Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRODUKSI BARANG

Dosen Pengampu : Nuraisyiah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh: KELOMPOK 4

Nasrullah Asri (230901502012)


Nurul Musliha Asmalyani (230901501023)
Ita (230901501024)
Prisca Arrang Mangesa’ (230901501025)
Igustina (230901501026)

FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS UNIVERSITAS NEGERI
MAKASSAR 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Produksi".
Tujuan penulisan ini untukmemenuhi tugas dari Ibu Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi
penambah wawasan bagi pembaca serta bagi kami sendiri.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah pengantar ilmu
ekonomi. yang sudah mempercayakan tugas ini kepada kami, sehingga sangat membantu
kami untuk memperdalampengetahuan pada program studi yang sedang ditekuni.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah berbagi pengetahuannya
kepada kami, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, kami menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari
makalah ini.

Makassar, September 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI...............................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Arti dan Tujuan Produksi..............................................................................................4
2.2 Bidang dan Tahap Produksi..........................................................................................6
2.3 Faktor Produksi.............................................................................................................7
2.4 Fungsi Produksi.............................................................................................................8
2.5 Perluasan Produksi dan The Law Of Diminishing Marginal Returns.........................11

BAB III PENUTUP...................................................................................................................13


3.1 Kesimpulan...................................................................................................................13
3.1 Saran............................................................................................................................13
CONTOH KASUS....................................................................................................................14
1.3

Daftar Pustaka...........................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Produksi merupakan kegiatan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa.


Kegiatan
pokok ekonomi produksi dilakukan oleh produsen dalam rangka menghasilkan barang untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Produksi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan atau menambah nilai guna dari barang atau jasa. Jika pertambahan nilai guna
dilakukan tanpa merubah bentuk produk, maka disebut sebagai produksi jasa seperti jasa
konseling, jasa les pelajaran, jasa konsultan keuangan, dan sebagainya. Sementara
pertambahan nilai guna yang diikuti dengan perubahan bentuk produk disebut produksi
barang. Contoh produksi barang adalah sebagai berikut membangun rumah, membuat sepatu,
memasak nasi, dan lain-lainnya.

Dengan demikian, produksi mempunyai dua nilai pokok. Yang pertama untuk
menciptakan nilai guna barang atau jasa. Kedua, menambah nilai guna barang atau
jasa. Barang atau jasa hasil produksi ada yang bisa digunakan secara langsung
maupun tidak langsung. Biasanya hasil produksi yang tidak bisa langsung digunakan
diolah lagi untuk menjadi produk lain yang memiliki nilai lebih tinggi.

Pada hakikatnya, produksi adalah proses penciptaan ada penambahan nilai guna
dari barang atau jasa bentuk yang diikuti oleh penambahan manfaat, bentuk, waktu,
tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dari produksi tersebut memiliki
kemampuan lebih tinggi dalam memenuhi kebutuhan pemakainya.

Pada umumnya, produksi dari sudut pandang perusahaan bertujuan untuk


memperoleh keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, sebelum produksi
dilakukan, perlu dilakukan persiapan dan manajemen yang cermat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang menyebabkan produksi?
2. Apa saja usaha yang dilakukan untuk produksi?
3. Apa fungsi dari produksi?

3
BAB 11
PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Tujuan Produksi

1. Pengertian Produksi

a) Pengertian Sempit
Pengertian produksi dalam arti sempit, produksi merupakan separuh aktivitas yang
menciptakan produk berupa barang, bahan-bahan industri, bahan suku cadang
(komponen). Sehingga dalam pengertian sempit ini dapat kita lihat bahwa
produksi hanya kegiatan pengolahan Input di dalam suatu pabrik, sampai
menghasilkan Output (barang/jasa).

b) Pengertian Luas
Dalam pengertian luas produk merupakan tidak berbeda dengan aktivitas-aktivitas
dalam bidang industri. Sehingga pengertian produksi dalam arti luas ini sama
dengan istilah: industri manufaktur, industri pengangkutan, industri jasa keuangan
(bank dan lain-lain), industri perdagangan, industri pariwisata, industri
pertambangan, industri rumah sakit dan sebagainya. Dalam pengertian ini,
produksi bukan saja memproduksi barang saja, tetapi juga memproduksi jasa.

c) Pengertian Ekonomi
Pengertian produksi, jika dilihat dari sisi ekonomi adalah kegiatan yang
menyangkut usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility) yang
sudah berubah bentuk, tempat, waktu dan kepemilikannya. Sehingga menurut
hemat penulis, pengertian ekonomi ini lebih luas lagi dari pengertian luas
mengenai produksi di atas. Karena secara terminologi istilah memasukkan unsur-
unsur pemindahan tempat, waktu dan kepemilikan adalah bidang-bidang yang
disentuh oleh pengertian produksi menurut pengertian ekonomi tersebut. Sehingga
dalam pengertian ekonomi, bukan hanya mengikuti proses perubahan bentuk Input
menjadi Output saja, tetapi dalam koridor nilai tambah, maka pemindahan tempat,
waktu dan perubahan kepemilikan mengandung makna nilai tambah. Sebagai
contoh seorang pedagang membeli mie di kot aseharga Rp.750 ,- /bungkus
selanjutnya mie tersebut dijual di kampung dengan harga Rp 950, - /bungkus.
Kegiatan tersebut dalam perspektif ekonomi adalah kegiatan produksi, walaupun
kegiatan tersebut hanya perpindahan tempat dari kota ke kampung (desa) tanpa
merubah bentuk mie tersebut.

Proses yang merubah masukan atau Input tersebut dengan menggunakan sumber
daya perusahaan yang ada, menjadi Output (produk/barang atau jasa) adalah
termasuk dalam pengertian produksi. Contoh sederhana, dalam memproduksi
produk pisang goreng yaitu sebagai berikut:

 Input (Pisang, gula pasir, tepung, minyak goreng, kapuk, air dan lain-lain.)
 Proses (Adalah mengupas pisang yang selanjutnya pisang tersebut dimasukkan ke
dalam adonan (tepung, gula, kapuk, air dan lain-lain), kemudian digoreng.
 Output (Pisang goreng)

4
2. Tujuan Produksi
Adanya produksi barang dan jasa akan membuka lapangan kerja dan
meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang meningkat mendorong pertumbuhan
ekonomi yang akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran. Oleh karena itu tujuan
produksi, antara lain:
a) Menciptakan produk dengan kualitas yang Tinggi: Salah satu tujuan utama produksi
adalah menghasilkan produk atau barang yang berkualitas tinggi. Ini penting untuk
memenuhi harapan pelanggan dan mempertahankan reputasi perusahaan.

b) Efisiensi Operasional: Tujuan produksi seringkali mencakup upaya untuk


meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi segala sesuatu yang tidak penting,
dan meminimalkan biaya produksi. Hal ini dapat mengikat penggunaan teknologi
yang lebih baik, pengelolaan rantai pasokan yang lebih efisien, dan peningkatan
proses produksi.

c) Peningkatan Produktivitas: Meningkatkan kapasitas produksi adalah tujuan produksi


yang umum. Hal ini dapat menangkap peningkatan tingkat produksi, pengurangan
waktu siklus produksi, dan peningkatan kinerja karyawan.

d) Memenuhi Permintaan Pasar: Tujuan produksi juga mencakup memenuhi


permintaan pasar yang naik turun. Ini terkait dengan penyesuaian kapasitas produksi
sesuai dengan permintaan pelanggan, musim, atautren pasar

e) Peningkatan Inovasi: tidak sedikit perusahaan perusahaan menetapkan tujuan


produksi untuk terus-menerus meningkatkan dan menambah produk baru atau. Ini
membuat perusahaan tetap relevan di pasar yang berubah dengan cepat.

f) Keberlanjutan Lingkungan: Dalam era kesadaran lingkungan yang semakin


meningkat, tujuan produksi juga dapat mencakup kegiatan yang dilakukan untuk
meminimalisir dampak lingkungan dari proses produksi. Ini dapat melibatkan
penggunaan sumber daya alam yang lebih efisien, pengurangan limbah, dan
penggunaan energi terbarukan.

g) Keamanan dan Kesehatan Kerja: memastikan keamanan dan kesehatan kerja bagi
pekerja di tempat produksi merupakan tujuan produksi yang tidak kalah penting. Hal
ini termasuk mematuhi peraturan keselamatan dan menciptakan lingkungan kerja
yang aman.

h) Profitabilitas: Akhirnya, tujuan produksi yang paling mendasar adalah menghasilkan


Produk yang efisien dan berkualitas tinggi dapat membantu perusahaan mencapai
laba yang diinginkan.
Tiap perusahaan dapat memiliki kombinasi tujuan produksi yang berbeda sesuai
dengan visi, misi, dan strategi bisnisnya. Selain itu, tujuan produksi juga dapat

5
berubah seiring dengan berjalannya waktu untuk menyesuaikan dengan perubahan
dalam lingkungan bisnis dan permintaan pasar.

2.2 Bidang dan Tahap Produksi

1. Bidang-Bidang Produksi
Berdasarkan pengertian produksi, kegiatan yang dilakukan bidang produksi sangat
luas. Bidang produksi dikelompokkan berdasarkan kegunaan (utility) yang dihasilkan
meliputi:
a) Bidang Ekstraktif adalah Suatu bidang produksi yang bergerak dalam bidang
penggalian/pengambilan/pengerukan kekayaan alam yang ada di alam tanpa
mengubah sifat atau bentuk barangnya. Contoh: penambangan minyak, emas, bijih
besi, pengambilan pasir di sungai, penebangan kayu di hutan dan penangkapan ikan
laut.
b) Bidang Agraris adalah suatu bidang produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan
alam (tumbuhan dan hewan) untuk menghasilkan barang baru. Contoh: pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan darat.
c) Bidang Industri Manufaktur adalah produksi yang bergerak dalam bidang pengolahan
suatu bahan menjadi bentuk bahan/barang lain. Contoh: pabrik pengolahan kayu,
pabrik pengolahan hasil laut dan lain-lain.
d) Bidang Perdagangan adalah produksi yang bergerak di bidang jual-beli barang hingga
terjadi perpindahan hak milik barang tersebut. Contoh: pedagang keliling, toko
swalayan, agen, grosir, eksport-import.
e) Bidang Jasa adalah produksi yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Contoh: usaha
angkutan, perhotelan, perbankan, asuransi, salon dan lain-lain.

Ada banyak jenis usaha yang menggabungkan beberapa bidang produksi untuk
menciptakan produk atau layanan yang lebih kompleks. Ini sering disebut sebagai
usaha lintas sektoral atau usaha gabungan. Berikut beberapa contoh jenis usaha
semacam itu:

a) Restoran Farm-to-Table: Restoran ini menggabungkan sektor pertanian dengan sektor


makanan. Mereka mendapatkan bahan makanan langsung dari petani lokal dan
kemudian mengolahnya menjadi hidangan lezat untuk pelanggan mereka.
b) Pabrik Pengolahan Makanan: Pabrik pengolahan makanan menggabungkan sektor
pertanian dengan sektor manufaktur. Mereka mengambil bahan mentah dari pertanian
(seperti buah-buahan atau sayuran) dan mengolahnya menjadi produk makanan yang
lebih tahan lama, seperti sari buah atau makanan beku.
c) Perusahaan Energi Terbarukan: Perusahaan ini menggabungkan sektor energi dengan
sektor teknologi. Mereka memproduksi energi terbarukan seperti tenaga surya atau
angin dengan menggunakan teknologi khusus, seperti panel surya atau turbin angin.
Gabungan sektor-sektor ini menciptakan peluang untuk inovasi, pertumbuhan
ekonomi, dan penciptaan nilai tambah yang signifikan. Membuat koneksi antara
berbagai bidang produksi dapat membantu menciptakan produk atau layanan yang
lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi masyarakat.

1. Tahap Produksi

6
Bidang produksi terbagi atas bidang agraris, ekstraktif, industri, perdagangan dan
jasa. Bidang produksi tersebut jika diklasifikasikan menurut tahap produksi dibagi
atas tahapan produksi primer, sekunder dan tertier. Ada pun pengklasifikasian bidang
produksi berdasarkan tahapan produksi sebagai berikut:

a) Tahapan produksi primer, yang menghasilkan kegunaan dasar meliputi bidang


produksi ekstraktif dan agraris. Tahap ini melibatkan pengumpulan bahan mentah dari
sumber alam, seperti pertanian, pertambangan, perburuan, dan perikanan. Contohnya
termasuk penanaman tanaman, penggalian mineral, atau penangkapan ikan. Produk
dari tahap ini adalah bahan mentah yang akan digunakan dalam tahap produksi
berikutnya.

b) Tahapan produksi sekunder, yang menghasilkan kegunaan bentuk meliputi bidang


produksi industri dan kerajinan. Tahap ini adalah tahap di mana bahan mentah dari
tahap produksi primer diolah dan diubah menjadi barang jadi atau bahan baku yang
lebih kompleks. Ini termasuk proses manufaktur, seperti pengolahan makanan,
produksi mesin, dan perakitan produk. Produk dari tahap ini adalah barang jadi atau
komponen yang akan digunakan dalam tahap produksi berikutnya.

c) Tahapan produksi tersier, yang menghasilkan berbagai kegunaan (utility) meliputi


bidang perdagangan dan jasa. Tahap ini melibatkan penyediaan layanan dan dukungan
yang diperlukan selama siklus hidup produk atau untuk memfasilitasi perdagangan
dan distribusi. Contoh layanan termasuk pelayanan pelanggan, perawatan dan
perbaikan, transportasi, periklanan, dan sebagainya. Produk dari tahap ini adalah
layanan yang disediakan kepada pelanggan atau perusahaan.

2.3 Faktor Produksi

Faktor produksi adalah semua input yang dibutuhkan untuk terciptanya suatu
barang atau jasa (Tim Humas, 2018). Dalam teori ekonomi modern, sebagaimana
menurut Adam Smith, faktor produksi adalah terdiri dari empat komponen yakni
tenaga kerja (SDM), tanah atau sumber daya alam, modal, dan kewirausahaan.
Namun dalam teori ekonomi terbaru, para ekonom sepakat menambahkan sumber
daya informasi sebagai salah satu faktor produksi. Secara total, saat ini ada lima hal
yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya fisik,
kewirausahaan, dan sumber daya informasi (Tim Humas, 2018). Beberapa tujuan
dari faktor-faktor produksi (Yordian Novianus, 2023). yakni:
a) Memperlancar Proses Produksi
b) Meningkatkan Jumlah Keuntungan
c) Memenuhi Kebutuhan Konsumen
d) Menjaga Kualitas Produk

Berikut jenis-jenis faktor produksi:

1. Sumber Daya Alam


Sumber daya alam meliputi segala sesuatu yang ada dialam (tanah, laut, hutan,
dan sinar matahari, udara, serta air. Sumber daya alam juga sangat terbatas
jumlahnya, sehingga manusia harus pintar-pintar memelihara dan mengembangkan
supaya sumber daya alam yang ada tidak lekas rusak dan habis.

7
2. Tenaga kerja manusia
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh pebisnis akan membutuhkan tenaga kerja
yang tepat, sehingga semua bahan baku bisa diolah menjadi berbagai produk yang
dibutuhkan oleh konsumen dan dipasarkan secara luas (Yordian Novianus, 2023).
Dilihat tingkatannya, tenaga kerja manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga:
a) Tenaga kerja terdidik ialah tenaga kerja yang memerlukan pendidikan, contohnya
guru.
b) Tenaga kerja terlatih ialah tenaga kerja yang memerlukan pelatihan da pengalaman
praktik. Contohnya tukang kayu, tukang masak.
c) Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih ialah tenaga kerja yang mengandalkan
kekuatan jasmani dan rohani dan tidak memerlukan pelatihan ataupun pendidikan.
Contohnya petani, pesuruh, tukang sapu.

3. Modal
Pebisnis harus memiliki modal dalam jumlah yang memadai, sebab modal inilah
yang akan digunakan untuk pengadaan bahan baku dan juga membayar tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi. Jika modal tidak memadai, kegiatan
produksi atau pengadaan bahan baku bisa saja tersendat. Hal ini tentu akan secara
langsung menghambat kegiatan produksi, termasuk kegiatan bisnis secara
keseluruhan (Yordian Novianus, 2023). Berdasarkan kegunaannya, modal yang
digunakan dalam proses produksi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Modal Tetap, ialah barang-barang modal yang digunakan berkali-kali dalam proses
prduksi. Barang ini akan berangsur-angsur habis di dalam proses produksi.
b) Modal Lancar, ialah barang modal yang langsung habis atau sekali pakai dalam
proses produksi.

4. Kewiraswataan (kewirausahaan)
Kewirausahaan adalah faktor produksi berbentuk kemampuan manusia untuk
mengelola dan mengembangkan usaha dengan mengambil risiko dan mencari
peluang. Kewirausahaan meliputi inovasi, kreativitas, kepemimpinan, motivasi,
pengambilan keputusan, dan lain-lain (Tim Humas, 2023).

2.4 Fungsi produksi

Didalam proses memproduksi suatu produk tertentu pada prinsipnya dapat


dilakukan dengan mengkombinasikan tiga aspek yaitu bahan baku, sumber daya
manusia dan mesin beserta perlengkapannya. Sehingga dapat digambarkan seperti
berikut:

1. Proses penciptaan dan penambahan kegunaan atau faedah tersebut terbagi kedalam:
a) Manfaat Bentuk
Yaitu manfaat yang terjadi karena adanya perubahan bentuk. Misalnya: rotan
dibentuk menjadi kursi, meja dsb.
b) Manfaat waktu
Misalnya: jasa pergudangan
c) Manfaat Tempat .
Misalnya: Jasa tranportasi
d) Manfaat Milik

8
Misalnya: Jasa Perdagangan.

2. Proses Produksi
Proses produksi dapat digolongkan menjadi:
a) Proses Ekstraktif
Yaitu suatu proses produksi yang mengambil bahan-bahan langsung dari alam.
Misalnya: penambangan batubara, emas dan pengeboran minyak.
b) Proses Analitik
Yaitu suatu proses pemisahan dari suatu bahan menjadi beberapa macam barang yang
hampir menyerupai bentuk atau jenis aslinya. Misalnya penyulingan minyak.
c) Proses Sintetik
Yaitu suatu proses pengkombinasian beberapa bahan kedalam suatu bentuk produk.
Misalnya: perakitan mobil, televisi, dan obat.
d) Proses Pabrikasi
Yaitu proses yang mengubah sesuatu bahan menjadi beberapa bentuk. Misalnya:
pembuatan pakaian, mebel dan lain-lain.

Sifat-sifat proses produksi:


a) Continous Process (Proses terus menerus)
Yaitu proses produksi yang memiliki pola atau urutan yang pasti dan tetap tidak
berubah-ubah). Pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan ini akan
selalu sama antara pelaksanaan produksi waktu yang lalu, sekarang dan waktu yang
akan datang. Biasanya perusahaan yang melakukan proses ini akan memproduksi
produk standar dimana variasinya relatif kecil.
b) Intermitent Process (Proses Terputus-putus)
Yaitu proses produksi yang memiliki pola atau urutan yang tidak tetap (sering
berubah-ubah). Pola atau urutan pelaksanaan produksi dari waktu ke waktu dapat
berubah-ubah. Dalam hal ini tidak ada produk standar.

3. Tata Letak Produksi


Perusahaan senantiasa memerlukan perhatian pada tata letak produksi yang
disebabkan pada beberapa alasan, yaitu :
a) Adanya perubahan dari desain produk atau produk baru.
b) Adanya perubahan volume permintaan konsumen.
c) Telah usangnya fasilitas produksi yang ada.
d) Timbulnya kecelakaan kerja.
e) Adanya pemindahan lokasi perusahaan.
f) Lingkungan kerja yang kurang aman.
g) Untuk menghemat biaya.

Tipe-tipe Tata letak Produksi


a) Product Layout
Yaitu pengaturan fasilitas produksi secara berurutan sesuai dengan jalannya proses
produk sejak dari bahan mentah sampai dengan produksi selesai diproses. Jenis tata
letak ini biasanya digunakan untuk membuat produk secara masal.
b) Process layout
Yaitu cara pengaturan tata letak dimana mesin atau peralatan yang sama atau sejenis

9
dikelompokan pada satu tempat atau ruangan yang sama. Jadi tata letak ini bertitik
tolak pada kesamaan pekerjaan bukan pada urutan proses pekerjaan. Jenis tata letak
ini digunakan pada perusahaan dimana proses produksinya terputus-putus (untuk
pesanan) bukan untuk standar.

Tata letak (layout) dari proses produksi perlu untuk direncanakan untuk
menemukan format layout yang mampu memberikan biaya produksi yang minimal.
Jeff Madura (2001) menyebutkan bahwa dalam merancang layout produksi perlu
memperhatikan hal-hal berikut ini.
a) Karakteristik lokasi
Dalam penentuan layout produksi, karakteristik dari lokasi bisnis ikut menentukan.
Misalnya jika lokasi tempat bisnis terdapat didaerah yang harga tanah (lahan) mahal,
maka layout produksi dapat dirancang dengan memanfaatkan gedung tingkat tinggi
agar mengurangi kebutuhan lahan. Kemudia layout proses produksi tentunya akan
mengikuti kondisi bangunan yang ada.
b) Proses produksi
Layout produksi ditentukan pula oleh proses produksi yang digunakan. Jika akan
digunakan operasi jalur produksi (Assembly line), maka semua pekerjaan harus
berada pada tempat yang berdekatan. Misalnya satu orang membuat komponen,
selanjutnya orang lain merakit komponen, dan selanjutnya orang yang mengemas
komponen.
c) Jenis Produk
Layout produksi juga ditentukan oleh jenis produk yang diproduksi. Untuk produk
tertentu membutuhkan layout tersendiri, jika kemudian terjadi perubahan jenis
produk, maka dengan sendirinya layout produksi juga mengikuti jenis produk yang
bare.
d) Kapasitas produksi yang dinginkan
Ketika merencanakan rancangan tata letak, kapasitas produksi yang diinginkan oleh
perusahaan harus juga dipikirkan.

4. Pengendalian Produksi
Setelah proses produksi berjalan, kadangkala terjadi penyimpangan atau hal-hal
yang kurang sesuai dengan maksud perencanaan produksi. Maka untuk mengatasi
hal-hal tersebut hams dilaksanakan pengendalian produksi atau pengawasan
produksi. Tahap-tahap didalam pengendalian produksi adalah sebagai berikut:
a) Planning
Yaitu untuk menentukan produk apa dan berapa banyak akan diproduksikan dan
disini juga direncanakan seluruh kegiatan produksi mulai saat masuknya bahan
mentah sampai produk selesai dibuat.
b) Routing
Yaitu pedoman pelaksanaan proses produksi, yaitu unit-urutan penyelesaian pekerjaan
dari mulai bahan mentah sampai produk selesai.
c) Schedulling
Yaitu penentuan kapan suatu pekerjaan hams dimulai dan kapan hams seslesai.
d) Dispatching
Yaitu merupakan perintah untuk mulai bekerja kepada para karyawan.
e) Follow Up
Merupakan tindak lanjut dalam urutan proses produksi untuk menjaga agar Routing.

10
Beberapa jenis pengendalian proses produksi adalah:
a) Pengendalian pesanan (Order Controll)
Maksudnya adalah pengendalian yang bertujuan untuk menjaga agar produk yang
dibuat sesuai dengan pesanan atau order yang telah masuk. Jika terjadi
ketidaksesuaian antara produk akhir dengan pesanan, maka hams secepatnya
dilakukan penyesuaian agar tidak mengecewakan pemesan. Biasanya dilakukan
padaperusahaan yang menggunakan jenis proses produksi Intermittent Process (proses
terputus-putus)
b) Pengendalian Arus (Flow Controll)
Adalah pengendalian yang menekankan pada arus dari proses produksi itu sendiri.
Kelancaran dari anus proses produksi dalam hal ini sangat diperhatikan. Sering
digunakan pada jenis proses produksi Continous Process.
c) Pengendalian Beban (Loan Controll)
Adalah pengendalian yang menitikberatkan pada beban yang hams dilaksanakan
masing-masing bagian dalam perusahaan, terutama pada bagian yang mempunyai
kegiatan yang paling padat.
d) Pengendalian Blok (block Controll)
Yaitu pengendalian yang memfokuskan pada pengelompokan jenis pesanan yang
masuk pada jenis yang mempunyai penyelesaian proses produksi yang sama atau
hampir sama. Tujuannya adalah agar tercapai stabilitas tingkat produksi pada masing-
masing bagian.
e) Pengendalian Proyek Khusus (Special Project control)
Pengendalian ini pada dasarnya merupakan salah satu bentuk khusus dari
pengendalian pesanan (order control) Pengendalian ini biasanya dilakukan pada
proyek-proyek besar seperti pembuatan jalan, reacto nuklir, peluncuran roket, dsb.
Pengendalian ini harus dilakukan secara cermat sekali. Oleh karenanya pekerjaan
harus dibagi-bagi dalam sub- sub bagian pekerjaan.

2.5 Perluasan Produksi dan The Law Of Diminishing Marginal Returns

Perluasan produksi mengandung arti memperluas dan meningkatkan produksi


dengan masksud untuk meningkatkan produk baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Peningkatan produk secara kuantitatif dapat berarti peningkatan dalam
jumlah produk, sedangkan secara kualitatif dapat berarti peningkatan dalam jenis
dan mutu produk. Ada beberapa alasan mengapa perlunya perluasan produksi, antara
lain sebagai berikut:

a) Karena adanya kebutuhan manusia yang terus berkembang baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Berkembangnya kebutuhan manusia itu antara lain disebabkan oleh :
1) Jumlah penduduk yang terus bertambah dari waktu kewaktu.
2) Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni serta peradaban
manusia.
b) Karena adanya barang-barang yang mulai aus, rusak, usang, ataupun musnah sehingga
perlu diganti atau ditambah dengan barang yang baru.
c) Karena adanya keinginan manusia untuk selalu meningkatkan kemakmuran atau antara
hidupnya.

Perluasan produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi dan

11
intensifikasi. Perluasan dengan eksentifikasi ialah perluasan produksi dengan cara
menambah unit produksi baru. Di dalam pertanian misalnya dengan menambah
areal, tenaga kerja, dan bibit tanaman. Di bidang industri, misalnya dengan
menambah gedung dan mesin produksi. Di bidang jasa angkutan, misalnya dengan
menambah mobil. Sedangkan perluasan dengan intensifikasi ialah perluasan
produksi yang dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas (kemampuan
menghasilkan) dari faktor produksi yang ada pada tiap unit produksi. Di bidang
pertanian, misalnya dengan pemupukan, dengan pengairan yang lebih intensif,
dengan penyuluhan pada petani, dengan pemilihan bibit unggul, dan dengan
pemberantasan hama. Di bidang industri, misalnya dengan pembagian kerja
(spesialisasi kerja), peningkatan kemampuan dan keahlian kerja, dengan perbaikan
manajemen, penggantian mesin lama dengan mesin yang lebih canggih, dan dengan
kerja sama antara perusahaan industri.

LAW OF DIMINISHING RETURN (Hukum Hasil Lebih yang Semakin


Berkurang) menyatakan bahwa: apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya
produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu
tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai
nilai negatif dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan
akhirnya mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun.

Perluasan produksi yang dilakukan dalam suatu bidang produksi dibatasi dengan
berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin menurun (The Law of
Diminishing Marginal Returns). Hukum yang dikemukakan David Ricardo ini pada
dasarnya menjelaskan bahwa“ Dibidang pertanian, penambahan tenaga kerja pada
sebidang tanah mula-mula akan memberikan tambahan hasil yang semakin
meningkat, tetapi setelah mencapai titik tertentu pertambahan tenaga kerja tidak
lagi memberikan tambahan hasil yang tidak sebanding”.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Produksi merupakan kegiatan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa.


Kegiatan
pokok ekonomi produksi dilakukan oleh produsen dalam rangka menghasilkan barang untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Produksi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
menciptakan atau menambah nilai guna dari barang atau jasa. Jika pertambahan nilai guna
dilakukan tanpa merubah bentuk produk, maka disebut sebagai produksi jasa seperti jasa
konseling, jasa les pelajaran, jasa konsultan keuangan, dan sebagainya.

Adanya produksi barang dan jasa akan membuka lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan. Tujuan faktor produksi adalah semua input yang dibutuhkan untuk terciptanya
suatu barang atau jasa (Tim Humas, 2018): Memperlancar Proses Produksi, Meningkatkan
Jumlah Keuntungan, Memenuhi Kebutuhan Konsumen, dan Menjaga Kualitas Produk.

13
CONTOH KASUS

Pakaian
Input: Bahan baku pakaian adalah kapas yang diolah menjadi kain.
PROSES s/d OUTPUT:

1. Design/Sketch: Dalam pembuatan baju, langkah pertama adalah membuat disain atau
seketsa. Yang melakukan tugas ini adalah designer. Seorang designer bertugas untuk
merancang baju dan menuangkan kreativitasnya ke dalam kertas sketsa. Kemudian sketsa
akan dianalisa oleh panel designer. Panel designer akan memilih beberapa design yang
terbaik dan kemudian design tersebut akan diproses untuk dibuatkan pola.

2. Pola Design: Seseorang yang bertugas untuk membuat pola design akan mengembangkan
pola pertama untuk didisain berdasarkan ukuran standar. Proses ini dibuat dengan metode
pola drafting dan tujuan pembuatan pola ini adalah untuk menciptakan sampel baju yang
kemudian akan di tes uji.

3. Pembuatan Sampel: Pola design yang telah jadi, dikirim ke unit penjahit untuk diproses
lebih lanjut. Pola tersebut dijahit pada belacu atau kain muslin. Sampel ini dibuat untuk
dianalisa antara kesesuaian pola dan design. Setelah sampel dijahit kemudian ditinjau oleh
panel designer, pembuat pola, dan penjahit untuk memastikan apakah ada perubahan atau
tidak. Atau sampel baju memang sudah siap untuk diproses lebih lanjut.

4. Produksi Pola Design: Setelah contoh pola sudah maka contoh pola tersebut diambil untuk
dibuatkan pola produksi. Pola produksi adalah pola yang akan digunakan untuk produksi
pakaian yang lebih banyak. Pattern maker membuat pola pada kertas pembuatan pola
standar yang terdiri dari berbagai kelas. Komponen paling penting, pola kertas tisu yang
terbuat dari kertas teringan dan tertipis yang bisa didapatkan ditempat umum (toko kain).
Pola baju dapat dibuat dengan dua cara : cara manual dan CAD/CAM. Sekarang ini
banyak pabrik baju yang mengembangkan metode CAD/CAM karena kemudahannya
dalam merancang pola dibandingkan dengan cara manual. Selain itu juga banyak pembeli
yang lebih memilih pabrik baju yang menggunakan medote CAD/CAM. Salah satu
kelebihan pola produksi yang dibuat dengan metode CAD/CAM adalah dapat disimpan
dengan mudah dan Anda juga dapat memodifikasi setiap kali Anda menginginkannya.

5. Grading: Tujuan dari grading adalah untuk menciptakan pola dalam ukuran standar yang
berbeda yaitu besar, sedang dan kecil atau ukuran standar lainnya (10, 12, 14, 16 dan
seterusnya). Pada umumnya kita dapat menemukan pakaian yang sudah jadi dengan
ukuran S, M, L, XL, dan XXL.

6. Marker Making: Marker making bertugas menentukan seberapa panjang dan lebar (dalam
yard) kain yang dibutuhkan untuk setiap design. Computer software dapat membantu tim
pengukur membuat tata letak kain yang pas sehingga kain dapat digunakan secara efisien.
Pengukuran dibuat sesuai dengan pola-pola yang melekat pada kain. Anda dapat
melekatkan pola pada kain dengan bantuan staples. seletah proses ini, maka tim pengukur
akan mengetahui seberapa banyak kain yang akan dipesan.

7. Cutting: Kain yang telah dipesan kemudian dipotong dengan bantuan mesin potong
(cutting machine) yang disesuaikan dengan jenis kainnya. Atau Anda juga dapat
menggunakan mesin komputerisasi yang menggunakan sinar laser untuk memotong kain

14
dengan bentuk yang diinginkan.

8. Sorting/Bundling: Tim pernyortir menyortir pola sesuai dengan ukuran dan designnya dan
kemudian tumpukan kain itu dibuat bundle. Pada proses ini membutuhkan ketelitian
karena ketika kain dikumpulkan dalam bundle tapi ukuranya tidak sama, maka dapat
membuat masalah yang lebih parah.

9. Sewing/Assembling: Proses selanjutnya adalah penjahitan. Pabrik baju yang sudah besar,
memilih untuk memiliki unit penjahitnya sendiri dari pada memberikan proyek penjahitan
ini kepada kontraktor. Salah satu alasannya adalah karena proses penjahitan bisa langsung
dikontrol oleh pabrik itu sendiri agar dapat mengurangi “produk gagal”. Pada proses ini
akan ada begitu banyak operator yang mengendalikan mesin jahit. Sebagai contoh
operator A akan menjahit khusus bagian lengan, kemudian operator B akan menjahit
khusus bagian kerah bajunya saja dan sebagainya. Yang pada akhirnya bagian-bagian
baju tersebut dijahit hingga terbentuklah sebuah baju lengkap.

10. Inspeksi: Setelah proses penjahitan selesai, proses selanjutnya adalah inspeksi. Dalam
proses ini hasil jahitan akan diseleksi oleh quality control. Jahitan yang terbuka, teknik
jahit yang salah, benang yang tidak cocok, dan benang yang kusut dapat mempengaruhi
kualitas produk. Oleh sebab itu sebelum diedarkan baju akan diseleksi terlebih dahulu.

11. Pressing/Finishing: Pada proses ini, beberapa operator akan menggerakan mesin strika
untuk merapihkan pakaian yang mengkerut sehingga pakaian akan terlihat lebih rapih.

12. Inspeksi Akhir: Pada sesi ini, pakaian akan diseleksi untuk yang terakhir kalinya. Bagi
industri tekstil dan pakaian, kualitas produk benar-benar diperhatikan. Mereka tidak akan
membiarkan salah satu produk mereka yang sudah diedarkan terlihat “gagal”, misal warna
luntur, jahitan terbuka, kancing baju lepas, bahkan kain robek. Karena hal ini akan
mempengaruhi image pabrik mereka sendiri.

13. Packing: Packing adalah proses terakhir dimana semua produk di-packing sesuai dengan
ukuran, design, dan warna yang kemudian akan didistribusikan ke toko-toko baju.

15
DAFTAR PUSTAKA

Admin Smp, 2022. Kegiatan Ekonomi: Produksi, Distribusi, dan Konsumsi. diakses pada 26
September 2023 dari https://ditsmp.kemdikbud.go.id/kegiatan-ekonomi-produksi-
distribusi-dan-konsumsi/.
Rosyda, 2021. Pengertian Produksi: Fungsi, Tujuan, Jenis, Tahapan dan Faktornya diakses
pada 26 September 2023 dari
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-produksi/#A_Pengertian_Produksi.
Rras, GisthaRosardi.(2012).Blak Blakan Mapel Ekonomi SMA. Cabe Rawit
Ahmad Tohardi. (2010). Kewirausahaan. Nas Media Pustaka.
Kelas Pintar, 2021. Mengenal 3 Kelompok Produksi. diakses pada 24 September 2023 pada
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mengenal-3-kelompok-produksi-9593.
Sugiharsono dan Wahyuni, Daru. 2022. Buku Dasar – Dasar Ekonomi. Penerbit: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.
Harjadi, Dikdik dan Fatmasari, Dewi, 2015. Pengantar Bisnis Teori dan Konsep. UNIKU
Press Universitas Kuningan.
Putri, Mulia. Vanya Karunia. 2022. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Struktur Organisasi.
diakses pada 20 September 2023 pada
https://www.kompas.com/skola/read/2022/03/07/080000969/faktor-faktor-yang-
memengaruhi-struktur-organisasi?page=all.
Wiryawinata, Arvin William. 2022. Mengenal Struktur Organisasi, Fungsi, Jenis dan Faktor
yang Mempengaruhinya. diakses pada 20 September 2023 pada
https://www.jurnal.id/id/blog/struktur-organisasi-bisnis/.
Juanlase, 2019. Buatlah Dengan Suatu Contoh Kasus Tentang Proses Produksi. Diakses pada
16 September 2023 dari https://id.scribd.com/document/413423522/Buatlah-Dengan-
Suatu-Contoh-Kasus-Tentang-Proses-Produksi.

16
BERITA ACARA PRESENTASI

Hari/Tanggal : Kamis, September 2023


Mata kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi
Dosen : Nuraisyiah, S.Pd., M.Pd.
Kelompok :4
Judul Makalah : Produksi Barang
Nama Mahasiswa :
1. Nasrullah Asri
2. Nurul Musliha Asmalyani
3. Ita
4. Prisca Arrang Mangesa’
5. Igustina
Moderator :
Pembahas :
1. .
2. .
3. .
4. .

A. Tujuan Diskusi :
Tujuan dari diskusi kami adalah menambah wawasan tentang pengetahuan atau ilmu
dari materi yang akan kami bawakan.

B. Tanya jawab :
1. Penanya :
Jawaban :
2. Penanya :
Jawaban:
3. Penanya:
Jawaban:
4. Penanya:
Jawaban:
5. Penanya:
Jawaban:

C. Tambahan dari Dosen :

17

Anda mungkin juga menyukai