Anda di halaman 1dari 9

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNOLOGI SUMBERDAYA ALAM


PRODI TEKNIK PERTAMBNGAN
MATA KULIAH GEOLOGI TEKNIK
DOSEN PENGAMPU : IR. BUDIARTO, M.T.,
OLEH : MARTYSON YUDHA PRAWIRA
NIM. 16310062

1. Pengertian Geoteknik Pertambangan


Jawab :
1. Pengertian Geoteknik
Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan
atau design tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar
dengan kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan
yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit),
sudut kemiringan adalah satu faktor utama yang mempengaruhi
bentuk dari final pit dan lokasi dari dinding-dindingnya. Dikarenakan
dari perbedaan dari keadaan geologinya, maka kemiringan optimum
dapat beragam diantara berbagai pit dan bahkan dapat beragam pula
dalam satu pit yang sama. Sudut pit pada umumnya dapat dikatakan
sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan untuk menambang
bijih.
Peran Geotek di Pertambangan
Peranan Geotek sebenarnya tidak hanya melakukan perhitungan
saja tetapi lebih mengarah kepada memberikan panduan kepada pihak
terkait mengenai potensi bahaya geoteknik yang akan terjadi kepada
pihak terkait (manajemen perusahaan, institusi, mineplanner, dll).
Berikut beberapa contoh aplikasi geotek dalam pertambangan :

1. Eksplorasi dan mine development. Geoteknik diperlukan untuk


memandu kepada arah pembuatan desain pit yang optimal dan
aman (single slope degree, overall slope degree, tinggi
bench,potensi bahaya longsor yang ada ex: longsoran bidang,
baji, topling busur,dll) sesuai dengan kriteria SFnya. Disini ahli
geotek tidak hanya melakukan analisis namun juga ikut turun
memetakan kondisi geologi (patahan/lipatan/rekahan, dll)
dilokasi yang akan dibuka tambang. Selain itu juga geoteknik
diperlukan dalam pembangunan infrastruktur tambang seperti
stockpile, port, jalan hauling diareal lemah, dll. Disini, peran
ahli geotek adalah memberikan analisis mengenai daya dukung
tanah yang aman, cut fill volume, serta langkah-langkah yang
diperlukan untuk memenuhi safety factor sehingga ketika
dilakukan kontruksi dan digunakan tidak terjadi kegagalan
(failure)

2. Operasional Tambang pada kondisi ini ahli geotek berperan


dalam pengawasan kondisi pit dan infrastructur yang ada,
sebagai contoh pengawasan pergerakan lereng tambang, zona-
zona potensi longsor di areal tambang (pit dan waste dump)
akibat proses penambangan, prediksi kapan longsor akan terjadi,
apakah berbahaya untuk operasional di pit atau tidak, langkah
apa saja yang harus dilakukan untuk mengantisipasi longsor
seperti mengevakuasi alat, melakukan push back untuk
menurunkan derajat kemiringan lereng, melakukan penguatan,
melakukan pengeboran horizontal untuk mengeluarkan air
tanah,dll. Disini peran ahli geotek memandu tim safety dalam
pengawasn operasional tambang dan ahli geotek bisa melakukan
penyetopan operasional pit jika membahayakan keselamatan
manusia dan alat. Diinfrastruktur juga berlaku hal yang sama.

3. Post mining Setelah kegiatan penambangan selesai, geotek


bekerja sama dengan safety juga berperan untuk memastikan
bahwa kondisi waste dump dan pit dalam kondisi aman dan
tidak terjadi longsor dalam jangka waktu lama, karena setelah
tambang selesai lahan tersebut akan dikembalikan kepada
pemerintah dan masyarakat dan menyangkut masalah citra
perusahaan, bagi perusahaan yang berstatus green company hal
ini merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar.

2. Tujuan Geoteknik di Pertambangan


1. Pit slope diusahakan harus dibuat setajam mungkin dengan
tanpa menimbulkan kerugian ekonomi secara keseluruhan yang
disebabkan karena ketidak setabilan kemiringan dan tanpa
membahayakan keamanan dari pekerja maupun peralatan
2. Menetapkan besarnya sudut kemiringan pit yang dianggap aman
pada suatu pertambangan. Analisa harus mengidentifikasi
daerah yang mempunyai potensi longsor atau daerah berbahaya
lainnya.
Data utama yang dibutuhkan sebagai dasar analisis kemantapan
suatu lereng batuan adalah: geometri lereng, struktur batuan,
serta sifat fisik dan mekanik batuan.

Geometri Lereng
Geometri lereng yang perlu diketahui adalah:
1. Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng
2. Tinggi dan kemiringan lereng (tiap jenjang ataupun total)
3. Lebar Jenjang (berm)

Struktur Batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu lereng
adalah adanya bidang-bidang lemah, yaitu: bidang patahan
(sesar), perlapisan dan rekahan.

Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Batuan


Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai
dasar analisis kemantapan lereng adalah:
1. Bobot isi batuan.
2. Porositas batuan
3. Kandungan air dalam batuan.
4. Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
5. sudut geser dalam
`Data utama tersebut diatas dapat diperoleh dengan
penyelidikan-penyelidikan di lapangan dan dilaboratorium.

Penyelidikan di Lapangan
Penyelidikan dilapangan dapat dilakukan dengan:
1. Pengukuran untuk mendapatkan data geometri lereng.
2. Seismik refraksi untuk mendapatkan data litologi.
3. Pemboran inti dan pembuatan terowongan (adit) untuk
mendapatkan data litologi, struktur batuan dan contoh
batuan untuk dianalisis di laboratorium.
4. Piezometer untuk mengetahui tinggi muka air tanah.
5. Uji batuan di lapangan (insitu test) untuk mendapatkan data
tentang sifat mekanik batuan. (misalnya dengan block shear
test).

Penyelidikan dilaboratorium
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan diperoleh dari hasil uji coba
(test) di laboratorium terhadap sample batuan yang diambil dari
lapangan. Penyelidikan dilaboratorium dilakukan dengan:
1. Uniaxial compresive test
2. Triaxial test
3. Direct shear test
4. Penentuan bobot isi batuan, kandungan air dan porositas
batuan.

2. Perkembangan Rekayasa Geoteknik


Rekayasa geoteknik (geotechnical engineering) merupakan sub
disiplin dari rekayasa sipil (civil engineering) yang berhubungan dengan
perilaku material bumi. Mekanika tanah (soil mechanics) merupakan cabang
dari rekayasa geoteknik yang mempelajari sifat fisik tanah dan juga perilaku
massa tanah dalam berbagai gaya yang diterapkan sedangkan rekayasa tanah
merupakan penerapan dari mekanika tanah dalam masalah-masalah praktis.
Perlembangan rekayasa geoteknik dilakukan oleh beberapa penelitian
sebelumnya dalam hal ini dalam rekayasa geoteknik didasarkan atas faktor
kondisi tanah dan batuan dari segi fisik dan mekanik. Perkembangan rekasa
geoteknik dalam hal ini sebagai contoh rekayasa geoteknik pada Geosintetic
. Geosintetik adalah suatu produk buatan pabrik dari bahan polymer yang
digunakan dalam system atau struktur yang berhubungan dengan tanah,
batuan atau bahan rekayasa geoteknik
lainnya. Jenis-jenis geosintetik yang telah banyak digunakan dalam rekayasa
geoteknik Hardiyatmo, H.C., (2008), adalah: Geotekstil; Geogrid;
Geomembran; Geokomposit; Geonet; Geosynthetic Clay Liner; dan lain-
lain. Material yang digunakan untuk geosintetik, terutama berasal dari
industri plastic, yaitu polymer, walau pun kadang-kadang karet, fiberglas,
dan material yang lain juga digunakan. Dipasaran, geosintetik tersedia
dalam berbagai bentuk geometri dan komposisi polymer yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan yang sangat banyak. Semua geosintetik umumnya
dibuat dari bahan yang kuat, awet, yang bahan dasarnya tahan terhadap
reaksi kimia, pengaruh cuaca dan proses penuaan.

3. Prinsip Dasar Kestabilan Lereng


Kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan penambangan dipengaruhi
oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada
lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar seperti getaran akibat
peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan juga dari teknik
penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng.
Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi penambangan
yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang umum
untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk
memastikan lereng itu akan tetap stabil
Analisa terhadap kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur
geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terdapat pada
suatu lereng.
Kestabilan lereng penambangan dipengaruhi oleh geometri lereng,
struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya luar yang bekerja
pada lereng tersebut. Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan
suatu lereng penambangan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini
merupakan perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap
stabil, dengan gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.

Faktor yang mempengaruhi ketidastabilan lereng


Faktor-faktor penyebab lereng rawan longsor meliputi faktor internal (dari
tubuh lereng sendiri) maupun faktor eksternal (dari luar lereng), antara lain:
kegempaan, iklim (curah hujan), vegetasi, morfologi, batuan/tanah maupun
situasi setempat (Anwar dan Kesumadharma, 1991; Hirnawan, 1994),
tingkat kelembaban tanah (moisture), adanya rembesan, dan aktifitas
geologi seperti patahan (terutama yang masih aktif), rekahan dan liniasi
(Sukandar, 1991). Proses eksternal penyebab longsor yang dikelompokkan
oleh Brunsden (1993, dalam Dikau et.al., 1996) diantaranya adalah :

1. Pelapukan (fisika, kimia dan biologi) dan erosi,


2. penurunan tanah (ground subsidence),
3. deposisi (fluvial, glasial dan gerakan tanah),
4. getaran dan aktivitas seismik,
5. jatuhan tepra
6. perubahan rejim air.

Pelapukan dan erosi sangat dipengaruhi oleh iklim yang diwakili oleh
kehadiran hujan di daerah setempat, curah hujan kadar air (water content;
%) dan kejenuhan air (saturation; Sr, %). Pada beberapa kasus longsor,
hujan sering sebagai pemicu karena hujan meningkatkan kadar air tanah
yang menyebabkan kondisi fisik/mekanik material tubuh lereng berubah.
Kenaikan kadar air akan memperlemah sifat fisik-mekanik tanah dan
menurunkan Faktor Kemanan lereng (Brunsden & Prior, 1984; Bowles,
1989; Hirnawan & Zakaria, 1991). Penambahan beban di tubuh lereng
bagian atas (pembuatan/peletakan bangunan, misalnya dengan membuat
perumahan atau villa di tepi lereng atau di puncak bukit) merupakan
tindakan beresiko mengakibatkan longsor. Demikian juga pemotongan
lereng pada pekerjaan cut & fill, jika tanpa perencanaan dapat menyebabkan
perubahan keseimbangan tekanan pada lereng. Letak atau posisi tanaman
keras dan kerapatannya mempengaruhi Faktor Keamanan Lereng
(Hirnawan, 1993), hilangnya tumbuhan penutup menyebabkan alur-alur
pada beberapa daerah tertentu. Penghanyutan yang semakin meningkat
akhirnya mengakibatkan terjadinya longsor (Pangular, 1985). Dalam kondisi
ini erosi tentunya memegang peranan penting

Penyebab lain dari kejadian longsor adalah gangguan-gangguan internal,


yaitu yang datang dari dalam tubuh lereng sendiri terutama karena
ikutsertanya peranan air dalam tubuh lereng; Kondisi ini tak lepas dari
pengaruh luar, yaitu iklim yang diwakili oleh curah hujan. Jumlah air yang
meningkat dicirikan oleh peningkatan kadar airtanah, derajat kejenuhan,
atau muka airtanah. Kenaikan air tanah akan menurunkan sifat fisik dan
mekanik tanah dan meningkatkan tekanan pori () yang berarti memperkecil
ketahananan geser dari massa lereng (lihat rumus Faktor Keamanan). Debit
air tanah juga membesar dan erosi di bawah permukaan (piping atau
subaqueous erosion) meningkat. Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau)
dari masa tanah yang dihanyutkan, lebih jauh ketahanan massa tanah akan
menurun (Bell, 1984, dalam Hirnawan, 1993).

Faktor Keamanan Lereng


Banyak rumus perhitungan Faktor Keamanan lereng (material tanah) yang
diperkenalkan untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng ini.Rumus dasar
Faktor Keamanan (Safety Factor, F) lereng (material tanah) yang
diperkenalkan oleh Fellenius dan kemudian dikembangkan adalah :
(Lambe & Whitman, 1969; Parcher & Means, 1974) :
Berbagai Cara Analisis Kestabilan Lereng
Cara analisis kestabilan lereng banyak dikenal, tetapi secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: cara pengamatan visual,
cara komputasi dan cara grafik (Pangular, 1985) sebagai berikut :
1. Cara pengamatan visual adalah cara dengan mengamati langsung di
lapangan dengan membandingkan kondisi lereng yang bergerak atau
diperkirakan bergerak dan yang yang tidak, cara ini memperkirakan
lereng labil maupun stabil dengan memanfaatkan pengalaman di
lapangan (Pangular, 1985). Cara ini kurang teliti, tergantung dari
pengalaman seseorang. Cara ini dipakai bila tidak ada resiko longsor
terjadi saat pengamatan. Cara ini mirip dengan memetakan indikasi
gerakan tanah dalam suatu peta lereng.
2. Cara komputasi adalah dengan melakukan hitungan berdasarkan rumus
(Fellenius, Bishop, Janbu, Sarma, Bishop modified dan lain-lain). Cara
Fellenius dan Bishop menghitung Faktor Keamanan lereng dan dianalisis
kekuatannya. Menurut Bowles (1989), pada dasarnya kunci utama gerakan
tanah adalah kuat geser tanah yang dapat terjadi :
(a) tak terdrainase,
(b) efektif untuk beberapa kasus pembebanan,
(c) meningkat sejalan peningkata konsolidasi (sejalan dengan waktu) atau
dengan kedalaman,
(d) berkurang dengan meningkatnya kejenuhan air (sejalan dengan waktu)
atau terbentuknya tekanan pori yang berlebih atau terjadi peningkatan air
tanah. Dalam menghitung besar faktor keamanan lereng dalam analisis
lereng tanah melalui metoda sayatan, hanya longsoran yang mempunyai
bidang gelincir yang dapat dihitung.

3. Cara grafik adalah dengan menggunakan grafik yang sudah standar


(Taylor, Hoek & Bray, Janbu, Cousins dan Morganstren). Cara ini
dilakukan untuk material homogen dengan struktur sederhana. Material
yang heterogen (terdiri atas berbagai lapisan) dapat didekati dengan
penggunaan rumus (cara komputasi). Stereonet, misalnya diagram jaring
Schmidt (Schmidt Net Diagram) dapat menjelaskan arah longsoran atau
runtuhan batuan dengan cara mengukur strike/dip kekar-kekar (joints) dan
strike/dip lapisan batuan.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang


menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang Faktor
Keamanan (F) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989), sperti yang
diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan Nilai Faktor Keamanan Lereng dan Intensitas Longsor


(Bowles, 1989)
Program Dalam Analisis Kestabilan Lereng

Rocscience Slide 6.0


Dalam analisis kestabilan lereng akan dilakukan perhitungan yang cukup
panjang dan berulang-ulang, sehingga apabila dilakukan perhitungan secara
manual akan membutuhkan waktu yang cukup lama; maka untuk
memudahkan perhitungan tersebut digunakan alat bantu berupa komputer.
Program komputer dibuat dengan menggunakan Slide 6. Slide 6 adalah
suatu program stabilitas lereng 2 dimensi untuk menganalisis stabilitas
lereng yang berbentuk lingkaran atau bukan lingkaran pada lereng tanah
atau lereng berbatu. Slide menganalisis stabilitas lereng menggunakan
metode irisan vertikal keseimbangan batas. Bidang longsor dapat dianalisa
atau dicari dengan metode yang dapat digunakan untuk menentukan bidang
longsor kritis untuk sebuah lereng.
Rocscience Slide 6.0 Untuk membantu perhitungan kestabilan lereng
dengan metode Bishop pada penelitian ini maka digunakan program Slide
6.0 . Perhitungan analisis kestabilan lereng dengan program ini memerlukan
data-data yang diketahui lebih dahulu yaitu parameter geser tanah dan titik
koordinat lereng yang akan dianalisis

Anda mungkin juga menyukai