Judul Makalah:
PABRIK SEMEN
DISUSUN OLEH:
RISMA DESYA RAMADHANI D1121161013
IRFAN YAHYA D1121161007
MIKO D1121161003
MUHAMMAD YUDI SAPUTRA D1121151026
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS TEKNIK
PONTIANAK
2017/2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Proses Industri Kimai tentang Pabrik Semen.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
konsep teknologi tentang Pabrik Semen dan manfaatnya untuk masyarakan dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
i
ii
DAFTAR ISI
ii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
Pada tahun 1797, James Parker, seorang penemu yang juga berkebangsaan
Inggris, menemukan suatu pembaharuan dengan membuat semen hydraulic dengan
cara membakar batu kapur dan batuan silika. Semen inilah yang akhirnya dikenal
dengan nama Roman Cement, yang banyak digunakan pada periode tersebut.
Dan baru kira-kira tahun 1850, Portland Cement dengan kualitas yang baik
dikembangkan di Inggris dengan dibukanya 4 (empat) buah pabrik semen.
Kapasitas produksi pun mengalami kenaikan secara menyolok. Pada tahun 1908
mulai diperkenalkan rotary kilns sebagai inovasi dari shaft kain.
Semen Portland adalah hasil industri dari bahan baku batu kapur (gamping)
sebagai bahan utama dan lempung (tanah liat) atau bahan pengganti lainnya
dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Untuk menghasilkan semen,
bahan baku dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinker-nya, yang
kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang
sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong (sak) dengan berat
rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan
semen nonhidraulik. Semen hidraulik mengeras setelah terjadi reaksi dengan air
sedangkan semen non hidraulik merupakan semen yang tidak dapat mengeras bila
terjadi reaksi dengan air.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang
artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski
sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak
berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad
pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang
dari peredaran.
Bahan baku utama dalam indutri ini adalah batu kapur dan tanah liat, karena
itu pabrik didirikan tidak jauh dari daerah penambangan batu kapur dan tanah
liat. Bahan lainnya seperti pasir besi, silika dan gypsum yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit didatangkan dari daerah lain.
Terdapat empat jenis bahan bakar yang dipakai, yaitu: batu bara, solar, AFR,
dan bahan bakar sintesis. Batu bara dipasok dari Kalimantan dan sedangkan
solar dipasok dari pertamina, untuk bahan bakar sintesis dipasok dari PPLI.
3. Faktor Air
4. Faktor transfortasi
5. Faktor Tenaga Kerja
6. Faktor Lingkungan
5
a. Proses Basah
pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus
dengan kadar air 25-40% (slurry) dikalsinasi dalam tungku panjang (long rotary
klin)
Keuntungan:
Kerugian:
- Bahan bakar yang digunakan lebih banyak, butuh air yang cukup banyak.
- Tanur yang digunakan terlalu panjang karena memerlukan zone dehidrasi
yang lebih panjang untuk mengendalikan kadar air
- Biaya produksi lebih mahal.
pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama seperti proses basah.
Hanya saja disini umpan tanur disarinig lebih dahulu dengan filter press. Filter
cake dengan kadar 15-25% Kcal/Kg klinker. Proses ini jarang dipakai karena biaya
produksi yang terlalu tinggi dan kurang menguntungkan.
proses ini dikenal sebagai proses grate proses, dimana merupakan transisi dari
proses basah dan proses kering dalam pembentukan semen. Pada proses ini umpan
tanur disemprot dengan air dengan alat yang disebut granutor (pelletizer) untuk
diubah menjadi granulator atau nodule dengan kandungan air 10-12% dan
ukurannya 10-12 mm seragam. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft klin)
atau long rotary klin. Konsumsi panas sekitar 1000 Kcal/Kg klinker.
6
d. Proses Kering
proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) didalam Raw Mill dalam keadaan
kering dan halus dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan kadar air 0,5-1%
dikalsinasikan dalam rotary klin. Proses ini menggunakan panas sekitar 1500-1900
kcal/kg kliner
keuntungan :
Kerugian:
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan Komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan
sedikit tanah lia, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida
lainnya. Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu
hingga kuning.
2. Tanah Liat
Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat
Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang
dikandungnya : Kelompok Montmorilonite Meliputi : Monmorilosite, beidelite,
saponite, dan nitronite Kelompok Kaolin Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan
halaysite Kelompok tanah liat beralkali Meliputi : tanah liat mika (ilite).
Semen dapat dibuat dengan 2 cara yaitu proses basah dan proses kering.
Perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi.
1. Quarry (Penambangan)
Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah liat, dan material-
material lain yang mengandung kalsium, silikon,alumunium,dan besi oksida yang
diekstarksi menggunakan drilling dan blasting.
2. Crushing
3.Conveying
5. Homogenisasi
PEMBENTUKAN CLINKER:
Proses yang terjadi di dalam kiln: Pengeringan Slurry Pemanasan Awal Kalsinasi
Pemijaran Pendinginan Penyimpanan Klinker
PENGERINGAN SLURRY:
Pengeringan Slurry terjadi pada daerah 1/3 panjang kiln dari inlet pada temperatur
100-500C sehingga terjadi pelepasan air bebasdan air terikat untuk mendapatkan
padatan tanah kering.
PEMANASAN AWAL :
Pemanasan Awal terjadi pada daerah 1/3 setelah panjang kiln dari inlet. Selama
pemanasan tidak terjadi perubahan berat dari material tetapi hanya peningkatan
suhu yaitu sekitar 600C dengan menggunakan preheater.
KALSINASI:
Kalsinasi Penguraian kalsium karbonat menjadi senyawa-senyawa penyusunnya
pada suhu 600C.
reaksinya: CaCO3 CaO + CO2 MgCO3 MgO + CO2
PEMIJARAN:
Reaksi antara oksida-oksida yang terdapat dalam material yang membentuk
senyawa hidrolisis yaitu C4AF, C3A, C2S pada suhu 1450 C membentuk Clinker.
10
PENDINGINAN:
Terjadi pendinginan Clinker secara mendadak dengan aliran udara sehingga
Clinker berukuran 1150-1250 gr/liter. Clinker yang keluar dari Cooler bersuhu
150-250 C.
CEMENT MILL:
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi pebghalusan clinker-clinker
bersama 5 % gipsum alami atau sintetik. Secara umum, dibagi menjadi 3 proses:
Penggilingan clinker Pencampuran Pendinginan.
- Limbah yang terbesar di industri semen adalah debu dan partikel, terdapat juga
limbah dari pertambangan.
- Limbah tambang: Limbah ini berasal dari lokasi dan kegiatan penambangan
berupa debu, pecahan batu, dan tanah liat. Hal ini ditangani dengan cara membuat
kantong- kantong Lumpur dan pengendapan dan terangkutnya limbah oleh air
hujan.
dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerah daerah tertentu dimana suhu agak tinggi,
maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi
Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat Heat of hydration.
Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti
bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan
dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.
tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses
pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Jenis I, sehingga pengerjaannya
akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan
lebih halus.
Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak Semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan
anorganik, atau hasil pencampuran bubuk Semen Portland dengan bubuk bahan
anorganiklain.
Kegunaan semen jenis ini adalah:
Konstruksi beton umum
Pasangan batu dan batu bata
Plesteran dan acian
Selokan
Jalan
Pagar dinding
Pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan,
panel beton, bata
Super Masonary Cement (Smc) adalah semen yang dapat digunakan untuk
konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur betonnya maksimal K225. Dapat
juga digunakan untuk bahan baku pembuatan genteng beton hollow brick, paving
block, dan tegel.
BAB 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Oss, van Hendrik G dan Padovani, Amy C. 2002. Cement Manufacture and the
Environment Part I: Chemistry and Technology. J of industrial ecology.