Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SIFAT FISIK DAN MEKANIK GEOMATERIAL PADA SEMEN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geomaterial (Pill)


Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2020/2021

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dedi Saputra (10070116032)

PROGRAM STUDI PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wata’ala, yang atas rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas kuliah Geomaterial (Pill).
Dalam menyelesikan makalah ini banyak dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini saya ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Solihin S.T.,M.T.selaku Dosen mata kuliah Geomaterial (Pill).
2. Kedua orang tua yang telah mendukung dan yang tak henti-hentinya
memberikan do’a.
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak mungkin dapat
disebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan atas segala bantuan dan kebijakan yang telah
diberikan akan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan serta masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan sendiri. Oleh karena itu
sangat diharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, khususnya dari
para pembaca.
Bandung, 5 Mei 2022
Penyusun,

Dedi Saputra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar belakang................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................................... 1
1.2.1 Maksud .................................................................................. 1
2.2.1 Tujuan ................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 2


2.1 Jenis-jenis semen............................................................................ 2
2.2 Sifat fisik dan mekanik semen ......................................................... 6
2.2.1 Pengikatan dan Pengerasan ( Setting Time dan Hardening ) 7
2.2.2 Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam .................................. 7
2.2.3 Kehausan .............................................................................. 8
2.2.4 Kuat Tekan ( Compressive Strength ) .................................... 8
2.2.5 Panas Hidrasi ........................................................................ 8
2.2.6 Soundness ............................................................................ 9
2.2.7 Konsistensi ............................................................................ 9

BAB III STUDI KAUS ............................................................................. 10


3.1 Semen portland ............................................................................ 10
3.2 Semen Portland Pozzolan (PPC) .................................................... 2
3.2.1 Jenis dan penggunaan ....................................................... 12
3.3 Semen Portland Komposit (PCC) ................................................. 14

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 20


5.1 Diskusi .................................................................................. 20
5.2 Kesimpulan ........................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomaterial adalah ilmu yang mempelajari tentang material yang terdapat
di alam dan kegunaannya untuk kebutuhan tertentu, ada banyak sekali bahan-
bahan yang terdapat di alam yang dapat di manfaatkan dengan baik untuk tujuan
tertentu misalnya dalam infrastruktur.
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang
mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu
kesatuan yang kokoh atau suatu produkyang mempunyai fungsi sebagai bahan
perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang
kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis
yangmemberikan sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.
Sifat fisik dan mekanik geomaterial penting diketahui untuk kebutuhan
genuaannya, kekuatan, daya rekat dan lain sebagainya..

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui sifat fisik
dan mekanik dari semen.
1.2.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis- jenis semen.
2. Mengetahui sifat fisik dan mekanik semen portland.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Jeni-jenis semen


Semen adalah suatu bahan perekat hidrolis berupa serbuk halus yang
dapat mengeras apabila tercampur dengan air. Semen terdiri dari batu lapur /
gamping yang mengandung kalsium oksida (CaO), tanah liat (lempung) yang
mengandung silika oksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3), besi oksida
(Fe2O3) dan gips yang berfungsi untuk mengontrol pengerasan. Semen memiliki
4 unsur pokok, yaitu :
1. Batu kapur (Cao) sebagai sumber utama, terkadang terkotori oleh SiO2,
Al2O3, dan Fe2O3.
2. Tanah liat yang mengandung senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.
3. Bila perlu ditambahkan pasir kwarsa / batu silika, ini di tambahkan apabila
pada tanah liat mengandung sedikit SiO2.
4. Pasir besi / biji besi, ini ditambahkan apabila tanah liat mengandung
sedikit Fe2O3.
Jenis-jenis semen yang biasa digunakan yaitu:
1. Semen Portland
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
a. Tipe I (Ordinary Portland Cement) Semen Portland untuk penggunaan
umum yang tidak memerlukan persyaratn khusus seperti yang
dipersyaratkan pada tipe-tipe lain. Tipe semen ini paling banyak
diproduksi dan banyak dipasaran.
b. Tipe II (Moderate sulfat resistance) Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas
hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah
dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu
dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air
selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang
besar perlu ditambahkan sifat moderat“Heat of hydration”. Semen
Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti

2
3

c. bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-


kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
d. Tipe III (High Early Strength) Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada tahap
permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan
kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen
Portland tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang
sama dengan kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur
3 hari, dan dalam umur 7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya
menyamai beton dengan menggunakan semen portlan tipe I pada
umur 28 hari.
e. Tipe IV (Low Heat Of Hydration) Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah. Penggunaan
semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang
massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam,
lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang
dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal mungkin
sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa
menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength)
dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland
tipe I.
f. Tipe V (Sulfat Resistance Cement) Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen
jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang
tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti: air
laut, daerah tambang, air payau dsb.
2. Water proofed cement
Campuran yang homogen antara semen Portland dengan “Water proofing
agent”, dalam jumlah yang kecil seperti : Calcium, Aluminium, atau logam
stearat lainnya. Semen ini banyak dipakai untuk konstruksi beton yang
berfungsi menahan tekanan hidrostatis, misalnya tangki penyimpanan
cairan kimia.
4

3. Semen Putih
Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses
pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya
mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah
(dibawah 1 %).
4. High Alumina Cement
High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan
tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat
dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan
pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku
semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan
penggunaannya adalah antara lain: Rafractory Concrette, Heat resistance
concrete, Corrosion resistance concrete.
5. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut
ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton
terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat
kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I.
Penggunaan semen anti bakteri antara lain: Kamar mandi, Kolam-kolam,
Lantai industri makanan, Keramik, Bangunan dimana terdapat jamur
pathogenic dan bakteri.
6. Oil Well Cement (OWC)
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan
bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau
organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan
4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi.
Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan
temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras
secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang
5

dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai
denganAPI Spesification 10 1986, yaitu:
a. KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
b. KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
c. KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang
tinggi
d. KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
e. KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
f. KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
g. KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai
dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan
accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range
pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E.
7. Semen Campur SEMENT
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut
diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis semen campur :
a. Semen Portland Pozzolan (SPP)
b. Portland Pozzolan Cement (PPC)
c. Portland Blast Furnace Slag Cement
d. Semen Mosonry
e. Semen Portland Campur (SPC)
f. Portland Composite Cement (PCC)
Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC) Semen Portland pozzolan
(SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC)
adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang
homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau
Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen
6

Portland dan bahan pozzolan bersama-sama atau mencampur


secara merata semen Portland dan bahan pozzolon atau gabungan
antara menggiling dan mencampur. Portland Blast Furnace Slag
Cement Portland Blast Furnace Slag Cement adalah semen Portland
yang dicampur dengan kerak dapur tinggi secara homogen dengan
cara mencampur bubuk halus semen Portland dengan bubuk halus
slag atau menggiling bersama antara klinker porland dengan butiran
slag. Activitas slag (Slag Activity) bertambah dengan bertambahnya
ratio CaO + MgO/SiO2 + Al2O3 dan glass content. Tetapi biasanyan
keberadaan ratio oksida dan glass Content tersebut saling
berkebalikan. Portland Composite Cement (Semen Portland
Komposit) PCC Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur
adalah Bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama
terak (clinker) semen portland dan gibs dengan satu atau lebih bahan
anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland
dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik
tersebut antara lain terak tanur tinggi (blastfurnace slag), pozzoland,
senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6 –
35 % dari massa semen portland composite. Menurut Standard
Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland
Campur dibagi menjadi 2 Type berdasarkan jumlah Aditive material
aktif 1. Type II/A-M mengandung 6 – 20 % aditif 2. Type II/B-M
mengandung 21 – 35 % aditif Kalau pada Portland Pozzolan Cement
(Semen Portland Pozzolan) aditif yang digunakan hanya 1 jenis maka
pada Portland Composite Cement ini aditif yang digunakan lebih dari
1 jenis atau 2 jenis.

2.2 Sifat fisik dan mekanik semen


Sifat-sifat pasta semen mengeras, yang disebut pengikat, mengendalikan
sifat-sifat beton. Ini adalah masuknya air (hidrasi) ke dalam produk yang
menyebabkan beton untuk mengatur, kaku, dan menjadi keras. Setelah
ditetapkan, beton terus mengeras (obat) dan menjadi lebih kuat untuk jangka
waktu yang panjang, sering sampai beberapa tahun.Sifat fisika dan kimia
masing-masing jenis semen memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang
7

harus memenuhi syarat kimia dan fisika. Untuk menjaga tetap terjaminnya mutu
semen Portland maka syarat kimia dan fisika harus terus diperhatikan. Syarat
mutu tersebut antara lain kandungan senyawa dalam semen Portland,
kehalusan semen, residu, hilang pijar dan lain-lain.
2.2.1 Pengikatan dan Pengerasan ( Setting Time dan Hardening )
Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi
pencampuran dengan air, maka akan terjadi air dengan C3 A membentuk
3CaO.Al2O3. 3H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk
mengatur pengikatan perlu ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan
3CaO.Al2O3. 3H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan membungkus
permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan
etteringeteakan pecah dan reaksi hidarsi C3A akan terjadi lagi, namun akan
segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan membungkus
3CaO.Al2O3. 3H2O kembali sampai gypsum habis. Proses ini akhirnya
menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas mengakibatkan reaksi
hidarsi tertahan, periode ini disebut Dormant Periode yang terjadi selama 1-2
jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan mudah dibentuk,
periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan reaksi hidrasi terjadi kembali
dan initial set mulai terjadi. Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari
3CaO.SiO2 terjadi dan menghasilkan C–S–H (3CaO.SiO2) semen dan akan
mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan.
Pada tahap berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi C–S–H yang akan
menghalangi mobilitas partikel partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku
dan final setting tercapai, lalu proses pengerasan mulai terjadi.
2.2.2 Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam
Beton atau mortar dari Portland semen dapat mengalami kerusakan oleh
pengaruh asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut yaitu
dengan merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air. Misalnya, HCl
merubah C4AF menjadi FeCl2. Serangan asam tersebut terjadi karena
CO2bereaksi dengan Ca(OH)2dari semen yang terhidrasi membentuk kalsium
karbonat yang tidak larut dalam air. Pembentukan kalsium karbonat, sebenarnya
tidak menimbulkan kerusakan pada beton tetapi proses berikutnya yaitu
CO2dalam air akan bereaksi dengan kalsiumkarbonat yang larut dalam air.
Reaksi :
8

Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun mortar. Sulfat
bereaksi dengan (Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat, dan reaksi yang terjadi
dapat mengahsilkan pengembangan volume sehingga akan terjadi keretakan
pada beton. Reaksi yang terjadi :

2.2.3 Kehausan
Kehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap
kekuatan, bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula
kekuatan, mempercepat reaksi hidarsi begitu pula waktu pengikatannya semakin
singkat.
2.2.4 Kuat Tekan ( Compressive Strength )
Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun
beton. Kuat tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan
suatu beban tekan. Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. C2S
memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal,
sedangkan C2S memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama. C3A
mempengaruhi kuat tekan sampai pada umur 28 hari dan selanjutnya pada umur
berikutnya pengaruh ini semakin kecil.
2.2.5 Panas Hidrasi
Panas hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami
reaksi hidarsi. Reaksi hidarsi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi yang
terjadi ketika mineral-mineral yang terkandung didalam temperature, jumlah air
yang digunakan dan bahan-bahan lain yang ditambahkan. Hasil reaksi hidrasi,
tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah
senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara
sederhana, sebagai berikut :
9

Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3 A akan


bersifat mempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.
2.2.6 Soundness
Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang
mengeras untuk mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan
berakhir.Kestabilan volume ini dapat terganggu karena adanya CaO bebas (free
lime) dan MgO bebas (periclase) yang berlebihan(mengakibatkan ekspansi).
2.2.7 Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk
mengalir. Pada pengujian, konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum
vicat sebesar 10±1 mm. Sifat ini digunakan untuk mengatur perbandingan antara
jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta semen.
BAB III
STUDI KASUS

Material semen merupakan hal yang penting dalam


pelaksanaan sebuah pembangunan karena ikut mempengaruhi kekuatan
struktur bangunan dan biaya yang akan dikeluarkan. Jumlah dan jenis
material yang dibutuhkan untuk sebuah pembangunan sebelumnya dihitung
dan ditentukan terlebih dahulu, supaya diketahui anggaran yang akan
dikeluarkan, berikut adalah studi kasus dari salah satu jenis semen untuk
pembangunan beton di indonesia baik untuk bangunan maupun untuk
infrastruktur.
3.1 Semen portland
Semen portland adalah kombinasi kimia antara kalsium (Ca), silica (Si),
aluminium (Al), besi (Fe) yang dikendalikan secara ketat dan sejumlah kecil
bahan lain seperti gipsum yang ditambahkan dalam proses penggilingan akhir
untuk mengatur waktu pengikatan (setting time) beton. Kapur dan silika mengisi
sekitar 85% dari massa. Bahan yang umum digunakan dalam pembuatan semen
adalah batu kapur, kerang, dan marl yang dikombinasikan dengan serpih, tanah
liat, terak tanur tinggi (slag), pasir silika, dan bijih besi (iron ore).

Sumber : Randy, 2020.


Gambar 1
Semen portland

10
11

Semen Portland Komposit (PCC) dan Semen Portland Pozolan (PPC)


dapat digunakan dalam konstrukdsi jalan dan jembatan sebagaimana semen
Portland Tipe I (OPC).
Berikut ini adalah daftar pabrik Semen di Indonesia dan menjadi anggota
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) serta tipe semen yang diproduksinya.
1. PT. Semen Andalas Indonesia (PCC)
2. PT. Semen Padang (PCC dan PPC)
3. PT. Semen Baturaja (PCC)
4. PT Indocement Tunggal Prakarsa (PCC)
5. PT. Holcim Indonesia (PCC)
6. PT. Semen Gresik (PPC)
7. PT. Semen Tonasa (PCC)
8. PT. Semen Bosowa (PCC)
9. PT. Semen Kupang (PCC)
Menurut standar yang diterbitkan oleh BSN berikut ini adalah Standar
Semen Portland berikut nomor SNI nya.
1. Semen Portland SNI 15 2049 2004
2. Semen Masonry SNI 15 3758 2004
3. Semen Portland Putih SNI 15 0129 2004
4. Semen Portland Pozzolan (PPC) SNI 15 0302 2004
5. Semen Portland Komposit (PCC) SNI 15 7064 2006
6. Semen Portland Campur SNI 15 3500 2004
Sedangkan SNI 15 2049 2004 Semen Portland dan ASTM C 150 membagi
kembali semen menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Semen Tipe I yaitu semen untuk keperluan umum
2. Semen Tipe II yaitu semen dengan ketahanan sulfat sedang
3. Semen Tipe III yaitu semen dengan kekuatan awal tinggi
4. Semen Tipe IV yaitu semen dengan panas hidrasi rendah
5. Semen Tipe V yaitu semen dengan ketahanan sulfat tinggi
12

3.2 Semen Portland Pozzolan (PPC)


Semen portland pozolan suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran
yang homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi
dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan, atau
gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6 %
sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan, pozolan adalah bahan
yang mengandung silika atau senyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai
sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan
dengan adanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia dengan
kalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa yang mempunyai sifat
seperti semen

3.2.1 Jenis dan penggunaan


Ada beberapa jenis semen portland yaitu :
1. Jenis IP-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton.
2. Jenis IP-K yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
semua tujuan pembuatan adukan beton, semen untuk tahan sulfat sedang
dan panas hidrasi sedang.
3. Jenis P-U yaitu semen portland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi.
4. Jenis P-K yaitu semen porland pozolan yang dapat dipergunakan untuk
pembuatan beton dimana tidak disyaratkan kekuatan awal yang tinggi,
serta untuk tahan sulfat sedang dan panas hidrasi rendah.
Persyaratan kimia dan fisika semen portland pozolan jenis IP-U dan IP-K
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
13

Tabel I
Syarat kimia (jenis IP-U dan IP-K)

Sumber : Randy, 2020.


Tabel 2
Syarat fisika (jenis IP-U dan IP-K)

Sumber : Randy, 2020.


Tabel 3
Syarat kimia (jenis P-U dan P-K)

Sumber : Randy, 2020.


14

Tabel 4
Syarat fisika (jenis P-U dan P-K)

Sumber : Randy, 2020.

3.3 Semen Portland Komposit (PCC)


Semen portland komposit bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan
anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk
bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi
(blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total
bahan anorganik 6% - 35 % dari massa semen portland komposit
Penggunaan semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi
umum seperti: pekerjaan beton,pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan
pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan,
panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.
Syarat kimia untuk semen portland komposit: SO3 maksimum 4,0 %.

Tabel 5
Syarat fisika

Sumber : Randy, 2020.


15

Tabel 6
Lanjutan Syarat fisika

Sumber : Randy, 2020.

Berikut ini adalah beberapa persyaratan Semen Portland untuk


keperluan umum.

Tabel 7
Syarat kimia

Sumber : Randy, 2020.


16

Tabel 8
Syarat kimia tambahan

Sumber : Randy, 2020.

Tabel 9
Syarat fisika utama

Sumber : Randy, 2020.


17

Tabel 10
Syarat fisika tambahan

Sumber : Randy, 2020.


BAB IV
PEMBAHASAN

Semen memiliki berbagai macam jenis dan tipe, pengujian dan


spesifikasi setiap jenis ditentukan dan diatur berdasarkan standar baku mutu
masing-masing sesuai kegunaan.
Salah satu jenis semen adalah semen portland, semen portland adalah
kombinasi kimia antara kalsium (Ca), silica (Si), aluminium (Al), besi (Fe) yang
dikendalikan secara ketat dan sejumlah kecil bahan lain seperti gipsum yang
ditambahkan dalam proses penggilingan akhir untuk mengatur waktu pengikatan
(setting time) beton.
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu : Tipe I (Ordinary
Portland Cement) Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.
Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran.Tipe II (Moderate
sulfat resistance) Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai
panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah–
daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan
air selama pengeringan agar tidak terjadiSrinkege (penyusutan) yang besar perlu
ditambahkan sifat moderat“Heat of hydration”. Semen Portland tipe II ini
disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan
landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi
rendah juga merupakan pertimbangan utama. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi
pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.Semen tipe III ini dibuat dengan
kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya
juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini
dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan
yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari
semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan

18
19

semen portlan tipe I pada umur 28 hari. Tipe IV (Low Heat Of Hydration) Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang
massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan
udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode
pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi
pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika
dibanding semen portland tipe I. Tipe V (Sulfat Resistance Cement) Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah
yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti: air
laut, daerah tambang, air payau dsb.
Beberapa standar yang diterbitkan oleh BSN untuk semen portland di
indonesia yaitu ;
1. Semen Portland SNI 15 2049 2004
2. Semen Masonry SNI 15 3758 2004
3. Semen Portland Putih SNI 15 0129 2004
4. Semen Portland Pozzolan (PPC) SNI 15 0302 2004
5. Semen Portland Komposit (PCC) SNI 15 7064 2006
6. Semen Portland Campur SNI 15 3500 2004
Sedangkan SNI 15 2049 2004 Semen Portland dan ASTM C 150 membagi
kembali semen menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Semen Tipe I yaitu semen untuk keperluan umum
2. Semen Tipe II yaitu semen dengan ketahanan sulfat sedang
3. Semen Tipe III yaitu semen dengan kekuatan awal tinggi
4. Semen Tipe IV yaitu semen dengan panas hidrasi rendah
5. Semen Tipe V yaitu semen dengan ketahanan sulfat tinggi
Saat ini semen Portland yang paling banyak beredar di pasaran adalah
semen Portland komposit (PCC)-SNI 15 7064 2004 dan semen Portland
Pozzolan (PPC)-SNI 15 0302 2004. Kedua semen ini tergolong ke dalam semen
gabungan (Blended Cement) seperti dalam ASTM C 595.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan teori yang di jelaskan diatas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jenis- jenis semen ada banyak sekali diantaranya adalah semen portland,
water proofed semen,semen putih,high alumina semen, semen anti bakteri,
oil well semen (OWC), semen campur semen.
2. Sifat fisik dan mekanik semen adalah Pengikatan dan Pengerasan ( Setting
Time dan Hardening ), Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam Kehausan,
Kuat Tekan ( Compressive Strength ), Panas Hidrasi, Soundness, dan
Konsistensi.

5.2 Saran
Semen digunakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan, fungsinya
adalah sebagai pengikat dan pengeras, dalam memilih semen harus sesuai
dengan mutu dan sepesifikasi keperuntukannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Anchajie, 2009. “Semen”. www.scribd.com. Diakses Tanggal 6 Mei


2022, Pukul 21.15 WIB. (Referensi Internet).

2. Bhari, 2020. “PPC DAN OPC”. www.scribd.com. Diakses Tanggal 6


Mei 2022, Pukul 21.15 WIB. (Referensi Internet).

3. Randy. 2020. “Semen portland”, Fakultas Teknik-Jurusan Teknik


industri STTIP. Padang. 6 Mei 2022, Pukul 21.15 WIB. (Referensi
Internet).

4. Ruchi, 2021. “Semen portland”. www.scribd.com. Diakses Tanggal 6


Mei 2022, Pukul 21.15 WIB. (Referensi Internet).

5. Olivia, 2019. ““Semen portland””. www.scribd.com. Diakses Tanggal


6 Mei, Pukul 21.15 WIB. (Referensi Internet).

Anda mungkin juga menyukai