INDUSTRI SEMEN
Dosen Pengampu:
Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T.
Disusun Oleh:
Nadya Rustanti 40040120650028 2020
Almira Cynthia Perwitasari 40040120650048 2020
Raihan Surya Sequoidenron G. 40040120650054 2020
Viona Syifa 40040120650074 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................5
BAB II ISI.................................................................................................................................6
2.1 Pengertian Semen......................................................................................................6
2.2 Jenis jenis Semen.......................................................................................................7
2.3 Bahan Baku Semen..................................................................................................10
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Semen.......................................................................14
2.5 Produk......................................................................................................................14
2.6 Proses Pembuatan Semen.......................................................................................17
2.7 Troubleshoot............................................................................................................22
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian semen,
jenis jenis semen, bahan baku semen, kelebihan dan kekurangan semen, proses pada
industri semen, produk dari industri semen, dan troubleshooting pada industri semen.
BAB II
ISI
Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan Ca(OH)2 dalam butiran
yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi dapat mengeras
bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.
- Semen hidraulis
Semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air menghasilkan
padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis, maka semen
tersebut bersifat:
Dapat mengeras bila dicampur air
Tidak larut dalam air
Dapat mengeras dalam air
2.2 Jenis jenis Semen
2.2.1 Semen Portland
Semen Portland (Semen Abu) adalah bubuk berwarna abu kebiruan yang
dibentuk dengan bahan utama batu kapur/gamping yang memiliki kadar kalsium
tinggi. Batu kapur/gamping tersebut diolah di dalam tanur dengan suhu dan
tekanan tinggi. Semen Portland biasa digunakan dalam masyarakat umum untuk
perekat. Semen Portland memiliki beberapa varian, yaitu Semen Portland I, Semen
Portland II, Semen Portland III, Semen Portland IV, dan Semen Portland V.
1) Semen Portland I (Ordinary Portland Cement) untuk membangun konstruksi
yang tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti perumahan, jalan raya,
landasan pacu, dll.
2) Semen Portland II (Moderate Sulfat Resistance) dalam penggunannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Semen ini
digunakan untuk membangun kontruksi di tanah rawa, pinggir laut, saluran
irigasi, dan bendungan.
3) Semen Portland III (High Early Strength) dalam penggunannya memerlukan
kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan. Semen ini
digunakan dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi, jalan tol, dan
bandara.
4) Semen Portland IV (Low Heat of Hydration) dalam penggunaannya
memerlukan panas hidrasi rendah. Semen ini digunakan pada bangunan yang
kondisinya dipengaruhi perubahan temperature seperti dam dan lapangan
udara.
5) Semen Portland V (Sulfat Resistance Cement) memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen ini digunakan untuk membangun proyek yang memiliki
kandungan sulfat tinggi, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, tempat
pengolahan limbah.
Semen putih (Grey Cement) adalah semen yang lebih murni dari semen
Portland. Semen putih biasa digunakan untuk finishing pekerjaan, seperti filter atau
pengisi, dan keperluan dekorasi. Umumnya, semen putih digunakan untuk melapisi
sambungan keramik, permukaan teras, dll. Semen putih dibuat dengan bahan utama
kalsit limestone murni.
Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat maupun
di lepas pantai. Pada proses pengeboran sumur minyak sedalam ratusan meter, pipa
besi ditempatkan di lubang sumur. Kemudian, semen dipompa ke bawah melalui
pipa besi. Saat semen dipompa kembali ke permukaan, bagian luar pipa dan
dinding sumur akan terikat. Ikatan tersebut akan melindungi minyak dan air di
bawah tanah tidak bercampur di dalam sumur.
Sifat Fisika dan Kimia dari bahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku Penunjang Semen
Komponen kimia yang terkandung di dalam pasir silika dan pasir besi ini dapat
dillihat pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Komponen Kimia Dalam Pasir Silika dan Pasir Besi
2.3.3.1 Bahan Tambahan
Bahan tambahan tambahan yang digunakan dalam proses
pembuatan semen yaitu Gypsum. Gipsum dengan rumus kimia
CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus ditambahkan pada proses
pengilingan klinker menjadi semen. Fungsi gypsum adalah mengatur
waktu pengikatan daripada semen atau yang dikenal dengan sebutan
retarder.
Pada proses pengilingan klinker menjadi semen, jumlah gypsum
dikontrol melalui kandungan SO3 (sulfur trioksida) dari semen yang
diproduksi. Semakin tinggi kandungan SO3 dalam semen maka ini dapat
memberikan indikasi bahwa pengunaan gypsum juga tinggi begitu pun
sebaliknya. Gipsum dalam semen dapat memberikan efek negatif apabila
dalam jumlah yang besar, karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian
pada semen saat digunakan, itulah sebabnya penggunaan gipsum harus
dikontrol secara ketat.
Selain sebagai pengatur waktu pengikatan dan penyebab
pemuaian, gypsum juga mempengaruhi kuat tekan baik itu nilai kuat tekan
maupun perkembangan kuat tekan.
Sifat Fisika dan Kimia dari Gypsum dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Sifat Fisika dan Kimia Gypsum
Komposisi dari Gypsum dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.5. Komposisi Gypsum
2.4.2 Kekurangan
Kekurangan dari produk semen ini diantaranya adalah:
a. Memiliki kuat tarik yang lemah
b. Sulit kedap air
c. Memerlukan dilatasi (Expansion Joint)
d. Pengaplikasian memiliki ketellitian yang tinggi
e. Memiliki daya pantul yang besar.
(Hidayat, 2009)
2.5 Produk
2.5.1 Sifat Fisika Semen
1) Hidrasi Semen
Hidrasi pada semen terjadi jika ada kontak antara mineral alam dalam semen
dengan air. Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi hidrasi diantaranya jumlah
air yang ditambahkan, temperature, kehalusan semen, dan bahan tambahan.
Faktor-faktor tersebut akan mengakibatkan terbentuknya pasta semen yang
akan mengalami pengerasan dalam jangka waktu tertentu.
2) Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi
eksoterm) apabila semen dicampur dengan air.
3) Setting time dan Hardening
Setting time sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif.
Setting time akan menurun jika klinker tidak terbakar sempurna, partikel
semen halus, tingginya kandungan alumina, alkali, dan soda kaustik. Setting
time akan meningkat jika klinker dibakar pada temperature yang sangat tinggi,
partikel semen kasar, gypsum yang ditambahkan berlebih, tingginya kadar
silika, Natrium Klorida (NaCl), Barium Klorida (BaCl), senyawa sulfat, dan
air sadah.
4) False set
False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan karena
pemanasan berlebih. False set merupakan proses pengerasan semen yang tidak
normal apabila air ditambahkan ke dalam semen, sehingga dalam beberapa
menit pengerasan segera terjadi.
5) Kuat tekan
Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat tekan
sangat diperlukan dalam menentukan mix design dari beton untuk suatu
konstruksi tertentu. Nilai kuat tekan akan meningkat jika nilai Lime Saturation
Factor (LSF) tinggi, nilai alumina ratio rendah, nilai silica ratio tinggi,
kandungan SO3 rendah, dan tingkat kehalusan semen tinggi.
6) Kelembaban
Semen mudah menyerap uap air dan CO2 dari udara selama penyimpanan atau
pengangkutan. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas semen.
7) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam campuran
beton, yaitu hidration shrinkage, drying shrinkage, dan carbonation
shrinkage. Yang paling memengaruhi keretakan beton adalah drying
shrinkage. Penyusutan terjadi karena adanya penguapan air bebas dari pasta
semen selama proses setting time dan hardening.
8) Daya Tahan Semen terhadap Asam dan Sulfat
Pada umumnya daya tahan terhadap asam lemah, sehingga mudah
terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam klorida (HCl)
dan asam sulfat (H2SO4).
9) Kehalusan
Semakin halus semen, panas hidrasi kebutuhan air satu per satuan berat semen
akan semakin tinggi serta reaksi hidrasi akan semakin cepat.
10) Napa Soil
Penambahan napa soil menyebabkan tingginya kadar SiO 2, Al2O3, Fe2O3 dalam
semen, sedangkan komposisi lain dalam semen seperti CaO, MgO, dan SO 3
menurun.
d. Klinkerisasi
Klinkerisasi adalah proses pembentukan senyawa-senyawa penyusun semen
Portland, baik dalam fasa padat maupun dalam fasa cair. Proses klinkerisasi
membutuhkan energi yang sangat tinggi yaitu berkisar 800 kkal/kg klinker dan
proses ini sebagian besar terjadi di dalam kiln, cyclone IV A dan calsiner.
e. Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker secara mendadak setelah reaksi
klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam Grate cooler dengan media
pendingnnya berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam Grate cooler dengan
menggunakan fan. Tujuan quenching adalah untuk mendapatkan klinker dengan
mutu yang baik diantaranya :
1. Mencegahnya terjadinya reaksi inversi terjadi pada pendinginan lambat pada
temperatur ± 1200 ºC.
2. Mencegahnya terjadinya pembentukan struktur Kristal beta 2CaO.SiO2 yang
bersifat hidraulis menjadi Kristal alfa 2CaO.SiO2 yang bersifat kurang atau
tidak hidraulis. Klinker yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam klinker
silo.
3. Dengan adanya pendinginan yang mendadak dari temperatur tinggi (1000 °C)
menjadi temperatur yang rendah (100 °C) akan dihasilkan terak yang rapuh
(berpori-pori tinggi) sehingga memudahkan dalam proses penggilingan terak.
4. Untuk melindungi peralatan transportasi terak dari temperatur tinggi.
5. Panas terak dikembalikan ke dalam kiln sebagai udara sekunder pada
pembakaran.
4. Penggilingan klinker
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut dengan
chain conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari 10 gerbong
dibongkar dan disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan tertentu, klinker
dan gypsum dikeluarkan dari bin masing-masing dan akan bercampur di belt
conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian dihancurkan dengan roller press
sehingga memiliki ukuran tertentu yang selanjutnya digiling dengan menggunakan
alat penggiling berupa tube mill yang berisi bola-bola besi sebagai media
penghancurnya. Dengan menggunakan sebuah fan, material yang telah halus dihisap
dan dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap udara.
Semen yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan kehalusan
minimal 3000 cm2/g (SNI mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).
5. Pengantongan semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan belt
conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa rotary packer, semen
dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen, kemudian dibawa ke truk untuk
dipasarkan. Selain itu, semen juga dikemas dengan big bag yang bermuatan 1 ton
semen dan ada semen curah atau bulk yang diangkut menggunakan truk bermuatan.
2.7 Troubleshoot
2.7.1 Masalah sirkulasi yang terjadi pada sistem preheater dikarenakan adanya
konsentrasi yang berlebih sehingga dapat menyebabkan masalah penyumbatan
(clogging) pada sistem preheater. Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk
pemanasan awal bahan baku sebelum masuk rotary kiln. Pemanasan raw meal
terjadi pada preheater melalui beberapa stage cyclone dan pemanas yang
digunakan adalah gas hasil pembakaran dari kiln.
2.7.2 Kandungan Cl yang begitu tinggi pada abu insenerasi dan logam berat yang
dikandung yang dapat mengakibatkan masalah pada sistem operasi dan
mengurangi kualitas dan pengamanan material pada 95 semen.
BAB III
KESIMPULAN
Salah satu material penunjang untuk melakukan pembangunan nasional adalah semen.
Semen sendiri dapat diartikan sebagai bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive,
digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama dengan
batu kerikil dan pasir. Terdapat beberapa jenis semen antara lain semen portland (semen abu),
semen putih (grey cement), semen sumur minyak (oil well cement), semen super mansory,
semen portland composite, semen antibakteri, semen pozzolan, dan semen alumina tinggi
(high alumina). Bahan baku utama semen yaitu batu kapur dan tanah liat, sedangkan bahan
baku penunjangnya yaitu pasir silika dan pasir besi. Proses pembuatan semen dibagi menjadi
dua yaitu proses basah dan proses kering. Dan pada dasarnya proses pembuatan semen ada
lima tahapan utama yaitu penyediaan bahan baku, pengeringan dan penggilingan bahan baku,
pembentukan klinker (pembakaran), penggilingan klinker, dan pengantongan semen. Pada
industri semen bisa saja terjadi masalah antara lain masalah sirkulasi yang terjadi pada sistem
preheater dan selanjutnya masalah kandungan Cl yang begitu tinggi pada abu insenerasi dan
logam berat yang dikandung yang dapat mengakibatkan masalah pada sistem operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F., Suryani, L., & Amri, H. (2019). Review Industri Semen.
https://doi.org/10.31227/OSF.IO/4DJWV
Botahala, L., & Pasae, Y. (2020). Kimia Semen. Deepublish.
Farhan, M. (2016). Penambahan Abu Batubara sebagai Bahan Campuran untuk Proses Pembuatan
Semen (Doctoral dissertation, POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA).
Green, D. W., & Perry, R. H. (2007). Perry's Chemical Engineers' Handbook, Eighth Edition:
McGraw-Hill Education.
Hidayat, S. (2009). Semen: jenis & aplikasinya. Kawan Pustaka.
Richard, T. (2021, July 14). 9 Jenis Semen dan Kegunaannya. Pelajari Sebelum Bangun Rumah!
https://www.99.co/blog/indonesia/jenis-semen-dan-kegunaannya/
Saputra, Budiman (2019) Analisa Setting Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Motor Induksi
Penggerak Bucket Elevator Di Area Penggilingan Pt. Semen Baturaja(Persero) Tbk
Palembang Menggunakan Matlab Graphical User Interface. Other thesis, Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Semen. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 05 Sep 2020, dari https://kbbi.web.id/semen