Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“SEJARAH PERKEMBANGAN PENGGUNAAN SEMEN, ASPAL DAN KONSTRUKSI”

OLEH :

1. ELA WIDIAWATI 07231911123


2. MUHAMMAD SARIFUDIN 07231911132
3. MAGFIRAH SAHRIL 07231911127

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FALKUTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT. Karena atas berkat dan Rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “ Sejarah Perkembangan Penggunaan Semen, Aspal dan Konstruksi“ ini
dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan masih terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semoga menjadi sumbangan
pemikiran dan penambah wawasan bagi pembaca.

Ternate,Maret 2021

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN................................................................................................................................................2

2.1 Sejarah Perkembangan Penggunaan Semen..................................................................................2


2.2 Sejarah Perkembangan Penggunaan Aspal....................................................................................5
2.3 Sejarah Perkembangan Konstruksi..................................................................................................11
....................................................

BAB III

PENUTUP........................................................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak peradaban membangun dimulai, manusia mencari sejenis semen dan aspal untuk
mengikat batu-batuan menjadi massa yang terbentuk dan utuh. Dalam perkembangan peradaban
manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek
moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya.
Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia
ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun
menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun
bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana
sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam
bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi
pengembangan dan penerapan  pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan
material dengan sifat-sifat kegunaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana awal mula ditemukannya semen dan aspal?
2. Bagaimana awal mula pekembangan konstruksi?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan
2. Mengetahui awal mula ditemukannya semen dan aspal di Indonesia dan Dunia.
3. Mengetahui sejarah dan perkembangan konstruksi di Indonesia dan Dunia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Penggunaan Semen

Penggunaan batu gamping dalam industri kimia termasuk semen telah berlangsung sejak
zaman penggunaan mortar gamping dan semen alami mulai dikenal dalam peradaban umat manusia.
Pada zaman modern, peradaban manusia sangat tergantung pada semen dan hal ini dapat diamati
dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembangunan sarana dan prasarana perhubungan, pemukiman,
bendungan, terowongan dan eksplorasi pemboran (mineral, panas bumi, batubara, minyak dan gas
bumi).

Semen adalah hasil industri dari paduan bahan baku yang terdiri dari batu kapur atau gamping
sebagai bahan utama dan tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan
berbentuk bubuk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada
pencampuran dengan air. Penggunaan semen pertama untuk membuat beton terjadi pada awal tahun
1900-an. Beton adalah batuan buatan yang terbuat hasil campuran antara semen, air, pasir, batangan
besi dan kerikil secara terkontrol dengan perbandingan tertentu dan teliti. Dari penemuan beton ini
selanjutnya berkembang industri semen.

Sejak abad ke-20, industri semen berkembang sangat pesat di seluruh dunia dan menjadi
kunci pengembangan industri dalam kerangka memenuhi kebutuhan pokok papan dari tiga kebutuhan
pokok utama yakni sandang, papan dan pangan.

a. Sejarah perkembangan Semen di Dunia

Kata semen berasal dari kata caementum (bahasa Latin) yang artinya “memotong menjadi
bagian-bagian kecil yang tak beraturan”. Semen pertama yang berbentuk bubuk ditemukan pada
zaman Kerajaan Romawi di daerah Pozzuoli (dekat Napoli). Bubuk ini diberi nama pozzuolana.
Bubuk yang digunakan sebagai bahan perekat dan penguat bangunan ini merupakan hasil
campuran batu kapur dan abu vulkanis. Ramuan bubuk pozzuolana yang cukup populer saat
itupun menghilang menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi sekitar abad pertengahan (tahun 1100-
1500 M).

Pada abad ke-18 seorang insinyur asal Inggris, John Smeaton menemukan dan
mengembangkan ramuan kuno tersebut dengan mencampur batu kapur dengan tanah liat.
Campuran yang dibuatnya ini digunakan untuk pembangunan menara suar Eddystone di lepas
pantai Cornwall, Inggris (saat ini dikenal sebagai Menara Smeaton).  Namun sangat disayangkan
bahwa John Smeaton tidak membuat hak paten atas proses pembuatan semen tersebut.

Pada 1824, Joseph Aspdin, seorang insinyur kebangsaan Inggris yang membuat hak
paten atas ramuan semen tersebut dengan nama Semen Portland. Nama Portland digunakan
karena hasil akhir warna ramuan yang diolahnya mirip tanah liat di Pulau Portland, Inggris. Bahan
campuran yang digunakan Joseph Aspdin ini tidak berbeda jauh dengan bahan yang dibuat oleh
John Smeaton. Bahan utama yang digunakan adalah batu kapur dan tanah liat. Batu kapur yang
kaya akan kalsium dicampur tanah liat atau lempung yang mengandung banyak silika (sejenis

2
mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina) dan oksida besi, kemudian dihaluskan dan
dipanaskan pada suhu tinggi hingga membentuk campuran baru. Semen Portland inilah yang
dikenal dan paling umum digunakan di seluruh dunia sebagai bahan dasar beton, mortar, plester
dan adukan non-spesialisasi.

b. Sejarah Perkembangan Semen di Indonesia

Berjalannya waktu, berdirilah pabrik-pabrik semen di Eropa dan kemudian merambah ke


negara-negara jajahan bangsa Eropa di Asia. Tahun 1906, seorang ahli teknik  pemerintah
Belanda bernama Corel Christopher, menemukan deposit batu kapur dan batu silica dalam jumlah
yang besar di Indarung, Padang, Sumatera Barat. Tahun 1910 pihak swasta Belanda mendirikan
perusahaan dengan nama NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV. NIPCM).

Berikut adalah perusahaan – perusahaan semen yang ada di Indonesia sejak tahun 1958 hingga
saat ini :

1. NV. Nederlands Indishe Portland Cement Maatscappij (NV. NIPCM) di Padang Sumatera
Barat (1958).

PT Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama
NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan
pabrik semen pertama di Indonesia. Demikian tertulis dalam sejarah perusahaan PT Semen
Padang. Pabrik ini hinggi kini masih bekerja dengan baik.

Sejak diumumkannya pendirian pabrik semen di Padang tahun 1910, produksi terus
bertambah besar dan kualitas semakin meningkat. Oleh karenanya, perusahaan semen di
Padang berani mengklaim bahwa kualitas semen Padang adalah yang terbaik.

2. PT. Semen Gresik di Jawa Timur (1957)

Pabrik Semen Gresik diresmikan di Gresik oleh Presiden Republik Indonesia yang
pertama yaitu Bapak Ir. Soekarno pada tanggal 7 Agustus 1957 dengan status yaitu
Naamloze Vennootschap (NV) (badan hukum untuk menjalankan usaha yang memiliki modal
terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimilikinya).
Kapasitas Produksi Pabrik Semen Gresik saat itu sebesar 250.000 ton semen per tahun.
Kemudian pada tanggal 17 April 1961 status Pabrik Semen Gresik berubah menjadi
Perusahaan Nasional (PN) dan pada tanggal 24 Oktober 1969 status berubah lagi menjadi
Persero (PT). PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, sebelumnya bernama PT Semen Gresik
(Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Pada tanggal
8 Juli 1991 saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini
menjadi Bursa Efek Indonesia), serta merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

3. PT. Semen Tonasa di Pangkep - Sulawesi Selatan (1968).

PT. Semen Tonasa dibangun berdasarkan keputusan MPRS No.II/MPRS/1960


tanggal 5 Desember 1960, ditetapkan untukmendirikan Pabrik Semen di Sulawesi Selatan
yang berlokasi di DesaTonasa, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep, sekitar 54
kmsebelah utara kota Makassar. Pabrik Semen Tonasa I merupakan proyek di bawah
Departemen Perindustrian dan merupakan hasilkerja sama antara Pemerintah Indonesia
dengan PemerintahCekoslawakia yang dimulai sejak tahun 1960 dan diresmikan pada
2November 1968. Pabrik ini menggunakan proses basah dengankapasitas terpasang 110.000

3
ton semen/tahun. Pada tahun 1984, PabrikSemen Tonasa Unit I dihentikan pengoperasiannya
karena dianggap tidak ekonomis lagi.

4. PT. Semen Cibinong dan PT. Indocement (1975)

Indocement berdiri sejak 16 Januari 1985. Perusahaan ini merupakan hasil


penggabungan enam perusahaan semen yang memiliki delapan pabrik Pabrik pertama
Indocement sudah beroperasi sejak 4 Agustus 1975. Tanggal 31 Desember 2014,
Indocement memiliki kapasitas produksi sebesar 20,4 juta ton semen per tahun. Selain itu,
Indocement juga memiliki kapasitas produksi beton siap-pakai sebesar 4,4 Juta meter kubik
per tahun dengan 41 batching plant dan 706 truk mixer, serta memproduksi agregat sebesar
2,7 juta ton.
Indocement memiliki 12 buah pabrik, sembilan diantaranya berada
di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon, Jawa Barat, dan satu di
Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Produk utama Indocement adalah semen tipe Ordinary
Portland Cement disingkat OPC dan Pozzolan Portland Cement disingkat PPC yang kemudian
digantikan oleh Portland Composite Cement disingkat PCC sejak 2005. Indocement juga
memproduksi semen jenis lain misalnya Portland Cement Type II dan Type V serta Oil Well
Cement. Indocement juga merupakan satu-satunya produsen semen jenis Semen Putih (White
Cement) di Indonesia

Indocement pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 5


Desember 1989. Sejak tahun 2001, HeidelbergCement Group, yang berbasis di Jerman dan
merupakan produsen utama di dunia dengan pabrik di lebih dari 50 negara mengambil alih
kepemilikan mayoritas saham di Indocement.

5. PT. Semen Bosowa di Maros - Sulawesi Selatan (1999)

Bosowa merupakan perusahaan perdagangan yang didirikan oleh H.M. Aksa


Mahmud pada tanggal 22 Februari 1973. Pada awal berdirinya perusahaan ini bernama CV
Moneter  yang terletak di Makassar, Sulawesi Selatan. Dengan visi Menjadi pemain utama
ekonomi nasional yang didukung oleh tenaga kerja yang prima, produk berkualitas, pelayanan
terbaik, dan sistem yang terintegrasi, perusahaan ini melakukan perluasan industri yang
dibagi dalam beberapa unit bisnis, yakni otomotif, semen, logistik & transportasi,
pertambangan, properti, jasa keuangan, infrastruktur, energi,media, dan multi bisnis.

Salah satu unit bisnis Bosowa adalah PT Semen Bosowa Maros. Unit ini merupakan
salah satu unit usaha andalan yang dimiliki oleh Bosowa  Grup. Produksi unit ini meliputi
proses penggunaan bahan baku, proses produksi semen hingga proses pengiriman kepada
konsumen. Setiap tahapan proses dilakukan secara profesional dengan bantuan para tenaga
ahli di bidangnya. Dengan itu Semen Bosowa telah berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001
dan 14001.

6. PT. Semen Gresik berubah nama menjadi PT. Semen Indonesia

Semen Gresik adalah perusahaan yang memproduksi semen. Berdiri pada 7 Agustus
1957 oleh Presiden Soekarno di Gresik. Di tahun 1991 perusahaan ini tercatat di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta menjadi perusahaan BUMN pertama yang go public.

4
Semen Gresik mempunyai cadangan bahan baku dalam jumlah besar dan kualitas terbaik.
Tentunya dapat menjamin kelangsungan produksi semen dalam jangka waktu panjang.

Perusahaan ini memiliki empat merek yakni Semen Gresik, Semen Padang, Semen
Tonasa dan Thang Long Cement yang diproduksi di Vietnam. Semen Gresik mempunyai 30
unit gudang penyangga, pengoperasian 20 packing plant di seluruh Indonesia dan 361
distributor nasional. Sampai tahun 2016, rencananya akan menambah 12 unit packing plant
yang bertujuan untuk efisiensi biaya transportasi, distribusi dan pengantongan, menjamin
kelanjutan pasokan semen dan perluasan pasar.

Pada Januari 2013, nama PT. Semen Gresik (Persero) Tbk berubah menjadi PT.
Semen Indonesia. Pergantian nama itu juga diiringi pergantian logo. Perubahan nama ini
diharapkan bisa menyatukan seluruh potensi grup. Di tahun 2013, perusahaan ini memulai
pembangunan dua pabrik baru berkapasitas masing-masing tiga juta ton, yakni di Padang,
Sumatera Barat, dan Rembang, Jawa Tengah. Selain melakukan ekspansi dalam negeri,
Semen ini akan melakukan ekspansi ke luar negeri terutama di kawasan Asia Tenggara.

2.2 Sejarah Perkembangan Penggunaan Aspal

Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan
bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali
membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk
campuran perkerasan jalan. (Sukirman,S., 2003).

Aspal terbuat dari minyak mentah, melalui proses penyulingan atau dapat ditemukan dalam
kandungan alam sebagai bagian dari komponen alam yang ditemukan bersama sama material lain.
Aspal dapat pula diartikan sebagai bahan pengikat pada campuran beraspal yang terbentuk dari
senyawa-senyawa komplek seperti Asphaltenese, Resins dan Oils. Aspal mempunyai sifat visco-elastis
dan tergantung dari waktu pembebanan. ( The Blue Book–Building & Construction, 2009)

Aspal merupakan distilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaat
dan kegunaan. Aspal dapat digunakan di dalam bermacam produk – produk, termasuk:

1. Jalan aspal,
2.  Dasar pondasi dan subdasar,
3. Dinding untuk lubang di jalanan, trotoar kakilima, jalan untuk mobil, lereng-lereng, jembatan-
jembatan, dan bidang parkir,
4. Tambalan lubang di jalanan,
5.  Jalan dan penutup tanah,
6. Atap bangunan, dan
7. Minyak bakar

5
a. Sejarah Perkembangan Penggunaan Aspal Dunia.

Istilah aspal sendiri itu sebenarnya berasal dari bahasa Yunani kuno “asphaltos” dimana
setelah itu bangsa Romawi mengubahnya menjadi “asphaltus”. Sebenarnya sejara pengguna’an
aspal sendiri emang sudah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, dimana bangsa Sumeria
dan Mesopotamia telah menggunakan aspal pertama kali sebagai pelapis untuk bak mandi
ataupun kolam penampung air yang ada di istana ataupun kuil.

Beberapa abad kemudian, aspal juga ditemukan di salah satu keajaiban dunia, Menara
Babel. Di Mesir, aspal digunakan untuk mengawetkan mumi. Dan, ribuan tahun kemudian, dengan
kedatangan Islam, dokter Muslim mulai meresepkannya untuk penyakit kulit dan luka. Pada zaman
kuno, aspal menjadi monopoli bangsa Mesopotamia. Yang pasti, di sepanjang pantai timur Laut
Mati dan di Persia aspal telah dieksploitasi sejak zaman awal. Namun, tidak ada yang
mengeksploitasi aspal lebih baik dibandingkan Mesopotamia. Negeri ini dianugerahi dengan
kandungan minyak bumi yang melimpah. Dari utara ke selatan di sepanjang Sungai Tigris dan
Eufrat, negara itu dipenuhi aspal, mata air minyak mentah. Bahkan, batuan aspal yang dipanaskan
mengeluarkan minyak mentah.

Bangsa Mesopotamia tidak tahu cara memperlakukan aspal yang mudah terbakar atau
cara mengentalkannya dengan dibakar. Sebenarnya, pendahulu bangsa Babilonia dan Sumeria
bukan yang pertama menggunakan aspal. Manusia prasejarah menggunakan sabit yang dilumuri
aspal untuk berburu dan pertanian. Namun, masyarakat yang pertama kali menggunakan aspal
dalam skala besar adalah para pemukim awal di sepanjang sungai di selatan Mesopotamia.

Bangsa yang dikenal dengan sebutan ubaid ini muncul sekitar 4500 tahun sebelum
masehi (SM) dan harus beradaptasi dengan lingkungan rawa yang keras. Di tanah tandus tanpa
pohon dan batu mereka membangun tempat tinggal dari satu-satunya material yang tersedia, yaitu
alang-alang. Alang-alang yang dijalin dengan serat rumput kemudian dilapisi dengan lapisan tebal
lumpur dan menjadi dinding.

Lumpur, bagaimanapun tidak bisa menahan banjir yang kerap datang saat musim semi.
Tak pelak hal tersebut menjadikan penemuan aspal sebagai berkah tersendiri. Aspal tahan
kelembaban dan bebas perawatan. Setelah penemuan itu, mereka mulai membuat kapal yang
tahan air. Pada 4000 SM mereka sudah berkeliaran di rawa-rawa Shatt al-Arab dengan perahu
dayung dari anyaman alang-alang yang ditutupi kulit hewan. Perahu kemudian dilapisi aspal di
bagian dalam, luar, lambung kapal, dan memperkuat bagian kapal dari alang-alang yang rapuh.

Teknik ini diwariskan ke bangsa Akkadia dan Babilonia hampir tanpa perubahan. Dengan
perahu seperti itu, ubaid berkelana ke Teluk Arab, Bahrain, hingga ke pantai timur Arab Saudi.
Mereka menjadi menjadi pelaut pertama yang didokumentasikan dalam sejarah Sementara itu, di
dataran aluvial di utara, masyarakat di sana telah membuat batu bata sebagai bahan bangunan.
Awalnya, mereka hanya menjemur bata sampai kering. Setelah bereksperimen, mereka belajar
bahwa bata tidak cukup kuat untuk mendukung struktur yang besar sehingga mereka mulai
menambahkan sedikit jerami dan tanah liat.

Dengan begitu, batu bata menjadi sedikit lebih kuat, tapi masih runtuh karena banjir atau
hujan berkepanjangan. Mereka akhirnya mulai menambahkan aspal. Tidak diketahui dengan pasti
kapan dimulainya, tapi diperkirakan pada zaman prasejarah, jauh sebelum 3000 SM.

6
Pada milenium ketiga SM, Sumeria telah membuat bentuk batu bata datar di satu sisi dan
cembung di sisi lainnya. Yang lebih penting, dengan dilapisi aspal, bata menjadi lebih keras dan
tahan air. Selain itu, bata menjadi berpori dan menyerap sebagian aspal yang digunakan sebagai
mortar sehingga keras seperti batu. campuran inilah yang membuat batu bata mampu
mempertahankan beban berat tembok tanpa kendur. Sampai 2200 SM, bermunculanlah kuil-kuil
milik para Raja Sumeria di kota kuno, seperti Kish, Ur, dan Uruk.

Untuk mengurangi penggunaan aspal yang mahal, dibuatlah terobosan baru dengan
mencetak batu bata dalam bingkai kayu. Batu bata digunakan untuk membangun ziggurat yang
tinggi, bendungan dan istana yang luar biasa. Pada awalnya, struktur yang terbesar adalah
ziggurat. Struktur ini didirikan di pusat kota untuk menghormati dewa-dewa. Seiring waktu, setiap
kota memiliki ziggurat sendiri. Banyak dari ziggurat tersebut yang membutuhkan jutaan batu bata
dan ribuan ton aspal.

Di antara bangunan yang paling terkenal adalah Menara Babel. Dibutuhkan ratusan tahun
untuk menyelesaikannya. Herodotus, yang melihatnya berdiri sesaat sebelum hancur,
menggambarkannya sebagai piramida tujuh tingkat yang menjulang setinggi 90 meter di langit
Babilonia. Tiap tingkat mempunyai warna yang berbeda dan batu batanya disemen dengan aspal.

Menara Babel diselesaikan oleh Nebukadnezar II, raja besar terakhir dari Babel dan salah
satu pembangun yang paling luar biasa dalam sejarah. Bagi Nebukadnezar aspal merupakan
simbol kemajuan dan kemakmuran. Aspal tidak hanya dipakai di menara itu, tetapi dalam setiap
sudut kehidupan rakyat Babel. Aspal dipakai di jalan, dinding, kamar mandi, jembatan, dan pipa
pembuangan.

Di antara prestasinya, adalah pembangunan jembatan di atas Sungai Eufrat sepanjang


120 meter. Dia juga membangun selokan besar yang dilapisi dengan campuran aspal, tanah liat,
dan kerikil. Nebukadnezar menjadi orang pertama yang membangun jalan beraspal.

Selain dalam bidang pembangunan, aspal juga menempati peranan penting dalam
ekspresi artistik selama perkembangan peradaban di Mesopotamia. Aspal, misalnya, telah
dibentuk menjadi wig dan ditutupi dengan lembaran aluminium emas atau tembaga untuk
menghiasi patung-patung terakota dan patung batu besar.

Teknik tatahan juga digunakan untuk menghias karakter pada alat tertentu. Misalnya,
kecapi kayu yang dihiasi dengan kepala banteng emas dan kambing yang berdiri. Kepala dan kaki
kambing yang diukir dari kayu ditutupi dengan lembaran emas dan direkatkan dengan aspal.
Ratusan benda lain yang ditemukan arkeolog dalam beberapa dekade terakhir memberikan contoh
penggunaan aspal dalam seni Mesopotamia.

Saat bangsa Mesopotamia memakai aspal dalam jumlah besar, Mesir justru tidak
menggunakannya. Perbedaannya karena piramida di Mesir dibangun dari potongan batu besar,
bukan dari batu bata yang disusun. Kapal-kapal di Mesir juga dibuat dari papirus, serat alami yang
lebih bisa mengapung dan lebih tahan terhadap air asin. Singkatnya, bangsa Mesir tidak memakai
aspal dalam jumlah besar karena bahan baku yang berbeda, begitu pula kebutuhannya.

Namun, sekitar pertengahan abad keempat SM, Mesir mulai mencari sumber baru aspal.
Mereka menemukannya di Laut Mati. Setiap tahun potongan aspal seluas 100 meter mengapung di
tengah laut. Sehingga, tidak sulit pula mengambilnya. Mumifikasi menjadi alasan Mesir mulai

7
mencari sumber aspal. Tanpa campuran aspal dengan substansi aromatik lainnya, akan sulit
mengawetkan mayat. Mumifikasi telah berlangsung dalam waktu yang lama sebelum 400 SM.

Sejarah penerapan aspal pada jalan sendiri dapat di telusuri kembali pada abad ke 18,
dimana waktu itu seorang insinyur Inggris yang bernama John Metcalf harus membangung jalan di
Yorkshire dengan panjang kurang lebih 300 kilo meteran. Komposit jalan sendiri merupakan
material berupa batu besar yang di gunakan sebagai pondasi jalan, sedangkan setelah
pondasi, di atasnya di lapisi dengan batu batu galian, sedangkan yang paling atas, telah
di beri batu krikil sebagai penutup.

Dari metode John Metcalf tersebut telah di sempurnakan oleh Thomas Telford, dimana
kala itu di tahun 1803-1821 Telfold telah membangun jalan di Skotlandia. Metode yang digunakan
untuk jalan yang mempunyai panjang kurang lebih 1.500km ini merupakan penyempurna’an saja
dari metode dari John Metcalf, dimana lapisan batu galian yang diterapkan Metcalf telah diganti
Telfod dengan batu pecah.
Dari pengembangan jalan yang sudah di rancang oleh John Metcalf dan di sempurnakan
oleh Thomas Telfold, barulah pada than 1870 an,  aspal baru digunakan sebagai campuran untuk
membuat jalan. Hal ini telah dilakukan oleh seorang yang ahli di bidang kimia dari Belgia yang
mempunyai nama Edmund J. DeSmendt saat membangun jalan di depan balai kota Newark, New
jersey USA.

b. Sejarah Perkembangan Penggunaan Aspal di Indonesia


1. Jalan Aspal Buton
Pada sekitar tahun 1920an, Hetzel (seorang geolog Belanda) menemukan
singkapan-singkapan deposit aspal alam di Pulau Buton. Pada tahun 1936 Hetzel telah
berhasil memetakan lebih dari 20 lokasi singkapan deposit (data ini masih terus dipakai
sampai sekarang, karena belum ada lagi data yang lebih baru).

Pengusahaan pertambangan aspal Buton dilakukan oleh perusahaan Belanda yang


bernama N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton. Produksi dan pengapalan aspal dari
Buton dalam catatan HW Vonk dapat dilihat pada tabel berikut.

Data Produksi dan Pengapalan Aspal dari Buton. a) b)

Tahun Jumlah Diangkut (ton)


1934 3.749
1935 7.905
1936 3) 4.900
1938 20.000
1939 12.000
1940 57.000

Deposit aspal alam di Pulau Buton termasuk tipe rock asphalt yang berasosiasi dengan
material setempat seperti kapur, tanah, humus, lempung, dan sebagainya. Kadar aspal yang
terkandung dalam asbuton ini sangat bervariasi, dengan yang tertingginya terdapat di
Kaboengka sumur A dan E serta di Lawele. Oleh karena infrastruktur jalan dan pelabuhan

8
ekspor di Lawele belum berkembang, maka penambangan hanya dilakukan di daerah
Kaboengka dan Winto yang dekat dengan pelabuhan ekspor di Pasarwajo.

Penambangan dilakukan dengan cara manual dan hanya memilih deposit dengan
kadar tinggi, karena yang memang langsung dipakai. Salah satu metode pemanfaatannya
dikenal dengan nama Boetonald, yakni aspal alam Buton kadar tinggi yang diencerkan dengan
aspal dari kilang. Penggunaan aspal Buton ini banyak dilakukan di Batavia, Jawa bagian
Timur, dan Netherland. Namun sampai sekarang Penulis belum menemukan catatan tepatnya
di ruas jalan mana aspal Buton ini digunakan. Tentu saja dapat disimpulkan pembuatan jalan
dengan hotmix di Indonesia (Batavia atau Jawa Timur) sudah dilakukan jauh sebelum negeri
ini diproklamasikan tahun 1945.

Selama masa pendudukan Jepang terhadap Indonesia tidak tercatat adanya kegiatan
penambangan batuan aspal Buton. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan aspal buton
dimasukkan dalam Bagian BUTAS (BUTon ASphalt) dari Jawatan Jalan-jalan dan Jembatan
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga yang dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga tertanggal 31 Desember 1954 Nomor P 25/ 56/13 dan 19
Desember 1955 Nomor P 25/51/117]. Bagian BUTAS ini merupakan hasil nasionalisasi
terhadap perusahaan Belanda N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton yang mengelola
asbuton selama masa penjajahan Belanda.

Selanjutnya Bagian BUTAS ini dipisahkan dan berdiri menjadi PAN (Perusahaan
Aspal Negara) berdasarkan Peraturan Pemerintah No 195 yang disyahkan pada tanggal 12
Mei 1961. Tanggal ini kemudian diusulkan sebagai hari aspal nasional, namun tidak mendapat
banyak respon seiring dengan memudarnya pamor aspal Buton.

Seiring dengan berbagai penataan perusahaan-perusahaan milik negara, pada


tanggal 30 Januari 1984 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1984 tentang
Pengalihan Bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO)8].
Perusahaan Perseroan tersebut kini dikenal sebagai PT Sarana Karya (Persero). Pada masa
ini didapati perubahan orientasi cara pemanfaatan / penambangan asbuton dari generasi
sebelumnya. Perubahan ini, bisa jadi, dilatarbelakangi oleh menipisnya jumlah deposit dengan
kandungan aspal yang tinggi. Model penambangan baru yang diaplikasikan oleh PT Sarana
Karya (Persero) dengan cara blasting diduga makin memperkuat dugaan bahwa deposit
dengan kadar aspal tinggi sudah menipis / habis. [deposit dengan kadar tinggi tidak dapat
diledakkan].

Kadar aspal yang rendah menjadikan upaya pemanfaatan deposit aspal Buton tidak
dapat dilakukan dengan cara-cara yang standar. Berbagai metode pemanfaatan, seperi
Latasir, Latasbum, asbuton curah, asbuton micro, BMA (Buton mastic asphalt), banyak
menemui kendala di lapangan dan akhirnya mengalami kegagalan konstruksi. Hal ini
menjadikan penggunaan aspal Buton mulai ditinggalkan. Kontraktor lebih menyukai
menggunakan aspal kilang, karena metode produksi hotmixnya lebih mudah dan standar.

Mulai tahun 2004, seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang luar biasa
(bahkan saat tulisan ini disusun, 19 April 2008, telah mencapai kisaran USD 110 per barrel,
rekor sebelumnya hanya USD 40 pada tahun 1980) menjadikan harga aspal kilang juga naik
sangat tajam. Tahun 2005, bahkan harga aspal kilang naik 100% dalam waktu kurang dari
setahun. Hal ini menjadikan upaya untuk memanfaatkan aspal alam Buton dilirik kembali.

9
Namun karena belum tersedianya teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang handal,
program penggunaan aspal Buton tahun 2007 (yang didukung oleh Peraturan Menteri PU)
untuk proyek-proyek jalan nasional di 14 propinsi mengalami kegagalan.

2. Aspal Kilang

Dengan banyaknya penemuan dan pengembangan sumber-sumber minyak bumi,


sejak akhir tahun 1960an Indonesia masuk bergabung dalam OPEC (Organization of
Petroleum Exporting Country). Sebagian besar minyak mentah Indonesia merupakan jenis
light crude yang memiliki kandungan fraksi bahan bakar tinggi, sehingga berharga sangat
mahal. Minyak mentah ini oleh Pemerintah Indonesia diekspor keluar negeri. Untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar di dalam negeri, Pemerintah Indonesia melalui Pertamina mengimpor
minyak mentah dari kawasan Timur Tengah yang harganya lebih murah. Crude oil dari timur
tengah ini lebih banyak mengandung aspal dibandingkan crude oil Indonesia. Seluruh kilang
yang ada di Indonesia saat ini dioperasikan oleh Pertamina, oleh karena itu Pertamina
merupakan satu-satunya produsen aspal kilang di dalam negeri.

Berkaitan dengan jenis aspal yang diinginkan oleh PU (Binamarga), maka


penggunaan blown asphalt tidak lagi populer, sehingga unit blowing di Wonokromo ditutup.
Begitu pula, seiring dengan efisiensi operasi kilang, produksi aspal di kilang Pangkalan
Brandan dan Plaju dihentikan. Saat ini produksi aspal hanya dilakukan di unit kilang Cilacap
dengan kapasitas terpasang (setelah penambahan Unit Crude 2, dan beberapa kali upgrading)
sebesar 720.000 ton per tahun. Realisasi lifting aspal terbesar tercatat hanya berkisar pada
560.000 ton per tahun.

Distribusi aspal dilakukan melalui distributor / agen dalam bentuk curah dan kemasan
drum yang dilakukan dari 2 supply point, yakni kilang Cilacap dan PAG (Pabrik Aspal Gresik).
Meski bernama pabrik, PAG sebenarnya hanyalah merupakan supply point dengan aspal
curahnya diangkut dari kilang Cilacap dengan kapal tanker. Penyaluran aspal curah ke
terminal storage distributor dilakukan dari 2 supply point tersebut dengan menggunakan
tanker. Penyaluran aspal curah melalui pipa khusus bawah tanah dilakukan oleh Pertamina
kepada Grup PT AMU (Asphalt Mitra Utama; salah satunya adalah PT Bintang Jaya) karena
lokasi terminalnya berada di sebelah kilang Cilacap.

Filling Plant, unit pengisian aspal ke dalam drum (termasuk pembuatan drumnya),
dilakukan juga di kilang Cilacap dan PAG, ditambah dengan satu distributor yang memiliki
licence untuk itu, yakni PT Muara Perdana (tergabung dalam grup AMU). Drum sheet yang
digunakan memiliki ketebalan 0,63 mm dengan berat isi bersih aspal sebesar 155 kg per drum.

Berkembangnya pembangunan wilayah maupun sentra-sentra ekonomi mendorong


konsumsi aspal untuk pembangunan jalan, sehingga supplainya tidak lagi dapat dicukupi oleh
kapasitas kilang Cilacap. Untuk mencukupi ini para importir mendatangkan aspal dari berbagai
kilang luar negeri (Singapore, Thailand, Iran, Saudi Arabia, Irak, dan Malaysia) dalam bentuk
curah maupun drum.

10
2.3 Sejarah Perkembangan Konstruksi
a. Sejarah Perkembangan Konstruksi di Dunia

Sejarah proyek konstruksi di seluruh dunia ternyata sangat mengagumkan. Perkembangannya


dipengaruhi oleh kondisi kemajuan jaman. Sehingga  perkembangan proyek konstruksi dibagi
berdasarkan perkembangan jaman yang ada.

1. Era Konstruksi Neolitik (Neolithic Construction)

Disebut juga jaman batu baru yang diperkirakan berlangsung dari tahun 9000 SM
hingga 5000 SM. Peralatan yang digunakan tulang, tanduk, batu, kayu, dan peralatan lain
dari material alam. Beberapa proyek yang masih ada dari era ini antara lain bangunan
neolitik di Skara Brae kepulauan Skotlandia dan neolitik long house di Eropa, serta
peninggalan konstruksi post dan lintel yang terkenal yaitu bangunan Stonehenge di Inggris.
Metode konstruksi bangunan ini masih belum terungkap secara pasti.

Tujuan dilakukannya proyek ini masih sederhana yaitu untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang mendasar manusia yaitu rumah, jembatan sederhana, bangunan khusus untuk
tujuan astronomi seperti pada stonehenge, dan tujuan lainnya

2. Era Konstruksi Tembaga dan Perunggu (Copper Age & Bronze Age Construction)

Era Tembaga adalah bagian awal dari era Perunggu. Era ini berada pada periode
5000 SM hingga 3000 SM. Peralatan yang digunakan sesuai dengan jamannya yaitu
tembaga dan perunggu. Kemajuan konstruksi pada era ini antara lain adalah ditemukannya
gergaji untuk memotong dan membentuk batu lunak,  corbelled arch, penggunaan roda,
pemindahan beban berat di atas perahu, dan dimulainya pembuatan candi batu mesir
dengan metode konstruksi post dan lintel yang kemudian diikuti oleh Yunani dan Romawi.
Pada era ini, metode pelaksanaan mengalami kemajuan dengan penemuan alat-alat
tersebut. Tujuan proyek konstruksi masih dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang lebih baik ditambah dengan tempat ibadah.

3. Era Konstruksi Besi (Iron Age Construction)

Era besi berada pada periode 1200 SM hingga 50 SM. Era ini terdiri atas beberapa
era penting berdasarkan lokasinya yaitu era Mesopotamia Kuno, Mesir Kuno, Yunani Kuno,
Romawi Kuno, dan Cina. Fungsi bangunan pada era ini umumnya berupa istana, candi, dan
benteng dengan ukuran yang besar dan tinggi yang menunjukkan kemajuan khusus pada
era ini.

Pada jaman ini telah digunakan besi secara luas untuk peralatan dan senjata. Besi
baja yaitu material besi yang ditambahkan karbon telah diproduksi pada masa 300 SM. Baja
dapat diperkeras untuk menghasilkan ujung tepi yang tajam dan tahan lama. Material utama
bangunan adalah bata lumpur (mud-brick) yang dibuat dari cetakan dari kayu yang dijemur.
Peninggalan konstruksi yang berskala besar salah satunya adalah di Mesopotamia Kuno
yaitu Ziggurat of Ur.

Adapun tujuan pembuatan proyek pada jaman ini telah semakin variatif yaitu mulai
dari tempat ibadah yang mampu menampung lebih banyak orang, mendokumentasikan
pengetahuan yang telah dicapai di jamannya hingga membuat benteng atas serangan
musuh. Penemuan terkait pembangunan proyek konstruksi seperti ramp, pengungkit, mesin

11
bubut, tungku, perahu, kertas, sistem irigasi, pintu, kaca, sistem pengukuran standar,
geometri, silo, metode pengeboran, tenaga uap, gambar skala proporsional, veneer,
plywood, rangka tali, dan lainnya.

Konstruksi di Mesir Kuno terlihat lebih maju. Bangunan besar umumnya dibuat dari
batu dan juga blok bata besar dan masif seperti yang terjadi dalam pembuatan Piramida.
Arsitek dan insinyur pertama yang tercatat berasal dari era ini yaitu Imhotep (2650 – 2600
SM). Karya monumental era ini adalah Piramida Khufu’ di Giza Mesir yang merupakan
bangunan tertinggi di dunia hingga 3800 tahun setelahnya. Gambar di bawah menunjukkan
kondisi Piramida Khufu’ saat ini.

Terdapat pula konstruksi di Yunani Kuno berupa Candi Yunani yang dramatis dan
gedung tinggi pertama kali yaitu Lighthouse of Alexandria yang dibangun pada 280 SM
hingga 247 SM dengan ketinggian 120 hingga 137 m. Bangunan yang berupa konstruksi
sederhana kolom – balok ini telah hancur akibat tiga gempa besar Dimana kemajuan yang
dicapai adalah teknologi plumbing, tangga putar, pemanas pusat, rencana tata kota, kincir
air, crane, dan lainnya. Peninggalan konstruksi tertua berada pada Candi Apollo di Didyma

Peninggalan konstruksi di Roma banyak yang bertahan hingga saat ini seperti
Pantheon di Roma. Orang Romawi telah memiliki serikat pekerja. Proyek konstruksi
umumnya dikerjakan oleh budak yang membuat biaya konstruksi menjadi murah. Peralatan
yang digunakan adalah hand plane.

Kemajuan yang dicapai oleh konstruksi Romawi terutama adalah penggunaan


semen sehingga telah mampu untuk membuat beton. Sehingga dapat dibangun struktur
dinding, kubah, dan dome. Bangunan pertama yang menggunakan beton adalah temple of
Vesta seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah. Kemajuan lain adalah
adanya sawmill, Kincir air, bangunan lengkung, kaca, hingga jembatan

Peninggalan konstruksi di Cina yang paling terkenal adalah Tembok Raksasa (The
Great Wall) yang dibangun pada abad ke-7 hingga abad ke-2 SM yang dibangun dengan
tanah yang terpancang, batu, dan kayu dan bata dan keramik dengan mortar kapur. Tujuan
proyek ini adalah sebagai benteng atas serangan bangsa Mongolia.

4. Era Konstruksi Abad Pertengahan (Medieval Construction)

Era ini berada pada periode 5 M hingga 15 M. Proyek konstruksi besar pada era ini
adalah benteng, kastil, dan gereja katedral bergaya gothic dengan kubah bata tipis dan
dinding kaca. Bangunan telah dibangun dengan pekerja yang dibayar secara harian.
Perkembangan konstruksi pada era ini adalah Pile driver ditemukan sekitar tahun 1500.
Contoh peninggalan proyek pada masa ini dapat dilihat pada Gambar di bawah. Adapun
tujuan dari adanya proyek ini adalah untuk tempat ibadah yang lebih baik dan lebih artistik,
dan benteng yang lebih kuat.

5. Era Renaissance (Renaissance Construction)

Era ini dimulai dari akhir masa abad pertengahan atau berlangsung pada abad ke-
15 hingga abad ke-17 yang menjadi jembatan antara era pertengahan ke era modern.  Pada

12
era ini dilakukan pengembangan perspektif dalam pengecatan minyak dan pengolahan
kembali pengetahuan tentang bagaimana membuat beton.

Peninggalan bangunan yang cukup fenomenal adalah Dome Santa Maria del


Fiore. Dome tersebut dibangun oleh Brunelleschi tanpa menggunakan bekisting,
mengandalkan hanya pada berat batu bata dan cara meletakkannya untuk menjaganya
dalam posisi dan bentuk kubah untuk tetap berdiri.

6. Era Abad ke-17

Pada era ini terlihat lahirnya ilmu pengetahuan modern yang memberikan pengaruh
besar pada pembangunan konstruksi di era-era selanjutnya. Kemajuan utama adalah arsitek
dan insinyur mulai menggunakan ilmu eksperimental untuk menginformasikan bentuk
bangunan mereka. Struktur pada abad ini sangat mengandalkan pada pengalaman, aturan
praktis dan penggunaan model skala.

Produksi material kaca juga merupakan terobosan besar pada era ini. Contoh
peninggalan proyek pada masa ini dapat dilihat pada Gambar di bawah. Adapun tujuan
adanya proyek-proyek konstruksi pada jaman ini telah sangat variatif untuk memenuhi
semakin kompleksnya kemajuan peradaban seperti istana yang nyaman, tempat pengadilan,
dan lain-lain.

7. Era Abad ke-18

Pada era ini, banyak terjadi pengembangan atas ide-ide konstruksi yang lahir pada
akhir era abad ke-17. Arsitek dan insinyur lebih profesional dengan cepat. Metode matematika
dan ilmu eksperimental semakin canggih dan diaplikasikan pada bangunan. Lahirnya revolusi
industri pada era ini terlihat suatu peningkatan dalam ukuran kota dan peningkatan kecepatan
dan jumlah, serta kualitas konstruksi. Kemajuan pada abad ini adalah penggunaan besi
dimana kolom besi telah digunakan.

8. Era Abad ke-19

Revolusi industri diwujudkan dalam jenis baru dari instalasi transportasi, seperti
kereta api, kanal dan jalan makadam. Perangkat konstruksi baru termasuk mesin uap,
mesin perkakas, bahan peledak dan survei optik. Baja diproduksi secara massal dari
pertengahan abad ke-19, itu digunakan, dalam bentuk I-balok dan beton bertulang.

Panel kaca juga masuk ke produksi massal, dan berubah dari mewah ke semua
properti. Teknologi plumbing muncul, dan memberikan akses umum untuk air minum dan
pengumpulan limbah. Code bangunan telah diterapkan sejak abad ke-19. Gambar di bawah
menunjukkan proses konstruksi proyek pada masa ini. Tujuan dari diadakannya proyek-
proyek konstruksi pada jaman ini adalah untuk penerapan kemajuan pengetahuan,
pemenuhan sarana gedung yang memiliki daya tampung yang lebih besar yang dibuat
secara vertikal, dan lainnya.

13
9. Era Abad ke-20

Dengan Revolusi Industri Kedua di awal abad ke-20, lift dan crane membuat


bangunan tinggi dan gedung pencakar langit menjadi kenyataan. Peralatan dan alat-alat
listrik berat telah menurunkan tingkat kebutuhan tenaga kerja. Teknologi baru lainnya yang
prefabrikasi dan desain dengan komputer. Serikat buruh dibentuk untuk melindungi
kepentingan pekerja konstruksi. Alat pelindung diri seperti helm dan penutup telinga juga
mulai digunakan. Ekologi, konservasi energi dan pembangunan berkelanjutan menjadi isu
yang lebih penting dari konstruksi.

Munculnya proyek konstruksi besar telah melahirkan pengetahuan manajemen


proyek yang lebih sistematis dan juga secara signifikan mempercepat perkembangannya.
Pada era ini ditemukan teknik Gantt Chart yang dikembangkan menjadi Critical Path
Method (CPM). Gambar di bawah merupakan proyek gedung yang tertinggi di dunia dari era
ini. Adapun tujuan dibangunnya proyek-proyek konstruksi pada jaman ini terutama adalah
untuk pemenuhan kebutuhan aktifitas bisnis dan gaya hidup yang semakin tinggi.

b. Sejarah Perkembangan Konstruksi di Indonesia

Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia bertumbuh pesat dari waktu ke waktu,


seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Kegiatan konstruksi banyak dilakukan di
berbagai daerah di Indonesia

Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia di bagai dalam lima periode antara
lain sebagai berikut :
1. Periode 1945 – 1950

Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena negeri kita
masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali sehingga
terjadilah Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II (1948). Tahun 1950,
Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan membubarkan
Republik Indonesia Serikat (RIS), karena nya dalam periode ini belum tumbuh
pembangunan atau industri jasa konstruksi. Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam
periode ini kebanyakan adalah perusahaan Belanda seperti NV de Hollandshe Beton
Maatschappij (PT. Hutama Karya), NV Volker Associate (PT. Adhi Karya), NV Nederlandshe
Aanneming Maatschappij (PT. Nindya Karya), NV Volker Aanneming Maatschappij (PT.
Waskita Karya).

2. Periode 1951 – 1959

Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah Republik Indonesia yang
menggunakan sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti, karena
itu dalam periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum bangkit. Perencanaan
pembangunan yang definitive belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu – satunya
ketentuan warisan Belanda, yaitu AV41.

14
3. Periode 1960 – 1966

Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin langsung oleh Bung
Karno dengan nama proyek “Proyek – Proyek Mandataris”, seperti MONAS, Monumen Irian
Barat, Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma Nusantara, Jembatan
Semanggi, Gelora Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966 bentuk kontrak pada umumnya
adalah cost plus fee. Pekerjaan langsung ditunjuk langsung oleh Pemerintah (tanpa tender)
dan sektor swasta belum ikut serta. Setelah tahun 1966, Pemerintah melarang bentuk
kontrak cost plus fee. Kontrak ini dinilai tidak begitu baik karena mudah terjadi manipulasi
dan tidak efisien sehingga biaya proyek menjadi tidak terukur.

4. Periode 1967 – 1996

Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan


yang terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I
(PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima Tahun
(REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun 1994 – 2019, yang
dimulai dengan REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak konstruksi sebagian besar
menggunakan standar atau versi Pemerintah kecuali sektor swasta dan proyek yang
menggunakan dana pinjaman luar negeri (loan) yang biasanya mengacu pada standar
kontrak seperti FIDIC / JCT / AIA / JCT.

5. Periode 1997 – 2002

Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi
mengalami goncangan yang sangat hebat. Proyek – proyek mendadak berhenti
dikarenakan Pengguna Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu 1999,
Pemerintah membuat peraturan perundang – undangan baku mengenai industri jasa
konstruksi, yaitu Undang – Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi diikuti
dengan 3 (tiga) Peraturan Pemerintah sebagai peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No. 28,
29 dan 30 Tahun 2000.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejak peradaban membangun dimulai manusia mencari bahan perekata untuk


merekatkan batua-batuan seperti semen dan aspal. Penggunaan semen dan aspal sejak
jaman dahulu hingga saat ini terus berkembang. Semen berasal dari kata Caementum yang
berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi
satu kesatuan yang kokoh. Sedangkan Istilah aspal sendiri itu sebenarnya berasal dari bahasa
Yunani kuno “asphaltos” dimana setelah itu bangsa Romawi mengubahnya menjadi
“asphaltus”.

Perkembangan konstruksi dipengaruhi oleh kondisi kemajuan jaman.


Sehingga perkembangan proyek konstruksi dibagi berdasarkan perkembangan jaman yang
ada. Sehingga  perkembangan proyek konstruksi dibagi berdasarkan perkembangan jaman
yang ada.

1. Era Konstruksi Neolitik (Neolithic Construction)


2. Era Konstruksi Tembaga dan Perunggu (Copper Age & Bronze Age Construction)
3. Era Konstruksi Besi (Iron Age Construction)
4. Era Konstruksi Abad Pertengahan (Medieval Construction)
5. Era Renaissance (Renaissance Construction)
6. Era Abad ke-17
7. Era Abad ke-18
8. Era Abad ke-19
9. Era Abad ke-20
Sedangkan perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia di bagai dalam lima periode
antara lain sebagai berikut :
1. Periode 1945 – 1950
2. Periode 1951 – 1959
3. Periode 1960 – 1966
4. Periode 1967 – 1996
5. Periode 1997 – 2002

16
DAFTAR PUSTAKA

https://republika.co.id/berita/pexsln313/aspal-hitam-kisah-ribuan-tahun

https://jeksinhema12.wordpress.com/2018/06/03/sejarah-pembuatan-semen-definisi-dan-bahan-baku-
semen/

https://m.merdeka.com/semen-gresik/profil/#:~:text=Semen%20Gresik%20adalah%20perusahaan
%20yang,BUMN%20pertama%20yang%20go%20public.

https://www.klopmart.com/article/detail/sejarah-semen#:~:text=SEJARAH%20SEMEN%20DI
%20INDONESIA&text=Tahun%201906%2C%20seorang%20ahli%20teknik,mendirikan%20perusahaan
%20dengan%20nama%20NV.

https://taramikacich.wordpress.com/2012/10/28/perkembangan-industri-jasa-konstruksi-di-indonesia/

http://tosimasipil.blogspot.com/2013/07/semen.html

17

Anda mungkin juga menyukai