DI SUSUN OLEH:
E1A1 22 001
FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Makalah ini saya buat agar pembaca dapat mengetahui dan mengerti apa
itu semen dan bahan tambah mulai dari sifatnya, jenisnya dan manfaatnya
Terutama pada bidang teknik sipil ini. Oleh karena itu saya selaku penyusun
makalah ini, ingin agar pembaca bisa dengan mudah memahami informasi yang
saya sampaikan pada makalah ini dan berguna bagi pembaca sekalian.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan yang saya buat,
karena makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kritik dan saran dari
pembaca sangat saya harapkan.
NIM. E1A122001
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Semen adalah bahan konstruksi penting yang telah digunakan selama ribuan
tahun untuk membuat struktur bangunan yang kokoh dan tahan lama. Sejarah
penemuan semen dimulai jauh sebelum era modern, dan telah mengalami
berbagai perkembangan seiring waktu. Pada awalnya, manusia menggunakan batu
dan kayu untuk membuat struktur bangunan sederhana. Namun, dengan
perkembangan teknologi dan kebutuhan untuk bangunan yang lebih tahan lama,
manusia mulai menggunakan bahan-bahan baru seperti tanah liat, kapur, dan abu
vulkanik untuk membuat bahan konstruksi yang lebih kuat.
Pada zaman Mesir Kuno, bangsa Mesir menggunakan campuran tanah liat
dan pasir untuk membuat batu bata. Mereka juga menggunakan kapur dan tanah
liat untuk membuat plester dan mortar. Bangsa Romawi kemudian
mengembangkan teknologi semen dengan menggunakan campuran kapur, abu
vulkanik, dan batu kapur untuk membuat beton yang kuat dan tahan lama. Salah
satu contoh penggunaan beton Romawi yang terkenal adalah Koloseum, sebuah
amfiteater yang dibangun pada abad ke-1 Masehi.
Pada abad ke-18, seorang ahli kimia Inggris bernama John Smeaton
memperkenalkan bahan konstruksi baru yang disebut semen hidrolik. Semen
hidrolik adalah campuran kapur, abu terbang, dan pasir yang dapat mengeras
ketika terkena air. Teknologi semen hidrolik kemudian diembangkan lebih lanjut
oleh ahli teknik Prancis, Joseph Aspdin, pada tahun 1824. Aspdin menciptakan
sebuah campuran baru yang disebut semen Portland, yang terbuat dari klinker
semen yang dipanaskan pada suhu tinggi dan kemudian digiling menjadi bubuk
halus. Sejak saat itu, semen Portland telah menjadi bahan konstruksi yang paling
umum digunakan di seluruh dunia.
Dalam abad ke-20, teknologi semen terus berkembang dengan
ditemukannya bahan tambahan atau admixture dan additive. Admixture dan
additive dapat meningkatkan kinerja semen dan membuat bangunan lebih tahan
lama. Contohnya, penggunaan superplasticizer dan retarding agent dapat
memperpanjang waktu pengadukan dan memungkinkan pengadukan beton yang
lebih akurat dan efisien. Demikian juga, penggunaan fibermesh, sealant, dan
waterproofing agent dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan tahan lama
bangunan. Secara keseluruhan, sejarah penemuan semen telah mengalami banyak
perkembangan dan inovasi, dan menjadi salah satu bahan konstruksi yang paling
penting dan banyak digunakan di seluruh dunia.
SEMEN
Semen terdiri dari dua komponen utama: klinker dan gipsum. Klinker
adalah campuran batu kapur dan tanah liat yang dipanaskan dalam suhu tinggi
hingga meleleh. Proses ini menghasilkan bahan yang dikenal sebagai klinker.
Gipsum ditambahkan ke klinker untuk mengatur waktu pengerasan dan
meningkatkan sifat perekat semen.Ketika semen dicampur dengan air, klinker dan
gipsum bereaksi dengan air dan menghasilkan produk kimia yang disebut
hidratasi. Proses hidrasi ini menghasilkan pasta semen yang lengket dan dapat
mengikat bahan konstruksi bersama-sama. Pasta semen ini memiliki sifat yang
mirip dengan plastik yang dapat disesuaikan, sehingga mudah digunakan dan
dapat membentuk sesuai dengan kebutuhan.
1. Semen Porland
Cara pembuatan semen secara garis besar dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan
menambahkan air dalam jumlah tertentu dan dicampurkan dengan
luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25 - 40% (slurry)
dikalsinasikan dalam tungku panjang (long rotary kiln). Produk hasil
semen akan diperoleh setelah pengeringan dilakukan. Proses ini dimulai
dengan mencampur semua bahan baku dengan air. Setelah itu
dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi dibakar
menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak
BBM, proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
2. Proses Kering
Paling banyak menggunakan proses kering, karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit, dan energy yang dikonsumsi lebih kecil.
Ukuran tanur yang lebih pendek serta perawatan alatnya lebih mudah.
Proses kering menggunakan teknik penggilingan
dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary
dryer dan roller meal. proses pencampuran (homogenizing raw
meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker :
bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
- proses pendinginan terak.
- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran
dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa)
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida,
oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
BAB III
BAHAN TAMBAH
Bahan tambah kimia (admixture) yaitu bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau
mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan pengerjaan
beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
Menurut standar ASTM. C. 494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989
SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah
dibedakan menjadi tujun tipe bahan tambah, yaitu :
➢ mengurangi kadar air (fas) dengan tidak mengurangi semen dan slump
• kondisi lalu lintas yang dilalui oleh mobile mixer tidak lancar
Penggunaan bahan tambah ini harus memperhatikan kadar ion klorida terlarut
dalam beton keras yang disyaratkan, tidak boleh terlewati -- karena beresiko
menimbulkan korosi pada besi atau baja tulangan.
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Semen adalah bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, dan
membuat beton. Semen terdiri dari dua komponen utama, yaitu klinker dan
gipsum. Klinker dibuat dari campuran batu kapur dan tanah liat yang
dipanaskan dalam suhu tinggi hingga meleleh, sedangkan gipsum
ditambahkan ke klinker untuk mengatur waktu pengerasan dan meningkatkan
sifat perekat semen.Jenis semen yang paling umum digunakan dalam
konstruksi bangunan adalah semen Portland. Semen Portland dibuat dari
campuran batu kapur dan tanah liat yang digiling hingga halus dan kemudian
dipanaskan dalam suhu tinggi. Semen Portland terbagi menjadi beberapa tipe,
yaitu tipe I (Ordinary Portland Cement), tipe II (Moderate sulfat resistance),
tipe III (High Early Strength), tipe IV (Low Heat Of Hydration), dan tipe V
(Sulfat Resistance Cement).Setiap tipe semen Portland memiliki kegunaan
dan keunggulan masing-masing sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. Pembuatan semen secara garis besar dibagi menjadi 2 macam yaitu proses
basah dan proses kering. Proses basah melibatkan pencampuran bahan baku
dengan air, penghancuran, dan pembakaran dengan bahan bakar minyak,
sedangkan proses kering melibatkan penggilingan dan pencampuran bahan
baku, pembakaran dengan bahan bakar batubara, dan proses penggilingan
akhir. Proses pembuatan semen akan menghasilkan berbagai zat seperti residu
yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida,
oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas akibat dari
penguapan yang terjadi selama pembakaran dengan suhu mencapai 900
derajat Celcius. Proses kering lebih umum digunakan karena penggunaan
bahan bakar yang lebih sedikit dan energi yang dikonsumsi lebih kecil.
3. Bahan tambah kimia (admixture) adalah bahan tambah cairan kimia yang
ditambahkan pada beton untuk mengendalikan waktu pengerasan, mereduksi
kebutuhan air, meningkatkan kemudahan pengerjaan beton, meningkatkan
nilai slump, dan sebagainya. Sedangkan bahan tambah mineral (additive)
adalah bahan tambah padat yang ditambahkan pada beton untuk
meningkatkan kinerja kuat tekan beton dan bersifat lebih penyemenan. Bahan
tambah mineral biasanya digunakan pada beton yang kekurangan butiran
halus dalam agregat dan untuk mengatasi bleeding pada beton. Penambahan
bahan tambah mineral biasanya dilakukan pada beton kurus atau beton yang
perlu dipompa pada jarak yang jauh.
DAFTAR PUSTAKA