Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

SEMEN DAN BAHAN TAMBAH (ADMIXTURE DAN ADDITIVE)

DI SUSUN OLEH:

ADHITYA ALDIANSYAH PRATAMA

E1A1 22 001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, kita dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah “teknologi bahan dan kontruksi” ini yang
berjudul “semen dan bahan tambah (admixture dan additive)” dengan baik dan
tepat waktu.

Makalah ini saya buat agar pembaca dapat mengetahui dan mengerti apa
itu semen dan bahan tambah mulai dari sifatnya, jenisnya dan manfaatnya
Terutama pada bidang teknik sipil ini. Oleh karena itu saya selaku penyusun
makalah ini, ingin agar pembaca bisa dengan mudah memahami informasi yang
saya sampaikan pada makalah ini dan berguna bagi pembaca sekalian.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang saya buat,
karena makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan.

Kendari, 14 Maret 2023

ADHITYA ALDIANSYAH PRATAMA

NIM. E1A122001
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 5
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT .................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
SEMEN ................................................................................................................... 6
2.1 TEORI DASAR ............................................................................................ 6
2.2 KLASIFIKASI SEMEN................................................................................ 6
2.3 PROSES PEMBUATAN SEMEN ................................................................ 8
BAB III.................................................................................................................. 10
BAHAN TAMBAH .............................................................................................. 10
3.1 BAHAN TAMBAH KIMIA (ADMIXTURE) ........................................... 10
3.2 TUJUAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH (ADMIXTURE) ........... 14
3.3 BAHAN TAMBAH MINERAL (ADDITIVE) .......................................... 14
3.4 TUJUAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH (ADDITIVE) ................ 14
BAB IV ................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................. 16
4.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Semen adalah bahan konstruksi penting yang telah digunakan selama ribuan
tahun untuk membuat struktur bangunan yang kokoh dan tahan lama. Sejarah
penemuan semen dimulai jauh sebelum era modern, dan telah mengalami
berbagai perkembangan seiring waktu. Pada awalnya, manusia menggunakan batu
dan kayu untuk membuat struktur bangunan sederhana. Namun, dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan untuk bangunan yang lebih tahan lama,
manusia mulai menggunakan bahan-bahan baru seperti tanah liat, kapur, dan abu
vulkanik untuk membuat bahan konstruksi yang lebih kuat.

Pada zaman Mesir Kuno, bangsa Mesir menggunakan campuran tanah liat
dan pasir untuk membuat batu bata. Mereka juga menggunakan kapur dan tanah
liat untuk membuat plester dan mortar. Bangsa Romawi kemudian
mengembangkan teknologi semen dengan menggunakan campuran kapur, abu
vulkanik, dan batu kapur untuk membuat beton yang kuat dan tahan lama. Salah
satu contoh penggunaan beton Romawi yang terkenal adalah Koloseum, sebuah
amfiteater yang dibangun pada abad ke-1 Masehi.

Pada abad ke-18, seorang ahli kimia Inggris bernama John Smeaton
memperkenalkan bahan konstruksi baru yang disebut semen hidrolik. Semen
hidrolik adalah campuran kapur, abu terbang, dan pasir yang dapat mengeras
ketika terkena air. Teknologi semen hidrolik kemudian diembangkan lebih lanjut
oleh ahli teknik Prancis, Joseph Aspdin, pada tahun 1824. Aspdin menciptakan
sebuah campuran baru yang disebut semen Portland, yang terbuat dari klinker
semen yang dipanaskan pada suhu tinggi dan kemudian digiling menjadi bubuk
halus. Sejak saat itu, semen Portland telah menjadi bahan konstruksi yang paling
umum digunakan di seluruh dunia.
Dalam abad ke-20, teknologi semen terus berkembang dengan
ditemukannya bahan tambahan atau admixture dan additive. Admixture dan
additive dapat meningkatkan kinerja semen dan membuat bangunan lebih tahan
lama. Contohnya, penggunaan superplasticizer dan retarding agent dapat
memperpanjang waktu pengadukan dan memungkinkan pengadukan beton yang
lebih akurat dan efisien. Demikian juga, penggunaan fibermesh, sealant, dan
waterproofing agent dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan tahan lama
bangunan. Secara keseluruhan, sejarah penemuan semen telah mengalami banyak
perkembangan dan inovasi, dan menjadi salah satu bahan konstruksi yang paling
penting dan banyak digunakan di seluruh dunia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Jelaskan apa pengertian semen dan bahan tambah ?


2. Jelaskan apa saja semen dan bahan tambah ?
3. Bagaimana proses pembuatan semen dan bahan tambah ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Dengan mengerjakan makalah ini mahasiswa di harapkan dapat


memahami informasi terkait semen dan bahan tambah mulai dari
pemahaman dasar sampai jenis dan cara aplikasi semen dengan baik. Saya
harap makalah ini juga dapat bermanfaat serta dapat dijadikan rujukan
yang berkaitan dengan mata kuliah teknologi bahan dan kontruksi
khususnya hal yang berkaitan dengan semen dan bahan tambah.
BAB II

SEMEN

2.1 TEORI DASAR

Semen merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat,


melapis, membuat beton, dll. Semen yang terbaik saat ini adalah semen Portland
yang ditemukan tahun 1824 oleh Joseph Aspdin.

Semen terdiri dari dua komponen utama: klinker dan gipsum. Klinker
adalah campuran batu kapur dan tanah liat yang dipanaskan dalam suhu tinggi
hingga meleleh. Proses ini menghasilkan bahan yang dikenal sebagai klinker.
Gipsum ditambahkan ke klinker untuk mengatur waktu pengerasan dan
meningkatkan sifat perekat semen.Ketika semen dicampur dengan air, klinker dan
gipsum bereaksi dengan air dan menghasilkan produk kimia yang disebut
hidratasi. Proses hidrasi ini menghasilkan pasta semen yang lengket dan dapat
mengikat bahan konstruksi bersama-sama. Pasta semen ini memiliki sifat yang
mirip dengan plastik yang dapat disesuaikan, sehingga mudah digunakan dan
dapat membentuk sesuai dengan kebutuhan.

2.2 KLASIFIKASI SEMEN

Sesuai dengan kebutuhan pemakai, maka para pengusaha industri semen


berusaha untuk memenuhinya dengan berbagai penelitian, sehingga ditemukan
berbagai jenis semen, berikut adalah jenis-jenis semen :

1. Semen Porland

Semen Portland merupakan jenis semen yang paling umum digunakan


dalam konstruksi bangunan. Jenis semen ini dibuat dari campuran batu kapur dan
tanah liat yang digiling hingga halus dan kemudian dipanaskan dalam suhu tinggi.
Semen Portland digunakan untuk membuat beton dan mortar. Semen porland di
klasifikasikan menjadi beberapa tipe :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)

Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan


persyaratn khusus seperti yang dipersyaratkan pada tipe-tipe lain.
Tipe semen ini paling banyak diproduksi dan banyak dipasaran.
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini
mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland
Tipe I. Pada daerah–daerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk
mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi
Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat “Heat
of hydration”. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada
bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai
adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan
pertimbangan utama.
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
Semen tipe III ini dibuat dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa
mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai C3S nya juga tinggi. Beton yang
dibuat dengan menggunakan semen Portland tipe III ini dalam waktu 24
jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang dicapai
semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur 7 hari semen
Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan menggunakan
semen portlan tipe I pada umur 28 hari
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah. Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur
Concrette (beton) yang massive dan dengan volume yang besar, seprti
bendungan, dam, lapangan udara. Dimana kenaikan temperatur dari panas
yang dihasilkan selama periode pengerasan diusahakan seminimal
mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume beton yang bisa
menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan (strength) dari
semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen portland tipe I
5. Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk
pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai
kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau
dsb.
2.3 PROSES PEMBUATAN SEMEN

Cara pembuatan semen secara garis besar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan
menambahkan air dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan
luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25 - 40% (slurry)
dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil
semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan. Proses ini dimulai
dengan mencampur semua bahan baku dengan air. Setelah itu
dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi dibakar
menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak
BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
2. Proses Kering
Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih kecil.
Ukuran tanur yang lebih pendek serta perawatan alatnya lebih mudah.
Proses kering menggunakan teknik penggilingan
dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary
dryer dan roller meal. proses pencampuran (homogenizing raw
meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
- proses pendinginan terak.
- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa)
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida,
oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
BAB III

BAHAN TAMBAH

3.1 BAHAN TAMBAH KIMIA (ADMIXTURE)

Bahan tambah kimia (admixture) yaitu bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau
mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan
beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.

Menurut standar ASTM. C. 494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989
SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah
dibedakan menjadi tujun tipe bahan tambah, yaitu :

1. Tipe A “Water-Reducing Admixtures”

Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air


pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu.

Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk dengan tidak


mengurangi kadar air semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan
nilai perbandingan atau rasio factor air semen (wer) yang rendah.

Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan air pengaduk


untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah dengan
fungsi water reducing digunakan dengan tujuan utama sesuai kebutuhan, sebagai
berikut :

➢ mengurangi kadar air (fas) dengan tidak mengurangi semen dan slump

➢ meningkatkan slump dengan tidak mengurangi semen dan kadar air


(fas) yang digunakan
➢ mengurangi semen yang digunakan dengan tidak mengurangi slump
dan kadar air (fas) -- harus memperhatikan ketentuan pemakaian semen
minimum sesuai peraturan

2. Tipe B “Retarding Admixtures”

Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk


menghambat waktu pengikatan beton. Penggunaanya untuk menunda
waktupengikatan beton (setting time) misalnya karen kondisi cuaca yang panas,
atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk menghindari cold joints dan
menghindari dampak penurunan saat beton segar pada saat pengecoran
dilaksanakan.

Bahan tambah dengan fungsi retarding digunakan dengan tujuan utama


menunda waktu initial dan final setting dari adukan beton segar, dan
mempertahankan workability beton pada cuaca panas, pada umumnya digunakan
jika :

• pelaksanaan pengecoran mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi


sehingga memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama dari waktu
setting beton normal

• lokasi batching plant yang cukup jauh

• kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar

• pengecoran dengan kondisi cuaca panas yang berpotensi mengakibatkan


kehilangan kelembaban lebih cepat

• proses finishing yang memerlukan waktu yang lebih lama sehingga


waktu setting beton yang lebih lama diperlukan.

3. Tipe C “Accelerating Admixtures”


Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfunsi untuk
mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini
digunkan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi), dan
mempercepat pencapaian kekuatan beton.

Bahan tambah dengan fungsi accelerating digunakan dengan tujuan utama


mendapatkan kekuatan awal yang lebih tinggi pada beton yang dikerjakan,
misalkan jika elemen struktur beton yang diperlukan untuk segera dibebani oleh
pekerjaan berikutnya dalam kaitan dengan waktu pelaksanaan yang ketat.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut
dalam beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko
menimbulkan korosi pada besi atau baja tulangan.

Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan dengan seksama waktu


setting yang lebih cepat dan curing yang dilakukan harus sesempurna mungkin
untuk mencapai kekuatan awal yang diinginkan lebih tinggi.

Secara umum, kelompok bahan tambah ini dibagi menjadi tiga:


1) Larutan garam organic
2) Larutan campuran organic
3) Material miscellaneous

4. Tipe D “Water Reducing and Retarding Admixtures”

Water Reducing and Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang


berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan
awal.
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah
air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus memperlambat proses pengikatan awal dan
pengerasan beton. Dengan menambahkan bahan ini ke dalam beton, maka jumlah
semen dapat dikurangi sebanding dengan jumlah air yang dikurangi. Bahan ini
berbentuk cair sehingga dalam perencanaan jumlah air pengaduk beton, maka
berat admixture ini harus ditambahkan sebagai berat air total pada beton.

5. Tipe E “Water Reducing and Accelerating Admixtures”

Water Reducing and Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang


berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan
awal.
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu untuk mengurangi jumlah
air pengaduk yang diperlukan pada beton tetapi tetap memperoleh adukan dengan
konsistensi tertentu sekaligus mempercepat proses pengikatan awal dan
pengerasan beton. Beton yang ditambah dengan bahan tambah jenis ini akan
dihasilkan beton dengan waktu pengikatan yang cepat serta kadar air yang rendah
tetapi tetap workable. Dengan menggunakan bahan ini diinginkan beton yang
mempunyai kuat tekan tinggi dengan waktu pengikatan yang lebih cepat (beton
mempunyai kekuatan awal yang tinggi).

6. Tipe F “Water Reducing High Range Admixtures”

Water Reducing High Range Admixtures adalah bahan tambah yang


berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan kondisi tertentu, sebanyak 12% atau lebih.
Bahan tambah dengan fungsi HRWR digunakan untuk mendapatkan
tingkat konsistensi yang diinginkan atau ditetapkan spesifikasi dengan
mengurangi berat air sebesar 12% atau lebih (sampai 40%). Tujuan dan
penggunaannya sama dengan bahan tambah tipe A dengan pengurangan berat
air > 12%. HRWR atau bahan tambah tipe F pada umumnya diaplikasikan atau
dicampurkan di lokasi pengececoran.

7. Tipe G “Water Reducing, High Range Retarding Admixtures”

Water Reducing, High Range Retarding admixtures adalah bahan tambah


yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12 % atau lebih
sekaligus menghambat pengikatan dan pengerasan beton. Bahan ini merupakan
gabungan superplasticizer dengan memperlambat waktu ikat beton. Digunakan
apabila pekerjaan sempit karena keterbatasan sumberdaya dan ruang kerja.

3.2 TUJUAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH (ADMIXTURE)

a. Water Reduction. (Zat Kimia untuk mengurangi penggunaan air pada


beton)
b. Redater (Zat kimia untuk memperlambat proses ikatan campuran beton)
c. Accelerators (zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasa
campuran beton)

3.3 BAHAN TAMBAH MINERAL (ADDITIVE)

bahan tambah mineral (additive) yaitu bahan yang ditambahkan pada


beton dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan lebih
bersifat penyemenan. Beton yang kekuarangan butiran halus dalam agregat
menjadi tidak kohesif dan mudah bleeding. Untuk mengatasi kondisi ini biasanya
ditambahkan bahan tambah additive yang berbentuk butiran padat yang halus.
Penambahan additive biasanya dilakukan pada beton kurus, dimana betonnya
kekurangan agregat halus dan beton dengan kadar semen yang biasa tetapi perlu
dipompa pada jarak yang jauh.

3.4 TUJUAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAH (ADDITIVE)

a. Untuk meningkatkan workabilitas


b. Untuk meningkatkan kekuatan pada tingkat workabilitas yang sama
c. Untuk memperbaiki sifat beton yang menggunakan agregat bergradasi
jelek
d. Memisahkan partikel-partikel semen dan meningkatkan fluiditas beton
e. Mengurangi kebutuhan air pencampur
f. Dapat mempengaruhi waktu setting beton
g. Untuk memfasilitasi penempatan dan pemadatan (contoh pada elemen
beton bertulang yang ditulangi dalam jumlah banyak)
h. Untuk meningkatkan kekuatan
i. Untuk menghasilkan bentuk permukaan yang berkualitas tinggi
j. Untuk memfasilitasi pumping
k. Untuk mengurangi perpindahan uap air
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Semen adalah bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, dan
membuat beton. Semen terdiri dari dua komponen utama, yaitu klinker dan
gipsum. Klinker dibuat dari campuran batu kapur dan tanah liat yang
dipanaskan dalam suhu tinggi hingga meleleh, sedangkan gipsum
ditambahkan ke klinker untuk mengatur waktu pengerasan dan meningkatkan
sifat perekat semen.Jenis semen yang paling umum digunakan dalam
konstruksi bangunan adalah semen Portland. Semen Portland dibuat dari
campuran batu kapur dan tanah liat yang digiling hingga halus dan kemudian
dipanaskan dalam suhu tinggi. Semen Portland terbagi menjadi beberapa tipe,
yaitu tipe I (Ordinary Portland Cement), tipe II (Moderate sulfat resistance),
tipe III (High Early Strength), tipe IV (Low Heat Of Hydration), dan tipe V
(Sulfat Resistance Cement).Setiap tipe semen Portland memiliki kegunaan
dan keunggulan masing-masing sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2. Pembuatan semen secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu proses
basah dan proses kering. Proses basah melibatkan pencampuran bahan baku
dengan air, penghancuran, dan pembakaran dengan bahan bakar minyak,
sedangkan proses kering melibatkan penggilingan dan pencampuran bahan
baku, pembakaran dengan bahan bakar batubara, dan proses penggilingan
akhir. Proses pembuatan semen akan menghasilkan berbagai zat seperti residu
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida,
oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas akibat dari
penguapan yang terjadi selama pembakaran dengan suhu mencapai 900
derajat Celcius. Proses kering lebih umum digunakan karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit dan energi yang dikonsumsi lebih kecil.
3. Bahan tambah kimia (admixture) adalah bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan pada beton untuk mengendalikan waktu pengerasan, mereduksi
kebutuhan air, meningkatkan kemudahan pengerjaan beton, meningkatkan
nilai slump, dan sebagainya. Sedangkan bahan tambah mineral (additive)
adalah bahan tambah padat yang ditambahkan pada beton untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan bersifat lebih penyemenan. Bahan
tambah mineral biasanya digunakan pada beton yang kekurangan butiran
halus dalam agregat dan untuk mengatasi bleeding pada beton. Penambahan
bahan tambah mineral biasanya dilakukan pada beton kurus atau beton yang
perlu dipompa pada jarak yang jauh.
DAFTAR PUSTAKA

Muh. Zen.(2014). Sejarah singkat semen. repository.ump.ac.id. diakses melalui


link:
https://repository.ump.ac.id/1216/3/BAB%20II_Muhammad%20Zen

--------------(2016). Apa itu porland semen dan bagaimana komposisinya.


Asiacon.co.id. Di akses memalui link:
https://asiacon.co.id/blog/portland-cement-pengertian-komposisi

Hardiyanto. (02 desember 2010). Semen-cement. Agushardiyanto.blogspot.com.


di akses melalui link:
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/12/semen-cement.html

--------------(2013). Bahan tambah untuk beton. Addition.co.id. di akses malalui


link: https://additon.co.id/bahan-tambah-untuk-beton/

Anda mungkin juga menyukai