Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHAN BANGUNAN

SEMEN

DISUSUN OLEH:

ASA CINTANA PUTRI ELSHADDAY

NIM : 211007

PRODI TEKNOLOGI KONTRUKSI BANGUNAN AIR


POLITEKNIK PEKERJAAN UMUM

TAHUN AJARAN 2021/2022

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha


Penyayang. saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan berkat-Nya kepada saya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ilmiah tentang semen dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan
dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu saya dengan lapang dada menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Semen dan
manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Semarang, 26 Desember 2021

Penyusun

ii
(Asa Cintana Putri .E)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …….……………………………..…………….... ii

DAFTAR ISI ………………….………….………………..…………....... iii

BAB I PENDAHULUAN …….…………..…………..…...………….....1

1.1 Latar belakang ...............................……..…….........1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………….......2

1.3 Tujuan …….…………………………………………….............2

1.4 Manfaat................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI………………………….……..………….....3

2.1 Pengertian Semen......…………………………...............3

BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………….....4

3.1 Jenis semen dan kegunaanya…………………………….4

3.2 Karakteristik Semen………………………………………….8

3.3 Proses Produksi Semen........................................12

3.4 Dampak dari Industri............................................15

BAB IV PENUTUPAN.........................................................16

4.1 Kesimpulan..........................................................16

BAB V.................................................................................17

iii
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...... 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semen berasal dari bahasa latin “ CAEMENTUM ” yang berarti


bahanperekat. Semen merupakan senyawa/zat pengikat hidrolis yang
terdiri darisenyawa C-S-H (Kalsium Silikat Hidrat) yang apabila bereaksi
dengan air akandapat mengikat bahan-bahan padat lainnya, membentuk satu
kesatuan massa yangkompak, padat dan keras.

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal


bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenekmoyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur,
ketan atau bahan lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti
Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di China
yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Peristiwa tadi
menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu.Sebelum mencapai
bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya
merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.

Pada abad ke-18 (ada sumber yang menyebutkan sekitar tahun 1700an-M),
john smeaton seorang insinyur asal inggris menemukaan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran
batu kapur dan tanah liar saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall Inggris.

Material ini sendiri adalah benda yang bersifat khas dan di manfaatkan luas
biasa dalam bangunan,mesin,peralatan. Dan sains material yaitu suatu cabang
ilmu yang meliputi pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan yang
mengaitkan komposisi,stuktur dan pemrosesan material dengan sifat dan
kegunaanya. Seman termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan
sehari hari.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari semen ?


b. Apa saja jenis-jenis semen serta kegunaanya ?
c. Bagaimana karakteristik dari setiap jenis-jenis semen ?
d. Bagaimana proses pembuatan semen dalam industri semen ?
e. Seberapa besar pengaruh industri semen terhadap lingkungan ?
f. Bagaimana menanggulangi dampak industri semen terhadap lingkungan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk:


a. Mengetahui apa pengertian dari semen
b. Mengetahui jenis-jenis semen dan kegunaanya
c. Mengetahui bagaimana karakteristik semen
d. Mengetahui proses pembuatan semen dalam industri semen
e. Mengetahui pengaruh atau dampak dari industri semen terhadap lingkungan
f. Mengetahui cara menanggulangi dampak negatif dari industri semen.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:


a. Dapat memberikan informasi tentang jenis-jenis semen.
b. Menambah wawasan tentang semen.
c. Memberikan informasi pengaruh atau dampak dari industri semen dan cara
menanggulangi dampak negatifnya.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Semen

Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh atau suatu produk yang mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua
atau lebih bahan sehingga menjadi suatu bagian yang kompak atau dalam
pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan sifat rekat antara
batuan-batuan konstruksi bangunan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung
yang terbuat dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton,
merekatkan batu bata ataupun membuat tembok. Semen adalah perekat hidraulik
yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama
silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa
tersebut dapat bereaksi dengan air dan membentuk zat baru bersifat perekat pada
bebatuan. Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat
adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang
dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir.
Usaha untuk membuat semen pertama kali dilakukan dengan cara membakar
batu kapur dan tanah liat. Joseph Aspadain yang merupakan orang inggris, pada
tahun 1824 mencoba membuat semen dari kalsinasi campuran batu kapur dengan
tanah liat yang telah dihaluskan, digiling, dan dibakar menjadi lelehan dalam
tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO3) menjadi batu tohor (CaO)
dan karbon dioksida(CO2). Batu kapur tohor (CaO) bereaksi dengan senyawa-
senyawa lain membemtuk klinker kemudian digiling sampai menjadi tepung yang
kemudian dikenal dengan Portland.
Semen dalam pengertian umum adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive
dan cohesive, digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material), yang dipakai
bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir Semen dapat dibagi atas dua
kelompok, yaitu: a. Semen non hidraulis adalah semen yang tidak dapat mengeras
dalam air atau tidak stabil dalam air. b. Semen hidraulis adalah semen yang dapat
mengeras dalam air menghasilkan padatan yang stabil dalam air.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis jenis semen dan kegunaannya

a. Semen Putih (Gray Cement) Semen putih adalah semen yang lebih murni dari
semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai
filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni.
b. Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) Semen sumur minyak adalah
semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas
alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
c. Semen Portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menghasilkan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis
(dapat mengeras jika bereaksi dengan air) dengan gips sebagai bahan tambahan.
Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling banyak
digunakan dalam proses konstruksi beton. Semen yang umum dipakai adalah
semen tipe I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting, yaitu:
1. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 Sifatnya hampir sama dengan sifat
semen yaitu jika ditambahkan air akan menjadi kaku dan dalam beberapa jam saja
pasta akan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan menimbulkan
panas hidrasi kurang lebih 58 kalori/gram setelah 3 hari.
2. Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 Pada saat penambahan air setelah
reaksi yang menyebabkan pasta mengeras dan menimbulkan panas 12 kalori/gram
setelah 3 hari. Pasta akan mengeras, perkembangan kekuatannya stabil dan lambat
pada beberapa minggu kemudian mencapai kekuatan tekan akhir hampir sama
dengan C3S.
3. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 Unsur ini apabila bereaksi
dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi yaitu 212 kalori/gram setelah 3
hari. Perkembangan kekuatan terjadi satu sampai dua hari tetapi sangat rendah.

4
4. Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3 Unsur ini saat
bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta terbentuk dalam beberapa
menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram. Warna abu-abu pada semen
disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat yang terkandung dalam semen
portland jika bereaksi dengan air akan menjadi perekat yang memadat lalu
membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut
dengan hidrasi. Reaksi kimia semen bersifat exothermic dengan panas yang
dihasilkan mencapai 110 kalori/gram. Akibatnya dari reaksi eksotermis terjadi
perbedaan temperatur yang sangat tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil
(microcrack) pada mortar. Proses reaksi kimia semen dengan air sehingga
membentuk masa padat ini juga masih belum bisa diketahui secara rinci karena
sifatnya yang sangat kompleks. Rumus kimia yang dipergunakan juga masih
bersifat perkiraan untuk reaksi kimia dari unsur C2S dan C3S dapat ditulis sebagai
berikut: 2C3S + 6H2O → (C3S2H3) + 3Ca(OH)2 3C2S + 6H2O → (C3S2H3) +
Ca(OH)2 Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara
mengubah presentase empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa
jenis semen dengan tujuan pemakainnya Sesuai dengan tujuan penggunaannya,
semen portland di Indonesia dalam dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a. Tipe I Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker
yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat.
Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 49% (C3S), 25% (C2S),
12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8% (MgO), 2,9% (SO3). Semen Portland tipe I
dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung, jembatan, dan lain-lain jenis
konstruksi yang tidak ada kemungkinan mendapat serangan sulfat dari tanah dan
timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
b. Tipe II Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat dan
panas hidrasi sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6% (C3A), 11%
(C4AF), 2,9% (MgO), 2,5% (SO3). Semen Portland tipe II dipergunakan untuk
bangunan tepi laut, bendungan, dan irigasi, atau beton masa yang membutuhkan
panas hidrasi rendah.

5
c. Tipe III Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada fase permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya sangat tinggi
dan butirannya sangat halus. Semen Potland tipe III dipergunakan untuk bangunan
yang memerlukan kekuatan tekan yang tinggi (sangat kuat) seperti, jembatan-
jembatan dan pondasi-pondasi berat.
d. Tipe IV Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
rendah, sehingga kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland tipe IV
dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama).
e. Tipe V Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe
ini adalah: 43% (C3S), 36% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,9% (MgO), 1,8%
(SO3). Semen Portland tipe V dipergunakan untuk instalasi pengolahan 8 limbah
pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit
tenaga nuklir.
d. Semen Portland Komposit (PCC) Berdasarkan SNI-15-2049-2015 tentang
spesifikasi semen Portland, Portland Composite Cement (PCC) didefinisikan
sebagai pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama klinker semen Portland
dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran
antara bubuk semen Portland dengan bubuk bahan organik lain. Bahan anorganik
antara lain pozzolan, senyawa silikat, batu kapur dengan kadar total bahan
anorganik 6-35% dari massa semen. Dari uraian terebut maka PCC termasuk
kedalam kategori special blended cement yang memiliki spesifikasi berbeda
dengan semen OPC. Menurut Suparto (2001:12) bahan-bahan anorganik tersebut
merupakan bahan-bahan mineral yang memiliki sifat pozzolonik atau memiliki
sifat pozzolan yaitu bahan-bahan mineral yang unsur-unsurnya tidak memiliki sifat
semen secara mandiri, namun bila bereaksi dengan kalsium oksida dan air pada
temperatur biasa, bisa membentuk senyawa yang mempunyai ciri-ciri semen PCC
merupakan salah satu jenis produk semen yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan khusus, baik pada aspek teknis maupun pada aspek biaya yang tidak
bisa dipenuhi oleh semen Portland biasa (OPC). Kadar silika yang tinggi dari
bahan pozzolan tersebut akan menyebabkan jenis semen ini agak lambat mengeras
dan panas hidrasinya rendah, namun kekuatan beton masih dapat meningkat lagi
secara signifikan berumur 28 hari. Walaupun kekuatan awalnya relatif rendah,
namun dengan perawatan yang baik dan teratur bisa menghasilkan kekuatan akhir
yang tidak jauh berbeda dengan penggunaan semen Portland normal. Disamping
6
itu, karena sifat pozzolan yang mampu mengikat kalsium-hidroksida, maka
kekuatan beton yang dihasikan terhadap korosi sulfat juga akan menjadi lebih baik.
Demikian pula terhadap pengaruh reaksi alkali agregat, semen PCC pada
umumnya menunjukkan 11 ketahanan yang lebih baik dibandingkan semen
Portland biasa pada kondisi tertentu. Karena sifat-sifat tersebut maka PCC dapat
digunakan pada bangunanbangunan yang memiliki masa besar seperti dam, atau
komponen pondasi yang memiliki volume besar dan dengan kondisi air tanah yang
korosif atau juga untuk bangunan sipil pada lingkungan yang agresif sulfat seperti
dermaga dan bangunan-bangunan lain yang mengkondisikan panas hidrasi rendah
dan tidak memerlukan kekuatan awal beton yang tinggi.
a. Penggunaan Penggunaan semen Portland komposit dapat digunakan untuk
konstruksi umum seperti pekerjaan beton, pemasangan bata, selokan, jalan, pagar
dinding, dan pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, panel
beton, bata beton, dan sebagainya.
b. Syarat mutu
Syarat Kimia Syarat kimia untuk semen Portland Komposit mengikuti SNI 15-
2049- 2015 tetapi pada semen Portland Komposit kandungan SO3 maksimum
4,0%

3.2 Karakterisasi Material Semen

7
Sifat-Sifat Semen Portland:
a. Hiderasi Semen
Hiderasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Untuk mengetahui hiderasi semen, maka harus mengenal hiderasi dari senyawa-
senyawa yang terkandung dalam semen ( C2S, C3S, C3A, C4AF)
b. Hiderasi Kalsium Silikat ( C2S, C3S)
Kalsium Silikat di dalam air akan terhidrolisa menjadi kalsium hidroksidsa
Ca(OH)2 dan kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 30oC
2 (3CaO.2SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3 Ca(OH)2
2 (3CaO.2SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
Kalsium Silikat hidrat (CSH) adalah silikat di dalam kristal yang tidak sempurna,
bentuknya padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel
Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa (pH= 12,5)
hal ini dapat menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat
mencegah baja mengalami korosi.
c. Hiderasi C3A
Hiderasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30oC akan menghasilkan
kalsium alumina hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang mana kristalnya berbentuk
kubus di dalam semen karena adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit
berbeda. Mula-mula C3A akan bereaksi dengan gypsummenghasilkan sulfo
aluminate yang kristalnya berbentuk jarum dan biasa disebut ettringite namun pada
akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium alumina hidrat (CAH).
Hiderasi C3A tanpa gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3+ 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O
Hiderasi C3A dengan gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3 + 3 CaSO4+ 32H2O 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4 + 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-permukaan
Kristal C3A.
8
d. Hiderasi C4AF (30 H2O oC)
4CaO. Al2O3. Fe2O3+ 2Ca(OH)2+10H2O4CaO.Al2O3.6H2O
+ 3CaO.Fe2O3.6H2O
e. Setting dan Hardening
Setting dan Hardening adalah pengikatan dan penerasan semen setelah terjadi
reaksi hiderasi. Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang
plastis dan dapat dibentuk (workable) sampai beberapa waktu karakteristik dari
pasta tidak berubah dan periode ini sering disebut Dorman Period (period tidur).
Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada yang
lemah, namun suhu tidak dapat dibentuk (unworkable). Kondisi ini disebut Initial
Set, sedangkan waktu mulai dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set
disebut Initial Setting Time (waktu pengikatan awal). Tahapan berikutnya pasta
melanjutkan kekuatannya sehingga didapat padatan yang utuh dan biasa disebut
Hardened Cement Pasta. Kondisi ini disebut final Set sedangkan waktu yang
diperlukan untuk mencapai kondisi ini disebut Final Setting Time (waktu
pengikatan akhir). Proses penerasan berjalan terus berjalan seiring dengan waktu
akan diperoleh kekuatan proses ini dikenal dengan nama Hardening.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya sangat penting,
sebab waktu pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana
campuran semen masih bersifat plastik. Waktu pengikatan awal minimum 45 menit
sedangkan waktu akhir maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan:
C2S + 5H2O C2S. 5H2O
C3S + 5H2O C2S6. 5H2O + 13 Ca(OH)2
C3A+ 3Cs+ 32H2O C3A. 3Cs+.32H2O
C4AF + 7H2O C3A.6 H2O+ CF. H2O

f. Panas Hiderasi

9
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses
hiderasi. Jumlah panas hiderasi yang terajdi tergantung, tipe semen, kehalusan
semen, dan perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan
terajadi retak-retak pada beton, hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar
dihilangkan sehingga terajdi pemuaian pada proses pendinginan.
g. Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, diantaranya:
Drying Shringkage ( penyusutan karean pengeringan)
Hideration Shringkage (penyuautan karena hiderasi)
Carbonation Shringkage (penyuautan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah Drying Shringkage,
penyusutan ini terjadi karena penguapan selama proses settingdan hardening. Agar
besaran kelembabannya dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari.
Penyusutan ini dipengaruhi juga kadar C3A yang terlalu tinggi.
h. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO2 dan dalam jumlah
yang cukup banyak sehigga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal
kualitasnya akan menurun karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan
menurunnya spesifik gravity sehingga kekuatan semen menurun, waktu
pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya false set.
Loss On Ignation (Hilang Fajar)
Loss On Ignation dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mineral yang
terurai pada saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu
setelah beberapa tahun kemudian.

i. Spesifik Gravity
10
Spesifik Gravity dari semen merupakan informasi yang sangat penting dalam
perancangan beton. Didalam pengontrolan kualitas Spesifik gravitydigunakan
untuk mengetahui seberapa jauh kesempurnaan pembakaranklinker, dan juga
menetahui apakah klinker tercampur dengan impuritis.
j. False Set
Proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu singkat. False Setdapat
dihindari dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali
karbonat tidak terbentuk didalam semen.

3.3 Proses produksi semen adalah sebagai berikut:


 
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah
11
 
Bahan baku utama diekstrak dari pertambangan dengan peledakan atau dengan
penghancuran menggunakan mesin berat. Kemudian bahan baku diangkut dari
pertambangan menggunakan truk/alat-alat berat. Bahan baku yang berasal dari
pertambangan umumnya masih dalam bentuk batuan besar, oleh karena itu
dibutuhkan proses penghancuran bahan baku ke ukuran yang lebih kecil. Bahan
baku kemudian disimpan dalam penyimpanan.
 
2. Proses homogenisasi campuran
 
Selanjutnya dilakukan proses homogenisasi dan penambahan pasir silika dan bijih
besi ke dalam campuran.
 
3. Pre-Heating
 
Proses pemanasan awal dari campuran membutuhkan panas dengan suhu sekitar
500 oC dan biasanya panas yang digunakan berasal dari residu udara panas proses
pendinginan.
 
4. Calcining
 
Campuran selanjutnya melalui proses kalsinasi dalam kiln. Dalam proses kalsinasi,
campuran dipanaskan menggunakan api langsung dengan suhu sekitar 1300 oC
hingga 1500 oC. Dalam proses ini, kalsium karbonat dari batu gamping akan
bereaksi dengan panas menjadi kalsium dan karbon dioksida. Kalsium kemudian
akan bereaksi dengan tanah liat dan pasir sehingga terbentuklah suatu material
yang disebut clinker.
 
5. Cooling
 
Clinker didinginkan menggunakan fan hingga suhu di bawah 100 oC. Udara panas
yang dihasilkan digunakan sebagai energi untuk proses pre-heating. Kemudian
clinker disimpan sementara pada clinker storage silo.

6. Mixing
 
Clinker dicampur dengan zat aditif lainnya seperti gipsum, abu vulkanik, dan
12
pozzolan berdasarkan sifat semen yang diinginkan. Kemudian campuran digiling
di ball mill. Setelah itu campuran disimpan dalam silo penyimpanan.
 
7. Loading/Packing
 
Berkaitan dengan risiko, kondisi yang bisa menimbulkan risiko pada pabrik semen
diantaranya:
 
1. Risiko pada alat conveyor belt. Conveyor belt adalah alat yang
mempunyai exposure terbesar dalam pabrik semen karena alat ini secara
berkelanjutan menghubungkan tiap plant dan bangunan. Salah satu
fungsi conveyor belt adalah untuk mentransfer bahan baku dari tempat
penambangan ke roll mill. Kebanyakan bahan conveyor yang digunakan
adalah rubber belt conveyor. Kerusakan pada conveyor ini cukup
banyak diantaranya:
 Belt koyak diakibatkan potongan batuan dan kerikil menggesek belt
atau saat batuan tersebut jatuh pada conveyor.
 Belt berjalan tidak sesuai jalur, hal ini dikarenakan badan roller yang
sudah aus dan mengakibatkan belt kendur sehingga berjalan tidak sesuai
jalur.
 Belt putus diakibatkan oleh naiknya temperatur pada motor, kurangnya
pelumasan pada pulley dan cara penyambungan yang kurang tepat
 Corner roller tidak berputar akibat debu yang menempel dan tidak
dibersihkan
 Material conveyor belt terbakar. Material conveyor belt terbuat dari
rubber, leather, dan canvas yang mudah terbakar dan bisa menyebarkan
api dengan cepat.
 
2. Risiko pada alat crusher atau peralatan penghancur dimana seiring
berjalannya waktu menunjukan tanda keausan yang tinggi, seperti
goresan dan retakan pada breaker bar dan impact plate. Potongan batuan
yang berukuran terlalu besar juga bisa menghalangi crusher rotor, yang
menimbulkan kerusakan berupa goresan akibat terjadi gesekan antara
batu dengan alat dan kerusakan pada roda gigi dan corong.

 
3. Risiko pada tube mill & clinker grinder. Tube mill yang digunakan
untuk menggiling bahan baku dan clinker sangat mungkin terkena
kerusakan pada bagian dinding ujung (trunnion) pada bagian inlet.
Selain itu, efek-efek gaya pada tube mill (bearing load dan reversed
13
bending force) bisa menyebabkan retakan pada area radius transisi dari
trunnion dan lama-lama retakan ini bisa menjadi parah bahkan membuat
alat berhenti dan tidak dapat beroperasi.
 
4. Risiko pada rotary kiln. Kerusakan sering terjadi pada kiln shell/kiln
jacket, riding ring (tyre), dan support roll. Jika riding ring (tyre)
dipasang terlalu ketat, kiln shell/kiln jacket akan mengkerut selama
beroperasi. Sebagai akibatnya, retakan bisa terbentuk pada kiln
shell/kiln jacket dan bisa menyebabkan lapisan kiln rusak. Jika kontak
antara support roller dan riding ring (tyre) tidak memadai atau jika
permukaannya tercemar/kotor, goresan mungkin terbentuk akibat hal
tersebut.
 
5. Risiko pada Electrostatic Filter. Ketika filter elektrostatik digunakan,
perawatan khusus harus dilakukan untuk menghindari penumpukan dari
karbon monoksida/campuran udara eksplosif.
 
6. Risiko pada motor listrik yang menggerakan blower, grinding mill, dan
kiln yang diakibatkan debu-debu yang masuk melalui filter udara dan
menghalangi celah ventilasi dari stator winding. Pendinginan yang
dihasilkan akan berkurang dan ketebalan dari isolasi bisa membuat
timbulnya arus pendek pada stator winding dan merusak mesin.
 
7. Batubara digunakan untuk pembakaran pada rotary kiln. Penyimpanan
batubara harus benar-benar diperhatikan. Apabila batubara didiamkan
dalam ruang terbuka maka batubara ini bisa mengalami self-
combustion.
 
8. Hubungan arus pendek atau short circuit adalah hal yang umum yang
terjadi hampir disemua bangunan. Short circuit diakibatkan kurang
rapinya jaringan listrik, usia bangunan/perkabelan serta housekeeping
dari pabrik itu sendiri.
 

3.4 Dampak dari Industri Semen

14
a. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu
keseimbangan lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
b. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida
(CO2) dalam jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer
dan mempercepat terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu
udara perkotaan. Menurut International Energy Authority: World Energy Outlook,
produksi semen ortland menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon
dioksida yang dihasilkan berbagai sumber.
c. Produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas
sehingga mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan
lingkungan menyebutkan, bahwa debu semen merupakan debu yang sangat
berbahaya bagi kesehatan, karena dapat mengakibatkan penyakit sementosis.
d. Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat.
e. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk
minyak dan sisa air dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis
yang mudah terkena erosi, yang akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai,
yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah banjir pada musim hujan.
f. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi
pada suatu lahan akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat
itu menjadi berkurang, sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya
persediaan ait tanah menjadi makin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi
kering pada musim kemarau dan sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi
sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi menyerap air yang mengalir terlalu
cepat.
g. Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis
endemik, berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa.
h. Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan
langka). Berubahnya habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan
tersebut.

BAB IV
PENUTUPAN

15
4.1 Kesimpulan
Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu
mempesatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang
kokoh. Beberapa jenis semen diantaranya semen portland putih, semen portland
pozolan, semen portland / Ordinary Portland Cement (OPC), semen portland
campur, semen masonry, semen portland komposit.
Langkah utama proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran,
pencampuran awal, penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran,
pendinginan klinker dan penghalusan akhir.
Dampak dari industri semen diantaranya pencemaran lingkungan, polusi udara dan
suara, dan lain-lain.
Langkah utama proses produksi semen diantaranya penggalian, penghancuran,
pencampuran awal, penghalusan dan pencampuran bahan baku, pembakaran,
pendinginan klinker dan penghalusan akhir.
Dampak dari industri semen diantaranya pencemaran lingkungan, polusi udara dan
suara, dan lain-lain.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA
16
http://nches.blogspot.com/2009/10/dampak-semen-dari-segi-positif-maupun.html
http://nches.blogspot.com/2009/10/dampak-semen-dari-segi-positif-maupun.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Semen
https://indonesiare.co.id/id/article/proses-pembuatan-semen-dan-risiko-pada-
pabrik-semen

17

Anda mungkin juga menyukai