gempa, tsunami, badai, banjir, bahkan demo yang semakin membudaya dilingkungan
masyarakat kita. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, perusahaan harus membentuk
organisasi tersendiri dalam menghadapi keadaan darurat, apapun bentuknya
• Tanpa persiapan yang baik dalam menghadapi keadaan darurat, kepanikan akan terjadi dan
kemungkinan kerugian yang lebih besar akan dialami oleh perusahaan. Kesadaran perusahaan
tentang kemungkinan adanya bencana yang tidak diharapkan, akan meningkatkan kewaspadaan
Perusahaan
• Training Emergency Response Plan ini memberikan advance technique dari incident
preparedness dan emergency response programs untuk Industri dan Area Bisnis
• Mengkoordinasikan upaya Perencanaan Tanggap Darurat/ ERP (Kebakaran,
Huru hara, Gempa Bumi dlsb) sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas
dalam pengendaliannya
• Indonesia yang secara geografis dikelilingi tiga lempeng tektonik aktif, deretan gunung api aktif
bagian dari ring of fire dan dilewati garis khatulistiwa, menyebabkan Indonesia menjadi wilayah
yang rawan bencana
• Selain itu, kondisi hidrologi juga sangat berpengaruh terhadap fenomena alam yang dapat
berujung bencana seperti angin puting beliung, banjir, banjir bandang dan longsor
• Dalam menghadapi bencana, tentunya dibutuhkan sikap, pemikiran dan perilaku tangguh
sehingga dibutuhkan sebuah proses internalisasi antara pengetahuan dan pengalaman sehingga
diharapkan timbul kesadaran tidak hanya pada sikap tetapi juga pemikiran dan perilaku
Kesiapsiagaan menjadi elemen penting sebagai bentuk tangguh menghadapi potensi bencana
• Tidak hanya untuk individu, perusahaan juga perlu memikirkan emergency response plan seperti
apa yang harus dibuat dan disosialisasikan apabila terjadi keadaan darurat yang menyebabkan
proses bisnis terganggu hingga terpaksa berhenti
• Bukan hanya mengamankan karyawan, perusahaan juga harus memikirkan bagaimana rencana
pengamanan asset yang ada
• Menurut UU RI No. 24 Tahun 2007, Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
• Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana
• Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada
masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang
berwenang
• Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
• Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana Pencegahan bencana
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana,
baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana
• 17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah an
kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat
• Upaya kesiapsiagaan yang harus dilakukan dengan tepat bagi para karyawan di perusahaan :
4. Memiliki keterampilan untuk mengevaluasi situasi secara tepat dan mengambil inisiatif tindakan untuk
melindungi diri
5. Memiliki rencana antisipasi bencana dan mempraktikan rencana tersebut dengan latihan.
• Keadaan darurat tipe ini termasuk dalam kategori kecelakaan kecil yang menempati suatu daerah
tumggal (satu sumber saja), kerusakan asset dan lika korban terbatas, dan penanganannya cukup
dilakukan oleh petugas yang ada di perusahaan. Akan tetapi, pada tipe ini kemungkinan timbulnya
bahaya yang lebih besar dapat terjadi. Untuk itu, program pelatihan yang bermutu, konsisten dan
teratur sangat diperlukan untuk mencegah bahaya yang lebih besar
• Keadaan darurat tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas dibantu dengan peralatan dan
material yang tersedia di instansi perusahaan tersebut tidak lagi mampu mengendalikan keadaan darurat seperti kebakaran
besar, ledakan dahsyat, tumpahnya bahan B3 yang kuat, semburan liar sumur minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia/lingkungannya dan atau asset dan instalasi pabrik tersebut dengan dampak bahaya atas karyawan/daerah/masyarakat
sekitar
• Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat dan masyarakat sekitarnya
• Seperti :
Ø Meliputi beberapa unit atau beberapa peralatan besar yang dapat melumpuhkan kegiatan produksi pabrik atau kerugian instalasi
pabrik
Ø Dapat merusak harta benda pihak lain didaerah setempat (dilur derah instalasi pabrik)
Ø Tidak dapat dikendalikan oleh tim tanggap darurat dari dalam pabrik itu sendiri serta harus meminta bantuan dari luar
• Keadaan darurat tingkat III adalah keadaan darurat berupa malapetaka / bencana dahsyat dengan akibat lebih besar
dibandingkan dengan tier II dan memerlukan bantuan, koordinasi pada tingkat nasional bahkan bantuan dari luar negeri
• Dalam menghadapi situasi darurat kebakaran, maka dalam suatu perusahaan WAJIB melakukan langkah - langkah sebagai
berikut sebagai PERSIAPAN untuk menghadapi situasi tersebut jika benar - benar terjadi, sehingga dapat meminimalkan kerugian
atau korban sekecil mungkin
ü Menyediakan Perlengkapan keadaan darurat seperti APAR dan sirine, Kotak P3K, Jalur-jalur Evakuasi, Assemblly Point (Tempat
berkumpul) yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
2. Melaksanakan latihan tanggap darurat bersama serta melibatkan seluruh karyawan dan
manajemen secara berkala
4. Bekerja sama dengan Departemen K3 serta bagian perawatan gedung untuk memeriksa semua
peralatan pemadam kebakaran secara berkala
• Secara umum fungsi dan tugas masing - masing yang terdapat didalam struktur
organisasi, yaitu :
Ketua : Bertanggungjawab atas semua proses evakuasi dan memimpin proses evakuasi
Sekretaris : Mendokumentasikan semua proses evakuasi dan sebagai notulen saat rapat
berkala
Unit : Melakukan tugasnya sesuai tupoksi yang telah ditentukan dan berkoordinasi
dengan unit lain
ü APAR atau Alat Pemadam Api Ringan merupakan alat khusus yang digunakan untuk
mengendalikan atau memadamkan kebakaran kecil
ü Ada beberapa jenis dari APAR, berdasarkan bahan / isinya (Water/Air, Powder/Serbuk
Kimia Kering, CO2, Foam/Busa) serta penggunaannya (sesuai klasifikasi jenis
penyebab kebakarannya, klas A/B/C/D/K)
ü Diletakkan di tempat yang terlihat dan strategis (tetapi tidak mengganggu lalu lalang
jalan) berdasarkan Permenakertrans No : PER.04/MEN/1980 Tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
ü Penempatan APAR bisa dipasang di lokasi dalam gedung (Indoor) ataupun di lokasi
luar gedung (Outdoor/Area terbuka), dengan tambahan BOX APAR supaya terlindungi
dari perubahan cuaca yang berubah-ubah, sehingga melindungi bahan / isi didalam
APAR
ü Dibuat List / Daftar tentang semua lokasi APAR beserta jenisnya, untuk pemeriksaan
secara berkala dan diberi INSPECTION TAG pada setiap APAR
ü Fire alarm system atau merupakan serangkaian sistem alarm untuk mendeteksi api
secara otomatis berdasarkan perbedaan kondisi di lingkungan sekitar
ü Mengantisipasi terjadinya kebakaran dan menjadi tanda peringatan untuk segera
melakukan evakuasi keluar bangunan
ü Keberadaan alarm kebakaran ini Alarm ini dapat dibedakan berupa pendeteksian
ASAP (Smoke Detector) atau PANAS (Heat Detector) yang dihubungkan secara
terpusat ataupun mandiri, yang keduanya akan mengeluarkan bunyi peringatan jika
mendeteksi adanya Asap/Panas
ü Alarm yang terpasang secara terpusat dan ter-integrasi dapat dilihat di layar
pengontrol dan akan terhubung secara otomatis ke Sprinkler
ü Tetapi tetap HARUS dipastikan oleh Fire Warden / Karyawan, apakah berupa FALSE
ALARM atau REAL ALARM
ü Kotak P3K disediakan untuk menangani kondisi korban dari kondisi darurat atau
kecelakaan lainnya, yang bersifat ringan sebelum dilakukan langkah selanjutnya ke
RS
ü Kotak P3K ini diletakkan di Ruangan - ruangan seperti Lobby, Kantin, Ruangan
Karyawan, Produksi, Pos Satpam, dan lain-lain
ü Kotak P3K berisi beberapa obat-obatan umum seperti betadine, obat merah, alkohol
70%, plester, panadol, neuralgin, decolgen, pembalut dll
ü Berdasarkan Permenaker No.15/MEN/VIII/2008 tentang P3K di tempat kerja, Isi Kotak
P3K yang harus disediakan oleh Perusahaan adalah sebagai berikut :
Isi Kotak P3K berdasarkan Permenaker
No.15/MEN/VIII/2008
ü Ketika terjadi keadaan darurat bencana, jalur evakuasi merupakan salah satu bentuk upaya
tanggap darurat yang sangat penting dan mutlak dibutuhkan
ü Jalur evakuasi dilengkapi dengan penanda (safety sign) yang diletakkan sebagai penunjuk
arah atau rambu jalur evakuasi baik untuk gedung bertingkat, rumah sakit, pabrik, tempat
wisata, pusat perbelanjaan, dan lain-lain
ü Jalur evakuasi ini digunakan sebagai tindakan penyelamatan dari segala bencana seperti
kebakaran, gempa bumi dan banjir
ü Jalur evakuasi adalah jalur penyelamatan yang didesain khusus dengan menghubungkan
semua area ke area yang aman sebagai Titik Kumpul (Assembly Point) karyawan atau tamu
yang sedang berada di area tersebut
ü Jalur evakuasi berfungsi untuk mobilisasi karyawan dari ancaman bahaya kebakaran ke
tempat yang lebih aman ketika terjadi kebakaran
ü Jalur evakuasi didesain untuk mencari jalan tersingkat dengan menggunakan jalan
yang telah ada sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai daerah yang aman
dapat ditempuh lebih singkat atau cepat
ü Penataan jalur evakuasi disesuaikan dengan jumlah karyawan serta diarahkan ke
titik kumpul terdekat sehingga tidak terjadi penumpukan karyawan saat proses
evakuasi berlangsung dan dengan memperhatikan perkiraan kapasitas tempat titik
kumpul di area tersebut
ü Berdasarkan pada 5. Kepmenaker No. 186 Tahun 1999 Unit Penanggulangan
Kebakaran di Tempat Kerja
ü Sesuai Permen RI Nomor 36 Tahun 2005, Pasal 59, setiap gedung harus
menyediakan sarana evakuasi yang meliputi :
ü Sistem peringatan bahaya bagi pengguna, dapat berupa sistem alarm kebakaran
dan/atau sistem peringatan menggunakan audio / tata suara
• Pintu keluar darurat
• Jalur evakuasi
• Penyediaan tangga darurat / kebakaran
ü Sarana tersebut harus dapat menjamin kemudahan pengguna gedung untuk
melakukan evakuasi dari dalam gedung secara aman apabila terjadi bencana atau
keadaan darurat
ü Penyediaan sarana evakuasi harus disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi gedung,
jumlah dan kondisi pengguna gedung, serta jarak pencapaian ke tempat yang aman
ü Sarana pintu keluar darurat dan jalur evakuasi juga harus dilengkapi dengan tanda
arah yang mudah dibaca dan jelas
ü Rambu penanda keselamatan atau Safety sign, harus mudah dijangkau, terlihat
jelas baik dalam keadaan gelap ataupun terang