Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TEKNIK PELEDAKAN BATUAN

PELEDAKAN BATUAN PADA KEGIATAN PENAMBANGAN


BAHAN GALIAN INDSTRI

Dosen pengampu : Tommy Trides,S.T.,M.T.

Disusun Oleh :

Nama : Wita Rebekka Manalu

NIM : 1509055022

Prodi : S1 Teknik Pertambangan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah TEKNIK PELEDAKAN
BATUAN ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknik Peledakan Batuan di Program
Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Tommy Trides,S.T.,M.T.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Teknik Peledakan Batuan dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Samarinda, 17 Februari 2017


Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1.Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3


2.1. Defenisi Bahan Peledak ............................................................................................. 3
2.2. Penggunaan Bahan Peledak ...................................................................................... 3
2.3. Klasifikasi Bahan Peledak ........................................................................................ 4
2.4. Bahan Kimia yang digunakan sebagai Bahan Peledak .......................................... 5
2.5. Sifat Umum Bahan Peledak ...................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 10


3.1. Peledakan .................................................................................................................... 10
3.2. Tujuan Peledakan ...................................................................................................... 10
3.3. Alat-Alat Peledakan ................................................................................................... 11
3.4. Macam-Macam Bahan Peledak ................................................................................ 12
3.5. Penyempurnaan Rancangan Peledakan .................................................................. 13
3.6. Tahapan Peledakan ................................................................................................... 13
3.7. Bahan Galian Industri ............................................................................................... 16
3.8. Peledakan pada Bahan Galian Industri ................................................................... 18

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 18


4.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 19
4.2. Saran ........................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 20


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahan peledak adalah bahan/ zat yang berbentuk cair, padat, gas atau campurannya yang
apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan, gesekan akan berubah secara kimiawi
menjadi zat-zat lain yang lebih stabil, yang sebagian besar atau seluruhnya berbentuk gas
dan perubahannya tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat yang disertai
efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.

Peledakan adalah kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan


bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan akan
mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan
metode peledakan yang diterapkan. Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan
peledakan perlu hendaknya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal
tersebut. Peralatan peledakan (blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan
berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan
perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kali proses peledakan atau tidak
bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan dan
peralatan yang diperlukan berbeda-beda.

Penggunaan bahan peledak dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Untuk kegiatan militer
2. Untuk kegiatan non-militer

Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan:


1. Komposisi bahan kimia
2. Kecepatan rambat
3. Kepekaan

Akan tetapi, bahan penyusun dari peledak itu sendiri terdiri dari banyak komponen atau
zat yang memiliki sifat yang reaktif dan tidak stabil yang antara lain akan dibahas dalam
makalah ini, uranium, plutonium, asam sulfat, ammonium nitrat, TNT, nitrogliserin dan
fosfor kuning.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dikaji secara mendetail tentang teknik
peledakan pada kegiatan penambangan bahan galian industri dan bagaimana seragkaian
proses yang terjadi di dalamnya.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui defenisi bahan peledak dan peledakan
2. Mengetahui karakteristik dan sifat-sifat bahan peledak
3. Mengetahui klasifikasi bahan peledak
4. Mengetahui tahapan peledakan
5. Megetahui proses peledakan batuan pada bahan galian industri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Bahan Peledak

Bahan peledak didefinisikan sebagai bahan peledak kimia yang mempunyai arti suatu
bahan kimia dengan senyawa tunggal atau campuran, mempunyai bentuk padat, cair,
atau juga campurannya yang jika diberi suatu aksi baik itu berupa panas, benturan,
gesekan, ataupun ledakan awal maka akan mengalami suatu reaksi kimi eksotermis yang
sangat cepat dengan hasil reaksi dapat terjadinya sebagaian atau sepenuhnya gas yang
disertai panas dan tekanan yang sangat tinggi namun secaa kimi stabil.

Menurut Groiler family dalam encyclopedia tahun 1995 bahan peledak diartikan bahan
yang stabil yang apabila dikenai suatu stimulasi secara benar, maka dengan cepat akan
berubah dari padat atau cair menjadi gas yang panas dan ekspansif, yang mengakibatkan
tekanan disekitarnya.

Suatu ledakan yang dihasilkan dari gas dapat menimbulkan panas sekitar 4000C dengan
tekanan yang mungkin dicapai 100.000 atm dan energi berkisar 25.000 MW. Namun
perlu diperhatika jika energi yang sebesar itu bukan energi yang memang tersimpan
didalam bahan peledak tersebut, melainkan dari adanya reaksi peledakan yang sangat
cepat. Karena itu kekuatan dari energi tersebut hanya terjadi ketika beberapa detik saat
ledakan terjadi karena lambat laun kekuatan itu akan berkurang.

2.2. Penggunaan Bahan Peledak


Bahan peledak banyak digunakan untuk kegiatan militer maupun kegiatan non-militer.
1. Jenis bahan peledak untuk kebutuhan militer dapat digolongkan ke dalam 3 jenis,
yaitu:
Ledakan rendah (single base, double base, triple base dan composite)
Ledakan tinggi
Komposisi piroteknik
2. Bahan peledak non-militer biasanya digunakan dalam kegiatan pembangunan/
kesejahteraan dan industri-industri lain.
2.3. Klasifikasi Bahan Peledak
1. Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimia, bahan peledak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Senyawa tunggal terdiri dari satu macam senyawa saja yang sudah merupakan
bahan peledak. Senyawa tunggal ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Senyawa anorganik misalnya: PbN5, Amonium nitrat.
Senyawa organik misalnya: Nitrogliserin, trinitritoluena, dll.
b. Campuran yang merupakan penggabungan dari berbagai macam senyawa
tunggal. Misalnya: dinamit, black powder, ANFO, dll.

2. Berdasarkan Kecepatan Rambat


Berdasarkan kecepatan rambat tersebut, bahan peledak dibagi menjadi:
a. Bahan peledak rendah (low eksplosive)
Bahan peledak yang kecepatan rambat reaksinya rendah. Bahan peledak rendah
umumnya digunakan sebagai bahan pendorong atau propelan. Misalnya: black
powder, propelan (single base, double base).
b. Bahan peledak tinggi (high eksplosive) yang terdiri dari:
Bahan peledak non initial
Bahan peledak penghantar
Bahan peledak penghancur
Bahan peledak initial

3. Berdasarkan Kepekaan
Berdasarkan kepekaan, bahan peledak dibagi menjadi:
a. Peledak pertama
Peledak inisiasi, yaitu bahan peledak yang mudah meledak dengan adanya api,
benturan, gesekan dan semacamnya. Bahan ini biasanya digunakan sebagai
muatan primer dalam pemicu.
b. Peledak kedua
Peledak non inisiasi, yaitu bahan peledak yang meledak apabila telah dipicu oleh
peledak pertama.
2.4. Bahan Kimia yang digunakan Sebagai Peledak
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa bahan kimia yang digunakan sebagai bahan
peledak, antara lain:
A. Uranium
Uranium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
U dan nomor atom 92. Sebuah logam berat, beracun, berwarna putih keperakan dan
radioaktif alami. Uranium termasuk ke seri aktinida (actinide series). Uranium
digunakan sebagai bahan bakar reaktor nuklir dan senjata nuklir.Uranium biasanya
terdapat dalam jumlah kecil di bebatuan, tanah, air, tumbuhan dan hewan (termasuk
manusia).

B. Plutonium
Plutonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang
Pu dan nomor atom 94. Ia merupakan unsur radioaktif transuranium yang langka
dan merupakan logam aktinida dengan penampilan berwarna putih keperakan dan
merupakan bahan mudah terbakar.

Plutonium-239 merupakan fisil, yakni ia dapat memecah (fisi) ketika dibombardir


oleh neutron termal, melepaskan energi, radiasi gamma, dan neutron yang lebih
banyak. Oleh karena itu, dia dapat mempertahankan reaksi rantai nuklir setelah
mencapai massa kritis. Sifat-sifat inilah yang memungkinkan plutonium digunakan
sebagai senjata nuklir dan digunakan pada beberapa reaktor nuklir.

Sejumlah kecil plutonium dapat ditemukan di alam, karena ia merupakan produk


minor peluruhan pada bijih uranium.Satu kilogram Pu-239 dapat menghasilkan
ledakan yang setara dengan 20,000 ton TNT. Jumlah energi yang sangat besar ini
membuat Pu-239 sangat berguna pada reaktor dan senjata nuklir.

Unsur 94 (plutonium) pertama kali disintesis oleh sekelompok ilmuwan yang


dipimpin oleh Glenn T. Seaborg dan Edwin McMillan di Universitas California,
Berkeley pada tahun 1940. McMillan kemudian menamai unsur baru tersebut
plutonium (atas nama Pluto). Penemuan plutonium kemudian menjadi bagian penting
dalam Proyek Manhattan untuk mengembangkan bom atom selama Perang Dunia II.
Uji nuklir pertama, "Trinity" (Juli 1945), dan bom atom kedua ("Fat Man") yang
digunakan untuk menghancurkan kota Nagasaki (Agustus 1945) memiliki inti Pu-
239.

C. Asam Sulfat (H2SO4)


Asam sulfat merupakan asam kuat yang sangat eksotermik. Asam sulfat berguna
untuk pembuatan accu, bahan penghilang, pembuatan super pospat, pembuatan
H3PO4, dll. Selain berguna untuk pembuatan di atas, asam sulfat juga berguna untuk
bahan peledak. Asam sulfat adalah bahan campuran dalam pembuatan peledak, yaitu
dengan dinitrasi pada kondisi tertentu dengan menggunakan campuran asam nitrat
dan asam sulfat.

D. Ammonium Nitrat ((NH4)NO3)


Ammonium nitrat merupakan padatan berwarna putih berupa Kristal yang mudah
menyerap air (higroskipis). Sebagian besar produk ammonium nitrat digunakan
sebagai peledak dan sebagian kecil digunakan sebagai campuran pupuk dan pembius.

Ammonium nitrat merupakan bahan peledak yang cukup aman, tidak begitu
berbahaya, namun mempunyai daya ledak yang cukup besar. Ammonium nitrat lebih
dikenal dengan nama dinamit. Ammonium nitrat merupakan bahan kimia yang peka
terhadap panas dan pengaruh mekanis dan tumbukan. Apabila Ammonium nitrat +
TNT dengan perbandingan 1:1, maka akan terbentuk amatol, yaitu bahan peledak
yang sangat eksplosif.

Reaksi pembuatan Ammonium nitrat:


H3 + HNO3 ==> (NH4)NO3

E. Trinitro Toluen (TNT)


Trinitro toluen merupakan turunan penting dari toluen yang digunakan sebagai bahan
peledak. Trinitro toluen (TNT) diperoleh dari nitrasi atom-atom H pada inti benzene
diganti oleh gugus NO2, yang kemudian menghasilkan TNT.
F. Nitrogliserin
Nitrogliserin digunakan sebagai bahan peledak yang cukup aman, Campuran
nitrogliserin dan nitroselulosa merupakan bahan yang umum digunakan dalam
industri bahan peledak. Nitrogliserin merupakan bahan dasar utama dalam
pembuatan propelan jenis double base.

Nitrogliserin dapat dihasilkan melalui proses nitrasi pada kondisi tertentu dengan
menggunakan campuran asam nitrat dan asam sulfat.

G. Fosfor Kuning (P4)


Fosfor kuning merupakan zat padat, Kristal, berwarna putih sampai warna kuning
muda. Lunak dan bila terkena udara, warna berubah agak gelap. Fosfor kuning
bersifat beracun dan mudah terbakar. Fosfor kuning sangat rekatif, stabil pada suhu
kamar dalam wadah tertutup. Banyak dipakai untuk memproduksi mercon, racun
tikus dan pupuk.

H. Aseton Peroksida
Aseton peroksida merupakan bahan peledak yang sering digunakan oleh teroris
dalam meledakkan pesawat terbang. Aseton peroksida sangat sensitive terhadap
gesekan, goncangan dan panas sehingga mudah meledak. Ledakan yang sangat kuat
terjadi karena seketika terkena api, asam peroksida akan berdekomposisi menjadi
H2O dan CO2, ini melibatkan pertambahan volume yang sangat cepat (dari padat
menjadi gas). Senyawa asam peroksida adalah senyawa yang sangat mudah
terbentuk.

Pembuatannya:
Aseton (l) + Hidrogen peroksida (l) + Asam (sebagai katalis) Aseton peroksida(s)

Bahan Peledak Industri


Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat khusus untuk
keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan industri lainnya, di luar
keperluan militer. Sifat dan karakteristik bahan peledak tetap melekat pada jenis bahan
peledak industri. Dengan perkataan sifat dan karakter bahan peledak industri tidak jauh
berbeda dengan bahan peledak militer, bahkan saat ini bahan peledak industri lebih
banyak terbuat dari bahan peledak yang tergolong ke dalam bahan peledak berkekuatan
tinggi (high explosives).

Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) seperti terlihat pada Gambar 1.1
dapat dijadikan contoh pengklasifikasian bahan peledak untuk industri.

BAHAN PELEDAK

BAHAN PELEDAK AGEN BAHAN PELEDAK PENGGANTI BAHAN


KUAT PELEDAKAN KHUSUS PELEDAK

TNT ANFO Seismik Compressed


Dinamit air / gas
Slurries Trimming
Gelatine Expansion
Emulsi Permissible
agents
Hybrid ANFO Shaped charges
Mechanical
Binary
Slurry mixtures methods
LOX Water jets
Liquid Jet piercing

Gambar 1.1. Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988)

2.5. Sifat Umum Bahan Peledak


Pemilihan jenis bahan peledak untuk suatu operasi peledakan tertentu memerlukan
pengkajian teliti terutama mengenai sifat-sifat penting daripada bahan peledak yaitu :
a. Strength, adalah kekuatan bahan peledak untuk meledakkan suatu batuan atau obyek
yang dinyatakan dalam prosentase berat nitrogliserin yang terdapat dalam suatu
bahan peledak straight Dinamit.
b. Sensitivity, adalah ukuran atau tingkat kemudahan suatu bahan peledak untuk
meneruskan reaksi peledakan sehingga dapat mengakibatkan bahan peledak itu
meledak, Sensitivity suatu bahan peledak sangat berpengaruh terhadap pukulan,
gesekan, panas, medan listrik, nyala dan getaran.
c. Density, adalah bahan peledak satuan volume tertentu, untuk menunjukkan density
bahan peledak biasanya kita temui istilah catridge count atau stik count yang
artinya menunjukkan jumlah catridge bahan peledak tersebut ukuran 1 X 8 yang
terdapat dalam peti dengan berat bersih 50 lb. Dengan demikian makin tinggi
catridge makin rendah density bahan peledak.
d. Detonation Velocity, adalah kecepatan rambat gelombang ledakan melalui kolom
bahan peledak, makin tinggi kecepatan rambat gelombang ledakan suatu bahan
peledak makin kuat bahan peledak tersebut.
e. Stabilitas, adalah kestabilan senyawa kimia bahan peledak untuk tidak mudah
bereaksi dan berdekomposisi terhadap pengaruh luar seperti panas, dingin dan lain
sebagainya. Makin stabil peledak tersebut makin mudah penanganan serta
penyimpanan bahan peledak tersebut dan makin aman.
f. Water Resistance, adalah ketahanan bahan peledak terhadap air atau uap air baik
dalam penyimpanan maupun penggunaannya, ketahanan terhadap air ini dipengaruhi
oleh sifat kimia bahan peledak itu sendiri.
g. Fumes Characteristic, adalah suatu bahan peledak menunjukkan jumlah gas-gas
beracun seperti CO, NOx yang terjadi setelah bahan peledak tersebut diledakkan.
Selain fumes atau gas beracun, peledakan juga menghasilkan gas-gas yang tidak
beracun yang disebut smoke misalnya H2O, CO2,
h. Permisibilitas, adalah merupakan syarat yang sangat penting bagi bahan peledak
yang dipakai untuk penambangan batubara, dimana ledakannya tidak akan
menyebabkan kebakaran atau ledakan tambang tersebut, karena biasanya terdapat gas
methan dan debu batubara.
i. Hygros Copicity, adalah sifat bahan peledak yang mudah bereaksi/berpengaruh
terhadap lingkungan luar khususnya terhadap kelembaban udara (uap air).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.Peledakan
Peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan
mengggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batua akan mencapai hasil optimal apabila peralatan yang dipakai sesuai dengan metode
peledakan yang diterapkan.

Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendakanya terlebih


dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut. Peralatan peledakan adalah alat
alat yang digunakan berulang kali misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya
,sedangkan perlengkapan hanya digunakan satu kali proses peledakan atau tidak bisa
digunakan berulang ulang kali.

Secara garis besar, sesuai dengan perkembangan teknologi, metode peledakan dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Metode sumbu api (cap & fuse method)
2. Metode sumbu ledak
3. Metode listrik
4. Metode non listrik (Nonel)

3.2. Tujuan Peledakan


Tujuan kegiatan peledakan adalah untuk melepaskan batuan dari batuan induknya agar
mendapatkan hasil yang baik dan tidak menimbulkan suatu bahaya fly rock sebagai efek
samping.

Pada pembongkaran batuan dengan metode pemboran dan peledakan ukuran fragmentasi
batuan hasil peledakan merupakan suatu faktor yang sangat penting, dimana ukuran
fragmentasi batuan diharapkan sesuai dengan kebutuhan pada kegiatan penambangan
selanjutnya yaitu pemuatan dan pengangkutan.
Kegiatan peledakan pada massa batuan mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Membongkar atau melepaskan batuan (bahan galian) dari batuan induknya.
2. Memecah dan memindahkan batuan.
3. Membuat rekahan.

Bahan peledak merupakan sarana yang efektif sebagai alat pembongkar batuan dalam
industri penambangan. Oleh karena itu, perlu dimanfaatkan sebagai barang yang
berguna, disamping juga merupakan barang yang berbahaya. Untuk itu dalam
pelaksanaan pekerjaan peledakan harus hati-hati sesuai dengan peraturan dan teknik-
teknik yang diterapkan, sehingga pemanfaatannya lebih efisien dan aman.

Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari tujuan peledakan dan pekerjaan atau
proses lanjutan setelah peledakan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum
sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Karakteristik batuan yang diledakkan.
2. Karakteristik bahan peledak yang digunakan.
3. Teknik atau metoda peledakan yang diterapkan.

Suatu proses peledakan biasanya dilakukan dengan cara membuat lubang tembak yang
diisi dengan sejumlah bahan peledak, dengan menerapkan metode peledakan, geometri
peledakan dan jumlah bahan peledak yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.

3.3. Alat-Alat Peledakan


1. Electric Detonator adalah alat yang berfungsi sebagai pemula ledak yang dilekatkan
pada dynamit. Jenis yang digunakan yaitu Aluminium Short Delay Detonator dengan
strenght No.8, Delay 0-11, produksi Hiderabad India Limited.
2. Kabel Penghantar (connecting wire) adalah kabel yang menghubungkan setiap leg
wire yang seterusnya menuju leading wire dan berakhir pada blasting
machine.Panjangnya 100 yard/roll,dengan diameter 0,6 mm.
3. Isolasi digunakan untuk membungkus sambungan kabel agar tidak terjadi hubungan
singkat arus listrik pada saat peledakan.
4. Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO)
ANFO merupakan bahan peledak yang dihasilkan dari campuran antara Amonium
Nitrat dan Fuel Oil (solar) dengan perbandingan (ZOB) :
AN = 94,5 % : FO = 5,5 %
5. Damotin (Dynamit Amonium Gelatin)
Damotin yang dugunakan merupakan campuran dari Nitroglyserin, Dinitroglyserin,
Amonium Nitrat, dan Wood pulp. Bahan peledak ini berbentuk batangan atau dodol
dengan diameter 32 mm dan panjang 200 mm. Mempunyai kecepatan detonasi
yang tinggi, sehingga menyebabkan aksi penghancuran yang cepat.

3.4.Macam-Macam Bahan Peledak


Karena Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran
berbentuk padat, cair, gas atau campurannya yang apabila dikenai suatu aksi panas,
benturan, gesekan atau ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis
sangat cepat yang hasil reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan disertai
panas dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Bahan peledak merupakan bahan yang sangat berbahaya dan perlu diawasi sejak dari
pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, penggunaan sampai dengan pemusnahannya.
Oleh karena itu, sistem pembinaan dan pengawasannya harus tepat dan ketat, sehingga
dapat diperkecil kemungkinan untuk bisa disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Sebagai Dual Munition agent, di satu sisi bahan peledak bermanfaat
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional, namun akan sangat
berbahaya apabila disalahgunakan terutama untuk kepentingan kegiatan terrorism.
Sesuai Undang-undang Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan, maka pengawasan dan
pengendalian terhadap pengelolaan bahan peledak dilaksanakan secara terko-ordinasi
terpadu antar instansi dan dikoordinasikan oleh Dephan,berikut ini adalah bahan peledak:
a. Electric Detonator adalah alat yang berfungsi sebagai pemula ledak yang dilekatkan
pada dynamit. Jenis yang digunakan yaitu Aluminium Short Delay Detonator dengan
strenght No.8, Delay 0-11, produksi Hiderabad India Limited.
b. Kabel Penghantar (connecting wire) adalah kabel yang menghubungkan setiap leg
wire yang seterusnya menuju leading wire dan berakhir pada blasting
machine.Panjangnya 100 yard/roll,dengan diameter 0,6 mm.
c. Isolasi digunakan untuk membungkus sambungan kabel agar tidak terjadi hubungan
singkat arus listrik pada saat peledakan.
d. Amonium Nitrat Fuel Oil (ANFO)
ANFO merupakan bahan peledak yang dihasilkan dari campuran antara Amonium
Nitrat dan Fuel Oil (solar) dengan perbandingan (ZOB) :
AN = 94,5 % : FO = 5,5 %
e. Damotin (Dynamit Amonium Gelatin)
Damotin yang dugunakan merupakan campuran dari Nitroglyserin, Dinitroglyserin,
Amonium Nitrat, dan Wood pulp. Bahan peledak ini berbentuk batangan atau dodol
dengan diameter 32 mm dan panjang 200 mm. Mempunyai kecepatan detonasi
yang tinggi, sehingga menyebabkan aksi penghancuran yang cepat.

3.5. Penyempurnaan Rancangan Peledakan


Untuk menyempurnakan rancangan peledakan, dapat dilakukan dengan merancang
kembali rangkuman data, tentang :
1. Jarak batu-batuan melayang (fly rock)
2. Fragmentasi yang dihasilkan
3. Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan
4. konfigurasi tumpukan tanah (muckpile)
5. kemudahan penggalian
6. bahan peledak yang gagal meledak
7. sumber material oversize dan overbreak
8. kinerja peledakan
9. biaya keseluruhan dari pemboran, peledakan, dan penggalian
10. mengendalikan getaran
11. Mencegah batu-batu melayang dan hilangnya energi
12. melindungi lapisan bahan galian

3.6. Tahapan Peledakan


a. Pembersihan lokasi yang akan diledakkan
Lokasi yang akan diledakkan (blasting) terlebih dahulu dibersihkan dari material sisa
yang mengganggu dengan bantuan bulldozer.
b. Penentuan Titik Bor
Titik bor ditentukan setelah pembersihan area yang akan diledakkan agar alat bor
lebih dalam membornya, dan hasil ledakan agar semaksimal mungkin sempurna
sesuai jenis material dan desain yang dipakai, penentuan titik bor biasanya
menggunakan tali seperti pita dengan tiga orang dan ditandai dengan potongan pita
yang ikat dengan batu. Seperti gambar dibawah ini yang menggunakan pola
peledakan yanng digunakan adalah pola zigzag.

c. Proses Drilling
Proses pengeboran sesuai dengan titik yang sudah ditentukan, dan salah satu alat bor
yang dipakai dalam pembuatan lubang bor adalah Terex reedrill DR 069 dengan
diameter bor 20 cm.
d. Pengisian Bahan Peledak
Pengisian bahan peledak ini dengan menggunakan MMU (Mobil Mixing Unit)
dengan bahan peledak Amunium Nitrate.

e. Persiapan Peledakan
Persiapan peledakan yaitu meliputi pemasangan kabel-kabel antar lubang ledak dan
memastikan kabel tersebut tertutup dengan baik.
f. Pengamanan Area
Didalam pengamanan area yang akan diledakkan ada aturan yang harus diterapkan
yaitu pengamanan area front peledakan dan manusia dan alat yang beroperasi diarea
tidak aman untuk peledakan, dan menjaga semua jalan masuk yang mengarah ke area
peledakan dari warga sekitar dan lalu lintas warga yang beraktifitas pada area tidak
aman, area aman peledakan untuk manusia berjarak 500 meter dari area peledakan
sedangkan untuk alat 300 meter dari area peledakan.
g. Peledakan
Setelah semua aman dan dikosongkan dari alat dan manusia maka siap untuk
diledakkan.

3.7. Bahan Galian Industri


Pembentukan bahan-bahan galian di bumi ini pada prinsipnya sama dengan proses
pembentukan batuan dan mineralnya. Bahan-bahan galian dapat berbentuk batuan atau
mineral. Yang dimaksud dengan bahan galian ialah mineral-mineral atau batuan dalam
bentuk aslinya dapat ditambang untuk keperluan kehidupan manusia. Bijih adalah bagian
dari bahan galian yang dapat memberi logam kepada kita yang beguna. Bahan galian
industri ialah bahan galian yang banyak digunakan dalam perindustrian; sedangkan
bahan galian yang banyak digunakan untuk keperluan teknik sipil umpamanya bantuan
untuk penghias bangunan (ornamen) dan lain-lain, digolongkan dalam batuan bangunan
atau ornamental stones.
Bahan galian di dalam kerak bumi itu beraneka ragam jenisnya. Akan tetapi jika ditinjau
menuut cara terjadinya maka bagian dapat dibedakan menjadi 4 golongan ialah:
a. Bahan Galian Primer
Terjadi dari hasil pembekuan magma. Magma adalah sejenis leburan silikat panas,
alamiah, terdapat di dalam bumi; dan merupakan sumber dari semua unsur kimia
dalam mineral. Proses pembekuan berlangsung apabila magma tersebut mengalami
penurunan suhu, misalnya ketika menerobos ke dalam lapisan kulit bumi atau
bersentuhan dengan atmosfer. Akibatnya terjadilah tubuh batuan beku, yang
membentuk di dalam kerak bumi. Demikian pula proses terjadinya bahan galian,
tergantung mineral-mineral apa yang banyak dikandung oleh magma yang membeku
tersebut. Jika banyak mineral-mineral mengandung emas dan perak maka terjadilah
endapan bahan galian emas dan perak, jika banyak mineral-mineral mengandung
nikel maka terjadilah endapan bahan galian nikel, jika banyak mineral-mineral
mengandung tembaga maka terjadilah endapan bahan galian tembaga; jika banyak
timah terjadi endapan bahan galian timah dan sebagainya.

b. Bahan Galian Sekunder


Terbentuknya karena adanya perombakan (pelapukan dan erosi) singkapan dari
batuan yang telah ada karena berhubungan langsung dengan atmosfera, hidrosfera dan
biosfera. Biasanya untuk pembentukan endapan bahan galian sekuder ini diperlukan
batuan sumber (source rock) di daerah daratan. Batuan sumbernya dapat berupa
batuan beku, malihan dan batuan sedimen. Proses perombakan terjadi karena proses
fisika, kimia dan arena hasil kerja jasad hidup. Hasil perombakannya berbentuk padat
dna lepas-lepas seterusnya akan mengalami proses pengangkutan ke tempat lain;
biasanya di tempat cekungan yang lebih rendah letaknya akan terendapkan, misalnya
di dasar sungai, danau dan pantai. Endapan bahan galian jenis ini terkenal pula
disebut dengan endapan letakan (placer) atau endapan alluvial. Misalnya endapan
timah putih di pulau Bangka dan Belitung dan Singkep; intan di Martapura dan lain-
lain.

c. Bahan Galian Malihan


Ialah bahan galian yang terjadi karena perubahan bentuk, akibatnya adanya perubahan
suhu, dan tekanan. Faktor ini dapat bekerja sendiri-sendiri atau gabungan, Misalnya
karbon dapat berubah menjadi grafit atau intan; batu gamping berubah menjadi
marmer; dan contoh bahan galian malihan yang lain, kwarsit, batu sabak, mika, talk,
asbes, dan lain-lain.

d. Bahan Galian Sedimenter


Bahan galian yang terjadi benar-benar ada pengertian pengendapan dari atas ke bawah
di dalam larutan. Misalnya batubara, oli shale, minyak bumi, garam-garam dan
sebagainya.

3.8. Peledakan pada Bahan Galian Industri


Umumnya bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga ada yang
terdapat dan terkumpul di bawah permukaan tanah yang relatif agak dalam. Selain itu
bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang lunak bahkan setengah kompak. Karena
terdesak keperluan bahkan ada galian yang berada di bawah air. Atas dasar cara
kerjanya, bahan galian industri biasanya ditambang dengan cara : digali, disemprot
dengan pompa bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.

Berdasarkan tempat kegiatan penambangan, maka eksploitasi juga dilakukan dengan cara
tambang terbuka, tambang bawah tanah, da juga peledakan. Tambang terbuka, semua
kegiatan penambangan dilakukan di permukaan bumi. Pada kegiatan penambangan ini
khususnya untuk bahan galian industri disebut sebagai kuari. Berdasarkan atas produk
yang dihasilkan, letak dan bentuknya dibagi menjadi kuari tipe sisi bukit, dan kuari tipe
lubang galian.

Sedangkan tambang bawah tanah, dikenal dengan lubang tikus (atau geophering), yang
diterapkan untuk endapan bahan galian industri atau urat bijih dengan bentuk dan ukuran
tidak teratur serta tersebar tidak merata. Arah penambangan biasanya mengikuti arah
bentuk endapan atau urat bijih yang ditambang. Beberapa contoh penambangan sistem
lubang tikus antara lain terdapat pada tambang posphat di daerah Ciamis, Jawa Barat.

Dalam melaksanakan tambang terbuka dengan tahapan kerja yang dilakukan adalah:
pengupasan tanah penutup (atau land clearing). Bagian tanah penutup yang subur setelah
dikupas, dipindahkan ke tempat penimbunan. Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi
yakni untuk dapat dilakukannya proses pemecahan suatu material (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau operasi peledakan batuan akan kegiatan pencarian
dalam rangka penyelidikan dan penjajahan wilayah atau daerah yang diperkirakan
mengandung mineral, cadangan bahan tambang atau berbagai hal yang menjadi target,
dari mulai lapisan tanah luar (overburden) sampai lapisan tanah dalam dan nantinya
menjadi daerah prospek atau wilayah yang memiliki cadangan yang memungkinkan
dilakukan proses eksploitasi.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair, atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau
ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat
tinggi yang secara kimia lebih stabil.

Bahan peledak industri adalah bahan peledak yang dirancang dan dibuat khusus untuk
keperluan industri, misalnya industri pertambangan, sipil, dan industri lainnya, di luar
keperluan militer.

Reaksi peledakan berupa reaksi eksotermis, yaitu reaksi kimia yang menghasilkan panas.
Hasil peledakan tergantung pada kondisi eksternal saat pekerjaan tersebut dilakukan
karena kondisi eksternal akan mempengaruhi kualitas bahan kimia pembentuk bahan
peledak tersebut.

Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang menimbulkan
pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.

Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat reaksinya menjadi
bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak lemah (low explosives).

4.2. Saran
Adapun saran untuk pemakalah selanjutnya adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya menggunakan beberapa sumber sebagai pembanding referensi
2. Sebaiknya mencantumkan secara detail proses peledakan pada bahan galian industri.
3. Sebaiknya materi dikonsultasikan kepada para ahli.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Peledakan. http://aysigahat.blogspot.co.id/2013/04/makalah-peledakan.html


diakses pada tanggal 16 Februari 2017

Anonim. 2015. Bahan Galian Industri. http://infotambang.com/bahan-galian-industri-p334-


151.htm diakses pada tanggal 16 Februari 2017

Ismail, Rahmat. 2015. Teknik Peledakan. http


://rachmatrisejet.blogspot.co.id/2013/07/teknik-peledakan_15.html diakses pada
tanggal 16 Februari 2017

Manon, J.J., 1978, Explosives: their classification and characteristics. E/MJ Operating
Handbook of Underground Mining, New York, USA.

White, T. E and Robinson, P, 1988, Modern Commercial Explosives & Accessories,


Explosives Engineering Handbook, Institute of Explosives Engineers.

Anda mungkin juga menyukai