Anda di halaman 1dari 40

BAB IV

KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh PT. Kelapa Jaya yang terdiri dari kegiatan
pelayanan jasa dermaga TUKS, pergudangan dan Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa.
Semua Kegiatan tersebut berpotensi menimbulkan dampak yang positif maupun
negatif terhadap lingkungan hidup, baik pada komponen lingkungan fisik-kimia, biologi
maupun komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan
masyarakat.
Untuk mengetahui dampak-dampak yang terjadi pada kegiatan yang
dilaksanakan PT. Kelapa Jaya, maka dilakukan identifikasi terhadap komponen
kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak sehingga memudahkan penentuan dampakdampak yang akan dilakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

4.1 Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dapat


menimbulkan Dampak Lingkungan
Secara umum dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan operasional
pengolahan minyak kelapa PT. Kelapa Jaya adalah terjadinya penurunan kualitas air
permukaan, pencemaran permukaan sungai, timbulan limbah padat, timbulan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), peningkatan kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan dan sikap dan persepsi negatif masyarakat.
Secara garis besar kegiatan operasional PT. Kelapa Jaya terbagi menjadi dua
tahapan, yaitu Tahap Tahap Operasi, dan Tahap Pasca Operasi, dengan rincian
dampak yang dianalisis sebagai berikut :.
● Tahapan Administrasi
- Pengurusan Perizinan
- Peningkatan Pendapatan Masyarakat
- Persepsi dan Sikap Masyarakat
● Tahapan Operasi
- Komponen Fisik dan Kimia
- Komponen Sosial Ekonomi

IV-1
● Tahapan Pascaoperasi
- Sosialiasasi Kepada Masyarakat
- Pemutusan hubungan Kerja
- Pemanfaatan bangun yang sudah ada
- Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
- Penurunan Kesempatan Kerja dan Berusaha
- Penurunan Pendapatan Masyarakat
- Persepsi dan Sikap Masyarakat

4.1.1Tahap Pra Konstruksi


1. Pengurusan Perizinan
Sebagai perusahaan yang taat terhadap peraturan yang berlaku di Negara
Kesatuan Republik Indonesia, perusahaan telah memiliki izin-izin yang berkaitan
dengan pembangunan TUKS diantaranya Izin Online Single Submission (OSS),
telaah tata ruang Kota Pontianak, Rekomendasi Kelurahan dan Kecamatan, Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) serta Izin pembangunan dan pengembangan TUKS
dari Distrik Navigasi serta Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan.
2. Peningkatan Pendapatan Masyarakat
Meningkatnya pendapatan masyarakat setempat yang bekerja pada
perusahaan yang menerima gaji baik harian maupun bulanan. Selain itu,
dengan meningkatnya peluang usaha di sekitar lokasi kegiatan dapat
memberikan penghasilan tambahan bagi pelaku usaha sehingga berdampak
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat adalah :
a) Rekruitmen tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat setempat
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, berdasarkan latar belakang
pendidikan, keterampilan, keahlian dan pengalaman kerja yang dimiliki;
b) Untuk menjaga harmonisasi antara perusahaan dan pekerja, maka
pengelolaan tenaga kerja dilakukan melalui perjanjian kerja/hubungan
kerja secara tertulis;

IV-2
c) Menjalin kerja sama dan kemitraan usaha dengan memberikan kesempatan
kepada masyarakat/pengusaha setempat sebagai kontraktor dalam
kegiatan pembangunan fisik sarana dan prasarana pabrik;
d) Menerapkan system pembayaran upah/gaji tenaga kerja sesuai dengan
standar upah minimum Kota (UMK) dan/atau upah minimum provinsi
(UMP).
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah :
a) Pemantauan dilakukan melalui wawancara dengan penduduk setempat
mengenai peningkatan pendapatan masyarakat dengan adanya Kegiatan
pelayanan jasa barang dan/atau kapal dan pabrik kelapa.
3. Persepsi dan Sikap Masyarakat
Munculnya persepsi dan sikap masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang
bersifat positif dengan adanya harapan untuk turut merasakan manfaat dengan
adanya kegiatan Pabrik Minyak kelapa, pelayanan jasa barang dan/atau kapal, ,
seperti terbukanya kesempatan kerja dan berusaha serta peningkatan
pendapatan sehingga menimbulkan persepsi dan sikap hidup positif masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya untuk
meningkatkan persepsi dan sikap masyarakat yang positif adalah:
a) Melakukan pendekatan secara persuasif, partisipatif dan kekeluargaan
kepada warga dan tokoh masyarakat setempat terkait dengan adanya
kegiatan industri terkait TUKS;
b) Memfasilitasi dan mengakomodasi segenap sarana, pengaduan dan
harapan masyarakat setempat yang terkena dampak seperti pengadaan
kotak saran dan/atau dengan melakukan musyawarah dan mufakat;
c) Memprioritaskan tenaga kerja lokal dari kelurahan setempat dengan
memberi kemudahan bagi masyarakat setempat untuk menjadi tenaga
kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan;
d) Berkoordinasi dan bekerja sama dengan aparatur desa dan kecamatan
setempat serta instansi terkait dalam menyelesaikan berbagai
perrnasalahan yang terjadi terkait dengan operasional TUKS.
e) Penerapan program CSR perusahaan, sebagai kepedulian perusahaan
terhadap masyarakat sekitar perusahaan.

IV-3
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya untuk
meningkatkan persepsi dan sikap masyrakat yang positif adalah mengamati
secara langsung dilapangan.

4.1.2Tahap Operasi
Tahap operasi disini adalah operasional dari TUKS dan Kompleks Pabrik
Pengolahan Kelapa dengan rincian jam kerja yang diterapkan PT. Kelapa Jaya
sebanyak satu shift dengan jam kerja selama 8 jam
Tabel 4.1 Jadwal Jam Kerja Operasional

SENIN - SABTU JUM'AT


NO KEGIATAN
WAKTU (MENIT) WAKTU (MENIT)
1 Masuk Kerja 08:00 - 08:00 -
2 Persiapan Kerja 08:00 - 08:15 15 08:00 - 08:15 15
3 Kerja Produktif 08:15 -12:00 285 08:15 - 08:15 255
4 lstirahat 12:00 -13:00 60 11:30 - 13:00 90
5 Kerja Produktif 13:00 -17:00 240 13:00 - 17:00 240
Sumber: Laporan Studi Kelayakan PT. Kelapa Jaya, 2020.
Berdasarkan tabel tersebut di atas maka dapat diketahui :
- Waktu kerja yang tersedia = 525 menit
(285+ 90) X 5+( 255+90)
- Waktu kerja efektif =
6
= 370 menit
Sedangkan untuk menghitung besarnya efisiensi kerja digunakan persamaan:
We
E= x100
Wt
= 75%
Keterangan :
E = Efisiensi kerja, %
We = Waktu kerja efektif, menit
Wt = Waktu kerja yang tersedia, menit

1. Operasional Pabrik Minyak kelapa


Komponen Fisik dan Kimia
- Kualitas air permukaan
1) Jenis dampak

IV-4
Penurunan kualitas air permukaan sungai Kapuas yang disebabkan
effluent limbah cair.
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa
3) Tolak ukur dampak
a) Tingkat perubahan secara fisika pada saluran drainase di lingkungan
pabrik minyak kelapa seperti suhu, bau, dan warna;
b) Tidak adanya keluhan dari warga masyarakat khususnya nelayan
sungai yang beraktivitas di sekitar lokasi kegiatan;
c) Tidak adanya gejala gejala penyakit yang diakibatkan penurunan
kualitas air (waterborne disease).
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Menekan penyebaran dampak primer sehingga kualitas lingkungan
yang menurun dapat dilokalisir hanya pada area operasional pabrik
minyak kelapa;
b) Mengendalikan kualitas limbah cair yang telah dilepas ke badan air
penerima agar tetap berada di bawah baku mutu yang telah
ditetapkan.
5) Cara pengelolaan lingkungan
Sistem pengelolaan limbah cair masih bersifat konvensional:
a) Untuk limbah cair yang berasal dari kamar mandi dan WC
menggunakan tangki septik dan limpasan cairan dialirkan ke badan air
penerima;
b) Untuk limbah cair yang berasal tempat pencucian kain saringan
minyak, pengelolaan dilakukan dengan menggunakan memasang filter
atau penyaring
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa dan rumah
pengelola yakni Jalan Khatulistiwa, RT 001 RW 016, Kelurahan
Batulayang, Kecamatan Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Tidak terjadi perubahan drastis pada badan air penerima yang
terhubung langsung dengan outlet, akibat masuknya aliran air effluent
yang berasal dari pabrik minyak kelapa;

IV-5
b) Tidak terdapat keluhan masyarakat yang mengalami dampak akibat
aliran air effluent yang berasal dari pabrik minyak kelapa.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Membuat pola pengelolaan limbah cair pabrik minyak kelapa dan
disosialisasikan kepada segenap karyawan sehingga memiliki
pengetahuan dan kepedulian terhadap pengelolaan limbah cair pabrik;
b) Perlu dilakukan peningkatan pengelolaan limbah cair dengan
pemasangan lnstalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang disesuaikan
dengan kapasitas kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
- Pencemaran permukaan sungai
1) Jenis dampak
Terjadinya pencemaran permukaan sungai Kapuas yang disebabkan
genangan minyak kelapa.
2) Sumber dampak
Permukaan air sungai Kapuas yang mengalami pasang tinggL
3) Tolak ukur dampak .
a) Menyebamya genangan minyak kelapa di atas permukaan sungai;
b) Timbulnya pencemaran dan terancamnya kelangsungan hidup biota
sungai;
c) Rusaknya estetika permukaan sungai akibat material minyak yang
mengapung.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Menekan penyebaran dampak primer sehingga kualitas lingkungan
yang menurun dapat dilokalisir hanya pada area operasional pabrik
minyak kelapa;
b) Mengendalikan secara cepat dan tepat genangan minyak yang lepas ke
badan air penerima agar tetap berada di bawah baku mutu yang telah
ditetapkan.
5) Cara pengelolaan lingkungan
a) Menjaga kualitas tangki penampung minyak kelapa olahan agar tidak
bocor dan memiiki penutup yang kedap air;
b) Mempersiapkan pompa yang mampu memindahkan dengan cepat
minyak hasil produksi dari tangki produksi menuju tangki timbun;
c) Memasang tanggul beton di sekeliling pabrik, tangki timbun dan tangki

IV-6
pendam untuk mencegah genangan minyak keluar dari areal pabrik.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001/RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Pada Saat air Sungai Kapuas terjadi pasang tinggi pencemaran minyak
terhadap badan air dapat dicegah
b) Tidak terdapat keluhan masyarakat akibat genangan ·minyak kelapa
yang mengalir ke kawasan pemukiman.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Menambahkan teknik penanggulangan genangan minyak pada
pennukaan sungai seperti penyisihan minyak secara mekanis dengan 2
(dua) tahap yaitu menggunakan booms (pembatas untuk mencegah
penyebaran minyak) dan melakukan pemindahan minyak ke dalam
wadah dengan menggunakan peralatan mekanis seperti skimmer ;
b) Mempunyai prosedur pemulihan lahan yang tercemar yang dapat
dilakukan secara biologi dengan menggunakan kapasitas kemampuan
mikroorganisme.
- Penurunan kualitas udara
1) Jenis dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
3) Tolak Ukur Dampak
a) Membandingkan besaran perubahan kualitas udara dengan baku mutu
lingkungan udara ambient seperti yang telah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
b) Tingkat keluhan dari pekerja maupun warga masyarakat khususnya
yang berdomisili di Gang Masjid dan berdampingan langsung dengan
lokasi kegiatan.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Menekan penyebaran dampak primer berupa kualitas udara yang

IV-7
menurun seperti emisi gas buang, kebisingan dan bau sehingga dapat
dilokalisir hanya pada area operasional pabrik minyak kelapa.;
b) Menciptakan kualitas lingkungan kerja di pabrik minyak kelapa agar
sesuai dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
ditetapkan.
5) Cara pengelolaan lingkungan
a) Memperlancar arus lalu lintas yang berlangsung di ruas jalan sehingga
mengurangi akumulasi pencemar akibat emisi kendaraan bermotor;
b) Meletakkan genset dalam ruangan khusus yang kedap suara dan
dilengkapi cerobong;
c) Mempertahankan kondisi bangunan dengan sirkulasi udara yang
terbatas sehingga sebaran kualitas udara yang menurun (bau) tidak
menyebar.
d) Mewajibkan pekerja di lingkungan pabrik minyak kelapa menggunakan
masker.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001/RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Sebaran dampak primer akibat kualitas udara yang menurun seperti
emisi gas buang, kebisingan dan bau dapat dilokalisir hanya pada area
operasional pabrik minyak kelapa;
b) Tidak terdapat keluhan masyarakat akibat penurunan kualitas udara di
lingkungan kawasan pemukiman.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Perlunya dilakukan penanaman dan perawatan pohon penghijau di
dalam lingkungan kegiatan dan berpartisipasi dalam penanaman pohon
di sekitar lokasi kegiatan;
- Potensi bahaya kebakaran
1) Jenis dampak
Terjadinya bahaya kebakaran
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.

IV-8
3) Tolak Ukur Dampak
a) Adanya sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran (fire
safety) yang terintegrasi dengan baik dalam bangunan pabrik minyak
kelapa;
b) Adanya keterampilan dasar yang dimiliki segenap pekerja pabrik dalam
penanggulangan kebakaran (fire safety) ;
c) Adanya peralatan dan perlengkapan yang memadai untuk pencegahan
dan penanggulangan kebakaran (fire safety) seperti Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) dan fasilitas penyediaan air.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Mencegah terjadinya korban jiwa manusia dan menghindari kerusakan
bangunan pabrik serta gudang seminimal mungkin;
b) Menciptakan kualitas lingkungan kerja di pabrik minyak kelapa agar
sesuai dengan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
ditetapkan.
5) Cara pengelolaan lingkungan
a) Memasang sistem deteksi dini terhadap terjadinya kebakaran sehingga
memberikan reaksi cepat kepada pekerja pabrik untuk segera
memadamkan api pada tahap awal, seperti penggunaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR);
b) Memasang sistem pemadam dengan bahan kimia portable, seperti Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) pada bangunan pabrik.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan pada bangunan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001/RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Telah dilakukan pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada
bangunan pabrik;
b) Pengetahuan pekerja pabrik tentang penanggulangan kebakaran ( fire
safety) relatif terbatas akibat adanya pergantian pekerja pabrik.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Perlu dilakukan penambahan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) tidak
hanya di lingkungan pabrik tapi juga di bangunan gudang;

IV-9
b) Mengingat konstruksi dasar bangunan merupakan konstruksi kayu
sehingga potensi kebakaran relatif tinggi, perlu dilakukan
penambahan peralatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
(fire safety) seperti hidran yang disesuaikan dengan kebijakan
pemrakarsa.
- Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Jenis dampak
Timbulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
3) Tolak ukur dampak
a) Tidak adanya tumpahan limbah oli bekas di lokasi kegiatan atau
ruang genset selama beroperasinya generator set tersebut;
b) Adanya penampungan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
sementara seperti drum yang tertutup.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Mencegah terjadinya pencemaran limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) seperti oli bekas dan majun;
b) Melakukan pengendalian dan pemeliharaan terhadap dampak limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) terhadap lingkungan di
sekitamya khususnya sungai Kapuas.
5) Cara pengelolaan lingkungan
a) Melakukan penyimpanan limbah oli bekas di wadah tertutup dan untuk
bekas lampu LED dikemas tertutup;
b) Meletakkan drum dan baterai bekas di tempat tertutup (beratap)
sehingga tidak terkena langsung curahan air hujan;
c) Melakukan pencatatan temadap limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan menyerahkannyn kepada pihak ketiga yang memiliki
izin pengumpulan iimbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan pada bangunan pabrik minyak kelapa khususnya di
ruang genset.
7) Hasil yang dicapai
a) Area di sekitar genset relatif belum terpelihara dan lantai di sekitar

IV-10
genset relatif licin;
b) Pencatatan terhadap limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak
dilakukan secara rutin.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Diperlukan pembatas · antara ruang produksi dan ruang genset
sehingga potensi tercemamya proses produksi minyak kelapa oleh
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) relatif kecil;
b) Pekerja pabrik minyak kelapa pertu dilatih sehlngga memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam pemak.aian genset sebagai
operator: sekaligus· mampu melakukan pengelolaan terhadap limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan;
c) Melakukan kerjasama dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Pontianak dalam melakukan pemeriksaan berkala motor diesel.
9) Pengelolaan limbah
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa yang dimiliki Kelapa
Jaya adalah limbah padat, limbah cair dan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3). Limbah yang dihasilkan tersebut telah dikelola sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d) Pengelolaan limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa berupa
limbah domestik yang berasal dari pekerja pabrik dan bungkil yang
merupakan hasil ikutan dari ektraksi kopra.
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan domestik pekerja dibawa ke
tempat sampah biasa untuk selanjutnya dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Batulayang oleh pekerja
Bungkil yang dihasilkan dapat mencapai 3 ton jika produksi minyak
kelapa dengan bahan baku kopra sebanyak 15 ton. Bungkil yang
keluar dari mesin press ditampung dalam karung plastik, dikemas dan
lalu dijual sebagai bahan baku pakan temak.
e) Pengelolaan limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari kegiatan domestik pekerja
terutama berasal dari wc kayawan sedangkan untuk kegiatan produksi
minyak kelapa tidak menghasilkan limbah cair.

IV-11
Kain saringan yang digunakan untuk memisahkan partikel padat dari
minyak kelapa merupakan jenis kain sintetis. Sehingga untuk
memisahkan partikel padat dan minyak dari kain cukup dengan
menggunakan tekanan udara oleh alat compressor.
f) Pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berasal dari pengoperasian
mesin produksi, kegiatan bengkel dan pengoperasian genset. Bentuk
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dari
kegiatan pabrik minyak kelapa berupa:
Oli bekas sebanyak 40 liter untuk setiap 6 bulan, dikelola dengan cara
disimpan dalam drum dan ditempatkan di tempat yang tertutup;
Kain majun dan kain bekas saringan sekitar 2 kg untuk setiap 6 bulan,
dikelola dengan cara disimpan di wadah yang tertutup;
Suku cadang mesin - mesin produksi yang sudah terkontaminasi oli,
disimpan dalam tempat sampah khusus.
Untuk selanjutnya limbah tersebut diserahkan kepada pihak ketiga
yang telah mendapat ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk
melakukan pengumpulan limbah B3.
- Gangguan lalu lintas
1) Jenis dampak
Peningkatan gangguan lalu lintas
2) Sumber dampak
Aktivitas keluar masuk kendaraan.
3) Tolak ukur dampak
a) Terjadinya kemacetan arus lalu lintas di dua arah pada titik keluar
masuk kendaraan;
b) Tingkat kecelakaan yang terjadi di jalan Khatulistiwa depan area pabrik
minyak kelapa.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Untuk mengurangi titik kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan
Khatulistiwa;
b) Untuk menghindari timbulnya kecelakaan lalu lintas akibat kegiatan
keluar masuk kendaraan dari area pabrik minyak kelapa.
5) Cara pengelolaan lingkungan

IV-12
a) Menyediakan petugas untuk mengatur arus lalu lintas pada saat masuk
dan atau keluar area pabrik minyak kelapa;
b) Menyediakan rambu yang memadai dan lampu tanda untuk
meningkatkan kehati - hatian dalam kegiatan keluar masuk area pabrik
minyak kelapa;
c) Tidak parkir di sepanjang bahu jalan Khatulistiwa.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan pada titik masuk dan keluar area pabrik minyak
kelapa.
7) Hasil yang dicapai
a) Ruang milik jalan masih relatif luas sehingga ketika truk berhenti
sebelum masuk ke area pabrik tidak memakan badan jalan;
b) Lahan yang dimanfaatkan sebagai area parkir masih sangat luas
sehingga truk pemasok bahan baku memilki tempat parkir.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
Memasang tanda area parkir kendaraan di tempat yang ter1ihat jelas
untuk kelancaran arus lalu lintas di lingkungan pabrik,
Komponen Sosial dan Ekonomi
- Sikap dan persepsi masyarakat
1) Jenis dampak
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
2) Sumber dampak
a) Operasional pabrik;
b) Rekrutmen tenaga kerja;
c) Aktivitas keluar masuk kendaraan.
3) Tolak ukur dampak
a) Munculnya keresahan dan polemik dalam masyarakat yang dapat
diketahui melalui sejumlah pengaduan yang diterima dari masyarakat
mengenai operasional pabrik minyak kelapa;
b) Munculnya keluhan pengguna jalan tentang kemacetan yang kerap
terjadi di depan lokasi pabrik minyak kelapa.
4) Tujuan pengelolaan dampak
a) Menciptakan stabilitas lingkungan yang kondusif dalam masyarakat
dan dunia usaha dari berbagai gejolak sosial yang muncul;

IV-13
b) Meningkatkan pranata sosial atau norma yang telah berkembang di
dalam masyarakat.
5) Cara pengelolaan lingkungan
a) Melakukan pengelolaan operasional pabrik sesuai dengan ketentuan
keselamatan dan kesehatan yang telah ditetapkan;
b) Memberikan kesempatan kepada warga di sekitar lokasi pabrik;
c) Memper1ihatkan kepada masyarakat dan pengguna jalan di sekitar
lokasi kegiatan bahwa pengendalian arus lalu lintas kendaraan di
sekitar jalan Khatulistiwa telah dilakukan.
6) Lokasi pengelolaan lingkungan
Pengelolaan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa dan pada titik
masuk dan keluar area pabrik minyak kelapa.
7) Hasil Yang dicapai
a) Telah ada pemahaman pada sebagian besar masyarakat terutama
yang berada di lingkungan gang Masjid atas kegiatan operasional
pabrik kelapa yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya;
b) Arus lalu lintas jalan Khatulistiwa khususnya di depan area pabrik
minyak kelapa - Kelapa Jaya relatif lancar meski pada jam - jam sibuk.
8) Tindakan perbaikan pengelolaan
a) Diperlukan suatu pendekatan yang bersifat menyeluruh kepada
masyarakat yang merasakan dampak sosial dan segera
mengakomodasinya;
b) Melakukan pengecatan pada pagar dan penanaman tumbuhan
penghijau agar lingkungan di depan pabrik minyak kelapa terlihat lebih
asri.
9) Pemantauan lingkungan hidup
Berdasarkan prakiraan terhadap dampak lingkungan yang akan terjadi dari
kegiatan operasional pabrik minyak kelapa - Kelapa Jaya, maka dampak
lingkungan tersebut selain dilakukan upaya pengelolaan, maka perlu juga
dilakukan upaya pemantauan untuk mengetahui tingkat efektifitas pengelolaan
yang telah dilakukan. Adapun upaya pemantauan lingkungan hidup ini adalah
sebagai berikut:

Komponen fisik - kimia

IV-14
- Penurunan kualitas air permukaan
1) Jenis dampak
Terjadinya penurunan kualitas air permukaan sungai Kapuas yang
disebabkan effluent limbah cair.
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa
3) Tolak ukur dampak
a) Pengamatan kualitas air secara fisika seperti suhu, bau, dan wama
pada titik di sekitar.outletmilik pabrik minyak kelapa - Kelapa Jaya;
b) Membandingkan laporan hasil uji pada titik outlet dengan parameter
kualitas air berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah;
c) Kualitas air yang terjadi pada air permukaan di sungai Kapuas tidak
melampaui baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah Nemer 82
Tahun 2001 Mengenai Pemantauan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
4) Tujuan pemantauan dampak
Mempertahankan integritas air permukaan sungai Kapuas.
5) Cara pemantauan lingkungan
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah composit sampling
untuk selanjutnya dilakukan analisis sampling dan kemudian dibandingkan
dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Peraturan
Pemerintah Nornor 82 Tahun 2001 mengenai Pemantauan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
6) Lokasi Pemantauan Lingkungan
Pemantauan dilakukan di satu titik permukaan sungai Kapuas.
7) Hasil yang dicapai
Kualitas air permukaan berada di bawah baku mutu yang ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nemer 5 tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah.
8) Tindakan perbaikan pemantauan

IV-15
Perlu dilakukan pemantauan secara khusus dan kontinu terhadap air
permukaan sungai Kapuas kualitas air dapat diketahui tingkat
kensistensinya.
- Pencemaran permukaan sungai
1) Jenis dampak
Terjadinya pencemaran permukaan sungai Kapuas yang disebabkan
genangan minyak kelapa.
2) Sumber dampak
Pemiukaan air sungai Kapuas yang mengalami pasang tinggi.
3) Tolak ukur dampak
a) Tingkat sebaran genangan minyak kelapa di atas permukaan sungai:
b) Besaran tlngkat pencemaran dan dampaknya terhadap kelangsungan
hidup biota sungai;
c) Tingkat kerusakan estetika permukaan sungai akibat material minyak
yang mengapung.
4) Tujuan pemantauan dampak
a) Melakukan antisipasi adanya penyebaran dampak primer sehingga
kualitas lingkungan yang menurun dapat dilokalisir hanya pada area
operasional pabrik minyak kelapa;
b) Melakukan secara cepat dan tepat genangan minyak yang lepas ke
badan air penerima agar tetap berada di bawah baku mutu yang telah
ditetapkan.
5) Cara pemantauan lingkungan
a) Melakukan pengurasan dan pemeriksaan secara rutin terhadap tangki
penampung minyak kelapa olahan agar tidak bocor dan memiiki
penutup tetap kedap air;
b) Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap pempa yang
memindahkan minyak hasil produksi dari tangki produksi menuju
tangki timbun;
c) Melakukan pemeriksaan terhadap kondisi tanggul beton di sekeliling
pabrik dan tangki pendam untuk mencegah genangan minyak
keluardari areal pabrik.
6) Lokasi pemantauan lingkungan

IV-16
Pemantauan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001 RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Pada saat air sungai Kapuas terjadi pasang tinggi, fasilitas - fasilitas
pabrik dalam kondisi baik sehingga penceniaran minyak terhadap
badan air dapat dicegah;
b) Belum adanya keluhan masyarakat akibat genangan minyak kelapa
yang mengalir ke kawasan pemukiman.
8) Tindakan perbaikan pemantauan
a) Melakukan kerjasama dengan Badan Meteoi'ologi · dan Geofisika
Kalimantan Barat untuk mem. antau tingkat curah hujan dan kondisi
pasang surut sungai sehingga pemantauan dapat dilakukan dengan
lebih akurat;
b) Memiliki sistem tanggap darurat sebelum dan pasca pencemaran
sungai.
- Penurunan kualitas udara
1) Jenis dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara.
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
3) Tolak ukur dampak
a) Membandingkan laperan hasil uji udara ambient pada titik sampling
dengan parameter kualitas udara berdasarkan PP Nemer 41 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Ambien;
b) Membandingkan laporan hasil uji kebisingan pada titik sampling
dengan baku mutu tingkat kebisingan berdasarkan Kep MENLH Nomor
Kep. 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan;
c) Membandingkan laporan hasil uji bau pada titik sampling dengan baku
mutu tingkat kebauan berdasarkan Kep. MENLH No. Kep. 50/
MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
4) Tujuan pemantauan dampak
d) Mengukur kualitas udara yang mengalami penurunan seperti emisi gas
buang, kebisingan dan bau di lingkungan pabrik minyak kelapa dan

IV-17
areal di sekitar pabrik;
e) Menjadi panduan dalam menciptakan kualitas lingkungan kerja di
pabrik minyak kelapa agar sesuai dengan tingkat keselamatan dan
kesehatan kerja yang telah ditetapkan.
5) Cara pemantauan lingkungan
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah composit sampling
untuk selanjutnya dilakukan analisis sampling dan dibandingkan dengan
baku mutu berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu
Ambien, PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Ambien dan Kep.
MENLH No. Kep. 50/ MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
6) Lokasi pemantauan lingkungan
Pemantauan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001 RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Tingkat sebaran dampak primer akibat kualitas udara yang menurun
seperti emisi gas buang, kebisingan dan bau dapat dilokalisir hanya
pada area operasional pabrik minyak kelapa;
b) Pada pemantauan di lingkungan kawasan pemukiman, tidak terdapat
keluhan masyarakat akibat penurunan kualitas udara.
8) Tindakan perbaikan pemantauan
Perlu dilakukan penentuan titik sampling dan upaya pemantauan kualitas
udara minimal 6 (enam) bulan sekali oleh laboratorium lingkungan yang
telah terakreditasi;

- Potensi bahaya kebakaran


1) Jenis dampak
Terjadinya bahaya kebakaran.
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
3) Tolak ukur dampak
a) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 Tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan;

IV-18
b) Rekomendasi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pontianak Nomor:
590/46/ BK-DPUK/2008 Tanggal 26 September 2008 Tentang
Rekomendasl Alat - alat Pemadam Kebakaran.
4) Tujuan pemantauan dampak
a) Untuk memastikan kelaikan peralatan penanggulangan kebakaran (fire
protection equipment) seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
sehingga setiap saat dapat difungsikan dalam melakukan pengendalian
bahaya kebakaran;
b) Untuk memastikan kelaikan bangunan pabrik yang digunakan.
5) Cara pemantauan lingkungan
a) Bekerjasama dengan Sadan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Pontianak dalam melakukan pemeriksaan terhadap semua
peralatan pencegahan kebakaran (fire safety). Pemeriksaan dilakukan
agar sarana proteksi kebakaran laik fungsi dan sesuai dengan standar
yang telah dltetapkan
b) Melakukan sertifikasi bangunan pabrik agar laik fungsi terhadap
proteksi kebakaran yang diterbitkan oleh instansi terkait
6) Lokasi pemantauan lingkungan
Pemantauan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001 RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
7) Hasil yang dicapai
a) Peralatan pencegahan kebakaran (fire safety) di lingkungan pabrik dan
gudang belum terpenuhi;
b) Belum dilakukan upaya kerjasama dengan Sadan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak dalam pemeriksaan peralatan
penanggulangan kebakaran (fire protection equipment)
8) Tindakan perbaikan pemantauan
a) Pertu dilakukan penambahan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) pada
bagian gudang;
b) Pertu dibertakukan larangan merokok di dalam lingkungan pabrik
karena sebagian besar bangunan pabrik masih menggunakan
konstruksl kayu dan slrkulasi udara di dalam pabrik relatif terbatas.

IV-19
- Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1) Jenis dampak
Timbulan limbah Bahan Berbahaya dan 8eracun (B3)
2) Sumber dampak
Kegiatan operasional pabrik minyak kelapa.
3) Tolak ukur dampak
a) Tidak adanya tumpahan limbah oli bekas di lokasi Kegiatan atau ruang
genset selama beroperasinya generator set tersebut;
b) Adanya penampungan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
sementara seperti drum yang tertutup.
4) Tujuan pemantauan danipak
a) Untuk mempertahankan kualitas lingkungan selama beroperasiny
pabrik minyak kelapa - Kelapa Jaya;
b) Agar Timbulan limbah Bahan Berbahaya dan 8eracun (B3) tidak
menjadi beban tambahan lingkungan akibat tidak dikelola dengan baik.
5) Cara pemantauan lingkungan
Melakukan pencatatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang
dihasilkan dalam bentuk Neraca LimbahB.
6) Lokasi pemantauan lingkungan
Pemantauan· dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa yakni Jalan
Khatulistiwa, RT 001 RW 016, Kelurahan Batulayang, Kecamatan
Pontianak Utara.
- Gangguan lalu lintas
1) Jenis dampak
Peningkatan gangguan lalu lintas
2) Sumber dampak
Aktivitas keluar masuk kendaraan.
3) Tolak ukur dampak
a) Terjadinya kemacetan arus lalu lintas di dua arah pada titik keluar
masuk kendaraan;
b) Tingkat kecelakaan yang terjadi di jalan Khatulistiwa depan area pabrik
minyak kelapa.
4) Tujuan pemantauan dampak
a) Untuk memantau besaran dampak kegiatan keluar masuk kendaraan

IV-20
terhadap kelancaran dan kenyamanan lalu lintas;
b) Untuk mencari pola lalu lintas yang tepat jika besaran dampak
kegiatan keluar masuk kendaraan cukup besar
5) Cara pemantauan lingkungan
a) Mengumpulkan data tentang jumlah insiden dan atau kecelakaaan lalu
lintas yang terjadi di jalan Khatulistiwa khususnya pada pada titik
keluar masuk kendaraan;
b) Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan lnformatika
Kota Pontianak untuk mendapatkan informasi volume kendaraan yang
melewati sekitar jalan Khatulistiwa.
6) Lokasi pemantauan lingkungan
Pemantauan dilakukan pada titik masuk dan keluar area pabrik minyak
kelapa.
7) Hasil yang dicapai
Jumlah insiden dan atua kecelakaan lalu lintas di jalan Khatulistiwa
khususnya pada titik keluar masuk kendaraan; relatif rendah;
8) Tindakan perbaikan pemantauan
Pemantauan yang dilakukan terhadap kegiatan keluar masuk kendaraan
sudah cukup baik.
Komponen sosial dan ekonomi
- Sikap dan persepsi masyarakat
9) Jenis dampak
Perubahan sikap dan persepsi masyarakat
10) Sumber dampak
a) Operasional pabrik;
b) Rekrutmen tenaga kerja;
c) Aktivitas keluar masuk kendaraan.
11) Tolak ukur dampak
a) Munculnya keresahan dan polemik dalam masyarakat yang dapat
diketahui melalui sejumlah pengaduan yang diterima dari masyarakat
mengenai operasional pabrik minyak kelapa;
b) Munculnya keluhan pengguna jalan tentang kemacetan yang kerap
terjadi di depan lokasi pabrik minyak kelapa.
12) Tujuan pemantauan dampak

IV-21
Untuk mendapatkan besaran dampak sosial yang terjadi akibat kegiatan
operasional pabrik minyak kelapa, rekrutmen tenaga kerja yang dilakukan
dan aktivitas keluar masuk kendaraan;
13) Cara pemantauan lingkungan
Melakukan pengumpulan data langsung dari masyarakat yang bennukim
di sekitar lingkungan pabrik minyak kelapa dan pengguna jalan.
14) Lokasi pemantauan lingkungan
Pemantauan dilakukan di lingkungan pabrik minyak kelapa dan pada titik
masuk dan keluar area pabrik minyak kelapa.
15) Hasil yang dicapai
a) Tingkat persepsi masyarakat yang bennukim di lingkungan pabrik
minyak kelapa relatif baik;
b) Jumlah keluhan atas aktivitas keluar masuk kendaraan sangat rendah.
16) Tindakan perbaikan pemantauan
Pemantauan yang dilakukan terhadap potensi dampak perubahan sikap di
dalam masyarakat sudah cukup baik.

Peningkatan limbah padat


Adanya peningkatan limbah padat dengan besaran dampak yang ditimbulkan
berada pada TPS limbah padat di lingkungan kegiatan dermaga, gudang, kantor
dan sarana prasarana linnya pada proses kegiatan operasional terminal khusus.
Selain limbah padat yang berasal dari aktivitas karyawan berupa sisa makanan
dan sisa plastik kemasan makanan dan minuman juga terdapat limbah padat
yang berasal dari kemasan barang hasil bongkar muat barang. Untuk
mengetahui prakiraan limbah padat pada kegiatan terminal khusus dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Prakiraan Limbah Padat Pada Kegiatan Terminal Khusus

Jenis Limbah Sumber Limbah Jumlah Limbah Total Limbah


Padat Dihasilkan Per Hari

Limbah Domestik
Sampah makanan 2 Kg
20 Karyawan 20 Org x 100 gr
dan minuman
Sampah Gudang Gudang 4 unit 4 X 10 kg 40 kg
Total 42 kg

Sumber: UKL-UPL PT Kelapa Jaya, 2018

IV-22
Gangguan lalu lintas pelayaran
Besaran dampak gangguan lalu lintas pelayaran pada kegiatan operasional
terminal khusus berupa alur pelayaran di Sungai Pawan pada saat
kapal/tongkang masuk dan merapat atau sandar ke dermaga. Untuk menghindari
terganggunya lalu lintas sungai di area kegiatan maka akan dilakukan
pemasangan rambu-rambu, lampu serta alat navigasi, selain mudah dikenali oleh
pengguna badan sungai juga akan lebih mudah dalam memilih jalur transportasi
di badan sungai.

Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha


Penerimaan tenaga kerja akan dilakukan dengan memperhatikan masyarakat
di Desa Suka Bangun sekitarnya dengan memperhatikan keahlian yang
diharapkan sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada dan berkoordinasi terlebih
dahulu ke pihak Desa Suka Bangun. Prosedur, proses penerimaan,dan
persyaratan tenaga kerja operasi dijelaskan secara transparan sehingga tidak
menimbulkan prasangka buruk dan berjalan dengan obyektif. Jika proses
penerimaan membutuhkan tes, maka proses yang ditempuh sesuai dengan
prosedur yang berlaku. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan, sesuai dengan
standar upah yang berlaku atau diperhitungkan terhadap keahlian dan resiko
yang diterima. Dalam Konteks tersebut perlakuan terhadap tenaga kerja
berpedoman pada aturan yang berlaku. Namun semaksimal mungkin beberapa
kualifikasi tenaga yang dibutuhkan diprioritaskan dari tenaga kerja setempat
sehingga akan menghindari kecemburuan social dan dampak-dampak negatif
yang dapat ditimbulkan. Tenaga kerja yanga dibutuhkan dan untuk selanjutnya
menyesuaikan perkembangan dan kapasitas Gudang dan Tangki timbun
nantinya. Tenaga kerja yang telah direkrut menjadi karyawan tetap akan
diberikan hak-hak karyawan dan diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan
dan Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan dari Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS).
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya guna
meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha adalah :

IV-23
a) Wawancara dengan penduduk setempat mengenai kesempatan kerja dan
berusaha dengan adanya kegiatan PT. Kelapa Jaya
b) Pengumpulan data mengenai jumlah tenaga kerJa local yang bekerja pada
perusahaan;
c) Pengamatan langsung di lapangan mengenai perkembangan peluang
berusaha di sekitar lokasi kegiatan.

IV-24
Peningkatan Pendapatan Masyarakat.
Meningkatnya pendapatan masyarakat setempat yang bekerja pada
perusahaan yang menerima gaji baik harian maupun bulanan. Selain itu, dengan
meningkatnya peluang usaha di sekitar lokasi kegiatan dapat memberikan
penghasilan bagi pelaku usaha sehingga dapat berdampak terhadap peningkatan
pendapatan masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya guna
meningkatkan pendapatan masyarakat adalah ;
a) Rekrutmen tenaga kerja dengan memprioritaskan masyarakat setempat
sesuai dengan kebutuhan perusahaan berdasarkan latar belakang
pendidikan, keterampilan, keahlian dan pengalaman kerja yang dimiliki;
b) Menerapkan system pembayaran upah/gaji tenaga kerja sesuai dengan
standar Upah Minimum Kota (UMK) dan/atau Upah Minimum Provinsi
{UMP).
c) Memprioritaskan belanja harian untuk kebutuhan logistic karyawan dan
perusahaan pada warung-warnng atau toko-toko milik masyarakat
setempat guna membantu kegiatan perekonomian lokal.
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya guna
meningkatkan pendapatan masyarakat :
a) Wawancara dengan penduduk setempat mengenai peningkatan
pendapatan masyarakat dengan adanya operasional TUKS dan Pabrik
Minyak Kelapa PT. Kelapa Jaya;
b) Pengamatan langsung di lapangan mengenai peningkatan pendapatan
masyarakat setempat yang bekerja pada perusahaan.
Persepsi dan Sikap Masyarakat
Dengan beroperasinya dermaga TUKS, penyimpanan sementara dan Pabrik
Minyak kelapa akan menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap
masyarakat. Adanya harapan untuk turut merasakan manfaat dari kehadiran
perusahaan seperti dapat bekerja pada perusahaan akan menimbulkan persepsi
positif masyarakat, namun harapan yang muncul ini jika tidak terakomodir
dengan baik akan berdampak negatif, munculnya kecemburuan sosial dan
ketidakpuasan masyarakat terhadap proses rekruitmen tenaga kerja dan tidak
terakomodirnya keinginan untuk dapat merasakan manfaat dari kehadiran
kegiatan perusahaan di wilayah mereka. Selain itu dengan adanya dampak

IV-25
negatif terhadap lingkungan dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan seperti
dampak terhadap penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan dari
operasional mesin dan peralatan serta penurunan kualitas air permukaan akan
menimbulkan persepsi dan sikap masyarakat yang negatif, apalagi dampak-
dampak tersebut sampai mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat di sekitar
lokasi kegiatan.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya untuk
meningkatkan persepsi dan sikap masyarakat yang positif adalah:
a) Melakukan pendekatan persuasif, partisipatif dan kekeluargaan kepada
warga dan tokoh masyarakat setempat terkait adanya operasional TUKS
dan Pabrik Minyak Kelapa.
b) Memfasilitasi dan mengakomodasi segenap saran, pengaduan dan harapan
masyarakat setempat yang terkena dampak seperti pengadaan kotak saran
dan/atau dengan melakukan musyawarah dan mufakat;
c) Mengakomodasi tenaga kerja setempat dengan memberi kemudahan bagi
masyarakat setempat untuk menjadi tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan perusahaan;
d) Melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai
bentuk peran serta perusahaan terhadap Kegiatan sosial kemasyarakatan
seperti memberikan bantuan pembangunan sarana dan prasarana untuk
kepentingan umum sesuai dengan kemampuan pihak perusahaan seperti
pembangunan tempat ibadah, mandi cuci kakus (MCK) umum, pengadaan
sarana air bersih umum, perbaikan jalan lingkungan desa;
e) Berkoordinasi dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat, aparatur desa
dan kecamatan setempat serta instansi terkait dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang terjadi terkait dengan adanya kegiatan
operasional PT. Kelapa Jaya
Kecelakaan Kerja
Kegiatan operasional terminal khusus menimbulkan kecelakaan kerja pada
saat kegiatan operasional berlangsung. Hal ini bersumber dari besaran dampak
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 orang
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya untuk
meminimalisir kecelakaan kerja adalah:

IV-26
a) Guna keselamatan lalu lintas dengan adanya kendaraan keluar masuk di
lokasi kegiatan, sehingga perlu adanya pemasangan warning light atau jika
perlu menempatkan petugas dalam mengatur keluar masuk kendaraan ke
lokasi keglatan;
b) Mewajibkan kepada seluruh tenaga kerja/karyawan untuk menggunakan
fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan/atau alat pelindung diri
(APD) dalam melaksanakan pekerjaan guna menghindari terjadinya
cedera yang lebih parah akibat kecelakaan kerja seperti topi pengaman
(helm), pelindung telinga, pelindung muka, masker, sarung tangan dan
sepatu kerja;
c) Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) guna mencegah terjadinya
kobaran api.
d) Tidak merokok pada area yang berpotensi meaimbulkan kebakaran.
e) Menerapkan sanksi yang tegas kepada karyawan/tenaga kerja yan tidak
menggunakan fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada saat
melakukan aktivitas pekerjaan
f) Memberikan penyuluhan dan peringatan secara rutin kepada setiap pekerja
untuk selalu mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
g) Memasang himbauan di lokasi kegiatan untuk selalu berhati-hati dalam
melakukan pekerjaan dan selalu menggunakan fasilitas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3).
i) Menyediakan fasilitas dan perlengkapan standar untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3);
j) Memberikan pelayanan kesehatan atau pengobatan secara dini apabila
terjadi kecelakaan kerja;
k) Mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ketenaga kerjaan dan program Sadan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan.
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan PT. Kelapa Jaya guna
mengatasi kecelakaan kerja adalah melakukan wawancara langsung dengan
karyawan/tenaga kerja rnengenai kece!akaan kerja yang pernah terjadi.
Tingkat Kesehatan Masyarakat

IV-27
Munculnya gangguan kesehatan pada masyarakat dan pekerja proyek karena
adanya dampak penurunan kualitas udara dan kebisingan serta penurunan
kualitas air permukaan, seperti gangguan sistem pernafasan/lSPA dan diare.
Upaya Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
guna meningkatkan kesehatan masyarakat adalah ;
a) Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekitar lingkungan
kerja dan mewajibkan kepada seluruh karyawan untuk menggunakan
fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan/atau alat pelindung diri
(APD) dalam melaksanakan setiap kegiatan;
b) Memberikan peringatan keras bagi karyawan yang tidak mengindahkanya
dengan mendapat sanksi;
c) Menyediakan fasilitas dan perlengkapan standar untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan (P3K) di setiap bangunan emplasemen
perusahaan seperti kantor dan mess karyawan;
d) Pengadaan sarana air bersih untuk kebutuhan domestik karyawan
perusahaan serta bagi masyarakat setempat yang terkena dampak;
e) Memberikan pelayanan kesehatan atau pengobatan secara dini apabila
telah terjadi gejala timbulnya penyakit terkait dengan dampak yang
disebabkan oleh kegiatan perusahaan;
f) Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala setiap 6 (enam) bulan
sekali untuk cek lengkap, terutama untuk kesehatan paru-paru dan
pemeriksaan, pendengaran yang dikarenakan oleh kebisingan operasional
TUKS dan pabrik minyak kelapa.
g) Melakukan koordinasi dengan puskesmas setempat dalam upaya
menanggulangi dampak terhadap tingkat kesehatan.
h) Mengikut sertakan seluruh karyawan dalam program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenaga kerjaan dan program Badan
Penyelenggara jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan,
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
guna meningkatkan kesehatan masyarakat adalah mengamati secara
langsung di lapangan, wawancara dengn masyarakat mengenai penyakit yang
sering diderita masyarakat, pengumpulan data sekunder dari puskesmas
setempat.

IV-28
2. Pemeliharaan sarana dan prasarana terminal khusus beserta alat-
alat operasional
Peningkatan volume limbah padat
Perkiraan jenis limbah padat yang akan dihasilkan dari kegiatan terminal
khusus PT Kelapa Jaya berupa sampah dihasilkan dari sisa konsumsi karyawan
berupa sampah domestik seperti botol minuman kemasan plastik, kaleng dan
kaca, serta sisa kemasan makanan dan sisa makanan. Selain itu, limbah padat
juga dihasilkan dari guguran daun dari pohon-pohon yang ditanam pada Ruang
Terbuka Hijau (RTH). Agar memudahkan dalam penanganan sampah
domestik direncanakan akan dibuat tempat pembuangan sampah
organik/basah dan anorganik/kering di dalam lingkungan serta ditempatkan pada
tempat-tempat yang diprakirakan berpotensi dihasilkannya limbah padat. Untuk
penanganan sampah organik akan dilakukan penimbunan sebagai kompos,
sedangkan sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis akan dilakukan
kerjasama dengan pengarnbil/penampung barang bekas.
Untuk mengetahui ilustrasi TPS sampah terpilah dan penanganan limbah
padat dilokasi terminal khusus PT Kelapa Jaya dapat dilihat pada Gambar 3.17
dan Garnbar 3.18.

Gambar 4.1 Ilustrasi TPS Terpilah Sampah Organik dan Anorganik

IV-29
Limbah Padat
(Sisa kemasan minuman plastik, kaleng dan kaca, sisa kemasan
makanan dan sisa makanan serta guguran daun)

Sampah Anorganik Sampah Organik


(Kemasan Plastik, Kaleng dan kaca) (sisa kemasan makanan dan sisa
makanan serta guguran daun)

TPS sampah Anorganik TPS sampah organik

Kerjasama dengan pihak ketiga, TPS sampah organik


pengambil/pengepul barang
bekas

TPS sampah organik

TPS sampah organik

Gambar 4.2 Diagram Alir Penanganan Limbah Padat

Peningkatan limbah cair


Limbah cair domestik adalah limbah dalam bentuk cair yang dihasilkan oleh
kegiatan operasional perkantoran dan kantin. Sumber limbah cair tersebut antara
lain berasal dari limbah toilet. Untuk mengantisipasi pencemaran air sungai oleh
MCK, maka air buangan yang berasal dari aktivitas domestik direncanakan akan
dikelola dengan sistem on site sanitation, yaitu melalui saluran tertutup septic

IV-30
tank dan rembesan. Bila diibaratkan ada dua limbah limpasan dari toilet atau WC
yakni Gray water dan black water, untuk gray water yang berasal dari saluran air
mandi saja akan dialirkan ke saluran drainase. Kemudian untuk black water yang
berasal dari limbah closet langsung dialirkan ke septic tank tank tanpa harus
dialirkan ke badan air. Air limbah yang berasal dari saluran air mandi akan
dibuang ke saluran drainase melewati filter/ drill sebelum ke badan air
permukaan. Filter/drill berfungsi sebagai pengendali sedimen sehingga limbah
cair yang akan dialirkan/ dibuang ke selokan relatif lebih bersih.
Rincian kebutuhan air untuk kebutuhan domestik karyawan selama bekerja di
dalam pabrik yaitu 10 liter per orang per hari (Berdasarkan Kriteria Perencanaan
Ditjen Cipta Karya (1996), sehingga untuk 31 orang tenaga kerja yang
menjalankan operasional pabrik setiap harinya membutuhkan air sebanyak 310
liter/hari. Seperti diketahui bahwa 70 % dari kebutuhan air bersih untuk
karyawan pabrik akan berpotensi menjadi air limbah sehingga dapat diprakirakan
bahwa limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas domestik karyawan pabrik
adalah sebesar 217 liter per hari. Selain itu air juga digunakan untuk
pembersihan peralatan dan areal kerja sebesar 100 liter/hari dan 50 liter per
hari.
Prakiraan volume limbah cair yang dihasilkan didapat dari hasil perhitungan :
(31 orang x 10 liter/orang) x 70 % = 217 liter/hari
Total limbah cair adalah 100 liter/hari (pembersihan areal kerja) + 217
liter/hari = 317 liter/hari.

Limbah Cair
(kamar mandi, WC/Toilet)

WC/Toilet Kamar mandi

Pemeriksaan Setiap
bulan

Septic Tank Saluran Drainase Pembuangan

Bak Kontrol
Penyedotan Rutin Setiap 6 Bulan Sungai Pawan
– 1 Tahun Sekali

IV-31
Gambar 4.3 Diagram Alir Penanganan Limbah Cair

Peningkatan volume limbah B3


Limbah yang dihasilkan dari operasional TUKS dan Pabrik Minyak Kelapa yang
tergolong Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada umumnya terdiri dari
Oli/Minyak pelumas bekas, kain majun, bola lampu bekas, accu bekas dan
baterai remote. Limbah B3 ini akan di kumpulkan sementara ditempat yang
sudah disiapkan khusus untuk jenis limbah B3 serta disesuaikan dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 Tentang
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun, Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999
tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. Sedangkan tata laksana
perijinan dan pengawasan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
akan mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun
2009 Tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah
bahan berbahaya dan beracun serta pengawasan pemulihan akibat pencemaran
limbah bahan berbahaya dan beracun oleh pemerintah daerah. Masa
penyimpanan sementara limbah B3 ini maksimal 90 hari dan selanjutnya
disalurkan ke pengumpul yang telah memiliki izin dari Kementerian Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengolahan Limbah bahan Berbahaya
dan Beracun. Tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan limbah B3
dilakukan ses uai dengan yang telah disyaratkan pada Keputusan Bapedal Nomor
1 Tahun 1995.
PT. Kelapa Jaya akan mengalokasikan ruang dengan ukuran 4 m x 5 m
atau seluas 20 m2 sebagai lokasi TPS Limbah B3 yang berdampingan dengan
lokasi workshop. Sedangkan untuk mengantisipasi tumpahan minyak di lokasi
Terminal khusus akan dibangun oil trape 3 (tiga) tingkatan kolam dengan
perawatan secara berkala. Limbah B3 dari kegiatan operasional Terminal khusus
PT. Kelapa Jaya bersumber dari perawatan kendaraan operasional dan alat
berat, pengantian bola lampu penerangan di dalam lingkungan terminal
khusus, catrige printer dan botol kemasan tinta printer bekas dari aktivitas

IV-32
kantor. Untuk mengetahui potensi limbah B3 yang dihasilkan dari aktivitas
Terminal khusus PT Kelapa Jaya dapat dilihat pada Tabel berikut

Limbah B3 Jenis Limbah B3 Sumber Limbah B3


Oli Bekas Cair Perawatan kendaraan operasional, dan alat berat
Filter Oli Padat Perawatan kendaraan operasional dan alat berat
Kain Majun Padat Perawatan kendaraan operasional, alat berat dan mesin genset
Bola Lampu Padat Lampu penerangan di lingkungan terminal khusus
Catridge Printer Padat Aktivitas kantor
Botol Kemasan Tinta Padat Aktivitas kantor

Tabel 4.3 Potensi Limbah B3 Aktivitas Terminal khusus PT Kelapa Jaya ·

Semua limbah B3 yang dihasilkan dari operasional terminal khusus PT Kelapa


Jaya tersebut dikumpulkan dalam gudang penyimpanan sementara sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Limbah bahan berbahaya dan Beracun. Tempat
penyimpanan sementara limbah B3 yang akan dibangun akan memenuhi kriteria-
kriteria sebagaimana dipersyaratkan di dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor
1 Tahun 1995 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan
Pengumpulan Limbah Bahan berbahaya dan beracun antara lain:
- Memiliki rancang bangunan dan luas ruang penyimpanan yang sesuai
dengan
jenis, karakteristik dan jum.lah limbah B3 yang dihasilkan/ akan
disimpan;
- Terlindung dari masuknya air hujan baik secara langsung maupun tidak
langsung;
- Dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai
untuk
mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang penyimpanan, serta
memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung
atau
binatang kecil lainnya ke dalam ruang penyimpanan;

IV-33
- Memiliki sistem penerangan (lampu / cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional gudang dan inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kernasan
dengan
saklar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan;
- Dilengkapi dengan sistem penangkal petir;
- Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol)
sesuai dengan tata cara yang berlaku;
- Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat
dan
tidak retak.
Untuk pengumpulan limbah B3 yang tersimpan di TPS LB3, akan dilakukan
jalinan kerjasama dengan pihak ketiga yang merniliki izin pengumpulan dan
pengangkutan limbah B3, yang sebelumnya PT Kelapa Jaya akan melakukan
pengurusan Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
pada instansi terkait di lingkungan pemerintahan Kabupaten Ketapang. Untuk
mengetahui penanganan limbah B3 yang dihasilkan dari terminal khusus PT
Kelapa Jaya dapat dilihat pada berikut :

Limbah B3 Pelumas Bekas

Jerigen/Drum

Bola Lampu, filter, oli, TPS/LB3


kain majun, catridge
bekas, botol tinta printer

MoU dengan Pihak Ketiga


Yang Memiliki Izin
Pengumpulan dan
Pengangkutan Limbah B3

Gambar 4.4 Diagram Alir Limbah B3

Terkait adanya peningkatan limbah B3 dari kegiatan operasional terminal


khusus PT Kelapa Jaya telah melaksanakan tindakan dalam bentuk pengelolaan

IV-34
limbah B3. Salah satu bentuk pengelolaan yang telah dilaksanakan yaitu telah
memiliki izin penyimpanan lirnbah B3 dan pada tempat penyimpanan semantara
yang telah dialokasikan mengacu pada peraturan yang berlaku. Potensi limbah
B3 yang dihasilkan bersumber dari kegiatan operasional berupa pergantian
accu/aki bekas, oli bekas pergantian mesin, pergantian bola lampu juga kain
majun bekas perawatan pada alat/kendaraan operasional.
Limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan operasional antara lain oli bekas dari
pergantian oli mesin, kain majun dari perawatan mesinKendaraan, bola
lampu dari pergantian lampu penerangan di lingkungan kegiatan dan
pergantian accu/aki bekas . Beberapa sumber dan besaran dampak dari limbah
B3 yang dapat diprakirakan yaitu:
a) Oli bekas diprakirakan antara lain
• Alat Berat (20 liter/HM 500 jam/unit),
• Dump Truck (5 liter/5000 km),
b) Kain Majun diprakirakan sebanyak 10 kg/ bulan ,
c) Bola lampu diprakirakan sebanyak 3 bola lampu/6 bulan,
d) Accu/ Aki diprakirakan ± 2 pcs/2 tahun.
Kegiatan yang telah dilakukan pada Operasional Terminal khusus dimulai
dari tahap konstruksi dan operasi. Dampak yang telah terjadi pada saat kegiatan
operasional berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut:
4.1.3 Tahap Pasca Operasi
Sesuai dengan izin-izin yang telah dimiliki, PT. Kelapa Jaya dapat
mengoperasikan TUKS serta Pabrik Minyak Kelapa dengan waktu yang tidak ditentukan
kedepannya. Hal ini karena lahan lokasi beroperasinya kegiatan telah menjadi Surat
Hak Milik perusahaan, bangunan-bangunan yang ada telah memiliki Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) serta telah medapat surat rekomendasi dari pejabat pemerintahan
terkait.
Adapun Kegiatan pasca Operasi ini dilakukan perusahaan apabila pengoperasian
TUKS dan Pabrik Minyak Kelapa tidak menguntungkan secara finansial bagi
perusahaan pada suatu periode di masa depan nantinya. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka pada tahap pasca operasi ini perusahaan juga menyusun kebijakan-
kebijakan yang tidak merugikan pihak manapun dengan rincian sebagai berikut :
1. Sosialisasi Kepada Masyarakat

IV-35
Sebelum tahap pasca operasi berlangsung, pihak perusahaan kembali
melakukan sosialisasi kepada kelompok kecil masyarakat dengan menerapkan
pendekatan partisipatif atau participatory rural appraisal (pra) tentang hal-hal
yang berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja, demobilisasi peralatan
dan reklamasi akhir (Apabila diperlukan).
2. Pemutusan Hubungan Kerja
Konsekuensi logis dengan berakhirnya operasional nantinya adalah adanya
pemutusan hubungan kerja karyawan yang sebelumnya ikut bekerja dalam
kegiatan di TUKS dan Pabrik Minyak Kelapa. Dalam hal ini PT. Kelapa Jaya akan
tetap mengacu kepada prosedur pemutusan hubungan kerja yang diatur dalam
Undang-Undang Ketenaga kerjaan (UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 tahun 1996
tentang Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang
Pesangon, uang jasa dan Ganti Kerugian di Perusahaan). Kegiatan ini berpotensi
menimbulkan dampak potensial terhadap keresahan dan persepsi masyarakat
sehingga perlu ditelaah.
Berakhirnya operasional pabrik dan TUKS PT. Kelapa Jaya,
pengalihan/rasionalisasi tenaga kerja tidak dapat dihindari. Untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya dampak yang kurang baik dalam melaksanakan
pengalihan/rasionalisasi tenaga kerja akan dilakukan prosedur, antara lain :
Paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perkiraan berakhirnya kegiatan
operasional maka informasi dan sosialisasi pengurangan tenaga kerja
diperusahaan mulai dilakukan;
Mengadakan seleksi secara transparan dan objektif atas tenaga kerja yang
masih dibutuhkan perusahaan sampai kegiatan operasional benar- benar
berakhir terutama tenaga administratif dan tenaga pengawas; dan
Dalam mengadakan pemutusan hubungan kerja, pihak perusahaan akan
berpedoman terhadap ketentuan pemerintah yang berlaku dan
berkoordinasi dengan pemerintah yang dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja serta Serikat Pekerja yang ada di perusahaan
3. Pemanfaatan bangun yang sudah ada
Untuk menjaga keberlanjutan bangunan yang sudah ada maka perusahaan
membuat kebijakan agar Gudang-gudang yang ada dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk kepentingan lainnya yang dapat mendatangkan nilai ekonomis

IV-36
(Tidak untuk Bahan Berbahaya dan Beracun serta bahan-bahan yang dapat
menimbulkan ledakan). Sedangkan untuk tangki timbun akan dibahas lebih lanjut
dengan pihak berwenang yang terkait apabila diperlukan.
4. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Meningkatnya emisi gas buang dan debu ke udara dari lalu lintas kendaraan
angkutan yang akan membawa dan memindahkan mesin dan peralatan TUKS
dan Pabrik Minyak Kelapa yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah tidak
beroperasi lagi. Meningkatnya kebisingan dari aktivitas pembongkaran dan
pemindahan mesin dan peralatan yang ada.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
untuk mengatasi penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan sebagai
dampak dari demobilisasi peralatan adalah :
a) Membatasi kecepatan lalu lintas kendaraan pada saat melewati wilayah
pemukiman padat penduduk serta pengaturan jadwal lalu lintas kendaraan
pada kegiatan demobilisasi peralatan dengan menghindari waktu
meningkatnya aktivitas dari masyarakat setempat;
b) Penyiraman terhadap jalan terutama jalur demobilisasi peralatan
khususnya pada saat intensitas kegiatan meningkat dan pada saat musim
kemarau guna mencegah debu berterbangan ke udara.
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
untuk mengatasi penurunan kualitas dan peningkatan kebisingan sebagai
dampak dari demobilisasi peralatan adalah melakukan pengukuran dan
pengambilan sampel kualitas udara di lokasi kegiatan selanjutnya dianalisis di
laboratorium berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. Kep. 13/MENLH/31/1995 tentang Baku Mutu Emisi
Sumber Tidak Bergerak.
5. Sosialisasi Kepada Masyarakat
Sebelum tahap pasca operasi berlangsung, pihak perusahaan kembali
melakukan sosialisasi kepada kelompok kecil masyarakat dengan menerapkan
pendekatan partisipatif atau participatory rural appraisal (pra) tentang hal-hal
yang berhubungan dengan pemutusan hubungan kerja, demobilisasi peralatan
dan reklamasi akhir (Apabila diperlukan).

IV-37
6. Penurunan Kesempatan Kerja dan Berusaha
Konsekuensi logis dengan berakhirnya operasional nantinya adalah adanya
pemutusan hubungan kerja karyawan yang sebelumnya ikut bekerja dalam
kegiatan di Wilayah Pabrik Minyak Kelapa. Dalam hal ini PT. Kelapa Jaya akan
tetap mengacu kepada prosedur pemutusan hubungan kerja yang diatur dalam
Undang-Undang Ketenaga kerjaan (UU No. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 31 tahun 1996
tentang Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang
Pesangon, uang jasa dan Ganti Kerugian di Perusahaan). Kegiatan ini berpotensi
menimbulkan dampak potensial terhadap keresahan dan persepsi masyarakat
sehingga perlu ditelaah.
Berakhirnya operasional Kompleks Pabrik Pengolahan Kelapa dan TUKS PT.
Kelapa Jaya, pengalihan/rasionalisasi tenaga kerja tidak dapat dihindari. Untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya dampak yang kurang baik dalam
melaksanakan pengalihan/rasionalisasi tenaga kerja akan dilakukan prosedur,
antara lain :
Paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perkiraan berakhirnya kegiatan
operasional maka informasi dan sosialisasi pengurangan tenaga kerja
diperusahaan mulai dilakukan;
Mengadakan seleksi secara transparan dan objektif atas tenaga kerja yang
masih dibutuhkan perusahaan sampai kegiatan operasional benar- benar
berakhir terutama tenaga administratif dan tenaga pengawas; dan
Dalam mengadakan pemutusan hubungan kerja, pihak perusahaan akan
berpedoman terhadap ketentuan pemerintah yang berlaku dan
berkoordinasi dengan pemerintah yang dalam hal ini Departemen Tenaga
Kerja serta Serikat Pekerja yang ada di perusahaan
7. Penurunan Pendapatan Masyarakat
Dampak terhadap penurunan pendapatan masyarakat karena tidak lagi
menerima gaji baik harian maupun bulanan dari perusahaan karena terjadinya
pemutusan hubungan kerja.
Upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
guna mengurangi dampak penurunan pendapatan masyarakat adalah :
a) Memberikan pesangon dan uang penghargaan atas jasa pengabdian pada
perusahaan secara wajar dan sesuai dengan peraturan dan perundang-

IV-38
undangan yang berlaku bagi para pekerja yang akan dilakukan pemutusar.
hubungan kerja {PHK).
b) Apabila dipandang perlu sebaiknya memberikan pendidikan dan pelatihan
kewirausahaan/bimbingan usaha kepada karyawan yang ,akan dilakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK), agar dapat menjalankan usaha lainnya
setelah tidak bekerja lagi pada kegiatan perusahaan.
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
untuk mengurangi dampak pemutusan hubungan kerja adalah melakukan
wawancara dengan penduduk setempat mengenai penurunan pendapatan
sehubungan dengan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

8. Persepsi dan Sikap Masyarakat


Persepsi negatif akan timbul apabila adanya kekecewaan tenaga kerja
terhadap proses pemutusan hubungan kerja dengan bayaran pesangon
yang_dirasakan masih belum memuaskan dan belum memenuhi rasa keadilan.
Upaya Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
guna mengurangi kekecewaan tenaga kerja yang di PHK adalah :
a) Melakukan pendekatan kekeluargaan kepada mantan karyawan yang
merasa Jirugikan dalam proses dan n.ekdnisme pemutusan hubungan kerja
(PHK);
b) Menyediakan media/sarana untuk memfasilitasi dan mengakomodasikan
segenap saran dan pengaduan yang datang dari masyarakat setempat;
c) Melakukan mekanisme pemutusan hubungan kerja (PHK) berdasarkan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
d) Berkoordinasi dan bekerja sama dengan aparatur desa dan kecamatan
setempat serta instansi terkait dalam _menyelesaikan berbagai
permasalahan yang terjadi terkait dengan adanya pemutusan hubungan
kerja (PHK).
Upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT. Kelapa Jaya
guna mengurangi kekecewaan akibat dari pemutusan hubungan kerja adalah
pemantauan langsung di lapangan dan wawancara dengan masyarakat

IV-39
setempat, aparatur desa dan kecamatan mengenai perkembangan persepsi dan
sikap masyarakat dengan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK).

IV-40

Anda mungkin juga menyukai