TEKNOLOGI KERAMIK
Dosen Pengampu: Didik Iswadi, S.Si., M.T.
Disusun oleh:
Diaz Satya Haikal
(211010900049)
Keramik Semen, Mortar, dan Beton sendiri merupakan sub bab dari mata kuliah Teknologi
Keramik yang membahas terkait definisi, klasifikasi, sifat, dan aplikasi dari keramik jenis semen,
mortar, dan beton. Untuk itu, perlu adanya pembahasan terkait materi Keramik Semen, Mortar, dan
Beton secara detail dan tepat. Hal tersebut menjadi salah satu alasan penulis untuk membuat materi
yang membahas Keramik Semen, Mortar, dan Beton, baik secara teoritis hingga implementasinya di
bidang industri, disamping sebagai tugas mata kuliah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik dari segi penulisan, isi materi yang kurang
tepat dan kurang lengkap, dan lain-lain yang sekiranya pembaca dapat temukan. Mohon untuk
memberikan saran dan pesan atas segala kekurangan tersebut agar dapat penulis jadikan sebagai
masukan dan perbaikan untuk dapat lebih baik lagi dalam menulis makalah kedepannya. Namun
dibalik kekurangannya, penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi penulis lain
sekiranya mencari materi terkait Keramik Semen, Mortar, dan Beton.
Atas waktu dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. wb.
NIM. 211010900049
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 2
2.1 Semen .......................................................................................................................................... 2
2.2 Mortar ......................................................................................................................................... 9
2.3 Beton ......................................................................................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 16
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 18
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keramik adalah material yang dibuat melalui pembakaran bahan-bahan anorganik
pada suhu tinggi. Dikenal karena ketahanannya terhadap korosi, kekuatan mekanik,
dan sifat isolasi termal, keramik digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk
pemanas, pendingin, kerajinan, peralatan rumah tangga, dan bidang teknik. Ada
beragam jenis keramik, mulai dari keramik konvensional hingga porselen, dan
keramik teknis. Masing-masing jenis memiliki kegunaan yang berbeda, seperti
porselen untuk peralatan makan, keramik teknis untuk komponen elektronik, dan
keramik konvensional untuk lantai, dinding, atau dekorasi.
Keramik, semen, mortar, dan beton adalah material bangunan yang memiliki
peran krusial dalam industri konstruksi dan rekayasa. Masing-masing memiliki
karakteristik unik yang menjadikannya penting dalam berbagai aplikasi konstruksi,
infrastruktur, dan rekayasa sipil. Ini adalah elemen-elemen yang membangun
landasan struktural dari berbagai jenis proyek, mulai dari rumah tinggal hingga
bangunan komersial dan infrastruktur yang lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan semen, mortar, dan beton?
2) Apa bahan penyusun dari semen, mortar, dan beton?
3) Apa saja sifat yang dimiliki oleh semen, mortar, dan beton?
4) Bagaimana metode pembuatan dari semen, mortar, dan beton?
5) Apa aplikasi dari penggunaan semen, mortar, dan beton?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi dari semen, mortar, dan beton
2) Untuk mengetahui bahan penyusun dari semen, mortar, dan beton
3) Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki semen, mortar, dan beton
4) Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk membuat semen, mortar, dan beton
5) Untuk mengetahui aplikasi dari semen, mortar, dan beton
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Semen
Secara umum semen dapat didefinisikan sebagai perekat hidrolisis yang
dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan
bahan tambahan berupa kalsium sulfat. Semen disebut sebagai bahan perekat
hidrolisis karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat
bereaksi dengan air dan membentuk zat baru yang bersifat merekatkan terhadap
batuan.
Semen yang digunakan dalam konstruksi digolongkan kedalam semen hidrolik
dan semen non-hidrolik. Semen hidrolik yaitu material yang mengeras setelah
dicampur dengan air sebagai hasil dari reaksi kimia dari pencampuran[6] dengan air,
dan setelah pembekuan, mempertahankan kekuatan dan stabilitas bahkan dalam air.
Semen nonhidrolik adalah material seperti batu kapur dan gypsum yang harus tetap
kering agar bertambah kuat dan mempunyai komponen cair. Contoh[8] semen non-
hidrolik seperti adukan semen kapur yang dibekukan hanya dengan pengeringan, dan
bertambah kuat secara lambat dengan menyerap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer
untuk kembali membentuk kalsium karbonat. Saat ini konstruksi semen kebanyakan
adalah semen hidrolik dan kebanyakan didasarkan pada semen Portland yang dibuat
dari batu kapur, mineral tanah liat tertentu dan gypsum dengan proses temperatur
tinggi yang menghasilkan karbon dioksida dan bercampur secara kimia menghasilkan
bahan utama menjadi senyawa baru.
Pada awalnya semen dikenal di Mesir sekitar tahun 500 SM untuk pembuatan
piramida, dimana semen digunakan pada saat itu sebagai pengisi ruang kosong
diantara celah-celah tumpukan batu. Semen yang dibuat oleh bangsa Mesir
merupakan kalsinasi gypsum yang tidak murni, sedangkan kalsinasi batu kapur mulai
digunakan pada zaman Romawi. Berikutnya bangsa yunani membuat semen dengan
cara mengambil tanah vulkanik yang berasal dari pulau Santoris yang kemudian
dikenal dengan Santoris cement. Bangsa Romawi mengambil material vulkanik di
gunung vesuvius di lembah Napples sebagai semen yang kemudian dikenal dengan
Pozzolana cement berasal dari nama sebuah kota di Italia, Puzzolia. Sekitar tahun
1756 seorang sarjana Inggris Jhon Smeaton telah berhasil melakukan penyelidikan
terhadap batu kapur lunak yang tak murni dan dan mengandung tanah liat
merupakan bahan pembuatan untuk semen hidrolisis yang bagus. Batu kapur yang
dimaksud tersebut adalah batu kapur hidrolisis. Vicat menemukan bahwa
penambahan silika atau tanah liat yang mengandung alumina dan silika
menyebabkan sifat hidrolisis semakin bertambah baik. Vicat membuat kapur
hidrolisis dari campuran tanah liat dan batu kapur dengan perbandingan tertentu,
lalu campuran tersebut dibakar. Tahun 1811, James Frost membuat semen pertama
kali dengan cara seperti yang dilakukan oleh Vicat yaitu dengan mencampurkan dua
bagian dari kapur dan satu bagian dari tanah liat yang kemudian menghasilkan Frost
cement. Sekitar tahun 1812 prosedur tersebut diperbaiki dengan menggunakan
campuran batu kapur yang mengandung tanah liat dan penambahan tanah
2
Argillaceous menghasilkan British cement. Pembuatan semen pertama kali dilakukan
dengan cara membakar campuran tanah liat dan batu kapur. Pada tahun 1824, orang
Inggris bernama Joseph Aspdin yang mencoba membuat semen dari kalsinasi
campuran tanah liat dan batu kapur yang dihaluskan, digiling dan dibakar menjadi
lelehan dalam tungku, sehingga terjadi penguraian batu kapur (CaCO 3) menjadi batu
tohor (CaO) serta karbondioksida (CO2). Batuan kapur tohor (CaO) bereaksi dengan
senyawa-senyawa lain membentuk klinker yang kemudian sebagai portland.
2.1.1 Komponen Semen
Dalam industri semen komponen utamanya adalah silikat yang mempunyai
kemampuan untuk mengikat jika ditambahkan dengan air dan menjadi keras
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Komponen yang terdapat
didalam semen adalah sebagai berikut:
a. Dicalsium Silicate (2CaO.SiO2 atau C2S)
b. Tricalcium Silicate (3CaO.SiO3 atau C3S)
c. Tricalcium Alumina (3CaO.Al2O3 atau C3A)
d. Tetra Calcium Aluminate Ferrite (4CaO.Al2O3 atau C4AF)
Bahan baku pembuatan semen adalah sebagai berikut:
a. Batu Kapur (CaCO3)
b. Tanah Liat (Al2O3 2SiO2 xH2O)
c. Pasir Besi (Fe2O3)
d. Pasir Silika (Si2O3)
3
Pada proses ini teknik yang digunakan adalah teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batu bara. Proses ini
terdiri dari lima tahap pengelolaan, yaitu sebagai berikut:
1) Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer
dan roller meal
2) Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk memperoleh
campuran yang homogen
3) Proses pembakaran raw meal untuk memperoleh terak (clinker,
bahan setengah jadi yang diperlukan untuk pembuatan semen)
4) Proses pendinginan clinker
5) Proses penggilingan akhir, dimana clinker dan gypsum digiling
dengan cement mill
Secara garis besar, proses produksi semen terdiri dari enam tahap, yaitu:
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah; Semen yang umum
digunakan adalah semen Portland yang memerlukan empat komponen
bahan kimia utama untuk mendapatkan komposisi kimia yang sesuai.
Bahan tersebut adalah batu kapur, silika, alumina (tanah liat), dan besi
4
oksida (bijih besi). Gypsum dalam jumlah yang sedikit ditambahkan
selama penghalusan untuk memperlambat pembekuan.
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah
Semua komponen atau bahan baku dihancurkan hingga menjadi bubuk
halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran.
3. Homogenisasi dan pencampuran bahan mentah
4. Pembakaran
Pada proses ini terjadi proses konversi kimia sesuai rancangan dan
proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk
clinker. Proses ini dilakukan dalam rotary kiln dengan menggunakan
bahan bakar fosil berupa padatan (batu bara), cairan (solar) atau bahan
bakar alternatif.
5. Penggilingan hasil pembakaran
Proses penghalusan clinker dengan menambahkan sedikit gypsum,
kurang dari 4% untuk dihasilkan semen Portland tipe I.
6. Pendinginan dan pengepakan
Proses pendinginan semen Portland dan pengepakan untuk segera di
distribusikan.
5
ini terjadi karena adanya CaSO4.1/2H2O dalam semen. Plastisitas akan
diperoleh apabila campuran tersebut diaduk kembali. False set dapat
dihindari dengan mengatur temperatur semen saat penggilingan di
dalam Cement Mill agar gypsum tidak berubah menjadi CaSO4.1/2H2O,
selain itu gypsum yang digunakan harus cukup kuat dan belum
didehidrasi.
5) Kuat tekan
Kuat tekan adalah kemampuan suatu material menahan beban. Kuat
tekan sangat diperlukan dalam menetukan mix design dari beton untuk
suatu konstruksi tertentu. Nilai kuat tekan akan meningkat jika nilai Lime
Saturation Factor (LSF) tinggi, nilai alumina Ratio rendah, nilai silica
ratio tinggi, kandungan SO3 rendah, dan tingkat kehalusan semen tinggi.
6) Penyusutan
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi pada pasta semen dalam
campuran beton, yaitu Hidration Shrinkage, Drying Shrinkage dan
Carbonation Shrinkage. Yang paling mempengaruhi keretakan beton
adalah Drying Shrinkage. Penyusutan terjadi karena adanya penguapan
air bebas dari pasta semen selama proses Setting time dan Hardening.
7) Daya tahan semen terhadap asam
Pada umumnya daya tahan semen terhadap asam lemah, sehingga
mudah terdekomposisi atau terurai oleh asam-asam kuat seperti asam
klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4).
8) Kehalusan
Semakin halus semen, panas hidrasi, kebutuhan air satu per satuan
berat semen akan semakain tinggi, serta reaksi hidrasi akan semakin
cepat.
6
b. Sifat Kimia Semen
1) Hilang Pijar (LOI)
Pada semen sifat ini disebabkan karena terjadinya penguapan air kristal
yang berasal dari gypsum serta penguapan CO2.
2) Silica ratio (SR)
Perubahan Silica Ratio dapat menyebabkan perubahan pada
pembentukan Coating pada Burning Zone dan Burnability Clinker. Silica
ratio yang rendah dapat menyebabkan Raw meal mudah dibakar,
temperatur klinkerisasi rendah, cenderung membentuk ring coating
dalam Kiln apalagi bila Lime Saturation Factor (LSF) rendah, kekuatan
awal tinggi tetapi dengan pertambahan waktu sedikit sekali
kenaiknannya, dan C3S banyak.
3) Alumina ratio (AR)
Jika nilai alumnia ratio (AR) tinggi, maka akan menurunkan silica ratio
(SR), sehingga akan menghasilkan semen dengan waktu pengikatan
yang cepat. Jika Alumina Ratio (AR) rendah maka akan menyebabkan
semen yang dihasilkan tahan terhadap sulfat yang tinggi, mudah dibakar,
temperatur klinkerisasi lebih rendah, reaksi klinkerisasi lebih cepat, fasa
cair banyak dan resitensi terhadap uap air laut serta senyawa kimia
tinggi.
7
a. Semen Portland (Semen Abu), adalah bubuk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi
yang diolah dalam tanur dengan suhu dan tekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat atau memplester
b. Semen Putih (Grey Cement), adalah semen yang lebih murni dari semen
Portland dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti
filter atau pengisi. Semen ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite)
limestone murni
c. Semen Sumur Minyak (Oil well cement), adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran gas alam atau minyak bumi di darat
ataupun dilepas pantai
d. Mixed and fly ash cement, adalah campuran semen Portland dengan
Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil
sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silica,
aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi
jumlah. Semen ini biasa digunakan untuk membuat beton
e. Semen Pozzolan, Pozzolan adalah bahan yang dalam keadaan sendiri tidak
terlalu bersifat semen, namun akan muncul sifat semen jika dicampur
dengan gamping. Keunggulan dari semen ini adalah tahan terhadap korosi
larutan garam dan air laut serta lebih baik dari pada semen Portland
f. Semen Alumina Tinggi, adalah suatu semen kalsium alumina yang dibuat
dengan cara melebur campuran batu gamping dan bauksit yang biasanya
mengandung oksida besi, silika, magnesia dan ketakmurnian lain. Kekuatan
semen ini berkembang dengan cepat dan tahan terhadap air laut serta air
yang mengandung sulfat
g. Semen Silikat, semen ini tahan terhadap segala macam asam anorganik
dalam berbagai konsentrasi, kecuali asam fluorida. Semen ini tidak cocok
untuk pH diatas 7 atau dalam sistem yang membentuk kristal. Semen ini
biasanya digunakan sebagai bahan perekat bata didalam tangki reaksi asam
kromat dan tangki alum
h. Semen Belerang (Sulfur Cement), semen ini sangat tahan terhadap garam
dan asam yang tak mengoksidasi, namun tidak boleh dipakai bila ada alkali,
minyak,lemak dan pelarut. Semen ini biasanya digunakan sebagai bahan
dasar, perekat bata, ubin dan pipa besi cor
i. Semen Magnesium Oksiklorida (Semen Sorel), semen ini ditemukan oleh
ahli kimia Prancis Sorel. Semen ini dibuat melalui aksi eksotermik larutan
magnesium klorida 20% terhadap suatu ramuan magnesia yang didapatkan
dari kalsinasi magnesit dan magnesia yang diperoleh dari larutan garam.
Produk ini kuat dan keras tetapi mudah terserang air yang menguras
kandungan magnesium kloridanya. Semen ini biasanya digunakan sebagai
semen lantai dengan pengisi yang tak reaktif dan pigmen pewarna serta
sebagai dasar lantai dalam seperti ubin dan terazo. Semen ini korosif
terhadap korosi besi.
8
2.2 Mortar
Mortar adalah bahan perekat yang digunakan dalam konstruksi untuk
menghubungkan dan mengikat bahan bangunan seperti batu bata, batu, blok beton,
atau bahan lainnya menjadi satu kesatuan yang kokoh. Ini adalah lapisan tipis antara
bahan bangunan yang bertujuan untuk mengisi celah-celah kecil di antara mereka.
Mortar memiliki sifat adhesif yang memungkinkannya melekat pada permukaan
bahan bangunan dan menyatu dengan baik ketika mengeras. Komposisi umum
mortar terdiri dari tiga bahan utama: semen, pasir, dan air. Perbandingan semen,
pasir dan air yang sesuai untuk mortar yang memiliki syarat adalah 1 : 2,75 : 0,484.
sebagai bahan pengikat, mortar harus mempunyai konsistensi/kekentalan standar.
Konsistensi mortar ini nantinya akan berguna dalam menentukan kekuatan mortar
yang menjadi spesi ataupun plesteran dinding sehingga diharapkan mortar yang
menahan gaya tekan akibat beban yang bekerja padanya tidak hancur.
Semen berperan sebagai bahan pengikat utama yang mengeras ketika terkena
air, membentuk ikatan kuat antara partikel pasir dan bahan bangunan. Pasir
berfungsi sebagai bahan pengisi dan membantu meningkatkan stabilitas serta daya
tahan mortar. Air digunakan untuk mengaktifkan proses pengerasan semen dan
membentuk pasta yang dapat diaplikasikan dengan mudah. Selain bahan utama
tersebut, beberapa mortir juga dapat mengandung bahan tambahan atau aditif
seperti plastisizer, retarder, atau pengisi lainnya. Bahan tambahan ini digunakan
untuk memodifikasi sifat-sifat mortar, seperti meningkatkan keelastisan, mengurangi
9
waktu pengeringan, meningkatkan daya rekat, atau memberikan ketahanan terhadap
kondisi lingkungan tertentu.
Fungsi utama mortar adalah mengisi celah-celah antara bahan bangunan,
memberikan kekuatan struktural pada dinding, lantai, atau konstruksi lainnya, dan
menciptakan permukaan yang halus dan rata. Mortar biasanya memiliki proporsi
lebih tinggi pasir daripada semen, karena proporsi ini mempengaruhi konsistensi dan
daya rekat mortar. Dalam proses aplikasi, mortar biasanya ditempatkan di antara
bahan bangunan dengan menggunakan alat seperti trowel atau semprotan mortar.
Setelah ditempatkan, mortar perlu mengalami proses pengerasan atau pengeringan
untuk mencapai kekuatan dan keawetan yang diinginkan. Waktu pengeringan dapat
bervariasi tergantung pada jenis mortar dan kondisi lingkungan, dan seringkali
membutuhkan waktu beberapa hari hingga beberapa minggu. Mortar telah
digunakan selama berabad-abad dalam konstruksi bangunan, dari struktur kuno
hingga bangunan modern. Penggunaan mortar yang tepat sangat penting untuk
memastikan kekuatan, keawetan, dan kestabilan konstruksi.
2.2.1 Jenis-jenis Mortar
- Perekat Bata Ringan (Thin Bed Mortar)
Perekat bata ringan adalah mortar yang digunakan untuk merekatkan bata
ringan, perekat ini biasa juga disebut dengan lem hebel. Menggunakan
mortar akan membuat proses pengerjaan lebih efisien dibandingkan
dengan menggunakan semen konvensional, karena cukup mengoleskan
tipis saja. Mortar jenis ini hanya dapat digunakan untuk bata ringan saja.
- Mortar Plester Dinding
Mortar plester dinding digunakan untuk proses memplester dinding. Tidak
seperti jenis thin bed mortar, mortar jenis ini dapat diaplikasikan pada
proses pasang bata ringan, batako, ataupun bata merah.
- Mortar Acian Instan
Mortar acian instan secara khusus digunakan untuk menghaluskan
permukaan dinding. Menggunakan mortar acian instan akan menghemat
waktu serta biaya, karena tidak memerlukan plamir lagi untuk
menghaluskannya, jadi tembok bisa langsung dicat. Selain itu menggunakan
mortar jenis ini akan membuat tembok makin padat juga tidak retak-retak.
Hal ini akan membuat cat tidak akan terserap dan membuat warna cat lebih
terlihat.
- Mortar Pemasangan Keramik
Mortar jenis ini dikhususkan untuk pemasangan keramik. Menggunakan
mortar untuk memasang keramik akan dapat merekatkan keramik dengan
kuat.
- Mortar Pemasangan Homogeneous Tile
Mortar ini bisa diaplikasikan untuk pemasangan granite (homogeneous tile)
di atas permukaan beton, plesteran, dan screed, outdoor dan indoor. Cocok
untuk granite (homogeneous tile) dengan daya serap air rendah/ body
10
berpori kecil (water absorption < 0.5%), bisa juga diaplikasikan untuk
mosaik, marmer dan batu alam lainnya.
11
Mortar juga digunakan untuk mengisi ketidakrataan pada permukaan bahan
bangunan, seperti pada dinding bata atau blok beton. Mortar dapat
diterapkan secara merata untuk memberikan permukaan yang lebih halus
dan rata. Hal ini membantu dalam penyelesaian estetika konstruksi dan
memudahkan aplikasi lapisan penutup seperti cat atau plester.
c. Transfer beban
Mortar berfungsi sebagai media untuk mentransfer beban secara merata di
antara bahan bangunan yang saling berkontak. Ketika ditempatkan dengan
benar, mortar dapat menyebar dan mendistribusikan beban yang
diterapkan pada struktur, menjaga kestabilan dan kekuatan konstruksi
secara keseluruhan.
d. Tahan air
Mortar dapat membantu mencegah infiltrasi air ke dalam konstruksi. Ketika
diterapkan dengan baik, mortar membentuk lapisan yang relatif kedap air di
antara bahan bangunan. Ini membantu dalam menjaga kekeringan dan
mengurangi risiko kerusakan akibat kelembaban dan kebocoran air.
e. Tahan terhadap air dan guncangan
Mortar yang kuat dan kokoh membantu meningkatkan ketahanan struktur
terhadap getaran dan guncangan. Mortar yang berkualitas baik membantu
meneruskan energi getaran dan guncangan secara merata melalui
konstruksi, mengurangi risiko keretakan atau kerusakan pada bahan
bangunan.
2.3 Beton
Beton didefinisikan sebagai sebuah bahan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil/batu disebut pecah),
semen, air, dan bahan tambahan lain (admixtures) bila diperlukan dan telah
mengeras. Bila campuran beton belum mengeras (plastis), bahan tersebut disebut
spesi beton. Agar beton dapat menahan gaya tarik, maka di dalam beton diberi besi
tulangan dan biasa disebut beton bertulang.
Dalam hal konstruksi bangunan saat ini beton adalah salah satu yang sudah
dikenal luas oleh masyarakat Indonesia maupun masayarakat luar negeri
dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya. Alasan utama beton dipilih sebagai
bahan konstruksi bangunan dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan yaitu
kekuatan gaya tekan yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan struktur,
mudah dibentuk sesuai kebutuhan, tahan terhadap temperatur tinggi serta beton
12
relatif murah karena bahan-bahan penyusunnya didapat dari bahan lokal. Tetapi
beton kelemahan terbesarnya adalah beton rentan terhadap gaya tarik, walaupun
beton kuat terhadap kuat tekan namun apabila ada gaya tarik terhadap beton makan
kebanyakan beton akan retak dan bahkan terbelah.
Menurut SNI 2847:2013, beton didefiniskan sebagai campuran dari bahan
penyusunnya yang terdiri dari bahan hidrolik (portland cement), agregat kasar,
agregat halus, dan air dengan atau tanpa menggunakan bahan tambah (admixture
atau additive). Seiring dengan penambahan umur, beton usia 28 hari. Beton memliki
daya kuat tekan yang baik oleh karena itu beton banyak dipakai atau dipergunakan
untuk pemilihan jenis struktur terutama struktur bangunan, jembatan dan jalan.
DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen
portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,
dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.
Beton terdiri dari ± 15 % semen, ± 8 % air, ± 3 % udara, selebihnya pasir dan
kerikil. Campuran tersebut setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-beda,
tergantung pada cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara pencampuran,
cara mengangkut, cara mencetak, cara memadatkan, dan sebagainya akan
mempengaruhi sifat-sifat beton.
Beton yang baik yaitu setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan
mortar. Demikian halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi
kualitas dari mortar pada adukan beton tersebut akan mempengaruhi mutu dari
beton tersebut. Semen merupakan unsur penting dalam adukan beton, meskipun
jumlahnya hanya 7-15% dari suatu campuran adukan beton. Beton dengan campuran
semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (learn concrete), sedangkan
beton dengan campuran semen yang banyak disebut beton gemuk (rich concrete).
13
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh
tenaga-tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara
kontinu.
2) Berat Jenis
Tabel 4. Berat jenis beton
Jenis Beton Berat Jenis Pemakaian
Beton sangat ringan < 1,00 Non struktur
Beton ringan 1,00 – 2,00 Struktur ringan
14
Beton normal 2,30 – 2,40 Struktur
Beton berat > 3,00 Perisai sinar X
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semen, mortar, dan beton adalah komponen utama dalam industri konstruksi
yang membentuk tulang punggung dari berbagai struktur bangunan dan infrastruktur.
Setiap material memiliki peran khusus dalam pembangunan, memberikan kekuatan
dan ketahanan yang diperlukan untuk mendukung struktur yang kokoh dan
berkelanjutan.
Semen berperan sebagai bahan perekat yang memadukan material-material
lain dalam pembentukan struktur yang kuat. Proses produksi semen, terutama
semen Portland, melibatkan pencampuran bahan baku seperti batu kapur, tanah liat,
dan besi, diikuti dengan pembakaran pada suhu tinggi. Penggunaan semen sangat
luas dalam industri konstruksi, menjadi dasar dari pembuatan beton, mortar, dan
bahan konstruksi lainnya.
Mortar, campuran dari semen, pasir, dan air, menjadi elemen penting dalam
proses pemasangan dan penyatuan berbagai material konstruksi seperti batu bata,
ubin, atau blok. Keberadaannya memungkinkan struktur bangunan untuk menjadi
kokoh dan stabil. Dengan variasi campuran yang berbeda, mortar mampu
mengakomodasi kebutuhan spesifik konstruksi seperti tahan air, tahan api, atau
kegunaan khusus lainnya.
Beton, campuran dari semen, agregat, air, dan aditif, memberikan fondasi
kuat bagi struktur bangunan. Sifat kekuatannya membuatnya menjadi material yang
vital dalam pembuatan jalan, lantai, dinding, dan struktur besar lainnya. Kekuatan
dan daya tahan beton membuatnya menjadi pilihan utama untuk berbagai proyek
konstruksi yang memerlukan stabilitas dan keandalan.
Ketiganya, semen, mortar, dan beton, saling terkait dalam pembangunan
struktur. Mereka melengkapi satu sama lain dalam menyediakan kekuatan, daya
tahan, dan struktur yang diperlukan untuk memastikan integritas konstruksi. Dalam
era pembangunan yang semakin maju, inovasi terus mewarnai teknologi pembuatan
dan aplikasi ketiga material ini, menuju struktur yang lebih efisien, kuat, dan
berkelanjutan.
Penting untuk memahami karakteristik, proses pembuatan, serta aplikasi dari
semen, mortar, dan beton guna menciptakan konstruksi yang tidak hanya kuat secara
fisik, tetapi juga ramah lingkungan serta mampu bertahan dalam jangka panjang.
Kajian lebih lanjut dan penelitian terus mendorong inovasi dalam penggunaan
material-material ini untuk memenuhi tuntutan masa depan dalam industri
konstruksi.
3.2 Saran
Makalah ini merupakan bahan untuk mengetahui dan memperluas wawasan
pembaca mengenai keramik semen, mortar, dan beton sehingga diharapkan seluruh
materi yang telah dipaparkan dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan dan
16
kekurangan dari segala aspek. Untuk itu, kepada pembaca untuk berkenan
memberikan kritik serta saran yang akan digunakan sebagai bahan evaluasi dan
pembelajaran untuk penulisan selanjutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18