AH
PEMAN
FAATAN
MINER
AL
INDUST
RI
PROD
UKSI
SEMEN
Disusun Oleh:
Shananda Soni
1304108010005
keluarganya. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada Bapak Farid Maulana
selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam
penyusunan makalah ini.
Makalah ini membahas topik tentang Produksi Semen yang mana merupakan
pokok bahasan penting dalam memahami proses pembuatan semen untuk
kegiatan produksi semen di pertambangan batu kapur. Harapan kami, semoga
makalah ini dapat bermanfaat menambah wawasan bagi penyusun dan
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini.
Tentu makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Maka kritik dan saran dari
Dosen maupun mahasiswa sangat kami harapkan.
Banda Aceh,11 Oktober 2015
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Industri Semen
Perkembangan Perusahaan semen di Indonesia sangat pesat dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pembangunan. Banyaknya perusahaan semen yang
yang ada di Indonesia membuat persaingan pasar semakin ketat. Apalagi saat ini
banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, tanah longsor,
sunami, banjir, angin putting beliung dan bencana-bencana lainnya menyebabkan ribuan
rumah rusak dan hancur, ditambah adanya program pemerintah tentang bangunan
Rumah Sehat Sederhana, maka dengan sendirinya kebutuhan akan semen sebagai
bahan pokok dalam pembangunan akan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan
perkembangan industri semen semakin menarik untuk dicermati.
Company/Group
Country
Capacity (Mt/yr)
No. of plants
Lafarge
France
225
166
Holcim
Switzerland
217
149
CNBM
China
200
69
Anhui Conch
China
180
34
HeidelbergCement
Germany
118
71
Jidong
China
100
100
Cemex
Mexico
96
61
China Resources
China
89
16
Sinoma
China
87
24
10
Shanshui
China
84
13
11
Italcementi
Italy
74
55
12
Taiwan Cement
Taiwan
70
13
Votorantim*
Brazil
57
37
14
CRH**
Ireland
56
11
15
UltraTech
India
53
12
16
Huaxin
China
52
51
17
Buzzi
Italy
45
39
18
Eurocement
Russia
40
16
19
Tianrui
China
35
11
20
Jaypee***
India
34
16
Rank
Country
Capacity (Mt)
China
1452
India
301
114
Turkey
82
Russia
80
Vietnam
73
Iran
71
Japan
70
BAB II
PEMILIHAN PROSES
A.Jenis-jenis Proses Pembuatan Semen
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
Proses basah
Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude
oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
Proses kering
Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
1. Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
2. Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang
homogen.
3. Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
4. Proses pendinginan terak.
5. Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Proses Basah
Proses Kering
Perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi.
Tabel 1. Perbedaan Proses Pembuatan Semen dengan Proses Basah dan Proses Kering
No Proses
Penggilingan
Homogenisasi
1. Basah
Penggilingan dilakukan dalam raw mill
Slurry dicampur di
dengan menambahkan sejumlah air
mixing
kemudian dihasilkan slurry dengan kadar basin,kemudian
air 34-38 %.Material-material ditambah
slurry dilairkan ke
air diumpankan ke dalam raw mill.
tabung koreksi;
Karena adanya putaran, material akan
proses
bergerak dari satu kamar ke kamar
pengoreksian
berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses
pemecahan dan kamar 2/3 terjadi gesekan
sehingga campuran bahan mentah
menjadi slurry.
2.
Kering
Terjadi di blending
silo dengan sistem
aliran corong
Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah untuk mencampur dan
mengoreksinya.
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.
5.Masonry Cement Type M,S,N
Semen ini digunakan untuk plesteran, pemasangan bata, dan keramik.
BAB III
BAHAN BAKU DAN PRODUK
A.Sifat Fisik dan Kimia Bahan Baku dan Penunjang
1. Batu kapur
Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah
liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2. Tanah Liat, mengandung senyawa Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3),
Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
a. Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat.
b. Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya:
Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
Kelompok tanah liat beralkali
Meliputi : tanah liat mika (ilite)
3.Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix)
Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan
semen
Pasir Silika digunakan untuk menaikkan kandungan SiO2
Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix
4.Gypsum (CaSO4. 2H2O)
Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.
Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum
sebagai retarder.
Hiderasi Semen
Hiderasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air. Untuk
mengetahui hiderasi semen, maka harus mengenal hiderasi dari senyawa-senyawa yang
terkandung dalam semen ( C2S, C3S, C3A, C4AF)
b.
3CaO.2SiO2.3H2O + 3 Ca(OH)2
2 (3CaO.2SiO2) + 4H2O
3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
Kalsium Silikat hidrat (CSH) adalah silikat di dalam kristal yang tidak sempurna, bentuknya
padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel.
Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa (pH= 12,5) hal ini dapat
menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat mencegah baja
mengalami korosi.
c.
Hiderasi C3A
Hiderasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30oC akan menghasilkan kalsium alumina
hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena
adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-mula C3A akan bereaksi
dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya berbentuk jarum dan biasa
disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium
alumina hidrat (CAH).
Hiderasi C3A tanpa gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3+ 6H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-permukaan Kristal C3A.
d.
4CaO.Al2O3.6H2O
+ 3CaO.Fe2O3.6H2O
e.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya sangat penting, sebab
waktu pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastik. Waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan
waktu akhir
maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan
f.
C2S + 5H2O
C2S. 5H2O
C3S + 5H2O
C3A. 3Cs+.32H2O
C4AF + 7H2O
MgO+ H2O
Mg(OH)2
Panas Hiderasi
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses hiderasi.
Jumlah panas hiderasi yang terajdi tergantung, tipe semen, kehalusan semen, dan
perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan terajadi
retak-retak pada beton, hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar dihilangkan
sehingga terajdi pemuaian pada proses pendinginan.
g.
Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, diantaranya:
Drying Shringkage ( penyusutan karean pengeringan)
Hideration Shringkage (penyuautan karena hiderasi)
Carbonation Shringkage (penyuautan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah Drying Shringkage, penyusutan ini
terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bial besaran kelembabannya
dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari. Penyusutan ini dioengaruhi juga kadar
C3A yang terlalu tinggi.
h.
Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uaap air dan CO2 dan dalam jumlah yang cukup
banyak sehigga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan menurun
karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan menurunnya spesifik gravity sehingga
kekuatan semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya
false set.
Spesifik Gravity
Spesifik Gravity dari semen merupakan informasi yang sangat penting dalam perancangan
beton. Didalam pengontrolan kualitas Spesifik gravity digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh kesempurnaan pembakaran klinker, dan juga menetahui apakah klinker tercampur
dengan impuritis.
j.
False Set
Proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu singkat. False Set dapat dihindari
dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat tidak terbentuk
didalam semen.
BAB IV
URAIAN PROSES
A.Proses Persiapan Bahan Baku
1.
Batu kapur
Batu kapur merupakan komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit
tanah liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya.
Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2.
Tanah Liat, mengandung senyawa Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3),
Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
a. Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat.
b. Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya:
Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
Bahan ini merupakan bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix)
Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix
4.
Gypsum (CaSO4. 2H2O)
Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat
gipsum sebagai retarder.
Tabel III.1 Jenis-jenis Bahan Baku Semen
Jenis Jenis Bahan Baku
Perbandingan Berat ( % )
Batu Kapur
80 85
Tanah Liat
6 10
Pasir Silika
6 10
Pasir besi
Gypsum
35
Batu Kapur.
: 300 ton
Tanah Liat.
: 50 ton
Silika.
: 50 ton
Batu Kapur.
: 94.000 ton
Silika.
: 12.000 ton.
Pasir besi.
: 2.000 ton.
Tanah liat.
: 45.000 ton.
Gypsum.
: 10.000 ton.
Umumnya, stock pile dibagi menjadi dua bagian yaitu sisi kanan dan sisi kiri hal ini
dilakukan untuk menunjang proses, jika stock pile bagian kanan sedang digunakan sebagai
masukan proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher. Begitu juga
sebaliknya. Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan tripper selain itu
stock pile juga dilengkapi dengan reclaimer. Reclaimer ini berfungsi untuk memindahkan
atau mengambil raw matrial dari stock pile ke belt conveyor dengan kapasitas tertentu,
sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini sendiri berfungsi untuk menghomogenkan bahan
baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor.
Batu Kapur.
: 250 ton
Silika.
: 150 ton.
Pasir besi.
: 150 ton.
Tanah liat.
: 70 ton.
Gypsum.
: 175 ton
Tabel III.2. Profil tempratur aliran gas panas dan material padat di pre-heater.
Aliran Material
Temperatur ( C )
Aliran Gas
Temperatur ( C )
Masuk Tahap I
50 - 80
Masuk Tahap IV
1050 - 1100
Keluar Tahap I
330 - 350
Keluar Tahap IV
800 850
Keluar Tahap II
500 550
650 700
640 680
Keluar Tahap II
525 575
Keluar Tahap IV
750 850
Keluar Tahap I
350 400
6. Pembakaran ( Firring )
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln
adalah alat berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan
kemiringan tertentu. Kemiringan Rotary kiln yang digunakan di unit NG-IV
o
adalah sekitar 4 dengan arah menurun ( declinasi ). Dari ujung tempat material
masuk ( in-let ), sedangkan di ujung lain adalah tempat terjadinya pembakaran
bahan bakar ( burning zone ). Jadi material akan mengalami pembakaran dari
temperatur yang rendah menuju temperatur yang lebih tinggi.
Diameter tanur putar adalah 5,6 meter dan panjangnya adalah 84 meter,
sedangkan kapasitas desainnya adalah 7800 ton / hari. Bahan bakar yang
digunakan adalah batu bara, sedangkan untuk pemanasan awal digunakan
Industrial Diesel Oil ( IDO ).
Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar, proses pembakaran bahan
bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas analyzer. Gas analyzer ini berfungsi
untuk mengendalikan kadar O2 ,CO, dan NOx pada gas buang jika terjadi
kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara akan disesuaikan.
Daerah proses yang terjadi didalam tanur putar dapat dibagi menjadi empat
bagian yaitu :
1. Daerah transisi ( Transision zone )
2. Daerah pembakaran ( Burning zone )
3. Daerah pelelehan ( Sintering zone )
4. Daerah pendinginan ( Colling zone )
900 C sedangkan temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1300
o
1450 C.
7. Pendinginan ( cooling )
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah
cooler. Cooler ini dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai
saluran udara pendingin yang disebut grate dan alat pemecah clinker ( Clinker
Breaker ).
Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan di dalam tanur
putar, clinker tersebut terlebih dahulu didinginkan di dalam cooler sebelum
disimpan di dalam clinker silo. Cooler yang digunakan terdiri dari sembilan
compartemen yang menggunakan uadara luar sebagai pendingin. Udara yang
keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai media pemanas pada vertical roller mill ,
sebagai pemasok udara panas pada pre-heater, dan sebagian lain dibuang ke udara
bebas.
Kapasitas desain cooler adalah 7800 ton / hari sedangkan luas permukaan
2
efektifnya adalah 160,6 m diharapkan temperatur clinker yang keluar dari cooler
o
Kapasitas desain clinker silo adalah 75000 ton sedangkan bin penampung reject
clinker kapasitasnya adalah 2000 ton
8. Penggilingan Akhir
Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya
pula penggilangan clinker dengan gypsum adalah ball mill. Peralatan yang
menunjang proses penggilingan akhir ini adalah :
1. Vertical Roller Mill
2. Separator ( klasifire )
3. Bag Filter
a. Gypsum
Gypsum adalah bahan tambahan dalam pembuatan semen, adalah
merupakan bahan yang akan dicampur dengan clinker pada penggilingan akhir
gypsum yang dapat digunakan adalah gypsum alami dan gypsum sintetic. Gypsum
alami yang digunakan berasal dari negara Mesir, Australia dan Thailand
sedangkan gypsum sintetic berasal dari Gresik. Gypsum yang di datangkan dari
tempat lain disimpan di stock pile gypsum yang berkapasitas 20.000 ton,
kemudian dengan menggunakan dump truck, gypsum tersebut dikirim ke dalam
bin gypsum untuk siap diumpankan ke dalam penggilingan akhir dan dicampur
dengan clinker.
b. Clinker
Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu
ditransfer dari clincer silo menuju clinker bin. Dengan menggunakan bin maka
jumlah clinker yang akan digiling dapat diatur dengan baik. Sebelum masuk ke
dalam alat penggilingan akhir, clinker terlebih dahulu mengalami penggilingan
awal dalam alat vertical roller mill
c. Ball Mill
Alat yang digunakan untuk melakukan penggilingan clinker dan gypsum
disebut ball mill. Alat ini berbentuk silinder horizontal dengan panjang 13 m dan
berdiameter 4,8 m. kapasitas desai ball mill adalah 210 ton / jam dengan tingkat
kehalusan 3200 blaine. Bagian dalam ball mill terbagi menjadi dua bagian untuk
memisahkan bola bola baja yang berukuran besar dan berukuran kecil. Bagian
utama diisi dengan bola bola baja yang berdiameter lebih besar dari pada bola
bola yang ada pada bagian kedua. Prinsip penggunaan bola bola baja dari
ukuran yang besar ke ukuran yang lebih kecil adalah bahwa ukuran bola bola
baja yang lebih kecil menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola bola baja
dengan material yang akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran
partikelnya akan lebih halus.
Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh
bucket elevator menuju separator. Separator berfungsi untuk memisahkan semen
yang ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang
cukup halus dibawa udara melalui cyclon kemudian disimpan didalam silo
cement.dari silo cement ini semen kemudian dikantongi dan di masukan kedalam
truck semen curah dan siap dipasarkan. Proses tersebut dilakukan oleh bagian
khusus yaitu unit pengantongan semen.
3CaO. SiO2
( C3S )
2CaO. SiO2
( C2S )
Proses ini terjadi pada suhu 100 200 C dan berlangsung secara
endotermis.
b. Pelepasan air terikat ( Absorban water )
o
Proses ini terjadi pada temperatur 100 400 C dan berlangsung secara
Endotermis.
c. Dekomposisi tanah liat
Proses ini
menghasilkan
senyawa
Al2O3.2SiO2 berlangsung
pada
2( Al2O3.2SiO2 ) + 4 H2O
d. Decomposisi metakaolinit
Proses ini menghasilkan senyawa Al2O3 dan SiO2 berlangsung pada
o
temperatur 600 900 C reaksi berlangsung secara endotermis, reaksi yang terjadi
adalah :
Al2O3.2SiO2
Al2O3. + 2SiO2
e. Dekomposisi karbonat
Proses ini menghasilkan C3S dan C3A berlangsung pada
temperatur
sekitar 600 1000 C reaksi berjalan secara endotermis, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
CaCO3
CaO + CO2
CaO.Al2O3 + 2CaO
3CaO.Al2O3
4CaO.Al2O3 .Fe2O3
2CaO .SiO2
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
Tugas makalah ini sangat membantu mahasiswa untuk mengenal proses produksi semen
tapi sebaiknya dosen pembimbing dapat memberikan arahan setiap bab dari makalah agar
mahasiswa dengan mudah mengerjakan setiap topik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2007. Semen. [online]:" http://id.wikipedia.org/wiki/Semen"
2. Anonim. 2007.Cement. [online]:http://en.wikipedia.org/wiki/Cement
3. Anonim. 2007. Portland Cement.
[online]:http://en.wikipedia.org/wiki/Portland_cement"
4. Anonim. 2007. Production Line. [online]:
www.cimnat.com.lb/Production
5. https://radiks.wordpress.com/2010/10/07/data-pabrik-semen-di-indonesia/
6. http://chittaputri.blogspot.co.id/2012/01/industri-semen.html
7. http://khairul-anas.blogspot.com/2012/05/makalah-pembuatansemen.html#ixzz3oYf4M600
8. http://yi2ncokiyute.blogspot.co.id/2012/03/industri-semen.html
Jaw Crusher
LIMESTONE
LIMESTONE
Roller Crush er
To Electrostatic
SHALE
Precipitator
To Electrostatic
SHALE
Precipitator
Roller Crush er
Silica
Silica
IRON SAND
To Raw Meal
Raw Mill
SHALE BIN
Limstone BIN
SILICA BIN
To Raw Meal