Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

MATA KULIAH TEKNOLOGI SEMEN


JENIS – JENIS SEMEN
Dosen Pengampu : Dr. Windi Zamrudy, B.TECH.,M.Pd

Disusun Oleh :
Aliy Fatkhur Rohman
2031410086

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI MALANG 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................1
DAFTAR ISI………...........................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang……………………………………………………….3..
I.2 Rumusan Masalah........................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian………………………………..……………..…….3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN
2 . 1 Pengertian Semen...................................................................4
2 . 2 Jenis-jenis Semen dan kegunaannya ....................................5
2 . 3 Pembuatan Semen Secara Umum……… ..............................5-6
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………7
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu
kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu
raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan
di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk
itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang
dari peredaran.
Pada abad ke-18 (ada juga sumber yang menyebut sekitar tahun 1700-an M), John
Smeaton, seorang insinyur asal Inggris  menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan
dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu
cabang ilmu yang meliputi pengembangan dan penerapan  pengetahuan yang
mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat
kegunaannya. Semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


a.       Apa yang dimaksud dengan semen ?
b.       Apa saja jenis-jenis semen dan kegunaannya ?
c.      Bagaimana proses pembuatan semen dalam industri semen ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu unruk mengetahui pengertian dari semen,
jenis-jenis semen, kegunaan semen, dan proses pembuatan semen.

1.4 Manfaat Penelitian


Memberikan informasi tentang pengertian dari semen, jenis-jenis semen,
kegunaan semen, dan proses pembuatan semen.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semen


Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua
atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang  memberikan sifat rekat antara
batuan-batuan konstruksi bangunan.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar batu
kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang inggris, pada tahun
1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan tanah
liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam tungku,
sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO) dan
karbon dioksida(CO2). Batu kapur  tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-senyawa
lain membemtuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang kemudian
dikenal dengan Portland.

2.2 Jenis-jenis Semen dan Kegunaanya


1.       Semen abu-abu (Portland) adalah semen bubuk berwarna abu-abu kebiruan,
yang dibentuk dari batu kapur berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang
bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk
memplester. Berdasarkan persentase kandungannya, semen ini terdiri atas lima tipe,
yaitu tipe 1, 2, 3, 4, dan 5.
Tipe 1, semen Portland jenis umum, yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan
dalam konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Tipe 2, semen jenis umum dengan perubahan-perubahan, yaitu jenis semen yang
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Tipe 3, semen Portland dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini untuk membangun
struktur bangunan yang menuntut kekuatan tinggi atau cepat mengeras.
Tipe 4, semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah. Jenis ini khusus untuk
penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.
Tipe 5, semen Portland tahan sulfat. Jenis ini merupakan jenis khusus untuk
digunakan pada bangunan yang terkena sulfat seperti ditanah, atau di air yang tinggi
kadar alkalinya.

2.      Semen putih adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan
untuk pekerjaan penyelesaian, seperti sebagai pengisi. Semen jenis ini dibuat dari
bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

3.       Semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses
pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

4.      Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan
(fly ash). Pozzolan buatan merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara
yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida, dan oksida
lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran
untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras
5. Semen masonry
   semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan menembok dan
memplester konstruksi, yang terdiri dari campuran dari semen portland atau
campuran semen hidrolis dengan bahan yang bersifat menambah keplastisan
(seperti batu kapur, kapur yang terhidrasi atau kapur hidrolis) bersamaan dengan
bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan satu atau lebih sifat seperti waktu
pengikatan (setting time), kemampuan kerja (workability), daya simpan air (water
retention), dan ketahanan (durability)
1.      semen masonry jenis N
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu adukan pasangan jenis N,
atau bila ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat
menghasilkan adukan pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis S atau M
2.      semen masonry jenis S
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan , sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis S atau bila
ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan
adukan pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis M
3.      semen masonry jenis M
semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga
adukan pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis M
4.      semen portland campur
suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen
portland dan gips dengan satu atau lebih bahan organik yang bersifat tidak bereaksi
(inert)

2.3 Pembuatan Semen Secara Umum


Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
a.       Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen:
Pertama adalah material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung
kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.
Kedua adalah material yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat
(argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau
diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
b.      Penghancuran
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi  material
yang digali.
c.       Pencampuran Awal
Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan
komposisi tumpukan bahan.
d.      Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal
ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker
yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
e.       Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang
merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi
perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln
yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada pre‐heater ini dan berlanjut
dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti
semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400°C, bahan berubah menjadi bongkahan
padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke
pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga
mencapai 100 °C.
f.       Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan
timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan
ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan
campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam
sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang
dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.
DAFTAR PUSTAKA
http://tosimasipil.blogspot.com/2013/07/semen.html?m=1
https://tekniksipilblog006.blogspot.com/2013/08/strategi-pengembangan-
sumberdaya-air.html
https://www.coursehero.com/file/53078397/MAKALAH-SEMENdocx/

Anda mungkin juga menyukai