PELEDAKAN PERTAMBANGAN
DETONATOR BIASA
NAMA
JURUSAN
BARA
M.k
DISUSUN OLEH
: SURYA AKBAR PAMUNGKAS
: TEKNIK PERTAMBANGAN BATU: PELEDAKAN
Penyusun
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
Pengertian Bahan Peledak
1. Sejarah Bahan Peledak
2. Sifat Umum Bahan Peledak
3. Klasifikasi Bahan Peledak
3.1 Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Daya Ledak
3.2 Klasifikasi Berdasarkan Penggunaanya
4. Kegunaan Bahan peledak
4.1 Kegunaan Bahan Peledak Untuk Eksplorasi
4.2 Kegunaan Bahan Peledak Untuk Eksploitasi
5. Peralatan dan Perlengkapan dalam Peledakan
5.1 Peralatan Peledakan
5.2 Perlengkapan Peledakan
6. Cara melakukan Peledakan
6.1 Tahap Persiapan
6.2 Tahap Pelaksanaan
6.3 Pekerjaan Setelah Peledakan
7. Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material
(batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya
ledakan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal
apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode
peledakan yang di terapkan .
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu
hendak nya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal
tersebut. peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang
dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan
sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan
dalam satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali.
Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi kerancuan
dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode
peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan
dikelompokan berdasarkan metodenya.
Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati hati agar
tidak terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang
melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja,
sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan. Karena persiapan
peledakan yang kurang baik akan menghasilkan bisa menyebabkan hasil
yang tidak sempurna serta mengandung resiko bahaya terhadap
keselamatan pekerja maupun peralatan. Dalam hal ini pemilihan metode
peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan juga
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
a) KEKUATAN/STRENGTH
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan
Cara pengukuran kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
b) BERAT JENIS/DENSITY
Adalah berat per satuan volume.
Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga) cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian,
lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak
dengan ukuran 1 x 8 in dalam peti seberat 22,5 kg
c) KEPEKAAN/SENSITIVITY
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari
bahan peledak akan terjadi/mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi
peledakkan dirambatkan ke seluruh muatan
Macam-macam sensitivity /kepekaan:
1. Sensitivity to shock / Kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / Kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / Kepekaan terhadap ledakan pendahuluan
5. Sensitivity to cap / Kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang
jaraknya berjauhan.
d) CEPAT RAMBAT/VELOCITY OF DETONATION
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak.
Kecepatan perambatan peledakan dapat diukur dengan mempergunakan
alat micro timer secara langsung dan dapat juga dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong sumbu ledak yang telah
diketahui kecepatannya (metode ini dikenal sebagai metode dauctriche)
antara 400-800 meter per detik. Bandingkan dengan bahan peledak high
explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000-8.500 meter
per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan
sebagai propelan peluru dan roket. Jenis bahan peledak low explosive
yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan smokeless powder.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak
digunakan sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan
dan sekitarnya. Bahan peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan
mercon banting serta bom ikan. Black powder adalah jenis bahan peledak
tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai bahan
pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak
digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket signal, petasan,
sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.
dengan bantuan peta geologi dan peta topografi. Oleh sebab itu apabila di
daerah tersebut belum atau tidak didapatkan peta topografi dengan skala
yang memadai, maka perlu dibuat peta topografinya terlebih dahulu.
Sedangkan alat untuk melakukan pemboran inti adalah Alat Bor Auger
yang dioperasikan dengan manual (oleh tenaga manusia) dan Alat bor
inti, yang dioperasikan dengan mesin.
4.2 KEGUNAAN BAHAN PELEDAK UNTUK EXSPLOITASI
EKSPLOITASI
Umumnya, bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga
ada yang terdapat dan terkumpul di bawah permukaan tanah yang relatif
agak dalam. Selain itu bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang
lunak bahkan setengah kompak. Karena terdesak keperluan bahkan ada
galian yang berada di bawah air. Atas dasar cara kerjanya, bahan galian
industri biasanya ditambang dengan cara: digali, disemprot dengan
pompa bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.
Berdasarkan tempat kegiatan pertambangan, maka eksploitasi juga
dilakukan dengan cara Tambang Terbuka, Tambang Bawah Tanah, dan juga
Peledakan. Tambang terbuka, semua kegiatan penambangan dilakukan
di permukaan bumi. Pada kegiatan penambangan ini khususnya untuk
bahan galian industri disebut sebagai kuari. Berdasarkan atas produk
yang dihasilkan, letak dan bentuknya dibagi menjadi kuari tipe sisi bukit,
dan kuari tipe lubang galian.
Sedangkan tambang bawah tanah, dikenal dengan lubang tikus
(atau geophering), yang diterapkan untuk endapan bahan galian industri
atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak teratur serta tersebar
tidak merata. Arah penambangan biasanya mengikuti arah bentuk
endapan atau urat bijih yang ditambang. Beberapa contoh penambangan
sistem lubang tikus antara lain terdapat pada tambang posphat di daerah
Ciamis Jawa Barat.
Dalam melaksanakan tambang terbuka dengan tahapan kerja yang
dilakukan adalah: pengupasan tanah penutup (atau land clearing). Bagian
tanah penutup yang subur setelah dikupas, dipindahkan ke tempat
penimbunan.
Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi yakni untuk dapat
dilakukannya proses pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau operasi peledakan batuan akan
kegiatan pencarian dalam rangka penyelidikan dan penjajahan wilayah
atau daerah yang diperkirakan mengandung mineral, cadangan bahan
tambang atau berbagai hal yang menjadi target, dari mulai lapisan tanah
luar (overburden) sampai lapisan tanah dalam dan nantinya menjadi
daerah prospek atau wilayah yang memiliki cadangan yg memungkinkan
dilakukan proses ekspoitasi
Dimana :
V = Volume batuan yang diledakkan, (m3)
B1 = Burden semu (m) ; S = Spacing (m)
L = Tinggi Jenjang (m) atau (H-J) x Sin
N = Jumlah Lubang Ledak ; = Kemiringan Lubang Ledak.
Pemakaian Bahan Peledak
Bahan peledak yang dipakai perusahaan saat ini adalah ANFO dari
PT. Dahana, Tasikmalaya. Dengan perbandingan 94,5% berat AN
(Amonium Nitrat) berbentuk butiran dan 5,5% FO (Foil Oil). Sebagai
primer digunakan powergel magnum 3151 dengan kekuatan 80%
berbentuk dodol dengan ukuran berat 1 batang adalah 0,154 kg.
Pemakaian bahan peledak untuk setiap kali peedakan adalah tidak sama,
tergantung dari jumlah lubang ledak yang diledakkan.
Pola Penyalaan
Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV. Gunung Batujajar
saat ini adalah peledakan secara 5 atau 6 lubang ledak dalam satu row
hingga lubang tembak yang diinginkan. Hal ini sangat berpengaruh sekali
dengan keadaan lingkungan, dimana lokasi peledakan tidak berapa jauh
dari pemukiman penduduk dan diakibatkan getaran terlalu tinggi apabila
peledakan 7 lubang ledak keatas sekaligus. Dimana rumah penduduk
berada di antara radius 350 meter.
Letak Primer
Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima penyalaan dari
detonator atau sumbu ledak. Hasil peledakan ini selanjutnya disalurkan
kebahan peledak. Dalam peledakan yang diterapkan di lapangan, primer
ditempatkan pada bagian bawah ( bottom primming).
Primer harus ditempatkan pada titik yang paling terkurung dan
ditempatkan pada lapisan batuad yang lebih keras. Letak primer ini akan
menentukan bagian jenjang yang akan ditekan dan dipindahkan. Dimana
primer ini berfungsi untuk menerima penggalak dari detonator.
Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan
Hasil dari peledakan berupa bongkahan-bongkahan yang masih
bertumpuk di tempat atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh
Backhoe dan selanjutnya akan di muatkan ke alat angkut. Untuk
memenuhi target produksi, pekerjaan pemuatan batu andesit di lokasi
penambangan untuk di angkut ketempat penyimpanan sementara (Stock
Yard) digunakan Hydrolic Excavator atau (Backhoe) CAT 322.
Pengangkutan Material Hasil Peledakan
Pada proses pengangkutan hasil peledakan dari lokasi
penambangan sampai ke Crushing Plant digunakan alat angkut berupa
Dump Truck dengan kapasitas 18.000 Kg/unit (10,7 M3). Sistem
pengangkutan akan menggunakan sistem pulang pergi melalui satu jalan,
setelah penumpahan muatan ditempat pengolahan alat angkut akan
kembali pada jalan yang sama.
6.3 PEKERJAAN SETELAH PELEDAKAN
Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :
- Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah
diledakkan dalam jangka waktu 30 menit
- Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih
dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas
dari pengaruh gas-gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu
menggantung dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain
memasuki tempat kerja tersebut.
- Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup
lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat
dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming
lubang ledak tersebut.
- Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan
mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi
atau memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka
dipasang primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus
dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis
dari Kepala Teknik Tambang.
8. KESIMPULAN
Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun
campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan,
tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara fisik maupun
kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau
lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan
dan bebas dari segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat,
material ataupun metode kerja pada saat dilakukannya operasi
penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan
lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan
suatu peledakan.