Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

K3 PERTAMBANGAN
KESEHATAN PELEDAK

Disusun Oleh :

Kuja Nisfhia Cahyani 1813201036


Aprilia Andini K 1813201066
Pransiska Widiani 1813201041

PRODI K3
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM
SAMARINDA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Samarinda, 03 November 2020,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................…..................… i
DAFTAR ISI...........................................................................…..............…. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang....................................................................……..….…. 1
B. Perumusan Masalah...............................................................….……... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................….....……. 2
BAB II
ISI
A. Pengertian Bahan Peledak……………………………………………. 3
B. Klasifikasi……………………………………………………………… 3
C. Kegunaan………………………………………………….…………… 5
D. Peralatan dan Perlengkapan…………………………….…………… 6
E. Cara Peledakan……………………………………………..…………. 8
F. Pekerjaan Setelah Peledakan………………………………..……….. 11
G. Peranan K3……………………………………………………...…….. 11
H. Potensi Bahaya…………………………………………………..……. 14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................….…… 15
B. Saran…………………………………………………………….….….. 15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Industri pertambangan sangat memperhatikan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja bagi para pekerjanya. Perusahaan akan selalu berusaha agar para pekerjanya
selalu selamat dan sehat, artinya bahwa tidak terjadi kecelakaan (zero accident),
maupun penyakit akibat kerja.
Kecelakaan tambang maupun penyakit akibat kerja akan menimbulkan kerugian –
kerugian pada perusahaan bila ditinjau dari aspek biaya, baik berupa direct cost
maupun indirect cost.
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatumaterial (batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai
sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan
Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan peledakan perlu hendaknya
terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut.
Peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan
berulang kali, misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan
perlengkapan peledakan hanya dipergunakan dalam satu kaliproses peledakan atau
tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk setiap metode peledakan, perlengkapan dan
peralatan yang diperlukan berbeda-beda.
Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya.Oleh karena itu, harus
dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati agar tidak terjadi kegagalan atau
bahkan kecelakaan. Untuk itu operator yang melakukan pekerjaan peledakan harus
mengerti benar tentang cara kerja, sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan.
Karena persiapan peledakan yang kurang baik akan menghasilkan bisa menyebabkan
hasil yang tidak sempurna serta mengandung resiko bahaya terhadap keselamatan
pekerja maupun peralatan.
Dalam hal ini pemilihan metode peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan
dan perlengkapan juga berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bahan peledak ?

1
2. Apa saja Klasifikasi dari bahan peledak ?
3. Apa saja kegunaan bahan peledak ?
4. Apa saja peralatan dan perlengkapan bahan peledak ?
5. Apa saja cara peledakan ?
6. Apa saja pekerjaan setelah peledakan ?
7. Apa saja peranan K3 dalam peledakan ?
8. Apa saja potensi bahaya pada peledakan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bahan peledak
2. Untuk mengetahui klasifikasi bahan peledak
3. Untuk mengetahui kegunaan bahan peledak
4. Untuk mengetahui peralatan dan perlengkapan bahan peledak
5. Untuk mengetahui cara peledakan
6. Untuk mengetahui pekerjaan yang dilakukan seetelah peledakan
7. Untuk mengetahui peranan K3 di dalam peledakan
8. Untuk mengetahui potensi bahaya pada peledakan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Peledak
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material(batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai
sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.
Salah satu contoh peraturan perundang-undangan yang menyangkut bahan
peledak dan peledakan yang dapat dipergunakan adalah : Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/MPE/1995, tanggal 22 Mei 1995 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum.
Menurut Peraturan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia No.2 Tahun
2008 Tentang pengawasan, pengendalian dan pengamanan bahan peledak
komersial,bahwa bahan peledak merupakan barang yang sangat berbahaya dan rawan,
sehingga untuk kepentingan keamanan dan ketertiban penggunaan bahan peledak
komersial diperlukan adanya pengawasan dan pengendalian secara khusus
Bahan peledak yang dimaksudkan adalah bahan peledak kimia yang didefinisikan
sebagai suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk padat, cair, atau
campurannya yang apabila diberi aksi panas,benturan, gesekan atau ledakan awal
akan mengalami suatu reaksi kimia eksotermis sangat cepat dan hasil reaksinya
sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat tinggi yang
secara kimia lebih stabil.
Jarak aman peledakan yang diizinkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor
1827/K/30/MEM/2018 adalah 500 meter terhadap manusia dan/atau diperbolehkan
berdasarkan kajian teknis. Untuk meningkatkan produksi batu kapur SMBR akan
melakukan kegiatan peledakan pada jarak ±100 meter dari pemukiman masyarakat.

B. Klasifikasi Bahan Peledak


Berdasarkan kelasnya bahan peledak dapat digolongkan sebagai berikut yaitu :
a) Berdasarkan pemakaiannya :
 Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer missal untuk
peperangan, demolation, melukai, membunuh, (bom napalm, granat dsb.)

3
 Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian industri
pertambangan, konstruksi dll.
b) Berdasarkan kecepatan rambatannya :
 High explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah
peledak berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta
menciptakan tekanan pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak
rendah yang memiliki tingkat reaksi yang jauh lebih rendah.
Bahan peledak Primer tinggi bahan peledak sangat sensitif, dapat diledakkan dengan
mudah dan biasanya digunakan hanya pada detonator listrik.
Sekunder-tinggi bahan peledak kurang sensitif, memerlukan kejutan gelombang
energi tinggi untuk mencapai ledakan.
 Low Explosive adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai
kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik.
Bandingkan dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan
detonasi antara 1.000-8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering
disebut propelan (pendorong), Sebab, jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan
sebagai propelan peluru dan roket.Jenis bahan peledak low explosive yang dikenal
adalah black powder (gun powder) dan smokeless powder.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak digunakan
sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat, Pasuruan dan sekitarnya, bahan
peledak ini digunakan sebagai bahan pembuatan mercon banting serta bom ikan.
Black powder adalah jenis bahan peledak tertua, yang ditemukan oleh bangsa China
pada abad ke-9, sebagai bahan pembuatan petasan dan kembang api.
c) Berdasarkan komposisinya :
 Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu
senyawa misal, PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro Toluena).
 Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai
senyawa tunggal seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium
Nitrate Fuel Oil).
d) Berdasarkan kepekaannya dibagi menjadi dua yaitu :
 Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api,
panas benturan , gesekan dsb à misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6,
Hg(ONC)2.

4
 Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan
meledak setelah terjadi peledakan sebelumnya à misal: ANFO, Dynamit dsb.

C. Kegunaan Bahan Peledak


Berdasarkan kegunaannya, dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
1. Bahan peledak (Blasting) ,yaitu bahan peledak yang digunakan untuk
pertambangan.
2. Bahan peledak (Catridge), digunakan sebagai pembentuk metal projectile yang
berkemampuan tembus atau potong.
3. Bahan peledak (Propellant), digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam
peluru senjata atau motor roket.
4. Bahan peledak (Fuse), bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk
panas, gas, warna dan sebagainya.
5. Bahan peledak (Pyrotechnic), bahan peledak yang digunakan sebagai pemula
suatu rangkaian proses peledakan.

a) Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi


1. Faktor Eksplorasi : penyelidikan lebih rinci dari penemuan dan penyelidikan
umum atas endapan suatu bahan galian. Eksplorasi meliputi kegiatan mengetahui
ukuran, bentuk, letak, jumlah cadangan dan mutu endapan bahan galian. Kegiatan
eksplorasi meliputi penilaian geofisika, pemboran inti penggalian sumuran dan atau
pembuatan parit-parit uji dan dapat pula meliputi pengambilan conto dalam jumlah
besar (conto meruah).
2. Eksplorasi akhir : penyelidikan rinci atas daerah endapan batubara atau endapan
bahan galian lainnya, sesuai hasil penyelidikan tahap sebelumnya. Eksplorasi akhir
biasanya memakan biaya yang sangat tinggi untuk pemboran, percontoan, pemetaan,
penggalian parit percontoan dan sebagainya.
b) Kegunaan bahan peledak untuk exspoitasi
Umumnya, bahan galian industri terdapat di dekat permukaan tetapi juga ada yang
terdapat dan terkumpul di bawah permukaan tanah yang relatif agak dalam. Selain itu
bahan galian tersebut ada yang keras. Ada yang lunak bahkan setengah kompak.
 Atas dasar cara kerjanya, bahan galian industri biasanya ditambang dengan cara:
digali, disemprot dengan pompa bertekanan tinggi, dan disedot dengan pompa hisap.

5
 Berdasarkan tempat kegiatan pertambangan, maka eksploitasi juga dilakukan
dengan cara Tambang Terbuka, Tambang Bawah Tanah dan juga Peledakan.
Tambang terbuka, semua kegiatan penambangan dilakukan di permukaan bumi. Pada
kegiatan penambangan ini khususnya untuk bahan galian industri disebut sebagai
kuari.
Sedangkan tambang bawah tanah, dikenal dengan lubang tikus (atau geophering),
yang diterapkan untuk endapan bahan galian industri atau urat bijih dengan bentuk
dan ukuran tidak teratur serta tersebar tidak merata. Arah penambangan biasanya
mengikuti arah bentuk endapan atau urat bijih yang ditambang.
Dalam melaksanakan tambang terbuka dengan tahapan kerja yang dilakukan adalah:
pengupasan tanah penutup (atau land clearing). Bagian tanah penutup yang subur
setelah dikupas, dipindahkan ke tempat penimbunan.
Kegunaan bahan peledak untuk eksplorasi yakni untuk dapat dilakukannya proses
pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau operasi
peledakan batuan akan kegiatan pencarian dalam rangka penyelidikan dan penjajahan
wilayah atau daerah yang diperkirakan mengandung mineral, cadangan bahan
tambang atau berbagai hal yang menjadi target, dari mulai lapisan tanah luar
(overburden) sampai lapisan tanah dalam dan nantinya menjadi daerah prospek atau
wilayah yang memiliki cadangan yg memungkinkan dilakukan proses ekspoitasi.

D. Peralatan dan Perlengkapan Bahan Peledak


a) Peralatan bahan peledak
Peralatan peledakan adalah perangkat pembantu peledakan yang nantinya dapat
dipakai berulang kali. Peralatan peledakan dapat dikelompokan menjadi :
1. yang langsung berhubungan dengan teknik peledakan
2. Peralatan pendukung peledakan
Peralatan yang berhubungan langsung dengan peledakan adalah :
a. Alat Pemicu ledak
 Pada peledakan listrik ( Blasting Machine)
 Pada peledakan nonel (shot gun / short fire)

b. Alat Bantu ledak listrik


 Blasting Ohmmeter (BOM)
 Pengukur kebocoran arus listrik

6
 Multimeter peledakan
 Pengukur kekuatan blasting machine
 Pelacak kilat (lightning detector)

c. Alat Bantu peledakan lain


 Kabel listrik utama (lead wire) atau sumbu nonel utama (lead in line)
 Cramper (penjepit sambungan sumbu api dengan detonator biasa )
 Meteran (50 ml) dan tongkat bambu ( ± 7 m) diberi skala alat pencampur dan
pengisi

d. Peralatan pendukung peledakan antara lain :


 Alat pendukung utama, berhubungan dengan aspek keselamatan dan keamanan
kerja, serta lingkungan, misalnya alat mengangkut dan alat pengaman.
1) Alat pengaman diri (APD) :
a) Topi pelindung (Safety Helmet)
b) Rompi (Safety Vest)
c) Sepatu pelindung (safety shoes)
d) Alat Pelindung Mata (eye protector)
e) Alat pelindung pernafasan (respiration protector)
f) Alat pelindung telinga (ear protector)
g) sarung tangan (work gloves)
 Alat pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang tidak selalu
dipakai pada peledakan rutin, misalnya alat pengukur kecepatan detonasi, pengukur
getaran dan pengukur kebisingan.

b) Perlengkapan peledakan
Perlengkapan peledakan adalah bahan–bahan yang membantu peledakan yang habis
dipakai yaitu :
1. Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer.
Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang masing-masing
fungsinya berbeda, yaitu :

7
a. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),
fungsinya untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak sehingga
menimbulkan gelombang kejut.
b. Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat
dengan VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan
kekuatan besarnya tergantung pada berat isian dasar tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-jenis
detonator :
a. Detonator biasa (plain detonator)
b. Detonator listrik (electric detonator)
c. Detonator nonel (nonel detonator)
d. Detonator elektronik (electronic detonator)

2. Sumbu Peledakan yang dimaksut dengan sumbu peledakan disini adalah sumbu
api dan sumbu ledak. Sumbu api adalah sumbu yang disambung ke detonator biasa
pada peledakan dengan menggunakan detonator biasa. Dapat dikatakan bahwa sumbu
api merupakan pasangan detonator biasa, karena detonator biasa tidak dapat
digunakan tanpa sumbu. Fungsi sumbu api adalah untuk merambatkan api dengan
kecepatan tetap pada detonator biasa.
Sedangkan sumbu ledak adalah sumbu yng pada bagian intinya terdapat bahan
peledak PETN. Fungsi sumbu ledak adalah untuk merangkai suatu sistem peledakan
tanpa menggunakan detonator didalam lubang ledak. Sumbu ledak mempunyai sifat
tidak sensitive terhadap gesekan, benturan, arus liar dan listrik statis.

E. Cara Melakukan Peledakan


a) Cara melakukan peledakan :
1. Peledakan bias (refraction shooting) merupakan Peledakan di dalam lubang atau
sumur dangkal untuk menimbulkan getaran guna penyelidikan geofisika cara seismik
bias.
2. Peledakan bongkah (block holing) merupakan Peledakan sekunder untuk
pengecilan ukuran bongkah batuan dengan cara membuat lobang tembak berdiameter
kecil dan diisi sedikit bahan peledak.
3. Peledakan di udara (air shooting) merupakan Cara menimbulkan energi seismik
di permukaan bumi dengan meledakkan bahan peledak di udara.

8
4. Peledakan lepas gilir (off-shift blasting) merupakan Peledakan yang dilakukan di
luar jam gilir kerja.
5. Peledakan lubang dalam (deep hole blasting) merupakan Cara peledakan jenjang
kuari atau tambang terbuka dengan menggunakan lubang tembak yang dalam
disesuaikan dengan tinggi jenjang.
6. Peledakan parit (ditch blasting) merupakan Proses peledakan dalam pembuatan
parit.
7. Peledakan teredam (cushion blasting)merupakan Cara peledakan dengan
membuat rongga udara antara bahan peledak dan sumbat ledak atau membuat lubang
tembak yang lebih besar dari diameter dodol sehingga menghasilkan getaran yang
relatif lembut.

b) Persiapan Peledakan
Dalam pekerjaan peledakan perlu diperhatikan faktor – faktor efisiensi hasil
produksi,keselamatan kerja dan lingkungan sekitar areal peledakan.untuk itu tahapan
dalam persiapan peledakan merupakan aspek penting yang perlu dipahami dan
dipatuhi yaitu :
1) Pembersihan lokasi yang akan diledakan
Lokasi yang akan diledakan (blasting) terlebih dahulu dibersihkan dari matrial sisa
yang mengganggu dengan bantuan bulldozer.
2) Penentuan Titik Bor.
Titik bor di tentukan setelah pembersihan area yang akan di ledakan agar alat bor
lebih mudah dalam membornya, dan hasil ledakan agar semaksimal mungkin
sempurna sesuai jenis matrial dan desain yang dipakai, penentuan titik bor biasanya
menggunakan tali seperti pita dengan tiga orang dan ditandai dengan potongan pita
yang di ikat dengan batu.
3) Proses Drilling.
Proses pengeboran sesuai dengan titik yang sudah ditentukan, dan salah satu alat bor
yang dipakai dalam pembuatan lubang bor adalah Terex reedrill DR 069 dengan
diameter bor 20 cm.
4) Pengisian Bahan Peledak.
Pengisian bahan peledak ini dengan menggunakan MMU (Mobil Mixing Unit)
dengan bahan peledak Amunium Nitrate.
5) Persiapan Peledakan.

9
Persiapan peledakan yaitu meliputi pemasangan kabel – kabel antar lubang ledak dan
memastikan kabel tersebut terhubung dengan baik, setelah semua OK. Lanjut.
6) Pengamanan Area.
Didalam pengamanan area yang akan diledakan ada aturan yang harus di terapkan
yaitu pengaman area front peledakan dari manusia dan alat yang beroprasi di area
tidak aman untuk peledakan, dan menjaga semua jalan masuk yang mengarah ke area
peledakan dari warga sekitar dan lalu lintas warga yang beraktifitas pada area tidak
aman.
7) Peledakan.
Setelah semua aman dan di kosongkan dari alat dan manusia maka siap untuk
diledakan.

c) Tahapan pelaksanaan peledakan


1. Pemeriksaan setelah peledakan
Pemeriksaan setelah peledakan dilakukan setelah 15 menit atau setelah asap dari hasil
peledakan hilang. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh juru ledak dengan tujuan
untuk mengetahui apakah dijumpai peledakan yang gagal (misfire), jika semua telah
meledak dengan baik dan kawasan peledakan aman dari runtuhan batuan, maka akan
diberi aba-aba lagi bahwa peledakan telah berakhir dan operasi penambangan dapat
dilanjutkan kembali.
2. Volume peledakan
Volume peledakan batu andesit keseluruhan dapat dihitung
3. Pemakaian bahan peledak
Bahan peledak yang dipakai perusahaan saat ini adalah ANFO dari PT. Dahana,
Tasikmalaya. Dengan perbandingan 94,5% berat AN (Amonium Nitrat) berbentuk
butiran dan 5,5% FO (Foil Oil).
4. Pola Penyalaan
Pola penyalaan yang diterapkan dilapangan CV. Gunung Batujajar saat ini adalah
peledakan secara 5 atau 6 lubang ledak dalam satu row hingga lubang tembak yang
diinginkan.
5. Letak Primer
Primer adalah suatu bahan peledak yang menerima penyalaan dari detonator atau
sumbu ledak.
6. Pembongkaran dan Pemuatan Hasil Peledakan

10
Hasil dari peledakan berupa bongkahan-bongkahan yang masih bertumpuk di tempat
atau lokasi peledakan akan dibongkar/gali oleh Backhoe dan selanjutnya akan di
muatkan ke alat angkut.

F. Pekerjaan Setelah Peledakan


Sesudah peledakan, maka yang harus dilakukan adalah :
a) Tidak memperkenankan seorang pun memasuki tempat yang sudah diledakkan
dalam jangka waktu 30 menit.
b) Setelah melampaui batas waktu tersebut maka juru ledak harus terlebih dahulu
memeriksa dan membuktikan bahwa daerah tersebut sudah bebas dari pengaruh gas-
gas yang berbahaya, misfire dan batu-batu menggantung dari hasil peledakan,
sebelum mengijinkan pekerja lain memasuki tempat kerja tersebut.
c) Pada lubang ledak yang misfire harus diberi tanda dengan menutup lubang ledak
tersebut dengan sumbat/ tongkat kayu yang dapat dilihat dengan jelas dan tidak
dibenarkan mengorek keluar material stemming lubang ledak tersebut.
d) Usaha untuk menangani lubang ledak yang misfire diusahakan mengeluarkan
stemming dengan alat kompressor udara telanan tunggi atau memakai air, setelah
keluar sebagian besar stemmingnya maka dipasang primer baru kemudian
diledakkan. Semua usaha ini harus dibawah pengawasan terus-menerus dari ahli
berdasarkan intruksi tertulis dari Kepala Teknik Tambang.

G. Peranan K3 dalam Peledakan


Peranan K3 dalam Peledakan ini sangatlah penting. Maka dari itu ini adalah beberapa
peranan K3 dalam kegiatan peledakan :
a) Pengangkutan bahan peledak
1. Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan di gudang dalam jangka waktu
tidak lebih dari 24 jam sejak setibanya dalam wilayah kegiatan pertambangan.
2. Dilarang mengangkut bahan peledak ke atau dari gudang bahan peledak atau
disekitar tambang kecuali dalam peti aslinya yang keperluan itu. Apabila dalam
pemindahan bahan peledak dari peti aslinya ke dalam wadah tertutup terdapat sisa
maka sisa tersebut harus segera dikembalikan ke gudang bahan peledak.
3. Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk
mengatur pengangkutan, pemindahan atau pengiriman semua jenis bahan peledak dan
detonator di dalam atau disekitar wilayah kegiatan usaha pertambangan. Kepala

11
Teknik Tambang harus membuat peraturan perusahaan untuk mengatur
pengangkutan, pemindahan dan pengiriman bahan peledak yang sesuai dengan
petunjuk teknik sebagaimana dimaksud dalam butir.

b) Penyimpanan bahan peledak di dalam gudang (di permukaan)


1. Setiap gudang bahan peledak harus dilengkapi dengan :
 thermometer yang ditempatkan di dalam ruang penimbunan;
 tanda "dilarang merokok" dan "dilarang masuk bagi yang tidak
berkepentingan";
 alat pemadam api yang diletakkan ditempat yang mudah
dijangkau di luar bangunan gudang;
2. Sekitar gudang bahan peledak harus dilengkapi lampu penerangan dan harus
dijaga 24 jam terus menerus oleh orang yang dapat dipercaya. Rumah jaga harus
dibangun di luar gudang dan dapat untuk mengawasi sekitar gudang dengan mudah.
3. Sekeliling lokasi gudang bahan peledak harus dipasang pagar pengaman yang
dilengkapi dengan pintu yang dapat dikunci.
4. Untuk masuk ke dalam gudang hanya diperbolehkan menggunakan lampu senter
kedap gas.
5. Dilarang memakai sepatu yang mempunyai alat besi, membawa korek api atau
barang-barang lain yang dapat menimbulkan bunga api ke dalam gudang.
6. Sekeliling gudang bahan peledak peka detonator harus dilengkapi tanggul
pengaman yang tingginya 2 (dua) meter dan lebar bagian atasnya 1 (satu) meter
apabila pintu masuk berhadapan langsung dengan pintu gudang, harus dilengkapi
dengan tanggul sehingg jalan masuk hanya dapat dilakukan dari samping.
7. Apabila bahan peledak bangunan pada material kompak yang digali, maka
tanggul yang terbentuk pada semua sisi harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam butir
8. Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) untuk gudang Amonium
Nitrat dan ANFO, berlaku ketentuan sebagai berikut :
 gudang dengan kapasitas kurang dari 5000 kilogram pada bagian dalamnya harus
dipasang pemadam api otomatis yang dipasang pada bagian atas
 gudang dengan kapasitas 5000 kilogram atau lebih harus dilengkapi dengan
hidran yang dipasang di luar gudang yang dihubungkan dengan sumber air
bertekanan.

12
c) Penyimpanan bahan peledak di dalam gudang (di bawah tanah)
1. Bahan peledak harus disimpan dalam kemasan aslinya dan dicantumkan tanggal
penyerahan bahan peledak tersebut di ke gudang, tulisan harus jelas pada kemasannya
dan mudah dibaca tanpa memindahkan kemasan.
2. Detonator harus disimpan terpisah dengan bahan peledak lainnya didalam gudang
bahan peledak peka detonator.
3. Bahan peledak peka detonator tidak boleh disimpan digudang bahan peledak
primer atau digudang bahan ramuan bahan peledak.
4. Bahan peledak peka primer dapat disimpan bersama-sama di dalam gudang bahan
peledak peka detonator tetapi tidak boleh disimpan bersama-sama dalam gudang
bahan ramuan bahan peledak.
Bahan ramuan bahan peledak dapat disimpan bersama-sama didalam gudang bahan
peledak peka primer dan atau didalam gudang bahan peledak peka detonator.
Amunisi dan jenis mesiu lainnya hanya dapat disimpan dengan bahan peledak lain
di dalam gudang bahan peledak apabila ditumpuk pada tempat terpisah dan semua
bagian yang terbuat dari besi harus dilapisi dengan pelat tembaga atau
aluminium atau ditutupi dengan beton sampai tiga meter dari lantai.
5. Temperatur ruangan bahan peledak untuk :
 bahan ramuan tidak boleh melebihi 55 derajat Celcius dan
 peka detonator tidak boleh melebihi 35 derajat Celcius.

d) Pelaksanaan pekerjaan peledakan


1. Kepala Teknik Tambang pada tambang yang menggunakan bahan peledak harus
membuat peraturan tentang pelaksanaan pekerjaan peledakan yang dapat:
 memastikan bahwa bahan peledak dapat digunakan secara aman
 memastikan bahwa pekerjaan peledakan telah sesuai dengan
peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala
Pelaksana Inspeksi Tambang.
2. Juru ledak yang bertugas melaksanakan peledakan atau yang mengawasi
pekerjaan peledakan harus memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan dilaksanakan
secara aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan secara aman dan sesuai dengan
peraturan pelaksanaan yang telah ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang dan pedoman peledakan di tambang.

13
3. Dilarang melakukan peledakan kecuali juru ledak.
4. Dilarang mengisi lubang ledak atau meledakkan lubang sebelumnya sudah
diledakkan, kecuali untuk tujuan menangani peledakan mangkir sesuai dengan cara
yang telah ditetapkan.
5. Dilarang mencabut kabel detonator, sumbu api atau sistem lainnya dari lubang
ledak yang telah diisi serta diberi primer. Dilarang merokok atau membuat nyala api
pada jarak kurang 10 meter dari bahan peledak.
6. Dilarang menggunakan sumbu api untuk peledakan di tambang bijih bawah
setelah tanggal yang akan ditentukan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
7. Juru Ledak yang menangani atau mengawasi peledakan harus memastikan setiap
peledakan tidak menimbulkan getara ledakan yang berlebihan.

H. Potensi Bahaya pada saat peledakan


a) Terkena kebisingan peledakan
Membuat peraturan jarak aman untuk unit kendaraan sejauh ±300 meter dari lokasi
peledakan dan jarak pekerja sejauh ±500 meter dari lokasi peledakan.
b) tergelincir/terperosok ke lubang
Dalam area peledakan terdapat banyak lubang-lubang peledakan dan pekerja kurang
hati-hati saat berjalan didekat lubang peledakan.
c) terkena lemparan material
Unit kendaraan dan pekerja berada pada jarak yang terlalu dekat dengan area
peledakan saat proses peledakan berlangsung.
d) Kecelakaan unit kendaraan
Pengemudii unit tidak mematuhi peraturan lalu lintas tambang (Pit Traffic Rules)
seperti, melebihi batas kecepatan dan menyalip yang tidak sesuai prosedur, serta tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan pengemudi unit mengalami kecelakaan.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material(batuan) dengan
menggunakan bahan peledak atau Proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan
batuan akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai
sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.
Peranan k3 dalam peledakan sangatlah penting, beberapa kegiatannya yaitu
meliputi pengangkutan bahan peledak, penyimpanan bahan peledak di dalam dalam
gudang (permukaan dan bawah tanah), penerimaan dan pengeluaran bahan peledak,
pelaksanaan pekerjaan bahan peledak, memantau jarak aman gedung dengan
lingkungab sekitar, dan mempertimbangkan efek dalam pelaksanaan peledakan
tersebut.

B. Saran
Diharapkan untuk para pembaca memahami tentang keselamatan peledak, agar
bisa mendalami pengertian dan klasifikasi peledak sebelum memasuki lapangan kerja.

15
DAFTAR PUSTAKA

Koesnaryo S, Ir. “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Universitas Pembangunan


Nasional, Yogyakarta, 1988

Rio Prasetyo, Nugroho “Kajian Fragmentation Batuan Hasil Peledakan Tambang


Batugamping PT. Semen Gresik, Tbk, Jawa Timur, 2005.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi, No.555K/26/M.PE/1995 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum

Budiarto, Cahyadi, Tedi agung, ''Peranana keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
dalam kegiatan peledakan mineral dan batubara. Fakultas Teknoligi Mineral,UPN
''Veteran'', Yogyakarta, 2011.

Bennet, N.B.S. dan Rumondang, B.S., 1995, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Seri Manajemen No.112, PT. Pustaka Binaman Pressindo, 181 pp.

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 K/26/MPE/1995 tentang


keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan umum.

Peraturan kepala kepolisian Negara Republik Indonesia No.2 Tahun 2008 Tentang
pengawasan, pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersial

Keputusan Menteri Energi dan Sumber daya mineral. Republik Indonesia. Nomor. :
1827 K/30/MEM/2018.

16

Anda mungkin juga menyukai