih Create Plot.

Grafik akan terbentuk. Seperti yang kita lihat. Grafik menunjukkan kekuatan-kekuatan kohesi
(28.5 dan 0) dari 2 material yang ditentukan. Di sepanjang permukaan longsor ini, kohesi 0
dari weak layer merupakan penyebabnya.

Gambar 9-6: Base cohession untuk permukaan Global minimum.

Sekarang klik kanan pada grafik, lalu klik change plot data dari menu popup maka kita akan
melihat kotak dialog Graph Slice Data kembali.

Pilih Base Friction angle dari Primary data. Pilih Create Plot.

Sekarang grafik akan menampilkan sudut geser (friction angle) dari 2 material yang sudah kita
tentukan (20 dan 10 derajad). Sepanjang permukaan longsor, sudut geser 10 derajat dari weak
layer adalah penyebabnya.

Sekarang tutup jendela grafik dengan menekan tombol X pada bagian pojok kanan atas grafik.
Sekarang kita kembali ke slide modeler, lalu masukkan sebuah kisaran (range) dari sudut-
sudut proyeksi di dalam kotak dialog surface options, dan lakukan perhitungan/analisis ulang
(re-run analysis). Pilih Modeler dari toolbar atau menu Analysis.

Let’s Succes With Us... 100


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Model (Modifikasi)

Pilih surface options dari menu surface (atau sebagai jalan pintas dengan mengklik kanan
mouse di daerah mana saja dari gambar/tampilan, lalu pilih surface options dari menu popup.

Di dalam kotak dialog Surface Options, set Left Projection Angle range to Start =125, End =
155, dan Right Projection Angle Range to Start = 25 dan End = 55. pilih OK.

Catatan: Sekarang ada 2 panah sudut proyeksi kiri dan 2 panah sudut proyeksi kanan pada model yang
mengindikasikan awal/akhir batas bersudut yang telah dimasukkan pada kotak dialog surface options.

Tips:Sudut proyeksi diukur berlawanan arah jarum jam dari sumbu-x positif. Jika kita masih ragu-ragu tentang nilai
yang dimasukkan, kita dapat menggunakan tombol apply untuk memperlihatkan sudut proyeksi pada model tanpa
harus menutup kotak dialog surface option.

Compute (Perhitungan)

Let’s Succes With Us... 101


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Akan muncul kotak dialog pesan untuk menyimpan model yang telah dibuat. Pilih Yes untuk
menyimpan perubahan pada file, lalu slide akan menjalankan/perhitungan analisisnya.
Setelah selesai, kita siap untuk memperlihatkan hasil-hasilnya di dalam Interpret.

Interpret (Interpretasi modifikasi)

Untuk memperlihatkan hasil-hasil analisis:

Hal ini akan menampilkan hasil-hasil analisis terbaru/terakhir ke dalam program Interpret
Slide.

Gambar 9-7: hasil-hasil Block Search, 5000 permukaan

Permukaan longsor Global minimum, untuk sebuah analisis Bishop, sekarang memiliki faktor
keamanan sebesar = 0.704.

Dikarenakan oleh pengembangan (providing) dari kisaran (range) sudut proyeksi (projection
angles), sebuah permukaan longsor dengan sebuah faktor keamanan yang lebih rendah dari
analisis sebelumnya, telah ditempatkan (located).

Let’s Succes With Us... 102


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Tampilkan seluruh data analisis :

Catat bahwa warna-warna dari permukaan longsor dan titik-titik sumbu berhubungan dengan
warna faktor keamanan yang ditampilkan di dalam legenda.

Juga perlu di catat kisaran (range) dari sudut proyeksi digunakan untuk membentuk segmen-
segmen awal dan akhir untuk setiap permukaan longsor, jikalau kita telah menentukan
(specified) kisaran untuk kiri dan kanan sudut-sudut proyeksi di dalam kotak dialog Surface
Options.

Sekarang pilih metoda analisis Janbu Simplified, dari toolbar. Catatan: Faktor keamanan-
faktor keamanan diindikasikan oleh permukaan longsor dan warna warna titik sumbu, ubah
dengan metoda analisis.

Seperti yang telah kita catat sebelumnya. Permukaan global minimum tidak harus permukaan
yang sama, untuk metoda analisis yang berbeda. Bagaimanapun di dalam kasus ini, metoda
Bishop dan Janbu telah menemukan kembali permukaan Global minimum.

Sekarang kita akan menampilkan/mendemontrasikan satu lagi pilihan pencarian (searchhing)


di dalam slide, yaitu Pilihan Optimize Surfaces. Kembali ke program slide model.

Optimize Surfaces
Tampilan ini memberikan suatu lanjutan pencarian faktor keamanan terendah dari global
minimum menggunakan hasil dari block search. Sebagai titik awal :

1. Pada kotak dialog surface options pilih optimize surfaces pada kotak penanda (check
box)
2. Lakukan perhitungan ulang analisisnya (re-run the analysis)
3. Kita akan menemukan bahwa pilihan optimize surfaces meletakkan lokasi sebuah
faktor keamanan lebih rendah pada permukaan longsor global minimum = 0.676..

Let’s Succes With Us... 103


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Hasil dari optimize surface dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 9-8: Hasil-hasil dari optimalisasi pencarian (search optimization)


Random Surface Generation (Pembentukan Permukaan Acak)
Hal penting yang harus diingat bahwa block search tergantung pada pembentukan jumlah
acak (generation of random numbers) untuk membentuk permukaan longsor.
 Dengan acak pembentukan lokasi-lokasi vertex permukaan longsor menggunakan
objek block search dan
 Dengan acak membentuk sudut proyeksi (jika kisaran (range) dari sudut ditentukan)
Bagaimanapun, jika kita melakukan perhitungan ulang (re-compute) analisis dari Tutorial ini,
maka sudah pasti kita akan selalu mendapatkan hasil yang sama dengan sebelumnya,
alasannya: bahwa kita telah menggunakan pilihan pseudo-random

Let’s Succes With Us... 104


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Analisis pseudo-random berarti bahwa walaupun jumlah acak digunakan untuk membentuk
permukaan longsor, maka permukaan yang sama akan terbentuk setiap kali analisis dilakukan
perhitungan ulang (re-run) apabila seed yang sama digunakan untuk setiap kasus, untuk
jumlah acak. Hal ini dapat meproduksi kembali (reproducible) hasil-hasil, untuk pencarian
permukaan non-busur, walaupun permukaan acak sudah dibuat. Dari yang telah ada, pilihan
Pseudo random sudah dipilih di dalam Project Settings.

 Bagaimanapun, kita dapat menggunakan pilihan acak (random) di dalam Project


Settings > Random numbers. Di dalam kasus ini seed yang berbeda akan digunakan
setiap kali analisis dilakukan perhitungan ulang. Setiap analisis akan menghasilkan
(produce) perbedaan permukaan-permukaan longsor, dan kita dapat mendapatkan
faktor keamanan Global Minimum yang berbeda, dan permukaan-permukaan,
dengan setiap analisis.
Hal ini akan ditinggalkan sebagai latihan pilihan, untuk mencoba dengan pilihan pembentukan
Random Number. Lakukan analisis ulang beberapa kali, menggunakan pilihan Random
Number Generation di dalam Project Settings, lalu amati hasilnya.

Tip; untuk lebih jelasnya lihat efek-efek dari pemercontohan (sampling) acak, kita dapat memasukkan sebuah
jumlah permukaan yang lebih rendah (misalnya 200) di dalam kotak dialog Surface Options.

Itulah kesimpulan dari Tutorial kali ini. Untuk keluar dari program:

Let’s Succes With Us... 105


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.2 Composite Surface Tutorial (Petunjuk/Tutorial Permukaan Lereng Berlapis)

Petunjuk kali ini menggunakan model yang sama dengan model the materials & loading
tutorial (dengan beberapa modifikasi) untuk menunjukkan pencarian sebuah permukaan
busur, dimana dapat menganalisis permukaan komposit busur/non-busur dengan baik.

Tampilan model :

 Material lereng gabungan, dengan weak layer berada di atas material impermiabel
(seperti, bedrock, atau tanah yang memiliki kekuatan lebih tinggi).
 Tekanan pori diakibatkan karena adanya muka air tanah.
 Pembebanan luar yang terdistribusi secara merata.
 Grid search busur, dengan pilihan composite surfaces aktif.
 Demontrasi pilihan Auto refine search.
Catatan: hasil yang sudah jadi dapat ditemukan di dalam file tutorial4.sli di dalam folder examples.

Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.

Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.

Apabila kita menggunakan model yang sama dari Tutorial sebelumnya, kita tidak akan
mengulangi prosedur/langkah-langkah pemodelan sebelumnya, tetapi hanya
membuka/membaca sebuah file.

Let’s Succes With Us... 106


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Jika Tutorial sebelumnya telah lengkap (Materials and Loading Tutorial), dan menyimpannya,
kita dapat menggunakan file ini (ml_circ.sli). jika kita belum melakukan sebelumnya, atau
tidak menyimpan file tersebut, maka file yang diperlukan tersedia di dalam folder examples
di dalam folder instalasi slide (file: tutorial2.sli)
Surface Options
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkan pilihan composite surface di dalam
kotak dialog surface options.

Let’s Succes With Us... 107


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-9: Kotak dialog Surface Options

Di dalam kotak dialog Surface Options, pilih kotak penanda (checkbox) Composite Surfaces,
lalu pilih OK.

Pengertian composite surfaces

Secara normal, ketika permukaan busur dianalisis oleh slide, jika permukaan busur melewati
batas terendah dari external boundary, maka permukaannya dibuang dan tidak dianalisis
(reject). Pencarian permukaan busur dapat membuat sejumlah besar permukaan, bergantung
kepada geometri external boundary dan pencarian-pencarian parameter (lokasi grid, batas
lereng, dan lain-lain).

Jika pilihan composite surface aktif maka permukaan busur yang melewati batas terendah
external boundary akan secara otomatis menyesuaikan dengan bentuk dari external boundary
diantara titik-titik perpotongan 2 busur sepanjang sudut yang lebih rendah dari boundary.
Ilustrasinya dapat dilihat seperti di bawah ini :

Let’s Succes With Us... 108


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-10: Contoh sebuah permukaan longsor gabungan


(composite)
Permukaan-permukaan gabungan dapat memodelkan bedrock, contoh: dengan memasukkan
koordinat yang sesuai untuk sudut yang lebih rendah dari external boundary. Maka dapat
ditampilkan sebuah pencarian permukaan busur yang mana akan menyesuaikan kepada
bentuk bedrock, dengan menggunakan pilihan composite surfaces. Sehingga permukaan-
permukaan ini akan dapat dianalisis dan tidak dibuang.

Kekuatan material digunakan untuk setiap irisan sepanjang bagian-bagian linier dari
permukaan gabungan yang akan menjadi kekuatan dari material di atas setiap dasar irisan.
Agar dapat menggunakan model sebelumnya yang telah kita buka, sebuah modifikasi
sederhana akan diperlukan nantinya.

Editing Boundaries (Mengedit Pembatas)

Untuk menggunakan model yang sudah ada untuk contoh compoite surface, kita harus
menaikkan sudut yang lebih rendah dari external boundary, jadi cocok (coincident) dengan
lokasi yang lebih rendah dari 2 boundary material.

Kita dapat melakukannya sebagai berikut. Untuk contoh ini, akan didemontrasikan kegunaan
mengedit dengan mengklik kanan mouse program slide daripada harus menggunakan menu
atau toolbar, kebanyakan operasi pengeditan dalam slide dapat dilakukan dengan
menggunakan klik-kanan, seperti keterangan di bawah ini :
Right click shortcuts
1. Pertama-tama kita harus menghapus 2 material boundary yang lebih rendah. Klik
kanan pada 2 material boundary yang lebih rendah. Sebuah menu popup akan
muncul. Pilih delete boundary dari menu popup lalu material boundary akan
terhapus.

Let’s Succes With Us... 109


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

2. Kemudian kita akan menghapus 2 vertex dari external boundary. Klik kanan pada
vertex kiri yang lebih rendah dari external boundary lalu pilih delete vertex dari menu
popup maka vertex akan terhapus.

3. Klik-kanan vertex kanan yang lebih rendah dari external boundary lalu pilih delete
vertex dari menu popup maka vertex akan terhapus.
4. Sudut yang lebih rendah dari external boundary sekarang berada pada lokasi yang
sama sebagai material boundary yang telah kita hapus, walaupun vertices dihapus,
boundaries digambar kembali menggunakan vertices yang sudah ada. Dalam kasus ini
external boundary telah di snapped-up ke lokasi dari vertices material boundary yang
lebih rendah.
5. Pilih zoom all untuk men-zoom model ke pusat layar. Tips: sebagai jalan pintas, kita
dapat mengklik kanan dan pilih zoom all dari menu popup, atau dapat menggunakan
F2 pada keyboard untuk men-zoom all.

6. Akhirnya bahwa proses dari mengedit boundary, penetapan (assignment) material


weak layer telah di reset ulang. Hal ini dapat dengan mudah ditetapkan ulang (re-
assigned) sebagai berikut :
7. Klik kanan pada weak layer (diantara material boundary dan pojok lebih rendah dari
external boundary). Jangan mengklik pada boundary tetapi klik diantara 2 boundary.
8. Dari menu popup pilih sub-menu assign material lalu pilih material weak layer dari
sub-menu assign, penetapan material weak layer sekarang berakibat sekali lagi.

Let’s Succes With Us... 110


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Model tersebut akan terlihat seperti di bawah ini :

Gambar 9-11: Batas terluar (external boundary) yang telah dimodifikasi

Kita telah selesai dengan pemodelan dan siap untuk melakukan perhitungan dan analisis.
Compute (Perhitungan)
Sebelumnya, dilakukan penyimpanan file model yang telah dibuat, dengan nama ml_comp.sli:

Kemudian lakukan perhitungan:

Setelah dilakukan perhitungan maka kita siap untuk melakukan interpretasi (INTERPRET):

Interpret (interpretasi)

Let’s Succes With Us... 111


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Seperti terlihat di bawah ini :

Gambar 9-12: Hasil-hasil pencarian permukaan gabungan (composite surface)

Permukaan global minimum yang ada adalah sebuah permukaan longsor composite
busur/linier dengan faktor keamanan lebih rendah dari hasil faktor keamanan permukaan
longsor-busur (circular surface search) dalam petunjuk 2 (Tutorial 2).

Berikut ini adalah tabel kesimpulan faktor keamanan minimum global (analisis bishop) yang
dihasilkan dari petunjuk kali ini dan dari 2 petunjuk sebelumnya.
Tabel 4-1: Faktor-faktor keamanan global minimum (analisis Bishop), jenis-jenis
perbedaan permukaan longsor dan pilihan-pilihan pencarian (search options)

Mari kita lihat gambaran dari irisan-irisan composite surface. Pilih show slices dari toolbar atau
menu query.

Let’s Succes With Us... 112


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Modelnya akan tampak seperti di bawah ini:

Gambar 9-13: Irisan-irisan ditampilkan untuk permukaan Global minimum (Bishop)


Klik show slices lagi, untuk menutup gambar irisan-irisan.

Sekarang lihat permukaan minimum pada titik-titik pusat grid.

Gunakan pilihan filter surfaces untuk memperlihatkan hanya permukaan longsor dengan
faktor keamanan yang kurang dari 1.

Seperti yang terlihat, ada banyak permukaan-permukaan yang tidak stabil (mantap) untuk
model ini. Model ini sangat memerlukan perkuatan atau modifikasi desain, agar dapat
menjadi lebih mantap. Tutup Minimum Surfaces dengan cara memilih/meng-klik kembali
pilihan Minimum Surfaces.

Let’s Succes With Us... 113


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pilih metoda analisis Janbu dari daftar drop-down di dalam toolbar. Perlu dicatat bahwa
permukaan global minimum untuk kedua metoda untuk Bishop dan Janbu adalah dekat pojok
grid search. (Global minimum Bishop masih terlihat (visible), dikarenakan sebuah query secara
otomatis terbentuk ketika kita memilih pilihan Show Slices)

Pada saat ini, kita akan membuat pengamatan (observation) berikut ini:

 Bilamanapun permukaan pusat longsor Global Minimum berada atau dekat pojok dari
grid pusat longsor, hal ini berarti bahwa kita tidak harus meletakkan permukaan
global minimum yang sesungguhnya.
Sekarang mari kembali kepada modeler dan mengembalikan ukuran (re-size) atau
mengembalikan lokasi (re-locate) grid pusat longsor, untuk mendapatkan/mencari
permukaan longsor global minimum dimana memiliki pusat lengkap bersama grid dan tidak
pada pojok grid.

Model (Modifikasi)

Ada beberapa cara yang berbeda untuk memodifikasi pusat longsor grid dalam model ini,
sebagai contoh, kita dapat :

1. Mengembalikan ukuran grid (resize the grid) dengan menarik (stretching) 1 atau lebih
pojok dari grid dengan pilihan surfaces edit stretch atau dengan mengklik kanan (jika
kita mengklik kanan pada sebuah pojok grid)
2. Pindahkan seluruh grid ke sebuah lokasi baru (lebih ke arah kanan) dengan cara
memilih surfaces edit move (juga dapat dilakukan dengan mengklik kanan mouse jika
kita klik pada pojok grid)
3. Tambahkan grid kedua, ke sebelah kanan grid yang telah ada dengan cara memilih
surfaces add grid (jumlah grid yang lebih dari satu dapat dilakukan untuk sebuah
model dengan grid tersebut dapat saling tumpang tindih atau overlap). Atau
menghapus grid yang telah ada lalu tambahkan sebuah grid yang baru, grid yang lebih
besar melebar lebih jauh ke arah sebelah kanan.
Mari gunakan cara no. 1, kita menggunakan klik-kanan sebagai jalan pintas daripada harus
menggunakan fasilitas menu.

Let’s Succes With Us... 114


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

1. Klik kanan pada pojok kanan yang lebih rendah dari grid
2. Sebuah menu popup akan muncul. Pilih move to sambil menggerakkan mouse, pojok
grid yang dipilih akan mengikuti mouse.
3. Ketika pojok grid berpindah ke kanan dari tempat asalnya (dekat puncak dari lereng,
lihat gambar 4-6), klik kiri lagi dan grid akan tergambar kembali. Hal ini akan terlihat
sama seperti gambar 4-6.
Sekarang mari kita tingkatkan radius increment untuk menghasilkan lebih banyak permukaan
pada setiap titik grid. Pilih surface options dari menu surfaces, masukkan nilai baru radius
increment = 20 lalu klik OK.

Gambar 9-14: Grid yang dimodifikasi

Sekarang mari kita lihat efek dari grid baru pada analisis.

Compute (Perhitungan)

Pertama, simpan model yang telah dimodifikasi sebagai sebuah file baru, dg nama file
ml_comp_new.sli.

Gunakan dialog Save As untuk menyimpan file ini dengan nama baru file. Sekarang pilih
Compute.

Let’s Succes With Us... 115


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Interpret (Interpretasi)

Untuk memperlihatkan hasil-hasil analisis :

Slide Interpret akan menunjukkan gambar seperti di bawah ini :

Gambar 9-15: Analisis baru dengan grid yang lebih besar

Seperti yang kita lihat, pusat longor (analisis Bishop) global minimum tidak lagi berada di
dekat pojok grid. Kontur-kontur Grid juga mengindikasikan bahwa kita telah melokasikan
permukaan terendah yang sesungguhnya (untuk spasi interval grid dan radius increment yang
kita gunakan)

Sekarang faktor keamanan minimum (Bishop) global minimum adalah 0.70. Memodifikasi
lokasi grid dan radius increment, telah menempatkan secara tepat faktor keamanan lebih
rendah permukaan busur.

Catatan:

 Tergantung pada dimana kita menarik (stretched) grid hasilnya akan bervariasi, dan perhitungan faktor
keamanan akan berubah menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan lokasi yang
pasti dari pusat-pusat grid akan berbeda jika pojok dari grid berada pada posisi yang tidak sama.
 Dalam berbagai kasus, bagaimanapun pusat longsor dari sebuah global minimum berada atau dekat
pojok dari sebuah grid, kita seharusnya selalu memodifikai grid, dan melakukan perhitungan ulang
analisis, untuk melihat faktor keamanan yang lebih rendah dapat diketemukan.

Let’s Succes With Us... 116


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

 Periksa hasil janbu, lalu amati permukaan global minimum dan faktor keamanan.
 Untuk menyimpulkan petunjuk kali ini, kita akan mendemontrasikan metoda pencarian yang lain yang
ada di dalam slide untuk permukaan busur longsor, yang disebut dengan metoda auto refine search.

Auto Refine Search Method

Walaupun kita telah menggunakan grid search untuk busur pada kebanyakan petunjuk pada
slide, penting untuk dicatat bahwa metoda-metoda pencarian lain juga tersedia di dalam slide,
untuk permukaan longsor busur.

 Metoda slope search dimana pemakai dapat menetapkan sebuah pencarian dengan
menentukan luas tertentu dari lereng menggunakan slope limits.
 Metoda auto refine search. Dalam metoda ini, luas pencarian pada lereng secara
otomatis diperbaiki (refined) sebagai kemajuan pencarian (the search progress).
Metoda auto refine search di dalam banyak kasus, menunjukkan sebuah faktor keamanan
lebih rendah dari global minimum daripada sebuah grid search. Untuk melakukan sebuah
auto refine search:

Pada kotak dialog surface options, pilih metoda auto refine search:

Let’s Succes With Us... 117


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Di dalam kotak dialog Surface Options, pilih metoda Auto Refine Search. Kita akan
menggunakan parameter-parameter pencarian yang telah ada, bagaimanapun, pastikan kita
memilih kotak penanda (checkbox) Composite Surfaces untuk Tutorial ini. Klik OK.

Metoda auto refine search bekerja secara progresif memperbaiki sambil mencari permukaan
longsor sepanjang lereng yang akan selesai secara otomatis, mengikuti parameter-parameter
masukan di dalam dialog surface options.

NO SEARCH OBJECTS: Tidak ada objek pencarian (seperti grid atau fokus-fokus objek) yang
dibutuhkan oleh auto refine search. (catatan: bahwa kegunaan grid untuk grid search tidak
lagi terlihat ketika tidak digunakan oleh auto refine search).

Sekarang jalankan analisis :

Kita akan diperlihatkan sebuah dialog. Pilih Yes pada dialog. File-nya akan disimpan, lalu Slide
akan menjalankan/menghitung analisisnya. Bila telah selesai, kita siap untuk memperlihatkan
hasil-hasilnya di dalam Interpret.

Faktor keamanan dari global minimum ditemukan oleh metoda auto refine search (analisis
bishop) adalah 0.696. Nilai ini adalah faktor keamanan yang lebih rendah dari metoda-metoda
pencarian (search) yang telah digunakan pada petunjuk-petunjuk sebelumnya (bandingkan
dengan hasil pada tabel 4-1) dengan pengecualian terhadap analisis optimized block search.

Sekarang perlihatkan seluruh permukaan yang dihasilkan dari pencarian (search).

Seperti yang terlihat, pola dari permukaan-permukaan yang dihasilkan oleh Auto refine
search adalah cukup berbeda dari permukaan-permukaan yang dihasilkan oleh grid search.

Catatan: Pola pusat-pusat longsor yang dibentuk oleh Auto Refine Search secara otomatis dihitung untuk setiap
busur. Hal ini sangat berbeda dari grid seragam pusat-pusat longsor, yang mana digunakan untuk pembentukan
pada metoda Grid Search.

Let’s Succes With Us... 118


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Untuk melihat sebuah pusat longsor, pilih zoom all atau tekan F2. Beberapa dari pusat-pusat
longsor dihasilkan pada sebuah tinggi tertentu (considerable) diatas lereng. Hal ini
berhubungan dengan busur datar flat secara relatif dengan radii yang besar.

Gambar 9-16: Permukaan-permukaan yang dibentuk oleh Auto Refine Search

Kesimpulan, hal ini direkomendasikan bahwa pengguna menjadi lebih terbiasa dengan semua
metoda-metoda pencarian (search) yang tersedia di dalam Slide. Sebuah analisis kemantapan
lereng dapat menjadi baik tergantung kepada cara kita dalam hal melakukan pencarian
permukaan longsornya dan satu jangan pernah mengasumsikan bahwa slide telah meletakkan
permukaan longsor Global Minimum keseluruhan, setelah hanya sebuah analisis tunggal.

Pengguna slide,sebaiknya menghabiskan waktu lebih banyak dengan mencoba metoda


pencarian yang lain serta parameter-parameter pencarian, sampai diperoleh kepercayaan diri
bahwa pengguna telah menempatkan permukaan longsor Global Minimum yang
sesungguhnya.

Hal itu telah menyimpulkan Tutorial kali ini. Untuk keluar dari Program:

Let’s Succes With Us... 119


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.3 Water Pressure Grid Tutorial (Petunjuk/Tutorial Grid Tekanan Air)

Petunjuk ini akan mendemontrasikan bagaimana menggunakan grid tekanan air untuk
memodelkan tekanan air di dalam slide.

Tampilan-tampilan model :

 Grid tekanan air pori (head total)


 Genangan air di atas lereng yang dikarenakan oleh muka air tanah
 Pencarian permukaan longsor busur (grid search)
Catatan:

 Hasil yang telah lengkap dari Tutorial ini dapat ditemukan di dalam file tutorial5.sli,
yang dapat ditemukan di dalam folder Examples.
 Model ini juga ditampilkan di dalam Groundwater Tutorial (file: tutorial7.sli). Sebuah
analisis rembesan (seepage) dan hasil-hasilnya dibandingkan dengan Water Pressure
Grid Tutorial.
Model
Jika kita belum menjalankan program slide maka jalankan dengan meg-klik 2 kali ikon SLIDE di
dalam folder instalasi. Atau dari menu Start.

Jika window aplikasi SLIDE belum maksimal, maka maksimalkan sekarang agar menjadi
tampilan penuh untuk memperlihatkan modelnya.

Let’s Succes With Us... 120


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Limits

Project Settings
Untuk menggunakan sebuah perhitungan tekanan air pori, pertama kali kita harus mengeset
metoda groundwater pada salah satu 3 pilihan grid yang tersedia dari tekanan air (total head,
pressure head, atau pore pressure) di dalam kotak dialog project settings. Dalam kasus ini kita
akan menggunakan nilai diskrit grid dari total head.

Let’s Succes With Us... 121


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Masukkan sebuah judul proyek – water pressure grid tutorial. Pilih tab groundwater dan set
ground water method = grid (total head). Pilih OK.

Catatan:

Slide dapat menggunakan satu dari beberapa metoda guna menginterpolasikan tekanan-tekanan pada titik mana

saja di dalam tanah dari nilai-nilai grid. Kita akan menggunakan metoda yang telah ada.

Add External Boundary


Pertama, Boundary harus dibuat untuk setiap pemodelan Slide, adalah External Boundary.
Untuk menambahkan external boundary, pilih Add External Boundary dari toolbar atau menu
Boundaries.

Masukkan koordinat-koordinat dibawah ini pada prompt line:

Catatan:

Setelah memasukkan C setelah vertex terakhir dimasukkan, maka secara otomatis menghubungkan vertex awal &
akhir (menutup boundary) dan keluar dari pilihan add external boundary.

Adding a Water Pressure Grid (Penambahan Grid Tekanan Air)

Sekarang kita akan menambahkan grid water pressure pada model.

Titik-titik untuk penentuan sebuah grid tekanan air dapat dimasukkan pada kotak dialog
dengan memasukkan koordinat X & Y dan sebuah nilainya (dalam kasus ini adalah total head)
yang menetapkan tekanan pada setiap titik grid.

Let’s Succes With Us... 122


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-17: Kotak dialog Water Pressure Grid

Daripada memasukkan data secara manual, untuk menghemat waktu di dalam slide terdapat
file sebuah tekanan air, dalam folder examples yang dapat kita baca menggunakan tombol
import dalam kotak dialog water pressure grid.

Pilih tombol Import di dalam kotak dialog Water Pressure Grid.

Kita akan melihat dialog Open File. Grid tekanan air dapat di-import dari berbagai macam
format file di dalam slide termasuk:

 File yang berektensi *.pwp (merupakan file text ASCII dimana setiap garis dari file
mengandung nilai X & Y dan nilai untuk satu titik grid)
 File *.DXF (berguna jika sebuah flownet telah didigitasi menggunakan AutoCAD)
Sebagai contoh kita akan membaca sebuah file *.pwp.

 Buka file tutorial5.pwp. data grid akan muncul dalam dialog water pressure grid.
 Sekarang pilih OK dalam kotak dialog water pressure grid dan grid akan ditambahkan
ke dalam model. Di dalam setiap segitiga biru mewakili satu titik grid

Let’s Succes With Us... 123


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Modelnya akan tampak seperti ini :

Gambar 9-18: Water Pressure Grid Ditambahkan ke dalam model


Data grid tekanan air seperti ini dapat berasal dari sebuah flownet (jaring aliran), data
pengolahan lapangan, atau sebuah analisis numerik, seperti halnya sebagai analisis rembesan
air tanah dimana tersedia di dalam program slide.

Dalam kasus ini, nilai-nilai dari setiap titik grid adalah nilai total head yang mana secara asli
dihasilkan oleh digitasi flownet dalam gambar 5-3, menggunakan sebuah digitizing tablet dan
AutoCAD (grid telah secara asli disimpan dengan sebuah file *.DXF dan dikonversikan ke
sebuah file *.pwp).

Ingat bahwa slide juga memiliki kemampuan menggunakan tekanan head atau grid-grid
tekanan pori, seperti yang dipilih di dalam kotak dialog project settings.

Gambar 9-19: Flownet digunakan untuk pengolahan head total

Let’s Succes With Us... 124


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Nilai sebenarnya pada setiap titik grid dapat dimunculkan pada model melalui kotak dialog
pilihan display. Sekarang gunakan cara cepat, klik kanan dan pilih display options dari menu
popup.

Dalam kotak dialog display options, pilih water pressure grid values lalu pilih close.

Awalnya nilai-nilai akan tumpang tindih. Gunakan satu pilihan Zoom (misal, zoom window,
Zoom mouse, atau memutar roda Mouse), untuk men-zoom mendekati pusat grid, jadi nilai-
nilainya dapat terbaca, seperti yang ditunjukkan dalam gambar 5-4. nilai-nilai total head
dihasilkan pada perpotongan dari setiap flowline (garis aliran) dan garis equipotential dari
flownet di dalam gambar 5-3.

Sekarang pilih Zoom All untuk melihat keseluruhan tampilan pada layar. Tip: kita dapat menekan
F2 pada keyboard sebagai cara mudah untuk men-Zoom All.

Gambar 9-20: Nilai-nilai grid tekanan air yang ditampilkan di dalam model

Sekarang sembunyikan nilai-nilai gridnya lagi. Klik kanan mouse dan pilih display options.
Hilangkan penanda nilai-nilai water pressure grid, lalu pilih close.

Defining Ponded Water (Penentuan Air genangan)

Beberapa dari titik-titik grid tekanan air pada sebuah kiri model di atas permukaan lereng yang
belum kita tentukan. Hal ini dikarenakan model ini akan memasukkan genangan air pada kaki
lereng, dimana kita belum menentukannya.

Let’s Succes With Us... 125


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Air genangan di dalam slide dapat ditentukan dengan 2 cara :

 Jika sebuah muka air tanah digambarkan di atas external boundary, slide akan
otomatis memunculkan sebuah daerah genangan air di bawah water table dan di
atas external boundary (hal ini direkomendasikan dan merupakan metoda sederhana
dalam banyak kasus yang salah satunya akan digunakan di dalam petunjuk ini)
 Genangan air dapat juga ditentukan sebagai sebuah material no strength (tidak
memiliki kekuatan secara mekanis).
Catatan:

Sebuah grid tekanan air tidak dapat menentukan genangan air. Sebuah grid tekanan air hanya untuk mendapatkan
nilai tekanan pori pada tanah. Grid tidak dapat mensimulasikan berat & gaya-gaya hidrostatik yang mana bereaksi
pada lereng yang berakibat pada genangan air.

Add water table


Seperti yang telah didemontrasikan di dalam tutorial-tutorial sebelumnya, sebuah muka air
dapat digunakan di dalam slide untuk menentukan kondisi-kondisi tekanan pori untuk sebuah
model lereng. Pada tutorial kali ini, muka air akan tidak digunakan untuk perhitungan tekanan
pori, jika grid tekanan air akan digunakan untuk tujuan ini.

. Masukkan koordinat-koordinat berikut pada kolom prompt line :

Catatan:

Menekan enter dengan mengosongkan isian pada prompt line setelah vertex terakhir dimasukkan, akan
membuat muka air pada model keluar dari pilihan add water table .

Let’s Succes With Us... 126


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Model tersebut akan tampil sebagai berikut:

Gambar 9-21: Muka air ditambahkan untuk menentukan genangan air.

Seperti yang kita lihat pada sebelah kiri model, daerah di atas permukaan dasar dan di bawah
muka air, diisi oleh sebuah hatched (arsiran) biru. Daerah ini secara otomatis dibuat oleh slide
ketika muka air digambarkan di atas lereng, dan menunjukkan keberadaan genangan air.

Seperti yang dijelaskan, tekanan air untuk model ini akan dihitung menggunakan grid water
pressure dan bukan dengan muka air (water table), jika kita telah mengkonfigurasikan
perhitungan metoda tekanan air di dalam kotak dialog project settings . Bagaimanapun, kita
akan menitikberatkan penggunaan sebuah muka air dalam hubungannya dengan sebuah grid
tekanan air:

 Seluruh titik-titik di atas muka air, akan secara otomatis akan ditetapkan tekanan
porinya = 0 walaupun jika prosedur interpolasi grid tekanan air, menetapkan sebuah
tekanan pori tidak sama dengan 0 untuk sebuah titik di atas muka air. Hal ini akan
berguna di dalam beberapa situasi, sebagai contoh, jika sebuah grid tekanan air
ditentukan oleh sejumlah titik-titik yang tidak mencukupi.
Slip Surfaces
Untuk petunjuk ini, kita akan melakukan sebuah grid search untuk menempatkan permukaan
longsoran busur kritis (permukaan longsor dengan faktor keamanan terendah)

Sebuah grid search membutuhkan sebuah pusat-pusat grid longsor untuk ditentukan. Kita
akan menggunakan pilihan auto grid yang secara otomatis menempatkan sebuah grid untuk
pengguna slide :

Let’s Succes With Us... 127


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Kita akan melihat kotak dialog grid spacing .

Masukkan spasi 20 x 20. Pilih OK .

Grid akan ditambahkan ke dalam model dan tampilannya akan tampak sebagai berikut:

Gambar 9-22: Grid pusat longsor ditambahkan di dalam model

Properties
Untuk melengkapi model, kita tetap harus menentukan sifat-sifat material, lalu kita siap untuk
melakukan analisis.

Di dalam kotak dialog Define Material Properties, masukkan parameter-parameter berikut


ini, dengan tab yang pertama kali muncul.

Let’s Succes With Us... 128


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-23: kotak dialog Define Material Properties

Di dalam penentuan kotak dialog define material properties, kita akan memberikan tanda
(notice) grid (total head) togel ON/OFF di dalam parameter-parameter air. Hal ini akan
membiarkan pengguna untuk mentogel efek dari sebuah grid tekanan air ON atau OFF untuk
beberapa jenis tanah yang diberikan. Jika grid tekanan air dinon-aktifkan (OFF), lalu tekanan
porinya akan bernilai 0 untuk tanah tersebut. Dalam contoh ini kita tentu membuat grid aktif
(ON), apabila kita ingin melihat hasil-hasil dari penggunaan grid tekanan air.

Compute (Perhitungan)

Sebelum kita mennganalisis model kita, simpan model di dalam file bernama WPG.sli.

Gunakan dialog Save as untuk menyimpan file ini. Sekarang kita siap untuk
menjalankan/menghitung analisisnya.

Interpret (Interpretasi)

Untuk melihat hasil-hasil analisis:

Let’s Succes With Us... 129


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Kita akan melihat gambar seperti di bawah ini.

Gambar 9-24: hasil-hasil pencarian grid permukaan busur

Dari hasil yang ada, permukaan global minimum untuk sebuah analisis bishop, faktor
keamanan terendah adalah 1.499.

Catatan: Grid pusat longsor dalam kasus ini, memiliki daerah kosong (blank) yang dalam hal ini tidak
diperhitungkan/dikalkulasi pada bagian sebelah kiri grid. Hal ini muncul apabila tidak ada permukaan longsor yang
valid yang terbentuk pada satu atau lebih titik-titik grid pusat longsor. Untuk grid ini kebanyakan busur-busur
terbentuk pada sebelah kiri model. Umumnya hal ini mengarah kepada arah gaya 0 dan sebuah permukaan longsor
yang tidak valid (faktor keamanan tidak dapat dihitung)

Ketika sebuah grid pusat longsor tampak kosong seperti sekarang, kita dapat kembali ke
modeler, dan membuat sebuah grid yang lebih kecil dengan pilihan add grid (ingat, kita telah
menggunakan pilihan auto grid untuk model ini). Hal ini kita tinggalkan sebagai latihan setelah
melengkapi tutorial ini.

Kenampakan (appearance) dari kontur-kontur dalam grid pusat longsor, dapat diubah oleh
pengguna dengan kotak dialog countour options. Sekarang mari kita coba. contour options
di dalam menu view , bagaimanapun sebuah jalan pintas yang cocok adalah mengklik kanan
mouse dan pilih contour options dari menu popup , pilih done atau klik X untuk menutup
kotak dialog contour options.

Let’s Succes With Us... 130


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-25: Kotak dialog contour options

Di dalam kotak dialog contur options masukkan sebuah kisaran (range) min = 1.4 dan
maksimum = 2.5. kemudian pilih apply .

Kisaran (range) kontur yang baru membuat daerah faktor keamanan grid pusat longsor rendah
menjadi lebih semu (apparent), seperti yang terlihat pada gambar 5-10. banyak pilihan-pilihan
kontur yang berbeda dapat digunakan oleh pengguna slide, dan mengubah format-format
kontur yang dapat disimpan untuk penggunaan nantinya dengan pilihan Define Auto-Format.
Pengguna harus dapat berlatih menggunakan pilihan-pilihan ini setelah melengkapi tutorial
ini.

Gambar 9-26: Mengubah kisaran kontur di dalam grid pusat longsor


Sekarang tampilkan busur minimum pada titik-titik grid pusat longsor

Let’s Succes With Us... 131


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Permukaan minimum akan ditampilkan.

Catatan: Bahwa permukaan longsor yang berpotongan dengan genangan air diproyeksikan ke permukaan
genangan air, dengan sebuah segmen garis vertikal. Tampilan dari segmen-segmen ini dapat dihilangkan jika
diinginkan, di dalam kotak dialog display options . Mari kita lakukan dan juga tampilkan titik-titik grid pusat
longsor, klik kanan mouse dan pilih display options dari menu popup .

Dalam kotak dialog display options pilih tab slope stability, aktifkan (turn on) grid points
dan non aktifkan (turn-off) vertical segments lalu pilih done .

Catatan: Titik-titik grid pusat longsor akan dimunculkan dan segmen-segmen permukaan longsor vertikal akan
disembunyikan.

Untuk model analisis lain, permukaan longsor global minimum janbu, berbeda dengan
permukaan longsor Bishop. Informasi permukaan global minimum , untuk setiap metode
analisis yang tersedia di dalam info viewer .

Putar ke bawah Info Viewer, untuk melihat informasi permukaan Global minimum. Catatan:
bahwa setiap permukaan memiliki perbedaan pusat-pusat koordinat, dan radius (jari-jari). Tutup tampilan Info
Viewer, dengan memilih X.

Catatan: Untuk metoda analisis Janbu, kita akan melihat sebuah daerah kosong (putih) di
dalam daerah faktor keamanan yang rendah dari kontur-kontur grid pusat longsor. Hal ini
dikarenakan kita telah mengubah kisaran kontur untuk hasil-hasil Bishop, tapi hasil-hasil
metoda analisis Janbu diluar kisaran perubahan kita. Mari kembalikan kisaran kontur yang
ada.

Klik kanan lalu pilih Contour Options. Pilih tombol ”0 ke 6” di dalam dialog Contour Options,
untuk mengembalikan yang ada kisaran faktor keamanan 0 sampai 6. Pilih Done.

Sekarang pilih metoda-metoda analisis yang berbeda dari toolbar, dan amati kontur-kontur
yang ada untuk setiap metoda.

Add Query (Penambahan Query)

Sekarang tembahkan sebuah query pada global minimum untuk analisis Bishop, dan plot
tekanan pori sepanjang permukaan longsor.

Pertama, pilih metoda analisis Bishop dari toolbar, apabila hal ini belum dilakukan.

Let’s Succes With Us... 132


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Qery-query dapat ditambahkan melalui pilihan Add Query di dalam menu Query.
Bagaimanapun, sebuah jalan singkat untuk menambah sebuah query berhubungan dengan
sebuah permukaan longsor Global minimum, adalah dengan cara klik kanan di lokasi manapun
pada permukaan longsor, atau pada garis radial yang menggabungkan pusat longsor kepada
titik-titik akhir permukaan longsor, dan pilih Add Query dari menu popup.

Lakukan hal ini sekarang, untuk analisis Global minimum Bishop.

Catatan: warna permukaan global minimum telah berubah menjadi hitam, menunjukkan bahwa sebuah query
telah ditambahkan. (query-query ditampilkan menggunakan warna hitam. Warna permukaan global minimum
sebelum ditambahkan query adalah hijau)

Graph Pore Pressure (Grafik Tekanan Pori)

Setelah menambahkan query maka data query dapat dibuat grafik menggunakan pilihan
query graph .

Jika hanya ada satu query yang ada (pada global minimum) hal ini akan secara otomatis terpilih
lalu dialog Graph Slice Data akan muncul.

Tips: apabila kita memilih graph query sebelum menambahkan query satupun, slide secara otomatis membuat
sebuah query untuk global minimum dan menampilkan Data grafik irisan.

Gambar 9-27: Kotak dialog Graph Slice Data


Sekarang buat grafik tekanan air sepanjang permukaan longsor.

Let’s Succes With Us... 133


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pilih tekanan pori dari data utama drop-down list . Pilih create plot, maka kita harus melihat
pengeplotan seperti di bawah ini :

Gambar 9-28: Tekanan pori digrafikkan sepanjang permukaan longsor

Grafik ini menunjukkan tekanan pori dihitung pada titik tengah dari dasar tiap irisan, dengan
menginterpolasi dari nilai-nilai grid tekanan air.

Catatan: Kita dapat mengubah penampakan grafik, dengan mengklik kanan pada grafik dan pilih chart properties,
atau kita dapat memperlihatkan data yang berbeda untuk permukaan longsor yang berbeda dengan mengklik
kanan dan memilih change plot data . Hal ini ditinggalkan untuk sebagai latihan.

Sebelum keluar dari program slide, ada 2 tambahan latihan yang disarankan di bawah ini
dalam rangka untuk mendemontrasikan cara-cara lain untuk memodelkan genangan air
(ponded water).

Additional Exercises
Contoh ini juga ada di dalam slide verification model example #10.

Let’s Succes With Us... 134


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Ponded Water, Variation 1 (genangan air)

Di dalam slide modeler , buka tutorial5b.sli.

Gambar 9-29: Segmen tunggal muka air menentukan genangan air


File ini mendemontrasikan bahwa segmen satu garis (single line segment) adalah cukup untuk
memodelkan genangan air dengan sebuah muka air (water table). Secara sederhana,
menentukan sebuah segmen muka air tunggal pada kiri dan kanan melebar (extents) daripada
genangan air, seperti yang terlihat pada gambar 5-13 di atas.

Jika kita melakukan perhitungan (run) analisis pada model ini, kita akan mendapatkan bahwa
hasilnya adalah identik, dibandingkan dengan hasil-hasil yang menggunakan gambar muka air
menyilang seluruh permukaan model.

Ponded water as a no strength material


Genangan air di dalam slide dapat juga ditentukan sebagai sebuah no strength material.

Let’s Succes With Us... 135


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Di dalam slide modeler buka file tutorial5c.sli.

Gambar 9-30: No Strength Material menentukan genangan air

Untuk menentukan genangan air sebagai no strength material:


1. Permukaan dari genangan air harus termasuk bersama-sama external boundary.
2. Sebuah boundary material kemudian digunakan untuk menentukan soil/permukaan
air (interface) bersama dengan external boundary.
3. Sebuah no strength material harus ditentukan di dalam kotak dialog define material
properties (pilih define materials, dan pilih tab second material, untuk melihat tidak
ada pendefinisian material strength untuk file ini)
4. No strength material harus ditentukan (assigned) untuk daerah genangan air,
menggunakan pilihan assign properties.
Pada umumnya prosedur ini melibatkan kerja yang lebih daripada menggunakan
sebuah muka air (water table) yang sederhana untuk penentuan genangan air. Bagaimanapun
kita lebih cendrung menggunakan metoda ini di dalam beberapa kasus.
Sebuah keuntungan yang mungkin menggunakan no strength material adalah
pengguna dapat menentukan berat isi material, jika sebuah fluida lainnya dipertimbangkan
daripada air. Berat isi ini tidak tergantung dari penentuan pore fluid unit weight di dalam
project settings, yang mana digunakan untuk perhitungan tekanan pori. Juga warna dari
sebuah no strength material dapat diubah (costumized).
Jika kita melakukan perhitungan (run) analisis pada model ini, maka kita akan
mendapatkan hasil-hasil yang identik dibandingkan dengan hasil yang menggunakan segmen
tunggal muka air (water table) untuk memodelkan genangan air.

Let’s Succes With Us... 136


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.4 Probabilistic Analysis (Analisis Probabilitas)

Slide memiliki kemampuan analisis probabilitas. Hampir seluruh parameter-parameter


masukan dapat ditentukan sebagai variabel-variabel acak. Hal Ini termasuk :

 Material Properties (sifat-sifat material)


 Support Properties (sifat-sifat perkuatan / penyangga)
 Water Table location (lokasi permukaan air)/ piezo line pressure head
 Loading (pembebanan) / seismic loading (beban seismik)
 Tension Crack Location (lokasi kekar tarik) / Water Level (tinggi air)
Untuk menentukan sebuah variabel acak, pengguna dapat menentukan sebuah distribusi
statistik untuk sebuah parameter masukan. Hal ini dapat memberikan kesempatan kepada
pemakai untuk menghitung tingkat ketidakpastian di dalam nilai parameter. Jumlah apapun
atau kombinasi dari variable-variabel acak dapat ditentukan.
Sebuah contoh acak yang dibentuk untuk setiap variabel acak ketika analisis probabilitas
dihitung, hasil ini berada dalam sebuah distribusi faktor keamanan, yang mana merupakan
sebuah probabilitas kelongsoran untuk lereng yang dapat dihitung (lihat gambar 10-1).

Analisis probabilitas kemantapan lereng dapat dilihat sebagai pendekatan pelengkap


(complementary) kepada analisis penetapan tradisional (traditional deterministic safety
factor).

Let’s Succes With Us... 137


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Sebagai contoh, 2 lereng yang memiliki faktor keamanan yang sama dapat juga tidak memiliki
probabilitas faktor keamanan yang sama. Hal ini tergantung kepada variabilitas
(keanekaragaman) dari variabel masukan data acak.

Gambar 9-31: Hostogram faktor keamanan. Analisis gagal (FK < 1).
Kemungkinan longsornya adalah 11 %

Sensitivity Analysis (Analisis Sensitivitas)

Analisis sensitivitas dapat dengan mudah dilakukan oleh Slide. Di dalam sebuah analisis
sensitivitas, efek dari variabel tunggal dalam faktor keamanan, ditentukan dengan
memvariasikan secara seragam antara nilai minimum & maksimum sehingga menghasilkan
pengeplotan faktor keamanan Vs variabel.
Pengeplotan sebuah sensitivitas dengan 3 variabel, ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Ketika multipel variabel diplot, axis horisontal dari plot merupakan persen perubahan (nilai
minimum = 0 dan nilai maksimum variabel = 100%).

Di dalam gambar 10-2:

 Sudut geser (friction angle) memiliki kurva yang paling curam, yang menunjukkan efek
terbesar terhadap faktor keamanan.
 Bobot isi (unit weight) memiliki kurva yang mendekati datar, yang menunjukkan efek
yang sangat kecil terhadap faktor keamanan.
 Kohesi (cohession) merupakan kurva yang sedang-sedang saja (intermediate curve)

Let’s Succes With Us... 138


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-32: Pengeplotan sensitivitas 3 variabel (sudut geser,


kohesi, dan bobot isi)

Let’s Succes With Us... 139


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.5 Groundwater Tutorial (Petunjuk/Tutorial Air Tanah)

Tutorial ini akan mendemontrasikan sebuah analisis air tanah yang sederhana menggunakan
slide. Kita akan memulai dengan model yang sama seperti yang digunakan pada Tutorial 5
(The water pressure grid tutorial). Kita akan melakukan analisis rembesan (seepage) untuk
mendapatkan tekanan pori di dalam lereng.

Kita akan melakukan perhitungan ulang analisis kemantapan lereng dan membandingkan
hasilnya dengan Tutorial 5.

Tampilan-tampilan model :

 Material lereng tunggal homogen


 Kondisi boundary total head
Catatan: file model petunjuk ini dapat ditemukan pada tutorial7.sli di dalam folder examples

Model
Pertama, buka file Tutorial5.sli.

Let’s Succes With Us... 140


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Project Settings
Untuk menampilkan sebuah analisis air tanah menggunakan slide, hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengeset/mengubah Groundwater Method = Finite Element Analysis di
dalam kotak dialog Project Settings.

Catatan:

 Grid tekanan air (grid yang dilambangkan dengan segitiga biru) telah hilang dari model. Jika kita ingin
mendapatkan tekanan pori dari analisis air tanah, maka grid tekanan air akan tidak digunakan lagi yang
secara otomatis terhapus.
 Muka air (water table) yang digunakan untuk menentukan genangan air di dalam Tutorial 5, juga telah
dihapus. Ketika kita menentukan kondisi boundary air tanah, genangan air secara otomatis terbentuk
berdasarkan kondisi boundary total head
 Pilihan model analisis sekarang muncul di dalam toolbar slide. Pilihan model analisis berguna untuk
menukar antara model analisis kemantapan lereng dengan/atau model analisis air tanah.

Jika perlu kita akan memulai dengan model analisis kemantapan lereng, kita akan melakukan
sedikit perubahan pada boundary.

Boundary Editing (Mengedit Boundary)


Untuk menentukan kondisi boundary secara tepat, kita memerlukan penambahan 2 titik
(vertex) pada batas terluar (external boundary). Pilih Add Vertices dari Toolbar.

Let’s Succes With Us... 141


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Masukkan koordinat-koordinat untuk 2 vertex berikut ini:

Dua vertex yang telah ditambahkan menentukan tinggi (level) dari muka air pada bagian muka
lereng & pada pojok kanan model. Vertex-vertex ini akan diperlukan untuk
menentukan/menetapkan boundary total head yang tepat.

Gambar 8-1: Vertex-vertex baru yang ditambahkan pada batas


terluar (external boundary)

Groundwater Analysis Mode (Mode Analisis Air tanah)

Sekarang kita telah siap untuk menyelesaikan masalah air tanahnya. Pilihan pemodelan air
tanah di dalam slide hanya dapat diaktifkan ketika kita mengeset Analysis Mode =
Groundwater pada Toolbar. Pilih mode analisis Groundwater.

Kemudian akan muncul pemberitahuan bahwa menu & toolbar akan berubah (updated):

 Pilihan-pilihan permodelan yang berhubungan dengan analisis air tanah akan tersedia
 Pilihan-pilahan permodelan yang berhubungan dengan analisis kemantapan lereng
akan disembunyikan (hidden).
Juga harus diperhatikan bahwa grid search (untuk pencarian permukaan busur longsor) dan
simbol-simbol batas lereng akan tidak ditampilkan, ketika kita berada pada mode analisis air
tanah (groundwater).

Meshing (Pembuatan Jaring)

Analisis air tanah di dalam slide merupakan sebuah analisis finite element untuk itu jaring
(mesh) finite element dibutuhkan untuk memecahkan masalah atau melakukan perhitungan.

Let’s Succes With Us... 142


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Langkah-langkah pembuatan mesh:

1. Batasi boundary model


2. Buat jaring finite element yang seragam pada boundary model.

Modelnya akan tampak seperti di bawah ini:

Gambar 9-33: Jaring-jaring “finite element”

Catatan:

 Jaring yang dihasilkan berdasarkan paramete-parameter pada kotak dialog Mesh Setup
 Untuk model yang sederhana ini, jaringan yang ada dihasilkan oleh pilihan Descretize and Mesh
 Dapat melakukan perubahan-perubahan pada pembuatan jaring pada menu mesh.

Boundary Conditions (Kondisi-kondisi Boundary)

Setelah jaring finite element dibentuk, maka kita harus menentukan kondisi boundary yang
digunakan untuk mendefinisikan/memecahkan persoalan air tanah yang kita modelkan. Hal
ini dapat dilakukan pada pilihan Set Boundary Conditions yang memberikan
kemampuan/kesempatan untuk menentukan tekanan & aliran yang diperlukan sepanjang
boundary model atau pada node(s) yang lain di dalam jaring (mesh).

Let’s Succes With Us... 143


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Ketika jaring telah dibuat:

 Permukaan lereng diberikan pada sebuah kondisi boundary yang tidak diketahui (P=0
atau Q=0)
 Bagian dasar & sisi pojok dari batas terluar diberikan kondisi boundary titik 0 (zero
nodal flow boundary condition)
Kita harus menentukan kondisis boundary sebagai berikut:

Kita akan melihat kotak dialog Set Boundary Conditions.

Kita akan mengeset kondisi boundary total head dengan cara sebagai berikut:

1. Pertama-tama pilih Zoom All atau dengan menekan F2 pada Keyboard untuk
memastikan modelnya dapat terlihat secara keseluruhan.
2. Pastikan bahwa pilihan kondisi boundary adalah Total Head pada kotak dialog Set
Boundary Conditions seperti gambar yang tampak di atas.
3. Pada dialog, masukkan sebuah Total Head Value = 26 meters serta pastikan Pick by:
external segment option.
4. Sekarang kira harus memilih segmen-segmen boundary yang diinginkan, dengan
mengklik segmen-segmen tersebut.
5. Klik 3 segemen dari batas terluar pada gambar di bawah ini. (Yaitu pada pojok kiri dari
batas terluar, dan 2 segmen pada kaki/lembah lereng.

Let’s Succes With Us... 144


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-34: Penentuan/penetapan kondisi boundary (segmen-


segmen yang dipilih)

6. Ketika segmen sudah dipilih, kemudian klik kanan lalu pilih Assign. Sebuah kondisi
boundary dengan total head = 26 meter, sekarang telah ditetapkan pada segmen-
segmen ini.
7. Sekarang masukkan sebuah Total Head Value = 31.8 meter di dalam kotak dialog. Pilih
segmen kanan yang lebih rendah dari batas terluar. Klik kanan lalu pilih Assign.
8. Kondisi boundary yang diperlukan, sekarang telah ditentukan/ditetapkan.
Kondisi boundary total head mewakili ketinggian (elevation) dari air genangan (phreatic
surfaces) yang mana hal ini diperlukan untuk menetapkan kondisi boundary total head
menjadi segmen-segmen dari batas terluar yang tepat.

Pilih Close pada kotak dialog Set Boundary Conditions.

Automatic Creation Of Ponded Water


Program membuat genangan air (pola arsiran biru), mengikuti pada kondisi boundary total
head dari 26 meter.

Gambar 9-35: Genangan air yang berhubungan dengan kondisi boundary


total “head”

Let’s Succes With Us... 145


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Slide akan secara otomatis membuat genangan air walaupun kondisi boundary total head
menunjukkan bahwa air berada di atas lereng. (hal ini muncul apabila nilai total head lebih
besar dari koordinat-Y sepanjang boundary)

 Untuk analisis air tanah, genangan air merupakan pilihan kenampakan (display) yang
sederhana, dimana kita dapat memeriksa kalau telah memasukkan kondisi boundary
total head yang tepat. Hal ini tidak secara langsung digunakan untuk analisis air tanah.
 Bagaimanapun, untuk analisis kemantapan lereng, genangan air akan digunakan di
dalam analisis (seperti, berat & gaya hidrostatik genangan air). Genangan air akan
memiliki efek yang sama seperti genangan air yang ditentukan oleh permukaan air di
dalam Tutorial 5.
Hydraulic Properties (Sifat-Sifat Hidrolik)

Hal terakhir yang harus kita lakukan adalah melengkapi (complete) model air tanah, yang
ditentukan oleh sifat-sifat hidrolik (permeabilitas) material lereng.

Di dalam kotak dialog Define Hydraulic Properties, masukkan sebuah nilai permeabilitas
jenuh (saturated permeability), Ks = 5e - 8. Pilih OK.

Sekarang kita telah selesai dengan pemodelan air tanah, dan dapat melanjutkan ke
perhitungan analisis air tanah.

Let’s Succes With Us... 146


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Compute (Groundwater)

Sebelum menganalisis model, simpan dahulu model air tanah yang telah kita buat dengan
nama GW1.sli.

Gunakan dialog Save As untuk menyimpan file model yang telah dibuat.

Catatan: Ketika 2 file disimpan maka file ekstensi untuk *.sli mengandung informasi pemodelan untuk kemantapan
lereng. Sedangkan file berkestensi *.slw mengandung informasi pemodelan untuk air tanah.

Interpret (Groundwater)

Kita dapat menampilkan hasil dari analisis air tanah di dalam program Slide Interpret.

Tampilannya akan tampak seperti di bawah ini:

Gambar 9-36: Kontur-kontur tekanan head

Let’s Succes With Us... 147


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Kontur yang ada dapat diubah dengan menggunakan dialog pilihan Contour yang ada pada
menu View atau menggunakan klik kanan pada kontur.
Water Table (Muka Air)

Garis yang berwarna merah muda pada model merupakan lokasi dari kontur boundary dengan
pressure head (tekanan muka) = 0.

Muka air merupakan lokasi dengan pressure head = 0, oleh karena itu untuk model seperti ini,
garis tersebut menunjukkan posisi dari muka air (phreatic surface) yang ditentukan dari
analisis finite element.

Tampilan muka air dapat diaktifkan atau dinon-aktifkan dengan menggunakan Toolbar
Shortcut, dialog pilihan Display atau klik kanan pada Shortcut.

Sebagai latihan, kita dapat membandingkan:

 Muka air yang di tentukan dari analisis air tanah (pada Tutorial ini).
 Dengan muka air yang kita masukkan di dalam Tutorial 5 untuk analisis kemantapan
lereng.
Kita akan melihat bahwa lokasi dari muka air adalah sama pada kedua model tersebut. Juga
perlu dicatat bahwa kontur tekanan muka di atas muka air memiliki nilai negatif. Tekanan
muka negatif dihitung di atas muka air, biasanya disebut dengan penghisapan matric (matric
suction) di dalam daerah tak jenuh. Hal ini akan didiskusikan nanti.

Untuk menampilkan kontur dari data lainnya (total head, pressure, atau discharge velocity).
Secara sederhana dilakukan dengan mouse, pilih dari daftar dropdown di dalam toolbar.

Pilih kontur total head dari daftar dropdown.

Flow Vectors (Vektor-vektor aliran)

Klik kanan lalu pilih Display. Pilih tab Groundwater, gantikan (On) pada pilihan Flow Vectors.
Gantikan (Off) pada seluruh pilihan Boundary Condition. Kemudian pilih Done (Vektor-vektor
aliran dan pilihan tampilan yang lain dapat pula diganti On/Off dengan tombol shortcut di
dalam toolbar).

Let’s Succes With Us... 148


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-37: Kontur-kontur total head dan vektor-vektor aliran

Seperti yang telah diperkirakan, arah dari vektor aliran berhubungan dengan penurunan nilai
kontur total head.

Catatan: Ukuran relatif dari vektor-vektor aliran (seperti yang tampak pada layar) menunjukkan besar aliran. Pilih
Total Discharge Velocity Contours dari daftar Toolbar, ukuran dari vektor-vektor aliran dapat diskalakan dalam

dialog pilihan Display.

Sekarang hilangkan (turn off) vektor-vektor aliran dengan memilih kembali (re-selecting)
Flow Vectors dari Toolbar.

Flow Lines (Garis-garis Aliran)

Pilih kembali Total Head Contours.

Kita dapat menambahkan pengeplotan garis-garis aliran secara individu dengan pilihan Add
Flow Line. Sedangkan dengan memilih Add Multiple Flow Lines secara otomatis terbentuk
banyak garis aliran.

Let’s Succes With Us... 149


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

1. Pertama pastikan pilihan Snap diaktifkan pada Status Bar.


2. Klik pada pojok kanan atas garis batas luar
3. Klik pada pojok kanan bawah garis batas luar
4. Klik kanan lalu pilih Done
5. Akan muncul kotak dialog kemudian masukkan nilai 8 lalu pilih OK.

Pembentukan garis-garis aliran membutuhkan waktu beberapa detik.

Gambarnya akan tampak seperti di bawah ini:

Gambar 9-38: Kontur-kontur total head dan garis-garis aliran

Garis aliran tegak lurus terhadap kontur total head. (Catatan: hanya 6 garis aliran yang dimunculkan
walaupun sebelumnya kita memasukkan nilai 8, hal ini dikarenakan garis awal dan akhir tepat berada pada batas
(boundary) sehingga tidak terlihat).

Let’s Succes With Us... 150


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Sekarang hapus garis-garis aliran (pilih Delete Flow Lines dari toolbar, klik kanan lalu pilih
Delete All kemudian pilih OK pada kotak dialog yang muncul).

Iso-lines
Iso-lines adalah sebuah garis dengan nilai kontur yang tetap (konstan), ditampilkan pada
sebuah pengeplotan kontur.

Seperti yang pernah didiskusikan sebelumnya, garis berwarna merah muda ditampilkan dalam
model mewakili muka air yang ditentukan dari analisis air tanah. Muka air mewakili sebuah
iso-line dengan tekanan head adalah 0. Mari kita periksa bahwa muka air yang ditampilkan
mewakili sebuah garis dengan tekanan 0 (P=0), dengan menambahkan sebuah pengeplotan
iso-line.

Pertama pastikan kalau kita telah memilih Pressure Head contours.

Klik pada garis muka air (jika snap aktif maka kursor akan melekat secara tepat pada muka
air).

Kita akan melihat kotak dialog Add Iso-line.

Kotak dialog akan menunjukkan nilai pressure head yang pasti dari lokasi yang kita pilih/klik.
Hal ini tidak tepat 0, jadi masukkan nilai 0 di dalam kotak dialog lalu klik Add.

Sebuah iso-line dengan tekanan head = 0 akan ditambahkan pada model sehingga akan
tumpang tindih (overlaps) dengan muka air secara tepat untuk membuktikan bahwa muka air
memiliki nilai P=0.

Let’s Succes With Us... 151


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Queries
Tampilan program lainnya yang berguna adalah Interpret yang mampu membuat query untuk
menghasilkan analisis secara rinci. Untuk hasil-hasil air tanah sebuah query dapat
menambahkan sebuah garis atau banyak garis (polyline) dimanapun lokasinya pada model
kontur. Query dapat digunakan untuk nilai grafik dari data kontur sepanjang garis query atau
polyline.

Mari kita demonstrasikan. Kita akan membuat sebuah query yang terdiri dari sebuah segmen
garis vertikal, dari titik (vertex) pada puncak lereng ke dasar (bottom) dari batas luar.

1. Pilihan Snap seharusnya masih diaktifkan. Klik pada vertex puncak lereng pada
koordinat (50,35).
2. Masukkan koordinat (50,20) pada prompt line sebagai titik koordinat kedua.
3. Klik kanan lalu pilih Done atau tekan Enter. Kita akan melihat kotak dialog berikut ini:

4. Masukkan nilai 20 pada kotak penyuntingan lalu pilih OK.


5. Query akan terbentuk, seperti yang kita lihat oleh segmen garis vertikal dan tampilan
dari nilai-nilai interpolasi pada 20 titik sepanjang segmen garis.
6. Zoom query sehingga dapat dengan jelas melihat nilai-nilainya.
7. Sekarang kita dapat membuat grafik dari data ini dengan pilihan Graph Material
Queries
8. Jalan singkat untuk membuat grafik adalah dengan klik kanan pada garis query.
Lakukan hal ini lalu pilih Graph Data dari menu (popup) yang muncul. Sebuah grafik
akan dibentuk, seperti yang telihat pada gambar di bawah ini:

Let’s Succes With Us... 152


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-39: Query data tekanan head

Query yang telah kita buat memberikan data tekanan head sepanjang sebuah garis vertikal
dari puncak lereng ke dasar batas luar. Data-data ini dihasilkan dari interpolasi kontur-kontur
tekanan head.

Catatan: walaupun kita hanya menggunakan sebuah garis segmen untuk dapat mendefinisikan query ini, pada
umumnya sebuah query dapat merupakan polyline dengan beberapa segmen. Tambahkan di mana saja pada batas

terluar.

Data Tips Query


Kita akan mendemonstrasikan salah satu tampilan query yaitu pilihan Data Tips Query yang
mana dapat secara grafis menghasilkan nilai-nilai interpolasi pada titik manapun pada kontur
data.

1. Pertama, tutup grafik tekanan head yang telah kita dibuat


2. Klik kotak Data Tips pada Status Bar (bagian dasar jendela aplikasi) sampai pilihan Data
Tips Query diaktifkan.

3. Sekarang gerakkan (hover) Mouse di atas kontur model. Pada saat kita menggerakkan
Mouse di atas kontur maka nilai-nilai kontur interpolasi dan lokasi X-Y akan dimunculkan
di dalam Popup Data Tip.
4. Hal ini merupakan cara grafis untuk mendapatkan nilai-nilai kontur pada titik manapun
pada model.

Let’s Succes With Us... 153


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-40: Pilihan Data Tips Query

Sebagai contoh pada gambar di atas, Query Data Tips ditampilkan dengan nilai tekanan head
negatif (suction) di dalam daerah tak jenuh di atas permukaan air (water table).

Catatan: pada gambar di atas kita telah menghapus segmen garis query.

 Query dapat dihapus dengan pilihan Delete Material Query

 Atau dengan klik kanan pada query kemudian pilih Delete dari menu popup.
Sekarang kita kembali ke analisis kemantapan lereng, sehingga kita dapat menganalisis
dengan menggunakan tekanan pori (pore pressures) yang dihasilkan dari analisis air tanah.

Model (Slope Stability)

Di dalam program slide model, ganti mode analisis Groundwater menjadi Slope Stability,
dengan cara memilih pada toolbar.

Compute (Perhitungan)
Sekarang jalankan/hitung analisis kemantapan lereng.

Ketika kita telah melakukan analisis air tanah maka analisis kemantapan lereng akan secara
otomatis menggunakan perhitungan tekanan pori hasil analisis air tanah.

Let’s Succes With Us... 154


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Catatan:

 Jika kita belum menghitung analisis air tanah maka akan secara otomatis dihitung sebelum perhitungan
analisis kemantapan lereng dilakukan, pada saat kita memilih Compute kemantapan lereng.
 Sebelum melanjutkan ke analisis kemantapan lereng, merupakan ide yang baik untuk menghitung
analisis air tanah secara terpisah dan memperlihatkan hasil-hasil analisis air tanah (seperti yang telah kita
lakukan dalam Tutorial kali ini)

Interpret (Interpretasi)

Yang bertujuan untuk memperlihatkan hasil-hasil analisis.

Kita akan melihat gambar seperti di bawah ini.

Gambar 9-41: Analisis kemantapan lereng menggunakan tekanan

pori dari analisis air tanah


Seperti yang kita lihat setelah kita menampilkan keduanya:

 Sebuah analisis finite element air tanah, dan


 Sebuah analisis kemantapan lereng
Dengan slide, hasil-hasil analisis keduanya (air tanah & kemantapan lereng) dapat ditampilkan
secara simultan pada program Interpret. Kita dapat memeperlihatkan kontur-kontur hasil
analisis air tanah dan juga dapat memperlihatkan hasil-hasil analisis kemantapan lereng
(seperti, permukaan longsor, dan lain-lain).

Let’s Succes With Us... 155


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Ada 2 legenda yang ditampilkan. Legenda pertama adalah untuk hasil-hasil kemantapan
lereng (faktor keamanan) dan legenda yang lain merupakan kontur air tanah.

Jika kita telah memperlihatkan & mendiskusikan hasil-hasil analisis air tanah maka sekarang
tutup tampilan air tanah, sehingga kita hanya memperlihatkan hasil-hasil analisis kemantapan
lereng saja.

1. Klik kanan lalu pilih Display. Pilih Tab Groundwater, lalu kosongkan semua kotak penanda
(checkboxes) pada pilihan Groundwater Display, terkecuali muka air (water table) dan
genangan air (ponded water). Kemudian pilih Done.
2. Klik kanan lalu pilih Countour (Groundwater). Matikan mode kontur (off). Pilih Done.
3. Klik kanan pada legenda air tanah. Pilih Hide Legend dari menu popup.
Sekarang kita hanya memperlihatkan hasil-hasil kemantapan lereng di dalam Slide Interpret.

Mari bandingkan hasilnya dengan Tutorial 5.

Buka file Tutorial 5.sli. Catatan: kita harus menghitung file ini terlebih dahulu, jika sebelumnya tidak dilakukan
perhitungan

Sekarang tampilkan kedua-duanya (tutorial5.sli dan GW1.sli):

Let’s Succes With Us... 156


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Pilih Zoom All pada setiap tampilan. Dan sembunyikan legenda setiap tampilan. Kita akan
melihat gambar seperti di bawah ini:

Gambar 9-42: Perbandingan (faktor keamanan) antara

Tutorial 5 dengan Tutorial 7

Akhirnya kita dapat membandingkan hasilnya. Seperti yang kita lihat, faktor keamanan global
minimum untuk analisis Bishop mendekati kesamaan untuk setiap file (Tutorial 5 = 1.499 dan
Tutorial 7 = 1.516).

Perbedaan faktor keamanan yang kecil ini dikarenakan pada Tutorial 5, tekanan pori
diturunkan dari sebuah file Water Pressure Grid (yang aslinya didigitasi dari sebuah jaring-
jaring aliran atau flownet). Sedangkan di dalam Tutorial 7, tekanan pori ditentukan dari
analisis finite element air tanah (seepage).

Catatan:

Kita harus memeriksa bahwa permukaan global minimum di dalam setiap file merupakan permukaan longsor yang
sama. Kita dapat melakukannya dengan cara seperti di bawah ini:

1. Di dalam setiap tampilan, pilih Data Tips Min (or Max) dari status bar.
2. Sekarang gerakkan (hover) kursor pada pusat permukaan longsor dari permukaan global minimum pada setiap
tampilan. Bandingkan koordinat pusat dan radius yang dimunculkan di dalam popup Data Tip.
3. Kita harus menentukan kedua permukaan longsor secara tepat dan sama pada masing-masing file.

Let’s Succes With Us... 157


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Hal ini merupakan catatan penting untuk diingat. Ketika kita membandingkan 2 file yang
berbeda atau metoda analisis yang berbeda. Kita tidak dapat mengasumsikan bahwa
permukaan longsor kritis merupakan permukaan yang sama pada kedua file tersebut.
Sekarang bandingkan tekanan pori sepanjang permukaan longsor global minimum untuk
setiap file. Cara ini dapat secara langsung membandingkan perhitungan tekanan pori dari grid
tekanan pori (Tutorial 5) dan analisis air tanah (Tutorial 7).

Jalan tercepat membuat grafik data untuk sebuah permukaan longsor adalah mengklik kanan
pada permukaan longsor (catatan: kita dapat mengklik pada permukaan longsor atau pada garis radial pusat
longsor menuju titik akhir permukaan longsor).

Di dalam setiap tampilan:


1. Klik kanan pada global minimum, lalu pilih Add Query serta Graph dari menu popup.
2. Di dalam kotak dialog Slice Data, pilih Pore Pressure dari daftar data utama (primary data
list), kemudian klik Create Plot.
3. Sekarang minimalkan tampilan model setiap file, kemudian pilih Tile Vertically. Kita akan
melihat grafik di bawah ini :

Gambar 9-43: Tutorial 5 dibandingkan dengan Tutorial 7 (tekanan pori)

Catatan:
 Untuk file grid tekanan air (Tutorial 5), tekanan pori di atas permukaan air adalah 0.
 Untuk file analisis air tanah, tekanan pori yang dihitung adalah negatif di atas permukaan air. Hal ini
mewakili tekanan matric suction yang dihitung di dalam daerah tidak jenuh di atas permukaan air (water
table).

Let’s Succes With Us... 158


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

(Pengaruh matric suction terhadap faktor keamanan akan didiskusikan pada bagian akhir
tutorial ini).

Untuk perbandingan yang lebih baik dari tekanan pori positif (perhitungan di bawah
permukaan air):
1. Klik kanan pada grafik tekanan pori untuk file analisis air tanah lalu pilih Chart Properties
dari menu popup.
2. Masukkan sebuah nilai minimum sumbu mendatar (axis) = 0. Pilih OK
Tampilannya akan tampak seperti di bawah ini:

Gambar 9-44: Tutorial 5 dibandingkan dengan Tutorial 7 (tekanan pori)

Sekarang kita dapat melihat bahwa perhitungan tekanan pori positif untuk permukaan longsor
global minimum pada kedua file, mendekati kesamaan.

Perbedaan yang penting dari 2 grafik ini adalah perhitungan yang menggunakan metoda
berbeda dalam menentukan distribusi tekanan pori pada lereng.
 Untuk file grid tekanan pori, takanan pori diinterpolasikan dari nilai-nilai grid
 Untuk file analisis air tanah, tekanan pori diinterpolasikan dari kontur tekanan dan
jaring-jaring finite element.
Unsaturated Shear Zone (Daerah Geser Tidak Jenuh)
Untuk menyimpulkan Tutorial ini, kita akan menampilkan suatu tampilan slide, dimana
tersedia ketika sebuah analisis air tanah telah muncul. Oleh karena itu, kontribusi dari matric
suction pada kemantapan sebuah lereng dengan menentukan sebuah sudut kekuatan geser
tidak jenuh (unsaturated shear strength angle).

Let’s Succes With Us... 159


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 8-12, analisis air tanah pada slide dapat menghasilkan
tekanan pori negatif pada daerah tidak jenuh di atas muka air. Tekanan-tekanan negatif ini
sebenarnya tekanan matric suction di dalam daerah tidak jenuh.

Telah diketahui bahwa matric suction memiliki kontribusi terhadap kekuatan geser tidak jenuh
untuk sebuah material, kekuatan geser material di dalam daerah tidak jenuh akan
ditingkatkan oleh besaran :

Dimana: ψ = matric suction (positif), dan φb = sudut kekuatan geser tidak jenuh. (catatan : matric
suction merupakan positif atau nilai absolut dari tekanan pori negatif di dalam daerah tidak jenuh)

Untuk mendemontrasikannya, lakukan hal seperti di bawah ini:

1. Kembali kepada program slide model

2. Pilih file analisis air tanah (GW1.sli)


3. Pilih Define Material Properties. Catatan: untuk sebuah file analisis air tanah di dalam slide, kita dapat
menentukan sebuah sudut kekuatan geser tidak jenuh.

4. Dari yang telah ada, sudut kekuatan geser tidak jenuh (unsaturated shear strength angle)
= 0. Hal ini berarti bahwa matric suction di dalam daerah tidak jenuh tidak memberi
efek/akibat terhadap kekuatan geser ataupun faktor keamanan.
5. Bagaimanapun, jika kita memasukkan sebuah nilai tidak 0 untuk kekuatan geser tidak
jenuh, maka permukaan longsor yang melewati material daerah tidak jenuh akan
meningkatkan kekuatan geser dan faktor keamanan.
6. Sebagai contoh, masukkan sebuah sudut kekuatan geser tidak jenuh = 15º. Pilih OK.
7. Sekarang lakukan perhitungan ulang (re-run) analisis kemantapan lereng.
8. Tentukan permukaan longsor global minimum. Dimana sekarang memiliki nilai faktor
keamanan = 1.557 (analisis Bishop)
9. Sudut kekuatan geser tidak jenuh telah meningkatkan faktor keamanan global minimum.
Sudut kekuatan geser tidak jenuh biasanya tidak diketahui dengan pasti. Sudut kekuatan geser
tidak jenuh bervariasi antara 0 dan sudut geser material. Kekuatan geser tidak jenuh di dalam
beberapa kasus, dapat merupakan faktor yang kritis di dalam sebuah analisis kemantapan
lereng. Di dalam beberapa kasus jika lereng dekat kesetimbangan kritis (faktor keamanan
memiliki nilai sedikit di atas 1), akan menjadi tidak mantap tanpa memasukkan efek matric
suction pada kekuatan geser.

Let’s Succes With Us... 160


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.6 Groundwater Analysis Overview (Penjelasan Analisis Air Tanah)

Introduction (Pendahuluan)

Slide memiliki kemampuan menganalisis sebuah finite element berdasarkan rembesan


(seepage) untuk kondisi jenuh/tidak jenuh, aliran steady state.

Analisis air tanah di dalam slide bertujuan untuk menentukan dan menganalisis sebuah
masalah air tanah, menggunakan model yang sama dengan masalah kemantapan lereng.
Boundary hanya dibutuhkan 1 kali yang akan digunakan untuk analisis air tanah dan
kemantapan lereng. Setelah sebuah analisis air tanah ditampilkan, maka hasilnya (tekanan
pori) dapat secara otomatis digunakan oleh perhitungan analisis kemantapan lereng.

Catatan:

 Kemampuan analisis air bawah tanah di dalam slide dapat digunakan secara keseluruhan tidak
tergantung dengan analisis kemantapan lereng.
 Analisis air tanah dapat ditampilkan secara terpisah tanpa harus menampilkan analisis kemantapan
lerengnya

Groundwater Modelling (Permodelan Air Tanah)

Untuk mengaktifkan permodelan air tanah, yang perlu dilakukan adalah mengeset
groundwater method di dalam project settings menjadi finite element analysis .

Let’s Succes With Us... 161


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Beberapa hal yang dapat dilakukan:

 Sebuah pilihan model analisis tersedia di dalam toolbar yang mana memiliki pilihan
untuk memilih model analisis slope stability atau model analisis groundwater
 Jika kita memilih model analisis groundwater, maka menu & toolbar akan muncul
untuk melakukan pilihan-pilihan pemodelan yang diperlukan pada air tanah.
Berikut ini adalah prosedur umum yang diperlukan agar dapat menggunakan slide untuk
analisis air tanah.

Project Settings
Pertama kali yang harus dilakukan adalah mengeset groundwater method di dalam project
settings menjadi finite element analysis

1. Pilih poject settings dari toolbar atau menu analysis


2. Pilih tab groundwater, lalu set groundwater method = finite element analysis
3. Kita dapat mengkonfigurasi parameter-parameter groundwater analysis di dalam
project settings
4. Pilih OK
Toolbar slide akan muncul pilihan model analisis, seperti di bawah ini:

Gambar 9-45: Mengaktifkan analisis air tanah dengan Slide

Let’s Succes With Us... 162


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Groundwater Analysis Mode


Jika kita mengeset groundwater method = finite element analysis di dalam project settings
maka akan dimunculkan kotak pilihan drop-down di dalam toolbar. Pilihan ini untuk
menukar/memilih diantara 2 mode progam analisis yaitu slope stability atau groundwater .

 Mode analisis slope stability berguna untuk mendeskripsikan elemen-elemen model


yang berhubungan dengan analisis kemantapan lereng (slope stability)
 Mode analisis groundwater berguna untuk mendeskripsikan elemen-elemen model
yang berhubungan dengan analisis air tanah.
Ketika kita menukar mode analisis slope stability atau groundwater maka secara otomatis
menu dan toolbar akan berubah.

Boundaries
Boundary yang sama digunakan dalam analisis air tanah & kemantapan lereng.
Bagaimanapun, model boundary hanya dapat dideskripsikan/ditentukan ketika mode
analisisnya = slope stability

 Kita harus membuat model boundary, ketika model analisis = slope stability .
 Kita tidak dapat membuat atau mengedit model boundarinya jika mode analisisnya =
groundwater.
Meshing (Pembuatan Jaring)

Analisis air tanah di dalam slide adalah sebuah analisis finite element yang dibuat dalam
bentuk jaring (mesh) yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

Untuk membuat jaring finite element :

 Dengan mengklik mouse kemudian memilih opsi discretize and mesh. Hal ini akan
secara otomatis membuat sebuah jaring finite element yang merata bersama model
boundarinya.
 Jika jaring (mesh) memerlukan perubahan, ada beberapa pilihan yang tersedia di
dalam menu mesh untuk mengubah jaring (mesh) jika diperlukan.

Let’s Succes With Us... 163


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-46: Jaring Finite Element untuk analisis air tanah

Boundary Conditions
Kemudian kita akan mengeset kondisi-kondisi boundary yang akan menentukan masalah air
tanah yang ingin dipecahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengeset pilihan set boundary
conditions yang dapat digunakan untuk menentukan tekanan yang diperlukan dan kondisi-
kondisi aliran sepanjang model boundary atau pada node(s) dari mesh yang lain.

Gambar 9-47: Dialog untuk menetapkan kondisi-kondisi Boundary

Hydraulic Properties
Karakteristik permeabilitas (hydraulic conductivity) dari setiap material, ditentukan oleh
pilihan define hydraulic properties. Kita dapat menentukan sebuah permeabilitas jenuh
untuk setiap material, permeabilitas tak jenuh, atau membuat fungsi permeabilitas menurut
kenginginan.

Let’s Succes With Us... 164


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Gambar 9-48: Dialog untuk mendefinisikan sifat-sifat hidrolik

Groundwater Compute (Perhitungan air tanah)

Ketika seluruh kondisi boundary air tanah dan sifat-sifat material telah ditentukan, maka kita
siap untuk melakukan/menjalankan perhitungan analisis air tanah.

 Pilih compute (groundwater) dari menu analysis atau toolbar, maka mesin
penghitung air tanah akan dijalankan.

 Akan terlihat sebuah dialog perhitungan ketika analisis sedang berjalan (running) dan
akan kembali ke program slide model jika perhitungan selesai.
Setelah melakukan perhitungan maka kita akan melihat hasilnya dengan memilih interpret
(groundwater) . Jika hasil air tanah memuaskan maka kita dapat kembali ke slide model ,
tukar mode analisis = slope stability, kemudian masuk ke dalam analisis kemantapan lereng.

Ketika kita memilih compute pada kemantapan lereng maka analisis kemantapan lereng akan
secara otomatis menggunakan tekanan pori (pore pressure) hasil perhitungan dari analisis air
tanah.

Groundwater Interpret
Hasil dari sebuah analisis air tanah akan digambarkan oleh program slide interpret
menggunakan pilihan-pilihan di dalam menu groundwater.

Let’s Succes With Us... 165


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

Catatan :

Hasil analisis air tanah dapat dimunculkan secara bersama-sama dengan hasil analisis kemantapan lereng.
Tampilan dari hasil air tanah (misalnya kontur tekanan pori), dan tampilan dari hasil kemantapan lereng (misalnya
busur longsor, faktor keamanan, dan lain-lain) sudah secara penuh termasuk ke dalam sebuah program slide yaitu
program interpret .

Let’s Succes With Us... 166


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

9.6 More Groundwater Examples (Contoh Tambahan Air Tanah)

Groundwater Verification Examples (contoh-contoh verifikasi air tanah)

Tambahan contoh-contoh pemodelan air tanah dan analisanya, dapat ditemukan di dalam
Groundwater Verification Manual.

Groundwater Verification Manual tersedia dalam bentuk dokumen PDF, di dalam folder
instalasi SLIDE. Dapat juga pada menu Start Window.

File-filenya digunakan untuk contoh-contoh verifikasi, yang dapat ditemukan di dalam sub-
folder Groundwater Verification, di dalam folder Examples.

Contoh-contoh ini mendemontrasikan tampilan-tampilan yang lebih rumit (advance) dari


analisis air tanah slide, termasuk fungsi-fungsi permeabilitas material, kondisi-kondisi
boundary infiltrasi, pemetaan jaring, serta keunggulan-keunggulan lainnya.

Gambar 9-49: Model 2 material, dengan permeabilitas berbeda

Let’s Succes With Us... 167


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

DAFTAR PUSTAKA

Afrouz, A.A. (1992): Practical Handbook of Rock Mass Classification Systems and
Modes of Ground Failure, Boca Raton: CRC Press.
Arif, Irwandy. 2015. Geoteknik Tambang. Istitut Teknologi Bandung. Bandung
Bandis, S. (1990): Scale effects in the strength and deformability of rocks and rock
joints, Proc. The 1st Intl. Workshop on scale effects in Rock masses, Edited by
Cunha, P.A. Luen, Norway 59-76.
Barton, N.R. (1973): Review of a New Shear Strength Criterion for Rock Joint,
Engineering Geology, Elsevier, Vol. 7. pp. 287 – 332.
Barton, N.R. (1976): The shear strength of rock and rock joints, Intl. J. Rock Mech. Min.
& Sci. Vol. 13: 255-279.
Barton, N.R. and Bandis, S. (1990): Review on Predictive Capabilities of JRC – JCS Model
in Engineering Practice, Balkema, Rotterdam. pp. 603 – 610.
Barton, N.R. and Chobey, V. (1977): The Shear Strength of Rock Joint in Theory and
Practice, Rock Mechanics. Vol. 10. pp. 1 – 54.
Bieniawski, Z.T. (1973): Engineering Classification of Jointed Rock Masses, Trans. S. Afr.
Inst. Civ. Eng. 15. pp. 335 – 344.
Bieniawski, Z.T. (1989): Engineering Rock Mass Classifications, John-Wiley, New York.
Brady, B.H.G. and Brown, E.T. (1985): Rock Mechanics for Underground Mining,
George Allen and Unwin, London.
Cunha, P.A. (1990): Scale effects in Rock Masses, Proc. The 1st Intl. Workshop on scale
effects in Rock masses, Edited by Cunha, P.A. Luen, Norway 3-30.
Deere, D.U. and Miller, R.P. (1966): Engineering Classification and Index Properties for
Intact Rocks, Technical Report, Air Force Weapons Laboratory, New Mexico,
AFNL-TR. 65-116.
Edelbro, C. (2004): Evaluation of Rock mass Strength Criteria, Licentiate Thesis, Lulea
University of Technology.
Fukozono, T. (1985): A New Method for Predicting The Failure Time of a Slope,
Proceeding of the 4th International Conference and Field Workshop on
Landslides, Tokyo, pp. 145 – 150.
Goodman, R.E. (1989): Introduction to Rock Mechanic, 2nd edition, John Wiley,
Singapore, pp. 19 – 95.
Hoek, E. and Bray, J.W. (1981): Rock Slope Engineering, Institution of Mining and
Metallurgy, London.
Hoek, E. and Brown, E.T. (1980): Underground Excavation in Rock, The Institute of
Mining and Metallurgy, London.
Hoek, E. and Brown, E.T. (1988): The Hoek-Brown Failure Criterion – a 1988 Uapdate,
Proceedings of the 15th Canadian Rock Mechanics Symposium, Toronto.

Let’s Succes With Us... 168


Rekayasa Geoteknik pada Tambang Terbuka

ISRM (1981): Rock Characterization Testing and Monitoring ISRM Suggested Method.
E.T. Brown (Ed). Pergamon Press. 5 – 30.
ISRM Suggested Methods (1976): Determining hardness and Abrasiveness of Rock,
International Journal. Rock Mechanics, Science. & Geomechanical. Abstract. 15.
89 – 97.
Kramadibrata, S. (1996): The Influence of Rock Mass and Intact Rock Properties on The
Design of Surface Mines with Particular Reference to The Excavatability of Rock,
Ph. D. Thesis, Curtin University of Technology.
Kramadibrata, S. and Jones, I.O. (1992): The Influence of Specimen Size on Strength of
Intact Rocks, Western Australian Conference on Mining Geomechanics, WASM
Kalgoorlie, Western Australia.
Rai, M.A., Adisoma, G.S., Watimena, R.K. dan Saptono, S. (2001): Penggunaan Perilaku
Massa Batuan Elasto-Visko-Plastik Untuk Analisis Kestabilan Lubang Bukaan
Bawah Tanah, Jurnal Teknologi Mineral, Vol. VIII No. 4/2001, FIKTM, ITB,
Bandung.
Romana, M. (1988): Practice of SMR Classification for Slope Appraisal, Proceeding 5th
International Symposium on Landslides, Lausanne, pp. 1227 – 1231.
Saptono, S. (2011): Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan
pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik. Seminar Kebumian Nasional,
FTM – UPN ”Veteran” Yogyakarta. Yogyakarta.
Saptono, S., (2012): Pengembangan Metode Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan
Karakterisasi Batuan di Tambang Terbuka Batubara. Disertasi Doktor, Rekayasa
Pertambangan, Institut Teknologi Bandung,
Saptono, S., Kramadibrata, S. and Sulistianto, B. (2010): The Use of Rock Mass
Characteristic for Assessing Slope Stability, The 5th AUTOLE International
Postgraduate Students Conference on Engineering, ITB, Bandung, Indonesia
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, K.R., (2008b): Peranan
Klasifikasi Massa Batuan Pada Perancangan Lereng Tambang Terbuka
Penambangan Batubara, PT. Adaro Indonesia, Proceeding TPT XVII – Perhapi.
Juli 2008, Palembang.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, R.K. (2008c): Perkiraan
Potensi Kelongsoran Lereng Lowwall Penambangan Batubara Berdasarkan
Hasil Pemantauan Inclinometer, PT. Adaro Indonesia, Kursus dan Seminar
Geoteknik, Nopember 2008, Diesemas ke 50 ITB.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B. dan Wattimena, R.K. (2011): Pengaruh
Ukuran Contoh Terhadap Kekuatan Batuan, Journal Teknologi Mineral, ITB.
Saptono, S., Kramadibrata, S., Sulistianto, B., Wattimena, K.R., Nugroho, P., Iskandar,
E. and Bahri, S., (2008a): Low Wall Slope Monitoring By Robotic Theodolite
System Likely to Contribute to Increased Production of Coal in PT. Adaro
Indonesia, Proceeding 1st Southern Hemisphere International Rock Mechanics
Symposium, Vol. 1, Potvin et al. eds. Perth. Australia.

Let’s Succes With Us... 169

Anda mungkin juga menyukai