Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KERAMIK SEMEN, MORTAR, DAN BETON

TEKNOLOGI KERAMIK
Dosen Pengampu: Didik Iswadi, S.Si., M.T.

Disusun oleh:
Diaz Satya Haikal
(211010900049)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb., puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Kepada bapak Didik Iswadi, S.Si., M.T. selaku dosen pengampu mata
kuliah Teknologi Keramik, program studi Teknik Kimia Universitas Pamulang. Terima kasih atas waktu
dan amanahnya yang telah bapak berikan kepada penulis untuk dapat menulis makalah Keramik
Semen, Mortar, dan Beton sebagai tugas mata kuliah terkait.

Keramik Semen, Mortar, dan Beton sendiri merupakan sub bab dari mata kuliah Teknologi
Keramik yang membahas terkait definisi, klasifikasi, sifat, dan aplikasi dari keramik jenis semen,
mortar, dan beton. Untuk itu, perlu adanya pembahasan terkait materi Keramik Semen, Mortar, dan
Beton secara detail dan tepat. Hal tersebut menjadi salah satu alasan penulis untuk membuat materi
yang membahas Keramik Semen, Mortar, dan Beton, baik secara teoritis hingga implementasinya di
bidang industri, disamping sebagai tugas mata kuliah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan, isi materi yang kurang
tepat dan kurang lengkap, dan lain-lain yang sekiranya pembaca dapat temukan. Mohon untuk
memberikan saran dan pesan atas segala kekurangan tersebut agar dapat penulis jadikan sebagai
masukan dan perbaikan untuk dapat lebih baik lagi dalam menulis makalah kedepannya. Namun
dibalik kekurangannya, penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi penulis lain
sekiranya mencari materi terkait Keramik Semen, Mortar, dan Beton.

Atas waktu dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.

Tangerang, 21 Oktober 2023

Diaz Satya Haikal

NIM. 211010900049

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
2.1 Semen .......................................................................................................................................... 2
2.2 Mortar ......................................................................................................................................... 9
2.3 Beton ......................................................................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 16
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keramik adalah material yang dibuat melalui pembakaran bahan-bahan anorganik
pada suhu tinggi. Dikenal karena ketahanannya terhadap korosi, kekuatan mekanik,
dan sifat isolasi termal, keramik digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk
pemanas, pendingin, kerajinan, peralatan rumah tangga, dan bidang teknik. Ada
beragam jenis keramik, mulai dari keramik konvensional hingga porselen, dan
keramik teknis. Masing-masing jenis memiliki kegunaan yang berbeda, seperti
porselen untuk peralatan makan, keramik teknis untuk komponen elektronik, dan
keramik konvensional untuk lantai, dinding, atau dekorasi.
Keramik, semen, mortar, dan beton adalah material bangunan yang memiliki
peran krusial dalam industri konstruksi dan rekayasa. Masing-masing memiliki
karakteristik unik yang menjadikannya penting dalam berbagai aplikasi konstruksi,
infrastruktur, dan rekayasa sipil. Ini adalah elemen-elemen yang membangun
landasan struktural dari berbagai jenis proyek, mulai dari rumah tinggal hingga
bangunan komersial dan infrastruktur yang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan semen, mortar, dan beton?
2) Apa bahan penyusun dari semen, mortar, dan beton?
3) Apa saja sifat yang dimiliki oleh semen, mortar, dan beton?
4) Bagaimana metode pembuatan dari semen, mortar, dan beton?
5) Apa aplikasi dari penggunaan semen, mortar, dan beton?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi dari semen, mortar, dan beton
2) Untuk mengetahui bahan penyusun dari semen, mortar, dan beton
3) Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki semen, mortar, dan beton
4) Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk membuat semen, mortar, dan beton
5) Untuk mengetahui aplikasi dari semen, mortar, dan beton

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Semen
Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai perekat hidrolisis yang
dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan
bahan tambahan berupa kalsium sulfat. Semen disebut sebagai bahan perekat
hidrolisis karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat
bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat merekatkan terhadap
batuan.
Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen hidrolik
dan semen non-hidrolik. Semen hidrolik yaitu material yang mengeras setelah
dicampur dengan air sebagai hasil dari reaksi kimia dari pencampuran[6] dengan air,
dan setelah pembekuan, mempertahankan kekuatan dan stabilitas bahkan dalam air.
Semen nonhidrolik adalah material seperti batu kapur dan gypsum yang harus tetap
kering agar bertambah kuat dan mempunyai komponen cair. Contoh[8] semen non-
hidrolik seperti adukan semen kapur yang dibekukan hanya dengan pengeringan, dan
bertambah kuat secara lambat dengan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer
untuk kembali membentuk kalsium karbonat. Saat ini konstruksi semen kebanyakan
adalah semen hidrolik dan kebanyakan didasarkan pada semen Portland yang dibuat
dari batu kapur, mineral tanah liat tertentu dan gypsum dengan proses temperatur
tinggi yang menghasilkan karbon dioksida dan bercampur secara kimia menghasilkan
bahan utama menjadi senyawa baru.
Pada awalnya semen dikenal di Mesir sekitar tahun 500 SM untuk pembuatan
piramida, dimana semen digunakan pada saat itu sebagai pengisi ruang kosong
diantara celah-celah tumpukan batu. Semen yang dibuat oleh bangsa Mesir
merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni, sedangkan kalsinasi batu kapur mulai
digunakan pada zaman Romawi. Berikutnya bangsa yunani membuat semen dengan
cara mengambil tanah vulkanik yang berasal dari pulau Santoris yang kemudian
dikenal dengan Santoris cement. Bangsa Romawi mengambil material vulkanik di
gunung vesuvius di lembah Napples sebagai semen yang kemudian dikenal dengan
Pozzolana cement berasal dari nama sebuah kota di Italia, Puzzolia. Sekitar tahun
1756 seorang sarjana Inggris Jhon Smeaton telah berhasil melakukan penyelidikan
terhadap batu kapur lunak yang tak murni dan dan mengandung tanah liat
merupakan bahan pembuatan untuk semen hidrolisis yang bagus. Batu kapur yang
dimaksud tersebut adalah batu kapur hidrolisis. Vicat menemukan bahwa
penambahan silika atau tanah liat yang mengandung alumina dan silika
menyebabkan sifat hidrolisis semakin bertambah baik. Vicat membuat kapur
hidrolisis dari campuran tanah liat dan batu kapur dengan perbandingan tertentu,
lalu campuran tersebut dibakar. Tahun 1811, James Frost membuat semen pertama
kali dengan cara seperti yang dilakukan oleh Vicat yaitu dengan mencampurkan dua
bagian dari kapur dan satu bagian dari tanah liat yang kemudian menghasilkan Frost
cement. Sekitar tahun 1812 prosedur tersebut diperbaiki dengan menggunakan
campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan penambahan tanah

2
Argillaceous menghasilkan British cement. Pembuatan semen pertama kali dilakukan
dengan cara membakar campuran tanah liat dan batu kapur. Pada tahun 1824, orang
Inggris bernama Joseph Aspdin yang mencoba membuat semen dari kalsinasi
campuran tanah liat dan batu kapur yang dihaluskan, digiling dan dibakar menjadi
lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO 3) menjadi batu
tohor (CaO) serta karbondioksida (CO2). Batuan kapur tohor (CaO) bereaksi dengan
senyawa-senyawa lain membentuk klinker yang kemudian sebagai portland.
2.1.1 Komponen Semen
Dalam industri semen komponen utamanya adalah silikat yang mempunyai
kemampuan untuk mengikat jika ditambahkan dengan air dan menjadi keras
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Komponen yang terdapat
didalam semen adalah sebagai berikut:
a. Dicalsium Silicate (2CaO.SiO2 atau C2S)
b. Tricalcium Silicate (3CaO.SiO3 atau C3S)
c. Tricalcium Alumina (3CaO.Al2O3 atau C3A)
d. Tetra Calcium Aluminate Ferrite (4CaO.Al2O3 atau C4AF)
Bahan baku pembuatan semen adalah sebagai berikut:
a. Batu Kapur (CaCO3)
b. Tanah Liat (Al2O3 2SiO2 xH2O)
c. Pasir Besi (Fe2O3)
d. Pasir Silika (Si2O3)

2.1.2 Komponen Semen


Proses pembuatan semen dibagi menjadi:
a. Proses Basah (Wet Process)
Pada proses ini semua bahan baku dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan lalu dibakar menggunakan bahan bakar minyak (bunker
crude oil). Proses ini jarang digunakan karena keterbatasan energi BBM.
Proses basah ini diawali dengan pengecilan ukuran bahan baku (raw
material) menggunakan crusher. Setelah digiling, setiap jenis bahan
baku disimpan di tempat yang terpisah. Proses penggilingan disertai
dengan penambahan air ke wash mill, sehingga kombinasi bahan baku
yang dihasilkan berupa slurry yang mengandung air 25-40%. Slurry
diaduk sehingga menghasilkan campuran[64] yang homogen. Slurry
yang homogen dibakar menggunakan long rotary kiln untuk
menghasilkan clinker, kemudian didinginkan dalam cooler. Komponen
tambahan yang diperlukan untuk membuat clinker menjadi semen
Portland adalah gypsum yang telah digiling. Gypsum dan clinker digiling
dengan menggunakan ball mill, sehingga dihasilkan semen dalam
bentuk bubuk kemudian siap dikemas.
b. Proses Kering (Dry Process)

3
Pada proses ini teknik yang digunakan adalah teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara. Proses ini
terdiri dari lima tahap pengelolaan, yaitu sebagai berikut:
1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer
dan roller meal
2) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk memperoleh
campuran yang homogen
3) Proses pembakaran raw meal untuk memperoleh terak (clinker,
bahan setengah jadi yang diperlukan untuk pembuatan semen)
4) Proses pendinginan clinker
5) Proses penggilingan akhir, dimana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill

Gambar 2.1 Proses Produksi Semen

Dari proses diatas akan terjadi penguapan karena pembakaran pada


suhu 900°C sehingga menghasilkan sisa (residu) yang tidak larut, sulfur
trioksida, silika yang larut, besi dan aluminium oksida, kalsium, oksida
besi, magnesium, fosfor, kapur bebas dan alkali.

Secara garis besar, proses produksi semen terdiri dari enam tahap, yaitu:
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah; Semen yang umum
digunakan adalah semen Portland yang memerlukan empat komponen
bahan kimia utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai.
Bahan tersebut adalah batu kapur, silika, alumina (tanah liat), dan besi

4
oksida (bijih besi). Gypsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan
selama penghalusan untuk memperlambat pembekuan.
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah
Semua komponen atau bahan baku dihancurkan hingga menjadi bubuk
halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran.
3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah
4. Pembakaran
Pada proses ini terjadi proses konversi kimia sesuai rancangan dan
proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk
clinker. Proses ini dilakukan dalam rotary kiln dengan menggunakan
bahan bakar fosil berupa padatan (batu bara), cairan (solar) atau bahan
bakar alternatif.
5. Penggilingan hasil pembakaran
Proses penghalusan clinker dengan menambahkan sedikit gypsum,
kurang dari 4% untuk dihasilkan semen Portland tipe I.
6. Pendinginan dan pengepakan
Proses pendinginan semen Portland dan pengepakan untuk segera di
distribusikan.

2.1.3 Karakteristik Semen


a. Sifat Fisika Semen
1) Hidrasi Semen
Hidrasi pada semen terjadi jika ada kontak antara mineral alam dalam
semen dengan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi rekasi hidrasi
diantaranya jumlah air yang ditambahkan, temperatur, kehalusan semen
dan bahan tambahan. Faktorfaktor tersebut yang akan mengakibatkan
terbentuknya pasta semen yang mana dalam jangka waktu tertentu
akan mengalami pengerasan.
2) Panas Hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dihasilkan oleh reaksi hidrasi (reaksi
eksoterm) apabila semen dicampur dengan air.
3) Setting time dan Hardening
Setting time sangat dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban relatif.
Setting time akan menurun jika clinker tidak terbakar sempurna, partikel
semen halus, tingginya kandungan alumina, alkali dan soda kasutik.
Setting time akan meningkat jika clinker dibakar pada temperatur yang
sangat tinggi, partikel semen kasar, gypsum yang ditambahkan berlebih,
tingginya kadar silika, Natrium Klorida (NaCl), Barium Klorida (BaCl2),
Sulfida (SO3), senyawa sulfat dan air sadah.
4) False set
False set merupakan hasil dari dehidrasi gypsum yang disebabkan
karena pemanasan berlebih. False set merupakan proses pengerasan
semen yang tidak normal apabila air ditambahkan ke dalam semen,
sehingga dalam beberapa menit pengerasan segera terjadi. Pengerasan

5
ini terjadi karena adanya CaSO4.1/2H2O dalam semen. Plastisitas akan
diperoleh apabila campuran tersebut diaduk kembali. False set dapat
dihindari dengan mengatur temperatur semen saat penggilingan di
dalam Cement Mill agar gypsum tidak berubah menjadi CaSO4.1/2H2O,
selain itu gypsum yang digunakan harus cukup kuat dan belum
didehidrasi.
5) Kuat tekan
Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat
tekan sangat diperlukan dalam menetukan mix design dari beton untuk
suatu konstruksi tertentu. Nilai kuat tekan akan meningkat jika nilai Lime
Saturation Factor (LSF) tinggi, nilai alumina Ratio rendah, nilai silica
ratio tinggi, kandungan SO3 rendah, dan tingkat kehalusan semen tinggi.
6) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam
campuran beton, yaitu Hidration Shrinkage, Drying Shrinkage dan
Carbonation Shrinkage. Yang paling mempengaruhi keretakan beton
adalah Drying Shrinkage. Penyusutan terjadi karena adanya penguapan
air bebas dari pasta semen selama proses Setting time dan Hardening.
7) Daya tahan semen terhadap asam
Pada umumnya daya tahan semen terhadap asam lemah, sehingga
mudah terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam
klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4).
8) Kehalusan
Semakin halus semen, panas hidrasi, kebutuhan air satu per satuan
berat semen akan semakain tinggi, serta reaksi hidrasi akan semakin
cepat.

Tabel 1. Komparasi sifat fisika antara semen jenis PC dan PPC

6
b. Sifat Kimia Semen
1) Hilang Pijar (LOI)
Pada semen sifat ini disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal
yang berasal dari gypsum serta penguapan CO2.
2) Silica ratio (SR)
Perubahan Silica Ratio dapat menyebabkan perubahan pada
pembentukan Coating pada Burning Zone dan Burnability Clinker. Silica
ratio yang rendah dapat menyebabkan Raw meal mudah dibakar,
temperatur klinkerisasi rendah, cenderung membentuk ring coating
dalam Kiln apalagi bila Lime Saturation Factor (LSF) rendah, kekuatan
awal tinggi tetapi dengan pertambahan waktu sedikit sekali
kenaiknannya, dan C3S banyak.
3) Alumina ratio (AR)
Jika nilai alumnia ratio (AR) tinggi, maka akan menurunkan silica ratio
(SR), sehingga akan menghasilkan semen dengan waktu pengikatan
yang cepat. Jika Alumina Ratio (AR) rendah maka akan menyebabkan
semen yang dihasilkan tahan terhadap sulfat yang tinggi, mudah dibakar,
temperatur klinkerisasi lebih rendah, reaksi klinkerisasi lebih cepat, fasa
cair banyak dan resitensi terhadap uap air laut serta senyawa kimia
tinggi.

Tabel 2. Komparasi sifat kimia antara semen jenis PC dan PPC.

2.1.4 Jenis-jenis Semen


Beberapa jenis semen diantaranya sebagai berikut:

7
a. Semen Portland (Semen Abu), adalah bubuk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur dengan suhu dan tekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat atau memplester
b. Semen Putih (Grey Cement), adalah semen yang lebih murni dari semen
Portland dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti
filter atau pengisi. Semen ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni
c. Semen Sumur Minyak (Oil well cement), adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat
ataupun dilepas pantai
d. Mixed and fly ash cement, adalah campuran semen Portland dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil
sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silica,
aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi
jumlah. Semen ini biasa digunakan untuk membuat beton
e. Semen Pozzolan, Pozzolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak
terlalu bersifat semen, namun akan muncul sifat semen jika dicampur
dengan gamping. Keunggulan dari semen ini adalah tahan terhadap korosi
larutan garam dan air laut serta lebih baik dari pada semen Portland
f. Semen Alumina Tinggi, adalah suatu semen kalsium alumina yang dibuat
dengan cara melebur campuran batu gamping dan bauksit yang biasanya
mengandung oksida besi, silika, magnesia dan ketakmurnian lain. Kekuatan
semen ini berkembang dengan cepat dan tahan terhadap air laut serta air
yang mengandung sulfat
g. Semen Silikat, semen ini tahan terhadap segala macam asam anorganik
dalam berbagai konsentrasi, kecuali asam fluorida. Semen ini tidak cocok
untuk pH diatas 7 atau dalam sistem yang membentuk kristal. Semen ini
biasanya digunakan sebagai bahan perekat bata didalam tangki reaksi asam
kromat dan tangki alum
h. Semen Belerang (Sulfur Cement), semen ini sangat tahan terhadap garam
dan asam yang tak mengoksidasi, namun tidak boleh dipakai bila ada alkali,
minyak,lemak dan pelarut. Semen ini biasanya digunakan sebagai bahan
dasar, perekat bata, ubin dan pipa besi cor
i. Semen Magnesium Oksiklorida (Semen Sorel), semen ini ditemukan oleh
ahli kimia Prancis Sorel. Semen ini dibuat melalui aksi eksotermik larutan
magnesium klorida 20% terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan
dari kalsinasi magnesit dan magnesia yang diperoleh dari larutan garam.
Produk ini kuat dan keras tetapi mudah terserang air yang menguras
kandungan magnesium kloridanya. Semen ini biasanya digunakan sebagai
semen lantai dengan pengisi yang tak reaktif dan pigmen pewarna serta
sebagai dasar lantai dalam seperti ubin dan terazo. Semen ini korosif
terhadap korosi besi.

8
2.2 Mortar
Mortar adalah bahan perekat yang digunakan dalam konstruksi untuk
menghubungkan dan mengikat bahan bangunan seperti batu bata, batu, blok beton,
atau bahan lainnya menjadi satu kesatuan yang kokoh. Ini adalah lapisan tipis antara
bahan bangunan yang bertujuan untuk mengisi celah-celah kecil di antara mereka.
Mortar memiliki sifat adhesif yang memungkinkannya melekat pada permukaan
bahan bangunan dan menyatu dengan baik ketika mengeras. Komposisi umum
mortar terdiri dari tiga bahan utama: semen, pasir, dan air. Perbandingan semen,
pasir dan air yang sesuai untuk mortar yang memiliki syarat adalah 1 : 2,75 : 0,484.
sebagai bahan pengikat, mortar harus mempunyai konsistensi/kekentalan standar.
Konsistensi mortar ini nantinya akan berguna dalam menentukan kekuatan mortar
yang menjadi spesi ataupun plesteran dinding sehingga diharapkan mortar yang
menahan gaya tekan akibat beban yang bekerja padanya tidak hancur.

Gambar 2.2 Proses pembuatan mortar menggunakan mesin pengaduk

Semen berperan sebagai bahan pengikat utama yang mengeras ketika terkena
air, membentuk ikatan kuat antara partikel pasir dan bahan bangunan. Pasir
berfungsi sebagai bahan pengisi dan membantu meningkatkan stabilitas serta daya
tahan mortar. Air digunakan untuk mengaktifkan proses pengerasan semen dan
membentuk pasta yang dapat diaplikasikan dengan mudah. Selain bahan utama
tersebut, beberapa mortir juga dapat mengandung bahan tambahan atau aditif
seperti plastisizer, retarder, atau pengisi lainnya. Bahan tambahan ini digunakan
untuk memodifikasi sifat-sifat mortar, seperti meningkatkan keelastisan, mengurangi

9
waktu pengeringan, meningkatkan daya rekat, atau memberikan ketahanan terhadap
kondisi lingkungan tertentu.
Fungsi utama mortar adalah mengisi celah-celah antara bahan bangunan,
memberikan kekuatan struktural pada dinding, lantai, atau konstruksi lainnya, dan
menciptakan permukaan yang halus dan rata. Mortar biasanya memiliki proporsi
lebih tinggi pasir daripada semen, karena proporsi ini mempengaruhi konsistensi dan
daya rekat mortar. Dalam proses aplikasi, mortar biasanya ditempatkan di antara
bahan bangunan dengan menggunakan alat seperti trowel atau semprotan mortar.
Setelah ditempatkan, mortar perlu mengalami proses pengerasan atau pengeringan
untuk mencapai kekuatan dan keawetan yang diinginkan. Waktu pengeringan dapat
bervariasi tergantung pada jenis mortar dan kondisi lingkungan, dan seringkali
membutuhkan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu. Mortar telah
digunakan selama berabad-abad dalam konstruksi bangunan, dari struktur kuno
hingga bangunan modern. Penggunaan mortar yang tepat sangat penting untuk
memastikan kekuatan, keawetan, dan kestabilan konstruksi.
2.2.1 Jenis-jenis Mortar
- Perekat Bata Ringan (Thin Bed Mortar)
Perekat bata ringan adalah mortar yang digunakan untuk merekatkan bata
ringan, perekat ini biasa juga disebut dengan lem hebel. Menggunakan
mortar akan membuat proses pengerjaan lebih efisien dibandingkan
dengan menggunakan semen konvensional, karena cukup mengoleskan
tipis saja. Mortar jenis ini hanya dapat digunakan untuk bata ringan saja.
- Mortar Plester Dinding
Mortar plester dinding digunakan untuk proses memplester dinding. Tidak
seperti jenis thin bed mortar, mortar jenis ini dapat diaplikasikan pada
proses pasang bata ringan, batako, ataupun bata merah.
- Mortar Acian Instan
Mortar acian instan secara khusus digunakan untuk menghaluskan
permukaan dinding. Menggunakan mortar acian instan akan menghemat
waktu serta biaya, karena tidak memerlukan plamir lagi untuk
menghaluskannya, jadi tembok bisa langsung dicat. Selain itu menggunakan
mortar jenis ini akan membuat tembok makin padat juga tidak retak-retak.
Hal ini akan membuat cat tidak akan terserap dan membuat warna cat lebih
terlihat.
- Mortar Pemasangan Keramik
Mortar jenis ini dikhususkan untuk pemasangan keramik. Menggunakan
mortar untuk memasang keramik akan dapat merekatkan keramik dengan
kuat.
- Mortar Pemasangan Homogeneous Tile
Mortar ini bisa diaplikasikan untuk pemasangan granite (homogeneous tile)
di atas permukaan beton, plesteran, dan screed, outdoor dan indoor. Cocok
untuk granite (homogeneous tile) dengan daya serap air rendah/ body

10
berpori kecil (water absorption < 0.5%), bisa juga diaplikasikan untuk
mosaik, marmer dan batu alam lainnya.

2.2.2 Karakteristik Mortar


1) Kekuatan
Mortar yang baik harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan
beban dan tekanan yang diterapkan pada konstruksi. Kekuatan mortar
biasanya diukur dalam satuan tekanan seperti megapascal (MPa). Kekuatan
yang memadai memastikan keandalan dan kestabilan struktur.
2) Daya rekat
Daya rekat mortar adalah kemampuannya untuk melekat dengan kuat pada
permukaan bahan bangunan. Mortar yang baik harus memiliki daya rekat
yang tinggi untuk menghindari retak atau terlepasnya lapisan mortar dari
permukaan.
3) Konsistensi
Konsistensi mortar mengacu pada keadaan fisik dan plastisitasnya. Mortar
yang baik harus memiliki konsistensi yang tepat, yaitu mudah diaplikasikan
dan membentuk lapisan yang merata tanpa terlalu kering atau terlalu basah.
4) Kehalusan permukaan
Mortar yang baik harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata
setelah pengaplikasian. Permukaan yang halus memudahkan proses
finishing seperti pengecatan atau pengaplikasian lapisan penutup lainnya.
5) Ketahanan terhadap cuaca
Mortar yang baik harus memiliki ketahanan terhadap kondisi cuaca ekstrem
dan kelembaban. Ini termasuk kemampuan untuk menghindari keretakan
atau kerusakan akibat perubahan suhu, kelembaban, atau pembekuan.
6) Kestabilan warna
Jika mortar digunakan untuk keperluan estetika, seperti pada dinding yang
terekspos, maka mortar yang baik harus memiliki kestabilan warna yang
baik. Ini akan memastikan bahwa mortar tidak mengalami perubahan
warna yang signifikan seiring waktu.
7) Kemudahan aplikasi
Mortar yang baik harus mudah diaplikasikan dan dikerjakan oleh pekerja
konstruksi. Mortar yang mudah digunakan akan mempercepat proses
konstruksi dan mengurangi kesalahan dalam aplikasi.

2.2.3 Fungsi Mortar


a. Perekat
Fungsi utama mortar adalah sebagai bahan perekat yang mengikat bahan
bangunan seperti batu bata, batu, atau blok beton. Mortar digunakan untuk
mengisi celah-celah antara bahan bangunan dan membentuk ikatan kuat di
antara mereka. Ini memungkinkan konstruksi untuk menjadi satu kesatuan
yang kokoh dan stabil.
b. Penyelesaian permukaan (finishing)

11
Mortar juga digunakan untuk mengisi ketidakrataan pada permukaan bahan
bangunan, seperti pada dinding bata atau blok beton. Mortar dapat
diterapkan secara merata untuk memberikan permukaan yang lebih halus
dan rata. Hal ini membantu dalam penyelesaian estetika konstruksi dan
memudahkan aplikasi lapisan penutup seperti cat atau plester.
c. Transfer beban
Mortar berfungsi sebagai media untuk mentransfer beban secara merata di
antara bahan bangunan yang saling berkontak. Ketika ditempatkan dengan
benar, mortar dapat menyebar dan mendistribusikan beban yang
diterapkan pada struktur, menjaga kestabilan dan kekuatan konstruksi
secara keseluruhan.
d. Tahan air
Mortar dapat membantu mencegah infiltrasi air ke dalam konstruksi. Ketika
diterapkan dengan baik, mortar membentuk lapisan yang relatif kedap air di
antara bahan bangunan. Ini membantu dalam menjaga kekeringan dan
mengurangi risiko kerusakan akibat kelembaban dan kebocoran air.
e. Tahan terhadap air dan guncangan
Mortar yang kuat dan kokoh membantu meningkatkan ketahanan struktur
terhadap getaran dan guncangan. Mortar yang berkualitas baik membantu
meneruskan energi getaran dan guncangan secara merata melalui
konstruksi, mengurangi risiko keretakan atau kerusakan pada bahan
bangunan.

f. Menambah nilai estetika


Selain untuk kepentingan konstruksi bangunan, mortar juga dapat menjadi
hiasan untuk menambah daya tarik suatu bangunan. Bagi yang tidak
menyukai kenampakan batu bata di dinding, mortar sering ditemukan
menjadi penutup sendi terbuka batu bata untuk dijadikan cat maupun pola
hiasan pada dinding.

2.3 Beton
Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil/batu disebut pecah),
semen, air, dan bahan tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah
mengeras. Bila campuran beton belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut
spesi beton. Agar beton dapat menahan gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi
tulangan dan biasa disebut beton bertulang.
Dalam hal konstruksi bangunan saat ini beton adalah salah satu yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat Indonesia maupun masayarakat luar negeri
dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Alasan utama beton dipilih sebagai
bahan konstruksi bangunan dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yaitu
kekuatan gaya tekan yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan struktur,
mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tahan terhadap temperatur tinggi serta beton

12
relatif murah karena bahan-bahan penyusunnya didapat dari bahan lokal. Tetapi
beton kelemahan terbesarnya adalah beton rentan terhadap gaya tarik, walaupun
beton kuat terhadap kuat tekan namun apabila ada gaya tarik terhadap beton makan
kebanyakan beton akan retak dan bahkan terbelah.
Menurut SNI 2847:2013, beton didefiniskan sebagai campuran dari bahan
penyusunnya yang terdiri dari bahan hidrolik (portland cement), agregat kasar,
agregat halus, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture
atau additive). Seiring dengan penambahan umur, beton usia 28 hari. Beton memliki
daya kuat tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau dipergunakan
untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan jalan.
DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya pasir dan
kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-beda,
tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara pencampuran,
cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya akan
mempengaruhi sifat-sifat beton.
Beton yang baik yaitu setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan
mortar. Demikian halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi
kualitas dari mortar pada adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari
beton tersebut. Semen merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun
jumlahnya hanya 7-15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran
semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan
beton dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).

2.3.1 Klasifikasi Beton


Berdasarkan kelas dan mutu, beton dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Beton kelas I, beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan B0.
b) Beton kelas II, beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural secara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Beton kelas II dibagidalam mutu-mutu
standar B1, K 125, K 175, dan K 225. Pada mutu B1, pengawasan mutu
hanya dibatasi pada pengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K
125 dan K 175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton
secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c) Beton kelas III, beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih tinggi
dari K 225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya

13
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.

Berdasarkan jenisnya, beton dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:


a) Beton ringan, merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebih
ringan dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yang
digunakan untuk memproduksi beton ringan pun merupakan agregat
ringan juga. Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil dari
pembakaran shale, lempung, slates, residu slag, residu batu bara dan
banyak lagi hasil pembakaran vulkanik. Berat jenis agregat ringan sekitar
1900 kg/m3 atau berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya
berkisar antara 1440 – 1850 kg/m3, dengan kekuatan tekan umur 28
hari lebih besar dari 17,2 MPa.
b) Beton normal, beton yang menggunakan agregat pasir sebagai agregat
halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat
jenis beton antara 2200 kg/m3 2400 kg/m3 dengan kuat tekan sekitar
15 – 40 MPa.
c) Beton berat, merupakan beton yang dihasilkan dari agregat yang
memiliki berat isi lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400
kg/m3. Untuk menghasilkan beton berat digunakan agregat yang
mempunyai berat jenis yang besar.
d) Beton massa (mass concrete), dinamakan seperti itu karena digunakan
untuk pekerjaan beton yang besar dan masif, misalnya untuk
bendungan, kanal, pondasi, dan jembatan.

2.3.2 Sifat Beton


1) Kekuatan
Beton bersifat getas sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun
kuat tariknya rendah. Oleh karena itu kuat tekan beton sangat berbengaruh
pada sifat yang lain.
Tabel 3. Beton berdasarkan kuat tekannya
Jenis Beton Kuat Tekan (MPa)
Beton Sederhana ≤ 10
Beton Normal 15 – 30
Beton pra tegang 30 – 40
Beton kuat tekan tinggi 40 – 80
Beton kuat tekan sangat tinggi > 80

2) Berat Jenis
Tabel 4. Berat jenis beton
Jenis Beton Berat Jenis Pemakaian
Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur
Beton ringan 1,00 – 2,00 Struktur ringan

14
Beton normal 2,30 – 2,40 Struktur
Beton berat > 3,00 Perisai sinar X

3) Mudah dipadatkan dan dialirkan


Kedua sifat ini mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang
lainnya dan dapat dikatakan bahwa campuran yang mudah dialirkan akan
mudah pula dipadatkan. Ternyata untuk dapat memahami mengenai
masalah aliran campuran beton segar, prinsip-prinsip yang terdapat didalam
ilmu tentang sifat aliran air atau gas tidak dapat diterapkan pada campuran
beton. Ini disebabkan karena ilmu tentang aliran air dan gas didasarkan
pada massa yang mempunyai ukuran partikel/molekul atau atom yang
seragam.
Salah satu sifat yang dapat menggambarkan kedua sifat tersebut
adalah sifat kekentalan campuran, walaupun sifat kekentalan ini tidak
identik sepenuhnya dengan sifat-sifat kemudahan untuk dialirkan. Untuk
mengukur sifat kemudahan pengerjaan dapat dilakukan dengan metode
pengujian slump test.
4) Dapat bertahan seragam
Sifat ini merupakan kebutuhan lain agar beton dapat dihasilkan
mencapai kekuatan optimal. Bertahan disini ialah tidak terjadi perubahan
terhadap keseragaman campuran akibat terjadinya pemisahan butiran
agregat dengan pasta semen selama proses pengangkutan, pengecoran dan
pemadatan. Campuran yang tidak stabil dapat ditandai dengan terpisahnya
air dengan benda padat serta timbulnya pemisahan agregat kasar dari
pastanya.

15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semen, mortar, dan beton adalah komponen utama dalam industri konstruksi
yang membentuk tulang punggung dari berbagai struktur bangunan dan infrastruktur.
Setiap material memiliki peran khusus dalam pembangunan, memberikan kekuatan
dan ketahanan yang diperlukan untuk mendukung struktur yang kokoh dan
berkelanjutan.
Semen berperan sebagai bahan perekat yang memadukan material-material
lain dalam pembentukan struktur yang kuat. Proses produksi semen, terutama
semen Portland, melibatkan pencampuran bahan baku seperti batu kapur, tanah liat,
dan besi, diikuti dengan pembakaran pada suhu tinggi. Penggunaan semen sangat
luas dalam industri konstruksi, menjadi dasar dari pembuatan beton, mortar, dan
bahan konstruksi lainnya.
Mortar, campuran dari semen, pasir, dan air, menjadi elemen penting dalam
proses pemasangan dan penyatuan berbagai material konstruksi seperti batu bata,
ubin, atau blok. Keberadaannya memungkinkan struktur bangunan untuk menjadi
kokoh dan stabil. Dengan variasi campuran yang berbeda, mortar mampu
mengakomodasi kebutuhan spesifik konstruksi seperti tahan air, tahan api, atau
kegunaan khusus lainnya.
Beton, campuran dari semen, agregat, air, dan aditif, memberikan fondasi
kuat bagi struktur bangunan. Sifat kekuatannya membuatnya menjadi material yang
vital dalam pembuatan jalan, lantai, dinding, dan struktur besar lainnya. Kekuatan
dan daya tahan beton membuatnya menjadi pilihan utama untuk berbagai proyek
konstruksi yang memerlukan stabilitas dan keandalan.
Ketiganya, semen, mortar, dan beton, saling terkait dalam pembangunan
struktur. Mereka melengkapi satu sama lain dalam menyediakan kekuatan, daya
tahan, dan struktur yang diperlukan untuk memastikan integritas konstruksi. Dalam
era pembangunan yang semakin maju, inovasi terus mewarnai teknologi pembuatan
dan aplikasi ketiga material ini, menuju struktur yang lebih efisien, kuat, dan
berkelanjutan.
Penting untuk memahami karakteristik, proses pembuatan, serta aplikasi dari
semen, mortar, dan beton guna menciptakan konstruksi yang tidak hanya kuat secara
fisik, tetapi juga ramah lingkungan serta mampu bertahan dalam jangka panjang.
Kajian lebih lanjut dan penelitian terus mendorong inovasi dalam penggunaan
material-material ini untuk memenuhi tuntutan masa depan dalam industri
konstruksi.

3.2 Saran
Makalah ini merupakan bahan untuk mengetahui dan memperluas wawasan
pembaca mengenai keramik semen, mortar, dan beton sehingga diharapkan seluruh
materi yang telah dipaparkan dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan

16
kekurangan dari segala aspek. Untuk itu, kepada pembaca untuk berkenan
memberikan kritik serta saran yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan
pembelajaran untuk penulisan selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Portal Baja Indonesia. Proses Pembuatan Mortar Bangunan. Website


https://agentasocimanggis.blogspot.com/2018/05/proses-pembuatan-mortar-
bangunan-2018.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023.
Putri, F.A., Amri, H., Suryani, L., (2021). Review Industri Semen. Jurusan Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang.
Renos. Pengertian Mortar: Fungsi, Jenis, dan Karakteristik. Website
https://www.renos.id/blog/pengertian-
mortar/#:~:text=Komposisi%20umum%20mortar%20terdiri%20dari,stabilitas%20sert
a%20daya%20tahan%20mortar. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023.
Sika Indonesia. Pengertian Mortar dan Kegunaannya. Website
https://idn.sika.com/in/knowledge-hub/pengertian-mortar-dan-kegunaannya.html.
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2023.
Yunanda, M., (2019). Perbandingan Kuat Tekan Mortar dengan Manfaat Coal Ash Waste.
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palembang.

18

Anda mungkin juga menyukai