Oleh :
Jimmy Parandan
1209055034
S1 Teknik Pertambangan
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Bahan Peledak Pada
Industri Pertambangan’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah
memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil makalah ini.
Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II ISI
2.1 Definisi Bahan Peledak ................................................................................. 2
2.2 Sejarah Bahan Peledak .................................................................................. 2
2.3 Klasifikasi Bahan Peledak ............................................................................. 3
2.3.1 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Daya Ledak........................... 4
2.3.2 Klasifikasi Bahan Peledak Berdasarkan Penggunaanya ...................... 5
2.4 Perlengkapan Peledakan ................................................................................ 6
2.4.1 Detonator .............................................................................................. 6
2.4.2 Bulk Anfo ............................................................................................. 8
2.4.3 Bahan Peledak Nitro Gliserin .............................................................. 9
2.4.4 Recording ............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan peledak pada dasarnya diciptakan, dibuat dan dipergunakan untuk pertahanan dan
peralatan perang oleh militer. Dengan berkembangnya teknologi, bahan peledak juga
digunakan untuk membantu operasi penambangan dan pekerjaan teknik sipil yang dikenal
dengan Bahan Peledak Komersial atau Bahan Peledak Industri
Dalam dunia pertambangan bahan peledak digunakan untuk membongkar batu-batuan yang
keras (tambang kuari), pemotongan bukit yang berbatu, pembuatan terowongan bawah tanah,
pembuatan ruang tambang bawah tanah, terowongan bawah air, peledakan batu bara,
penggalian bijih emas, perak, tembaga, besi, timah, nikel, manganese, aluminium, pekerjaan
eksplorasi minyak, pembuatan jalan raya, pembuatan waduk dan saluran irigasi, pembuatan
batu fondasi dan sebagainya.
1.2. Tujuan
1
BAB II
ISI
2.1 Definsi bahan peledak
Bahan peledak (explosive) adalah bahan yang berbentuk padat, cair, menjadi zat-zat lain yang
lebih stabil, yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan tersebut berlangsung
dalam waktu yang sangat singkat disertai efek panas dan tekanan yang sangat tinggi.
Bahan peledak memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dalam bidang industri modern,
misalnya dapat menaikkan produksi tambang batubara, kapur, bijih besi, emas, tembaga, dll.
Selain itu juga untuk pembuatan jalan raya, waduk – waduk, bahkan untuk pertambangan
minyak dan gas bumi.
Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman dinasti Sung,
terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan nama black powder. Roger
Bacon (1242) telah menulis formula dari black powder. Berthold Schwarz (1300) juga
menulis tentang black powder sebagai senjata api. Tiga abad kemudian Kasper Weindl
(1627), untuk pertama kalinya black powder digunakan pada operasi penambangan di
Hungaria. Amerika ( 1675) membangun pabriknya di Massachusetts. Selanjutnya Inggris
(1689) menggunakan bahan ini untuk penambangan timah. Begitu juga dengan Switzeland
(1696) menggunakannya untuk konstruksi jalan. Sedangkan di Amerika (1705) digunakan
untuk penambangan tembaga. Perang dunia I (1917) menghabiskan sebanyak kurang lebih
115.000 ton black powder, akhirnya pada tahun 1940 pemakaian black powder berkurang
dan banyak pabrik tutup, selanjutnya bahan ini jarang digunakan dalam dunia pertambangan
dan diganti bahan peledak lain yang lebih aman dan ekonomis, sementara untuk keperluan
militer masih dipakai sebagai mesiu (proyektil peluru).
2
2.3 Klasifikasi bahan peledak
1. Berdasarkan Pemakaiannya
Bahan peledak militer, umumnya dipakai dalam operasi militer misal untuk peperangan,
demolation, melukai, membunuh, (bom napalm, granat dsb.)
Bahan peledak sipil/komersial yaitu bahan peledak dalam pemakaian industri pertambangan,
konstruksi dll.
Low Explosive atau Blasting agent, umumnya berupa campuran antara “fuel” dengan oxidizer
system, dimana tak satupun dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak, ciri khasnya yaitu:
3. Berdasarkan Komposisinya
3
a. Bahan peledak senyawa tunggal, yaitu bahan peledak yang terdiri dari satu senyawa misal,
PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrat), TNT (Tri Nitro Toluena).
b. Bahan peledak Campuran, yaitu bahan peledak yang terdiri dari berbagai senyawa tunggal
seperti: Dynamit (Booster) Black powder, ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil).
4. Berdasarkan Kepekaannya
· Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang mudah meledak karena adanya api, panas
benturan , gesekan dsb à misal: bahan-bahan isian detonator (PbN6, Hg(ONC)2
· Non Initiating explosive, yaitu bahan peledak yang sukar meledak yang akan meledak
setelah terjadi peledakan sebelumnya à misal: ANFO, Dynamit dsb.
High explosive adalah bahan peledak berkekuatan tinggi. High explosive adalah peledak
berbahan kimia yang memiliki laju reaksi yang sangat tinggi serta menciptakan tekanan
pembakaran yang sangat tinggi, tidak seperti bahan peledak rendah yang memiliki tingkat
reaksi yang jauh lebih rendah. Bahan peledak tinggi lebih dikategorikan sebagai bahan
peledak primer dan sekunder tinggi. Primer tinggi bahan peledak sangat sensitif, dapat
diledakkan dengan mudah dan biasanya digunakan hanya pada detonator listrik. Sekunder-
tinggi bahan peledak kurang sensitif, memerlukan kejutan gelombang energi tinggi untuk
mencapai ledakan.
Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya ledak rendah yang mempunyai
kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400-800 meter per detik. Bandingkan
dengan bahan peledak high explosive yang mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000-8.500
meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan (pendorong). Sebab,
jenis bahan peledak tersebut banyak digunakan sebagai propelan peluru dan roket. Jenis bahan
peledak low explosive yang dikenal adalah black powder (gun powder) dan smokeless
powder. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, black powder tersebut banyak digunakan
sebagai pembuat petasan di kalangan masyarakat Pasuruan dan sekitarnya. Bahan peledak ini
digunakan sebagai bahan pembuatan mercon banting serta bom ikan. Black powder adalah
4
jenis bahan peledak tertua, yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9, sebagai bahan
pembuatan petasan dan kembang api. Black powder saat ini banyak digunakan sebagai
propelan peluru dan roket, roket signal, petasan, sumbu ledak, dan sumbu ledak tunggu.
a. Bahan peledak “Blasting”, yaitu bahan peledak yang digunakan untuk pertambangan
c. Bahan peledak “Propellant”, digunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru
senjata atau motor roket
d. Bahan peledak “Fuse”, bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk panas, gas,
warna dan sebagainya
e. Bahan peledak “Pyrotechnic”, bahan peledak yang digunakan sebagai pemula suatu
rangkaian proses peledakan
5
2.4 Perlengkapan Peledakan
penggunaannya hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan, biasanya
2.4.1 Detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk letupan(ledakan
kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap bahan peledak peka
detonator atau primer. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak dalam detonator yang
1. Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka (sensitive),fungsinya
untuk menerima efek panas dengan sangat cepat dan meledak sehingga menimbulkan
gelombang kejut.
2. Sian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak kuat
dengan VoD tinggi, fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan meledak dengan
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya. Jenis-jenis
detonator :
Sejenis detonator yang penyalannya dengan api/panas yang dihantarkan melalui sumbu
bakar.
Jenis detonator yang penyalaannya dengan arus listrik yang dihantarkan melalui kabel
6
Keuntungan :
a. Jumlah lubang ledak yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
Kerugian :
a. Untuk daerah peledakan yang banyak kilat, pemakaian detonator listrik kurang aman.
b. Pengaruh gelombang radio, televisi dan sumber-sumber arus listrik lainnya harus
dipertimbangkan.
c. Membutuhkan perlengkapan tambahan, seperti sumber arus listrik, alat-alat pengetest dan
lain-lain.
3. Detonator Non-Eletrik
Total sistem inisiasi non-listrik, dimana sumber inisiasi berasal dari gelombang kejut,
dikembangkan pada tahun 1960 oleh Dyno Nobel. Detonator non-eletrik menekan pasar pada
tahun 1973, menawarkan semua keuntungan dari inisiasi listrik tetapi menambahkan manfaat
keamanan (ketidakpekaan terhadap listrik, energi frekuensi radio dan radiasi elektromagnetik)
dan fleksibilitas operasional yang luas (lebih mudah untuk merancang urutan inisiasi yang
lebih besar, secara teoritis dengan tak terbatas jumlah penundaan). Sistem inisiasi terdiri dari
lapisan mereka bubuk reaktif dan berkat starter, tabung kejut mengirimkan gelombang kejut
gelombang getaran seperti air, yang beredar dalam tabung dari detonator yang lain. Detonator
non-elektrik yang banyak digunakan di seluruh dunia. Amerika Serikat selalu menjadi salah
7
4. Detonator elektronik (electronic detonator)
Meningkatkan ukuran setiap shot berubah menjadi strategis untuk pasar inisiator, untuk
detonator elektrik untuk dapat bersaing dengan yang baru diperkenalkan detonator non-
Sekuensial mesin peledakan memberikan waktu semburan secara elektronik waktu energi
dapat diatur untuk beberapa kawat timah, secara dramatis meningkatkan jumlah maksimum
detonator listrik blasters dapat terhubung dan karenanya meningkatkan jumlah kombinasi
potensial. Pada tahun 1990, miniaturisasi peningkatan komponen elektronik melahirkan ide
unsur penundaan yang menciptakan ketidaktepatan untuk detonator elektrik. Dari tahun 1990
sampai 2000, gerakan penelitian dan pengembangan besar-besaran dilakukan oleh sejumlah
fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan waktu inisiasi. Fleksibilitas ini bersama-sama
dengan akurasi dikontrol secara elektronik membuka pintu untuk penundaan short rangkaian
inisiasi kompleks yang sejak itu menunjukkan manfaat yang signifikan (pengurangan
Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan 5,7% FO
akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr handak .
Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan menghasilkan gas
8
CO yang berbahaya. Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan
material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin
merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga
pengangkutannya sangat beresiko tinggi. Alfred Nobel yang pertama kali menemukan
kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan
bahan peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk
memberikan energi yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya. Bahan peledak
ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan
(strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat
digunakan langsung pada lubang ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas
1. Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik maupun pengangkutan.
2. Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak atau tergilas oleh
kendaraan.
9
2.4.4 Recording
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data seismik
ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data
(processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi
dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali
adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahan peledak (explosive) adalah bahan yang berbentuk padat, cair, menjadi zat-zat
lain yang lebih stabil, yang sebagian atau seluruhnya berbentuk gas dan perubahan
tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat singkat disertai efek panas dan tekanan
yang sangat tinggi.
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) yaitu :
Bahan peledak kuat contohnya TNT, Dinamite, Gelatine
Agen Peledakan contohnya ANFO, Slurries, Emulsi, Hybrid ANFO, Slurry
mixtures
Bahan peledak khusus contohnya Seismik, Trimming, Permisible, shaped Charges,
Binary, LOX, Liquid.
Klasifikasi bahan peledak berdasarkan daya ledak :
High explosive
Low explosive
3.2 Saran
Pekerjaan peledakan atau penggunaan bahan peledak sebaiknya dilakukan oleh orang
yang telah ahli di bidangnya
11
DAFTAR PUSTAKA
Koesnaryo, S., “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta, 1985
12