Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA ANORGANIK

INDUSTRI SEMEN

Dosen Pengampu:
Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Nadya Rustanti 40040120650028 2020
Almira Cynthia Perwitasari 40040120650048 2020
Raihan Surya Sequoidenron G. 40040120650054 2020
Viona Syifa 40040120650074 2020

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkar rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan Makalah Proses Industri Kimia Anorganik mengenai industri
semen ini dengan tepat waktu.
Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Mohamad Endy Julianto, S.T.,
M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Proses Industri Kimia Anorganik karena dengan
bimbingan beliau pula kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini ke
depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.
Wasalamu’alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Semarang, 20 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II ISI.................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Semen......................................................................................................6
2.2 Jenis jenis Semen.......................................................................................................7
2.3 Bahan Baku Semen..................................................................................................10
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Semen.......................................................................14
2.5 Produk......................................................................................................................14
2.6 Proses Pembuatan Semen.......................................................................................17
2.7 Troubleshoot............................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pembangunan nasional, perkembangan infrastruktur memegang peranan
penting dimana salah satu material penunjang untuk melakukan pembangunan nasional
adalah semen. Semen merupakan komoditi yang memanfaatkan sumber daya alam
berupa batu kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silika melalui proses pembakaran pada
temperatur tinggi. Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai perekat hidrolisis
yang dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan
bahan tambahan berupa kalsium sulfat. Alasan semen disebut sebagai bahan perekat
hidrolisis karena mengandung senyawa-senyawa yang dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru yang bersifat merekatkan terhadap batuan.
Industri semen nasional adalah industri strategis yang sangat dibutuhkan dalam
setiap negara. Dengan wilayah Indonesia yang sangat luas, tentu memerlukan adanya
industri semen nasional sebagai industri pendukung untuk pembangunan infrastruktur
jalan, jembatan, pelabuhan, bangunan, irigasi dan perumahan. Saat ini industri semen di
Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dalam produksi semen.
Meningkatnya pertumbuhan semen sampai saat ini masih dipengaruhi oleh tingginya
tingkat pembangunan oleh sektor negeri maupun swasta serta tingginya kebutuhan
perumahan bagi masyarakat. Indonesia mempunyai sembilan pabrik dimana tiga di
antaranya tergabung dalam Semen Gresik Group yaitu PT Semen Padang, PT Semen
Gresik Tbk, dan PT Semen Tonasa. PT Holcim Indonesia, Tbk, PT Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk, PT Semen Baturaja, PT Semen Andalas, PT Semen Kupang, dan PT
Semen Bosowa Maros. Kelompok tersebut mencakup usaha pembuatan macam-macam
semen, seperti portland, natural dan jenis semen lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dari semen?
1.2.2 Apa saja jenis jenis semen?
1.2.3 Apa saja bahan baku semen?
1.2.4 Apa saja kelebihan dan kekurangan semen?
1.2.5 Bagaimana proses yang terjadi di industri semen?
1.2.6 Bagaimana hasil produk dari industri semen?
1.2.7 Bagaimana troubleshooting pada industri semen?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian semen,
jenis jenis semen, bahan baku semen, kelebihan dan kekurangan semen, proses pada
industri semen, produk dari industri semen, dan troubleshooting pada industri semen.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Semen


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung yang
terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan
batu bata ataupun membuat tembok.
Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu
gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat
baru bersifat perekat pada bebatuan (Farhan, 2016).
Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan
cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-
sama dengan batu kerikil dan pasir (Farhan, 2016).
Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu:
- Semen non hidraulis
Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras dalam air atau
tidak stabil dalam air. Contoh semen non hidraulis (hydraulic binder) adalah lime
dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam bangunan yang dibuat dengan
memanaskan limestone pada suhu 850oC. CaCO3 dari limestone akan melepaskan
CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime (CaO).

Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran
yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat mengeras
bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.
- Semen hidraulis
Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka semen
tersebut bersifat:
 Dapat mengeras bila dicampur air
 Tidak larut dalam air
 Dapat mengeras dalam air
2.2 Jenis jenis Semen
2.2.1 Semen Portland

Semen Portland (Semen Abu) adalah bubuk berwarna abu kebiruan yang
dibentuk dengan bahan utama batu kapur/gamping yang memiliki kadar kalsium
tinggi. Batu kapur/gamping tersebut diolah di dalam tanur dengan suhu dan
tekanan tinggi. Semen Portland biasa digunakan dalam masyarakat umum untuk
perekat. Semen Portland memiliki beberapa varian, yaitu Semen Portland I, Semen
Portland II, Semen Portland III, Semen Portland IV, dan Semen Portland V.
1) Semen Portland I (Ordinary Portland Cement) untuk membangun konstruksi
yang tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti perumahan, jalan raya,
landasan pacu, dll.
2) Semen Portland II (Moderate Sulfat Resistance) dalam penggunannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Semen ini
digunakan untuk membangun kontruksi di tanah rawa, pinggir laut, saluran
irigasi, dan bendungan.
3) Semen Portland III (High Early Strength) dalam penggunannya memerlukan
kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan. Semen ini
digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi, jalan tol, dan
bandara.
4) Semen Portland IV (Low Heat of Hydration) dalam penggunaannya
memerlukan panas hidrasi rendah. Semen ini digunakan pada bangunan yang
kondisinya dipengaruhi perubahan temperature seperti dam dan lapangan
udara.
5) Semen Portland V (Sulfat Resistance Cement) memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen ini digunakan untuk membangun proyek yang memiliki
kandungan sulfat tinggi, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat
pengolahan limbah.

2.2.2 Semen Putih

Semen putih (Grey Cement) adalah semen yang lebih murni dari semen
Portland. Semen putih biasa digunakan untuk finishing pekerjaan, seperti filter atau
pengisi, dan keperluan dekorasi. Umumnya, semen putih digunakan untuk melapisi
sambungan keramik, permukaan teras, dll. Semen putih dibuat dengan bahan utama
kalsit limestone murni.

2.2.3 Semen Sumur Minyak

Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat maupun
di lepas pantai. Pada proses pengeboran sumur minyak sedalam ratusan meter, pipa
besi ditempatkan di lubang sumur. Kemudian, semen dipompa ke bawah melalui
pipa besi. Saat semen dipompa kembali ke permukaan, bagian luar pipa dan
dinding sumur akan terikat. Ikatan tersebut akan melindungi minyak dan air di
bawah tanah tidak bercampur di dalam sumur.

2.2.4 Semen Super Mansory

Semen super mansory digunakan pada pembuatan berbagai macam elemen


konstruksi dalam sebuah bangunan. Beberapa diantaranya memiliki fungsi untuk
paving block, hollow brick, dan tegel.

2.2.5 Semen Portland Composite

Semen Portland composite merupakan semen yang umumnya terbuat dari


hasil penggilingan terak, beberapa bahan anorganik, dan gypsum. Semen ini
digunakan dalam pembuatan beton pracetak, paving block, dan konstruksi beton.

2.2.6 Semen Antibakteri


Semen antibakteri dibuat dengan mencampur semen Portland dengan bahan
antibakteri. Sejumlah proyek menggunakan semen jenis ini untuk menahan
pertumbuhan bakteri. Seperti pembuatan kolam ikan, kolam renang, lantai pabrik
makanan, dll (Richard, 2021).

2.2.7 Semen Portland Pozzolan


Pozzolan adalah bahan yang tidak terlalu bersifat semen, tetapi akan
muncul sifat semen jika dicampur dengan gamping. Keunggulan dari semen
pozzolan adalah tahan terhadap korosi larutan garam dan air laut serta lebih baik
daripada semen Portland. Semen Pozzolan digunakan untuk membangun
konstruksi yang membutuhkan ketahanan sulfat dan panas tingkat sedang,
misalnya dermaga dan jembatan.

2.2.8 Semen Alumina Tinggi

Semen Alumina Tinggi (High Alumina) adalah suatu semen kalsium


alumina yang dibuat dengan cara melebur campuran batu gamping dan bauksit
yang biasanya mengandung oksida besi, silika, magnesia, dan ketidakmurnian
lainnya. Kekuatan semen ini berkembang cepat dan tahan terhadap air laut serta air
yang mengandung sulfat. Semen ini digunakan untuk membuat beton yang tahan
api, panas, dan korosi.
(Andini et al., 2019)

2.3 Bahan Baku Semen


2.3.1 Bahan Baku Utama
2.3.3.2 Batu Kapur (CaCO3)
Batu kapur murni biasanya berupa Calspar (kalsit) dan aragonite. Berat
jenis kalsit dan aragonite adalah sekitar 2,7 dan 2,95. Kekerasan batu
kapur antara 1,8 – 3,0 skala Mesh, warna pada batu kapur dipengaruhi
oleh tingkat kandungan unsur-unsur besi, clay (tanah liat), dan MgO. Batu
kapur ini memberikan kandungan CaO dan sedikit mengandung MgO.

2.3.3.3 Tanah Liat (Clay)


Tanah liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang
mempunyai sumber utama senyawa silikat dan aluminat dan sedikit
senyawa besi. Tanah liat memiliki berat molekul 796,40 g/gmol dan
secara umum mempunyai warna cokelat kemerah-merahan serta tidak
larut dalam air.

2.3.2 Sifat Kimia dan Fisika Bahan Baku Semen


Tabel 2.1. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Utama Semen

2.3.3 Bahan Baku Penunjang


Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya apabila
terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah.
Diantara bahan penunjang yang biasa digunakan adalah:
a. Pasir Silika (Silica Sand)
Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat yang
rendah.
b. Pasir Besi (Iron Sand)
Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya dalam
bahan baku utama masih kurang.

Sifat Fisika dan Kimia dari bahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Penunjang Semen

Komponen kimia yang terkandung di dalam pasir silika dan pasir besi ini dapat
dillihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Komponen Kimia Dalam Pasir Silika dan Pasir Besi
2.3.3.1 Bahan Tambahan
Bahan tambahan tambahan yang digunakan dalam proses
pembuatan semen yaitu Gypsum. Gipsum dengan rumus kimia
CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus ditambahkan pada proses
pengilingan klinker menjadi semen. Fungsi gypsum adalah mengatur
waktu pengikatan daripada semen atau yang dikenal dengan sebutan
retarder.
Pada proses pengilingan klinker menjadi semen, jumlah gypsum
dikontrol melalui kandungan SO3 (sulfur trioksida) dari semen yang
diproduksi. Semakin tinggi kandungan SO3 dalam semen maka ini dapat
memberikan indikasi bahwa pengunaan gypsum juga tinggi begitu pun
sebaliknya. Gipsum dalam semen dapat memberikan efek negatif apabila
dalam jumlah yang besar, karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian
pada semen saat digunakan, itulah sebabnya penggunaan gipsum harus
dikontrol secara ketat.
Selain sebagai pengatur waktu pengikatan dan penyebab
pemuaian, gypsum juga mempengaruhi kuat tekan baik itu nilai kuat tekan
maupun perkembangan kuat tekan.

Sifat Fisika dan Kimia dari Gypsum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Sifat Fisika dan Kimia Gypsum
Komposisi dari Gypsum dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.5. Komposisi Gypsum

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Semen


2.4.1 Kelebihan
Kelebihan dari produk semen ini diantaranya adalah:
a. Mudah dan praktis digunakan
b. Tahan terhadap suhu yang tinggi
c. Menghemat waktu dan biaya
d. Daya rekat baik
e. Konsistensi terjamin
f. Mudah disimpan dan rapih
(Hidayat, 2009)

2.4.2 Kekurangan
Kekurangan dari produk semen ini diantaranya adalah:
a. Memiliki kuat tarik yang lemah
b. Sulit kedap air
c. Memerlukan dilatasi (Expansion Joint)
d. Pengaplikasian memiliki ketellitian yang tinggi
e. Memiliki daya pantul yang besar.
(Hidayat, 2009)
2.5 Produk
2.5.1 Sifat Fisika Semen
1) Hidrasi Semen
Hidrasi pada semen terjadi jika ada kontak antara mineral alam dalam semen
dengan air. Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi hidrasi diantaranya jumlah
air yang ditambahkan, temperature, kehalusan semen, dan bahan tambahan.
Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang
akan mengalami pengerasan dalam jangka waktu tertentu.
2) Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi
eksoterm) apabila semen dicampur dengan air.
3) Setting time dan Hardening
Setting time sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif.
Setting time akan menurun jika klinker tidak terbakar sempurna, partikel
semen halus, tingginya kandungan alumina, alkali, dan soda kaustik. Setting
time akan meningkat jika klinker dibakar pada temperature yang sangat tinggi,
partikel semen kasar, gypsum yang ditambahkan berlebih, tingginya kadar
silika, Natrium Klorida (NaCl), Barium Klorida (BaCl), senyawa sulfat, dan
air sadah.
4) False set
False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan karena
pemanasan berlebih. False set merupakan proses pengerasan semen yang tidak
normal apabila air ditambahkan ke dalam semen, sehingga dalam beberapa
menit pengerasan segera terjadi.
5) Kuat tekan
Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat tekan
sangat diperlukan dalam menentukan mix design dari beton untuk suatu
konstruksi tertentu. Nilai kuat tekan akan meningkat jika nilai Lime Saturation
Factor (LSF) tinggi, nilai alumina ratio rendah, nilai silica ratio tinggi,
kandungan SO3 rendah, dan tingkat kehalusan semen tinggi.
6) Kelembaban
Semen mudah menyerap uap air dan CO2 dari udara selama penyimpanan atau
pengangkutan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas semen.
7) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam campuran
beton, yaitu hidration shrinkage, drying shrinkage, dan carbonation
shrinkage. Yang paling memengaruhi keretakan beton adalah drying
shrinkage. Penyusutan terjadi karena adanya penguapan air bebas dari pasta
semen selama proses setting time dan hardening.
8) Daya Tahan Semen terhadap Asam dan Sulfat
Pada umumnya daya tahan terhadap asam lemah, sehingga mudah
terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam klorida (HCl)
dan asam sulfat (H2SO4).
9) Kehalusan
Semakin halus semen, panas hidrasi kebutuhan air satu per satuan berat semen
akan semakin tinggi serta reaksi hidrasi akan semakin cepat.
10) Napa Soil
Penambahan napa soil menyebabkan tingginya kadar SiO 2, Al2O3, Fe2O3 dalam
semen, sedangkan komposisi lain dalam semen seperti CaO, MgO, dan SO 3
menurun.

2.5.2 Sifat Kimia Semen


1) Hilang Pijar (LOI)
Pada semen sifat ini disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal yang
berasal dari gypsum serta penguapan CO2.
2) Silica Ratio (SR)
Perubahan silica ratio dapat menyebabkan perubahan pada pembentukan
coating pada burning zone dan burnability clinker. Silica ratio yang rendah
dapat menyebabkan raw meal mudah dibakar, temperature klinkerisasi rendah,
cenderung membentuk ring coating dalam kiln apalagi bila Line Saturation
Factor (LSF) rendah, kekuatan awal tinggi tetapi dengan pertambahan waktu
sedikit sekali kenaikannya dan C2S banyak.
3) Alumina Ratio (AR)
Jika nilai alumina ratio (AR) tinggi, maka akan menurunkan silica ratio,
sehingga akan menghasilkan semen dengan waktu pengikatan yang cepat. Jika
alumina ratio rendah maka akan menyebabkan semen yang dihasilkan tahan
terhadap sulfat yang tinggi, mudah dibakar, temperature klinkerisasi lebih
rendah, reaksi klinkerisasi lebih cepat, fasa cair banyak dan resistensi uap air
laut serta senyawa kimia tinggi.
(Andini et al., 2019)

2.6 Proses Pembuatan Semen


Proses pembuatan semen dibagi menjadi:
a. Proses Basah (Wet Process)
Pada proses ini semua bahan baku dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan lalu dibakar menggunakan bahan bakar minyak (bunker crude oil). Proses
ini jarang digunakan karena keterbatasan energi BBM. Proses basah ini diawali
dengan pengecilan ukuran bahan baku (raw material) menggunakan crusher. Setelah
digiling, setiap jenis bahan baku disimpan di tempat yang terpisah. Proses
penggilingan disertai dengan penambahan air ke wash mill, sehingga kombinasi bahan
baku yang dihasilkan berupa slurry yang mengandung air 25-40%. Slurry diaduk
sehingga menghasilkan campuran yang homogen. Slurry yang homogen dibakar
menggunakan long rotary kiln untuk menghasilkan clinker kemudian didinginkan
dalam cooler. Komponen tambahan yang diperlukan untuk membuat clinker menjadi
semen Portland adalah gypsum yang telah digiling. Gypsum dan clinker digiling
dengan menggunakan ball mill, sehingga dihasilkan semen dalam bentuk bubuk
kemudian siap dikemas.

b. Proses Kering (Dry Process)


Pada proses ini teknik yang digunakan adalah teknikpenggilingan dan blending
kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara. Proses ini terdiri dari lima tahap
pengelolaan, yaitu sebagai berikut:
1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
2) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk memperoleh campuran yang
homogen.
3) Proses pembakaran raw meal untuk memperoleh terak (clinker, bahan setengah jadi
yang diperlukan untuk pembuatan semen).
4) Proses pendinginan clinker.
5) Proses penggilingan akhir, dimana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Dari proses diatas akan terjadi penguapan karena pembakaran pada suhu 900°C sehingga
menghasilkan sisa (residu) yang tidak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan
aluminium oksida, kalsium, oksida besi, magnesium, fosfor, kapur bebas dan alkali.

Mayoritas perusahaan produksi semen melakukan proses pembuatan semen


dengan menggunakan proses kering (dry process). Dalam proses kering, bahan baku
dicampur masuk kiln melalui preheater. Di sini, gas panas dari kiln, digunakan untuk
memanaskan umpan. Akibatnya, umpan sudah panas sebelum masuk kiln. Proses kering
jauh lebih efisien termal dari proses basah karena umpan dalam bentuk kering dan
sehingga hanya ada sedikit air yang harus diuapkan (Con G. Manias).
Kiln pada proses kering dilengkapi suspension preheater. Alat ini adalah menara
dengan serangkaian cyclone yang bergerak cepat dengan gas panas yang menjaga umpan
melayang di udara. Sepanjang waktu, umpan akan lebih panas dan gas akan lebih dingin
sampai umpan berada pada suhu hampir sama dengan gas. Pada dasarnya proses
pembuatan semen ada lima tahapan utama. Kelima tahap ini adalah sebagai berikut :
1. Penyediaan bahan baku
Bahan baku utama yang digunakan untuk kegiatan produksi semen adalah batu
kapur sekitar 75 – 90 % dan tanah liat sekitar 7 – 20 %, sedangkan bahan baku
koreksi berupa pasir besi sekitar 1 – 3 % dan pasir silika 1 – 6 %. Bahan baku utama
diperoleh dari pertambangan sendiri di sekitar lokasi pabrik. Untuk memperoleh
bahan baku utama perlu dilakukan beberapa proses, yaitu :
a. Clearing (pembersihan)
b. Stripping of over burden (pengupasan tanah permukaan)
c. Drilling (pengeboran)
d. Blasting (pengeboman)
e. Loading (pemuatan)
f. Hauling (pengangkutan)
g. Crushing (penghancuran)
Khusus untuk penambangan tanah liat tidak memakai proses drilling dan blasting.
Setelah mengalami proses penghancuran (ukuran sekitar 8 cm), bahan baku akan
disimpan dalam storage dan dilakukan proses preblending untuk
menghomogenisasikan kualitas bahan baku.

2. Pengeringan dan penggilingan bahan baku


Penggilingan bahan mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan
mentah menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih
besar. Tujuan dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan
campuran bahan mentah yang homogenik dan untuk mempermudah terjadinya reaksi
kimia pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan, material juga mengalami
pengeringan dengan media pengeringanya berupa gas panas yang dapat berasal dari
hot gas generator ataupun dari kiln exchaust gas.
Bahan mentah utama yang terdiri dari batu kapur dan tanah liat digaruk
dengan menggunakan reclaimer dari stock pile masing-masing, kemudian bahan
koreksi yang berupa pasir silika dan pasir besi di campur dengan bahan mentah utama
dalam sebuah belt conveyor untuk diumpankan ke dalam vertical mill. Di dalam
vertical mill keempat bahan mentah yang telah bercampur dengan proporsi tertentu itu
mengalami proses penggilingan dan pengeringan. Selanjunya, material yang telah
halus dihisap dengan sebuah fan.
Untuk mendapatkan produk vertical mill tepung baku atau raw meal yang
memiliki kehalusan sesuai dengan standar, maka material yang terhisap harus
melewati separator terlebih dahulu dan selanjutnya dipisahkan dari gas panas dengan
menggunakan 4 buah cyclone.
Tepung baku yang telah terpisah dari gas panas selanjutnya dimasukkan ke CF
Silo ( Continous Flow Silo ) dengan menggunakan alat transport berupa fluxoslide
dan belt bucket elevator. Di dalam CF Silo, raw meal akan dihomogenisasi dan
disimpan serta siap diumpan ke kiln. Produk atas dari cyclone separator adalah uap
air, gas panas dan sebagian debu yang terikat pada waktu pemisahan ini
ditransportasikan ke Electric Precipitator.
Di dalam Electric Precipitator ini debu ditangkap oleh elektroda-elektroda
yang bertegangan tinggi. Debu yang terkumpul ini dikembalikan lagi ke CF Silo.
Sedangkan gas panas dari kiln, uap air dan sebagian debu yang tidak tertangkap oleh
elektroda-elektroda Electric Precipitator ditransportastikan ke cerobong (stack)
dengan bantuan sebuah fan adalah ID fan.

3. Pembentukan klinker (pembakaran)


Tepung baku (raw meal) yang telah dihomogenisasi di dalam CF Silo
dikeluarkan dan dengan menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung baku
diumpankan ke kiln. Tepung baku yang diumpankan ke Kiln disebut umpan baku atau
umpan kiln (kiln feed). Proses pembakaran yang terjadi meliputi pemanasan awal
umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi dan dekomposisi), pembakaran di
kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di Grate cooler (quenching).
a. Pengeringan
Pengeringan di sini adalah proses penguapan air yang masih terkandung dalam
umpan baku. Terjadi pada saat umpan baku kontak dengan gas panas pada
temperatur sampai 200 ºC.
b. Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses terjadinya pelepasan air kristal (combined water) yang
terikat secara molekuler di dalam mineral-mineral umpan baku. Proses ini terjadi
pada temperatur 100-400 ºC. Kondisi ini menyebabkan struktur mineral menjadi
tidak stabil dan akan terurai pada temperatur 400-900 ºC.
c. Dekomposisi dan kalsinasi
Dekomposisi adalah proses penguraian atau pemecahan mineral-mineral umpan
baku menjadi oksida-oksida yang relatif terjadi pada temperatur 400-900ºC .
Proses yang terjadi ialah :
Kaolin menjadi Metakaolin
Al4(OH)8.Si4O8 → 2(Al2O3.SiO2) + 4H2O
Metakaolin menjadi oksida – oksida reaktif
Al2O3.2SiO2 → Al2O3 + 2SiO2
Proses kalsinasi adalah proses penguraian karbonat menjadi oksida CaO dan MgO
serta CO2 sebagai gas. Proses kalsinasi berlangsung dari cyclone I hingga cyclone
III pada temperatur yang berbeda dengan keberhasilan derajat kalsinasi (persentasi
unsur CaO yang terurai dari senyawa karbonat) sesuai dengan desain preheater
yang digunakan. Reaksi dekomposisi karbonat yaitu :
CaCO3 → CaO + CO2 (Proses terjadi dalam kondisi panas)
MgCO3 → MgO + CO2 (Proses terjadi dalam kondisi panas)

d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa-senyawa penyusun semen
Portland, baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Proses klinkerisasi
membutuhkan energi yang sangat tinggi yaitu berkisar 800 kkal/kg klinker dan
proses ini sebagian besar terjadi di dalam kiln, cyclone IV A dan calsiner.
e. Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker secara mendadak setelah reaksi
klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam Grate cooler dengan media
pendingnnya berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam Grate cooler dengan
menggunakan fan. Tujuan quenching adalah untuk mendapatkan klinker dengan
mutu yang baik diantaranya :
1. Mencegahnya terjadinya reaksi inversi terjadi pada pendinginan lambat pada
temperatur ± 1200 ºC.
2. Mencegahnya terjadinya pembentukan struktur Kristal beta 2CaO.SiO2 yang
bersifat hidraulis menjadi Kristal alfa 2CaO.SiO2 yang bersifat kurang atau
tidak hidraulis. Klinker yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam klinker
silo.
3. Dengan adanya pendinginan yang mendadak dari temperatur tinggi (1000 °C)
menjadi temperatur yang rendah (100 °C) akan dihasilkan terak yang rapuh
(berpori-pori tinggi) sehingga memudahkan dalam proses penggilingan terak.
4. Untuk melindungi peralatan transportasi terak dari temperatur tinggi.
5. Panas terak dikembalikan ke dalam kiln sebagai udara sekunder pada
pembakaran.

4. Penggilingan klinker
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut dengan
chain conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari 10 gerbong
dibongkar dan disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan tertentu, klinker
dan gypsum dikeluarkan dari bin masing-masing dan akan bercampur di belt
conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian dihancurkan dengan roller press
sehingga memiliki ukuran tertentu yang selanjutnya digiling dengan menggunakan
alat penggiling berupa tube mill yang berisi bola-bola besi sebagai media
penghancurnya. Dengan menggunakan sebuah fan, material yang telah halus dihisap
dan dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap udara.
Semen yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan kehalusan
minimal 3000 cm2/g (SNI mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).

5. Pengantongan semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan belt
conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa rotary packer, semen
dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen, kemudian dibawa ke truk untuk
dipasarkan. Selain itu, semen juga dikemas dengan big bag yang bermuatan 1 ton
semen dan ada semen curah atau bulk yang diangkut menggunakan truk bermuatan.

2.7 Troubleshoot
2.7.1 Masalah sirkulasi yang terjadi pada sistem preheater dikarenakan adanya
konsentrasi yang berlebih sehingga dapat menyebabkan masalah penyumbatan
(clogging) pada sistem preheater. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk
pemanasan awal bahan baku sebelum masuk rotary kiln. Pemanasan raw meal
terjadi pada preheater melalui beberapa stage cyclone dan pemanas yang
digunakan adalah gas hasil pembakaran dari kiln.
2.7.2 Kandungan Cl yang begitu tinggi pada abu insenerasi dan logam berat yang
dikandung yang dapat mengakibatkan masalah pada sistem operasi dan
mengurangi kualitas dan pengamanan material pada 95 semen.
BAB III
KESIMPULAN

Salah satu material penunjang untuk melakukan pembangunan nasional adalah semen.
Semen sendiri dapat diartikan sebagai bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive,
digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama dengan
batu kerikil dan pasir. Terdapat beberapa jenis semen antara lain semen portland (semen abu),
semen putih (grey cement), semen sumur minyak (oil well cement), semen super mansory,
semen portland composite, semen antibakteri, semen pozzolan, dan semen alumina tinggi
(high alumina). Bahan baku utama semen yaitu batu kapur dan tanah liat, sedangkan bahan
baku penunjangnya yaitu pasir silika dan pasir besi. Proses pembuatan semen dibagi menjadi
dua yaitu proses basah dan proses kering. Dan pada dasarnya proses pembuatan semen ada
lima tahapan utama yaitu penyediaan bahan baku, pengeringan dan penggilingan bahan baku,
pembentukan klinker (pembakaran), penggilingan klinker, dan pengantongan semen. Pada
industri semen bisa saja terjadi masalah antara lain masalah sirkulasi yang terjadi pada sistem
preheater dan selanjutnya masalah kandungan Cl yang begitu tinggi pada abu insenerasi dan
logam berat yang dikandung yang dapat mengakibatkan masalah pada sistem operasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, F., Suryani, L., & Amri, H. (2019). Review Industri Semen.
https://doi.org/10.31227/OSF.IO/4DJWV
Botahala, L., & Pasae, Y. (2020). Kimia Semen. Deepublish.
Farhan, M. (2016). Penambahan Abu Batubara sebagai Bahan Campuran untuk Proses Pembuatan
Semen (Doctoral dissertation, POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).
Green, D. W., & Perry, R. H. (2007). Perry's Chemical Engineers' Handbook, Eighth Edition:
McGraw-Hill Education.
Hidayat, S. (2009). Semen: jenis & aplikasinya. Kawan Pustaka.
Richard, T. (2021, July 14). 9 Jenis Semen dan Kegunaannya. Pelajari Sebelum Bangun Rumah!
https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-semen-dan-kegunaannya/
Saputra, Budiman (2019) Analisa Setting Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Motor Induksi
Penggerak Bucket Elevator Di Area Penggilingan Pt. Semen Baturaja(Persero) Tbk
Palembang Menggunakan Matlab Graphical User Interface. Other thesis, Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Semen. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 05 Sep 2020, dari https://kbbi.web.id/semen

(Botahala & Pasae, 2020)

Anda mungkin juga menyukai