Anda di halaman 1dari 21

TEORI KESEIMBANGAN PASAR

FAKTOR PRODUKSI TENAGA KERJA

Ekonomi Mikro Lanjutan (A3)

Dosen Pengampu : Dra. Ni Putu Martini Dewi, M.Si.

OLEH :

Kelompok IX

1. Asrhy Grisara Girsang 1907511065


2. Fany Fadilla 1907511068
3. Renita Evelinda Siburian 1907511071

PROGRAM SARJANA

EKONOMI PEMBANGUNAN REGULER BUKIT 2020

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga melalui proses yang begitu singkat dan
kerjasama yang baik, tugas makalah yang berjudul “Teori Keseimbangan Pasar Faktor Produksi
Tenaga Kerja” ini dapat diselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan maksud untuk menyelesaikan tugas Ekonomi Mikro Lanjutan,
disamping itu makalah ini juga memberikan manfaat pengetahuan kepada kita semua tentang
Teori Keseimbangan Pasar Faktor Produksi Tenaga Kerja.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan
benar.

Akhir kata kami meminta semoga makalah ini dapat memberi manfaat untuk masyarakat
atau pun inpirasi dan menambah pengetahuan pada pembaca.

Jimbaran, 12 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6

2.1 Konsep Faktor Produksi.................................................................................................... 6

2.2 Faktor Produksi Tenaga Kerja .......................................................................................... 7

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja............................... 13

2.4 Backward Bunding Supply Curve..................................................................................... 15

2.5 Keseimbangan Pasar Faktor Produksi Tenaga Kerja .......................................................... 17

BAB II PENUTUP............................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 20

3.2 Saran ............................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut pengertian umum faktor produksi adalah suatu barang atau proses yang bisa
dimanfaatkan sebagai sarana untuk menciptakan nilai jual dan guna pada produk/jasa. Jika
dilihat dari pengertian ini, maka semua barang yang bisa meningkatkan nilai manfaat dari produk
disebut dengan istilah faktor produksi. Bisa dimaknai pula sebagai semua benda yang membantu
melancarkan proses produksi perusahaan.
Pengertian faktor produksi secara khusus adalah semua kebutuhan usaha yang dibutuhkan
oleh produsen supaya ia bisa menjalankan produksi dengan lancar dan mudah. Jika dilihat dari
pengertian ini tentu faktor produksi adalah hal penting yang harus ada di dalam sebuah
perusahaan. Jika tidak tersedia atau salah satunya saja tidak ada, maka bisa dipastikan produksi
tidak akan berjalan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu :

1. Bagaimana konsep dari faktor produksi ?


2. Apa saja yang menjadi faktor produksi tenaga kerja ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja ?
4. Apakah yang dimaksud dengan backward bunding supply curve ?
5. Apakah yang dimaksud dengan keseimbangan pasar faktor produksi tenaga kerja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui konsep dari faktor produksi

2. Untuk mengetahui faktor produksi tenaga kerja

4
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja

4. Untuk mengetahui pengertian dari backward bunding supply curve

5. Untuk mengetahui pengertian dari keseimbangan pasar faktor produksi tenaga kerja

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dalam penulisan makalh ini, yaitu :

1. Supaya dapat memahami konsep dari faktor produksi

2. Supaya dapat memahami faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja

3. Supaya dapat memahami faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran tenaga kerja

4. Supaya dapat memahami pengertian dari backward bunding supply curve

5. Supaya dapat memahami pengertian dari keseimbangan pasar faktor produksi tenaga kerja

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Faktor Produksi

Ada dua sudut pandang yang berkaitan dengan produksi, yaitu produksi dalam arti
ekonomis dan produksi dalam arti teknis. Produksi dalam arti ekonomis dimaksudkan sebagai
kegiatan untuk meningkatkan nilai guna barang dengan cara meningkatkan kegunaan bentuk
(form utility), kegunaan waktu (time utility), dan kegunaan tempat (place utility). Pada saat yang
sama, produksi dalam pengertian teknis menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi dan
produk, antara faktor produksi dan faktor produksi, dan antara produk dan produk.

Beberapa kemiripan antara perilaku produsen dan prilaku konsumen antara lain :

1. Konsumen membeli barang untuk memperoleh utilitas, sedangkan produsen membeli


barang (faktor produksi) untuk menghasilkan barang.

2. Selama proses konsumsi, konsumen berusaha memaksimalkan utilitas, sedangkan


produsen berusaha memaksimalkan keuntungan selama produksi.

3. Perilaku konsumsi konsumen yang dicerminkan oleh kurva indiferen mirip dengan
perilaku produksi produsen yang dicerminkan oleh kurva ekivalensi, sehingga MRS
(tingkat substitusi marjinal) pada kurva indiferen sama dengan MRTS (tingkat substitusi
marjinal teknologi ) pada kurva ekivalensi).

Beberapa perbedaan antara perilaku konsumen dan perilaku produsen, antara lain :

1. Konsumen hanya dapat menghasilkan satu jenis kepuasan optimal saat mengkonsumsi,
sedangkan produsen dapat menghasilkan lebih dari satu produk dalam proses
produksinya.

6
2. Utilitas maksimum selalu dibatasi oleh batasan anggaran (pendapatan), dan keuntungan
maksimum tidak dibatasi oleh batasan anggaran, karena produsen dapat memperoleh
anggaran dari pihak lain.

3. Fungsi utilitas bersifat subyektif, dalam arti tinggi dan rendah sangat dipengaruhi oleh
selera individu, sedangkan fungsi produksi bersifat objektif, karena keluaran dapat diukur
oleh orang lain.

Faktor produksi ada yang bersifat tetap dan ada yang bersifat variabel. Faktor produksi
tetap dapat dipergunakan lebih dari sekali dalam proses produksi, dijumpai pada perusahaan
yang beroperasi pada periode jangka pendek, serta faktor produksi tersebut tidak berpengaruh
terhadap besar kecilnya produk yang dihasilkan. Sedangkan dalam jangka panjang semua faktor
produksi bersifat variabel, serta faktor produksi variabel berpengaruh terhadap besar kecilnya
produk yang diproduksikan. Jangka pendek adalah jangka waktu sedemikian rupa di mana paling
tidak ada salah satu faktor produksi yang tidak berubah.

2.2 Faktor Produksi Tenaga Kerja

Bicara tentang faktor produksi, pada dasarnya terdapat beberapa elemen didalamnya yang
keberadaan dari masing-masing elemen tersebut memiliki fungsi untuk saling mensinergikan
kemampuan dalam menjalankan kegiatan produksi atau bisnis. Jika dilihat dari susunan
komposisinya, elemen-elemen yang dikategorikan kedalam faktor produksi adalah modal,
kewirausahaan, tenaga kerja, sumber daya bahan baku, dan ilmu informasi. Dari sekian jenis
elemen yang ada, terdapat fungsi yang paling memberikan dampak yang cukup signifikan, yaitu
tenaga kerja. Kehadiran tenaga kerja adalah sebuah aset bisnis yang mampu menggerakkan
seluruh kegiatan usaha, karena secara harfiah mereka telah dibekali dengan kemampuan pikiran
dan tenaga untuk menjalankan fungsi kerja sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Jenis dari tenaga kerja juga beragam dan ketersediaannya secara umum
telah dikelompokkan secara khusus, baik dalam dunia pendidikan maupun pelatihan bisnis.

7
Berikut jenis-jenis faktor produksi tenaga kerja yang dibedakan berdasarkan latar
belakang pendidikan dan fungsi kerjanya, yaitu :

2.2.1 Berdasarkan Sifat Kerja

Secara garis besar jenis tenaga kerja dapat dibedakan berdasarkan kecenderungan
terhadap jenis pekerjaan yang dimiliki. Jenis dari setiap pekerjaan memiliki sifat-sifat yang
berbeda dalam memperlakukan setiap pekerjaan agar mampu diselesaikan dengan baik. Dalam
rangka penyesuaian kondisi tersebut, jenis tenaga kerja berdasarkan sifat kerjanya dapat
dibedakan menjadi, yaitu.

1. Tenaga Kerja Jasmani

Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang sebagian besar lebih mengandalkan
kemampuan fisiknya dalam melakukan seluruh kegiatan kerjanya. Dari definisi tersebut
sangat terlihat dengan jelas jika kemampuan fisik merupakan faktor terpenting dalam
menjalankan segala aktivitas, namun bukan berarti kemampuan intelektual tidak penting
keberadaannya, justru kedua faktor antara tenaga dan pikiran adalah modal bagi sesorang
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Tentunya ada kondisi tertentu yang membuat suatu
pekerjaan itu lebih membutuhkan tenaga dibanding kemampuan berpikir seseorang,
contohnya suatu pekerjaan yang sifatnya sangat sederhana dimana semua orang awam dapat
melakukannya, bisa juga pekerjaan tersebut memang hanya bisa diselesaikan dengan
mengandalkan tenaga semata. Jenis pekerjaan yang paling umum ditemui untuk kondisi
yang seperti ini kebanyakan jenis pekerjaan yang tergolong kasar, seperti kuli angkut barang
di pasar atau di pelabuhan dan kuli batu.

2. Tenaga Kerja Rohani

Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam menjalankan setiap pekerjaanya lebih
menggunakan kemampuan pikiran atau intelektual. Jenis tenaga kerja ini merupakan
kebalikan dari tenaga kerja jasmani jika dilihat dari ruang lingkup pelaksanaan kerjanya,
8
dimana kemampuan pikiran memiliki dominasi penting dalam menjalankan dan
menyelesaikan suatu pekerjaan, namun bukan berarti kemampuan fisik juga tidak penting.
Dilihat dari jenisnya dapat dikatakan jika kelompok tenaga kerja ini merupakan orang-orang
yang memiliki keterampilan khusus atau orang yang mempelajari suatu bidang tertentu
secara terkonsentrasi. Jadi kemampuan yang diperoleh adalah hasil dari suatu proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Contoh tenaga kerja untuk jenis ini adalah
mereka-mereka yang merupakan para profesional, seperti pengacara, penulis, guru, dan
insinyur.

2.2.2 Berdasarkan Skill Individu

Kehadiran tenaga kerja dalam perusahaan akan memainkan peran masing-masing sesuai
dengan kapasitas yang dimiliki oleh individu. Masing-masing memiliki peran yang berbeda dan
memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lain dalam mendorong berjalannya kegiatan
usaha. Jika dilihat berdasarkan sifat kerja yang disesuaikan dengan kemampuan individu, maka
jenis tenaga kerja dapat dibedakan menjadi, antara lain.

1. Tenaga Kerja Terdidik

Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus pada bidang
tertentu. Kemampuan yang diperoleh tersebut umumnya merupakan hasil dari sebuah
pendidikan formal yang ditempuh melalui sekolahan ataupun hingga tingkat universitas.
Pendidikan formal ini menciptakan seorang profesional yang sengaja dipersiapkan untuk
menjadi seorang yang ahli dalam satu bidang tertentu. Mereka mempelajari ilmu tersebut
secara terstruktur atau bertahap mulai dari konsep dasar hingga penerapan dan
pengembangan ke depannya. Disamping itu mereka juga dididik oleh orang-orang yang
sangat ahli di bidangnya. Dilihat dari tingkat kemampuan yang dimiliki, jenis tenaga kerja
ini lebih siap secara pemikiran dalam menangani pekerjaan yang spesifik sesuai dengan
bidangnya. Contoh dari jenis tenaga kerja ini adalah guru, arsitek, pengacara, dan dokter.

9
2. Tenaga Kerja Terampil

Pada dasarnya jenis tenaga kerja ini hampir mirip dengan tenaga kerja terdidik, namun yang
membedakan adalah proses dan cara dalam memperoleh keahlian yang dimiliki.
Kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja terampil lebih cenderung diperoleh dari
pendidikan yang sifatnya informal, yaitu melalui berbagai pelatihan atau kursus yang
mempelajari suatu keterampilan tertentu. Dalam proses menjalani kegiatan informal tersebut
belum tentu mereka dilatih oleh orang yang memiliki kemampuan khusus di bidang tersebut
atau dengan kata lain belum tentu mereka adalah orang yang terdidik secara pendidikan
formal, karena pada umumnya mereka dididik oleh orang-orang yang memiliki pengalaman
panjang dalam bidang tertentu. Contoh dari tenaga terampil adalah penjahit, sopir, salon,
penata rambut, dan ahli tata rias atau makeup.

3. Tenaga Kerja Biasa

Tenaga kerja biasa atau disebut juga unskilled labor adalah tenaga kerja yang secara spesifik
tidak memiliki kemampuan khusus dalam bidang tertentu. Ada banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya hal tersebut, antara lain terbatasnya pendidikan formal dan
informal, faktor lingkungan yang tidak mendukung perkembangan seseorang, dan faktor
ekonomi. Ketiga faktor itulah yang memberikan pengaruh besar dalam menghambat
perkembangan dan menyebabkan rendahnya daya saing di masyarakat, meskipun pada
dasarnya kebutuhan kegiatan usaha untuk jenis tenaga kerja ini dapat dikatakan cukup tinggi
jika dibandingkan dengan jenis tenaga kerja yang lainnya. Dengan keterbatasan kemampuan
pribadi seseorang maka akan berdampak pada rendahnya upah yang bisa diperoleh oleh
individu dan ini cukup merugikan. Contoh dari tenaga kerja ini adalah buruh, office boy, dan
tukang sampah.

10
2.2.3 Berdasarkan Keterkaitan dengan Kegiatan Produksi

Setiap tenaga kerja memiliki peran tersendiri dalam sebuah perusahaan. Pada umumnya,
peran terpenting dalam kegiatan usaha tentunya adalah kegiatan yang berhubungan dengan
produksi, karena kegiatan tersebutlah yang berkaitan langsung dengan terciptanya suatu hasil
yaitu sebuah produk. Dengan pembagian peran tersebut dalam sebuah perusahaan, maka jenis
tenaga kerja dapat dibedakan berdasarkan keterkaitan dengan kegiatan produksi, yaitu.

1. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang secara langsung berhubungan dengan
kegiatan produksi. Pada posisi ini tenaga kerja memiliki peran dalam mengatur, mengolah,
dan bersentuhan langsung dengan kegiatan usaha mulai dari awal hingga tingkat produksi,
yaitu terciptanya suatu produk. Secara organisasi perusahaan umumnya mereka disebut
sebagai pekerja produksi, karena secara fungsional hanya menjalankan kegiatan produksi
perusahaan. Contoh tenaga kerja langsung adalah, operator mesin, quality controller,
mandor, dan buruh.

2. Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak bersentuhan langsung dengan
kegiatan produksi, namun fungsi utama dari jenis tenaga kerja ini adalah menunjang kinerja
dan membantu pengawasan terhadap kelancaran kegiatan produksi melalui kegiatan
manajemen perusahaan. Dalam struktur perusahaan, jenis tenaga kerja ini sering disebut
sebagai pelaksana manajemen, hal ini sesuai dengan peran dan kewenangan dari masing-
masing pekerja. Contoh tenaga kerja tidak langsung adalah bagian administrasi, akuntan
pajak, payroll, dan Human Resource.

Faktor produksi merupakan faktor sukses sebuah bisnis, karena secara fungsi memiliki
kemampuan dalam menggerakkan seluruh kegiatan usaha, baik dalam proses sebelum mulai
mendirikan bisnis atau ketika bisnis sudah berjalan, faktor produksi tetap menjadi sesuatu yang
terus dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan perubahan terhadap perkembangan produksi. Salah

11
satu elemen yang dari tahun ke tahun terus meningkat permintaannya adalah tenaga kerja, mulai
dari perusahaan dengan skala home industri maupun skala nasional. Kebutuhan tenaga kerja juga
sangat beragam mulai dari tenaga kerja kasar, buruh, hingga tenaga kerja profesional, semuanya
mendapat porsi yang terus meningkat seiring dengan kebutuhan perusahaan.

Bicara mengenai faktor produksi tenaga kerja, secara umum memiliki cakupan yang luas,
namun jenis tenaga kerja dapat dikelompokkan berdasarkan kemampuannya. Jenis tenaga kerja
dapat dibedakan berdasarkan fungsi kerjanya apakah tenaga kerja itu termasuk tenaga kerja
jasmani atau rohani, semua tergantung dari jenis pekerjaanya. Selain itu tenaga kerja dapat
dibedakan berdasarkan kemampuannya, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terampil dan
tenaga kerja unskilled. Kemudian yang terakhir adalah berdasarkan hubungannya dengan
kegiatan produksi, yaitu dapat dibedakan menjadi tenaga kerja langsung dan tak langsung.

2.3 Fator Yang Mempengaruhi Permintaan Dan Penawaran Tenaga Kerja

2.3.1 Permintaan tenaga kerja

Permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh permintaan atas suatu barang produksi sehingga
perusahaan akan menambah tenaga kerja untuk produksinya jika permintaan akan barang
produksi meningkat. Oleh karena itu permintaan tenaga kerja disebut sebagai derived demand
atau permintaan turunan(Borjas, 2016; McConnell, Brue, & Macpherson, 2013; Santoso, 2012;
Simanjuntak, 1985). Untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka
perusahaan harus menjaga permintaan masyarakat atas barang yang diproduksi agar stabil atau
mungkin meningkat. Dalam menjaga stabilitas permintaan atas barang produksi perusahaan
dapat dilakukan dengan pelaksanaan ekspor, sehingga perusahaan harus memiliki kemampuan
bersaing baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian diharapkan
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja dapat dipertahankan pula (Sumarsono, 2003).

12
Adapun beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja antara lain :

1. Tingkat upah

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang yang harus cukup
memenuhi kebutuhan dengan wajar. Kewajaran itu dapat dinilai dan diukur dengan
kebutuhan hidup minimum atau sering disebut dengan Kebutuhan Fisik Minimum (Sonny
Sumarsono, 2009). Ehrenberg (1998) menyatakan bahwa apabila terdapat kenaikan upah
rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta yang berarti
akan meningkatkan pengangguran. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Haryo Kuncoro
(2001) mengatakan bahwa kuantitas tenaga kerja yang diminta menurun sebagai akibat dari
kenaikan upah yang merupakan reaksi pengusaha guna mempertahankan keuntungan yang
maksimum.

2. Intensitas Penggunaan Faktor Produksi

Diketahui bahwa kemajuan teknologi akan menggeserkan kurva kemungkinan berproduksi


yaitu akan bergeser ke kanan menjauhi titik original, sehingga daerah batas produksi
menjadi bertambah luas. Sedangkan untuk kurva biaya, dengan adanya kemajuan teknologi
yang berpengaruh terhadap akan menggeserkan kurva biaya mendekati titik original yaitu
akan terjadi penghematan biaya produksi. Kemajuan teknologi dapat terwujud melalui
pembelian barang-barang modal dalam upaya peningkatan produksi. Dengan penambahan
mesin-mesin atau peralatan produksi akan menambah jumlah produksi yang dihasilkan di
satu sisi, sementara di sisi lain akan terjadi penggematan biaya dan kemudian berdampak
pada penggunaan tenaga kerja yaitu akan terjadi pengurangan penggunaan tenga kerja
(M.Taufik Zamrowi, 2007).

3. Modal Kerja

Modal kerja adalah kekayaan yang diperlukan perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan
sesehari dan selalu berputar dalam periode waktu tertentu (Indiryo, 1992). Menurut
Kamaruddin (1997), Modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus menerus

13
harus ada dalam menopang usaha. Modal kerja harus mampu membiayai semua pengeluaran
atau operasi usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan berproduksi, dalam
artian bahwa besar kecilnya kemampuan berproduksi tergantung dari besar kecilnya
kemampuan penyediaan modal kerja yang pada akhirnya berpengaruh terhadap permintaan
tenaga kerja.

2.3.2 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja menjelaskan hubungan antara upah dengan jumlah tenaga kerja
yang ditawarkan (Bellante & Jackson, 1990; Santoso, 2012). Penawaran tenaga kerja adalah
jumlah tenaga kerja yang disediakan oleh pemiliki tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah
dalam jangka waktu tertentu. Jumlah tenaga kerja keseluruhan yang disediakan bagi suatu
perekonomian tergantung pada jumlah penduduk, presentase jumlah penduduk yang masuk
dalam angkatan kerja, dan jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Masing-
masing dari ketiga komponen dari jumlah jumlah tenaga kerja tersebut tergantung pada besar
upah pasar (Bellante & Jackson, 1990). Penawaran tenaga kerja sangat ditentukan oleh
banyaknya penduduk di usia kerja yang memiliki menjadi angkatan kerja. Semakin banyak
angkatan kerja makan penawaran tenaga kerja juga akan meningkat (Santoso, 2012).

Menurut Danim, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja adalah:

1. Tingkat upah

Tingginya penawaran tenaga kerja dapat terjadi karena peningkatan upah. Kenaikan upah
akan berdampak terhadap makin meningkatnya kemauan dari pekerja untuk bekerja
sehingga akan mendorong terjadinya kenaikan penwaran tenaga kerja.

2. Struktur umur

Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat dari bentuk
piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat ditekan tetapi
penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya penduduk yang
memasuki usia kerja, dengan demikian penawaran tenaga kerja juga akan bertambah.
14
3. Jumlah Penduduk

Makin besar jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia baik untuk
angkatan kerja atau bukan angkatan kerja dengan demikian jumlah penawaran tenaga kerja
juga akan semakin besar.

2.4 Backward Bunding Supply Curve

Backward bending supply curve adalah kurva yang membalik ke belakang dengan
meningkatnya tingkat upah. Hal tersebut bisa terjadi di karenakan pada umumnya banyak
mengangap waktu luang (leisure) sebagai sesuatu kebutuhan yang harus dipertimbangkan dalam
kaitanya dengan tingkat pendapatan, hal ini berhubungan dengan kurva penawaran tenaga kerja.
Ketika upah naik maka lebih sedikit tenaga kerja yang akan ditawarkan. Pada penawaran tenaga
kerja disini diukur dari jumlah jam kerja, bukan jumlah pekerja (angkatan kerja) dan merujuk
pada upah riil bukan upah nominal.

Dalam teori penawaran dan permintaan tenaga kerja, ketika upah riil meningkat, lebih
banyak pekerja yang bersedia memberikan layanan untuk memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi. Akibatnya, suplai tenaga kerja pun meningkat. Oleh karena itu, seperti kurva penawaran
komoditas, kemiringan kurva penawaran tenaga kerja juga positif. Namun dalam kasus lain,
slope tersebut mungkin tidak positif dalam kisaran upah riil. Dengan upah yang lebih tinggi
mendorong orang untuk bekerja lebih banyak. Dipercaya bahwa pendapatan yang harus
dikorbankan hanya untuk menambah waktu luang terlalu besar. Pada tingkat upah saat ini,
pendapatan mereka relatif kecil, yang tidak cukup untuk menopang pengeluaran sehari-hari.
Oleh karena itu, ketika tingkat upah riil meningkat, mereka ingin bekerja lebih banyak. Namun,
pada tingkat upah tertentu, nilai pendapatan yang dihasilkan dengan meningkatkan pekerjaan
untuk mengatasi upah yang lebih tinggi lebih kecil dari jumlah waktu luang yang dihabiskan.
Ketika upah meningkat, begitu pula ketidakpuasan ini. Singkatnya, ketika orang menjadi lebih
kaya, mereka akan menghabiskan lebih banyak waktu luang dan lebih sedikit bekerja.

15
Akibatnya, kurva menjadi bengkok karena ketika upah riil meningkat, kuantitas yang ditawarkan
berkurang, sehingga kemiringan kurva positif.

Bentuk kurva ini membantu kita untuk menjelaskan mengapa peningkatan pendapatan per
kapita di negara-negara Barat disertai dengan penurunan jam kerja per minggu yang signifikan.
Misalnya, pada angkatan kerja perempuan di Kanada, sebuah penelitian menunjukkan bahwa
upah memiliki dampak positif yang signifikan pada jam kerja per jam hingga mencapai titik
balik $10,9 Kanada per jam. Di luar nilai ini, upah akan berdampak negatif pada jam kerja.

Ada sejumlah asumsi yang mendasari kenapa kurva cenderung tertekuk ke belakang
sampai tingkat upah tertentu, diantaranya:

1) Pekerja memilih apakah akan bekerja dan berapa jam untuk bekerja. Pasokan tenaga
kerja tergantung pada asumsi berapa jam pekerja memilih untuk bekerja. Jika pekerja
memilih untuk tidak bekerja, pada dasarnya itu adalah waktu luang, yang dapat mereka
gunakan untuk keperluan rumah atau hiburan.
2) Tidak ada kewajiban untuk bekerja selama beberapa jam di bawah kontrak. Ini penting
karena menurut kontrak, jumlah jam kerja tidak bisa diubah dengan mudah meski upah
dinaikkan. Pekerja adalah agen yang memaksimalkan utilitas Dari sudut pandang
16
ekonomi, pekerja selalu berharap mendapatkan uang atau output yang paling
banyak.Upah yang diterima adalah bentuk upah reservasi, karena pekerja akan memiliki
jumlah upah tertentu sehingga mereka mau bekerja dan mengorbankan waktu luang.
3) Waktu senggang yang tidak dibayar adalah barang normal. Ini berarti semakin tinggi
penghasilan, semakin besar permintaan waktu senggang.
4) Pasar tenaga kerja bersifat kompetitif, dan baik perusahaan maupun pekerja adalah
pengambil harga.

2.5 Keseimbangan Pasar Faktor Produksi Tenaga Kerja

Pada keseimbangan tenaga kerja terdapat rumus seperti dibawah ini :

17
Pasar faktor produksi kompetitif berada pada ekuilibrium ketika harga input sama
menyeimbangkan kuantitas permintaan dan kuantitas penawaran. Gambar (a) menunjukkan
ekuilibrium untuk pasar tenaga kerja. Pada titik A, tingkat upah ekuilibriumnya adalah wc dan
ekuilibrium kuantitas penawarannya adalah Lc. Karena pekerja memiliki informasi sempurna,
mereka menerima upah yang identik dimana pun mereka dipekerjakan. Apabila ada pekerja yang
menerima upah lebih rendah daripada produk marginalnya, memberikan upah yang lebih tinggi
kepada pekerja tersebut akan menguntungkan perusahaan.

Apabila pasar output juga bersifat persaingan sempurna, kurva permintaan atas suatu input
mengukur manfaat yang dinilai oleh konsumen produk tersebut pada penggunaan tambahan
input tersebut dalam proses produksi. Tingkat upah juga mencerminkan biaya bagi perusahaan
dan bagi masyarakat dari penggunaan satu unit tambahan input tersebut. Dengan demikian, titik
A pada gambar (a) manfaat marginal dari satu jam kerja (produk pendapatan marginal, MRPL)
sama dengan biaya marginalnya (tingkat upah w). Ketika pasar input dan output sama-sama
bersifat persaingan sempurna, sumber daya digunakan secara efisien karena selisih antara
manfaat total dan biaya total mencapai maksimum. Efisiensi mensyaratkan bahwa tambahan
pendapatan yang berasal dari penggunaan satu unit tenaga kerja tambahan (produk pendapatan
marginal tenaga kerja, MRPL) sama dengan manfaat yang diberikan bagi konsumen atas
18
tambahan output tersebut, yang ditunjukkan oleh harga dari produk tersebut dikalikan dengan
produk marginal tenaga kerja, (P) (MPL).

Ketika pasar output tidak berbentuk persaingan sempurna, syarat MRPL = (P).(MPL) tidak
lagi berlaku. Perhatikan gambar (b) bahwa kurva yang mencerminkan harga produk dikalikan
dengan produk marginal tenaga kerja [(P)(MPL)] berada diatas kurva produk pendapatan
marginal [(MR)(MPL)]. Titik B adalah upah ekuilibrium wM dan ekuilibrium penawaran tenaga
kerja LM. Tetapi karena harga produk tersebut adalah ukuran nilai yang diberikan konsumen dari
setiap unit tambahan output yang mereka beli, (P).(MPL) adalah nilai yang diberikan konsumen
unit tambahan tenaga kerja. Oleh karena itu, ketika LM tenaga kerja dipekerjakan, biaya
marginal wM bagi perusahaan lebih rendah ketimbang manfaat marginal bagi konsumen vM.
Meskipun perusahaan memaksimalkan labanya, ouputnya berada dibawah tingkat efisiensinya.
Efisiensi ekonomi akan meningkat apabila lebih banyak tenaga kerja digunakan pada gilirannya,
lebih banyak output yang diproduksi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor produksi adalah
elemen penting yang menggerakan dan menyokong terselenggaranya kegiatan usaha mulai dari
pengolahan awal hingga terciptanya sebuah hasil produksi. Dari sekian jenis elemen yang ada,
terdapat fungsi yang paling memberikan dampak yang cukup signifikan, yaitu tenaga kerja. Jenis
dari tenaga kerja juga beragam dan ketersediaannya secara umum telah dikelompokkan secara
khusus, baik dalam dunia pendidikan maupun pelatihan bisnis. Selanjutnya factor yang
mempengaruhi permintaan tenaga kerja yaitu permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh
permintaan atas suatu barang produksi sehingga perusahaan akan menambah tenaga kerja untuk
produksinya jika permintaan akan barang produksi meningkat.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi penwaran tenaga kerja yaitu diantaranya tingkat
upah, struktur umur, dan jumlah penduduk. Pada teori penawaran dan permintaan tenaga kerja,
ketika upah riil meningkat, lebih banyak pekerja yang bersedia memberikan layanan untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Akibatnya, suplai tenaga kerja pun meningkat. Oleh
karena itu, seperti kurva penawaran komoditas, kemiringan kurva penawaran tenaga kerja juga
positif. Namun dalam kasus lain, slope tersebut mungkin tidak positif dalam kisaran upah riil.
Dengan upah yang lebih tinggi mendorong orang untuk bekerja lebih banyak.

3.2 Saran

Dengan adanya penjelasan mengenai teori keseimbangan pasar faktor produksi tenaga kerja
ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan ekonomi. Dalam makalah ini
masih banyak kekurangan, baik dari kapasitas materinya yang kurang ataupun dari segi
bahasanya yang sulit dimengerti, dan sebagainya. Maka dari itu untuk perbaikan makalah-
makalah yang selanjutnya, mohon kritik dan saran yang membangun sebagai bahan instropeksi
kami dalam penyusunan sebuah makalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Ari Sudarman. M.Ec. 2002. Teori Ekonomi Mikro Edisi Empat. Yogyakarta. BPFE
Yogyakarta.

S.Pindyck Robert dan Daniel. 2012. Mikroekonomi Edisi Kedelapan. Jakarta. Penerbit Erlangga.

Beattie, Bruce R. and Taylor, C.Robert. 1994. Ekonomi Produksi. Terjemahan : Soeratno
Josohardjono. Gajah Mada University Press. Yokyakarta.

Bellante, D., & Jackson, M. (1990). Ekonomi Ketenagakerjaan. (K. Wimandjaja & M. Yasin,
Ed.). Jakarta: LPFE UI.

Becker, G. (1993). Human Capital: A Theoritical and Empirical Analysis, with Special
Reference to Education (3rd Ed.). Chicago: The University Of Chicago Press.

Dosen Ekonomi.com. https: //dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/sdm/faktor-produksi-tenaga-


kerja. Diakses pada tanggal 12 Februari 2021.

Jurnal Universitas Muhammadiyah Malang. Chusna Ariftul. 2013. Pengaruh Laju Pertumbuhan
Sektor Industri, Investasi, dan Upah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri.
http://eprints.umm.ac.id/35466/3/jiptummpp-gdl-ernyjohan-49566-3-babii.pdf. Diakses pada
tanggal 13 Februari 2021.

Cerdasco. 2019. Kurva backward-bending. https://cerdasco.com/kurva-backward-bending/.


Diakses pada tanggal 13 Februari 2021.

21

Anda mungkin juga menyukai