Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS GROUND VIBRATION DAN AIR BLAST TERHADAP

LINGKUNGAN SEKITAR PADA KEGIATAN PELEDAKAN


DI LOKASI PIT C2 PT. SAPTAINDRA SEJATI
SAMBARATA PT. BERAU COAL
KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Oleh :

ADE RADEA KURNIAWAN


112141002

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
ANALISIS GROUND VIBRATION DAN AIR BLAST TERHADAP
LINGKUNGAN SEKITAR PADA KEGIATAN PELEDAKAN
DI LOKASI PIT C2 PT. SAPTAINDRA SEJATI
SAMBARATA PT. BERAU COAL
KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

ADE RADEA KURNIAWAN


112141002

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019

ii
Dipersembahkan untuk :
Kedua Orang Tua saya dan seluruh teman – teman yang sudah memberikan dukungan
dan motivasi kepada penulis.

iv
ABSTRAK

PT. Saptaindra Sejati Jobsite Sambarata terletak di Kecamatan Segah,


Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kegiatan pembongkaran Overburden di
lokasi penambangan dilakukan dengan pengeboran dan peledakan yang
menimbulkan efek getaran tanah (ground vibration) dan suara ledakan (air blast)
yang sangat beresiko terhadap lingkungan sekitar jika tidak dikontrol dengan baik
mengingat dekatnya jarak dari lokasi peledakan ke daerah pemukiman warga
Kampung Enau yang hanya sekitar 450 meter. Berdasarkan kondisi lapangan yang
terjadi pada bulan Desember 2017 – Maret 2018 dimana tercatat ground vibration
terbesar 3,29 mm/s dan air blast terbesar 135,8 dB.
Menurut Instruksi Kerja PT. Berau Coal dan SNI 7571 : 2010 efek
peledakan di Pit C2 dikatakan tidak aman terhadap pemukiman warga sekitar.
Dimana Instruksi Kerja PT. Berau Coal menetapkan standar peak particle
velocity (PPV) < 2,2 mm/s dan air blast < 70 dB, dan berdasarkan SNI 7571 :
2010 bangunan pemukiman warga yang dekat dengan Pit C2 tergolong bangunan
kelas 2 “Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen, termasuk
bangunan dengan pondasi dari kayu dan lantainya diberi adukan semen “ dengan
stándar standar peak particle velocity (PPV) < 3 mm/s dan air blast < 120 dB,
nilai standar peak particle velocity (PPV) dan air blast berbanding lurus dengan
isian bahan peledak yang digunakan. Semakin besar isian bahan peledak maka
semakin besar nilai standar peak particle velocity (PPV) dan air blast yang
dihasilkan. Maka perlu dilakukannya pengkajian ulang mengenai penggunaan
bahan peledak emulsi yang digunakan per lubang ledak. Penulis melakukan
evaluasi dari data hasil pengukuran ground vibration dan air blast aktual
berdasarkan pendekatan dengan Teori Scale Distance, yang dihubungkan dengan
grafik power regresi untuk memperoleh rumusan prediksi ground vibration dan
air blast, yang kedepannya diharapkan bisa dijadikan acuan untuk menentukan
jumlah isian bahan peledak per lubang agar ground vibration dan air blast yang
terjadi tidak melebihi batas aman.
Hasil prediksi rumusan ground vibration dan air blast yang diperoleh
selanjutnya dihitung koreksinya terhadap nilai ground vibration dan air blast
aktual. Diperoleh koreksi rata-rata untuk peak particle velocity (PPV) prediksi
yaitu sebesar 23 % terhadap peak particle velocity (PPV) aktual dan air blast
prediksi sebesar 42 % terhadap air blast aktual. Rumusan prediksi ground
vibration dan air blast kemudian digunakan untuk rekomendasi batasan
maksimal untuk isian bahan peledak emulsi per lubang ledak di setiap zona di Pit
C2 , untuk zona merah 34,5 kg/lubang, zona kuning 90 kg/lubang, dan zona hijau
160 kg/lubang. Rumusan prediksi ini cukup baik dan dapat digunakan sebagai
acuan untuk prediksi getaran tanah dan suara ledakan agar dampak dari kegiatan
peledakan terhadap lingkungan sekitar aman.

v
ABSTRACT

PT. Saptaindra Sejati Jobsite Sambarata is located in Segah District, Berau


Regency, East Kalimantan. Overburden demolition activities at the mining site are
carried out by drilling and blasting which results in ground vibration and
explosive sound (air blast) which is very risky to the surrounding environment if it
is not properly controlled given the close distance from the blasting location to the
Kampung Enau residential area which is only about 450 meters. Based on the
field conditions that occurred in December 2017 - March 2018 where the largest
ground vibration recorded was 3,29 mm / s and the largest air blast was 135.8 dB.
According to the Work Instruction of PT. Berau Coal and SNI 7571: 2010
blasting effects in Pit C2 are said to be unsafe for local residents. Where is the
Work Instruction of PT. Berau Coal sets the standard peak particle velocity (PPV)
<2,2 mm / s and water blast <70 dB, and based on SNI 7571: 2010 residential
buildings close to C2 Pit are classified as class 2 buildings "Buildings with
foundations, masonry and mortar, including buildings with wooden foundations
and floors with mortar "with standard peak particle velocity (PPV) <3 mm / s and
air blast <120 dB, standard peak particle velocity (PPV) and water blast
proportional to fill in explosives used. The greater the contents of the explosives,
the greater the standard value of the peak particle velocity (PPV) and the blast
water produced. It is therefore necessary to review the use of emulsion explosives
used per explosive hole. The author evaluates the data from the actual ground
vibration and air blast measurements based on the approach to Theory of Distance
Scale, which is associated with a power regression graph to obtain the formulation
of ground vibration and water blast predictions, which are expected to be used as a
reference to determine the amount of explosive fillings per hole so that ground
vibration and water blast that occur does not exceed the safe limit.
The results of the prediction of ground vibration and water blast obtained are
then calculated for correction of the value of ground vibration and actual air blast.
An average correction for the predicted peak particle velocity (PPV) of 23%
against the actual peak particle velocity (PPV) and predicted water blast of 42 %
against actual water blast. The formulation of ground vibration and air blast
predictions was then used for maximum limit recommendations for filling
emulsion explosives per explosive hole in each zone in Pit C2, for the red zone
34,5 kg / hole, yellow zone 90 kg / hole, and green zone 160 kg / hole . This
prediction formulation is quite good and can be used as a reference for predicting
ground vibrations and explosive sounds so that the impact of blasting activities on
the surrounding environment is safe.

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,
karena atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir di
PT Saptaindra Sejati, Jobsite Sambarata pada bulan April 2018 dan
menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Ground Vibration dan Air Blast
Terhadap Lingkungan Sekitar Pada Kegiatan Peledakan Overburden di PT
Saptaindra Sejati , Jobsite Sambarata PT. Berau Coal, Kalimantan Timur.
Atas selesainya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara materil
maupun moril terutama kepada:
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, MS, Rektor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Suharsono, MT, Dekan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Edy Nursanto, ST.MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ir. Wawong Dwi R., MT, Koordinator Program Studi Sarjana Teknik
Pertambangan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
5. Dr. Ir. Barlian Dwi Nagara, MT , selaku Pembimbing I.
6. Ir. Peter Eka Rosadi, MT, selaku Pembimbing II.
7. Bapak Didit Pramudya , Project Manager PT. Saptaindra Sejati , Jobsite
Sambarata serta Bapak M Awaludinsyah selaku pembimbing lapangan,
Bapak Wahyuda Pratama selaku Engeineering Drill and Blast. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pengguna dan pembaca di bidang
pertambangan, khususnya analisis efek peledakan.

Yogyakarta, Penulis

Ade Radea Kurniawan

vii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB
I. PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 2
1.5. Batasan Masalah .......................................................................... 2
1.6. Metode Penelitian ........................................................................ 3
1.7. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 4
II. TINJAUAN UMUM ............................................................................. 5
2.1. Lokasi dan Kesampaian daerah. ................................................. . 5
2.2. Iklim dan Curah Hujan ............................................................... . 7
2.3. Keadaan Geologi ........................................................................ . 8
2.4. Sumber Daya dan Kualitas Batubara ........................................... . 12
2.5. Data Geoteknik Sambarata Pit C2 .............................................. . 14
2.6. Kegiatan Penambangan ............................................................... . 14

III. DASAR TEORI ................................................................................... 21


3.1. Karakteristik Batuan ................................................................... . 21
3.2. Sifat – Sifat Bahan Peledak ......................................................... . 22
3.3. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan .......................... . 24
3.4. Geometri Pengeboran .................................................................. . 25
3.5. Pola Pengeboran.......................................................................... . 27
3.6. Geometri Peledakan .................................................................... . 28
3.7. Pola Peledakan ........................................................................... . 33
3.8. Efek Kegiatan Peledakan Terhadap Lingkungan .......................... . 35
3.9. Pemantauan Peak Particle Velocity dan Air Blast ........................ . 43
3.10. Penetapan Standar Peak Particle Velocity dan Air Blast .............. . 45
3.11. Scaled Distance .......................................................................... . 45

viii
Halaman
IV. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 47
4.1. Faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan ......................... . 50
4.2. Hasil Pengukuran Groun Vibration dan Air Blast ....................... . 48
4.3. Pengukuran di lapangan .............................................................. . 54
4.4. Rumusan Prediksi Peak Particle Velocity (PPV) ......................... . 58
4.5. Rumusan Prediksi Air Blast ......................................................... . 61
V. PEMBAHASAN ................................................................................. 66
5.1. Analisis Ground Vibration dan Air Blast
terhadap lingkungan .................................................................... . 66
5.2. Rumusan Prediksi Ground Vibration…………………………….. 67
5.3. Rumusan Prediksi Air Blast ……................................................... 70
5.4. Rekomendasi isian bahan peledak berdasarkan
rumusan prediksi………………………………………………….. 72
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 73
6.1. Kesimpulan ................................................................................. . 73
6.2. Saran .......................................................................................... . 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 74
LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Konsesi Kerja PT. Berau Coal ......................................................... . 6
2.2. Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 - 2017 ............................................... . 7
2.3. Stratigrafi Cekungan Tarakan ……………………………………………. 9
2.4. Peta Geologi Regional daerah Berau dan sekitarnya ................................ . 11
2.5. Land Clearing ........................................................................................ . 15
2.6. Kegiatan Top Soil Removal ..................................................................... . 15
2.7. Alat Bor Merk Atlas Copco DM 45 ......................................................... . 16
2.8. Proses peledakan di Pit C2 Sambarata ..................................................... . 16
2.9. Pemuatan Overburden dengan alat Backhoe Komatsu PC 2000................ 17
2.10. Pengangkutan Overburden dengan alat angkut HD Komatsu 785 .......... . 17
2.11. Proses Dumping material pada Disposal area ........................................ . 18
2.12. Proses Cleaning Material ..................................................................... . 18
2.13. Pemuatan Batubara ............................................................................... . 19
3.1. Mekanisme Pecahnya Batuan...................................................................... 25
3.2. Pengeboran Dengan Lubang Tembak Tegak ........................................... . 26
3.3. Pengeboran Dengan Lubang Tembak Miring .......................................... . 27
3.4. Pola Pengeboran ..................................................................................... . 28
3.5. Geometri Peledakan ................................................................................ . 32
3.6. Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan ............................... . 34
3.7. Pengaruh Jarak terhadap Getaran Tanah…………………………………. 37
3.8. Pengaruh delay interval terhadap Getaran Tanah………………………… 37
3.9. Gelombang Primer dan Sekunder ............................................................ . 38
3.10. Kompenen Getaran .............................................................................. . 39
3.11. Air Blast .............................................................................................. . 39
3.12. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Air Blast ...................................... . 41
3.13. Pengaruh Temperatur Terhadap Air Blast............................................... . 41

x
Halaman
3.14. Event Report Dari Tampilan Program Blastware .................................... .. 44
4.1. Lubang Ledak ....................................................................................... .. 47
4.2. Geometri Peledakan……………………………………………………….. 48
4.3. Desain rangkaian tanpa bidang bebas…………………………………….. 49
4.4. Titan 2000i ……………………………………………………………….. 49
4.5. Booster Trojan NBU .............................................................................. . 50
4.6. MMU Dyno Miner 7512 ........................................................................ . 51
4.7. Data Rekaman Blastware III .................................................................. . 52
4.8. Balstmate III .......................................................................................... . 53
4.9. Geophone & Geophone ......................................................................... . 54
4.10. Pengukuran Airblast dan Ground Vibration di lapangan ........................ . 54
4.11. Grafik hubungan Scale Distance (SD) dan Peak Particle Velocity
(PPV) berdasarkan data sekunder dari BlastwareIII ................................. . 59
4.12. Grafik hubungan Scale Distance (SD) dan Air Blast
berdasarkan data sekunder dari BlastwareII………………………………. 62

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Cadangan Batubara PT.Berau Coal........................................................... . 12
2.2. Kualitas Batubara ..................................................................................... . 13
2.3. Data Geoteknik Lapisan Overburden Pit C2 ............................................ . 14
3.1 Faktor koreksi terhadap jumlah baris ......................................................... . 29
3.2. Faktor koreksi terhadap Posisi lapisan Batuan ......................................... . 29
3.3. Faktor Koreksi terhadap Struktur geologi ............................................... . 30
3.4. Persamaan untuk menentukan jarak spasing ............................................ . 31
3.5. Baku Tingkat Getaran Peledakan pada tambang terbuka .......................... . 36
3.6. Pengaruh Air Blast ................................................................................... . 43
3.7. Baku Tingkat Kebisingan Untuk Lingkungan Tambang Terbuka………… 43
4.1. Hasil Pengukuran Air Blast di Lapangan .................................................. . 55
4.2. Hasil Pengukuran Ground Vibration aktual .............................................. . 57
4.3. PPV actual dan PPV prediksi berdasarkan Teori Scale Distance ............... . 60
4.4. Perhitungan nilai Overpressure (SP)…………………………………..… 63
4.5. Perhitungan Air Blast aktual dengan Air blast Prediksi…………………. 64
5.1. Efek Peledakan terhadap Lingkungan ....................................................... . 66
5.2. Hasil Perhitungan Ground Vibration Aktual dan Prediksi
Teori ScaleDistance………………………………………………………………. 68
5.3. Hasil Koreksi Air Blast Aktual dengan Rumus Prediksi
Teori Scale Distance…………………………………………………...………… 70
5.4. Rekomendasi Isian bahan peledak zonasi 400 m,
700 m, dan 1000 m………………………………………………………… 72

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
A. LOKASI PENGUKURAN ........................................................................ . 75
B. SPESIFIKASI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT .............................. . 76

C. SPESIFIKASI ALAT BOR ATLAS COPCO DM 45 ................................. . 81

D. HASIL PENGUKURAN GROUND VIBRATION AKTUAL ..................... . 82


E. HASIL PENGUKURAN AIR BLAST AKTUAL ........................................ . 87

F. PERHITUNGAN KOREKSI RUMUS PREDIKSI PPV ............................ 90

G. PERHITUNGAN KOREKSI RUMUS PREDIKSI AIR BLAST ................. 95


H. BAKU MUTU SNI 7571:2010 .................................................................. 104

I. INSTRUKSI KERJA PT.BERAU COAL.................................................. .. 109

J. REKOMENDASI ISIAN BAHAN PELEDAK EMULSI…………………. 111

K. BLASTWARE LICENSE............................................................................. 113

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


PT. Saptaindra Sejati merupakan perusahaan kontraktor yang melakukan
kegiatan penambangan di jobsite milik PT. Berau coal yang merupakan pengelola
utama industri pertambangan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Site
penambangan PT. Saptaindra Sejati Jobsite Sambarata ada 3 Pit yaitu Pit C2, Pit
C2C dan Pit B – West. Pembongkaran overburden di PT. Saptaindra Sejati
jobsite Sambarata, dilakukan dengan metode pemboran dan peledakan. Salah satu
masalah yang sering timbul pada kegiatan penambangan dengan peledakan adalah
efek getaran tanah (ground vibration) dan suara ledakan (air blast). Area
penambangan di PT. Saptaindra Sejati khususnya Pit C2 dekat dengan
pemukiman warga Kampung Enau yang dibagi menjadi 3 Zonasi yaitu Zona
Hijau ≥ 1000 m, Zona Kuning 700 – 1000 m dan Zona Merah 700 – 500 m dari
pemukiman warga terdekat.
Berdasarkan Instruksi Kerja yang dikeluarkan oleh PT. Berau Coal batas
untuk efek getaran tanah (ground vibration) antara 1,8 - 2,2 mm/s dan suara
ledakan (air blast) maksimal 70 dB, serta menurut SNI 7571:2010 perumahan
warga sekitar area peledakan tergolong bangunan kelas 2, yaitu bangunan pondasi
dari kayu dan lantai diberi adukan semen, yang memiliki tingkat baku mutu
getaran tanah dengan Peak Particle Velocity (PPV) maksimal 3 mm/s dan suara
ledakan (air blast) maksimal 120 dB. Tercatat pada bulan Februari 2018 hingga
April 2018 nilai PPV (Peak Particle Velocity) mencapai 3,29 mm/s dan Air Blast
135,8 dB yang sudah melebihi standar Instruksi Kerja milik PT.Berau Coal dan
SNI 7571:2010.
Getaran dan suara yang ditimbulkan seringkali membuat warga sekitar
terganggu karena berbarengan dengan jam istirahat siang, selain itu kebun mangga
milik warga sekitar sering mengalami gagal berbuah karena bunga bakal buah

1
yang rontok akibat getaran, sehingga warga sering melakukan pengaduan kepada
pihak perusahaan. Kondisi ini menjadi latar belakang untuk diangkat sebagai topik
penelitian, mengingat perlu adanya peledakan yang terkontrol agar dampak
negatif dari peledakan yang dilakukan minimal dan tetap aman bagi lingkungan
sekitar.

1.2 . Rumusan Masalah


Hasil pengukuran aktual getaran tanah (ground Vibration) dan suara
ledakan (Air Blast) yang terjadi di Pit C2 masih melebihi standar Instruksi kerja
PT.Berau Coal dan SNI 7571:2010 yang berdampak tidak aman terhadap
lingkungan sekitar.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menganalisis data ground vibration dan air blast di Pit C2 terhadap
lingkungan sekitar.
2. Mendapatkan rumusan prediksi air blast dan ground vibration berdasarkan
Teori Scaled distance untuk merekomendasikan isian bahan peledak per
lubang ledak di Pit C2 .

1.4. Manfat Penelitian


1. Kegiatan pengupasan overburden di lokasi penambangan Pit C2 berdampak
aman terhadap lingkungan sekitar.
2. Mengetahui jumlah bahan peledak emulsi yang digunakan agar menghasilkan
geatran tanah (ground vibration) dan suara ledakan (air blast) di bawah
ambang batas aman.

1.5. Batasan Masalah


1. Batasan nilai PPV dan air blast mengacu pada Instruksi Kerja PT. Berau Coal
dan SNI 7571 : 2010.
2. Parameter mengontrol nilai PPV dan air blast hanya dari rekomendasi isian
bahan peledak per lubang ledak tanpa merubah geometri, delay, arah
peledakan, dan pola rangkaian peledakan.
3. Tidak mempertimbangkan kualitas hasil peledakan.

2
1.6 . Metode Penelitian
1.6.1 Studi Literatur
Tahap studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian berupa buku
literatur, laporan penelitian dan referensi dari mining department dan perusahaan.
1.6.2 Orientasi Lapangan
Orientasi atau pengamatan awal di lapangan dilakukan untuk mengetahui
lokasi dan kondisi tempat kita akan mengambil data nantinya .
1.6.3 Pengambilan Data
Pengambilan data di lapangan dilakukan secara rinci sesaui dengan
kebutuhan, data yang diambil ada 2 yaitu data primer dan data sekunder
1. Pengambilan data primer antara lain :
a. Isian Emulsi/lubang
b. Geometri peledakan
c. Pola rangkaian
d. Pengukuran PPV dan Air Blast
2. Pengambilan data sekunder antara lain :
a. Pola Rangkaian Peledakan
b. Peta Litologi
c. Spesifikasi alat
d. Data Geoteknik (densitas dan uji kuat tekan uniaksial batuan )
e. Peta Kesampaian Daerah
f. Data rekaman pengukuran PPV dan air blast Bulan Desember 2017
– Januari 2018.

1.6.4 Pengolahan Data


Data Primer hasil di lapangan dan data sekunder diolah secara manual dan
agar mempermudah pembacaannya maka digunakan bantuan perangkat lunak
Microsoft excel yang dibuat dalam bentuk tabel .(Lampiran F dan G).

1.6.5 Pembuatan Laporan


Laporan Tugas Akhir disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan
skripsi yang nantinya dikumpulkan di kampus dan tambahan pustaka bagi
perusahaan . Laporan dalam bentuk soft copy dan hard copy .

3
1.7 . Diagram alir penelitian
Diagram alir penyusunan laporan pada lokasi penelitian sebagai berikut :

Judul
Analisis Ground Vibration dan Air Blast Terhadap Lingkungan Sekitar Pada Kegiatan
Peledakan Overburden di Lokasi PIT C2 PT. Saptaindra Sejati,
Jobsite Sambarata PT. Berau Coal, Kalimantan Timur

Permasalahan di lapangan
Hasil pengukuran aktual getaran tanah (ground Vibration) dan suara ledakan (Air Blast) yang
terjadi di Pit C2 masih melebihi standar Instruksi kerja PT.Berau Coal dan SNI 7571:2010.

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis data ground vibration dan air blast di Pit C2 PT. Saptaindra Sejati terhadap
lingkungan.
2. Meperoleh rumusan prediksi air blast dan ground vibration serta rekomenadasi isian
bahan peledak per lubang ledak

PENGAMBILAN DATA

Data Primer Data Sekunder


1. Isian Emulsi/lubang 1. Peta Litologi
2. Geometri peledakan 2. Data Geoteknik
3. Jarak pengukuran 3. Data rekaman blastwareIII
4. Pengukuran PPV dan Air blast 4. Spesifikasi alat

Pengolahan dan analisis data


1. Hubungan antara Peak Particle Velocity, isian bahan peledak per
delay menggunakan metode Scale Distance dan teoritis
2. Anisilis Air blast berdasarkan metode Scale Distance

Hasil analisis Tidak Perbaikan


Nilai PPV < 2,2 mm/s dan Air jumlah isian
blast < 70 dB bahan peledak

Ya

Kesimpulan dan Saran

4
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi penambangan PT. Saptaindra Sejati berada di Kecamatan Segah,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, dengan jarak kurang lebih 570 km
dari Kota Balikpapan, jika ditempuh melalui jalur darat akan membutuhkan
waktu sekitar 15 jam. Dimana PT. Saptaindra Sejati melakukan kegiatan
penambangan di Site Sambarata milik PT. Berau Coal. Secara geografis wilayah
PT. Berau Coal terletak pada koordinat 117°7’48” - 117°38’18” Bujur Timur
(BT) dan 1°52’24” - 2°25’6” Lintang Selatan (LS). Dengan batasan wilayah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sulawesi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten
Kutai Kartanegara.
Wilayah konsesi batubara milik PT. Berau Coal kurang lebih sebesar
118.400 hektar, dimana terdapat 3 lokasi yang beroperasi dengan luas wilayah
50.650 hektar, Adapun 3 lokasi penambangan tersebut, yaitu :
1. Site Lati, berproduksi sejak 1993 berada di Desa Sambakungan, Kecamatan
Gunung Tabur. Wilayah Lati ini berlokasi di hilir Sungai Lati, dengan luas
area WIUP 26.129 ha.
2. Site Binungan, berproduksi sejak tahun 1995 dan berlokasi di Desa Pegat
Bukur, Kecamatan Sambaliung, dengan luas area WIUP 14.585 ha
3. Site Sambarata, merupakan area tambang baru yang berproduksi sejak tahun
2001, yang berlokasi di Desa Enau , Kecamatan Segah dengan luas area
9.936 ha.

5
Gambar 2.1
Peta Konsensi Kerja PT. Berau Coal

6
2.2. Iklim dan Curah Hujan
Daerah tambang milik PT. Berau Coal berada di kawasan beriklim hujan
tropis yang memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim
hujan terjadi pada bulan November sampai dengan bulan Juni, sedangkan musim
kemarau terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober. Rata – rata
temperature sepanjang tahun berkisar 20°C - 31°C, pergerakan temperature harian
3°C - 4°C. Kelembaban udara 88 % dan kecepatan angin rata – rata 5 – 7 knot.
Daerah Berau memiliki jenis vegetasi hutan hujan tropis.
Data curah hujan rata – rata daerah Berau untuk tahun 2010 – 2017 dapat
dilihat pada Gambar 2.2 dengan nilai rata – rata 158,25 mm, dengan nilai
maksimum 225 mm pada bulan Maret dan niali minimum 86 mm pada bulan
Agustus.

Curah Hujan Rata - rata Tahun 2010 - 2017


Site Sambarata PT. Berau Coal

300

245.5
250
218
Curah Hujan (mm)

198
200 190
178
161
142 147
150 139
124

100 86 91

50

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des

Gambar 2.2
Grafik Curah Hujan Bulanan PT. Berau Coal Tahun 2010 – 2017

7
2.3. Keadaan Geologi
2.3.1.Geologi Regional
Area PT. Berau Coal terletak di Cekungan Berau yang merupakan anak
Cekungan Tarakan. Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari tiga cekungan
besar yang membangun kondisi geologi daerah Kalimantan Timur bagian utara.
Adapun sebaran ketiga cekungan utama tersebut dari arah Utara ke arah Selatan
adalah : Cekungan Tarakan, Cekungan Kutai, dan Cekungan Barito.
Secara fisiografis Cekungan Tarakan di bagian barat dibatasi oleh lapisan
sedimen Pra Tersier Tinggian Kuching dan dipisahkan dari Cekungan Kutai oleh
kelurusan timur – barat Tinggian Mangkalihat. Cekungan Tarakan berupa depresi
berbentuk busur yang terbuka kearah timur ke arah Selat Makasar/Laut Sulawesi
yang meluas ke utara Sabah dan berhenti pada zona subduksi di Tinggian
Samporna dan merupakan cekungan paling utara di Kalimantan, sedangkan batas
selatannya adalah Pegunungan Suikerbrood dan tinggian Mangkalihat.
Lingkungan pengendapan Cekungan Tarakan dimulai dari proses
pengangkatan (transgresi) yang diperkirakan terjadi pada kala Eosen sampai
dengan Miosen awal bersamaan dengan terjadinya proses pengangkatan gradual
pada tinggian Kuching dari barat ke timur. Pada kala Miosen Tengah terjadi
penurunan (regresi) pada Cekungan Tarakan, yang dilanjutkan dengan terjadi
pengendapan progradasi ke arah timur dan membentuk endapan delta, yang
menutupi endapan prodelta dan bathial. Cekungan Tarakan mengalami proses
penurunan secara lebih aktif lagi pada kala Miosen sampai Pliosen. Proses
sedimentasi delta yang tebal dengan pusat cekungan (deposentris) dan relatif
bergerak ke arah timur terus berlanjut searah selaras dengan waktu.
2.3.2. Fisiografi
Daerah Berau terletak pada cekungan tarakan dengan pegunungan yang
rendah dengan bukit yang bergelombang. Daerah tambang Sambarata terletak
pada Anak Cekungan Berau yang merupakan anak cekungan dari Cekungan
Tarakan, yang terletak pada pantai timur laut Kalimantan Utara dan sebagian kecil
di bagian Tenggara Sabah. Bagian Selatan dibatasi oleh Tinggian Mangkalihat
yang merupakan pemisah antara Cekungan Tarakan dan Cekungan Kutai, bagian
Utara dibatasi oleh Tinggian Sebuku, bagian Barat oleh Tinggian Sekatak.

8
2.3.3. Stratigrafi
Berdasarkan Peta Geologi keluaran Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Bandung pada lembar Tanjung Redeb (1995). Secara regional daerah
anak Cekungan Tarakan terdiri dari batuan sedimen dan batuan beku dengan
kisaran umur dari PraTersier (Kapur) hingga Kuarter. Anak Cekungan Berau dari
yang tua ke muda terdiri dari Formasi Banggara (Kbs), Formasi Sambakung
(Tes), Formasi Tabalar (Teot), Formasi Birang (Tomb), Formasi Latih (Tml),
Formasi Tabul (Tmt), Formasi Labanan (Tmpl), Formasi Domaring (Tmpd),
Formasi Sinjin (Tps), Formasi Sajau (TQps) dan Endapan aluvial (Qa). (Lihat
pada Gambar 2.3).

Sumber: Geology and Exploration Department PT. Berau Coal (2015)

Gambar 2.3
Stratigrafi Cekungan Tarakan

1. Formasi Telen (Mt)


Terdiri dari perselingan batusabak, batutanduk, batupasir meta, dan kuarsit,
sisipan rijang dan batugamping meta. Terendapkan di dalam lingkungan laut
dalam – laut dangkal. Tebal diperkirakan 3.500 meter,

9
2. Formasi Bangara (Kbs) :
Perselingan batulempung malih, batulempung terkersikkan, batulempung
hitam bersisipan serpih dan laminasi tuff mengandung radiolaria, satuan batuan
merupakan endapan flysh, umurnya Kapur.
3. Formasi Sembakung (Tes) :
Batulempung, batulanau, dan batupasir di bagian bawah mengandung batu
pasir kuarsa, batugamping pasiran, rijang dan tuf, di bagian atas mengandung fosil
nummulites sp, Discocylclina sp, Operculina sp, Globigerina sp, Reusela sp,
Nodosaria sp, Planulina sp, Amphistegina sp dan Borelis sp. Tebal satuan batuan
lebih dari 1.000 m, diendapkan dalam lingkungan laut berumur Eosen.
4. Formasi Tabalar (Toet) :
Napal abu – abu, batupasir, serpih, sisipan batugamping dan konglomerat,
alas di bagian bawah mengandung batugamping dolomite, kalkarenit dan sisipan
napal, di bagian atas diendapkan dalam lingkungan fluviatil - laut dangkal dengan
tebal satuan mencapai 1.000 m, umurnya Eosen – Oligosen.

5. Formasi Birang (Tomb) :


Perselingan napal, batugamping dan tuff di bagian atas, dan perselingan
rijang, napal, konglomerat, batupasir kuarsa dan batugamping di bagian bawah.
Tebal satuan batuan lebih dari 1.100 m, mengandung fosil antara lain,
Lepidocylina ephicides, Spiroclypeus sp, Miogypsina sp, Margionopora
vertebralis, Operculina sp, Globigerina tripartita, Globoquadrina altispira,
Globorotalia mayeri, Globorotalia peripheronda, Globigerinoides immaturus,
Globigerinoides sacculifer, Pra Orbulina transitoria, Uvigerina sp, Cassidulina
sp, dengan kisaran Umur Oligosen – Miosen.

6. Formasi Latih (Tml) :


Batupasir kuarsa, batulempung, batulanau, dan batubara di bagian atas serta
bersisipan serpih pasiran dan batugamping di bagian bawah. Dengan lapisan
batubara (0,2 – 5,5 m), berwarna hitam, coklat, dengan tebal satuan batuan kurang
lebih 800 m, diendapkan dalam lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal yang
mengandung fosil antara lain, Pra Orbulina glomerosa, Pra Orbulina transitioria,
dengan umur Miosen Awal – Miosen Tengah.

10
7. Formasi Tabul (Tmt) :
Terdiri dari batupasir, batulempung, konglomerat dan sisipan batubara yang
mengandung Operculina sp, dengan tebal satuan kurang lebih 1.050 m. Satuan
batuan merupakan endapan regresif delta, dengan umur Miosen Akhir.
8. Formasi Labanan (Tmpl) :
Perselingan konglomerat aneka bahan, batupasir, batulanau, batulempung
disisipi batugamping dan batubara. Lapisan batubara (0,2 – 1,5 m) berwarna
hitam, coklat. Tebal satuan lebih kurang 450 m, diendapkan dalam lingkungan
fluviatil. Umurnya Miosen Akhir – Pliosen.
9. Formasi Domaring (Tmpd) :
Batugamping, batugamping kapuran, napal dan sisipan batubara muda yang
diendapkan dalam lingkungan rawa litoral. Tebalnya mencapai 1000 m, berumur
Miosen Akhir – Pliosen.
10. Formasi Sinjin (Tps) :
Perselingan tuf, aglomerat, lapili, lava andesit piroksen, tuf terkersikan,
batulempung tufaan dan kaolin, mengandung lignit, kuarsa, feldsfar, dan mineral
hitam. Tebal satuan batuan lebih dari 500 m.
11. Formasi Sajau (TQps) :
Perselingan batulempung, batulanau, batupasir, konglomerat, di sisipi
batubara, mengandung moluska, kuarsit dan mika yang menunjukan struktur
silang siur dan laminasi. Lapisan batubara (0,2 – 1 m) berwarna hitam, coklat.
Tebal satuan batuan lebih kurang 775 m. Diendapkan dalam lingkungan fluviatil
dan delta.
12. Endapan Aluvial (Qa) :
Lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan gambut berwarna kelabu sampai
kehitaman, tebalnya lebih dari 40 m.

2.3.4. Struktur Geologi


Struktur geologi yang ada di sekitar daerah pemetaan geologi regional
berupa lipatan sesar normal, sesar geser, dan kelurusan menunjukan arah utama
baratlaut – tenggara dan baratdaya–timurlaut. Struktur lipatan seperti antiklin dan
sinklin berarah baratlaut – tenggara dan Barat Daya – Timur Laut
(Lihat pada Gambar 2.4).

11
Gambar 2.4
Peta Geologi Regional daerah Berau dan sekitarnya

12
2.4. Sumber Daya dan Kualitas Batubara
Estimasi cadangan batubara PT. Berau Coal dilakukan secara internal
dengan menggunakan Kode Komite Cadangan Mineral Indonesia (Kode-KCMI
2011) dan Standar Nasional Indonesia (SNI 5015:2011) yang diterbitkan oleh
Competent Person sebagai panduan estimasi. Estimasi total cadangan batubara
PT. Berau Coal sebesar 469,77 juta ton, dimana terhitung 236,53 juta ton
diklasifikasikan sebagai cadangan terbukti dan 233,24 juta ton diklasifikasikan
sebagai cadangan terkira (Tabel 2.1) dan masing-masing kualitas batubara
tersebut dapat dilihat pada (Tabel 2.2) di halaman selanjutnya.
Tabel 2.1
Cadangan Batubara PT. Berau Coal

Cadangan Batubara (Juta Ton)


No Area
Terbukti Terkira Total
1 Site Lati
a. Seam PQRT
b. Seams other (A to O) 37,49 45,61 83,09
14,75 3,03 17,78

Sub Total 52,24 48,63 100,87


2 Site Sambarata
a. Block B West
b. Block B East 4,30 9,15 13,45
c. Block B 1 9,46 9,11 18,57

Sub Total 13,76 18,26 32,02


3 Site Binungan

a. Parapatan 2,60 2,18 4,78


b. Block 1 – 4 16,77 3,02 19,79
c. Block 5 – 6 2,92 0,52 3,44
d. Block 7 East 17,86 36,97 57,53
e. Block 7 West 10,41 3,05 13,46
f. Block 8 21,69 16,24 37,93
g. Block 9 34,38 30,13 64,51
h. Block 10 52,79 39,24 92,02

Sub Total 159,42 134,04 239,46


4 Site Gurimbang 11,12 32,30 43,42
Sub Total 11,12 32,30 43,42
Total 236,53 233,24 469,77

13
Tabel 2.2
Kualitas Batubara PT. Berau Coal
TM Ash TS CV
AFT (0C)
No Area % % % kcal/kg
(ar) (ar) (ar) (gar) IDT SPH HEM FLOW
1 Site Lati
Seam PQRT 24,95 4,95 1,01 4.993 1.115 1.144 1.161 1.191
Seams other (A 24,83 5,75 1,78 4.889 1.171 1.199 1.220 1.252
to O)
Rata – rata 24,93 5,09 1,15 4.976 1.125 1.154 1.171 1.202
2 Site
Sambarata
Block B West 12,92 4,05 1,13 6.193 1.167 1.199 1.229 1.284
Block B East 21,01 4,52 0,66 5.337 1.034 1.140 1.164 1.217
Block B 1
Rata - rata 17,61 4,32 0,86 5.720 1,125 1,165 1,191 1,254
3 Site Binungan
Parapatan 21,79 4,73 0,46 5.266 1.084 1.116 1.138 1.206
Block 1 – 4 17,27 5,29 1,72 5.653 1.081 1.110 1.134 1.166
Block 5 – 6 21,18 5,35 0,15 4.926 1.173 1.210 1.231 1.260
Block 7 East 22,04 5,66 0,57 5.110 1.177 1.232 1.252 1.277
Block 7 West 19,30 4,92 0,49 5.411 1.127 1.156 1.174 1.204
Block 8 24,73 5,54 0,37 48.63 1.147 1.182 1.204 1.264
Block 9 35,11 4,59 0,32 4.097 1.209 1.242 1.262 1.311
Block 10 44,35 2,46 0,06 3.498 1.256 1.286 1304 1.345

Rata - rata 31,89 4,33 0,37 4.401 1.194 1.231 1.251 1.293
4 Site 36,00 3,99 0,41 4.051 1.278 1.303 1.323 1.352
Gurimbang
Rata - rata 36,00 3,99 0,41 4.051 1.278 1.303 1.323 1.352
Sumber : Dokumen Mine Plan Control Department PT. Berau Coal (2015)

Keterangan :
Adb : Air Dry Based (Pengujian dilakukan dalam kondisi bebas air permukaan)
Ar : As Received
Gar : Gross As Received
CV : Calorific Value (Nilai Kalori)
TS : Total Sulfur (Kandungan Sulfur Total)
TM : Total Moisture (Kandungan Air Total)
AFT : Ash Fusion Temperature (Titik Leleh Abu)
IDT : Initial Deformation
SPH : Spherical
HEM : hemisphere
FLOW : Flow

14
2.5. Data Geoteknik Sambarata Pit C2
Tabel 2.3
Data Geoteknik Lapisan Overburden Pit C2
Physical Properties UCS
No Pit Lithology 3
Densitas (gr/cm ) σc (MPa) E (Mpa) ʋ
1 Sandstone 2,37 10,88 1242,94 0,25
Sandy
2 C2 2,35 7,27 401,52 0,31
Mudstone
3 Mudstone 2,36 11,63 1045,94 0,3
Sumber : Departemen Geoteknik dan Hidrologi PT. Berau Coal
Keterangan :
σc : Compressive Strength
E : Modulus Young
ʋ : Poisson Ratio

2.6. Kegiatan Penambangan


Sistem penambangan di PT. Saptaindra Sejati menggunakan sistem tambang
terbuka. Target pengupasan overburden sebesar 3 juta ton/bulan dan target
produksi batubara sebesar 200.000 ton/bulan.
Pada proses penambangan, baik kegiatan pemberaian (loosening),
penggalian dan pemuatan (digging and loading), maupun pengangkutan (hauling)
material semuanya dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis. Operasi
penambangan berlangsung selama 24 jam sehari yang terdiri dari 2 shift
operasional selama 13 hari dalam 2 minggu.

2.6.1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)


Pembersihan lahan (land clearing) merupakan kegiatan pembersihan
vegetasi. Kegiatan land clearing dimulai dengan melakukan pembersihan semak
belukar dan penebangan pohon yang berdiameter lebih kecil dari 30 cm dengan
cara didorong menggunakan bulldozer Komatsu D85E-21. Untuk pohon dengan
diameter lebih besar dari 30 cm dapat menggunakan chainsaw. Jika lokasi
merupakan daerah rawa, materialnya lunak atau kemiringan curam, maka dapat
menggunakan excavator Komatsu PC 400 (Gambar 2.5). Setelah pohon-pohon
berhasil ditumbangkan kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk kemudian
diangkut. Jika kegiatan land clearing telah selesai dilakukan, maka akan

15
dihasilkan suatu lahan yang terdiri dari tanah penutup tanpa vegetasi di atasnya.
Setelah lokasi benar-benar bersih baru dilakukan pemetaan topografi yang
nantinya dipakai untuk mengetahui kemajuan tambang.

Gambar 2.5
Land Clearing
2.6.2. Pengupasan dan Pemuatan Lapisan Tanah Pucuk (Top Soil Removal)
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yang terdiri dari tanah dan
batuan (lihat Gambar 2.6). Penanganan tanah penutup berupa top soil dan sub soil
berbeda dengan penanganan batuan penutup tanah yang terdiri dari batu pasir dan
batu lempung. Top soil ini kaya dengan unsur hara (humus) dan tebalnya sekitar
10-30 cm dipindahkan ke tempat tertentu yang nantinya akan digunakan kembali
untuk reklamasi pada daerah bekas tambang. Top soil ini dipisahkan tempat
penumpukannya dari sub soil. Pada area tertentu yang mempunyai lapisan top soil
tipis, penanganannya dilakukan sekaligus dengan sub soil, yaitu ditimbun dan
ditempatkan bersamaan, ini dapat juga disebabkan karena medan kerjanya sulit,
misalnya untuk daerah yang curam dan terjal seingga untuk memudahkan
pekerjaan digusur bersamaan tanpa membedakan top soil dan sub soil.

Gambar 2.6
Kegiatan Top Soil Removal

16
2.6.3. Pengupasan Overburden
Setelah kegiatan pengambilan tanah pucuk kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan pengupasan overburden dilakukan dengan menggunakan cara
pengeboran dan peledakan karena karakteristik overburden pada daerah penelitian
merupakan matrial kuat.
a. Pengeboran
Kegiatan pengeboran dilakuakan dengan alat bor merk Atlas Copco DM 45
(lihat Gambar 2.7). Pola pengeboran yang digunakan adalah pola pengeboran
selang-seling (staggered pattern), diameter lubang ledak 7 7/8 inchi atau 200 mm,
burden 7 m dan spasi 8 m.

Gambar 2.7
Alat Bor merk Atlas Copco DM 45
b. Peledakan
Peledakan di lokasi penelitian mengunakan peledakan non elektrik dan
elektronik dengan bahan peledak Emulsi. Pola peledakan yang diterapkan
bervariasi yaitu boxcut, echelon dan V-cut. Detonator yang digunakan adalah
dengan inhole delay 500 ms dan surface dealay 25 ms, 67 ms dan 109 ms.

Gambar 2.8
Proses Peledakan di Pit c2 Site Sambarata

17
2.6.4. Proses Pemuatan Overburden
Material hasil peledakan akan dimuat oleh alat Backhoe komatsu PC 2000
dan Backhoe Komatsu PC 1250 dengan kapasitas bucket yang bervariasi.
Kegiatan pemuatan material hasil peledakan dilakukan satu hari setelah
peledakan. Pola pemuatan overburden yang dilakukan alat muat berdasarkan
jumlah penempatan posisi truck adalah dengan pola top loading.

Gambar 2.9
Pemuatan Overburden dengan alat Backhoe Komatsu PC 2000

2.6.5. Proses Pengangkutan Overburden


Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut material overburden setelah
peledakan adalah Highway Dumptruck Komatsu 785D (lihat Gambar 2.10).
Overburden diangkut dan kemudian ditimbun pada disposal area. Jarak dari front
penambangan menuju disposal area adalah 1 km. Timbunan diratakan dengan
menggunakan buldozer. (lihat Gambar 2.11)

Gambar 2.10
Pengangkutan Overburden dengan alat angkut HD merk Komatsu 785

18
Gambar 2.11
Proses Dumping material pada disposal area

2.6.6. Proses Cleaning Batubara


Sebelum dilakukan penambangan, batubara terlebih dahulu dilakukan
pembersihan (cleaning) yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa tanah
penutup yang masih ada dengan menggunakan backhoe Komatsu PC 200 yang
telah dipasangkan tooth sehingga memudahkan untuk pembersihan (Gambar
2.12), dalam hal ini lapisan batubara harus benar-benar bersih dari tanah penutup
karena PT. Berau Coal tidak menggunakan proses pencucian batubara.

Gambar 2.12
Proses cleaning material

19
2.6.7. Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Batubara
Kegiatan penggalian batubara dilakukan setelah tahap pengupasan tanah
penutup selesai dikerjakan dan batubara dalam keadaan terbuka (exposed area).
Penggalian batubara dilakukan per-blok (setiap 50 meter) mengikuti arah
kemajuan pengupasan tanah penutup.
Penggalian dan pemuatan batubara dilakukan dengan menggunakan back hoe
Komatsu PC 400, Komatsu PC 800, yang selanjutnya dimuat ke dalam dump
truck (Gambar 2.13) menggunakan DumpTruck Patria untuk dibawa langsung ke
Coal Processing Plant (CPP).

Gambar 2.13
Pemuatan Batubara

20
BAB III
DASAR TEORI

3.1. Karakteristik Batuan


Menurut Sushil Bhandari (1997) Sifat-sifat batuan yang mempengaruhi
peledakan antara lain: kekuatan batuan (strength), elastisitas, struktur batuan,
bobot isi, serta kecepatan rambat energi dalam batuan (velocity of energy
propagation).
1. Strength (kekuatan)
Kekuatan batuan merupakan kemampuan batuan untuk menahan gaya yang
dikenakan pada batuan. Sassa & Ito (1974) mengindikasi hubungan kekuatan
batuan dan mudah tidaknya batuan tersebut dihancurkan dengan brittle index yaitu
perbandingan kuat tekan batuan dengan kuat tarik batuan yang nilainya
diperkirakan 10 – 100, semakin besar brittle index maka semakin mudah batuan
itu di ledakkan.
2. Elastisitas Batuan (Elastic)
Pada umunya batuan memiliki 2 sifat yaitu sifat elastis dan sifat plastis.
Batuan dengan sifat elastis tinggi relatif mempunyai nilai kuat tekan tinggi.
Sedangkan batuan yang dominan bersifat plastis relatif mempunyai nilai kuat
tekan lebih rendah.
3. Densitas Batuan (Density)
Batuan yang memiliki densitas tinggi membutuhkan bahan peledak yang
lebih banyak untuk dapat membongkarnya, karena memerlukan energi peledakan
yang lebih tinggi.
4. Struktur batuan
Struktur batuan seperti sesar, kekar , bidang perlapisan dan kondisi geologi
lainnya berpengaruh terhadap peledakan. Adanya struktur batuan akan
mempengaruhi gelombang energi yang merambat pada batuan karena bila
gelombang energi melalui batuan yang tidak menerus, maka sebagian energi akan

21
dipantulkan dan sebagian akan diteruskan sehingga akan mengurangi energi
peledakan untuk memecahkan batuan lebih lanjut. Jenis – jenis kekar berdasarkan
arah penunjamannya antara lain :
a. Horizontal Joints (datar mengikuti perlapisan)
b. Parallel to face (penunjaman kekar searah bidang bebas)
c. Perpendicular to face (penunjaman kekar berlawanan arah dengan
bidang bebas)
5. Pengaruh Air Tanah
Kondisi air tanah mempengaruhi dalam pemilihan bahan peledak. Pada
lubang ledak basah, bahan peledak yang memiliki ketahanan lemah terhadap air
seperti ANFO akan menghasilkan ledakan yang tidak maksimal. Maka
penggunaan slurry dan emulsi lebih cocok.

3.2. Sifat - Sifat Bahan Peledak


Sifat-sifat bahan peledak yang berpengaruh dalam hasil peledakan yaitu
bobot isi bahan peledak, kekuatan, ketahanan terhadap air, kecepatan detonasi,
tekanan detonasi dan sifat gas beracun.
1. Kekuatan
Kekuatan/strength suatu bahan peledak memperlihatkan energi yang
terkandung di dalam bahan peledak, yang dinyatakan dalam persen (%) berat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar bobot isi dan velocity of
detonation (VOD) suatu bahan peledak maka kekuatannya juga semakin besar.
2. Kecepatan Detonasi (VOD)
Kecepatan detonasi (Velocity of Detonation) adalah kecepatan merambat
gelombang detonasi sepanjang kolom isian bahan peledak. Besarnya kecepatan
detonasi dapat dinyatakan dalam meter/detik atau feet/detik. kecepatan detonasi
ada dua yaitu, kecepatan detonasi terkurung dimana gelombang detonasi
merambat melalui bahan peledak didalam lubang ledak atau tempat terkurung
lainnya, Kecepatan detonasi tak terkurung Kecepatan detonasi bahan peledak
yang diledakkan dalam keadaan terbuka/tidak terkurung. Umumnya nilai
kecepatan detonasi tak terkurung lebih berarti. Kecepatan detonasi bahan peledak
komersial berkisar antar 1.500 – 8.000 m/detik.

22
3. Tekanan Detonasi
Tekanan detonasi adalah persebaran tekanan gelombang ledakan pada kolom
isian bahan peledak, yang dinyatakan dengan kilobar (kb). Tekanan akibat
ledakan terjadi disepanjang dinding lubang ledak yang selanjutnya tersebar
kesegala arah. Intensitasnya tergantung dari jenis bahan peledak (bobot isi
,kekuatan, VOD), tingkat pengukungan, jumlah dan temperature gas hasil
ledakan. Tekanan detonasi bahan peledak komersial berkisar 5 – 10 kb
4. Bobot Isi (Density)
Bobot isi dari suatu bahan peledak merupakan jumlah gram berat bahan
peledak pada setiap centimeter kubik volumenya. Biasanya bahan peledak yang
mempunyai bobot isi tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan
yang tinggi. Peledakan yang menghasilkan fragmen dengan ukuran kecil
memerperlukan bahan peledak dengan bobot isi yang besar.
5. Ketahanan terhadap air
Ketahanan bahan peledak terhadap air adalah ukuran kemampuan suatu
bahan peledak untuk melawan air disekitarnya tanpa kehilangan sensitifitas atau
efisiensi. Bahan peledak larut dalam air dalam waktu yang pendek (mudah larut),
berarti bahan peledak tersebut dikategorikan mempunyai ketahanan terhadap air
yang buruk atau poor, sebaliknya bila tidak larut dalam air disebut sangat baik
atau excellent. Contoh bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap air
buruk adalah ANFO, untuk bahan peledak yang mempunyai ketahanan terhadap
air sangat baik seperti emulsi, watergel atau slurries dan bahan peledak berbentuk
cartridge .
6. Sifat Gas Beracun
Bahan peledak yag meledak menghasilkan dua kemungkinan jenis gas yaitu
smoke atau fumes. Smoke tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap (H2O) atau
asap (CO2) yang berwarna putih. Sedangkan fumes berwarna kuning dan
berbahaya karena sifatnya beracun, yaitu terdiri dari karbon-monoksida (CO) dan
oksida–nitrogen (No2).
7. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan merupakan ukuran tingginya impuls yang dibutuhkan oleh suatu
bahan peledak untuk mulai bereaksi dan menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh

23
Isian. Kepekaan bahan peldak tergantung pada ukuran butir, bobot isi, pengaruh
kandungan air, dan temperature. Bobot isi dan pengaruh kandungan air yang
tinggi cenderung mengurangi kepekaan , sedangkan peningkatan temperature
dapat meningkatkan kepekaan.

3.3. Mekanisme Pecahnya Batuan Akibat Peledakan


Menurut Wyllie & Mah (2005) Proses pecahnya batuan akibat peledakan
terjadi dalam tiga tahapan yaitu :
1. Proses pemecahan batuan tingkat I
Pada saat bahan peledak diledakkan di dalam lubang ledak, maka
temperature dan tekanan dalam lubang ledang naik hingga 18.000 atm. Energi ini
merambat menjauhi lubang ledak dalam bentuk gelombang tekan (compressive
wave) dengan kecepatan antara 2000 – 6000 m/detik, sehingga menimbulkan
tegangan tangensial yang mengakibatkan adanya rekahan menjari (radial
fractures) mengarah keluar di sekitar lubang ledak. Perluasan rekahan tergantung
pada kekuatan batuan dan setara dengan 40 – 50 kali diameter lubang ledak.
2. Proses pemecahan batuan tingkat II
Ketika gelombag tekan mencapai bidang bebas, akan dipantulkan menjadi
gelombang tarik (tensile wave). Jika gelombang tarik cukup kuat, spalling pada
bidang bebas akan muncul membelakangi lubang ledak. Gelombang tarik
merambat kembali di dalam batuan memperluas radial crack. Oleh karena batuan
lebih kecil ketahanannya terhadap tarikann daripada tekanan, gelombang tarik
lebih efektif dalam proses meretakkan batuan.
3. Proses pemecahan batuan tingkat III
Proses meretakan batuan karena gelombang tekan dan gelombang tarik terjadi
dalam 1- 2 ms setelah detonasi. Sedangkan gas dengan tekanan dan temperature
tinggi dihsilkan 10 ms setelah detonasi. Retakan pada batuan hasil radial crack
dan gelombang tarik memungkinkan untuk perluasan gas (expanding gases).
Sehingga terjadi pembajian gelombang dan gas, menghasilkan lebih banyak
rekahan menyebabkan massa batuan terbongkar dan terdorong kearah bidang
bebas.

24
Gambar 3.1
Mekanisme pecahnya batuan (Wyllie & Mah, 2005)

3.4. Geometri Pengeboran


Pengeboran merupakan tahap awal dalam melakukan peledakan. Pengeboran
bertujuan untuk menyediakan lubang ledak. Lubang ledak tersebut kemudian diisi
primer, bahan peledak sesuai kebutuhan dan juga material stemming. Agar hasil
peledakan sesuai dengan yang diharapkan maka geometri pengeboran harus
diperhatikan diantaranya diameter, kedalaman, dan kemiringan lubang ledak.
1. Diameter Lubang Ledak
Diameter lubang ledak yang biasanya dipilih disesuaikan dengan sifat-sifat
fisik batuan yang akan diledakkan. Apabila batuan yang akan diledakkan sukar
pecah maka penggunaan diameter lubang ledak yang kecil akan dapat
menghasilkan energi peledakkan yang lebih baik.

25
2. Kemiringan Lubang Ledak
a) Lubang Ledak Vertikal
Suatu jenjang dengan arah lubang ledak vertikal diledakkan, maka bagian
lantai jenjang akan menerima gelombang tekan terbesar. Gelombang tekan
tersebut sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang. Penggunaan lubang ledak dengan
arah vertikal memiliki keuntungan seperti , pemboran yang dapat dilakukan
dengan mudah dan pengawasannya tidak terlalu ketat dari pada pemboran dengan
arah miring.

B α B

T T

B
H H
L
L PC
PC

J J

Keterangan :
B = Burden
a. Lubang ledak vertikal b. Lubang ledak miring
T = Stemming
PC = Powder Charge
L = Kedalaman Lubang Ledak
H = Tinggi Jenjang
J = Subdrill

Gambar 3.2
Pengeboran Dengan Lubang Ledak Tegak (S. Koesnaryo, 1988)

b) Lubang Ledak Miring


Pada lubang ledak dengan arah miring, bidang bebas akan menerima
gelombang tekan untuk dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang lebih kecil. Dengan demikian
sebagian besar gelombang tekan yang dihasilkan oleh bahan peledak digunakan
untuk membongkar batuan sehingga mengurangi resiko terjadinya boulder , selain
itu jenjang (bench) yang dihasilkan lebih stabil, namun dalam penerapannya ada

26
beberapa kesulitan untuk melalukan pemboran secara dengan arah miring secara
akurat khususnya untuk pemboran lubang ledak yang dalam . Akibatnya arah
pemboran tidak tepat lagi sehingga jarak spacing atau burden akan berubah dari
desain yang direncanakan , selian itu waktu pemboran lebih lama jika
dibandingkan dengan pemboran dengan arah vertikal .

B α B

T T

B
H H
L
L PC
PC

J J

a. Lubang ledak vertikal Keterangan : b. Lubang ledak miring


B = Burden Nyata
B’ = Burden Semu
T = Stemming
PC = Powder Charge
L = Kedalaman Lubang Ledak
H = Tinggi Jenjang
J = Subdrill
α = Kemiringan Lubang Ledak

Gambar 3.3
Pengeboran Dengan Lubang Ledak Miring (S. Koesnaryo, 1988)

3.5. Pola Pengeboran


Pola pengeboran merupakan suatu pola pada kegiatan pengeboran dengan
memposisikan lubang – lubang ledak secara sistematis. Berdasarkan letak – letak
lubang bor maka pola pengeboran pada umumnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu
:
1. Pola pengeboran sejajar (paralel pattern)
Dalam penerapannya di lapangan, lubang ledak disusun secara sejajar
dimana letak baris pertama dan kedua sejajar seperti pada (Gambar 3.3 ). Pola
pemboran ini dibagi menjadi 2 pola , yaitu :
a. Pola bujur sangkar ( Square pattern ) yaitu pola pemboran dimana panjang
jarak antara burden dengan sapcing sama.

27
b. Pola Persegi panjang (Rectangular Pattern) yaitu pola pemboran dimana
panjang jarak spacing dalam satu baris lebih besar daripada jarak burden.
2. Pola pengeboran selang-seling (staggered pattern)
Pola pengeboran selang – seling lebih sulit penanganannya di lapangan
namun fragmentasi batuannya lebih baik dan seragam. Menurut hasil penelitian di
lapangan pada jenis batuan kompak, menunjukan bahwa hasil produktivitas dan
fragmentasi peledakan dengan menggunakan pola pengeboran selang-seling lebih
baik dari pada pola pengeboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan
pada pengeboran selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi
peledakan yang bekerja dalam batuan.

Gambar 3.4
Pola Pengeboran (S. Koesnaryo, 1988)

3.6. Geometri Peledakan


Geometri peledakan terdiri dari burden, spasi, stemming, subdrilling,
powder charge, tinggi jenjang dan kedalaman lubang ledak. Geometri peledakan
sangat penting untuk diperhatikan agar target produksi peledakan dapat tercapai.
Disamping itu dengan geometri yang berbeda akan mengakibatkan efek yang
berbeda pula untuk lingkungan. Berikut ini geometri yang perlu diperhatikan :
1. Burden
Burden adalah jarak terdekat yang diukur dari lubang ledak tegak lurus
terhadap bidang bebas atau pada arah dimana diharapkan sebagian besar material
hasil peledakan akan terlempar. Jika burden terlalu kecil akan menghasilkan
bongkaran yang terlalu hancur. Sedangkan jika terlalu besar akan menghasilkan

28
fragmentasi yang kurang baik. Secara sistematis menurut CJ. Konya besarnya
burden dinyatakan sebagai berikut:
SGe
B = 3,15 De (SGr ) 0,33 ............................................................................................ (1)

SGe
B = [(2SGr + 1,5)] De ........................................................................................... (2)

Stv
B = 0,67 De (SGr) 0,33 ............................................................................................ (3)

Keterangan :
B = Burden (ft)
De = Diameter bahan peledak (inchi)
SGe = SG bahan peledak
Stv = Relative bulk strength (ANFO = 100)

Setelah diketahui nilai burden dasarnya, maka menurut Konya harus


dikoreksi terhadap beberapa faktor penentu, yaitu faktor jumlah garis lubang
ledak (Kr), Faktor bentuk lapisan batuan (Kd), dan faktor kondisi dari struktur
geologinya (Ks). Dengan adanya faktor koreksi tersebut maka hasil nilai burden
dapat dikoreksi dengan banyaknya baris yang akan diledakan serta kondisi
geologi setempat dalam pelaksanaan peledakan.
Tabel 3.1
Faktor Koreksi Terhadap Jumlah Baris
CORRECTION FOR NUMBER OF ROW Kr
One or two rows of holes 1,00
Third and subsequent rows or buffer blast 0,9

Tabel 3.2
Faktor Koreksi Terhadap Posisi Lapisan Batuan

CORRECTION FOR ROCK DEPOSITION Kd


Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00

29
Tabel 3.3
Faktor Koreksi Terhadap Struktur Geologi

CORRECTION FOR GEOLOGY STRUCTURE Ks


Heavy cracked, frequent with joint, weakly cemented layers 1,30
Thin well cemented layers with tight joint 1,10
Massive intact rock 0,95

Secara matematis persamaan burden terkoreksi dapat ditulis :

Bc = Kr x Kd x Ks B .......................................................................................... (4)

Keterangan :
B = Burden hasil perhitungan dengan rumus dasar (inchi)
Bc = Burden terkoreksi (inchi)
Kd = Faktor terhadap posisi lapisan batuan (Tabel 3.2)
Kr = Faktor terhadap baris lubang ledak (Tabel 3.3)
Ks = Faktor terhadap struktur geologi (Tabel 3.4)

2. Spasi
Spasi adalah jarak antar lubang ledak dalam satu baris yang sejajar dengan
bidang bebas, yang perlu diperhatikan dalam memperkirakan ukuran spasi adalah
ada atau tidaknya interaksi antara lubang ledak yang berdekatan.
Menentukan jarak spasi menurut konya, didasarkan pada jenis detonator
listrik yang digunakan dan berapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang
dan jarak burden. Bila perbandingan antara L/B lebih kecil dari 4 maka
digolongkan jenjang rendah dan bila lebih besar dari 4 digolongkan jenjang tinggi.
L/B dikenal juga sebagai stifness ratio. Dimana perbandingan ini menyatakan
prediksi fragmentasi secara teoritis pada kegiatan peledakan. Stifness ratio dengan
nilai 1 menyatakan fragmentasi buruk, 2 menyatakan fragmentasi cukup baik, 3
menyatakan fragmentasi baik, dan 4 memuaskan. Misalkan tinggi jenjang 6 meter
dan burden menurut perhitungan pernilai antara 2,3-2,7 meter, maka
perbandingan L/B masih dibawah 4. Jenis detonator yang digunakan adalah Delay
detonator maka persamaan yang digunakan adalah :

30
(𝐿+7𝐵)
S= ........................................................................................................... (5)
8

Keterangan:
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
B = Burden (m)

Tabel 3.4
Persamaan Untuk Menentukan Jarak Spacing

Tipe Detonator L/B < 4 L/B > 4


(𝐿+2𝐵)
Instantaneous S= S = 2.B
3

(𝐿+7𝐵)
Delay S= S = 1,4.B
8

3. Stemming (T)
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian
produk curah. Fungsi dari stemming adalah untuk menambah derajat pengurungan
(confined degree) dan untuk menentukan tingkat kesetimbangan tegangan didalam
lubang ledak. Panjang stemming yang terlalu pendek bisa mengakibatkan batu
terbang, maka dari itu harus diperhatikan dengan baik. Sedangkan teoritik panjang
stemming sama dengan panjang burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atas
dan samping seimbang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak
stemming adalah :

𝑆𝑡𝑣
T = 0,45 x De x [ 𝑆𝐺𝑟 ]0,33 ..................................................................................... (6)

Keterangan:
De = Diameter Lubang Ledak, (inchi)
Stv = Relative Bulk Strength (ANFO = 100)
SGr = Berat Jenis Batuan

31
4. Subdrilling (J)
Subdrilling adalah panjang lubang ledak yang berada di bawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif rata setelah
peledakan. Subdrilling yang terlalu besar akan mengakibatkan “excessive ground
vibration” karena faktor pengurungan yang lebih. Bila terlalu kecil dapat
mengakibatkan problem tonjolan pada lantai.
Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut Konya adalah
sebagai berikut:

J = 0,3.B ............................................................................................................... (7)


Keterangan:
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)

5. Tinggi Jenjang
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat gali muat yang tersedia. Biasanya ditentukan oleh parameter di
lapangan, misalnya jangkauan optimum alat gali muat. Ketinggian jenjang
disesuaikan dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang bor. Lebih tepatnya,
jenjang yang rendah dipakai diameter lubang kecil, sedangkan diameter bor besar
untuk jenjang yang tinggi.

Gambar 3.5
Geometri Peledakan (Kramadibrata, 1984)

32
6. Loading Density (de)
Loading Density merupakan jumlah isian bahan peledak yang di gunakan
dalam satuan panjang kolom isian lubang ledak. Untuk menghitung loading
density dapat digunakan rumus berikut:
de = 0,34 x SGe x De2 ………………………………………………………….(8)
Keterangan :
de = Loading Density (kg/m)
SGe = specific gravity bahan peledak yang digunakan
De = diameter lubang ledak (inchi)
Sehingga jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang ledak
dapat di cari dengan menggunakan rumus :
E = de x PC…………………………………………………………………(9)
Keterangan :
E = Jumlah bahan peledak tiap lubang ledak (kg)
de = loading density dari bahan peledak yang digunakan (kg/m)
PC = Panjang kolom isian (m)
7. Powder Factor
Powder factor merupakan perbandingan antara jumlah bahan peledak yang
digunakan terhadap jumlah massa batuan yang diledakkan, dengan rumus sebagai
berikut :
𝐸 𝑑𝑒 𝑥 𝑃𝐶 𝑥 𝑛
PF = = ………………………………………………..(10)
𝑉 𝑉

Keterangan :
PF = Powder Factor (kg/m3)
E = Berat bahan peledak yang digunakan (kg)
V = Volume massa batuan yang diledakkan (m3)

3.7. Pola Peledakan


Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang – lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara
lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Berdasarkan arah runtuhan
batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut:

33
a) Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batua dan membentuk
kotak.
b) Corner cut (echelon cut), yaitu pola peledakan yang arah runtuhan
batuannya ke salah satu sudut dari bidang bebasnya.
c) “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, maka pola peledakan diklasifikasikan
sebagai berikut :
a) Pola peledakan serentak, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang ledak.
b) Pola peledakan beruntun, yaitu suatu pola yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.

Gambar 3.6
Pola Peledakan Berdasarkan Arah Runtuhan Batuan (S. Koesnaryo, 1988)

34
Setiap lubang ledak yang akan diledakkan harus memiliki ruang yang cukup
kearah bidang bebas terdekat agar energi terkonsentrasi secara maksimal sehingga
lubang ledak akan terdesak, mengembang, dan pecah.
Secara teoritis, dengan adanya tiga bidang bebas (free face) maka kuat tarik
batuan akan berkurang sehingga meningkatkan energi ledakan untuk pemecahan
batuan dengan syarat lokasi dua bidang bebasnya memiliki jarak yang sama
terhadap lubang ledak.

3.8 Efek Kegiatan Peledakan Terhadap Lingkungan


Efek terhadap lingkungan dari kegiatan peledakan diantaranya getaran tanah
(ground vibratio ), batu terbang (fly rock), debu (dust), dan suara ledakan (air
blast). Ground vibration adalah gerakan partikel yang terjadi akibat perambatan
gelombang seismik dan Air blast adalah gelombang tekanan udara naik yang
dihasilkan dari proses detonasi bahan peledak. Efek peledakan tersebut seringakali
menjadi kendala dilapangan. Karena dapat mengganggu lingkungan sekitar
bahkan dapat merusak. Untuk itulah seorang blasting engineer dituntut harus
dapat mengontrol efek peledakan diantaranya adalah getaran tanah dan suara
ledakan melalui rancangan peledakan yang baik dengan memperhatikan faktor-
faktor penyebabnya.
3.8.1. Getaran Tanah
Getaran tanah (ground vibration) merupakan gerakan partikel yang terjadi
akibat perambatan gelombang seismik. Getaran tanah (ground vibration) terjadi
pada daerah elastis (elastic zone). Getaran tanah terjadi akibat tegangan (karena
peledakan) yang diterima material lebih kecil dari kekuatan material sehingga
hanya menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis
material maka bentuk dan volumenya akan kembali ke keadaan semula setelah
tidak ada tegangan yang bekerja.
Standar Nasional Indonesia Nomor 7571 Tahun 2010 menetapkan baku
tingkat getaran kejut pada beberapa jenis bangunan seperti bangunan kuno,
bangunan dengan pondasi, dan lain sebagainya dapat dilihat pada Tabel 3.5. SNI
7571 ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia sebagai
acuan kontrol getaran tanah. Apabila disekitar lokasi peledakan terdapat bangunan
kuno seperti museum dan lain sebagainya maka berdasarkan SNI 7571 batas

35
maksimal untuk getaran yang masih tergolong aman sebesar 2 mm/s. Untuk jenis
bangunan lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Baku Tingkat Getaran Peledakan Pada Tambang Terbuka
Peak Vector
Kelas Jenis Bangunan
Sum (mm/s)
Bangunan kuno yang dilindungi undang-undang benda cagar
1 2
budaya (UU No. 6 Tahun 1992)
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen
2 saja, termasuk bangunan dengan pondasi dari kayu dan 3
lantainya diberi adukan semen
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen
3 5
diikat dengan slope beton
Bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen
4 7-20
slope beton, kolom dan rangka diikat dengan ring balk
Bangubab dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen,
5 12-40
slope beton, kolom dan diikat dengan rangka baja
Sumber : SNI No 7571 Tahun 2010

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi getaran tanah


Tingkat getaran tanah dari hasil peledakan dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu
faktor terkontrol dan faktor tidak terkontrol. Faktor terkontrol diantaranya isian
bahan peledak per waktu tunda (charge weight per delay), fowder factor, jarak
peledakan ke lokasi pengukuran, panjang waktu tunda (length of delay), dan
geometri peledakan. Selain itu tingkat getaran tanah juga dipengaruhi oleh
struktur massa batuan/kondisi geologi sebagai faktor tidak terkontrol.
a. Isian bahan peledak per waktu tunda (charge weight per delay)
Semakin banyak bahan peledak yang digunakan per delay maka semakin
besar ground vibration yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan desain
peledakan yang diterapkan serta penggunaan delay detonator. Penggunaan delay
detonator akan sangat mempengaruhi besaran getaran terkait dengan jumlah
bahan peledak per delay. Peledakan serentak akan cenderung menghasilkan
getaran yang besar dibandingkan dengan peledakan beruntun. Dalam peledakan
serentak maka delay yang digunakan hanya satu nomor. Sehingga seluruh bahan
peledak yang digunakan sama artinya dengan jumlah bahan peledak per delay.
Semakin besar bahan peledak per delay maka semakin besar getaran tanah yang
ditimbulkan. Sebaliknya, semakin kecil bahan peledak per delay maka semakin
kecil pula getaran tanah yang ditimbulkan.

36
b. Jarak lokasi peledakan ke lokasi pengukuran
Semakin jauh jarak lokasi peledakan dari lokasi pengukuran maka semakin
kecil tingkat getaran tanah yamg ditimbulkan. Dan sebaliknya apabila semakin
dekat jarak lokasi peledakan ke lokasi pengukuran maka getaran tanag yang
terukur akan semakin besar.

Gambar 3.7
Pengaruh Jarak Terhadap Getaran Tanah (Jimeno, 1995)

c. Panjang waktu tunda (length of delay)


Panjang waktu tunda akan sangat mempengaruhi ground vibration apabila
terdapat lubang ledak yang meledak bersamaan, hal ini akan berakibat timbulnya
ground vibration lebih besar. Semakin panjang waktu tunda maka akan semakin
kecil resiko dari getaran tanah. Hal ini berkaitan dengan jumlah nomor delay yang
digunakan. Semakin banyak nomor akan semakin baik karena akan meminimalisir
berat bahan peledak per nomor delay.

Gambar 3.8
Pengaruh Delay Interval Terhadap Getaran Tanah (Jimeno, 1995)

37
2. Gelombang Seismik
Konya dan Walter (1991) membagi gelombang seismic menjadi dua tipe
gelombang yang dapat melewati medium elastik seperti dalam Gambar 3.9.
Gelombang P dikenal dengan gelombang longitudinal, gelombang primer, dan
gelombang kompresi yang merupakan gelombang yang arah perambatannya
searah dengan gerak partikel. Sedangkan untuk Gelombang S juga dikenal sebagai
gelombang transversal, gelombang sekunder atau shear wave. Dimana arah
rambat gelombang S ini tegak lurus terhadap gerak partikelnya.

Gambar 3.9
Gelombang P- Wave dan S – wave (Konya dan Walter, 1991)

Hasil pengukuran seismograf menampilkan tiga jenis gelombang, yaitu:


gelombang vertical (V), longitudinal atau radial (L), dan transversal (T). Masing –
masing gelombang dapat diartikan sebagai berikut:
a. Gelombang vertical (V) adalah gerakan partikel naik turun.
b. Gelombnag longitudinal (L) adalah gerakan partikel sesuai denga
arah rambatan gelombang.
c. Gelombang transversal (T) adalah gerakan partikel tegak lurus arah
rambatan gelombang.

38
Vertikal

Longitudinal

Ke arah area peledakan


Transversal

Gambar 3.10
Kompenen Getaran
3.8.2.Suara Ledakan

1. Stemming terdorong keluar


2. Gas terdorong keluar
3. Batuan terdorong oleh tekanan
4. Detonator luar terinisiasi
5. Tekanan udara terdorong
6. Lemparan batuan

Gambar 3.11
Air Blast (Jimeno, 1995)
Seperti dalam kasus gelombang getaran tanah, gelombang udara naik juga
terpancar keluar dari sumber ledakan, dan berkurang seiring dengan
bertambahnya jarak rambatan. Udara bertindak sama dengan cairan, hanya dapat
mengirimkan gelombang tekan.

39
Suara Ledakan (Air blast) adalah gelombang tekanan udara naik yang
dihasilkan dari proses detonasi bahan peledak. Air blast dapat ditimbulkan dari
detonasi bahan peledak yang tidak terkungkung, bergeraknya bidang bebas yang
cepat selama peledakan dapat juga mennyebabkan air blast. Panjang stemming
yang tidak cukup dan burden yang tidak tepat dapat menyebabkan masalah-
masalah air blast. Air blast diukur dalam satuan decibels (dB ).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi suara ledakan
Air blast akan sangat mengganggu bagi lingkungan sekitar jika tidak
dikontrol bahkan bisa merusak bangunan warga seperti pecahnya kaca. Maka dari
itu perlu adanya kontrol yang baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi air blast
yaitu jarak dari lokasi peledkan ke tempat pengukuran, berta bahan peledak per
delay, arah angin, kecepatan angin, temperatur, geometri peledakan, dan struktur
massa batuan/kondisi geologi.
a. Jarak dari lokasi peledakan ke tempat pengukuran
Sama halnya seperti getaran tanah, jarak juga sangat mempengaruhi besaran
air blast dari kegiatan peledakan. Semakin dekat jarak dari lokasi peledakan ke
tempat pengukuran maka akan semakin besar air blast yang terukur. Dan
sebaliknya apabila semakin jauh lokasi peledakan ke tempat pengukuran maka
besaran air blast akan semakin kecil.
b. Berat bahan peledak per delay
Pada peledakan perlu diperhatikan mengenai jumlah bahan peledak per
delay-nya. Semakin berat bahan peledak yang digunakan per delay maka semakin
besar pula resiko air blast yang ditimbulkan.
c. Arah angin
Dengan jarak dan isian bahan peledak per delay sama pada saat arah angin
mengarah ke lokasi pengukuran maka besaran air blast akan lebih tinggi
dibandingkan pada saat arah angin relatif menjauh ke lokasi pengukuran. Hal ini
dikarenakan suara dari sumber ledakan cenderung akan terbawa searah dengan
arah angin.
d. Kecepatan angin
Kecepatan anginpun sangat mempengaruhi. Karena sifat dari suara yang
dapat terbawa oleh angin. Maka suara ledakan besar yang berasal dari sumber

40
ledakan akan cepat terbawa oleh angin. Sehingga pada saat diukur akan lebih
besar dibandingkan dengan kecepatan yang kecil. Pengaruh kecepatan angin
dilokasi pengukuran terhadap air blast dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Angin Angin

Titik Fokus
Kondisi Berangin Pengaruh angin dan Inversi

Gambar 3.12
Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Air Blast (Sushil Bhandari, 1997)

e. Temperatur
Pada Inversi suhu, jika temperatur udara semakin besar jarak dari
permukaan bumi bertambah, air blast dapat dikembalikan lagi ke permukaan
tanah. Pada saat pemusatan oleh angin, efek air blast semakin besar dengan
adanya angin yang ke bawah. Awan juga memantulkan gelombang tekan udara
menyebabkan meningkatnya overpressure level di beberapa tempat dan lower
level di tempat lain.

Kondisi Ideal Kondisi Normal Pengaruh suhu

Gambar 3.13
Pengaruh Temperatur Terhadap Air Blast (Sushil Bhandari, 1997)

f. Geometri peledakan
Geometri merupakan faktor yang dapat dikontrol dengan mudah namun
seringkali diabaikan dilapangan. Geometri yang mempengaruhi air blast yaitu :
1) Stemming
Stemming yang terlalu pendek ataupun kurang mampat maka akan
menimbulkan resiko air blast lebih
2) Spasi
Spasi yang lebih kecil dari burden maka akan cenderung menghasilkan
suara ledakan lebih dari biasanya.

41
3) Burden
Burden yang terlalu kecil akan menghasilkan air blast yang mengganggu
lingkungan
Menurut Teori Scale Distance,, Air blast overpressure dapat dirubah
kedalam satuan desibel linier (dB L) dengan menggunakan rumus berikut :
𝑆𝑃
dB = 20 log 𝑆𝑃 ................................................................................ (11)
𝑜

𝐷
SP = K1 x ( 𝑄1/3 ) –k2

Keterangan :
dB = sound level dalam satuan desibel
Pa = overpressure udara dalam
SP = overpressure (N/m2)
Po = overpressure dari suara terendah yang masih dapat didengar
Po = 20 x 10 -6 (N/m2)
W = berat bahan peledak per delay (lb atau kg)
d = jarak dari lokasi peledakan ke tempat pengukuran (ft atau m)

2. Pemantauan Air blast


Dalam pemantauan air blast dapat menggunakan pedoman-pedoman teoritis
yang sudah ada baik itu dari peneliti internasional, aturan yang berlaku ataupun
Standar Nasioanal Indonesia mengenai baku tingkat suara ledakan yang diizinkan.
a. Baku tingkat kebisingan dan maksimal durasi terpapar.
Baku tingkat kebisingan dalam ini terkait dengan jenis kegiatan, tingkat
kebisingan dan maksimal durasi terpapar. Pada kegiatan pengeboran tingkat
kebisingan yang diizinkan maksimal 100 dB dengan durasi terpapar 2 jam per
hari. Sedangkan pada kegiatan peledakan tingkat kebisingan yang masih dalam
kategori aman yaitu maksimal 110 dB dengan durasi terpapar setengah jam per
hari (lihat Tabel 3.7) . Tekanan udara (overpressure) maksimum yang
diperbolehkan dengan monitoring variasi frekuensi kemampuan pendengar
(response) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia Nomor 7571 Tahun 2010.
b. Tingkat pengaruh air blast
Besarnya air blast dapat ditentukan kondisinya berdasarkan Standart
Nasional Indonesia Nomor 7571 Tahun 2010, dikatakan dalam kondisi aman (safe

42
condition) apabila besarnya air blast < 120 dB L. Besar air blast >120 akan
menyebabkan gangguan bagi lingkungan sekitar. Dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6
Pengaruh Air Blast
dB Psi Deskripsi
180 3 Kerusakan struktur
170 0,95 Banyak kaca pecah
150 0.095 sebagian kaca pecah
140 0,03 maksimum untuk suara impulsif (OHSA)
<120 0,003 Aman
Sumber : SNI No 7571 Tahun 2010

Tabel 3.7
Baku Tingkat Kebisingan Untuk Lingkungan Tambang Terbuka
Tingkat Maksimal Durasi
Jenis Kegiatan
Kebisingan (dB) Terpapar (jam/hari)
Transportasi kendaraan berat 90 8
Pengeboran 100 2
Peledakan 110 0,5
Mesin peremuk batu 100 2
Genset 100 2
Pompa 90 8
Lain-lain >110 0,5

3.9 Pemantauan Peak Particle Velocity dan Air Blast


Pemantauan PPV dan air blast dilapangan dapat dilakukan menggunakan
alat Blastmate. Terdapat dua alat ukur yaitu geophone dan microphone. Geophone
digunakan untuk mengukur getaran tanah atau PPV sedangkan microphone
digunakan untuk mengukur suara ledakan. Data yang didapat setelah melakukan
pengukuran getaran tanah dan sura ledakan dilapangan dapat dilihat langsung
pada alat Blastmate ataupun menggunakan program komputer bernama
Blastware. Contoh tampilan event report pada program Blastmate dapat dilihat
pada Gambar 3.14 menampilkan event report menggunakan program komputer
Blastware. Dari gambar tersebut didapat besaran getaran PVS (Peak Vector Sum)
yaitu 0.492 mm/s dan air blast yaitu 82.1 dB. PVS merupakan akar kuadrat dari
penjumlahan kuadrat kecepatan gelombang longitudinal, vertikal, dan transversal.
Dapat dilihat pada rumus berikut ini :

43
𝑃𝑉𝑆 = √𝐿2 + 𝑉 2 + 𝑇 2 ................................................................................. (12)

Keterangan :
PVS = Peak Vector Sum (mm/s atau ips)
L = Kecepatan Gelombang Longitudinal (mm/s atau ips)
V = Kecepatan Gelombang Vertikal (mm/s atau ips)
T = Kecepatan Gelombang Transversal (mm/s atau ips)

Pada umumnya di indonesia untuk PPV dinyatatakan dalam satuan mm/s


dan air blast dinyatakan dalam satuan dB . Dengan menggunakan alat Blastmate
maka seorang blasting engineer dapat selalu memantau efek getaran tanah dan
suara ledakan akibat peledakan yang dilakukan..

Sumber : Blastware Manual (Instantel)

Gambar 3.14
Event Report Dari Tampilan Program Blastware

44
3.10. Penetapan Standar Peak Particle Velocity dan Air Blast
Penetapan standar Peak Particle Velocity yang digunakan mengacu kepada
Standar Nasional Indonesia Nomor 7571 Tahun 2010 Tentang Baku Tingkat
Getaran Peledakan Pada Kegiatan Tambang Terbuka Terhadap Bangunan. SNI
7571: 2010 menetapkan baku tingkat getaran kejut (lihat pada Tabel 3.6) yaitu
kecepatan getaran maksimum berdasarkan jenis bangunan pada kelas-kelas
tertentu.
PT. Saptaindra Sejati bersumber pada peraturan Instruksi kerja PT. Berau
Coal tersebut menetapkan batas getaran kejut yaitu maksimal 2,2 mm/s. Hal ini
dilakukan agar peledakan dapat benar-benar terjamin aman bagi lingkungan.
Karena memang kondisi Pit C2 cukup dekat dengan pemukiman warga. Untuk air
blast sendiri PT. Saptaindra Sejati berdasarkan Instruksi milik PT.Berau Coal
menetapkan batas maksimal suara ledakan sebesar 70 dB.

3.11. Scaled Distance


Untuk memudahkan membandingkan atau memperkirakan efek dari ledakan
dengan jumlah bahan peledak dan jarak yang bervariasi, beberapa metode
penskalaan sangat diperlukan. Metode skala konvensional dapat digunakan yaitu
Scaled Distance (Ds), angka (tanpa satuan) yang dapat digunakan untuk sarana
penskalaan rasio jarak dan jumlah bahan peledak yang dipakai.
Scaled Distance dipakai untuk memprediksi persamaan peredaman
kecepatan partikel puncak (peak particle velocity) ketika jumlah muatan bahan
peledak per delay, dan jarak peledakan berubah-ubah / bervariasi. Ada dua
pendekatan / metode yang paling sering digunakan dalam menentukan scaled
distance yaitu square root scaling dan cube root scaling. Rumus untuk
persamaan scaled distance pada square root scaling yaitu :

𝑅
Ds = .......................................................................................................... (13)
𝑄0,5

Keterangan :
Ds = Scaled distance
R = Jarak dari lokasi peledakan ke lokasi pengukuran (m)
Q = Berat isian bahan peledak maksimum per delay (kg)

45
Sedangkan rumus untuk persamaan scaled distance pada cube root scaling yaitu :

𝑅
Ds = ........................................................................................................ (14)
𝑄1/3

Keterangan :
Ds = Scaled distance
R = Jarak dari lokasi peledakan ke lokasi pengukuran (m)
Q = Berat isian bahan peledak maksimum per delay (kg)
Square root scaling digunakan untuk memprediksi getaran tanah pada lokasi > 20
dari sumber ledakan sedangkan untuk cube root scaling untuk < 20 meter dari
sumber ledakan. Selain itu cube root scaling juga lebih cocok digunakan pada
contoh-contoh perhitungan yang melibatkan air blast. Dengan penanganan yang
baik, Ds dapat digunakan untuk memprediksi ledakan getaran.

46
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Faktor Yang mempengaruhi Kegiatan Peledakan


Pada kegiatan peledakan ada beberapa faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi antara lain :
1. Faktor – faktor yang dapat dikendalikan oleh manusia , yaitu :
a.) Pola pengeboran
Pola pengeboran yang digunakan yaitu pola selang – seling (staggered
pattern), dengan tujuan memperkecil area yang tidak terpengaruhi oleh energi
peledakan .
b.) Arah dan kemiringan lubang ledak
Pada pengeboran lubang ledak PT. Saptaindra Sejati cenderung
menggunakan lubang ledak tegak karena kondisi area pengeboran yang tidak rata,
selain itu pembuatan lubang ledak yang tegak lebih mudah dan akurat, jika
dibandingkan dengan lubang ledak yang miring dimana pada proses
pengeborannya sangat sulit dan memakan waktu yang lama.
c.) Diameter lubang ledak
Proses pengeboran dilakukan menggunakan mesin bor merk Atlas Copco
𝟕
DM 45 dengan mata bor 7 𝟖 inchi (200 mm) dan 5,5 inchi (140 mm) dengan mata

bor jenis tricon bit lihat Gambar 4.1.

Gambar 4.1
Lubang Ledak

47
d.) Geometri Peledakan
Geometri peledakan yang digunakan yaitu burden 7- 8 m, spasi 8 – 9 m,
stemming 4 – 6 m, kedalaman lubang 5 – 8 m, pangjang kolom isian bahan
peledak emulsi 3 – 4 m, dan subdrilling 0,5 m.

Keterangan :
L =8m
PC =4m
T =4m
J = 0,5 m
B =8m
S =9m

Gambar 4.2
Geometri Peledakan

e.) Pola Peledakan


Pola peledakan merupakan urutan peledakan dari lubang ledak , ada 2 pola
yaitu beruntun dan bersamaan, beruntun digunakan agar tidak ada lubang yang
meledak bersamaan sehingga efek getaran tanah yang ditimbulkan dapat
diminimalisir.
f.) Arah Peledakan
Arah peledakan ke area tengah untuk kondisi lapangan yang tidak ada
bidang bebas di depan lubang ledak. Sedangkan apabila memiliki bidang bebas di
depan lubang ledak maka diarahkan pada pojok area ledak (corner cut) dan
biasanya arah peledakan menjauh dari arah yang dekat dengan pemukiman warga.
g.) Waktu tunda
Waktu tunda yang digunakan dengan surface delay 109 ms sebagai control
line, 42 ms atau 67 ms sebagai sayap dan 3000 ms dengan fungsi awal sebagai
inhole delay digunakan untuk surface delay tiap 7 lubang ledak , dengan tujuan
ada interval waktu yang cukup lama antara 7 lubang ledak pertama dan

48
berikutnya sehingga dapat meminimalisir getaran yang dihasilkan., sedangkan
untuk inhole delay menggunakan 500 ms.

Gambar 4.3
Desain ragkaian peledakan tanpa bidang bebas
h.) Sifat Bahan peledak
Bahan peledak yang digunakan PT. DNX adalah 100% Emulsi , yaitu Titan
2000i lihat Gambar 4.4, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Produsen : Dyno Nobel
Type : High Expolsive
Berat Jenis : 1,05 – 1,25 gr/cc
Energi : 2,5 MJ/kg
Recomm Sleep time : 12 days
Min hoele diameter : 102 mm
Water Resistance : excellent

Gambar 4.4
Titan 200i

49
Untuk spesifik sistem inisiasi Cast Boosters (lihat Gambar 4.3) yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Produsen : Dyno Nobel
Merk : Trojan NBU
Berat : 400 gr
Diameter : 55 mm
Panjang : 119 mm
Unit/case : 40

Gambar 4.5
Booster Trojan NBU
i.) Pengisian bahan peledak
Pengisian bahan peledak menggunakan MMU (Mobile Mixing Unit) tipe
Dyno Miner 7512 dengan kapasitas 13 ton (lihat Gambar 4.4). Loading Density
Emulsi pada lubang ledak dengan diameter 200 mm diperoleh 36,23 kg/m dan
loading density diameter 140 mm di peroleh 20,164 kg/m dengan powder factor
0,24 kg/BCM dan 0,18 kg/BCM
Perhitungan :
de = 0,508 x De2 x SGe
= 0,508 x (7 7/8)2 x 1,15 g/cm3
= 36,23 kg/m
de = 0,508 x De2 x SGe
= 0,508 x (5 7/8)2 x 1,15 g/cm3
= 20,16 kg/m

50
Gambar 4.6
MMU Dyno Miner 7512

2. Faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, yaitu :


a.) Karakteristik batuan
Karakteristik batuan yang terdapat di Pit C2 berdasarkan data uji sifat fisik
dan sifat mekanik yang dilakukan satuan kerja Geoteknik PT. Berau Coal batuan
di Pit C2 dengan mayoritas batuan mudstone dan sandstone yang memiliki
densitas masing – masing sebesar 2,36 ton/m3 dan 2,37 ton/m3 dengan nilai kuat
tekan masing – masing sebesar 11,63 MPa dan 10,88 MPa
b.) Arah Angin dan Suhu Udara
Kondisi Cuaca juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
efek peledakan seperti arah angin dan kecepetannya , selain itu suhu udara yang
tinggi juga menjadi penyebab utama efek Air blast terasa tinggi, kemana arah
angin berhembus maka daerah tersebut akan merasakan efek dari Air blast
tersebut lebih besar .

4.2 Pengukuran Ground Vibration dan Airblast


Pada pengukuran Ground Vibration dan Airblast di lapangan menggunakan
III
alat Blastmate dan di pindahkan ke perangkat lunak Blastware III dan
Microsoft Excel .Data pada Blastware berupa Jarak, PPV (transvesal,
longitudinal, vertikal) , frekuensi, Airblast dan lain- lain seperti pada Gambar 4.5 .
Data yang digunakan untuk penelitian ini data yang sudah terekam sejak bulan
Desember 2017 s/d Maret 2018.

51
Gambar 4.7
Data Rekaman Blastware III

Data rekaman tanggal 14 Februari 2018 pukul 12:05:06 WITA tercatat,


PPV Trans/Vert/Long : 0,667/0,587/1,83 mm/s
Frekuensi Trans/Vert/Long : 7,5/7,5/7,6 Hz
PSPL : 61,8 dB(A) at 0,377 sec
PVS : 1,88 mm/s at 1,132 sec
Pengukuran di lapangan menggunakan alat ukur yaitu BlastMateIII untuk
mengukur getaran dan suara ledakan akibat operasi peledakan. Setiap peledakan
khusus di Pit C2 selalu dilakukan pengukuran getaran dan suara ledakan guna
memastikan peledakan yang dilakukan selalu aman bagi lingkungan sekitar.

52
Lokasi pengukuran dilakukan di pemukiman terdekat dari Pit C2 yaitu Kampung
Enau dan dihadiri oleh pihak PT. Saptaindra Sejati dan juga pejabat desa.
Informasi mengenai data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran F.

Gambar 4.8
BlastMateIII

III
BlastMate didesain untuk dapat mengukur dan mencatat getaran tanah dan
suara ledakan dengan tepat. Peralatan ini disebut dengan seismograf dan terdiri
dari 2 bagian penting, yaitu sensor dan recorder.
Dalam pengukuran ground vibration dan Air Blast digunakan 2 jenis alat
ukur yaitu :
1. Geophone
Digunakan untuk mengukur gelombang transversal, longitudinal, dan
vertikal. Sehingga didapat data getaran akibat peledakan dengan satuan mm/s.
2. Microphone
Digunakan untuk mengukur air blast dengan satuan dB.

53
Gambar 4.9
Geophone dan Microphone

Gambar 4.10
Pengukuran Air Blast dan Ground Vibration di Lapangan

4.3. Hasil Pengukuran di Lapangan


A. Pengukuran Air Blast
Pengukuran air blast dilakukan pada siang hari, dengan kondisi cuaca
seperti air temperature rata-rata 30 oC, kecapatan angin relatif kecil (menghembus
sangat pelan) dan arah angin yang relatif menuju pemukiman Kampung Enau.

54
Air blast tertinggi pada tanggal 11 Januari 2018 yaitu 135,8 dB, sedangkan
Air blast terendah pada tanggal 17 Februari 2018 yaitu 45,7 dB , lihat Tabel 4.1

Tabel 4.1
Pengukuran Air Blast Aktual
Lokasi Air Blast
Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual
Seam Block (kg) (m)
(dB)

1 28-Dec-17 G 119-120 47,69 1164 58,7


2 28-Dec-17 CB E 119-120 96,38 500 135,8
3 30-Dec-17 STRIP G 25-26 83,26 501 127,5
4 30-Dec-17 STRIP G 38-39 106,93 1199 77,4
5 1-Jan-18 H 26-27 75,65 695 94,4
6 02-Jan-18 F 40-41 122,21 712 120,4
7 02-Jan-18 STRIP G 26-27 109,07 846 85,5
8 03-Jan-18 CB C 108-112 82,03 849 86,4
9 04-Jan-18 STRIP G 27-28 154,25 862 106,3
10 05-Jan-18 G 28-29 124,74 910 82,3
G+
11 05-Jan-18 30-31 158,92 980 98,9
STRIP
12 06-Jan-18 H 120 - 121 67,51 775 105,9
13 07-Jan-18 EXP G 24-25 69,6 900 88,4
14 07-Jan-18 CB C 120-121 74,7 1525 61,8
15 09-Jan-18 G 37-38 123,06 1451 85,1
16 10-Jan-18 H 120-121 166,89 734 110,1
17 11-Jan-18 STRIP F 31-32 149,01 1087 95,7
18 13-Jan-18 STRIP G 24-25 62,03 592 110,3
19 14-Jan-18 E1 107-109 52,66 719 102,3
20 17-Jan-18 G 29-30 113,91 910 95,7
21 20-Jan-18 STRIP G 24-25 60,97 796 88,1
22 22-Jan-18 STRIP G 27-28 147,5 800 104,1
23 26-Jan-18 STRIP G 27-28 125,65 941 93,4
24 03-Feb-18 EXP G 31-32 126,29 1071 85,4
25 06-Feb-18 H 119-120 51,68 751 110,2
26 07-Feb-18 F 117-118 81,39 904 79,4
27 08-Feb-18 F 39-40 255,19 1573 90,8
28 13-Feb-18 EXP H-2 25-26 37,3 738 80,6
29 16-Feb-18 G 28-29 124,74 910 82,3

55
Lanjutan Tabel 4.1

Lokasi Air Blast


Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual
Seam Block (kg) (m)
(dB)
30 G 30-31 113,52 938 87,3
17-Feb-18
31 STRIP F 31-32 149,01 1087 95,7
32 G 28-29 124,74 910 82,3
18-Feb-18
33 G 29-30 113,91 910 95,7
34 19-Feb-18 STRIP G 28-29 149,34 941 98,7
35 20-Feb-18 STRIP G 27-28 154,25 862 106,3
36 27-Dec-17 EXP Eu 109-110 104,33 1116 98,2
37 28-Dec-17 EXP E1 107-109 142,66 1312 97,7
EXP
38 29-Dec-17 119-120 51,68 751 99,7
I+STRIP H
39 30-Dec-17 EXP F 117-118 81,39 904 99,4
40 BOT G 120-121 50,1 824 98,8
08-Jan-18
41 EXP E1 118-119 54,3 1244 95,4
EXP+STRIP
42 16-Jan-18 25-26 52,4 802 99,1
G
43 09-Jan STRIP G 38-39 140,6 824 101,7
44 17-Jan-18 BOT M 117-118 41,0 890 97,5
45 STRIP G 29-30 125,0 1200 98,1
46 22-Jan-18 EXP H-2+G 24-26 74,0 922 98,9
EXP H-
47 26-27 126,7 1600 95,7
2+STRIP G
48 EXP E1 118-119 69,1 649 101,8
49 29-Jan-18 BOT H 23-24 66,6 1277 95,8
50 EXP H 26-27 76,0 795 100,3
51 STRIP F 37-38 118,4 842 101,1
52 1-Feb-18 STRIP F 40-41 139,4 991 100,1
53 STRIP G 30-31 143,4 1384 97,3
54 09-Feb-18 STRIP G 25-26 126,6 1052 99,3
CUT BACK
55 19-Feb-18 111-113 84,6 862 99,9
C
56 20-Feb-18 EXP D 119-120 88,0 926 99,4

B. Pengukuran Ground Vibration


Pengukuran ground vibration di lapangan bertujuan untuk mengetahui Peak
Particle Velocity akibat peledakan. Data PPV pada tahun 2017-2018 terdapat pada
Lampiran F. Data tersebut kemudian digunakan sebagai data untuk analisis regresi
persamaan rumus PPV.

56
Tabel 4.2
Pengukuran Ground Vibration Aktual

Lokasi Handak/hole Jarak PPV Scale


No Tanggal
Seam Block (kg) (m) (mm/s) Distance
EXP
1 01/12/2017 36-37 112,31 1209 1,1
+STRIP G 114,08
2 03/12/2017 STRIP G 36-37 134,64 1260 1,16 108,59
3 09/12/2017 EXP G 35-36 119,86 1346 0,91 122,94
4 12/12/2017 EXP Eu 112-113 129,91 1388 1,16 121,78
5 STRIP H 120-122 48,31 621 0,93 89,35
13/12/2017
6 EXP Eu 100-103 147,9 1429 1,17 117,50
7 15/12/2017 EXP I 117-120 50,75 809 0,91 113,56
8 17/12/2017 EXP Eu 103-105 137,05 1239 1,43 105,84
9 20/12/2017 STRIP F 35-36 139,88 1240 1,37 104,84
EXP +
10 119-120 50,65 1114 0,52
05/01/2018 STRIP F 156,53
11 EXP H 120-121 60,8 1244 0,66 159,54
EXP +
12 06/01/2018 30-31 159,32 1062 1,71
STRIP G 84,14
13 10/01/2018 BOT I 118-119 50,04 1042 0,91 147,30
14 EXP G+H-2 25-26 126,62 500 3,29 44,43
11/01/2018 CUT BACK
15 119-120 63,98 501 2,62
E 62,63
16 13/01/2018 EXP G 25-26 100,51 606 1,83 60,45
17 15/01/2018 STRIP G 25-26 89,29 911 1,18 96,41
18 23/01/2018 EXP F 36-37 112,23 1371 0,79 129,41
19 25/01/2018 STRIP G 26-27 90,81 984 1,5 103,26
CUT BACK
20 114-115 76,29 1614 0,46
26/01/2018 C 184,79
21 STRIP F 40-41 119,73 1570 0,56 143,48
CUT BACK
22 28/01/2018 109-110 72,24 1638 0,45
C 192,72
CUT BACK
23 108-109 82,38 1645 0,35
30/01/2018 C 181,24
24 EXP E 30-31 120,39 1128 1,33 102,80
25 03/02/2018 EXP G 25-26 85,55 1000 1,19 108,12
26 04/02/2018 STRIP G 27-28 131,79 893 1,74 77,79
27 05/02/2018 STRIP F 39-40 113,51 785 1,89 73,68
28 06/02/2018 STRIP G 27-28 125,65 941 1,63 83,95
29 06/02/2018 EXP F 31-33 122,12 1315 0,8 119,00
30 STRIP G 27-28 147,5 800 1,91 65,87
10/02/2018
31 STRIP F 35-37 140,28 1319 0,93 111,36

57
Lanjutan Tabel 4.2
Lokasi Handak/hole Jarak PPV Scale
No Tanggal
Seam Block (kg) (m) (mm/s) Distance

32 14/02/2018 STRIP G 26-27 121,9 846 1,88 76,62


33 17/02/2018 EXP G 30-31 113,52 862 1,56 80,90
34 18/02/2018 EXP G 29-30 113,91 913 1,85 85,54
35 22/02/2018 EXP G 31-32 146,73 870 2,98 71,82
36 27/12/2017 EXP Eu 109-110 104,33 1116 1,56 109,26
37 28/12/2017 EXP E1 107-109 142,66 1312 1,52 109,85
EXP
38 29/12/2017
I+STRIP H 119-120 51,68 751 0,84 104,47
39 30/12/2017 EXP F 117-118 81,39 904 0,92 100,21
40 BOT G 120-121 50,14 824 0,77 116,37
08/01/2018
41 EXP E1 118-119 54,25 1244 0,91 168,89
EXP+STRIP
42 16/01/2018 25-26 52,42 802 1,65
G 110,77
43 09/01/2018 STRIP G 38-39 140,63 824 1,42 69,48
44 17/01/2018 BOT M 117-118 40,96 890 1,09 139,06
45 STRIP G 29-30 124,96 1200 2,05 107,35
46 22/01/2018 EXP H-2+G 24-26 74,01 922 1,32 107,17
EXP H-
47 26-27 126,70 1600 1,16
2+STRIP G 142,14
48 EXP E1 118-119 69,14 649 1,17 78,05
49 29/01/2018 BOT H 23-24 66,59 1277 1,02 156,49
50 EXP H 26-27 76,05 795 2,05 91,16
51 STRIP F 37-38 118,44 842 1,24 77,37
52 01/02/2018 STRIP F 40-41 139,42 991 1,27 83,93
53 STRIP G 30-31 143,43 1384 1,42 115,56
54 09/02/2018 STRIP G 25-26 126,58 1052 1,92 93,50
CUT BACK
55 19/02/2018 111-113 84,62 862 1,88
C 93,71
56 20/02/2018 EXP D 119-120 87,95 926 0,94 98,74

4.4 Rumusan Prediksi Peak Particle Velocity (PPV)


Data scaled distance dan PPV kemudian dianalisis untuk mendapatkan
hubungan persamaan pada rumus PPV. Cara yang digunakan untuk analisis data
ini adalah dengan menggunakan metode regresi power pada program komputer

58
excel 2015. Sementara rumusan air blast didapatkan dengan membandingkan
hasil perhitungan teoritis dengan aktual (Lampiran I).
4.4.1. Perhitungan rumusan prediksi PPV berdasarkan Teori Scale Distance
Scale distance dinyatakan sebagai perbandingan antara jarak dan isian
bahan peledak yang memepengaruhi hasil getaran. Data hasil pengukuran PPV di
lapangan (lihat Table 4.2) kemudian diolah untuk mendapatkan nilai PPV prediksi
menggunakan pendekatan Teori Scale Distance . Hubungan antara nilai Scale
Distance (SD) dan Peak Praticle Velocity (PPV) dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 4.11
Grafik hubungan Scale Distance (SD) dan Peak Particle Velocity (PPV)
berdasarkan data sekunder dari BlastwareIII

Dari Gambar 4.11 diatas didapat rumusan untuk mencari Peak Particle
Velocity (PPV) yaitu V = 1286,1 X-1,505. Dengan menghilangkan beberapa data
yang dianggap memiliki anomali agar nilai korelasi yang di peroleh semakin
tinggi, Maka dapat diprediksikan besaran PPV (mm/detik) yang akan ditimbulkan
dari peledakan yang dilakukan. Menggunakan persamaan tersebut dilakukan
prediksi PPV sehingga di dapat hasil sebagai berikut :

59
Tabel 4.3
PPV Aktual dan PPV Prediksi berdasarkan Teori Scale Distance

PPV PPV
Handak/hole Jarak Scale Prediksi
No Tanggal Aktual
(kg) (m) Distance (mm/s)
(mm/s)

1 01/12/2017 112,31 1209 114,08 1,1 1,03


2 03/12/2017 134,64 1260 108,59 1,16 1,11
3 09/12/2017 119,86 1346 122,94 0,91 0,92
4 12/12/2017 129,91 1388 121,78 1,16 0,93
5 48,31 621 89,35 0,93 1,49
13/12/2017
6 147,9 1429 117,50 1,17 0,99
7 15/12/2017 50,75 809 113,56 0,91 1,04
8 17/12/2017 137,05 1239 105,84 1,43 1,15
9 20/12/2017 139,88 1240 104,84 1,37 1,17
10 50,65 1114 156,53 0,52 0,64
05/01/2018
11 60,8 1244 159,54 0,66 0,62
12 06/01/2018 159,32 1062 84,14 1,71 1,63
13 10/01/2018 50,04 1042 147,30 0,91 0,70
14 126,62 500 44,43 3,29 4,26
11/01/2018
15 63,98 501 62,63 2,62 2,54
16 13/01/2018 100,51 606 60,45 1,83 2,68
17 15/01/2018 89,29 911 96,41 1,18 1,33
18 23/01/2018 112,23 1371 129,41 0,79 0,85
19 25/01/2018 90,81 984 103,26 1,5 1,20
20 76,29 1614 184,79 0,46 0,50
26/01/2018
21 119,73 1570 143,48 0,56 0,73
22 28/01/2018 72,24 1638 192,72 0,45 0,47
23 82,38 1645 181,24 0,35 0,51
30/01/2018
24 120,39 1128 102,80 1,33 1,21
25 03/02/2018 85,55 1000 108,12 1,19 1,12
26 04/02/2018 131,79 893 77,79 1,74 1,83
27 05/02/2018 113,51 785 73,68 1,89 1,99
28 06/02/2018 125,65 941 83,95 1,63 1,64
29 06/02/2018 122,12 1315 119,00 0,8 0,97
30 147,5 800 65,87 1,91 2,36
10/02/2018
31 140,28 1319 111,36 0,93 1,07
32 14/02/2018 121,9 846 76,62 1,88 1,88
33 17/02/2018 113,52 862 80,90 1,56 1,73
34 18/02/2018 113,91 913 85,54 1,85 1,59
35 22/02/2018 146,73 870 71,82 2,98 2,07

60
Lanjutan Tabel 4.3

PPV PPV
Handak/hole Jarak Scale
No Tanggal Aktual Prediksi
(kg) (m) Distance
(mm/s) (mm/s)

36 27/12/2017 104,33 1116 109,26 1,56 1,10


37 28/12/2017 142,66 1312 109,85 1,52 1,09
38 29/12/2017 51,68 751 104,47 0,84 1,18
39 30/12/2017 81,39 904 100,21 0,92 1,25
40 50,14 824 116,37 0,77 1,00
08/01/2018
41 54,25 1244 168,89 0,91 0,57
42 16/01/2018 52,42 802 110,77 1,65 1,08
43 09/01/2018 140,63 824 69,48 1,42 2,17
44 17/01/2018 40,96 890 139,06 1,09 0,77
45 124,96 1200 107,35 2,05 1,13
46 22/01/2018 74,01 922 107,17 1,32 1,13
47 126,70 1600 142,14 1,16 0,74
48 69,14 649 78,05 1,17 1,82
49 29/01/2018 66,59 1277 156,49 1,02 0,64
50 76,05 795 91,16 2,05 1,44
51 118,44 842 77,37 1,24 1,85
52 01/02/2018 139,42 991 83,93 1,27 1,64
53 143,43 1384 115,56 1,42 1,01
54 09/02/2018 126,58 1052 93,50 1,92 1,39
55 19/02/2018 84,62 862 93,71 1,88 1,39
56 20/02/2018 87,95 926 98,74 0,94 1,28

4.5. Rumusan Prediksi Air Blast


4.5.1. Perhitungan rumusan prediksi Air blast berdasarkan Teori Scale Distance
Prediksi rumusun air blast menurut Jimeno (1995) nilai overpressure dapat
di hitung dengan cube root scale distance dengan persamaan yang digunakan
𝐷
adalah SP = K1 x ( ) –k2, dimana SP = overpressure, untuk memperoleh nilai
𝑄1/3

konstanta k digunakan grafik power regresi dimana dihubungkan antara scale


distance dengan nilai air blast berdasarkan data sekunder, seperti gambar berikut :

61
Gambar 4.12
Grafik hubungan Scale Distance (SD) dan Air Blast berdasarkan data sekunder
dari BlastwareIII

Berdasarkan gambar grafik diatas di peroleh persamaan untuk Overpressure


(SP) = 2677,1 (X) -0,638, yang mana nilai dari cubiq root scale distance ini akan di
masukan kedalam persamaan Overpressure (SP) hasil grafik regresi diatas.
Dimana nilai dari Overpressure (SP) tersebut kemudian dimasukan kedalam
𝑆𝑃
rumusan prediksi nilai air blast yaitu , dB = 20 log 𝑆𝑃 , maka rumusan prediksi
𝑜

Air blast menjadi :

2677,1 𝑥 .(𝑆𝐷) −0,638


Air Blast = 20 log ( )
20 𝑥 10−6

Keterangan :
SP = Overpressure udara dalam satuan bar atau psi
SPo = overpressure dari suara terendah yang masih dapat didengar
SPo = 2 x 10 -6 N/m2
Dari rumusan prediksi air blast tersebut di peroleh hasil prediksi air blast
seperti Tabel 4.4 berikut :

62
Tabel 4.4
Perhitungan nilai Overpressure (SP)

Air Blast
Handak/hole Jarak Scale Overpressure (SP)
No Tanggal Aktual
(kg) (m) Distance (N/m2)
(dB)

1 27-Dec-17 67,51 775 190,6 105,9 93,96


2 28-Dec-17 52,66 719 192,1 102,3 93,50
3 29-Dec-17 51,68 751 201,9 110,2 90,58
4 30-Dec-17 81,39 904 208,9 79,4 88,62
5 31 des 217 106,93 1199 253,0 77,4 78,43
6 123,06 1451 292,2 85,1 71,54
02-Jan-18
7 166,89 734 133,5 110,1 117,90
8 03-Jan-18 47,69 1164 321,4 58,7 67,32
9 119,38 1513 307,8 75,2 69,21
04-Jan-18
10 145,76 798 151,9 110,5 108,61
11 79,3 792 184,6 98 95,89
12 05-Jan-18 51,19 923 248,9 78,2 79,25
13 113,16 1444 299,0 68,2 70,50
14 06-Jan-18 158,92 980 181,2 98,9 97,03
15 96,38 500 109,2 135,8 134,04
11-Jan-18
16 83,26 501 114,9 127,5 129,77
17 19-Jan-18 62,03 592 149,8 110,3 109,59
18 24-Jan-18 122,21 712 143,7 120,4 112,51
19 30-Jan-18 75,65 695 164,6 94,4 103,19
20 255,19 1573 248,5 90,8 79,34
05-Feb-18
21 37,3 738 221,1 80,6 85,46
22 125,65 941 188,2 93,4 94,73
06-Feb-18
23 126,29 1071 213,8 85,4 87,32
24 08-Feb-18 60,97 796 202,5 88,1 90,39
25 147,5 800 151,7 104,1 108,71
10-Feb-18
26 69,6 900 219,1 88,4 85,97
27 13-Feb-18 74,7 1525 362,6 61,8 62,34
28 109,07 846 177,3 85,5 98,38
14-Feb-18
29 82,03 849 195,7 86,4 92,40
30 113,52 938 194,0 87,3 92,90
17-Feb-18
31 149,01 1087 205,4 95,7 89,59
32 124,74 910 182,4 82,3 96,63
18-Feb-18
33 113,91 910 188,0 95,7 94,78
34 19-Feb-18 149,34 941 177,7 98,7 98,27
35 20-Feb-18 154,25 862 161,0 106,3 104,64

63
Lanjutan Tabel 4.4
Air
Handak/hole Jarak Scale Blast Overpressure (SP)
No Tanggal
(kg) (m) Distance Aktual (N/m2)
(dB)
36 27-Dec-17 104,33 1116 237,4 98,2 81,67
37 28-Dec-17 142,66 1312 251,5 97,7 78,72
38 29-Dec-17 51,68 751 201,9 99,7 90,57
39 30-Dec-17 81,39 904 208,9 99,4 88,62
40 50,1 824 223,8 98,8 84,82
08-Jan-18
41 54,3 1244 329,0 95,4 66,32
42 16-Jan-18 52,4 802 214,6 99,1 87,12
43 09-Jan 140,6 824 158,7 101,7 105,60
44 17-Jan-18 41,0 890 258,5 97,5 77,36
45 125,0 1200 240,4 98,1 81,02
46 22-Jan-18 74,0 922 219,9 98,9 85,76
47 126,7 1600 319,1 95,7 67,64
48 69,1 649 158,3 101,8 105,76
49 29-Jan-18 66,6 1277 315,5 95,8 68,12
50 76,0 795 187,9 100,3 94,81
51 118,4 842 171,7 101,1 100,42
52 1-Feb-18 139,4 991 191,4 100,1 93,70
53 143,4 1384 264,8 97,3 76,17
54 09-Feb-18 126,6 1052 209,9 99,3 88,36
55 19-Feb-18 84,6 862 196,6 99,9 92,11
56 20-Feb-18 88,0 926 208,5 99,4 88,72

Tabel 4.5
Perhitungan Air Blast aktual dengan Air blast Prediksi

Air Blast Air Blast


Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m)
(dB) (dB)
1 27-Dec-17 67,51 775 105,9 133,4 27,5
2 28-Dec-17 52,66 719 102,3 133,4 31,1
3 29-Dec-17 51,68 751 110,2 133,1 22,9
4 30-Dec-17 81,39 904 79,4 132,9 53,5
5 31 des 217 106,93 1199 77,4 131,9 54,5
6 123,06 1451 85,1 131,1 46,0
02-Jan-18
7 166,89 734 110,1 135,4 25,3
8 03-Jan-18 47,69 1164 58,7 130,5 71,8
9 119,38 1513 75,2 130,8 55,6
04-Jan-18
10 145,76 798 110,5 134,7 24,2
11 79,3 792 98 133,6 35,6
12 05-Jan-18 51,19 923 78,2 132,0 53,8
13 113,16 1444 68,2 130,9 62,7

64
Lanjutan Tabel 4.5

Air Blast Air Blast


Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m)
(dB) (dB)
14 06-Jan-18 158,92 980 98,9 134,0 34,8
15 96,38 500 135,8 135,8 0,7
11-Jan-18
16 83,26 501 127,5 135,6 8,7
17 19-Jan-18 62,03 592 110,3 134,7 24,5
18 24-Jan-18 122,21 712 120,4 134,8 14,6
19 30-Jan-18 75,65 695 94,4 134,3 39,9
20 255,19 1573 90,8 132,8 41,2
05-Feb-18
21 37,3 738 80,6 133,3 52,0
22 125,65 941 93,4 133,8 40,1
06-Feb-18
23 126,29 1071 85,4 133,4 47,4
24 08-Feb-18 60,97 796 88,1 133,6 45,0
25 147,5 800 104,1 134,6 30,6
10-Feb-18
26 69,6 900 88,4 133,3 44,3
27 13-Feb-18 74,7 1525 61,8 131,5 68,1
28 109,07 846 85,5 134,1 48,3
14-Feb-18
29 82,03 849 86,4 133,7 46,9
30 113,52 938 87,3 133,7 46,0
17-Feb-18
31 149,01 1087 95,7 133,5 37,3
32 124,74 910 82,3 134,0 51,4
18-Feb-18
33 113,91 910 95,7 133,8 37,8
34 19-Feb-18 149,34 941 98,7 134,0 35,1
35 20-Feb-18 154,25 862 106,3 134,4 28,1
36 27-Dec-17 104,33 1116 98,2 133,0 34,0
37 28-Dec-17 142,66 1312 97,7 132,8 34,2
38 29-Dec-17 51,68 751 99,7 133,6 33,4
39 30-Dec-17 81,39 904 99,4 133,5 33,6
40 50,1 824 98,8 133,2 33,8
08-Jan-18
41 54,3 1244 95,4 131,8 35,0
42 16-Jan-18 52,4 802 99,1 133,4 33,6
43 09-Jan 140,6 824 101,7 134,5 32,7
44 17-Jan-18 41,0 890 97,5 132,7 34,2
45 125,0 1200 98,1 133,0 34,0
46 22-Jan-18 74,0 922 98,9 133,3 33,7
47 126,7 1600 95,7 131,9 34,9
48 69,1 649 101,8 134,5 32,7
49 29-Jan-18 66,6 1277 95,8 132,0 34,9
50 76,0 795 100,3 133,8 33,2
51 118,4 842 101,1 134,2 33,0
52 1-Feb-18 139,4 991 100,1 133,8 33,3
53 143,4 1384 97,3 132,6 34,3
54 09-Feb-18 126,6 1052 99,3 133,4 33,6
55 19-Feb-18 84,6 862 99,9 133,7 33,4
56 20-Feb-18 88,0 926 99,4 133,5 33,6
Rata - rata 37,4

65
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Analisis Ground Vibration dan Air Blast Terhadap Lingkungan


Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan nilai PPV dan Air Blast yang
ditimbulkan dari kegiatan peledakan di Pit C2 berdampak tidak aman terhadap
lingkungan sekitar.
Tabel 5.1
Efek Peledakan Terhadap Lingkungan

Batas Aman Ambang Batas


Efek Nilai Kerusakan
Ketetapan Keterangan
Peledakan Terbesar SNI Struktur
Perusahaan Menurut SNI
Getaran 3,29 3 2,2 >13 Tidak
Tanah mm/s mm/s mm/s mm/s Aman
Suara 135,8 120 70 >150
Tidak Aman
Ledakan dB dB dB dB

5.1.1.Pengaruh Ground Vibration Terhadap Lingkungan


Besaran Peak Praticle Velocity (PPV) tertinggi terjadi tanggal 11 Januari 2018
yaitu sebesar 3,29 mm/s. Berdasarkan SNI 7571 tahun 2010 mengenai baku tingkat
getaran, peledakan yang dilakukan oleh PT. Saptaindra Sejati sudah melampui batas
aman . Struktur bangunan rumah yang terdapat pada sekitar Pit C2 tergolong Kelas II
yaitu bangunan dengan pondasi, pasangan bata dan adukan semen, termasuk
bangunan dengan pondasi dari kayu dan lantainya diberi adukan semen saja , dengan
batas aman getaran yaitu 3 mm/s . PT. Saptaindra Sejati juga menentukan batas
getaran dari peledakan harus lebih kecil dari IK PT. Brau Coal tersebut yaitu sebesar
2,2 mm/s. Efek yang di timbulkan untuk bangunan kelas II apabila dari hasil
wawancara warga menyatakan peledakan mengakibatkan kerusakan terhadap

66
bangunan rumah. Hal ini dikarenakan struktur rumah yang terdapat pada Kampung
Enau umumnya terletak pada tanah yang tidak stabil. Selain itu struktur bangunan
rumahnya tidak permanen. Sehingga rentan terhadap getaran apabila besaran getaran
> 3 mm/s. Dengan bangunan yang kurang kokoh walaupun efek getaran yang terjadi
cukup kecil namun dengan paparan setiap hari maka akan menyebabkan kerusakan
sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya terjadi retakan pada bangunan rumah warga.
Hal inilah yang seringkali membuat warga sekitar melakukan protes.

5.1.2. Pengaruh Air Blast Terhadap Lingkungan


Peledakan yang dilakukan PT. Saptaindra Sejati dilakukan pada siang hari dan
setiap harinya terdapat 1 hingga 4 lokasi peledakan dengan durasi terpapar sangat
cepat (kurang lebih 60 detik per peledakan). Menurut data pengukuran air blast
tertinggi terjadi pada tanggal 11 Januari 2018 yaitu sebesar 135,8 dB. Mengacu pada
SNI 7570 tahun 2010 mengenai baku tingkat kebisingan pengaruh air blast pada
pengukuran di Pit C2 PT.Saptaindra Sejati sudah melewati batas aman.
Berdasarkan survey langsung kepada masyarakat sekitar lokasi Pit C2 tepatnya
di Kampung enau, banyak yang mengeluh mengenai efek suara akibat peledakan.
Banyak warga yang merasa terganggu dan khawatir akibat peledakan yang dilakukan
PT. Saptaindra sejati . Hal ini dikarenakan peledakan dilakukan pada waktu siang
hari yaitu pukul 12.45 hingga 13.00 WITA . Banyak warga yang mengeluh terganggu
karena peledakan seringkali dilakukan pada saat warga melakukan ibadah sholat
dzuhur. Sehingga para warga tidak bisa konsentrasi beribadah.

5.2 Rumusan prediksi Ground vibration


5.2.1.Rumusan Prediksi Ground Vibration berdasarkan Teori Scale Distance
Penentuan rumusan prediksi ground vibration membutuhkan data scale
distance serta hasil pengukuran PPV aktual, dimana scale distance merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi nilai PPV yang dihasilkan oleh suatu peledakan. Pada
pengolahan data nilai PPV dan scale distance dihubungkan dalam bentuk grafik plot
(titik) dengan tujuan untuk mendapatkan persamaan regresi model power yaitu

67
y = a.Xb sesuai dengan rumus PPV yang ingin dicari. Sehingga di dapat persamaan
𝑑
nilai PPV = 1286,1 x ( ) -1,505 (lihat Tabel 4.2 dan Gambar 4.9).
𝑤 0,5

Persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai PPV prediksi.


Hal ini bertujuan untuk melakukan kecocokan antara PPV aktual dan PPV prediksi
menurut Teori scale distance dan di dapat persen kesalahan rata – rata 23 % (lihat
Tabel 5.2) dan nilai R2 (koefisien determinasi) sebesar 0,873. Koefisien determinasi
menunjukan angka kecocokan data dalam bentuk titik terhadap garis regresi yang
dibentuk, semakin mendekati 1 artinya regresi tersebut semakin akurat.
Tabel 5.2
Hasil Perhitungan Ground Vibration Aktual dan Prediksi Teori Scale Distance

PPV PPV
Handak/hole Jarak Koreksi
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m) %
(mm/s) (mm/s)
1 01/12/2017 112,31 1209 1,1 1,03 0,07 6%
2 03/12/2017 134,64 1260 1,16 1,11 0,05 4%
3 09/12/2017 119,86 1346 0,91 0,92 0,01 1%
4 12/12/2017 129,91 1388 1,16 0,93 0,23 19%
5 48,31 621 0,93 1,49 0,56 60%
13/12/2017
6 147,9 1429 1,17 0,99 0,18 16%
7 15/12/2017 50,75 809 0,91 1,04 0,13 14%
8 17/12/2017 137,05 1239 1,43 1,15 0,28 19%
9 20/12/2017 139,88 1240 1,37 1,17 0,20 15%
10 50,65 1114 0,52 0,64 0,12 23%
05/01/2018
11 60,8 1244 0,66 0,62 0,04 6%
12 06/01/2018 159,32 1062 1,71 1,63 0,08 5%
13 10/01/2018 50,04 1042 0,91 0,70 0,21 23%
14 126,62 500 3,29 4,26 0,97 29%
11/01/2018
15 63,98 501 2,62 2,54 0,08 3%
16 13/01/2018 100,51 606 1,83 2,68 0,85 47%
17 15/01/2018 89,29 911 1,18 1,33 0,15 13%
18 23/01/2018 112,23 1371 0,79 0,85 0,06 8%
19 25/01/2018 90,81 984 1,5 1,20 0,30 20%
20 76,29 1614 0,46 0,50 0,04 8%
26/01/2018
21 119,73 1570 0,56 0,73 0,17 30%

68
Lanjutan 5.2

PPV PPV
Handak/hole Jarak Koreksi
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m) %
(mm/s) (mm/s)
22 28/01/2018 72,24 1638 0,45 0,47 0,02 4%
23 82,38 1645 0,35 0,51 0,16 47%
30/01/2018
24 120,39 1128 1,33 1,21 0,12 9%
25 03/02/2018 85,55 1000 1,19 1,12 0,07 6%
26 04/02/2018 131,79 893 1,74 1,83 0,09 5%
27 05/02/2018 113,51 785 1,89 1,99 0,10 5%
28 06/02/2018 125,65 941 1,63 1,64 0,01 0%
29 06/02/2018 122,12 1315 0,8 0,97 0,17 21%
30 147,5 800 1,91 2,36 0,45 23%
10/02/2018
31 140,28 1319 0,93 1,07 0,14 15%
32 14/02/2018 121,9 846 1,88 1,88 0,00 0%
33 17/02/2018 113,52 862 1,56 1,73 0,17 11%
34 18/02/2018 113,91 913 1,85 1,59 0,26 14%
35 22/02/2018 146,73 870 2,98 2,07 0,91 31%
36 27/12/2017 104,33 1116 1,56 1,10 0,46 29%
37 28/12/2017 142,66 1312 1,52 1,09 0,43 28%
38 29/12/2017 51,68 751 0,84 1,18 0,34 40%
39 30/12/2017 81,39 904 0,92 1,25 0,33 36%
40 50,14 824 0,77 1,00 0,23 30%
08/01/2018
41 54,25 1244 0,91 0,57 0,34 37%
42 16/01/2018 52,42 802 1,65 1,08 0,57 35%
43 09/01/2018 140,63 824 1,42 2,17 0,75 53%
44 17/01/2018 40,96 890 1,09 0,77 0,32 30%
45 124,96 1200 2,05 1,13 0,92 45%
46 22/01/2018 74,01 922 1,32 1,13 0,19 14%
47 126,70 1600 1,16 0,74 0,42 36%
48 69,14 649 1,17 1,82 0,65 56%
49 29/01/2018 66,59 1277 1,02 0,64 0,38 37%
50 76,05 795 2,05 1,44 0,61 30%
51 118,44 842 1,24 1,85 0,61 49%
52 01/02/2018 139,42 991 1,27 1,64 0,37 29%
53 143,43 1384 1,42 1,01 0,41 29%
54 09/02/2018 126,58 1052 1,92 1,39 0,53 28%
55 19/02/2018 84,62 862 1,88 1,39 0,49 26%
56 20/02/2018 87,95 926 0,94 1,28 0,34 36%
Rata - rata 0,31 23%

69
5.3 Rumusan Prediksi Air Blast

5.3.1 Rumusan Prediksi Air Blast berdasarkan Teori Scale Distance


Hasil rumusan prediksi untuk air blast yang menggunakan teori scale distance
kemudian dilakukan koreksi terhadap hasil pengukuran air blast aktual , dimana pada
hasil perolehan selisih rata- rata anatara air blast aktual dengan prediksi 37,4,
kemudian selisih dimasukan ke dalam rumusan predikisi air blast sebagi pengurang,
karena hasil prediksi rumusan lebih besar dari hasil aktualnya, sehingga rumusan
prediksi air blast menjadi ;
2677,1 𝑥.(𝑆𝐷) −0,683
Air Blast = 20 log ( ) – 37,4
20 𝑥 10−6

Kemudian dilakukan perhitungan prdiksi air blast kembali sehingga di peroleh


koreksi sebesar 42 % seperti pada Tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3
Hasil Koreksi Air Blast Aktual dengan Prediksi Teori Scale Distance

Air Blast Air Blast


Handak/hole Jarak Koreksi
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m) %
(dB) (dB)

1 27-Dec-17 67,51 775 105,9 133,8 27,5 26%


2 28-Dec-17 52,66 719 102,3 133,8 31,1 30%
3 29-Dec-17 51,68 751 110,2 133,6 22,9 21%
4 30-Dec-17 81,39 904 79,4 133,5 53,5 67%
5 31 des 217 106,93 1199 77,4 132,8 54,5 70%
6 123,06 1451 85,1 132,2 46,0 54%
02-Jan-18
7 166,89 734 110,1 135,1 25,3 23%
8 03-Jan-18 47,69 1164 58,7 131,9 71,8 122%
9 119,38 1513 75,2 132,1 55,6 74%
04-Jan-18
10 145,76 798 110,5 134,6 24,2 22%
11 79,3 792 98 133,9 35,6 36%
12 05-Jan-18 51,19 923 78,2 132,8 53,8 69%
13 113,16 1444 68,2 132,2 62,7 92%
14 06-Jan-18 158,92 980 98,9 134,0 34,8 35%
15 96,38 500 135,8 135,8 0,7 1%
11-Jan-18
16 83,26 501 127,5 135,6 8,7 7%
17 19-Jan-18 62,03 592 110,3 134,7 24,5 22%

70
Lanjutan Tabel 5.3

Air Blast Air Blast


Handak/hole Jarak Koreksi
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m) %
(dB) (dB)
18 24-Jan-18 122,21 712 120,4 134,8 14,6 12%
19 30-Jan-18 75,65 695 94,4 134,3 39,9 42%
20 255,19 1573 90,8 132,8 41,2 45%
05-Feb-18
21 37,3 738 80,6 133,3 52,0 65%
22 125,65 941 93,4 133,8 40,1 43%
06-Feb-18
23 126,29 1071 85,4 133,4 47,4 56%
24 08-Feb-18 60,97 796 88,1 133,6 45,0 51%
25 147,5 800 104,1 134,6 30,6 29%
10-Feb-18
26 69,6 900 88,4 133,3 44,3 50%
27 13-Feb-18 74,7 1525 61,8 131,5 68,1 110%
28 109,07 846 85,5 134,1 48,3 57%
14-Feb-18
29 82,03 849 86,4 133,7 46,9 54%
30 113,52 938 87,3 133,7 46,0 53%
17-Feb-18
31 149,01 1087 95,7 133,5 37,3 39%
32 124,74 910 82,3 134,0 51,4 62%
18-Feb-18
33 113,91 910 95,7 133,8 37,8 40%
34 19-Feb-18 149,34 941 98,7 134,0 35,1 36%
35 20-Feb-18 154,25 862 106,3 134,4 28,1 26%
36 27-Dec-17 104,33 1116 98,2 133,0 34,0 35%
37 28-Dec-17 142,66 1312 97,7 132,8 34,2 35%
38 29-Dec-17 51,68 751 99,7 133,6 33,4 34%
39 30-Dec-17 81,39 904 99,4 133,5 33,6 34%
40 50,1 824 98,8 133,2 33,8 34%
08-Jan-18
41 54,3 1244 95,4 131,8 35,0 37%
42 16-Jan-18 52,4 802 99,1 133,4 33,6 34%
43 09-Jan 140,6 824 101,7 134,5 32,7 32%
44 17-Jan-18 41,0 890 97,5 132,7 34,2 35%
45 125,0 1200 98,1 133,0 34,0 35%
46 22-Jan-18 74,0 922 98,9 133,3 33,7 34%
47 126,7 1600 95,7 131,9 34,9 36%
48 69,1 649 101,8 134,5 32,7 32%
49 29-Jan-18 66,6 1277 95,8 132,0 34,9 36%
50 76,0 795 100,3 133,8 33,2 33%
51 118,4 842 101,1 134,2 33,0 33%
52 1-Feb-18 139,4 991 100,1 133,8 33,3 33%
53 143,4 1384 97,3 132,6 34,3 35%
54 09-Feb-18 126,6 1052 99,3 133,4 33,6 34%
55 19-Feb-18 84,6 862 99,9 133,7 33,4 33%
56 20-Feb-18 88,0 926 99,4 133,5 33,6 34%
Rata - rata 37,4 42%

71
5.4 Rekomendasi isian bahan peledak berdasarkan rumusan prediksi
Berdasarkan hasil dari rumusan prediksi dengan Teori Scale Distance untuk
ground vibration dan air blast , kemudian dilakukan perhitungan menggunakan
rumusan prediksi tersebut untuk menentukan isian bahan peledak maksimal per
lubang ledak di setiap zona pada Pit C2 agar kegiatan peledakan tidak menimbulkan
efek ground vibration dan air blast yang melebihi batas aman yang sudah di
tetapkan, maka direkomendasikan isian bahan peledak maksimal (lihat Lampiran J)
di setiap lubangnya untuk jarak 400 m , 700 m, dan 1000 m sesuai dengan zonasi di
Pit C2 .
Table 5.4
Rekomendasi Isian bahan peledak untuk zonasi 400 m, 700 m, dan 1000 m

Air
Jarak Handak/hole PPV Blast
(kg) (mm/s) (dB)
200 8,4 137,5
150 6,8 136,9
400 100 5,0 136,1
50 3,0 134,7
34,5 2,2 134,0
200 3,6 134,1
150 2,9 133,6
700
100 2,1 132,8
90 2,0 132,6
200 2,1 132,0
160 1,8 131,6
1000
100 1,3 130,7
50 0,7 129,3

Pada hasil perhitungan rekomendasi untuk bahan peledak per lubang di setiap
zonanya dimana nilai air blast sendiri masih tinggi , disebabkan oleh adanya faktor
lain yang sangat berpengaruh pada besarnya air blast , salah satunya adalah arah
angin serta temperature udara, dimana pada lokasi peledakan temperature rata- rata
20 oC – 31 oC , kecepatan angin rata – rata 5 – 7 knot yang hembusannya cenderung
mengarah ke perkampungan warga.

72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
1. Dampak kegiatan peledakan di Pit C2 terhadap lingkungan sekitar tergolong
tidak aman atau melebihi batas aman yang mengacu pada IK PT. Berau Coal,
yang menetapkan untuk nilai Peak Particle Velocity (PPV) tidak boleh melebihi
dari 2,2 mm/s dan nilai air blast 70 dB dimana kondisi aktual di lapangan
tercatat nilai Peak Particle Velocity (PPV) terbesar 3,29 mm/s , dan nilai Air
Blast terbesar 135,8 dB. Sehingga warga sekitaran Kampung Enau merasa
terganggu akan dampak dari peledakan tersebut.
2. Hasil analisis ground vibration dan air blast di area penambangan PIT C2 ,
Jobsite Sambarata, diperoleh prediksi rumusan untuk merekomendasikan
batasan maksimal untuk isian bahan peledak per lubangnya yaitu, untuk zona
merah 34,5 kg/lubang, zona kuning 90 kg/lubang, dan zona hijau 160 kg/lubang
agar dampak dari kegiatan peledakan terhadap lingkungan sekitar kecil.

6.2. Saran
1. Pembaharuan untuk rumusan prediksi ground vibration dan air blast secara
berkala harus dilakukan agar meningkatkan keakuratan dari rumusan prediksi
dan sesuai dengan kondisi pit saat itu.
2. Analisa lebih lanjut mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi Ground
vibration dan Air Blast .

73
DAFTAR PUSTAKA

1. Bender, Wesley L, 2006, “Understanding Blast Vibration and Air Blast, their
Causes, and their Damage Potential”, International Society of Explosive
Engineers, Cleveland, OH.
2. Bhandari, Sushil, 1997, “Engineering Rock Blasting Operation”, J.N.V
Jodhpur University, India.
3. Hustrulid, William, 1970, “Blasting Principles For Open Pit Mining”,
Colorado School of Mines, USA.
4. Jimeno, Carlos Lopez, 1995, “Drilling and Blasting of Rocks”, S.A Company,
USA.
5. Karthodharmo Moelhim, Irwandy Arif, Suseno Kramadibrata., 1984, Teknik
Peledakan, “Diktat Kuliah Jilid I”, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.

6. Konya J.C and Walter J.E, 1990, “Surface Blast Design”, Seismological
Observatory John Carroll University, New jersey.
7. Konya J Calvin & Edward J.Walter.1990, “Rock Blasting & Over Break
Control”.
8. Person, Per-Anderson, 1994, “Rock Blasting and Explosive Engineering”,
CRC Press, Inc, USA.

9. S. Koesnaryo. 1988, “Teknik Pemboran dan Peledakan”, Jurusan Teknik


Pertambanagan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Yogyakarta.
10. Singgih Saptono, 2006, “ Teknik Peledakan” Jurusan Teknik Pertambanagan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Yogyakarta
11. Wyllie, Ducan C,Christopher W Mah, 2005, “Rock Slope Engineering”, Civil
and Mining , 4th Edition.

12. _________, 1998, “Teknik Peledakan Yang Efisien”, Dyno – Blast Dynamics,
Nobel Inc.

74
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
KONDISI PENGAMBILAN DATA DI LAPANGAN

75
LAMPIRAN B
ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

B.1 Spesifikasi Hidraulic Excavator PC 2000

76
77
78
B.2 Spesifikasi Alat Angkut HD 785 – 7 Komatsu

79
80
LAMPIRAN C
ALAT BOR ATLAS COPCO DM 45

81
LAMPIRAN D
HASIL PENGUKURAN GROUND VIBRATION AKTUAL

Lokasi
Handak/delay Jarak PPV
No Tanggal Scale Distance
(kg) (m) (mm/s)
Seam Block

1 01/12/2017 EXP +STRIP G 36-37 112,31 1209 1,1 114,08

2 03/12/2017 STRIP G 36-37 134,64 1260 1,16 108,59

3 09/12/2017 EXP G 35-36 119,86 1346 0,91 122,94

4 12/12/2017 EXP Eu 112-113 129,91 1388 1,16 121,78

5 STRIP H 120-122 48,31 621 0,93 89,35


13/12/2017
6 EXP Eu 100-103 147,9 1429 1,17 117,50

7 15/12/2017 EXP I 117-120 50,75 809 0,91 113,56

8 17/12/2017 EXP Eu 103-105 137,05 1239 1,43 105,84

9 20/12/2017 STRIP F 35-36 139,88 1240 1,37 104,84

82
10 EXP + STRIP F 119-120 50,65 1114 0,52 156,53
05/01/2018
11 EXP H 120-121 60,8 1244 0,66 159,54

12 06/01/2018 EXP + STRIP G 30-31 159,32 1062 1,71 84,14

13 10/01/2018 BOT I 118-119 50,04 1042 0,91 147,30

14 EXP G+H-2 25-26 126,62 500 3,29 44,43


11/01/2018
15 CUT BACK E 119-120 63,98 501 2,62 62,63

16 13/01/2018 EXP G 25-26 100,51 606 1,83 60,45

17 15/01/2018 STRIP G 25-26 89,29 911 1,18 96,41

18 23/01/2018 EXP F 36-37 112,23 1371 0,79 129,41

19 25/01/2018 STRIP G 26-27 90,81 984 1,5 103,26

20 CUT BACK C 114-115 76,29 1614 0,46 184,79


26/01/2018
21 STRIP F 40-41 119,73 1570 0,56 143,48

22 28/01/2018 CUT BACK C 109-110 72,24 1638 0,45 192,72

23 30/01/2018 CUT BACK C 108-109 82,38 1645 0,35 181,24

83
24 EXP E 30-31 120,39 1128 1,33 102,80

25 03/02/2018 EXP G 25-26 85,55 1000 1,19 108,12

26 04/02/2018 STRIP G 27-28 131,79 893 1,74 77,79

27 05/02/2018 STRIP F 39-40 113,51 785 1,89 73,68

28 06/02/2018 STRIP G 27-28 125,65 941 1,63 83,95

29 06/02/2018 EXP F 31-33 122,12 1315 0,8 119,00

30 STRIP G 27-28 147,5 800 1,91 65,87


10/02/2018
31 STRIP F 35-37 140,28 1319 0,93 111,36

32 14/02/2018 STRIP G 26-27 121,9 846 1,88 76,62

33 17/02/2018 EXP G 30-31 113,52 862 1,56 80,90

34 18/02/2018 EXP G 29-30 113,91 913 1,85 85,54

35 22/02/2018 EXP G 31-32 146,73 870 2,98 71,82

36 27/12/2017 EXP Eu 109-110 109,26


104,33 1116 1,56
37 28/12/2017 EXP E1 107-109 109,85
142,66 1312 1,52

84
38 29/12/2017 EXP I+STRIP H 119-120 104,47
51,68 751 0,84
39 30/12/2017 EXP F 117-118 100,21
81,39 904 0,92
40 BOT G 120-121 50,14 824 0,77 116,37
08/01/2018
41 EXP E1 118-119 54,25 1244 0,91 168,89

42 16/01/2018 EXP+STRIP G 25-26 52,42 802 1,65 110,77

43 09/01/2018 STRIP G 38-39 140,63 824 1,42 69,48

44 17/01/2018 BOT M 117-118 40,96 890 1,09 139,06

45 STRIP G 29-30 124,96 1200 2,05 107,35

46 22/01/2018 EXP H-2+G 24-26 74,01 922 1,32 107,17

47 EXP H-2+STRIP G 26-27 126,70 1600 1,16 142,14

48 EXP E1 118-119 69,14 649 1,17 78,05

49 29/01/2018 BOT H 23-24 66,59 1277 1,02 156,49

50 EXP H 26-27 76,05 795 2,05 91,16

51 01/02/2018 STRIP F 37-38 118,44 842 1,24 77,37

85
52 STRIP F 40-41 139,42 991 1,27 83,93

53 STRIP G 30-31 143,43 1384 1,42 115,56

54 09/02/2018 STRIP G 25-26 126,58 1052 1,92 93,50

55 19/02/2018 CUT BACK C 111-113 84,62 862 1,88 93,71

56 20/02/2018 EXP D 119-120 87,95 926 0,94 98,74

86
LAMPIRAN E
HASIL PENGUKURAN AIR BLAST AKTUAL

Lokasi
Handak/hole Jarak Air Blast Aktual
No Tanggal Scale Distance
Seam Block (kg) (m) (dB)

1 27-Dec-17 H 120 - 121 67,51 775 190,6 105,9


2 28-Dec-17 E1 107-109 52,66 719 192,1 102,3
3 29-Dec-17 H 119-120 51,68 751 201,9 110,2
4 30-Dec-17 F 117-118 81,39 904 208,9 79,4
5 31 des 217 STRIP G 38-39 106,93 1199 253,0 77,4
6 G 37-38 123,06 1451 292,2 85,1
02-Jan-18
7 H 120-121 166,89 734 133,5 110,1
8 03-Jan-18 G 119-120 47,69 1164 321,4 58,7
9 STRIP G 37-38 119,38 1513 307,8 75,2
04-Jan-18
10 H 118-119 145,76 798 151,9 110,5
11 H 120-121 79,3 792 184,6 98
12 05-Jan-18 F + STRIP 119-120 51,19 923 248,9 78,2
13 STRIP G 38-39 113,16 1444 299,0 68,2
14 06-Jan-18 G + STRIP 30-31 158,92 980 181,2 98,9
15 CB E 119-120 96,38 500 109,2 135,8
11-Jan-18
16 STRIP G 25-26 83,26 501 114,9 127,5
17 19-Jan-18 STRIP G 24-25 62,03 592 149,8 110,3

87
18 24-Jan-18 F 40-41 122,21 712 143,7 120,4
19 30-Jan-18 H 26-27 75,65 695 164,6 94,4
20 F 39-40 255,19 1573 248,5 90,8
05-Feb-18
21 EXP H-2 25-26 37,3 738 221,1 80,6
22 STRIP G 27-28 125,65 941 188,2 93,4
06-Feb-18
23 EXP G 31-32 126,29 1071 213,8 85,4
24 08-Feb-18 STRIP G 24-25 60,97 796 202,5 88,1
25 STRIP G 27-28 147,5 800 151,7 104,1
10-Feb-18
26 EXP G 24-25 69,6 900 219,1 88,4
27 13-Feb-18 CB C 120-121 74,7 1525 362,6 61,8
28 STRIP G 26-27 109,07 846 177,3 85,5
14-Feb-18
29 CB C 108-112 82,03 849 195,7 86,4
30 G 30-31 113,52 938 194,0 87,3
17-Feb-18
31 STRIP F 31-32 149,01 1087 205,4 95,7
32 G 28-29 124,74 910 182,4 82,3
18-Feb-18
33 G 29-30 113,91 910 188,0 95,7
34 19-Feb-18 STRIP G 28-29 149,34 941 177,7 98,7
35 20-Feb-18 STRIP G 27-28 154,25 862 161,0 106,3
36 27-Dec-17 EXP Eu 109-110 104,33 1116 237,4 98,2
37 28-Dec-17 EXP E1 107-109 142,66 1312 251,5 97,7
38 29-Dec-17 EXP I+STRIP H 119-120 51,68 751 201,9 99,7
39 30-Dec-17 EXP F 117-118 81,39 904 208,9 99,4
40 BOT G 120-121 50,1 824 223,8 98,8
08-Jan-18
41 EXP E1 118-119 54,3 1244 329,0 95,4
42 16-Jan-18 EXP+STRIP G 25-26 52,4 802 214,6 99,1
43 09-Jan STRIP G 38-39 140,6 824 158,7 101,7

88
44 17-Jan-18 BOT M 117-118 41,0 890 258,5 97,5
45 STRIP G 29-30 125,0 1200 240,4 98,1
46 22-Jan-18 EXP H-2+G 24-26 74,0 922 219,9 98,9
EXP H-2+STRIP
47 26-27 126,7 1600 319,1 95,7
G
48 EXP E1 118-119 69,1 649 158,3 101,8
49 29-Jan-18 BOT H 23-24 66,6 1277 315,5 95,8
50 EXP H 26-27 76,0 795 187,9 100,3
51 STRIP F 37-38 118,4 842 171,7 101,1
52 1-Feb-18 STRIP F 40-41 139,4 991 191,4 100,1
53 STRIP G 30-31 143,4 1384 264,8 97,3
54 09-Feb-18 STRIP G 25-26 126,6 1052 209,9 99,3
55 19-Feb-18 CUT BACK C 111-113 84,6 862 196,6 99,9
56 20-Feb-18 EXP D 119-120 88,0 926 208,5 99,4

89
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN KOREKSI RUMUS PREDIKSI PPV

F.1. Perhitungan Koreksi PPV Teori Scale Distance

Handak/delay Jarak PPV


No Tanggal Scale Distance
(kg) (m) (mm/s)
1 01/12/2017 112,31 1209 1,1 114,08
2 03/12/2017 134,64 1260 1,16 108,59
3 09/12/2017 119,86 1346 0,91 122,94
4 12/12/2017 129,91 1388 1,16 121,78
5 48,31 621 0,93 89,35
13/12/2017
6 147,9 1429 1,17 117,50
7 15/12/2017 50,75 809 0,91 113,56
8 17/12/2017 137,05 1239 1,43 105,84
9 20/12/2017 139,88 1240 1,37 104,84
10 50,65 1114 0,52 156,53
05/01/2018
11 60,8 1244 0,66 159,54
12 06/01/2018 159,32 1062 1,71 84,14
13 10/01/2018 50,04 1042 0,91 147,30
14 126,62 500 3,29 44,43
11/01/2018
15 63,98 501 2,62 62,63
16 13/01/2018 100,51 606 1,83 60,45
17 15/01/2018 89,29 911 1,18 96,41
18 23/01/2018 112,23 1371 0,79 129,41
19 25/01/2018 90,81 984 1,5 103,26
20 76,29 1614 0,46 184,79
26/01/2018
21 119,73 1570 0,56 143,48
22 28/01/2018 72,24 1638 0,45 192,72
23 82,38 1645 0,35 181,24
30/01/2018
24 120,39 1128 1,33 102,80
25 03/02/2018 85,55 1000 1,19 108,12
26 04/02/2018 131,79 893 1,74 77,79
27 05/02/2018 113,51 785 1,89 73,68
28 06/02/2018 125,65 941 1,63 83,95
29 06/02/2018 122,12 1315 0,8 119,00
30 147,5 800 1,91 65,87
10/02/2018
31 140,28 1319 0,93 111,36

90
Lanjutan Tabel

Handak/delay Jarak PPV


No Tanggal Scale Distance
(kg) (m) (mm/s)

32 14/02/2018 121,9 846 1,88 76,62


33 17/02/2018 113,52 862 1,56 80,90
34 18/02/2018 113,91 913 1,85 85,54
35 22/02/2018 146,73 870 2,98 71,82
36 27/12/2017 104,33 1116 1,56 109,26
37 28/12/2017 142,66 1312 1,52 109,85
38 29/12/2017 51,68 751 0,84 104,47
39 30/12/2017 81,39 904 0,92 100,21
40 50,14 824 0,77 116,37
08/01/2018
41 54,25 1244 0,91 168,89
42 16/01/2018 52,42 802 1,65 110,77
43 09/01/2018 140,63 824 1,42 69,48
44 17/01/2018 40,96 890 1,09 139,06
45 124,96 1200 2,05 107,35
46 22/01/2018 74,01 922 1,32 107,17
47 126,70 1600 1,16 142,14
48 69,14 649 1,17 78,05
49 29/01/2018 66,59 1277 1,02 156,49
50 76,05 795 2,05 91,16
51 118,44 842 1,24 77,37
52 01/02/2018 139,42 991 1,27 83,93
53 143,43 1384 1,42 115,56
54 09/02/2018 126,58 1052 1,92 93,50
55 19/02/2018 84,62 862 1,88 93,71
56 20/02/2018 87,95 926 0,94 98,74

91
Dari hasil grafik regresi rumusan untuk mencari Peak Particle Velocity (PPV)
yaitu V = 1286,1 X-1,505. Dari 56 data yang dimasukan kedalam grafik kemudian
dilakukan penghapusan data yang memiliki anomali , agar meningkatkan nilai dari
koefisien dterminasinya. Dengan nilai R2 (Koefisien Determinasi ) = 0,8733, yang
kemudian digunakan untuk memprediksi besaran PPV dengan contoh perhitungan
sebagai berikut :

Tanggal 1 Desember 2017


PPV Aktual = 1,1 mm/detik
Jarak pengukuran = 1209 m
Isian Handak/lubang = 112,31 kg

d 1029
Scale Distance = ( 1 )=( 1 )
w2 w112,312

= 114,08

PPV Prediksi = 1286,1 x (114,08 ) -1,505


= 1,03 mm/detik

92
Hasil perhitungan Koreksi PPV Teori Scale Distance

Handak/hole Jarak PPV Aktual PPV Prediksi Koreksi


No Tanggal Selisih
(kg) (m) (mm/s) (mm/s) %
1 01/12/2017 112,31 1209 1,1 1,03 0,07 6%
2 03/12/2017 134,64 1260 1,16 1,11 0,05 4%
3 09/12/2017 119,86 1346 0,91 0,92 0,01 1%
4 12/12/2017 129,91 1388 1,16 0,93 0,23 19%
5 48,31 621 0,93 1,49 0,56 60%
13/12/2017
6 147,9 1429 1,17 0,99 0,18 16%
7 15/12/2017 50,75 809 0,91 1,04 0,13 14%
8 17/12/2017 137,05 1239 1,43 1,15 0,28 19%
9 20/12/2017 139,88 1240 1,37 1,17 0,20 15%
10 50,65 1114 0,52 0,64 0,12 23%
05/01/2018
11 60,8 1244 0,66 0,62 0,04 6%
12 06/01/2018 159,32 1062 1,71 1,63 0,08 5%
13 10/01/2018 50,04 1042 0,91 0,70 0,21 23%
14 126,62 500 3,29 4,26 0,97 29%
11/01/2018
15 63,98 501 2,62 2,54 0,08 3%
16 13/01/2018 100,51 606 1,83 2,68 0,85 47%
17 15/01/2018 89,29 911 1,18 1,33 0,15 13%
18 23/01/2018 112,23 1371 0,79 0,85 0,06 8%
19 25/01/2018 90,81 984 1,5 1,20 0,30 20%
20 76,29 1614 0,46 0,50 0,04 8%
26/01/2018
21 119,73 1570 0,56 0,73 0,17 30%
22 28/01/2018 72,24 1638 0,45 0,47 0,02 4%
23 82,38 1645 0,35 0,51 0,16 47%
30/01/2018
24 120,39 1128 1,33 1,21 0,12 9%
25 03/02/2018 85,55 1000 1,19 1,12 0,07 6%
26 04/02/2018 131,79 893 1,74 1,83 0,09 5%
27 05/02/2018 113,51 785 1,89 1,99 0,10 5%
28 06/02/2018 125,65 941 1,63 1,64 0,01 0%
29 06/02/2018 122,12 1315 0,8 0,97 0,17 21%
30 147,5 800 1,91 2,36 0,45 23%
10/02/2018
31 140,28 1319 0,93 1,07 0,14 15%
32 14/02/2018 121,9 846 1,88 1,88 0,00 0%
33 17/02/2018 113,52 862 1,56 1,73 0,17 11%
34 18/02/2018 113,91 913 1,85 1,59 0,26 14%
35 22/02/2018 146,73 870 2,98 2,07 0,91 31%
36 27/12/2017 104,33 1116 1,56 1,10 0,46 29%
37 28/12/2017 142,66 1312 1,52 1,09 0,43 28%
38 29/12/2017 51,68 751 0,84 1,18 0,34 40%
39 30/12/2017 81,39 904 0,92 1,25 0,33 36%
40 08/01/2018 50,14 824 0,77 1,00 0,23 30%

93
41 54,25 1244 0,91 0,57 0,34 37%
42 16/01/2018 52,42 802 1,65 1,08 0,57 35%
43 09/01/2018 140,63 824 1,42 2,17 0,75 53%
44 17/01/2018 40,96 890 1,09 0,77 0,32 30%
45 124,96 1200 2,05 1,13 0,92 45%
46 22/01/2018 74,01 922 1,32 1,13 0,19 14%
47 126,70 1600 1,16 0,74 0,42 36%
48 69,14 649 1,17 1,82 0,65 56%
49 29/01/2018 66,59 1277 1,02 0,64 0,38 37%
50 76,05 795 2,05 1,44 0,61 30%
51 118,44 842 1,24 1,85 0,61 49%
52 01/02/2018 139,42 991 1,27 1,64 0,37 29%
53 143,43 1384 1,42 1,01 0,41 29%
54 09/02/2018 126,58 1052 1,92 1,39 0,53 28%
55 19/02/2018 84,62 862 1,88 1,39 0,49 26%
56 20/02/2018 87,95 926 0,94 1,28 0,34 36%
Rata - rata 0,31 23%

94
LAMPIRAN G
PERHITUNGAN KOREKSI RUMUS PREDIKSI AIR BLAST

G.1 Perhitungan Rumusan Prediksi Air Blast menurut Teori Scale Distance
Lokasi Air Blast
Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual
Seam Block (kg) (m)
(dB)
1 28-Dec-17 G 119-120 47,69 1164 58,7
2 28-Dec-17 CB E 119-120 96,38 500 135,8
3 30-Dec-17 STRIP G 25-26 83,26 501 127,5
4 30-Dec-17 STRIP G 38-39 106,93 1199 77,4
5 1-Jan-18 H 26-27 75,65 695 94,4
6 02-Jan-18 F 40-41 122,21 712 120,4
7 02-Jan-18 STRIP G 26-27 109,07 846 85,5
8 03-Jan-18 CB C 108-112 82,03 849 86,4
9 04-Jan-18 STRIP G 27-28 154,25 862 106,3
10 05-Jan-18 G 28-29 124,74 910 82,3
11 05-Jan-18 G + STRIP 30-31 158,92 980 98,9
12 06-Jan-18 H 120 - 121 67,51 775 105,9
13 07-Jan-18 EXP G 24-25 69,6 900 88,4
14 07-Jan-18 CB C 120-121 74,7 1525 61,8
15 09-Jan-18 G 37-38 123,06 1451 85,1
16 10-Jan-18 H 120-121 166,89 734 110,1
17 11-Jan-18 STRIP F 31-32 149,01 1087 95,7
18 13-Jan-18 STRIP G 24-25 62,03 592 110,3
19 14-Jan-18 E1 107-109 52,66 719 102,3
20 17-Jan-18 G 29-30 113,91 910 95,7
21 20-Jan-18 STRIP G 24-25 60,97 796 88,1
22 22-Jan-18 STRIP G 27-28 147,5 800 104,1
23 26-Jan-18 STRIP G 27-28 125,65 941 93,4
24 03-Feb-18 EXP G 31-32 126,29 1071 85,4
25 06-Feb-18 H 119-120 51,68 751 110,2
26 07-Feb-18 F 117-118 81,39 904 79,4
27 08-Feb-18 F 39-40 255,19 1573 90,8
28 13-Feb-18 EXP H-2 25-26 37,3 738 80,6
29 16-Feb-18 G 28-29 124,74 910 82,3
30 17-Feb-18 STRIP G 37-38 119,38 1513 75,2
31 20-Feb-18 H 118-119 145,76 798 110,5
32 20-Feb-18 G 30-31 113,52 938 87,3
33 22-Feb-18 H 120-121 79,3 792 98
34 23-Feb-18 F + STRIP 119-120 51,19 923 78,2
35 26-Feb-18 STRIP G 38-39 113,16 1444 68,2

95
Lokasi Air
Handak/hole Jarak Blast
No Tanggal
Seam Block (kg) (m) Aktual
(dB)
36 27-Dec-17 EXP Eu 109-110 104,33 1116 98,2
37 28-Dec-17 EXP E1 107-109 142,66 1312 97,7
38 29-Dec-17 EXP I+STRIP H 119-120 51,68 751 99,7
39 30-Dec-17 EXP F 117-118 81,39 904 99,4
40 BOT G 120-121 50,1 824 98,8
08-Jan-18
41 EXP E1 118-119 54,3 1244 95,4
42 16-Jan-18 EXP+STRIP G 25-26 52,4 802 99,1
43 09-Jan STRIP G 38-39 140,6 824 101,7
44 17-Jan-18 BOT M 117-118 41,0 890 97,5
45 STRIP G 29-30 125,0 1200 98,1
46 22-Jan-18 EXP H-2+G 24-26 74,0 922 98,9
EXP H-2+STRIP
47 26-27 126,7 1600 95,7
G
48 EXP E1 118-119 69,1 649 101,8
49 29-Jan-18 BOT H 23-24 66,6 1277 95,8
50 EXP H 26-27 76,0 795 100,3
51 STRIP F 37-38 118,4 842 101,1
52 1-Feb-18 STRIP F 40-41 139,4 991 100,1
53 STRIP G 30-31 143,4 1384 97,3
54 09-Feb-18 STRIP G 25-26 126,6 1052 99,3
55 19-Feb-18 CUT BACK C 111-113 84,6 862 99,9
56 20-Feb-18 EXP D 119-120 88,0 926 99,4

96
Berdasarkan gambar grafik power regresi diatas diperoleh persamaan untuk
-0,638
Overpressure (SP) = 2677,1 x (SD) , dimana nilai dari SP tersebut kemudian
𝑆𝑃
dimasukan kedalam rumusan prediksi nilai air blast yaitu , dB = 20 log ,
𝑆𝑃 𝑜

dengan di peroleh nilai SP dari grafik maka rumusan prediksi Air blast menjadi :

97
Air Blast
Handak/hole Jarak Scale Overpressure (SP)
No Tanggal Aktual
(kg) (m) Distance (N/m2)
(dB)
1 27-Dec-17 67,51 775 190,6 105,9 93,96
2 28-Dec-17 52,66 719 192,1 102,3 93,50
3 29-Dec-17 51,68 751 201,9 110,2 90,58
4 30-Dec-17 81,39 904 208,9 79,4 88,62
5 31 des 217 106,93 1199 253,0 77,4 78,43
6 123,06 1451 292,2 85,1 71,54
02-Jan-18
7 166,89 734 133,5 110,1 117,90
8 03-Jan-18 47,69 1164 321,4 58,7 67,32
9 119,38 1513 307,8 75,2 69,21
04-Jan-18
10 145,76 798 151,9 110,5 108,61
11 79,3 792 184,6 98 95,89
12 05-Jan-18 51,19 923 248,9 78,2 79,25
13 113,16 1444 299,0 68,2 70,50
14 06-Jan-18 158,92 980 181,2 98,9 97,03
15 96,38 500 109,2 135,8 134,04
11-Jan-18
16 83,26 501 114,9 127,5 129,77
17 19-Jan-18 62,03 592 149,8 110,3 109,59
18 24-Jan-18 122,21 712 143,7 120,4 112,51
19 30-Jan-18 75,65 695 164,6 94,4 103,19
20 255,19 1573 248,5 90,8 79,34
05-Feb-18
21 37,3 738 221,1 80,6 85,46
22 125,65 941 188,2 93,4 94,73
06-Feb-18
23 126,29 1071 213,8 85,4 87,32
24 08-Feb-18 60,97 796 202,5 88,1 90,39
25 147,5 800 151,7 104,1 108,71
10-Feb-18
26 69,6 900 219,1 88,4 85,97
27 13-Feb-18 74,7 1525 362,6 61,8 62,34
28 109,07 846 177,3 85,5 98,38
14-Feb-18
29 82,03 849 195,7 86,4 92,40
30 113,52 938 194,0 87,3 92,90
17-Feb-18
31 149,01 1087 205,4 95,7 89,59
32 124,74 910 182,4 82,3 96,63
18-Feb-18
33 113,91 910 188,0 95,7 94,78
34 19-Feb-18 149,34 941 177,7 98,7 98,27
35 20-Feb-18 154,25 862 161,0 106,3 104,64
36 27-Dec-17 104,33 1116 237,4 98,2 81,67
37 28-Dec-17 142,66 1312 251,5 97,7 78,72
38 29-Dec-17 51,68 751 201,9 99,7 90,57

98
39 30-Dec-17 81,39 904 208,9 99,4 88,62
40 50,1 824 223,8 98,8 84,82
08-Jan-18
41 54,3 1244 329,0 95,4 66,32
42 16-Jan-18 52,4 802 214,6 99,1 87,12
43 09-Jan 140,6 824 158,7 101,7 105,60
44 17-Jan-18 41,0 890 258,5 97,5 77,36
45 125,0 1200 240,4 98,1 81,02
46 22-Jan-18 74,0 922 219,9 98,9 85,76
47 126,7 1600 319,1 95,7 67,64
48 69,1 649 158,3 101,8 105,76
49 29-Jan-18 66,6 1277 315,5 95,8 68,12
50 76,0 795 187,9 100,3 94,81
51 118,4 842 171,7 101,1 100,42
52 1-Feb-18 139,4 991 191,4 100,1 93,70
53 143,4 1384 264,8 97,3 76,17
54 09-Feb-18 126,6 1052 209,9 99,3 88,36
55 19-Feb-18 84,6 862 196,6 99,9 92,11
56 20-Feb-18 88,0 926 208,5 99,4 88,72

Kemudian dari rumusan Overpressure (SP) dapat dihitung air blast prediksi
dengan menggunakan rumusan air blast berdasarkan Scale Distance menjadi :

2677,1 𝑥 .(𝑆𝐷) −0,638


Air Blast = 20 log ( )
20 𝑥 10−6

Keterangan :
SP = Overpressure udara dalam satuan N/m2, bar atau psi
SPo= overpressure dari suara terendah yang masih dapat didengar
SPo = 20 x 10 -6 N/m2

99
Hasil selisih air blast menurut Teori scale distance dengan air blast aktual
Air Blast Air Blast
Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih
(kg) (m)
(dB) (dB)
1 27-Dec-17 67,51 775 105,9 133,4 27,5
2 28-Dec-17 52,66 719 102,3 133,4 31,1
3 29-Dec-17 51,68 751 110,2 133,1 22,9
4 30-Dec-17 81,39 904 79,4 132,9 53,5
5 31 des 217 106,93 1199 77,4 131,9 54,5
6 123,06 1451 85,1 131,1 46,0
02-Jan-18
7 166,89 734 110,1 135,4 25,3
8 03-Jan-18 47,69 1164 58,7 130,5 71,8
9 119,38 1513 75,2 130,8 55,6
04-Jan-18
10 145,76 798 110,5 134,7 24,2
11 79,3 792 98 133,6 35,6
12 05-Jan-18 51,19 923 78,2 132,0 53,8
13 113,16 1444 68,2 130,9 62,7
14 06-Jan-18 158,92 980 98,9 133,7 34,8
15 96,38 500 135,8 136,5 0,7
11-Jan-18
16 83,26 501 127,5 136,2 8,7
17 19-Jan-18 62,03 592 110,3 134,8 24,5
18 24-Jan-18 122,21 712 120,4 135,0 14,6
19 30-Jan-18 75,65 695 94,4 134,3 39,9
20 255,19 1573 90,8 132,0 41,2
05-Feb-18
21 37,3 738 80,6 132,6 52,0
22 125,65 941 93,4 133,5 40,1
06-Feb-18
23 126,29 1071 85,4 132,8 47,4
24 08-Feb-18 60,97 796 88,1 133,1 45,0
25 147,5 800 104,1 134,7 30,6
10-Feb-18
26 69,6 900 88,4 132,7 44,3
27 13-Feb-18 74,7 1525 61,8 129,9 68,1
28 109,07 846 85,5 133,8 48,3
14-Feb-18
29 82,03 849 86,4 133,3 46,9
30 113,52 938 87,3 133,3 46,0
17-Feb-18
31 149,01 1087 95,7 133,0 37,3
32 124,74 910 82,3 133,7 51,4
18-Feb-18
33 113,91 910 95,7 133,5 37,8
34 19-Feb-18 149,34 941 98,7 133,8 35,1
35 20-Feb-18 154,25 862 106,3 134,4 28,1
36 27-Dec-17 104,33 1116 98,2 132,2 34,0
37 28-Dec-17 142,66 1312 97,7 131,9 34,2
38 29-Dec-17 51,68 751 99,7 133,1 33,4
39 30-Dec-17 81,39 904 99,4 132,9 33,6
40 50,1 824 98,8 132,5 33,8
08-Jan-18
41 54,3 1244 95,4 130,4 35,0
42 16-Jan-18 52,4 802 99,1 132,8 33,6

100
43 09-Jan 140,6 824 101,7 134,5 32,7
44 17-Jan-18 41,0 890 97,5 131,7 34,2
45 125,0 1200 98,1 132,2 34,0
46 22-Jan-18 74,0 922 98,9 132,6 33,7
47 126,7 1600 95,7 130,6 34,9
48 69,1 649 101,8 134,5 32,7
49 29-Jan-18 66,6 1277 95,8 130,6 34,9
50 76,0 795 100,3 133,5 33,2
51 118,4 842 101,1 134,0 33,0
52 1-Feb-18 139,4 991 100,1 133,4 33,3
53 143,4 1384 97,3 131,6 34,3
54 09-Feb-18 126,6 1052 99,3 132,9 33,6
55 19-Feb-18 84,6 862 99,9 133,3 33,4
56 20-Feb-18 88,0 926 99,4 132,9 33,6
Rata - rata 37,4

Diperoleh nilai selisih dari air blast prediksi dengan air blast actual sebesar
40,1, yang kemudian dijadikan pengurang dalam rumusan air blast prediksi awal
sehingga rumusan prediksi air blast menjadi :

873,78.(𝑆𝐷) −0,417
Air Blast = 20 log ( ) – 37,4
20 𝑥 10−6

Keterangan :
SP = Overpressure udara dalam satuan bar atau psi
SPo= overpressure dari suara terendah yang masih dapat didengar
SPo = 20 x 10 -6 N/m2

101
Hasil koreksi air blast menurut Teori scale distance dengan air blast aktual

Air Blast Air Blast


Handak/hole Jarak
No Tanggal Aktual Prediksi Selisih Koreksi
(kg) (m)
(dB) (dB)
1 27-Dec-17 67,51 775 105,9 133,8 27,5 26%
2 28-Dec-17 52,66 719 102,3 133,8 31,1 30%
3 29-Dec-17 51,68 751 110,2 133,6 22,9 21%
4 30-Dec-17 81,39 904 79,4 133,5 53,5 67%
5 31 des 217 106,93 1199 77,4 132,8 54,5 70%
6 123,06 1451 85,1 132,2 46,0 54%
02-Jan-18
7 166,89 734 110,1 135,1 25,3 23%
8 03-Jan-18 47,69 1164 58,7 131,9 71,8 122%
9 119,38 1513 75,2 132,1 55,6 74%
04-Jan-18
10 145,76 798 110,5 134,6 24,2 22%
11 79,3 792 98 133,9 35,6 36%
12 05-Jan-18 51,19 923 78,2 132,8 53,8 69%
13 113,16 1444 68,2 132,2 62,7 92%
14 06-Jan-18 158,92 980 98,9 134,0 34,8 35%
15 96,38 500 135,8 135,8 0,7 1%
11-Jan-18
16 83,26 501 127,5 135,6 8,7 7%
17 19-Jan-18 62,03 592 110,3 134,7 24,5 22%
18 24-Jan-18 122,21 712 120,4 134,8 14,6 12%
19 30-Jan-18 75,65 695 94,4 134,3 39,9 42%
20 255,19 1573 90,8 132,8 41,2 45%
05-Feb-18
21 37,3 738 80,6 133,3 52,0 65%
22 125,65 941 93,4 133,8 40,1 43%
06-Feb-18
23 126,29 1071 85,4 133,4 47,4 56%
24 08-Feb-18 60,97 796 88,1 133,6 45,0 51%
25 147,5 800 104,1 134,6 30,6 29%
10-Feb-18
26 69,6 900 88,4 133,3 44,3 50%
27 13-Feb-18 74,7 1525 61,8 131,5 68,1 110%
28 109,07 846 85,5 134,1 48,3 57%
14-Feb-18
29 82,03 849 86,4 133,7 46,9 54%
30 113,52 938 87,3 133,7 46,0 53%
17-Feb-18
31 149,01 1087 95,7 133,5 37,3 39%
32 124,74 910 82,3 134,0 51,4 62%
18-Feb-18
33 113,91 910 95,7 133,8 37,8 40%
34 19-Feb-18 149,34 941 98,7 134,0 35,1 36%
35 20-Feb-18 154,25 862 106,3 134,4 28,1 26%
36 27-Dec-17 104,33 1116 98,2 133,0 34,0 35%
37 28-Dec-17 142,66 1312 97,7 132,8 34,2 35%
38 29-Dec-17 51,68 751 99,7 133,6 33,4 34%
39 30-Dec-17 81,39 904 99,4 133,5 33,6 34%
40 50,1 824 98,8 133,2 33,8 34%
08-Jan-18
41 54,3 1244 95,4 131,8 35,0 37%
42 16-Jan-18 52,4 802 99,1 133,4 33,6 34%

102
43 09-Jan 140,6 824 101,7 134,5 32,7 32%
44 17-Jan-18 41,0 890 97,5 132,7 34,2 35%
45 125,0 1200 98,1 133,0 34,0 35%
46 22-Jan-18 74,0 922 98,9 133,3 33,7 34%
47 126,7 1600 95,7 131,9 34,9 36%
48 69,1 649 101,8 134,5 32,7 32%
49 29-Jan-18 66,6 1277 95,8 132,0 34,9 36%
50 76,0 795 100,3 133,8 33,2 33%
51 118,4 842 101,1 134,2 33,0 33%
52 1-Feb-18 139,4 991 100,1 133,8 33,3 33%
53 143,4 1384 97,3 132,6 34,3 35%
54 09-Feb-18 126,6 1052 99,3 133,4 33,6 34%
55 19-Feb-18 84,6 862 99,9 133,7 33,4 33%
56 20-Feb-18 88,0 926 99,4 133,5 33,6 34%
Rata - rata 37,4 42%

Hasil koreksi air blast prediksi terhadap air blast actual sebesar 43 %, yang
artinya tingakat deviasi dari rumus prediksi air blast terhadap air blast actual
sebesar 43 %

103
LAMPIRAN H
BAKU TINGKAT GETARAN MENURUT SNI 7571 : 2010

104
105
106
107
108
LAMPIRAN I
INSTRUKSI KERJA PIT C2 BLOK B1 SAMO

109
110
LAMPIRAN J

REKOMENDASI ISIAN BAHAN PELEDAK EMULSI

Jarak Handak/hole PPV Air Blast


(kg) (mm/s) (dB)
200 8,4 137,5
150 6,8 136,9
400 100 5,0 136,1
50 3,0 134,7
34,5 2,2 134,0
200 3,6 134,1
150 2,9 133,6
700
100 2,1 132,8
90 2,0 132,6
200 2,1 132,0
160 1,8 131,6
1000
100 1,3 130,7
50 0,7 129,3

Berdasarkan dari hasil rumusan prediksi ground vibration dan air blast yang
digunakan , maka dapat dilakukan rekomendasi untuk penggunaan bahan peledak
maksimal di setiap Zonasi yaitu Zona Hijau ≥ 1000 m, Zona Kuning 700 – 1000 m
dan Zona Merah 700 – 500 m pada Pit C2, untuk rumusan prediksi yang digunakan
adalah :
a. Ground vibration
Untuk rumusan prediksi graound vibration yang digunakan agar besar nilai
ppv yang ditimbulkan < 2,2 mm/detik yaitu :
d
PPV (mm/detik ) = 1286,1 x ( 1 )--1,505
w2

w = berat isian bahan peledak per lubang (kg)


d = jarak dari lokasi pengukuran ke sumber ledakan (m)

111
b. Air Blast
Untuk rumusan prediksi graound vibration yang digunakan agar besar nilai
air blast yang ditimbulkan < 70 dB yaitu :
d −0,638
2677,1 x (( 1 ))
w3
Air Blast = 20 log ( )- 37,4
20 𝑥 10−6

Keterangan :
SP = Overpressure udara dalam satuan bar atau psi
SPo = overpressure dari suara terendah yang masih dapat didengar
SPo = 20 x 10 -6 N/m2
w = berat isian bahan peledak per lubang (kg)
d = jarak dari lokasi pengukuran ke sumber ledakan (m)

112
LAMPIRAN K
BLASTWARE LICENSE

113

Anda mungkin juga menyukai