Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KIMIA TERAPAN

INDUSTRI SEMEN

OLEH:
KELOMPOK 13

MUHAMMAD JUSLIANDI H031181331


SALMAN AMIR H031181334
RISNA JUPRI H031181329

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah

ini memuat tentang “industry semen” yang sangat penting untuk menambah

pengetahuan seseorang. Oleh karena itu makalah ini disusun agar pembaca dapat

memperluas ilmu yang akan kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon

untuk saran dan kritiknya untuk memperbaiki kekurangan dari makalah kami ini

dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Makassar, Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4


2.1 Pengertian Semen 4
2.2 Jenis-Jenis Semen 4
2.3 Kandungan Semen 7
2.4 Komponen Semen 9
2.5 Reaksi Pembentuksn Semen 9
2.6 Proses Pembuatan Semen 10
2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Proses Pembuatan Semen 12

BAB 3. PENUTUP 13
3.1 Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan infrastruktur memegang peranan penting dalam

pembangunan nasional. Salah satu material penunjang untuk melakukan

pembangunan nasional adalah semen (Worrell dkk., 2001). Semen adalah

komoditi yang memanfaatkan sumber daya alam berupa batu kapur, tanah liat,

pasir besi dan pasir silika melalui proses pembakaran pada temperatur tinggi.

Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai perekat hidrolisis yang

dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat

dan bahan tambahan berupa kalsium sulfat. Semen disebut sebagai bahan perekat

hidrolisis karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut

dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat merekatkan

terhadap batuan.

Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen

hidrolik dan semen non-hidrolik. Semen hidrolik yaitu material yang mengeras

setelah dicampur dengan air sebagai hasil dari reaksi kimia dari pencampuran

dengan air, dan setelah pembekuan, mempertahankan kekuatan dan stabilitas

bahkan dalam air. Semen nonhidrolik adalah material seperti batu kapur dan

gypsum yang harus tetap kering agar bertambah kuat dan mempunyai komponen

cair (Lerch, 2008). Contoh semen non-hidrolik seperti adukan semen kapur yang

dibekukan hanya dengan pengeringan, dan bertambah kuat secara lambat dengan

menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer untuk kembali membentuk

kalsium karbonat. Saat ini konstruksi semen kebanyakan adalah semen hidrolik

1
dan kebanyakan didasarkan pada semen Portland yang dibuat dari batu kapur,

mineral tanah liat tertentu dan gypsum dengan proses temperatur tinggi yang

menghasilkan karbon dioksida dan bercampur secara kimia menghasilkan bahan

utama menjadi senyawa baru (Sofyanita dan Octaria, 2018).

Industri semen nasional adalah industri strategis yang sangat dibutuhkan

dalam setiap negara. Wilayah Indonesia yang sangat luas ini tentunya memerlukan

adanya industri semen nasional sebagai industri pendukung untuk pembangunan

infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, bangunan, irigasi dan perumahan. Saat

ini industri semen di Indonesia telah mengalami perkembangan yang

pesat dalam produksi semen. Meningkatnya pertumbuhan semen sampai saat

ini masih dipengaruhi oleh tingginya tingkat pembangunan oleh sektor

negeri maupun swasta serta tingginya kebutuhan perumahan bagi masyarakat

(Parbuntari dkk., 2018).

Indonesia mempunyai sembilan pabrik dimana tiga di antaranya tergabung

dalam Semen Gresik Group yaitu PT Semen Padang, PT Semen Gresik Tbk, dan

PT Semen Tonasa yang kapasitas terpasang totalnya 16,92 juta ton per tahun. PT

Holcim Indonesia, Tbk sebagai pemain lama, memiliki kapasitas terpasang 8,7

juta ton, PT Indocement Tunggal Prakarsa (kapasitas terpasang 15,65 juta ton),

Tbk, PT Semen Baturaja (kapasitas terpasang 1,25 juta ton), PT Semen Andalas

(kapasitas terpasang 1,4 juta ton), PT Semen Kupang (kapasitas terpasang 570

ribu ton), dan PT Semen Bosowa Maros (kapasitas terpasang 1,8 juta ton).

Kelompok ini mencakup usaha pembuatan macam-macam semen, seperti

Portland natural dan jenis semen lainnya (12, )

2
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk membuat

makalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kimia terapan mengenai pabrik

semen yang ada di Indonesia khususnya di daerah Sulawesi Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan semen?

2. Bagaimana jenis-jenis semen?

3. Apakah kandungan yang terdapat dalam semen?

4. Apasaja komponen dari semen?

5. Bagaimana reaksi dalam pembentukan semen?

6. Bagaimana proses pembuatan semen pada industri pabrik semen?

7. Apa kelebihan dan kekurangan proses pembuatan semen ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui proses pembuatan semen pada industri pabrik semen

2. Mengetahui dampak keberadaan industri semen terhadap sistem mata

pencaharian masyarakat

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Semen

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu

kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempeng atau tanah liat atau bahan

pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk / bulk,

tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada

pencampurannya dengan air. Batu kapur atau gamping adalah bahan alam yang

mengandung senyawa Calsium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat

adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium

Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3), dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk

menghasilkan semen, Bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian

untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan

gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi

dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 Kg atau 50 Kg.

2.2 Jenis-Jenis Semen

1. Semen abu atau semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu

kebirubiruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar

kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan

tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.

Semen ini berdasarkan prosontase kandungan penyusunannya terdiri dari

5 type, yaitu type I sd V.

2. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu

4
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti filler atau

pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone

murni.

3. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang

digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di

darat maupun dilepas pantai.

4. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan

buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan

dari pembakaran batubara yang mengandumg amorphous silica,

alumunium oksida besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi

jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,

sehingga menjadi lebih keras.

5. Semen Pozolan

Pozolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak terlalu bersifat

semen, tetapi akan muncul sifat semen apabila dicampur dengan gamping.

Kekuatan awal semen ini lebih rendah dari pada semen Portland tetapi

dalam waktu setahun kekuatannya akan sama. Keunggulannya bahwa

semen ini tahan terhadap aksi korosi air larutan garam dan air laut, lebih

baik dari pada semen Portland.

6. Semen Alumina Tinggi

Semen Alumina Tinggi pada dasarnya suatu semen kalsium aluminat,

dibuat dengan melebur campuran batu gamping, bauksit, dan bauksit ini

biasanya mengandung oksida besi, silika, magnesia, dan ketakmurnian

lain. Cirinya ialah bahwa kekuatan semen ini berkembang dengan cepat

5
dan ketahannya terhadap air laut dan air yang mengandung sulfat lebih

baik.

7. Semen Silikat

Semen silikat yang penuh silika dan set secara kimia tahan terhadap segala

macam asam anorganik dalam segala konsentrasi, kecuali asam flourida.

Semen ini tidak cocok untuk pH diatas 7 atau dalam system yang

membentuk Kristal. Biasanya digunakan dua bagian berat silika yang

digiling halus bersama bagian natrium sulfat, contoh penerapannya ialah

sebagai bahan perekat bata didalam tangki reaksi asam kromat dan tangki

alum.

8. Semen Belerang

Semen Belerang sangan tahan terhadap garam dan asam yang tak

mengoksidasi, tetapi tidak boleh dipakai bila ada alkali, minyak, lemak,

dan pelarut. Penggunaanya pelarut karena adanya perubahan struktur

ksristal pada suhu 93oC. Contoh penggunaan semen Belerang sebagai

bahan dasar, sebagai pelekat bata, ubin, dan pipa besi cor.

9. Semen Magnesium Oksiklorida

Semen ini ditemukan oleh ahli kimia Prancis Sorel, juga disebut Semen

Sorel. Dibuat melalui aksi eksotermik larutan magnesium klorida 20%

terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan yang didapatkan dari

kalsinasi magnesit dan magnesia yang didapat dari larutan garam.

3MgO + MgCl2 + 11 H2O 3MgO.MgCl2.11H2O

Oksoklorida Kristal yang dihasilkan menambah aksi penyemenan terhadap

semen komersial. Produk ini keras dan kuat tetapi mudah terserang air

6
yang menguras kandungan magnesium kloridanya. Penggunaannya

terutama adalah sebagai semen lantai dengan pengisi yang tak reaktif dan

pigmen pewarna, dan sebagai dasar lantai dalam seperti ubin dan terazo.

Semen ini korosif terhadap korosif besi. Sebagai pengisi digunakan pasir

atau pulp kayu. Magnesia yang digunakan mungkin mengandung sejumlah

kecil kalsium oksida, kalsium hidroksida atau kalsium silikat yang dalam

proses set meningkatkan peubahan volume, dank arena itu menurunkan

kekuatannya dan sifat tahan pakainya. Untuk menghindari efek ini, hidrat

magnesium sulfat (MgSO4.7H2O) atau logam tembaga yang sangat halus

ditambahkan kepada campuran tersebut. Penggunaan serbuk tembaga tidak

hanya mencegah ekspansi yang berlebihan, tetapi juga meningkatkan

ketahanan terhadap air, adhesi, kekuatan kering dan basah sehingga lebih

dari semen magnesium oksiklorida biasa. Produk ini dapat melekat dalam

lapisan tipis pada beton dan bermanfaat untuk merapatkan retak-retak di

dalam beton.

2.3 Kandungan Semen

Berdasarkan presentase kandungan penyusunnya, semen terdisi dari 5 tipe

yaitu :

1. Semen Portland tipe I

Adalah perekat hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling

klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling

bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk

kristal senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada

tipe ini adalah 55% trikalsium silikat (C3S), 19% dikalsium silikat

7
(C2S), 10% trikalsium aluminate (C3A), 7% tetrakalsium aluminate

ferrite (C4AF), 2,8% MgO, 2,9% (SO3), 1,0% hilang dalam

pembakaran, dan 1,0% bebas CaO.

2. Semen Portland tipe II

Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memerlukan

persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal,

dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-

gedung bertingkat dan lain-lain. Komposisi senyawa yang terdapat

pada tipe ini adalah 51% (C3S), 24% (C2S), 6% (C3A), 11% (C4AF),

2,9% MgO, 2,5% (SO3), 0,8% hilang dalam pembakaran, dan 1,0%

bebas CaO

3. Semen Portland tipe III

Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa (tebal) yang

memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang, misal

bangunan di pinggir laut, bangunan bekas tanah rawa, saluran irigasi ,

dam-dam. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 57%

(C3S), 19% (C2S), 10% (C3A), 7% (C4AF), 3,0% MgO, 3,1% (SO3),

0,9% hilang dalam pembakaran, dan 1,3% bebas CaO.

4. Semen Portland tipe IV

Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan

tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misal untuk

pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan bertingkat, bangunan-

bangunan dalam air. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini

adalah 28% (C3S), 49% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,8% MgO,

8
1,9% (SO3), 0,9% hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.

5. Semen Portland tipe V

Dipakai untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam

air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.

Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 38% (C3S),

43% (C2S), 4% (C3A), 9% (C4AF), 1,9% MgO, 1,8% (SO3), 0,9%

hilang dalam pembakaran, dan 0,8% bebas CaO.

2.4 Komponen Semen

Pada industri semen, komponen utamanya adalah silikat yang

memiliki kemampuan untuk mengikat jika ditambahkan dengan air dan

menjadi keras yang dipakai untuk bangunan. Komponen yang terdapat

dalam semen adalah sebagai berikut :

1. Trikalsium silikat (3CaO.SiO2 atau C3S)

2. Dikalsium silikat (2 CaO.SiO2 atau C2S).

3. Trikalsium Alumina (3 CaO.Al2O3 atau C3A).

4. Tetra kalsium aluminate ferrite (4 CaO.Al2O3 atau C4AF).

Sedangkan bahan baku pembuatan semen :

1. Batu Kapur (CaCO3).

2. Tanah Liat (Al2O3.2SiO2.xH2O).

3. Pasir Besi (Fe2O3).

4. Pasir Silika (SiO2).

2.5 Reaksi Pembentukan Semen

Adapun reaksi pembentukan semen adalah sebagai berikut :

9
CaCO3 + Al2O3.2SiO2.XH2O + Fe2O3 + SiO2 → 3CaO.SiO2 (C3S) + 2CaO.SiO2

(C2S) + 3CaO.Al2O3 (C3A) + 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (C4AF).

2.6 Proses Pembuatan Semen

2.6.1 Proses Basah

Pada Proses basah bahan baku yang masih memiliki kadar air yang cukup

tinggi dicampurkan pada awal proses. Selanjutnya pada proses

penghilangan air dilakukan diproses akhir sebelum produk ditampung di

silo. Tahapan selanjutnya dalam proses pembuatan semen adalah grinding,

mixing dan firing. Pada proses basah, tahapan penggilingan dan

pencampuran dilakukan secara basah dengan kadar air 30-40%/ alat yang

digunakan ball mill dan slurry blending tank.

Dalam tahap firing dalam rotary klinker mencakup proses :

1. Drying : penguapan air (kadar air umpan sekitar 35%)

2. Kalsinasi : disosiasi CaCO3 menjadi CaO dan CO2 serta dekomposisi

tanah liat Al2O3.2SiO2.xH2O menjadi Al2O3 + SiO2 + H2O

Temperatur rotary klinker pada akhirnya sekitar 1643 K. Semen yang

terbentuk berupa terak selanjutnya didinginkan secara cepat dengan

alat pendingin dan selanjutnya disimpan dalam clinker storage dengan

penambahan gypsum sebanyak 4-5% bertujuan untuk memperlambat

proses pengerasan dari semen pada saat pemakaian. Selanjutnya

sampuran gypsum dipanaskan lagi di rotary klinker kemudian

didinginkan lagi dalam storage selanjutnya masuk pada klinker

grinding untuk dihaluskan selanjutnya disimpan dalam silo.

10
2.6.2 Proses Kering

Pada proses pembuatan semen dengan proses kering ini, dilakukan

pengeringan awal dari semua bahan baku sebelum pencampuran. Setelah

pencampuran maka dilakukan pengeringan lagi sampai kadar air hilang

dari semen. Pada proses kering, tahap penggilingan dan pencampuran

dilakukan secara kering (kadar air 5%). Oleh karena itu, clay dikeringkan

terlebih dahulu. Campuran bahan-bahan kemudian digunakan sebagai

umpan kering untuk tahap oembakarannya. Tahap pembakaran ini

dilakukan dalam suspension preheater dan rotary klinker dengan proses :

1. Pengeringan : dalam suspension preheater dari kadar 5% menjadi 0%

2. Kalsinasi : sebagian dalam suspension preheater dan sebagian tetap

dalam rotary klinker

3. Sintering dan Reaksi : terjadi dalam rotary klinker

Pada proses selanjutnya sama dengan proses pada pembuatan semen

proses basah. Pada pembuatan semen digunakan gypsum yang berfungsi

sebagai pengendali pengerasan untuk semen yang banyak mengandung

trikalsium alumina. Tetapi untuk semen yang memiliki trikalsium alumina

yang rendah gypsum berfungsi pengendali kekuatan mula dan perubahan

volume pada pasta yang mengering. Dari proses pembuatan semen di atas

akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 oC

sehingga menghasilkan residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida (SO 3),

silica yang larut, besi dan aluminium oksida, oksida besi, kalsium,

magnesium, alkali, fosfor dan kapur bebas.

11
2.7 Kelebihan Dan Kekurangan Proses Pembuatan Semen

2.7.1 Proses Basah

Kelebihan proses basah :

1. Kadar alkalis, klorida dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan

dalam saluran material masuk kiln

2. Deposit yang tidak homogeny tidak berpengaruh karena mudah untuk

mencampur dan mengoreksinya

3. Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa larutan

4. Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses

Kelemahan proses basah :

1. Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup

tinggi

2. Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi

bahan bakar lebih banyak

3. Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses pengeringan yang terjadi

dalam kiln menggunakan 22% panjang kiln

2.7.2 Proses Kering

Kelebihan proses kering :

1. Kiln yang digunakan relative pendek

2. Kebutuhan panas lebih rendah

Kelemahan proses kering :

1. Rata-rata kapasitas kiln lebih besar

2. Fluktuasi kadar air mengganggu operasi, karena material lengket di inlet

kiln

3. Terjadi penebalan atau penyempitan pada saluran pipa kiln

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu

kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempeng atau tanah liat atau

bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk

bubuk / bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras

atau membatu pada pencampurannya dengan air.

Proses Pembuatan Semen terdiri dari du acara, yaitu Proses Basah Pada

Proses basah bahan baku yang masih memiliki kadar air yang cukup tinggi

dicampurkan pada awal proses. Tahapan selanjutnya dalam proses

pembuatan semen adalah grinding, mixing dan firing. Proses Kering Pada

proses pembuatan semen dengan proses kering ini, dilakukan pengeringan

awal dari semua bahan baku sebelum pencampuran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. 1984. “Shreve’s Chemical Process Indutries”, 5th edition.


Singapore.
Bernasconi, G. 1995. “Teknologi Kimia”. Terjemahan Dr. Ir. Lienda Hanjojo,
M.Eng. PT Prandnya Paramitha. Jakarta.
Duda, Walter H. 1984. “Cement Data Book”, International Process Engineering In
The Cement Industry, 2 nd Edition. Boverlag Gm Bh, Weis Baden anf
Berum, Mc Donald and Evan. London.
Geankoplis, C.J. 1983. “Transport Process and Unit Operation”, 2nd Edition.
Allyn and Bacon Inc. USA.
Nur, R.R., Hartanti, F.D., dan sutikno, J.P., 2015., Studi Awal Desain Pabrik
Semen Portland dengan Waste Paper Sludge Ash sebagai Bahan Baku
Alternatif, Jurnal Teknis ITS, 4(2): 2337-3539.
Perry, J.H. 1950. “Chemical Engineering Handbook”, 6th Edition. Mc Graw Hill
Book Company Inc. New York.
Putri, F.A., Amri, H., dan Suryani, L., Review Industry Semen, Jurusan Kimia,
Universitas Negeri Padang.
Rahayuningsi, Y., 2017, Dampak Keberadaan Industry Semen terhadap System
Mata Pencaharian (Lifelihood System) Nelayan Bayah., Jurnal Sosek KP,
12(2): 213-223.
Richardo, Ivan dan Hasudungan, S. 2006. “Proses Pembuatan Semen Di Unit nr 4
PT Holcim Indonesia Tbk”. Jurusan Teknik Kimia FT. Untirta, Cilegon.

14

Anda mungkin juga menyukai