Disusun Oleh:
Kelompok 4
Dedi Saputra (10070116032)
Dedi Saputra
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
3
3. Semen Putih
Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif.
Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses
pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya
mengandung oksida besi dan oksida manganese yang sangat rendah
(dibawah 1 %).
4. High Alumina Cement
High Alumina cement dapat menghasilkan beton dengan kecepatan
pengersan yang cepat dan tahan terhadap serangan sulfat, asam akan
tetapi tidak tahan terhadap serangan alkali. Semen tahan api juga dibuat
dari High Alumina Cement, semen ini juga mempunyai kecepatan
pengerasan awal yang lebih baik dari semen Portland tipe III. Bahan baku
semen ini terbuat dari batu kapur dan bauxite, sedangkan
penggunaannya adalah antara lain: Rafractory Concrette, Heat resistance
concrete, Corrosion resistance concrete.
5. Semen Anti Bakteri
Semen anti bakteri adalah campuran yang homogen antara semen
Portland dengan “anti bacterial agent” seperti germicide. Bahan tersebut
ditambahkan pada semen Portland untuk “Self Desinfectant” beton
terhadap serangan bakteri dan jamur yang tumbuh. Sedangkan sifat-sifat
kimia dan fisiknya hampir sama dengan semen Portland tipe I.
Penggunaan semen anti bakteri antara lain: Kamar mandi, Kolam-kolam,
Lantai industri makanan, Keramik, Bangunan dimana terdapat jamur
pathogenic dan bakteri.
6. Oil Well Cement (OWC)
Oil well cement adalah semen Portland semen yang dicampur dengan
bahan retarder khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula atau
organic hidroxid acid. Fungsi dari retarder disini adalah untuk mengurangi
kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan
kedalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 sampai dengan
4900 meter tekanan dan suhu didasar sumur minyak atau adalah tinggi.
Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat oleh kenaikan
temperature dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras
secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang
5
dalam. Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai
denganAPI Spesification 10 1986, yaitu:
a. KELAS A Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila sifat-sifat khusus tidak dipersyaratkan
b. KELAS B Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang
c. KELAS C Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang
tinggi
d. KELAS D Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830
sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang
e. KELAS E Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
f. KELAS F Digunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050
sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi
g. KELAS G Digunakan untuk cementing mulai surface casing sampai
dengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan
accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range
pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E.
7. Semen Campur SEMENT
Semen campur dibuat karena dibutuhkannya sifat-sifat khusus yang tidak
dimiliki oleh semen portland. Untuk mendapatkan sifat khusus tersebut
diperlukan material lain sebagai pencampur. Jenis semen campur :
a. Semen Portland Pozzolan (SPP)
b. Portland Pozzolan Cement (PPC)
c. Portland Blast Furnace Slag Cement
d. Semen Mosonry
e. Semen Portland Campur (SPC)
f. Portland Composite Cement (PCC)
Semen Portland Pozzolan (SPP)/(PPC) Semen Portland pozzolan
(SPP) atau dikenal juga sebagai Portland Pozzolan Cement (PPC)
adalah merupakan semen hidrolisis yang terdiri dari campuran yang
homogen antara semen Portland dengan bahan pozzolan (Trass atau
Fly Ash) halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen
6
harus memenuhi syarat kimia dan fisika. Untuk menjaga tetap terjaminnya mutu
semen Portland maka syarat kimia dan fisika harus terus diperhatikan. Syarat
mutu tersebut antara lain kandungan senyawa dalam semen Portland,
kehalusan semen, residu, hilang pijar dan lain-lain.
2.2.1 Pengikatan dan Pengerasan ( Setting Time dan Hardening )
Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi
pencampuran dengan air, maka akan terjadi air dengan C3 A membentuk
3CaO.Al2O3. 3H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk
mengatur pengikatan perlu ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan
3CaO.Al2O3. 3H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan membungkus
permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan
etteringeteakan pecah dan reaksi hidarsi C3A akan terjadi lagi, namun akan
segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan membungkus
3CaO.Al2O3. 3H2O kembali sampai gypsum habis. Proses ini akhirnya
menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas mengakibatkan reaksi
hidarsi tertahan, periode ini disebut Dormant Periode yang terjadi selama 1-2
jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan mudah dibentuk,
periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan reaksi hidrasi terjadi kembali
dan initial set mulai terjadi. Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari
3CaO.SiO2 terjadi dan menghasilkan C–S–H (3CaO.SiO2) semen dan akan
mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan.
Pada tahap berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi C–S–H yang akan
menghalangi mobilitas partikel partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku
dan final setting tercapai, lalu proses pengerasan mulai terjadi.
2.2.2 Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam
Beton atau mortar dari Portland semen dapat mengalami kerusakan oleh
pengaruh asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut yaitu
dengan merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air. Misalnya, HCl
merubah C4AF menjadi FeCl2. Serangan asam tersebut terjadi karena
CO2bereaksi dengan Ca(OH)2dari semen yang terhidrasi membentuk kalsium
karbonat yang tidak larut dalam air. Pembentukan kalsium karbonat, sebenarnya
tidak menimbulkan kerusakan pada beton tetapi proses berikutnya yaitu
CO2dalam air akan bereaksi dengan kalsiumkarbonat yang larut dalam air.
Reaksi :
8
Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun mortar. Sulfat
bereaksi dengan (Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat, dan reaksi yang terjadi
dapat mengahsilkan pengembangan volume sehingga akan terjadi keretakan
pada beton. Reaksi yang terjadi :
2.2.3 Kehausan
Kehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap
kekuatan, bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula
kekuatan, mempercepat reaksi hidarsi begitu pula waktu pengikatannya semakin
singkat.
2.2.4 Kuat Tekan ( Compressive Strength )
Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun
beton. Kuat tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan
suatu beban tekan. Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. C2S
memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal,
sedangkan C2S memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama. C3A
mempengaruhi kuat tekan sampai pada umur 28 hari dan selanjutnya pada umur
berikutnya pengaruh ini semakin kecil.
2.2.5 Panas Hidrasi
Panas hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami
reaksi hidarsi. Reaksi hidarsi atau reaksi hidrolisis sendiri adalah reaksi yang
terjadi ketika mineral-mineral yang terkandung didalam temperature, jumlah air
yang digunakan dan bahan-bahan lain yang ditambahkan. Hasil reaksi hidrasi,
tobermorite gel merupakan jumlah yang terbesar, sekitar 50% Dari jumlah
senyawa yang dihasilkan. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara
sederhana, sebagai berikut :
9
10
11
Tabel I
Syarat kimia (jenis IP-U dan IP-K)
Tabel 4
Syarat fisika (jenis P-U dan P-K)
Tabel 5
Syarat fisika
Tabel 6
Lanjutan Syarat fisika
Tabel 7
Syarat kimia
Tabel 8
Syarat kimia tambahan
Tabel 9
Syarat fisika utama
Tabel 10
Syarat fisika tambahan
18
19
semen portlan tipe I pada umur 28 hari. Tipe IV (Low Heat Of Hydration) Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur Concrette (beton) yang
massive dan dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan
udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode
pengerasan diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi
pengembangan volume beton yang bisa menimbulkan cracking (retak).
Pengembangan kuat tekan (strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika
dibanding semen portland tipe I. Tipe V (Sulfat Resistance Cement) Semen
Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap
sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah
yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti: air
laut, daerah tambang, air payau dsb.
Beberapa standar yang diterbitkan oleh BSN untuk semen portland di
indonesia yaitu ;
1. Semen Portland SNI 15 2049 2004
2. Semen Masonry SNI 15 3758 2004
3. Semen Portland Putih SNI 15 0129 2004
4. Semen Portland Pozzolan (PPC) SNI 15 0302 2004
5. Semen Portland Komposit (PCC) SNI 15 7064 2006
6. Semen Portland Campur SNI 15 3500 2004
Sedangkan SNI 15 2049 2004 Semen Portland dan ASTM C 150 membagi
kembali semen menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Semen Tipe I yaitu semen untuk keperluan umum
2. Semen Tipe II yaitu semen dengan ketahanan sulfat sedang
3. Semen Tipe III yaitu semen dengan kekuatan awal tinggi
4. Semen Tipe IV yaitu semen dengan panas hidrasi rendah
5. Semen Tipe V yaitu semen dengan ketahanan sulfat tinggi
Saat ini semen Portland yang paling banyak beredar di pasaran adalah
semen Portland komposit (PCC)-SNI 15 7064 2004 dan semen Portland
Pozzolan (PPC)-SNI 15 0302 2004. Kedua semen ini tergolong ke dalam semen
gabungan (Blended Cement) seperti dalam ASTM C 595.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan teori yang di jelaskan diatas dapat disimpulkan
bahwa :
1. Jenis- jenis semen ada banyak sekali diantaranya adalah semen portland,
water proofed semen,semen putih,high alumina semen, semen anti bakteri,
oil well semen (OWC), semen campur semen.
2. Sifat fisik dan mekanik semen adalah Pengikatan dan Pengerasan ( Setting
Time dan Hardening ), Ketahanan Terhadap Sulfat dan asam Kehausan,
Kuat Tekan ( Compressive Strength ), Panas Hidrasi, Soundness, dan
Konsistensi.
5.2 Saran
Semen digunakan sesuai dengan kebutuhan pembangunan, fungsinya
adalah sebagai pengikat dan pengeras, dalam memilih semen harus sesuai
dengan mutu dan sepesifikasi keperuntukannya.
20
DAFTAR PUSTAKA