Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PELEDAKAN PERTAMBANGAN
DETONATOR BIASA

NAMA
JURUSAN
BARA
M.k

DISUSUN OLEH
: SURYA AKBAR PAMUNGKAS
: TEKNIK PERTAMBANGAN BATU: PELEDAKAN

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAHAT


AKADEMI KOMUNITAS NEGERI
TAHUN AJARAN 2015/2016
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul PELEDAKAN. Makalah ini berisikan tentang
informasi Sejarah Bahan Peledak atau yang lebih khususnya membahas
penerapan Bahan-Bahan Peledakan. Harapan saya semoga makalah ini
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik. Saya menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Lahat, 10 September 2015

Penyusun

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan
Pengertian Bahan Peledak
1. Sejarah Bahan Peledak
2. Sifat Umum Bahan Peledak
3. Klasifikasi Bahan Peledak
3.1 Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Daya Ledak
3.2 Klasifikasi Berdasarkan Penggunaanya
4. Kegunaan Bahan peledak
4.1 Kegunaan Bahan Peledak Untuk Eksplorasi
4.2 Kegunaan Bahan Peledak Untuk Eksploitasi
5. Peralatan dan Perlengkapan dalam Peledakan
5.1 Peralatan Peledakan
5.2 Perlengkapan Peledakan
6. Cara melakukan Peledakan
6.1 Tahap Persiapan
6.2 Tahap Pelaksanaan
6.3 Pekerjaan Setelah Peledakan
7. Kesimpulan

BAB I
PENDAHULUAN
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material
(batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya
ledakan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal
apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode
peledakan yang di terapkan .
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu
hendak nya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal
tersebut. peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang
dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan
sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan
dalam satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali.
Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi kerancuan
dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode
peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan
dikelompokan berdasarkan metodenya.
Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati hati agar
tidak terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang
melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja,
sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan. Karena persiapan
peledakan yang kurang baik akan menghasilkan bisa menyebabkan hasil
yang tidak sempurna serta mengandung resiko bahaya terhadap
keselamatan pekerja maupun peralatan. Dalam hal ini pemilihan metode
peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan juga
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.

PENGERTIAN BAHAN PELEDAK


Yang dimaksud dengan bahan peledak adalah : Zat yang berbentuk
padat, cair, gas ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi,
berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa
secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan
tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat disertai dengan tekanan
yang sangat tinggi. Pada bahan peledak industri perubahan secara
kimiawi sebagian besar (hampir seluruhnya) berbentuk gas.

1. SEJARAH BAHAN PELEDAK


Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa
Cina jaman dinasti Sung,terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang
dikenal dengan nama black powder. RogerBacon (1242) telah menulis
formula dari black powder. Berthold Schwarz (1300) juga menulis tentang
black powder sebagai senjata api. Tiga abad kemudian Kasper Weindl
(1627), untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi
penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun pabriknya di
Massachusetts. Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk
penambangan timah. Begitu juga dengan Switzeland (1696)
menggunakannya untuk konstruksi jalan.Sedangkan di Amerika (1705)
digunakan untuk penambangan tembaga..Perang dunia I (1917)
menghabiskan sebanyak kurang lebih 115.000 ton black powder,akhirnya
pada tahun 1940 pemakaian black powder berkurang dan banyak pabrik
tutup,selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia pertambangan
dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara
untuk keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
Bahan peledak black powder terindikasi oleh pihak penyidik
kepolisian sebagai bahan peledak lemah (low explosive) yang digunakan
oleh pelaku terror bom untuk mengeksekusi hotel JW. Marriott dan Ritz
Carlton beberapa waktu lalu.Apapun jenis dan bentuk bahan peledaknya
yang jelas sifat utama bahan peledak adalah tetap berbahaya bagi
keselamatan orang-orang yang berada disekitarnya dan efeknya dapat
merusak dan membunuh, apabila ditangani oleh orang-orang yang
mempunyai niat untuk suatu kejahatan.

2. SIFAT UMUM BAHAN PELEDAK


a) KEKUATAN/STRENGTH
b) BERAT JENIS/DENSITY
c) KEPEKAAN/SENSITIVITY
d) CEPAT RAMBAT/VELOCITY OF DETONATION
e) SIFAT GAS BERACUN/FUMES CHARACTER
f) DAYA TAHAN TERHADAP AIR/WATER RESISTANCE
g) KEBOLEHAN/PERMISSIBILITY
h) STABILITAS KIMIA/CHEMICAL STABILITY
i) KEMASAN/PACKAGING

a) KEKUATAN/STRENGTH
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan
Cara pengukuran kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
b) BERAT JENIS/DENSITY
Adalah berat per satuan volume.
Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga) cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian,
lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak
dengan ukuran 1 x 8 in dalam peti seberat 22,5 kg
c) KEPEKAAN/SENSITIVITY
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari
bahan peledak akan terjadi/mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi
peledakkan dirambatkan ke seluruh muatan
Macam-macam sensitivity /kepekaan:
1. Sensitivity to shock / Kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / Kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / Kepekaan terhadap ledakan pendahuluan
5. Sensitivity to cap / Kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang
jaraknya berjauhan.
d) CEPAT RAMBAT/VELOCITY OF DETONATION
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak.
Kecepatan perambatan peledakan dapat diukur dengan mempergunakan
alat micro timer secara langsung dan dapat juga dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong sumbu ledak yang telah
diketahui kecepatannya (metode ini dikenal sebagai metode dauctriche)

e) SIFAT GAS BERACUN/FUMES CHARACTERISTIC


Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak
sedikitnya gas beracun yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO
(Carbon Monoksida), NOx (Nitrogen Oksida). Fumes terbentuk apabila
campuran bahan peledak tidak balance atau karena bahan peledaknya
telah rusak. Fumes sangat membahayakan untuk pekerjaan di bawah
tanah (underground mining).
f) DAYA TAHAN TERHADAP AIR/WATER RESISTANCE
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan
perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam
jumlah jam lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih
dapat diledakkan dengan baik.
g) KEBOLEHAN/PERMISSIBILITY
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya
bahan peledak tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang
batubara, dimana pada umumnya banyak terdapat gas CH4 (gas methane)
dan debu-debu batubara yang mudah terbakar.
h) STABILITAS KIMIA/CHEMICAL STABILITY
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan/
hadling. Makin stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai,
akibatnya makin aman. Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan
mencatat waktu yang diperlukan sebelum suatu bahan peledak mengurai
pada suhu standard (80oC).
i) KEMASAN/PACKAGING
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya,
bukan kotaknya) juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak
dan diperhitungkan dalam campuran. Jenis pembungkus ini juga
mempengaruhi terhadap gas-gas yang dihasilkan dalam peledakan.
3. KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :
1. Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine
2. Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid
ANFO, Slurry mixtures
3. Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming,
Permisible, shaped Charges, Binary, LOX, Liquid.
4. Pengganti bahan peledak contohnya Compressed air/gas,
Expansion agents, mechanical methods, waterjets, jet
piercing
Berdasarkan kelasnya bahan peledak dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pemakaiannya
Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal

untuk peperangan, demolation, melukai, membunuh, (bom napalm,


granat dsb.)
Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian
industri pertambangan, konstruksi dll.
2. Berdasarkan Kecepatan rambatnya
High Explosive (high action explosive) Detonation
Low Explosive (slow action explosive) Deflagration
High explosive mempunyai karakteristik dengan :
- Kecepatan peledakan (vod) yang tinggi > 4000 m/s
- Tekanan impact tinggi, density tinggi dan sensitive thd cap
- High compressibility sampai dengan 100 kbar.
Low Explosive atau Blasting agent, umumnya berupa campuran antara
fuel dengan oxidizer system, dimana tak satupun dapat diklasifikasikan
sebagai bahan peledak, ciri khasnya yaitu:
- Perubahan kimia dibawah kecepatan suara (<4000m/s)
- Low compressibility (<3500 bar)
3. Berdasarkan Komposisinya
a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari
satu senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro
Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari
berbagai senyawa tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO
(Ammonium Nitrate Fuel Oil).
4. Berdasarkan Kepekaannya
Dibagi menjadi dua macam yaitu:
Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena
adanya api, panas benturan , gesekan dsb misal: bahan-bahan isian
detonator (PbN6, Hg(ONC)2
Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang
akan meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya misal: ANFO,
Dynamit dsb.
3.1 KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK BERDASARKAN DAYA LEDAK
High explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High
explosive adalah peledak berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang
sangat tinggi serta menciptakan tekanan pembakaran yang sangat tinggi,
tidak seperti bahan peledak rendah yang memiliki tingkat reaksi yang
jauh lebih rendah. Bahan peledak tinggi lebih dikategorikan sebagai
bahan peledak primer dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak
sangat sensitif, dapat diledakkan dengan mudah dan biasanya digunakan
hanya pada detonator listrik. Sekunder-tinggi bahan peledak kurang
sensitif, memerlukan kejutan gelombang energi tinggi untuk mencapai
ledakan.
Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak
rendah yang mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation)

antara 400-800 meter per detik. Bandingkan dengan bahan peledak high
explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000-8.500 meter
per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan
sebagai propelan peluru dan roket. Jenis bahan peledak low explosive
yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan smokeless powder.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak
digunakan sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan
dan sekitarnya. Bahan peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan
mercon banting serta bom ikan. Black powder adalah jenis bahan peledak
tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai bahan
pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak
digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket signal, petasan,
sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.

3.2 KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK BERDASARKAN PENGGUNAANYA


Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Bahan peledak Blasting, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk
pertambangan
b. Bahan peledak Catridge, digunakan sebagai pembentuk metal
projectile yang berkemampuan tembus atau potong
c. Bahan peledak Propellant, digunakan sebagai pembentuk gas
pendorong dalam peluru senjata atau motor roket
d. Bahan peledak Fuse, bahan peledak yang dipergunakan sebagai
pembentuk panas, gas, warna dan sebagainya
e. Bahan peledak Pyrotechnic, bahan peledak yang digunakan sebagai
pemula suatu rangkaian proses peledakan
Berdasarkan lingkungan penggunaan
a. Bahan peledak militer
b. Bahan peledak komersial
4. KEGUNAAN BAHAN PELEDAK
Aplikasi Bahan Peledak
Penggunaan utama bahan peledak telah dalam peperangan. Bahan
peledak tinggi telah digunakan dalam bom, kerang peledak, torpedo,
rudal dan hulu ledak. Bahan peledak Non detonating, misalnya, mesiu dan
bubuk tanpa asap, telah digunakan secara luas sebagai propelan untuk
peluru dan artileri. Penggunaan damai yang paling penting dari bahan
peledak detonator adalah memecah batu di bidang pertambangan.
Sebuah lubang yang dibor di batu dan diisi dengan salah satu dari
berbagai bahan peledak tinggi, bahan peledak tinggi kemudian
diledakkan, baik elektrik atau dengan kabel ledak tinggi khusus. Bahan
peledak khusus, yang disebut bahan peledak diperbolehkan, harus
digunakan di tambang batubara. Ini bahan peledak menghasilkan api kecil
atau tidak ada dan meledak pada suhu rendah untuk mencegah ledakan
sekunder gas tambang (lihat lembab ) dan debu. Satu ledakan penting

yang digunakan dalam pertambangan, yang disebut ANFO, adalah


campuran amonium nitrat dan bahan bakar minyak. Penggunaannya telah
merevolusi aspek-aspek tertentu dari tambang terbuka-pit dan bawah
tanah karena biaya rendah dan relatif aman.
Yang Banyak Penggunaan Bahan Peledak
Banyak orang tahu bahwa bahan peledak yang digunakan dalam
Pertambangan, Pembongkaran Bangunan, kembang api dan bahkan
Konstruksi. Banyak akan terkejut untuk mengetahui tentang beberapa
kegunaan yang tidak biasa dari bahan peledak. Tahukah Anda bahwa
bahan peledak yang digunakan untuk mengukir Gunung Rushmore?
Bahan peledak juga digunakan untuk mengendalikan Salju longsor dan
digunakan di pedalaman untuk Pemeliharaan Trail. Bahan Peledak bahkan
digunakan dalam Kedokteran untuk memecah-batu ginjal! Di Amerika
Serikat, bahan peledak terutama digunakan dalam Pertambangan,
Penggalian dan Konstruksi seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Coal Mining 67%
Non-logam tambang dan pertambangan 14%
Penambangan logam 10%
Konstruksi 7% dan
Miscellaneous 3%
4.1 KEGUNAAN BAHAN PELEDAK UNTUK EXSPLORASI
Eksplorasi: penyelidikan lebih rinci dari penemuan dan
penyelidikan umum atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi meliputi
kegiatan mengetahui ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu
endapan bahan galian. Kegiatan eksplorasi meliputi penilaian geofisika,
pemboran inti penggalian sumuran dan atau pembuatan parit-parit uji dan
dapat pula meliputi pengambilan conto dalam jumlah besar (conto
meruah). Eksplorasi umumnya dilaksanakan bertahap menurut
pertimbangan hasil sebelumnya. Eksplorasi hanya dapat dilaksanakan
atas dasar izin K.P. ekslorasi.
Eksplorasi akhir: penyelidikan rinci atas daerah endapan batubara
atau endapan bahan galian lainnya, sesuai hasil penyelidikan tahap
sebelumnya. Eksplorasi akhir biasanya memakan biaya yang sangat tinggi
untuk pemboran, percontoan, pemetaan, penggalian parit percontoan dan
sebagainya.
Bahan peledak (explosive matterial) sebagai bahan baku proses
eksplorasi hasil tambang menjadi komponen primer dalam seluruh proses
eksplorasi. Dimana dengan kekayaan dan melimpahnya hasil tambang,
usaha penyediaan bahan peledak maupun usaha-usaha lain terkait
dengannya sangatlah relevan dan begitu menjanjikan. Untuk
mendapatkan data geologi lebih lanjut dalam usaha untuk mengetahui
jumlah cadangan/ ketebalan perlapisan dan kualitas mutu bahan galian,
maka diperlukan usaha pemboran inti, dan sumur uji (test pit).
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh
bahan galian secara vertikal yang berada di bawah permukaan tanah,
disamping itu mengetahui ketebalannya. Teknik meletakan titik lokasi
pemboran inti ini agar didapatkan kedalaman yang maksimal dilakukan

dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. Oleh sebab itu apabila di
daerah tersebut belum atau tidak didapatkan peta topografi dengan skala
yang memadai, maka perlu dibuat peta topografinya terlebih dahulu.
Sedangkan alat untuk melakukan pemboran inti adalah Alat Bor Auger
yang dioperasikan dengan manual (oleh tenaga manusia) dan Alat bor
inti, yang dioperasikan dengan mesin.
4.2 KEGUNAAN BAHAN PELEDAK UNTUK EXSPLOITASI

EKSPLOITASI
Umumnya, bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga
ada yang terdapat dan terkumpul di bawah permukaan tanah yang relatif
agak dalam. Selain itu bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang
lunak bahkan setengah kompak. Karena terdesak keperluan bahkan ada
galian yang berada di bawah air. Atas dasar cara kerjanya, bahan galian
industri biasanya ditambang dengan cara: digali, disemprot dengan
pompa bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.
Berdasarkan tempat kegiatan pertambangan, maka eksploitasi juga
dilakukan dengan cara Tambang Terbuka, Tambang Bawah Tanah, dan juga
Peledakan. Tambang terbuka, semua kegiatan penambangan dilakukan
di permukaan bumi. Pada kegiatan penambangan ini khususnya untuk
bahan galian industri disebut sebagai kuari. Berdasarkan atas produk
yang dihasilkan, letak dan bentuknya dibagi menjadi kuari tipe sisi bukit,
dan kuari tipe lubang galian.
Sedangkan tambang bawah tanah, dikenal dengan lubang tikus
(atau geophering), yang diterapkan untuk endapan bahan galian industri
atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak teratur serta tersebar
tidak merata. Arah penambangan biasanya mengikuti arah bentuk
endapan atau urat bijih yang ditambang. Beberapa contoh penambangan
sistem lubang tikus antara lain terdapat pada tambang posphat di daerah
Ciamis Jawa Barat.
Dalam melaksanakan tambang terbuka dengan tahapan kerja yang
dilakukan adalah: pengupasan tanah penutup (atau land clearing). Bagian
tanah penutup yang subur setelah dikupas, dipindahkan ke tempat
penimbunan.
Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi yakni untuk dapat
dilakukannya proses pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau operasi peledakan batuan akan
kegiatan pencarian dalam rangka penyelidikan dan penjajahan wilayah
atau daerah yang diperkirakan mengandung mineral, cadangan bahan
tambang atau berbagai hal yang menjadi target, dari mulai lapisan tanah
luar (overburden) sampai lapisan tanah dalam dan nantinya menjadi
daerah prospek atau wilayah yang memiliki cadangan yg memungkinkan
dilakukan proses ekspoitasi

5. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN BAHAN PELEDAK


Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang
nantinya dapat dipakai berulang kali dan Perlengkapan peledakan adalah
bahanbahan yang membantu peledakan yang habis dipakai.
Pada pekerjaan tambang, tujuan penggunaan bahan peledak
terutama untuk membongkar batuan/ bahan galian dari batuan induknya.
Secara garis besar jenis bahan peledak dibedakan menjadi: Bahan
peledak mekanis, bahan peledak kimia, dan bahan peledak nuklir. Itulah
sekilas aktivitas "sederhana" dari industri keruk. Untuk melakukannya,
pengusaha biasanya menanam investasi besar dan tidak main-main.
Mereka bukan hanya mengorbankan uang, melainkan juga merusak
"keaslian alam" yang menyimpan keanekaragaman hayati luar biasa. EB
5.1 PERALATAN PELEDAKAN
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang
nantinya dapat dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat
dikelompokan menjadi :
1. Peralatan yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah ;
Alat Pemicu ledak
v Pada peledakan listrik ( Blasting Machine)
v Pada peledakan nonel (shot gun / short fire)
Alat Bantu ledak listrik
v Blasting Ohmmeter (BOM)
v Pengukur kebocoran arus listrik
v Multimeter peledakan
v Pengukur kekuatan blasting machine
v Pelacak kilat (lightning detector)
Alat Bantu peledakan lain
v Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
v Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa )
v Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( 7 m) diberi skala Alat
pencampur dan pengisi
Peralatan pendukung peledakan antara lain :
a.
Alat pendukung utama, berhubungan dengan aspek keselamatan
dan keamanan kerja, serta lingkungan, misalnya alat mengangkut dan
alat pengaman
b.
Alat pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang
tidak selalu dipakai pada peledakan rutin, misalnya alat pengukur
kecepatan detonasi, pengukur getaran dan pengukur kebisingan

5.2 PERLENGKAPAN PELEDAKAN


Perlengkapan peledakan adalah bahanbahan yang membantu peledakan
yang habis dipakai yaitu :
1.
Detonator
2.
Sumbu peledakan
1. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek
kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Terdapat dua
jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang masing-masing
fungsinya berbeda, yaitu:
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
(sensitive), fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat
dan meledak sehingga menimbulkan gelombang kejut.
2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan
peledak kuat dengan VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang
kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya tergantung pada berat isian
dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian
dasarnya. Jenis-jenis detonator :
1.
Detonator biasa (plain detonator)
2.
Detonator listrik (electric detonator)
3.
Detonator nonel (nonel detonator)
4.
Detonator elektronik (electronic detonator)
2. Sumbu Peledakan Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini
adalah sumbu api dan sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang
disambung ke detonator biasa pada peledakan dengan menggunakan
detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu api merupakan pasangan
detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat digunakan tanpa
sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan api dengan
kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu ledak adalah
sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi
sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa
menggunakan detonator didalam lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai
sifat tidak sensitive terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan listrik
statis.
6. CARA MELAKUKAN PELEDAKAN
Cara melakukan peledakan
1. Peledakan bias (refraction shooting) merupakan Peledakan di dalam
lubang atau sumur dangkal untuk menimbulkan getaran guna
penyelidikan geofisika cara seismik bias.
2. Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder
untuk pengecilan ukuran bongkah batuan dengan cara membuat lobang
tembak berdiameter kecil dan diisi sedikit bahan peledak
3. Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan energi
seismik di permukaan bumi dengan meledakkan bahan peledak di udara
4. Peledakan lepas gilir (off-shift blasting) merupakan Peledakan yang

dilakukan di luar jam gilir kerja


5. Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan Cara
peledakan jenjang kuari atau tambang terbuka dengan menggunakan
lubang tembak yang dalam disesuaikan dengan tinggi jenjang
6. Peledakan parit (ditch blasting) merupakan Proses peledakan dalam
pembuatan parit
7. Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan Cara peledakan
dengan membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat ledak
atau membuat lubang tembak yang lebih besar dari diameter dodol
sehingga menghasilkan getaran yang relatif lembut
6.1 TAHAP PERSIAPAN
Setelah mempelajari pengertian dan klasifikasi bahan peledak kita
memasuki tahapan persiapan peledakan.Dalam pekerjaan peledakan
perlu diperhatikan faktor faktor efisiensi hasil produksi,keselamatan
kerja dan lingkungan sekitar areal peledakan.untuk itu tahapan dalam
persiapan peledakan merupakan aspek penting yang perlu difahami dan
dipatuhi, yaitu :
a. Pengamanan lapangan/areal kerja dan sekitarnya selama persiapan dan
peledakannya.
b. Persiapan peralatan peledakan, antara lain Blasting Mechine, Blasting
Ohmmeter, Shotgun, Crimper, Tongkat Pendek/Panjang, lead wire, ANFO
loader, Lighter.
c. Persiapan perlengkapan peledakan, antara lain sumbu api/sumbu ledak,
detonator biasa/listrik dan NONEL
d. Mempersiapkan Primer ( priming )
e. Pengisian lubang ledak ( Loading )
f. Penyambungan rangkaian ( circuit )
g. Pemilihan dan penyiapan tempat/posisi pemegang blasting mechine.
h. Pemeriksaan pasca peledakan dan pengamanan lokasi peledakan.
6.2 TAHAP PELAKSANAAN
Tahap Pelaksanaan Peledakan
Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan, mulai dari pembuatan
primer, pengisian bahan peledak, sampai penutupan kolom isian bahan
peledak dan penyambungan rangkaian maka peledakan dapat dilakukan.
I.
Pemeriksaan Setelah Peledakan
Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau
setelah asap dari hasil peledakan hilang. Pemeriksaan ini biasanya
dilakukan oleh juru ledak dengan tujuan untuk mengetahui apakah
dijumpai peledakan yang gagal (misfire), jika semua telah meledak
dengan baik dan kawasan peledakan aman dari runtuhan batuan, maka
akan diberi aba-aba lagi bahwa peledakan telah berakhir dan operasi
penambangan dapat dilanjutkan kembali.
2 Volume Peledakan
Volume peledakan batu andesit keseluruhan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
V = B1 x S x n x H x Sin

Dimana :
V = Volume batuan yang diledakkan, (m3)
B1 = Burden semu (m) ; S = Spacing (m)
L = Tinggi Jenjang (m) atau (H-J) x Sin
N = Jumlah Lubang Ledak ; = Kemiringan Lubang Ledak.
Pemakaian Bahan Peledak
Bahan peledak yang dipakai perusahaan saat ini adalah ANFO dari
PT. Dahana, Tasikmalaya. Dengan perbandingan 94,5% berat AN
(Amonium Nitrat) berbentuk butiran dan 5,5% FO (Foil Oil). Sebagai
primer digunakan powergel magnum 3151 dengan kekuatan 80%
berbentuk dodol dengan ukuran berat 1 batang adalah 0,154 kg.
Pemakaian bahan peledak untuk setiap kali peedakan adalah tidak sama,
tergantung dari jumlah lubang ledak yang diledakkan.
Pola Penyalaan
Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV. Gunung Batujajar
saat ini adalah peledakan secara 5 atau 6 lubang ledak dalam satu row
hingga lubang tembak yang diinginkan. Hal ini sangat berpengaruh sekali
dengan keadaan lingkungan, dimana lokasi peledakan tidak berapa jauh
dari pemukiman penduduk dan diakibatkan getaran terlalu tinggi apabila
peledakan 7 lubang ledak keatas sekaligus. Dimana rumah penduduk
berada di antara radius 350 meter.
Letak Primer
Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima penyalaan dari
detonator atau sumbu ledak. Hasil peledakan ini selanjutnya disalurkan
kebahan peledak. Dalam peledakan yang diterapkan di lapangan, primer
ditempatkan pada bagian bawah ( bottom primming).
Primer harus ditempatkan pada titik yang paling terkurung dan
ditempatkan pada lapisan batuad yang lebih keras. Letak primer ini akan
menentukan bagian jenjang yang akan ditekan dan dipindahkan. Dimana
primer ini berfungsi untuk menerima penggalak dari detonator.
Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan
Hasil dari peledakan berupa bongkahan-bongkahan yang masih
bertumpuk di tempat atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh
Backhoe dan selanjutnya akan di muatkan ke alat angkut. Untuk
memenuhi target produksi, pekerjaan pemuatan batu andesit di lokasi
penambangan untuk di angkut ketempat penyimpanan sementara (Stock
Yard) digunakan Hydrolic Excavator atau (Backhoe) CAT 322.
Pengangkutan Material Hasil Peledakan
Pada proses pengangkutan hasil peledakan dari lokasi
penambangan sampai ke Crushing Plant digunakan alat angkut berupa
Dump Truck dengan kapasitas 18.000 Kg/unit (10,7 M3). Sistem
pengangkutan akan menggunakan sistem pulang pergi melalui satu jalan,
setelah penumpahan muatan ditempat pengolahan alat angkut akan
kembali pada jalan yang sama.
6.3 PEKERJAAN SETELAH PELEDAKAN
Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :
- Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah
diledakkan dalam jangka waktu 30 menit

- Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih
dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas
dari pengaruh gas-gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu
menggantung dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain
memasuki tempat kerja tersebut.
- Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup
lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat
dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming
lubang ledak tersebut.
- Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan
mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi
atau memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka
dipasang primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus
dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis
dari Kepala Teknik Tambang.
8. KESIMPULAN
Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun
campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan,
tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara fisik maupun
kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau
lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan
dan bebas dari segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat,
material ataupun metode kerja pada saat dilakukannya operasi
penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan
lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan
suatu peledakan.

Anda mungkin juga menyukai