Anda di halaman 1dari 28

Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material

(batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya


ledakan. Suatu operasi peledakan batuan akan mencapai hasil optimal
apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan metode
peledakan yang di terapkan .
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu
hendak nya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal
tersebut. peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang
dapat digunakan berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan
sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya dipergunakan
dalam satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali.
Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan dan peralatan yang
diperlukan berbeda-beda. Oleh karena itu agar tidak terjadi kerancuan
dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan tiap-tiap metode
peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan
dikelompokan berdasarkan metodenya.
Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena
itu, harus dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati hati agar tidak
terjadi kegagalan atau bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang
melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar tentang cara kerja,
sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan. Karena persiapan
peledakan yang kurang baik akan menghasilkan bisa menyebabkan hasil
yang tidak sempurna serta mengandung resiko bahaya terhadap
keselamatan pekerja maupun peralatan. Dalam hal ini pemilihan metode
peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan juga
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.

PENGERTIAN BAHAN PELEDAK


Yang dimaksud dengan bahan peledak adalah : Zat yang berbentuk padat,
cair, gas ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa
panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara
fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Perubahan
tersebut berlangsung dalam waktu yang singkat disertai dengan tekanan
yang sangat tinggi. Pada bahan peledak industri perubahan secara
kimiawi sebagian besar (hampir seluruhnya) berbentuk gas.

1. SEJARAH BAHAN PELEDAK

Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina
jaman dinasti Sung,terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang
dikenal dengan nama black powder. RogerBacon (1242) telah menulis
formula dari black powder. Berthold Schwarz (1300) juga menulis tentang
black powder sebagai senjata api. Tiga abad kemudian Kasper Weindl
(1627), untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi
penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun pabriknya di
Massachusetts. Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini untuk
penambangan timah. Begitu juga dengan Switzeland (1696)
menggunakannya untuk konstruksi jalan.Sedangkan di Amerika (1705)
digunakan untuk penambangan tembaga..Perang dunia I (1917)
menghabiskan sebanyak kurang lebih 115.000 ton black powder,akhirnya
pada tahun 1940 pemakaian black powder berkurang dan banyak pabrik
tutup,selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia pertambangan
dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara
untuk keperluan militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
Bahan peledak black powder terindikasi oleh pihak penyidik kepolisian
sebagai bahan peledak lemah (low explosive) yang digunakan oleh pelaku
terror bom untuk mengeksekusi hotel JW. Marriott dan Ritz Carlton
beberapa waktu lalu.Apapun jenis dan bentuk bahan peledaknya yang
jelas sifat utama bahan peledak adalah tetap berbahaya bagi keselamatan
orang-orang yang berada disekitarnya dan efeknya dapat merusak dan
membunuh, apabila ditangani oleh orang-orang yang mempunyai niat
untuk suatu kejahatan.
2. SIFAT UMUM BAHAN PELEDAK
a) KEKUATAN/STRENGTH
b) BERAT JENIS/DENSITY
c) KEPEKAAN/SENSITIVITY
d) CEPAT RAMBAT/VELOCITY OF DETONATION
e) SIFAT GAS BERACUN/FUMES CHARACTER
f) DAYA TAHAN TERHADAP AIR/WATER RESISTANCE
g) KEBOLEHAN/PERMISSIBILITY
h) STABILITAS KIMIA/CHEMICAL STABILITY
i) KEMASAN/PACKAGING
a) KEKUATAN/STRENGTH
Adalah jumlah energi yang dilepaskan saat peledakan
Cara pengukuran kekuatan :
1. Weight Strength, berdasarkan berat jenis bahan peledak
2. Volume Strength, berdasarkan volume bahan peledak
b) BERAT JENIS/DENSITY
Adalah berat per satuan volume.
Density bisa dinyatakan dalam 3 (tiga) cara:
1. Berat per unit volume
2. Loading density (berat bahan peledak per unit panjang kolom isian,
lb/ft)
3. Cartidge count, banyaknya cartridge atau batang bahan peledak
dengan ukuran 1 x 8 in dalam peti seberat 22,5 kg
c) KEPEKAAN/SENSITIVITY
Adalah ukuran mudah atau tidaknya suatu reaksi peledakkan dari bahan

peledak akan terjadi/mulai dan relatif mudah atau tidaknya reaksi


peledakkan dirambatkan ke seluruh muatan
Macam-macam sensitivity /kepekaan:
1. Sensitivity to shock / Kepekaan terhadap benturan
2. Sensitivity to friction / kepekaan terhadap gesekan
3. Sensitivity to heat / Kepekaan terhadap panas
4. Sensitivity to initiation / Kepekaan terhadap ledakan pendahuluan
5. Sensitivity to cap / Kepekaan terhadap gelombang ledakan lain yang
jaraknya berjauhan.
d) CEPAT RAMBAT/VELOCITY OF DETONATION
Adalah kecepatan perambatan dari bahan peledak.
Kecepatan perambatan peledakan dapat diukur dengan mempergunakan
alat micro timer secara langsung dan dapat juga dengan cara tidak
langsung, yaitu dengan menggunakan sepotong sumbu ledak yang telah
diketahui kecepatannya (metode ini dikenal sebagai metode dauctriche)
e) SIFAT GAS BERACUN/FUMES CHARACTERISTIC
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan banyak sedikitnya gas
beracun yang terjadi sesudah peledakan, seperti CO (Carbon Monoksida),
NOx (Nitrogen Oksida). Fumes terbentuk apabila campuran bahan peledak
tidak balance atau karena bahan peledaknya telah rusak. Fumes sangat
membahayakan untuk pekerjaan di bawah tanah (underground mining).
f) DAYA TAHAN TERHADAP AIR/WATER RESISTANCE
Adalah kemampuan dari suatu bahan peledak untuk menahahan
perembesan air. Ketahanan air suatu bahan peledak dinyatakan dalam
jumlah jam lamanya suatu bahan peledak dicelupkan dalam air dan masih
dapat diledakkan dengan baik.
g) KEBOLEHAN/PERMISSIBILITY
Adalah sifat bahan peledak yang menggambarkan dapat tidaknya bahan
peledak tersebut dipakai untuk peledakan dalam tambang batubara,
dimana pada umumnya banyak terdapat gas CH4 (gas methane) dan
debu-debu batubara yang mudah terbakar.
h) STABILITAS KIMIA/CHEMICAL STABILITY
Adalah ukuran kestabilan bahan peledak dalam penyimpanan/ hadling.
Makin stabil bahan peledak berarti tidak mudah mengurai, akibatnya
makin aman. Pengukuran stabilitas kimia adalah dengan mencatat waktu
yang diperlukan sebelum suatu bahan peledak mengurai pada suhu
standard (80oC).
i) KEMASAN/PACKAGING
Adalah pembungkusan bahan peledak (pembungkusan dodolnya, bukan
kotaknya) juga harus dianggap sebagai bagian dari bahan peledak dan
diperhitungkan dalam campuran. Jenis pembungkus ini juga
mempengaruhi terhadap gas-gas yang dihasilkan dalam peledakan.
3. KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :
1. Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine

2. Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid


ANFO, Slurry mixtures
3. Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming,
Permisible, shaped Charges, Binary, LOX, Liquid.
4. Pengganti bahan peledak contohnya Compressed air/gas,
Expansion agents, mechanical methods, waterjets, jet
piercing
Berdasarkan kelasnya bahan peledak dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan Pemakaiannya
Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal
untuk peperangan, demolation, melukai, membunuh, (bom napalm,
granat dsb.)
Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian
industri pertambangan, konstruksi dll.
2. Berdasarkan Kecepatan rambatnya
High Explosive (high action explosive) Detonation
Low Explosive (slow action explosive) Deflagration
High explosive mempunyai karakteristik dengan :
- Kecepatan peledakan (vod) yang tinggi > 4000 m/s
- Tekanan impact tinggi, density tinggi dan sensitive thd cap
- High compressibility sampai dengan 100 kbar.
Low Explosive atau Blasting agent, umumnya berupa campuran antara
fuel dengan oxidizer system, dimana tak satupun dapat diklasifikasikan
sebagai bahan peledak, ciri khasnya yaitu:
- Perubahan kimia dibawah kecepatan suara (<4000m/s)
- Low compressibility (<3500 bar)
3. Berdasarkan Komposisinya
a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari
satu senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro
Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari
berbagai senyawa tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO
(Ammonium Nitrate Fuel Oil).
4. Berdasarkan Kepekaannya
Dibagi menjadi dua macam yaitu:
Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena
adanya api, panas benturan , gesekan dsb misal: bahan-bahan isian
detonator (PbN6, Hg(ONC)2
Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang
akan meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya misal: ANFO,
Dynamit dsb.
3.1 KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK BERDASARKAN DAYA LEDAK
High explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive
adalah peledak berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat
tinggi serta menciptakan tekanan pembakaran yang sangat tinggi, tidak
seperti bahan peledak rendah yang memiliki tingkat reaksi yang jauh lebih

rendah. Bahan peledak tinggi lebih dikategorikan sebagai bahan peledak


primer dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak sangat sensitif,
dapat diledakkan dengan mudah dan biasanya digunakan hanya pada
detonator listrik. Sekunder-tinggi bahan peledak kurang sensitif,
memerlukan kejutan gelombang energi tinggi untuk mencapai ledakan.
Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak
rendah yang mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation)
antara 400-800 meter per detik. Bandingkan dengan bahan peledak high
explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000-8.500 meter
per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan
(pendorong). Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan
sebagai propelan peluru dan roket. Jenis bahan peledak low explosive
yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan smokeless powder.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak
digunakan sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan
dan sekitarnya. Bahan peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan
mercon banting serta bom ikan. Black powder adalah jenis bahan peledak
tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai bahan
pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak
digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket signal, petasan,
sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.
Kekuatan (strength) bahan peledak
Kekuatan bahan peledak berkaitan dengan energi yang mampu dihasilkan
oleh suatu bahan peledak. Pada hakekatnya kekuatan suatu bahan
peledak tergantung pada campuran kimiawi yang mampu menghasilkan
energi panas ketika terjadi inisiasi. Terdapat dua jenis sebutan kekuatan
bahan peledak komersial yang selalu dicantumkan pada spesifikasi bahan
peledak oleh pabrik pembuatnya, yaitu kekuatan absolut dan relatif.
Berikut ini diuraikan tentang kekuatan bahan peledak dan cara
perhitungannya.
(1) Kekuatan berat absolut (absolute weight strength atau AWS)
n
Energi panas maksimum bahan peledak teoritis didasarkan pada
campuran kimawinya
n
Energi per unit berat bahan peledak dalam joules/gram
n
AWSANFO adalah 373 kj/gr dengan campuran 94% ammonium nitrat
dan 6% solar
(2) Kekuatan berat relatif (relative weight strength atau RWS)
n
Adalah kekuatan bahan peledak (dalam berat) dibanding dengan
ANFO
n
RWSHANDAK =
(3) Kekuatan volume absolut (absolute bulk strength atau ABS)
n
Energi per unit volume, dinyatakan dalam joules/cc
n
ABSHANDAK = AWSHANDAK x densitas
n
ABSANFO = 373 kj/gr x 0,85 gr/cc = 317 kj/cc
(4) Kekuatan volume relatif (relative bulk strength atau RBS)
n
Adalah kekuatan suatu bahan peledak curah (bulk) dibanding ANFO
n
RBSHANDAK =

3.2 KLASIFIKASI BAHAN PELEDAK BERDASARKAN PENGGUNAANYA


Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Bahan peledak Blasting, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk
pertambangan
b. Bahan peledak Catridge, digunakan sebagai pembentuk metal
projectile yang berkemampuan tembus atau potong
c. Bahan peledak Propellant, digunakan sebagai pembentuk gas
pendorong dalam peluru senjata atau motor roket
d. Bahan peledak Fuse, bahan peledak yang dipergunakan sebagai
pembentuk panas, gas, warna dan sebagainya
e. Bahan peledak Pyrotechnic, bahan peledak yang digunakan sebagai
pemula suatu rangkaian proses peledakan
Berdasarkan lingkungan penggunaan
a. Bahan peledak militer
b. Bahan peledak komersial
4. KEGUNAAN BAHAN PELEDAK
Aplikasi Bahan Peledak
Penggunaan utama bahan peledak telah dalam peperangan. Bahan
peledak tinggi telah digunakan dalam bom, kerang peledak, torpedo,
rudal dan hulu ledak. Bahan peledak Non detonating, misalnya, mesiu dan
bubuk tanpa asap, telah digunakan secara luas sebagai propelan untuk
peluru dan artileri. Penggunaan damai yang paling penting dari bahan
peledak detonator adalah memecah batu di bidang pertambangan.
Sebuah lubang yang dibor di batu dan diisi dengan salah satu dari
berbagai bahan peledak tinggi, bahan peledak tinggi kemudian
diledakkan, baik elektrik atau dengan kabel ledak tinggi khusus. Bahan
peledak khusus, yang disebut bahan peledak diperbolehkan, harus
digunakan di tambang batubara. Ini bahan peledak menghasilkan api kecil
atau tidak ada dan meledak pada suhu rendah untuk mencegah ledakan
sekunder gas tambang (lihat lembab ) dan debu. Satu ledakan penting
yang digunakan dalam pertambangan, yang disebut ANFO, adalah
campuran amonium nitrat dan bahan bakar minyak. Penggunaannya telah
merevolusi aspek-aspek tertentu dari tambang terbuka-pit dan bawah
tanah karena biaya rendah dan relatif aman.
Yang Banyak Penggunaan Bahan Peledak
Banyak orang tahu bahwa bahan peledak yang digunakan dalam
Pertambangan, Pembongkaran Bangunan, kembang api dan bahkan
Konstruksi. Banyak akan terkejut untuk mengetahui tentang beberapa
kegunaan yang tidak biasa dari bahan peledak. Tahukah Anda bahwa
bahan peledak yang digunakan untuk mengukir Gunung Rushmore?
Bahan peledak juga digunakan untuk mengendalikan Salju longsor dan
digunakan di pedalaman untuk Pemeliharaan Trail. Bahan Peledak bahkan
digunakan dalam Kedokteran untuk memecah-batu ginjal! Di Amerika
Serikat, bahan peledak terutama digunakan dalam Pertambangan,
Penggalian dan Konstruksi seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
Nationwide ledakan penggunaan:
Coal Mining 67%
Non-logam tambang dan pertambangan 14%

Penambangan logam 10%


Konstruksi 7% dan
Miscellaneous 3%
4.1 KEGUNAAN BAHAN PELEDAK UNTUK EXSPLORASI
Eksplorasi: penyelidikan lebih rinci dari penemuan dan penyelidikan
umum atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi meliputi kegiatan
mengetahui ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan
bahan galian. Kegiatan eksplorasi meliputi penilaian geofisika, pemboran
inti penggalian sumuran dan atau pembuatan parit-parit uji dan dapat
pula meliputi pengambilan conto dalam jumlah besar (conto meruah).
Eksplorasi umumnya dilaksanakan bertahap menurut pertimbangan hasil
sebelumnya. Eksplorasi hanya dapat dilaksanakan atas dasar izin K.P.
ekslorasi.
Eksplorasi akhir: penyelidikan rinci atas daerah endapan batubara atau
endapan bahan galian lainnya, sesuai hasil penyelidikan tahap
sebelumnya. Eksplorasi akhir biasanya memakan biaya yang sangat tinggi
untuk pemboran, percontoan, pemetaan, penggalian parit percontoan dan
sebagainya.
Commercial Explosives Indonesia dengan kekayaan sumber daya
alam terutama hasil tambang, telah menjadikan negeri ini bak
magnit begi para pelaku Industri Pertambangan Dunia. Kekayaan
kandungan bumi Indonesia tidak ternilai harganya dan telah
diakui masyarakat international. Sehingga tidak mengherankan
kalau eksplorasi hasil pertambangan Indonesia justru banyak
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan International maupun
joint.
Bahan peledak (explosive matterial) sebagai bahan baku proses eksplorasi
hasil tambang menjadi komponen primer dalam seluruh proses eksplorasi.
Dimana dengan kekayaan dan melimpahnya hasil tambang, usaha
penyediaan bahan peledak maupun usaha-usaha lain terkait dengannya
sangatlah relevan dan begitu menjanjikan. Untuk mendapatkan data
geologi lebih lanjut dalam usaha untuk mengetahui jumlah cadangan/
ketebalan perlapisan dan kualitas mutu bahan galian, maka diperlukan
usaha pemboran inti, dan sumur uji (test pit).
Tujuan utama pemboran inti adalah untuk mendapatkan contoh bahan
galian secara vertikal yang berada di bawah permukaan tanah, disamping
itu mengetahui ketebalannya. Teknik meletakan titik lokasi pemboran inti
ini agar didapatkan kedalaman yang maksimal dilakukan dengan bantuan
peta geologi dan peta topografi. Oleh sebab itu apabila di daerah tersebut
belum atau tidak didapatkan peta topografi dengan skala yang memadai,
maka perlu dibuat peta topografinya terlebih dahulu. Sedangkan alat
untuk melakukan pemboran inti adalah Alat Bor Auger yang dioperasikan
dengan manual (oleh tenaga manusia) dan Alat bor inti, yang
dioperasikan dengan mesin.
Sedangkan pembuatan sumur uji bertujuan untuk mendapatkan vasriasi
data bahan galian secara vertikal yang berada di bawah permukaan. Tidak
seperti pada pemboran inti, kedalaman perolehan data cukup dangkal,

disamping pembuatannya dilakukan dengan tenaga manusia dengan


peralatan sederhana. Antara lain sekop, linggis, gancu, pacul dan ember.
Pembuatan sumur uji dilaksanakan terutama pada batuan yang lunak.
4.2 KEGUNAAN BAHAN PELEDAK UNTUK EXSPLOITASI
EKSPLOITASI

Umumnya, bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga


ada yang terdapat dan terkumpul di bawah permukaan tanah yang relatif
agak dalam. Selain itu bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang
lunak bahkan setengah kompak. Karena terdesak keperluan bahkan ada
galian yang berada di bawah air. Atas dasar cara kerjanya, bahan galian
industri biasanya ditambang dengan cara: digali, disemprot dengan
pompa bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.
Berdasarkan tempat kegiatan pertambangan, maka eksploitasi juga
dilakukan dengan cara Tambang Terbuka, Tambang Bawah Tanah, dan juga
Peledakan. Tambang terbuka, semua kegiatan penambangan dilakukan
di permukaan bumi. Pada kegiatan penambangan ini khususnya untuk
bahan galian industri disebut sebagai kuari. Berdasarkan atas produk
yang dihasilkan, letak dan bentuknya dibagi menjadi kuari tipe sisi bukit,
dan kuari tipe lubang galian.
Sedangkan tambang bawah tanah, dikenal dengan lubang tikus (atau
geophering), yang diterapkan untuk endapan bahan galian industri atau
urat bijih dengan bentuk dan ukuran tidak teratur serta tersebar tidak
merata. Arah penambangan biasanya mengikuti arah bentuk endapan
atau urat bijih yang ditambang. Beberapa contoh penambangan sistem
lubang tikus antara lain terdapat pada tambang posphat di daerah Ciamis
Jawa Barat.
Dalam melaksanakan tambang terbuka dengan tahapan kerja yang
dilakukan adalah: pengupasan tanah penutup (atau land clearing). Bagian
tanah penutup yang subur setelah dikupas, dipindahkan ke tempat
penimbunan.
Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi yakni untuk dapat
dilakukannya proses pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau operasi peledakan batuan akan
kegiatan pencarian dalam rangka penyelidikan dan penjajahan wilayah
atau daerah yang diperkirakan mengandung mineral, cadangan bahan
tambang atau berbagai hal yang menjadi target, dari mulai lapisan tanah
luar (overburden) sampai lapisan tanah dalam dan nantinya menjadi
daerah prospek atau wilayah yang memiliki cadangan yg memungkinkan
dilakukan proses ekspoitasi
5. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN BAHAN PELEDAK
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang
nantinya dapat dipakai berulang kali dan Perlengkapan peledakan adalah
bahanbahan yang membantu peledakan yang habis dipakai.
Pada pekerjaan tambang, tujuan penggunaan bahan peledak terutama

untuk membongkar batuan/ bahan galian dari batuan induknya. Secara


garis besar jenis bahan peledak dibedakan menjadi: Bahan peledak
mekanis, bahan peledak kimia, dan bahan peledak nuklir. Itulah sekilas
aktivitas "sederhana" dari industri keruk. Untuk melakukannya,
pengusaha biasanya menanam investasi besar dan tidak main-main.
Mereka bukan hanya mengorbankan uang, melainkan juga merusak
"keaslian alam" yang menyimpan keanekaragaman hayati luar biasa. EB
5.1 PERALATAN PELEDAKAN
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang
nantinya dapat dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat
dikelompokan menjadi :
1. Peralatan yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah ; Alat
Pemicu ledak
v Pada peledakan listrik ( Blasting Machine)
v Pada peledakan nonel (shot gun / short fire)
Alat Bantu ledak listrik
v Blasting Ohmmeter (BOM)
v Pengukur kebocoran arus listrik
v Multimeter peledakan
v Pengukur kekuatan blasting machine
v Pelacak kilat (lightning detector)
Alat Bantu peledakan lain
v Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
v Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa )
v Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( 7 m) diberi skala Alat
pencampur dan pengisi
Peralatan pendukung peledakan antara lain :
a.
Alat pendukung utama, berhubungan dengan aspek keselamatan
dan keamanan kerja, serta lingkungan, misalnya alat mengangkut dan
alat pengaman
b.
Alat pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang
tidak selalu dipakai pada peledakan rutin, misalnya alat pengukur
kecepatan detonasi, pengukur getaran dan pengukur kebisingan
5.2 PERLENGKAPAN PELEDAKAN
Perlengkapan peledakan adalah bahanbahan yang membantu peledakan
yang habis dipakai yaitu :
1.
Detonator
2.
Sumbu peledakan
1. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek
kejut terhadap bahan peledak peka detonator atau primer. Terdapat dua
jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang masing-masing
fungsinya berbeda, yaitu:
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
(sensitive), fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat
dan meledak sehingga menimbulkan gelombang kejut.

2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan
peledak kuat dengan VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang
kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya tergantung pada berat isian
dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian
dasarnya. Jenis-jenis detonator :
1.
Detonator biasa (plain detonator)
2.
Detonator listrik (electric detonator)
3.
Detonator nonel (nonel detonator)
4.
Detonator elektronik (electronic detonator)
2. Sumbu Peledakan Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini
adalah sumbu api dan sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang
disambung ke detonator biasa pada peledakan dengan menggunakan
detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu api merupakan pasangan
detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat digunakan tanpa
sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan api dengan
kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu ledak adalah
sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi
sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan tanpa
menggunakan detonator didalam lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai
sifat tidak sensitive terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan listrik
statis.
6. CARA MELAKUKAN PELEDAKAN
Cara melakukan peledakan
1. Peledakan bias (refraction shooting) merupakan Peledakan di dalam
lubang atau sumur dangkal untuk menimbulkan getaran guna
penyelidikan geofisika cara seismik bias.
2. Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder
untuk pengecilan ukuran bongkah batuan dengan cara membuat lobang
tembak berdiameter kecil dan diisi sedikit bahan peledak
3. Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan energi
seismik di permukaan bumi dengan meledakkan bahan peledak di udara
4. Peledakan lepas gilir (off-shift blasting) merupakan Peledakan yang
dilakukan di luar jam gilir kerja
5. Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan Cara
peledakan jenjang kuari atau tambang terbuka dengan menggunakan
lubang tembak yang dalam disesuaikan dengan tinggi jenjang
6. Peledakan parit (ditch blasting) merupakan Proses peledakan dalam
pembuatan parit
7. Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan Cara peledakan
dengan membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat ledak
atau membuat lubang tembak yang lebih besar dari diameter dodol
sehingga menghasilkan getaran yang relatif lembut
6.1 TAHAP PERSIAPAN
Setelah mempelajari pengertian dan klasifikasi bahan peledak kita
memasuki tahapan persiapan peledakan.Dalam pekerjaan peledakan
perlu diperhatikan faktor faktor efisiensi hasil produksi,keselamatan

kerja dan lingkungan sekitar areal peledakan.untuk itu tahapan dalam


persiapan peledakan merupakan aspek penting yang perlu difahami dan
dipatuhi, yaitu :
a. Pengamanan lapangan/areal kerja dan sekitarnya selama persiapan dan
peledakannya.
b. Persiapan peralatan peledakan, antara lain Blasting Mechine, Blasting
Ohmmeter, Shotgun, Crimper, Tongkat Pendek/Panjang, lead wire, ANFO
loader, Lighter.
c. Persiapan perlengkapan peledakan, antara lain sumbu api/sumbu ledak,
detonator biasa/listrik dan NONEL
d. Mempersiapkan Primer ( priming )
e. Pengisian lubang ledak ( Loading )
f. Penyambungan rangkaian ( circuit )
g. Pemilihan dan penyiapan tempat/posisi pemegang blasting mechine.
h. Pemeriksaan pasca peledakan dan pengamanan lokasi peledakan.
6.2 TAHAP PELAKSANAAN
Tahap Pelaksanaan Peledakan
Setelah semua persiapan peledakan dikerjakan, mulai dari pembuatan
primer, pengisian bahan peledak, sampai penutupan kolom isian bahan
peledak dan penyambungan rangkaian maka peledakan dapat dilakukan.
I.
Pemeriksaan Setelah Peledakan
Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau setelah
asap dari hasil peledakan hilang. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh
juru ledak dengan tujuan untuk mengetahui apakah dijumpai peledakan
yang gagal (misfire), jika semua telah meledak dengan baik dan kawasan
peledakan aman dari runtuhan batuan, maka akan diberi aba-aba lagi
bahwa peledakan telah berakhir dan operasi penambangan dapat
dilanjutkan kembali.
2 Volume Peledakan
Volume peledakan batu andesit keseluruhan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
V = B1 x S x n x H x
Sin
Dimana
V
B1
L
N

=
=

Volume
Burden

Tinggi

batuan
semu
Jenjang

(m)
(m)

yang
;

(m 3)

diledakkan,
S

atau

=
(H-J)

Spacing
x

Sin

(m)

= Jumlah Lubang Ledak ; = Kemiringan Lubang Ledak.

Pemakaian

Bahan

Peledak

Bahan peledak yang dipakai perusahaan saat ini adalah ANFO dari PT.
Dahana, Tasikmalaya. Dengan perbandingan 94,5% berat AN (Amonium
Nitrat) berbentuk butiran dan 5,5% FO (Foil Oil). Sebagai primer
digunakan powergel magnum 3151 dengan kekuatan 80% berbentuk

dodol dengan ukuran berat 1 batang adalah 0,154 kg. Pemakaian bahan
peledak untuk setiap kali peedakan adalah tidak sama, tergantung dari
jumlah

lubang

ledak

Pola

yang

diledakkan.

Penyalaan

Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV. Gunung Batujajar saat ini
adalah peledakan secara 5 atau 6 lubang ledak dalam satu row hingga
lubang tembak yang diinginkan. Hal ini sangat berpengaruh sekali dengan
keadaan lingkungan, dimana lokasi peledakan tidak berapa jauh dari
pemukiman penduduk dan diakibatkan getaran terlalu tinggi apabila
peledakan 7 lubang ledak keatas sekaligus. Dimana rumah penduduk
berada

di

antara

radius

Letak

350

meter.

Primer

Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima penyalaan dari


detonator atau sumbu ledak. Hasil peledakan ini selanjutnya disalurkan
kebahan peledak. Dalam peledakan yang diterapkan di lapangan, primer
ditempatkan

pada

Primer

ditempatkan

harus

bagian

bawah

pada

titik

bottom

yang

primming).

paling

terkurung

dan

ditempatkan pada lapisan batuad yang lebih keras. Letak primer ini akan
menentukan bagian jenjang yang akan ditekan dan dipindahkan. Dimana
primer

ini

berfungsi

Pembongkaran
Hasil

dari

untuk

dan

peledakan

menerima

penggalak

Pemuatan
berupa

dari

Hasil

detonator.

Peledakan

bongkahan-bongkahan

yang

masih

bertumpuk di tempat atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh


Backhoe dan selanjutnya akan di muatkan ke alat angkut. Untuk
memenuhi target produksi, pekerjaan pemuatan batu andesit di lokasi
penambangan untuk di angkut ketempat penyimpanan sementara (Stock
Yard)

digunakan

Hydrolic

Pengangkutan

Excavator

Material

atau

(Backhoe)

Hasil

CAT

322.

Peledakan

Pada proses pengangkutan hasil peledakan dari lokasi penambangan


sampai ke Crushing Plant digunakan alat angkut berupa Dump Truck
dengan kapasitas 18.000 Kg/unit (10,7 M3). Sistem pengangkutan akan
menggunakan

sistem

pulang

pergi

melalui

satu

jalan,

setelah

penumpahan muatan ditempat pengolahan alat angkut akan kembali


pada

jalan

6.3

yang

PEKERJAAN

Sesudah

peledakan,

sama.

SETELAH
maka

yang

PELEDAKAN

harus

dilakukan

adalah

- Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah


diledakkan

dalam

jangka

waktu

30

menit

- Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih
dahulu memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas
dari

pengaruh

gas-gas

yang

berbahaya,

misfire

dan

batu-batu

menggantung dari hasil peledakan, sebelum mengijinkan pekerja lain


memasuki

tempat

kerja

tersebut.

- Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup
lubang ledak tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat
dengan jelas dan tidak dibenarkan mengorek keluar material stemming
lubang

ledak

tersebut.

- Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan


mengeluarkan stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi
atau memakai air, setelah keluar sebagian besar stemmingnya maka
dipasang primer baru kemudian diledakkan. Semua usaha ini harus
dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli berdasarkan intruksi tertulis
dari

Kepala

Teknik

Tambang.

7. KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA, DAN LINGKUNGAN HIDUP


(K3LH)
7.1

DALAM
Keselamatan

PELEDAKAN
Kerja

suatu usaha untuk mengurangi dan menghindari kecelakaan kerja atau


cara untuk melaksanakan pekerjaan yang terhindar dari kecelakaan.
Memberikan suasana kerja atau lingkungan yang aman sehingga dicapai
hasil kerja yang menguntungkan dan bebas dari segala bahaya, baik
terhadap manusia, mesin alat, material ataupun metode kerja pada saat
dilakukannya operasi penambangan. Tujuan dari keselamatan kerja adalah

untuk mengadakan pencegahan agarkaryawan dalam melaksanakan


pekerjaan tidak mendapat kecelakaan dan juga tidak terjadi kerusakan
alat-alat yang digunakan. Bahan peledak adalah campuran senyawa kimia
yang dapat bereaksi dengan kecepatan tinggi. Gas dan panas yang
dihasilkan dari reaksi ini dapat menyebabkan tekanan yang sangat tinggi
pula.Bahan peledak merupakan suatu sarana yang efektif sebagai alat
penghancur bongkahan batuanpada industri penambangan. Adapun
bahan peledak yang umum digunakan pada penghancuran batuankeras
yaitu

ANFO

Ammonium

Ammonium

Nitrate-Fuel

Oil

Bahan

peledak

ANFO

Nitrate-Fuel

Oil

merupakan

bahan

peledak

yang

tergolongmemiliki kecepatan perambatan yang reaksinya sangat tinggi


High Explosive. Sehingga dalamoperasi peledakan batuan yang keras
diperlukan penanganan yang khusus mengenai bahan peledak tersebut,
diantaranya hal yang perlu diperhatikan yaitu penyimpanan bahan
peledak, pengangkutanbahan peledak, dan operasi peledakan.Kata Kunci :
Bahan

Peledak,

7.2

Detonator.

Kecelakaan

Kerja

Kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak
diharapkan karena
penderitaan

mengakbatkan kerugian, baik material maupun

bagi

yang

mengalaminya

Sabotase atau kriminal merupakan tindaka diluar lingkup kecelakaan


yang
7.3

sebenarnya
Lingkungan

Hidup

lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan
abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa temanteman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang
ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah
serta hewan-hewan yang ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik
berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai
macam benda mati yang ada di sekitar. industri pertambangan dalam
banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosio-

ekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak


sangat signifikan dalam arti positif maupun negatif. Tanpa menafikan
dampak positifnya, dampak negatif dalam ranah sosial, lingkungan.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat
merusak

ekosistem

penambangan

dapat

hutan.

Apabila

menyebabkan

tidak

dikelola

kerusakan

dengan

lingkungan

baik,
secara

keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran


lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi
tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan
(merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang
disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah
industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi
seperti

semula.

8.

KESIMPULAN

Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun
campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan,
tekanan, hentakan atau gesekan akan berupa secara fisik maupun
kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana kerja atau
lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan
dan bebas dari segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat,
material

ataupun

metode

kerja

pada

saat

dilakukannya

operasi

penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka keselamatan dan


lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan
suatu
DAFTAR

peledakan.
PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/93327671/PELEDAK
http://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CC0QFjAA&url=http
%3A%2F%2F180.245.203.132%2Fpower_point%2FPENGETAHUAN
%2520DASAR%2520BAHAN%2520PELEDAK
%25201.ppt&ei=3ROvUPaPHoerrAecoYD4Dw&usg=AFQjCNFYJFN4JBbSKY7

XNvF1Yvofb8_QMw
http://www.miningsite.info/bahan-peledak
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/05/peledakan-tambang.html
http://tambangunsri.blogspot.com/2011/08/blasting.html
http://akubernapas.blogspot.com/2009/06/bahan-explosive.html
http://suyitno01.wordpress.com/pertambangan/peledakanblasting/pengetahuan-dasar-bahan-peledak-komersil/
http://kasmui.blog.com/archives/213/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.explosives.org/index.php/component/banners/click/10
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.infoplease.com/encyclopedia/science/explosiveapplications-explosives.html
http://www.anekatambang.net/berita-tambang/istilah-populer-duniapertambangan.html
http://www.miningsite.info/bahan-peledak
http://www.scribd.com/doc/42119480/MAKALAH-TEKNIK-PELEDAKAN
http://www.scribd.com/doc/95553765/PENANGANAN-BAHAN-PELEDAK
http://geotambang.blogspot.com/
http://selvifoni.blogspot.com/2012/05/metoda-penambangan.html
http://migasnet05niko8045.blogspot.com/2010/01/bagaimana-eksplorasidan-eksploitasi.html

A. BAHAN PELEDAK
Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau ledakan awal akan
mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya sebagian atau
seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih
stabil.

Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi bahan peledak


mekanik, kimia, dan nuklir (J. J. Manon, 1978). Karena pemakaian bahan peledak kimia
lebih luas dibandingkan dengan sumber energi lainnya, maka pengklasifikasian bahan
peledak kimia lebih intensif diperkenankan. Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga
relatif murah, penanganan teknis lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda (delay time)
dan dibandingkan dengan nuklir bahayanya lebih rendah.
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :
1. Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine
2. Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid ANFO, Slurry
mixtures
3. Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming, Permisible, shaped
Charges, Binary, LOX, Liquid.
4. Pengganti bahan peledak contohnya Compressed air/gas, Expansion agents,
mechanical methods, waterjets, jet piercing
Sifat-sifat fisik bahan peledak adalah suatu kenampakan nyata dari sifat bahan peledak ketika
menghadapi perubahan kondisi lingkungan sekitarnya, yaitu antara lain :
1. Densitas yaitu angka yang menyatakan perbandingan berat per volume
2.

Sensitifitas adalah sifat yang menunjukan kemudahan inisiasi bahan peledak atau ukuran
minimal booster yang diperlukan

3. Ketahanan terhadap air (water resistence)


4. Kestabilan kimia (chemical stability)
5. Karekteristik gas ( fumes characteristic)
B. PERLENGKAPAN PELEDAKAN
Perlengkapan peledakan adalah bahanbahan yang membantu peledakan yang habis
dipakai yaitu :
1. Detonator
2. Sumbu peledakan

Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan (ledakan
kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka
detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang
masing-masing fungsinya berbeda, yaitu:
1.

Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive), fungsinya
untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak sehingga menimbulkan
gelombang kejut.

2. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat dengan VoD
tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan kekuatan besarnya
tergantung pada berat isian dasar tersebut.

Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-jenis
detonator :
1. Detonator biasa (plain detonator)
2. Detonator listrik (electric detonator)
3. Detonator nonel (nonel detonator)
4. Detonator elektronik (electronic detonator)
Yang dimaksud dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu api dan sumbu ledak.
Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa pada peledakan dengan
menggunakan detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu api merupakan pasangan
detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat digunakan tanpa sumbu. Fungsi sumbu api
adalah untuk merambatkan
api dengan kecepatan tetap pada detonator biasa. Sedangkan sumbu ledak adalah sumbu yng
pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN. Fungsi sumbu ledak adalah untuk
merangkai suatu sistem peledakan tanpa menggunakan detonator didalam lubang ledak.
Sumbu ledak mempunyai sifat tidak sensitive terhadap gesekan, benturan, arus liar, dan listrik
statis.
C. PERALATAN PELEDAKAN
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang nantinya dapat
dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat dikelompokan menjadi :
1.

Peralatan yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan

2.

Peralatan pendukung peledakan

Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah ;

. Alat Pemicu ledak

Pada peledakan listrik ( Blasting Machine)


Pada peledakan nonel (shot gun / short fire)

Alat Bantu ledak listrik


Blasting Ohmmeter (BOM)
Pengukur kebocoran arus listrik
Multimeter peledakan
Pengukur kekuatan blasting machine
Pelacak kilat (lightning detector)

Alat Bantu peledakan lain

Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)

Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa )

Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( 7 m) diberi skala

ncampur dan pengisi


Peralatan pendukung peledakan antara lain :
a.

Alat pendukung utama, berhubungan dengan aspek keselamatan dan keamanan kerja, serta
lingkungan, misalnya alat mengangkut dan alat pengaman

b. Alat pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang tidak selalu dipakai pada
peledakan rutin, misalnya alat pengukur kecepatan detonasi, pengukur getaran dan pengukur
kebisingan.

EKNIK PELEDAKAN
Terdapat perbedaan antara teknik peledakan pada sistem penambangan terbuka
dengan sistem penambangan bawah tanah, perbedaan itu disebabkan oleh beberapa faktor
seperti luas area, volume hasil ledakan, suplai udara segar, dan keselamatan kerja.
A. Pola pengeboran
TABEL 1.
PENYEBAB YANG MEMBEDAKAN POLA PENGEBORAN DI TAMBANG TERBUKA
DAN BAWAH TANAH
faktor

Tambang bawah tanah

Tambang terbuka

Luas area
Volume
peledakan

Suplai
segar

Terbatas, sesuai dimensi bukaan


luasnya
dipengaruhi
oleh
kestabilan bukaan tersebut
hasil Terbatas karena dibatasi luas
permukaan bukaan, diameter
mata bor dan kedalaman
pengeboran

Lebih luas karena terdapat di


permukaan bumi dan dapat
memilih area yang cocok
Lebih besar bisa mencapai
ratusan ribu meter kubik per
peledakan, sehingga dapat
direncanakan target yang
besar
udara Tergantung pada system ventilasi Tidak bermasalah karena
yang baik
dilakukan pada udara terbuka

Keselamatan
kerja

Kritis, diakibatkan oleh ruang Relative lebih aman karena


yang terbatas, guguran batu dari seluruh pekerjaan dilakukan
atap , tempat penyelamatan diri pada area terbuka
terbatas

a. Pola pengeboran pada tambang terbuka


Terdapat tiga pola pengeboran yang ada pada tambang terbuka, yaitu :
1. Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
2.

Pola persegi panjang (rectangular system), yaitu jarak spasi dalam satu baris lebih besar
dibanding burden

3. Pola zig-zag (staggered pattern), yaitu antara lubang bor dibuat zigzag yang berasal dari pola
bujur sangkar maupun persegi panjang
b. Pola pengeboran pada bukaan bawah tanah
Pada pengeboran bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapat satu bidang bebas,
yaitu pemuka kerja atau face. Untuk itu, perlu dibuat tambahan bidang bebas yang disebut
cut. Secara umum terdapat empat tipe cut yaitu :
1. Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut, empat atau enam lubang dengan diameter
yang sama dibor kearah satu titik sehingga membentuk pyramid.
2.

Wedge cut atau V- cut, angled cut atau cut berbentuk baji, setiap pasang dari empat atau
enam lubang dengan diameter yang sama dibor kearah satu titik, tetapi lubang bor antar
pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji. Cara ini lebih mudah dari pyramid cut tetapi
kurang efektif untuk batuan yang keras.

3.

Drag cut atau pola kipas, bentuknya mirip dengan baji perbedaannya terletak pada posisi
bajinya tidak ditengah-tengah bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan.

Cara membuat dengan cara lubang bor dibuat miring untuk membentuk rongga di lantai atau
di dinding. Cara ini efektif pada batuan berlapis dan tidak keras dan pula berperan sebagai
controlled blasting.
4. Burn cut disebut juga cylinder cut, pola ini sangat cocok untuk batu yang keras dan regas
seperti batu pasir (sandstone) atau batuan beku dan tidak cocok untuk struktur berlapis.
Secara umum pola peledakan menunjukan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah
lubang ledak Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan yang disebut
dengan waktu tunda (delay time). Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan
waktu tunda pada sistem peledakan yaitu :
1. Mengurangi getaran
2. Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
3. Mengurangi gegeran akibat airblast dan suara (noise)
4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
5. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil ledakan
B. DESAIN PELEDAKAN
Kondisi-kondisi tertentu pada operasi akan mempengaruhi secara detail daripada
desain peledakan. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mendesain suatu peledakan
antara lain :
1. Diameter lubang ledak
2. Tinggi jenjang
3. Fragmentasi
4. Burden dan spacing
5. Struktur batuan
6. Kestabilan jenjang
7. Dampak terhadap lingkungan
8. Tipe bahan peledak yang akan digunakan

1. Diameter lubang bor


Pemilihan diameter lubang ledak dipengaruhi oleh besarnya laju produksi yang
direncanakan. Makin besar diameter lubang maka akan diperoleh laju produksi yang

besar pula, dengan persyaratan alat bor dan kondisi batuan sama. Faktor yang membatasi
diameter lubang ledak adalah :

Ukuran fragmentai hasil ledakan

Isian bahan peledak utama harus dikurangi atau lebih kecil dari perhitungan teknis karena
pertimbangan vibrasi bumi atau ekonomi

Keperluan penggalian batuan secara selektif


Pada kondisi batuan yang solid, ukuran fragmentasi batuan cenderung meningkat apabila
perbandingan kedalaman lubang ledak dan diameter kurang dari 60 inci. Oleh karena itu
upayakan hasil perbandingan tersebut melebihi 60 atau L/d 60 inci atau d = 5 10 K

Dimana :

d = Diameter lubang bor (mm)


K = tinggi jenjang (m)
Dengan diameter lubang bor yang kecil, konsekuensinya burden juga kecil, akan memberikan
hasil fregmentasi yang bagus dengan getaran (groun vibration) rendah. Hal ini perlu
diperhatikan, terlebih lagi apabila ledakan dilakukan dekat dengan perumahan penduduk
2. Ketinggian jenjang dan kedalaman lubang bor
Tinggi jenjang berhubungan erat dengan parameter geometri peledakan lainnya dan
ditentukan terlebih dahulu atau terkadang ditentukan kemudian setelah parameter serta aspek
lainnya di ketahui. Tinggi jenjang maksimum biasanya dipengaruhi oleh kemampuan alat bor
dan ukuran mangkok (bucket) serta tinggi jangkauan alat muat. Umumnya dipakai pada
quarry atau tambang terbuka dengan diameter lubang besar biasanya dipakai antara 10 15 m
. Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah kestabilan jenjang jangan sampai runtuh,
baik karena daya dukungnya lemah atau akibat getaran peledakan. Secara praktis hubungan
diameter lubang bor dengan ketinggian jenjang dapat diformulasikan sebagai berikut :
K = 0,1 0,5 D
Dimana :

K = Tinggi jenjang (m)


D = Diameter lubang (mm)

GAMBAR 1
HUBUNGAN DIAMETER LUBANG BOR DENGAN KETINGGIAN JENJANG
3. Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukan ukuran setiap bongkah dari batuan
hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya. Beberapa ketentuan
umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang ledak :
a) Ukuran lubang ledak yang besar akan menghasilkan bongkahan fragmentasi, maka dikurangi
dengan menggunakan bahan peledak yang lebih kuat
b) Penambahan bahan peledak akan menambah lemparan
c)

Batuan dengan intensitas tinggi dan jumlah bahan peledak sedikit dikombinasikan dengan
jarak spasi pendek akan menghasilkan fragmentasi kecil

C. Geometri Peledakan
a. Burden (B)
Burden adalah dimensi yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu pekerjaan
peledakan. Untuk menentukan besarnya burden perlu diketahui harga dari burden ratio. Halhal yang harus diperhatikan dalam menentukan burden adalah :

Burden harus merupakan jarak dari muatan (charges) tegak lurus terhadap free face
terdekat, dan arah dimana pemindahan akan terjadi

Besarnya burden tergantung dari karekteristik batuan, karekteristik bahan peledak, dan lain
sebagainya.
b. Spasing

Spasing adalah jarak antara lubang-lubang bor yang dirangkai dalam satu baris (row) dan
diukur sejajar terhadap pit wall. Biasanya spasing tergantung pada burden, kedalaman
lubang bor, letak primer, waktu tunda dan arah struktur bidang batuan. Untuk material
(batuan) yang homogen B = S, sedangkan untuk struktur batuan yang kompleks, misalnya
orientasi joint sejajar dengan jenjang maka burden dapat dirapatkan dan spasi dapat
dijarangkan. Bila orientasi joint tegak lurus jenjang maka burden dapat dijarangkan dan spasi
agak dirapatkan. Sedangkan untuk struktur batuan dengan orientasi kesegala arah /rock
fracture.

GAMBAR 2
ORIENTASI STRUKTUR BATUAN PADA JENJANG
b. Stemming (T)
Stemming disebut juga collar, harga stemming ini sangat menentukan stress balance
dalam lubang bor, fungsi lain adalah untuk mengurung gas yang timbul. Untuk mendapatkan
stress balance maka harga stemming sama dengan burden. Pada batuan kompak, jika
perbandingan antara stemming dan burden kurang dari satu maka akan terjadi cratering atau
back break, terutama pada collar proming. Biasanya harga standar tang dipakai adalah 0,70
dan ini sudah cukup untuk mengontrol air blast dan stress balance.
c.

Sub drilling (SD)


Adalah bagian dari kolom lubang ledak yang terletak dibagian dasar jenjang yang
dimaksud untuk menghindari terjadinya toe pada lantai jenjang setelah peledakan

d. Tinggi jenjang (H)

e.

Kedalaman lubang bor tidak boleh lebih kecil daripada burden. Hal ini untuk menghindari
terjadi atau cratering. H = L SD
Dimana : L

= kedalaman lubang ledak


SD = sub drilling

RANCANGAN MENURUT KONYA


Burden dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan dan jenis bahan peledak
yang diekspresikan dengan densitasnya Rumusnya adalah :
B=

Dimana : B = burden (ft), de = diameter bahan peledak (inci), e = berat jenis bahan peledak
dan r = berat jenis batuan
Spasi ditentukan berdasarkan sistem tunda yang direncanakan dan kemungkinannya adalah :

Serentak tiap baris lubang ledak (instantaneous single-row blastholes)


H < 4B

H > 4B S = 2B

Berurutan dalam tiap baris lubang ledak (sequenced single row blastholes)
H < 4B

H > 4B S = 1,4B

Stemming (T) : batuan massif T = B sedangkan batuan berlapis T = 0,7 B

Subdrilling (SD) = 0,3 B

Penentuan diameter lubang dan tinggi jenjang mempertimbangkan dua aspek, yaitu 1) efek
ukuran lubang ledak terhadap fragmentasi, air blast, flyrock, dan getaran tanah dan 2) biaya
pengeboran. Tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya dengan keberhasilan
peledakan dan ratio H/B ( yang dinamakan stiftness ratio) yang bervariasi memberikan
respon berbeda terhadap fragmentasi, airblast, flyrock, dan getaran tanah yang hasilnya
seperti terlihat dalam table. Sementara diameter lubang ledak ditentukan secara sederhana
dengan menerapkan aturan lima (rule of five) , yaitu ketinggian jenjang (dalam feet)
lima kali diameter lubang ledaknya (dalam inci)

GAMBAR 3
TINGGI JENJANG MINIMUM BERDASARKAN ATURAN LIMA RULE OF FIVE
TABEL 2.
POTENSI YANG TERJADI AKIBAT VARIASI STIFFNES RATIO
Stifness
ratio
1

Fragmentasi
buruk

Ledakan
udara
besar

Batu
terbang
banyak

Getaran
tanah
besar

sedang

sedang

sedang

sedang

baik

kecil

sedikit

kecil

memuaskan

sangat
keci;

sangat
sedikit

sangat
kecil

Komentar
Banyak muncul back break
di bagian toe.Jangan di
lakukan dan rancang ulang

Bila memungkinkan
rancang ulang
Control dan fragmentasi
baik
Tidak akan menambah
keuntungan bila stiffnes
ratio diatas 4

RANCANGAN MENURUT ICI EXPLOSIVE


Salah satu cara merancang geometri peledakan adalah dengan coba-coba atau trial
and error atau rule of thumb yang akan diberikan adalah dari ICI Explosive. Tinggi jenjang
(H) dan diameter lubang ledak (d) merupakan pertimbangan pertama yang disarankan. Jadi
cara ini menitikberatkan pada alat yang tersedia atau yang akan dimiliki, kondisi batuan
setempat, peraturan tentang batas maksimum ketinggian jenjang yang diijinkan pemerintah,
serta produksi yang diinginkan. Selanjutnya untuk menghitung parameter lainnya adalah
sebagai berikut :
1. Tinggi jenjang (H), secara empiris H = 60d 140d, bandingkan dengan L/d 60
2. Burden (B) antar baris : B = 25d - 45d
3. Spasi antar lubang ledak sepanjang baris (S); S= 1B 1,5B
4. Subgrade (J); J = 8d 12d
5. Stemming (T); T = 20d - 30d

6. Powder factor (PF)


PF =

Powder Faktor menunjukan jumlah bahan peledak (kg) yang dipakai untuk memperoleh satu
satuan volume atau berat fragmentasi peledakan, jadi satuannya biasa kg/m3 atau kg/ton.
Pemanfaatan PF cenderung berdasarkan pertimbangan ekonomis suatu proses peledakan
Perhitungan Volume yang akan diledakan
Prinsip volume yang kan diledakan adalah perkalian antara burden (B), spasi (S) dan tinggi
jenjang yang hasilnya berupa balok dan bukan volume yang telah terberai oleh proses
peledakan. Volume tersebut disebut volume padat (solid atau insitu atau bank), sedangkan
volume yang telah lepas disebut volume lepas (losse). Konversi dari volume padat ke volume
lepas menggunakan factor berai atau sweel factor yaitu :
SF = Vs/Vl x 100%, apabila Vs = B x S x H
Maka

Vl =

GAMBAR 4
TIPE SEKUEN INISIASI (ICI EXPLOSIVE)

Anda mungkin juga menyukai