Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

INDUSTRI KERAMIK

Disusun oleh:

Arina Wahyu Himawati/M0315011


Dicky Wisanggeni P/M0315018

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada zaman dahulu, keramik masih dibuat dengan bahan baku alami karena terbatasnya
kemampuan dalam pengendalian komposisi kimia maupun strukturnya. Tetapi akhir-akhir
ini, keramik telah dibuat dan dibentuk dengan bermacam-macam cara sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Keramik memiliki sifat-sifat khas yang fungsional dalam aplikasi mekanik,
elektro termal, optik, termal, biokimia dan refraktori. Keramik secara umum mempunyai
kualitas tekan lebih baik dibandingkan kualitas tariknya. Pada prinsipnya keramik terbagi
atas keramik tradisional, keramik halus dan biokeramik. Keramik tradisional yaitu keramik
yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin, feldsfar, clay, kuarsa.
Perkembangan material keramik semakin meningkat karena aplikasinya yang mencakup
di segala bidang terutama yang mengutamakan ketahanan pada suhu tinggi, ketahanan
terhadap bahan kimia, kekuatan mekanik yang baik dan memiliki efek polutan yang rendah.
Kemajuan teknologi yang semakin maju menyebabkan pembuatan material keramik terus
dilakukan guna mendapatkan harga yang semakin murah dalam memproduksinya.
Sifat bahan keramik yang telah disebutkan sebelumnya sangat tergantung pada ikatan kimianya
terutama jenis ikatan kovalen. Ikatan kovalen memberi sifat dapat mengarah pada kekuatan kristal
dan strukturnya lebih rumit dari ikatan logam atau ion. Ikatan kovalen sangat kuat sehingga
kristalnya bersifat kuat dan mempunyai titik didih yang tinggi serta sifat isolator yang baik.
Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik lebur, kerapuhan, daya tahan terhadap
korosi, rendahnya konduktivitas termal, dan tingginya kekuatan kompressif dari material tersebut.
Keramik secara umum dapat ditunjukkan melalui rumus kimia dari senyawa: Ma Xc, Ma Nb Xc
dimana M dan N dapat mewakili elemen logam dan X mewakili elemen nonlogam yang dapat
membentuk senyawa stabil dengan logam. Tanda X biasanya diwakili oleh O (oksigen), tetapi boleh
juga oleh Cl, C, N, dan S. Keramik yang paling biasa misalnya berupa material SiO 2, Al2O3, CaO,
Na2O, TiC, UO2, PbS, dan Mg SiO3 (Siagian dan Hutabalian, 2012).
B. TUJUAN
1. Mengetahui bahan yang digunakan sebagai pembuatan keramik
2. Mengetahui proses-proses pembuatan keramik
3. Mengetahui sifat-sifat keramik
BAB II
LANDASAN TEORI
A. DASAR TEORI
Keramik berasal dari bahasa Yunani yaitu keramos yang berarti suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Keramik dapat didefinisikan sebagai
suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar,
seperti gerabah, genteng, porselin dan sebagainya. Tetapi saat ini keramik bukan hanya
berasal dari tanah liat. Umumnya sumber material pembuatan keramik banyak tersedia pada
kerak bumi, misalnya SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, dan masih banyak yang lainnya.
Keramik mempunyai sifat-sifat yang unggul seperti kuat, keras, stabil pada suhu tinggi, dan
tidak korosif sehingga cocok digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan.
Berkembangnya teknologi industri keramik akhir-akhir ini membuat inovasi industri
keramik tidak hanya dapat dibuat secara tradisional menggunakan tanah liat tetapi telah
dapat dibuat dan dibentuk dengan bermacam-macam cara yang disesuaikan dengan
penggunaannya. Berbagai jenis keramik termasuk semen, bata untuk bangunan, bata tahan
api dan gelas telah dipergunakan sejak lama sebagai bahan konstruksi bangunan (Siagian
dan Hutabalian, 2012).
Keramik secara umum mempunyai kualitas tekan lebih baik dibandingkan kualitas
tariknya. Pada prinsipnya keramik terbagi atas keramik tradisional, keramik halus dan
biokeramik. Keramik tradisional yaitu keramik yang terbuat dari bahan alam seperti kaolin,
feldsfar, clay, kuarsa. Yang termasuk keramik ini adalah barang pecah belah (dinner ware),
keperluan rumah tangga (tile bricks) dan untuk industri (refractory). Keramik halus (fine
ceramic) atau keramik modern biasanya disebut keramik teknik, avanced ceramic,
engineering ceramic, technical ceramic adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (SiO2, Al2O3, ZrO2 ).
Bahan keramik yang memiliki banyak keunggulan juga memiliki kelemahan yaitu
bersifat gelas dan mudah patah, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan
bahan baku dan komposisi yang tepat sehingga memenuhi standar mutu keramik nasional.
Salah satu inovasi dalam dunia industri keramik yang mungkin dapat dikembangkan adalah
pemanfatan bahan alternatif campuran keramik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas adalah tanah lempung dan tulang sapi yang dipanaskan dan dihaluskan. Penggunaan
tulang sapi cukup strategis karena memiliki kandungan logam yang tinggi. CaCO3 sebagai
senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat yang baik untuk keramik. Limbah
Tulang sapi yang kaya akan kalsium (Ca) dapat dimanfaatkan sebagai biomaterial yang
lebih murah dalam pembuatan keramik (Darwis, Trisno and Iqbal, 2018)
Industri keramik memiliki perkembangan jenis produk keramik, salah satunya
adalah keramik berpori yang saat ini dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain
sebagai penyokong katalis, pemurnian air, dan filtrasi. Membuat keramik berpori dapat
dilakukan dengan bahan organik berupa cangkang kelapa sebagai aditif atau cetakan pori.
Keramik yang dibuat dimanfaatkan sebagai filter gas buang kendaraan. Bahan organik ini
ditambahkan ke dalam bahan dasar keramik berpori berupa clay dan feldspar kemudian
dicetak dengan ukuran diameter yang cukup kecil sekitar 2 cm cm. Bahan baku anorganik
dapat digunakan dari lumpur panas Lapindo yang merupakan bahan alternatif yang
mengandung beberapa oksida, antara lain SiO2, Al2O3, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, Na2O,
K2O dan SO2. Dilihat dari kandungan mineralnya maka lumpur Lapindo bisa dijadikan
sebagai inovasi terhadap bahan untuk pembuatankeramik berpori yang jumlahnya saat ini
berlimpah dan cenderung bersifat limbah bagi lingkungan (Ilyas, 2016).
Jenis keramik alumina berpori dapat dibentuk dengan proses sesuai dengtan standar
berupa metalurgi serbuk atau proses slip casting. Kedua proses ini bertujuan sama yaitu
menghasilkan suatu padatan untuk kemudian disinter. Penyatuan padatan keramik dengan
proses metalurgi serbuk melalui penekanan serbuk di dalam cetakan (kompaksi), sedangkan
proses slip casting tanpa penekanan. Slip casting adalah suatu teknik pengecoran yang
menggabungkan dua unsur yang berbeda menjadi satu untuk dituangkan dalam cetakan.
Proses pencampuran tersebut akan menghasilkan satu campuran yang disebut slip. Slip yang
terbentuk berasal dari serbuk koloid yang dicampur dengan media suspensi (umumnya air).
Untuk mendapatkan slip, proses slip casting membutuhkan bahan cetakan yang mampu
menyerap media suspensi. Pembuatan keramik berpori dapat dilakukan dengan beberapa
metode, antara lain metode polymeric sponge. Pada metode ini, slip yang terbentuk
dipenetrasikan masuk ke dalam sponge. Hasil penetrasi sponge ini dipanaskan dan pori-pori
keramik didapatkan dari lubang-lubang yang ditinggalkan akibat pembakaran sponge.
(Tjitro,et al., 2008)
Penggunaan bahan keramik untuk isolator listrik sudah dikenal sejak lama dan banyak
pabrik telah didirikan. Selama ini kita tidak banyak yang tahu besar produksi penggunaan
isolator listrik keramik terutama yang digunakan untuk tegangan tinggi. Tahapan pembuatan
isolator keramik ini melalui beberapa inovasi dalam proses pengolahan bahan terutama
dalam memperbaiki kualitas bahan baku keramik seperti kaolin, felspar, ball clay, dan
kuarsa. Misalnya dalam proses pengolahan bahan mentah keramik ditambahkan peralatan
penangkap material mengandung logam dengan saringan magnet dan memperketat
pengawasan bahan serta proses pencampuran dan proses pengolahan basah (Garinas, 2016).
Keramik dapat digunakan pula sebagai bahan pembuat sambungan tulang. keramik adalah
bahan yang tahan terhadap mikroba, tidak merusak jaringan tubuh (Respati, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

A. BAHAN PEMBUATAN KERAMIK


Keramik merupakan bahan komposit yang memiliki tahanan suhu tinggi, keausan dan
korosi yang lebih baik daripada super alloy namun memiliki sifat getas (Subiyanto &
Subowo 2003). Seiring dengan kemajuan teknologi, saat ini bahan keramik telah
dikembangkan menjadi produk modern dengan keunggulan sifat yang sangat variatif.
Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti lempung, feldspar, kaolin
dan pasir silika yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, industry keramik terus
berkembang. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk proses pembutan keramik pada
umumnya dibagi atas:
1. Bahan plastis berupa tanah liat(lempung) dengan kandungan mineral yang bersifat liat
Mineral ini berupa silikat, Mg, Fe, mineral yang bersifat kapur dan alkalis.
2. Silica Sand atau pasir silica sering disebut juga dengan pasir kuarsa yang merupakan
bagian untuk penguat keramik agar keramik lebih keras dan kuat. Silica Sand juga
berfungsi untuk mengurangi susut dan menurunkan plastisitas. Silica Sand
mempunyai komposisi yang cukup besar dalam pembuatan sebuah badan keramik
karena pada pembakaran Silica Sand dengan kapur akan menghasilkan suatu
kerangka atau badan yang mempunyai titk lebur yang tinggi. Silica Sand mempunyai
struktur kimia SiO2.
3. Bahan pelebur (Fondant) Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan alumina silikat
alkali beraneka ragam, yang terdiri dari :
Orthose : (SiAl) O8 2. Albite : (SiAl) O K Potassis 8Na, Sodis Anorthite : (SiAl) O8
4. Bahan Penghilang lemak, bahan ini berupa bahan baku yang mudah dihaluskan dan
koefisien penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan baku ini berguna untuk
menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi karena plastisitas yang eksresif dari tanah
liat dan terdiri dari silica.
5. Bahan Tahan Panas
Bahan ini terdiri dari bahan baku yang menggandung Mg dan Silika Aluminium.
B. PROSES PEMBUATAN KERAMIK

1. Pemilihan bahan baku 2. Pembutiran 3. Pencampuran bahan

6. Penimbangan 5. Pengeringan 4. Pembentukan

7. Pembakaran 8. Pendinginan 9. Penimbangan 10. Pengujian

Gambar. Skema Proses pembuatan Keramik

Proses yang harus dilakukan untuk membuat suatu produk keramik, yaitu:
1. Pemilihan bahan baku Tujuan pemilihan bahan baku ini adalah untuk memilih bahan
baku yang dianggap baik dan cocok digunakan untuk pembuatan keramik yang
diinginkan.
2. Pembutiran Tujuan dari pembutiran adalah untuk memisahkan material dengan ukuran
yang tidak sama menjadi seragam. Dalam arti pembutiran ini membuat bahan baku
yang tadinya memiliki ukuran butir yang tidak sama menjadi sama besar. Ukuran butir
biasanya menggunakan ukuran mesh. Ukuran yang lazim digunakan adalah 60 – 100
mesh.
3. Pencampuran bahan Pencampuran bertujuan untuk mendapatkan campuran bahan
yang homogen/seragam.
4. Pembentukan (Pencetakan)
Tahap pembentukan adalah tahap mengubah bongkahan badan tanah liat plastis
menjadi benda-benda yang dikehendaki. Ada beberapa keteknikan utama dalam
membentuk benda keramik: die pressing, rubber mold pressing, extursion molding,
slip casting, injection molding. Bahan baku keramik dibuat menjadi bubuk, kemudian
dicampur dengan suatu bahan organik yang berfungsi sebagai pengikat (binder), lalu
dimasukkan kedalam cetakan (die) dan ditekan (press) untuk mendapatkan bentuk
padat yang kuat. Prosesnya yaitu :
a) Rubber mold pressing Bubuk (powder) dimasukkan kedalam karet kemudian
dibentuk dalam ruang pencetakan hidrostatik. Bubuk ditekan/press serba sama
sehingga dihasilkan produk.
b) Extursion molding Bubuk/powder di ekstrusi dengan campuran plastik yang kaku
dan kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah itu dipotong-potong menjadi
batangan-batangan
c) Slip casting Suspensi diperkeras dengan pelumas (cubrican) kemudian
dimasukkan kedalam cetakan cribs yang berpori. Air akan terserap cetakan dan
segera terbentuk lapisan lempeng yang kuat.
d) Injection molding Bubuk/powder dicampur dengan bahan plastik, proses
pembentukkannya sama dengan proses pembentukan plastik. Bahan plastik sangat
sulit dihilangkan.
5. Pengeringan Setelah benda keramik selesai dibentuk, maka tahap selanjutnya adalah
pengeringan. Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghilangkan air plastis
yang terikat pada badan keramik. Ketika badan keramik plastis dikeringkan akan
terjadi tiga (3) proses penting:
a) Air pada lapisan antarpartikel lempung mendifusi ke permukaan, menguap,
sampai akhirnya partikel-partikel saling bersentuhan dan penyusutan berhenti
b) Air dalam pori hilang tanpa terjadi susut
c) Air yang terserap pada permukaan partikel hilang.
6. Penimbangan (massa kering)
Setelah keramik dikeringkan secara lambat dengan cara diangin-anginkan pada suhu
kamar, langkah selanjutnya adalah ditimbang. Kegunaan dari proses penimbangan ini
adalah untuk mengetahui besar nya massa kering sampel keramik yang selanjutnya
nanti akan di bandingkan dengan besarnya massa keramik setelah dibakar.
7. Pembakaran
Pembakaran merupakan inti dari pembuatan keramik dimana proses ini mengubah
massa yang rapuh menjadi massa yang padat, keras, dan kuat. Ada beberapa
parameter yang mempengaruhi hasil pembakaran: suhu sintering/matang, atmosfer
tungku dan tentu saja mineral yang terlibat (Magetti, 1982).
Selama pembakaran, badan keramik mengalami beberapa reaksi-reaksi penting,
hilang/muncul fase-fase mineral, dan hilang berat (weight loss). Umumnya padatan
keramik sebelum dibakar terdiri dari grain-grain yang dipisahkan oleh porositas
(25%-60%), tergantung dari bahan-bahan dan metode pembentukkannya untuk
memaksimalkan sifat-sifat seperti: kekerasan, konduktivitas thermal, dll. Proses
pembakaran keramik 700 0 0 C – 1800 C, tujuannya untuk mengumpulkan partikel-
partikel menjadi massa yang koheren, menghilangkan porositas.
8. Pendinginan/penahanan
Setelah benda keramik selesai dibakar, maka tahap selanjutnya adalah pendinginan.
Tujuan utama dari tahap ini adalah untuk menghindari terjadinya degradasi partikel-
partikel dari luar yang akan mengganggu keramik yang telah dibuat. Pendinginan
dilakukan secara lambat, hal ini perlu dilakukan karena pendinginan yang terlalu
cepat dapat mengakibatkan keramik menjadi tidak bagus.
a) Penimbangan massa setelah dibakar
Setelah keramik didinginkan secara lambat. Langkah selanjutnya adalah ditimbang.
Kegunaan dari proses penimbangan ini adalah untuk mengetahui besar nya massa
keramik setelah dibakar yang selanjutnya nanti akan di bandingkan dengan besarnya
massa keramik sebelum dibakar
b) Pengujian
Setelah semua langkah-langkah dalam pembuatan keramik telah selesai dilakukan.
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap keramik yang telah
dibuat. Kegunaan dari pengujian ini adalah agar kita dapat melihat sifat fisis dan
mekanik dari keramik yang telah dibuat.

C. SIFAT-SIFAT KERAMIK
1. Sifat Kimia
Keramik industri sebagian besar adalah oksida (senyawa ikatan oksigen), akan tetapi
ada juga senyawa carbida (senyawa ikatan karbon dan logam berat), nitrida (senyawa ikatan
nitrogen), borida (senyawa ikatan boron) dan silida (senyawa ikatan silikon). Sebagai
contoh, pembuatan keramik alumina menggunakan 85 sampai 99 persen aluminum oksida
sebagai bahan utama dan dikombinasikan dengan berbagai senyawa kompleks secara kimia.
Beberapa contoh senyawa kompleks adalah barium titanate (BaTiO3) dan zinc ferrite
(ZnFe2O4). Material lain yang dapat disebut juga sebagai jenis keramik adalah berlian dan
graphite dari karbon.
Keramik lebih resisten terhadap korosi dibanding plastik dan logam. Keramik biasanya
tidak bereaksi dengan sebagian besar cairan, gas, aklali dan asam. Jenis-jenis keramik
memiliki titik leleh yang tinggi dan beberapa diantaranya masih dapat digunakan pada
temperatur mendekati titik lelehnya. Keramik juga stabil dalam waktu yang lama.
2. Sifat Mekanik
Ikatan keramik dapat dibilang sangat kuat, dapat kita lihat dari kekakuan ikatan dengan
mengukur kemampuan keramik menahan tekanan dan kelengkungan. Bend Strength atau
jumlah tekanan yang diperlukan untuk melengkungkan benda biasanya digunakan untuk
menentukan kekuatan keramik. Salah satu keramik yang keras adalah Zirconium dioxide
yang memiliki bend strength mendekati senyawa besi. Zirconias (ZrO2) mampu
mempertahankan kekuatannya hingga temperatur 900oC (1652oF), dan bahkan silikon
carbida dan silikon nitrida dapat mempertahankan kekuatannya pada temperatur diatas
1400oC (2552oF). Material-material silikon ini biasanya digunakan pada peralatan yang
memerlukan panas tinggi seperti bagian dari Gas-Turbine Engine. Walaupun keramik
memiliki ikatan yang kuat dan tahan pada temperatur tinggi, material ini sangat rapuh dan
mudah pecah bila dijatuhkan atau ketika dipanaskan dan didinginkan seketika.
3. Sifat Fisik
Sebagian besar keramik adalah ikatan dari karbon, oksigen atau nitrogen dengan
material lain seperti logam ringan dan semilogam. Hal ini menyebabkan keramik biasanya
memiliki densitas yang kecil. Sebagian keramik yang ringan mungkin dapat sekeras logam
yang berat. Keramik yang keras juga tahan terhadap gesekan. Senyawa keramik yang paling
keras adalah berlian, diikuti boron nitrida pada urutan kedua dalam bentuk kristal kubusnya.
Aluminum oksida dan silikon karbida biasa digunakan untuk memotong, menggiling,
menghaluskan dan menghaluskan material-material keras lain. Besar massa jenis
keramikadalah 2,00-6,00 gram/cm3.Adanya interval massa jenis ini disebabkan oleh faktor
alotropi.Alotropi adalah molekul sama yang dapat dijumpai pada dua atau lebih wujud yang
berbeda.Alotropi keramik dapat dijumpai dalam bentuk kaca, kristobalit, tridimit, dan
quartz. Relatifkecilnya massa jenis keramik dibandingkan dengan massa jenis logam
disebabkan adanyaikatan kovalen pada keramik, yang menyebabkan banyak ruang kosong
pada molekulnyakarena gaya tarik-menarik antar unsur tidak terlalu kuat
4. Sifat Panas
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya walaupun pada
temperatur yang tinggi material ini dapat bertahan dari deformasi dan dapat bertahan
dibawah tekanan tinggi. Akan tetapi perubahan temperatur yang besar dan tiba-tiba dapat
melemahkan keramik. Kontraksi dan ekspansi pada perubahan temperatur tersebutlah yang
dapat membuat keramik pecah. Silikon karbida dan silikon nitrida lebih dapat bertahan dari
kontraksi dan ekspansi pada perubahan temperatur tinggi daripada keramik-keramik lain.
Oleh karena itu material ini digunakan pada bagian-bagian mesin seperti rotor pada turbin
dalam mesin jet yang memiliki variasi perubahan temperatur yang ekstrim.
5. Sifat Elektrik
Beberapa jenis keramik dapat menghantarkan listrik. Contohnya Chromium dioksida
yang mampu menghantarkan listrik sama baiknya dengan sebagian besar logam. Jenis
keramik lain seperti silikon karbida, kurang dapat menghantarkan listrik tapi masih dapat
dikatakan sebagai semikonduktor. Keramik seperti aluminum oksida bahkan tidak
menghantarkan listrik sama sekali. Beberapa keramik seperti porcelain dapat bertindak
sebagai insulator (alat untuk memisahkan elemen-elemen pada sirkuit listrik agar tetap pada
jalurnya masing-masing) pada temperatur rendah tapi dapat menghantarkan listrik pada
temperatur tinggi.
6. Sifat Magnetik
Keramik yang mengandung besi oksida (Fe2O3) dapat memiliki gaya magnetik mirip
dengan magnet besi, nikel dan cobalt. Keramik berbasis besi oksida ini biasa disebut ferrite.
Keramik magnetis lainnya adalah oksida-oksida nikel, senyawa mangan dan barium.
Keramik ber-magnet biasanya digunakan pada motor elektrik dan sirkuit listrik dan dapat
dibuat dengan resistensi tinggi terhadap demagnetisasi. Ketika elektron-elektron disejajarkan
sedemikian rupa, keramik dapat menghasilkan medan magnet yang sangat kuat dan sukar
demagnetisasi (menghilangkan medan magnet) dengan memecah barisan elektron tersebut.
D. STANDAR PRODUKSI KERAMIK
Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di
tengah ketatnya persaingan dalam dunia industri. Adapun beberapa definisi kualitas
adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Kualitas ditentukan
pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan
harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut
(Sari dan Sulaiman, 2017).
Beberapa standar internasional terkait kualitas antara lain ISO 9001 : 2000 yaitu
standar internasional yang diberikan untuk Quality Management System (QMS) yang
bertujuan menyediakan serangkaian ketentuan, yang jika diimplementasikan dengan
efektif yang memberikan keyakinan bahwa produsen secara konsisten menyediakan
barang dan jasa yang memenuhi kubutuhan dan harapan yang sesuai dengan aturan yang
ada. Sedangkan ISO 10002 : 2004 menyediakan panduan tentang proses penanganan
keluhan yang berhubungan dengan produk-produk termasuk perencanaan, pendesainan,
aktivitas operasional, pemeliharaan dan peningkatan. Proses penanganan keluhan yang
digambarkan sesuai untuk digunakan sebagai salah satu proses dari seluruh sistem
manajemen kualitas (Sari dan Sulaiman, 2017)
Sesuai dengan ketentuan yang dicantumkan dalam SNI ISO 130006:2010. Prosedur
penilaian kesesuaian standar untuk ubin keramik mencakup (Badan Standarisasi
Nasional,2016) :
a) pemeriksaan desain/karakteristik produk yang diajukan untuk disertifikasi;
b) pengujian awal terhadap sampel ubin keramik berdasarkan SNI ISO 13006:2010,
Lampiran A-B, sesuai jenis ubin keramik yang diajukan untuk disertifikasi;
c) asesmen proses produksi di lokasi produksi, termasuk apabila diperlukan melakukan
pengujian terhadap sampel yang diambil pada saat asesmen proses produksi.

Produk keramik berupa ubin dapat diproduksi dari lempeng tipis yang dibuat dari
lempung/tanah liat dan atau material anorganik lain, biasanya digunakan untuk melapisi
dinding dan lantai, pada umumnya dibentuk dengan cara ekstrusi (A) atau dipress/ditekan
(B) pada suhu ruang, tetapi dapat juga dibentuk dengan proses lain kemudian dikeringkan
dan sesudah itu dibakar pada suhu yang cukup untuk memperoleh sifat-sifat yang
diinginkan. Metode tersebut tentu disertai standart mutu yang ditentukan dalam metode
uji dalam produksi ubin keramik (Badan Standarisasi Nasional, 2010).

 Ubin yang diekstrusi [ditandai A]


Ubin dengan bodi/badan yang dibentuk dalam keadaan plastis dengan ekstruder, batangan
yang didapatkan, dipotong menjadi ubin dengan ukuran yang telah ditentukan
sebelumnya. Daya serap air pada keramik yang rendah dengan nilai E ≤ 3 % merupakan
salah satu indikator mutu ubin keramik yang baik (Badan Standarisasi Nasional, 2010).

a. Syarat mutu

Persyaratan dimensi dan mutu permukaan, sifat fisika dan sifat kimia harus memenuhi
persyaratan pada Tabel A.1 (Badan Standarisasi Nasional, 2010) :

Tabel A.1 - Syarat mutu untuk ubin keramik yang diekstrusi dengan daya serap air
sangat rendah
Keterangan : ISO 10545-2:1995, Ceramic tiles – Part 2: Determination of dimension and
surface quality diadopsi menjadi SNI ISO 10545-2:2010, Ubin keramik −
Bagian 2 : Penentuan dimensi dan mutu permukaan.

Tabel A.1 Lanjutan


Keterangan :
ISO 10545-2:1995, Ceramic tiles – Part 2: Determination of dimension and surface
quality
ISO 10545-3:1995, Ceramic tiles – Part 3: Determination of water absorption, apparent
porosity, apparent relative density and bulk density.
ISO 10545-4:1994, Ceramic tiles – Part 4: Determination of modulus of rupture and
breaking strength.
ISO 10545-6:1995, Ceramic tiles – Part 6: Determination of resistance to deep abrasion
for unglazed tiles.
ISO 10545-7:1996, Ceramic tiles –Part 7: Determination of resistance to surface abrasion
for glazed.
ISO 10545-8:1994, Ceramic tiles – Part 8: Determination of linear thermal expansion.
ISO 10545-9:1994, Ceramic tiles – Part 9: Determination of resistance to thermal shock.
ISO 10545-10:1995, Ceramic tiles – Part 10: Determination of moisture expansion.
ISO 10545-11:1994, Ceramic tiles – Part 11: Determination of crazing resistance for
glazed tiles.
ISO 10545-12:1995, Ceramic tiles – Part 12: Determination of frost resistance.
ISO 10545-17:1996, Ceramic tiles – Part 17: Determination of coefficient of friction.

 Ubin yang dibuat dengan cara pres-kering [ditandai B]


ubin yang dibentuk dari campuran material bodi yang digiling halus dan dibentuk dalam
cetakan pada tekanan tinggi. Daya serap air pada keramik yang rendah dengan nilai E ≤ 3
% merupakan salah satu indikator mutu ubin keramik yang baik. Hal tersebut sama
dengan produksi dengan metode ekstrusi (Badan Standarisasi Nasional, 2010).

b. Syarat mutu

Persyaratan dimensi dan mutu permukaan, sifat fisika dan sifat kimia harus memenuhi
persyaratan pada Tabel B.1 (Badan Standarisasi Nasional, 2010) :

Tabel B.1 - Syarat mutu untuk ubin keramik pres-kering dengan penyerapan air
rendah
Keterangan : ISO 10545-2:1995, Ceramic tiles – Part 2: Determination of dimension and
surface quality diadopsi menjadi SNI ISO 10545-2:2010, Ubin keramik −
Bagian 2 : Penentuan dimensi dan mutu permukaan.

Tabel B.1 - (lanjutan)


Keterangan :
ISO 10545-2:1995, Ceramic tiles – Part 2: Determination of dimension and surface
quality
ISO 10545-3:1995, Ceramic tiles – Part 3: Determination of water absorption, apparent
porosity, apparent relative density and bulk density.
ISO 10545-4:1994, Ceramic tiles – Part 4: Determination of modulus of rupture and
breaking strength.
ISO 10545-6:1995, Ceramic tiles – Part 6: Determination of resistance to deep abrasion
for unglazed tiles.
ISO 10545-7:1996, Ceramic tiles –Part 7: Determination of resistance to surface abrasion
for glazed.
ISO 10545-8:1994, Ceramic tiles – Part 8: Determination of linear thermal expansion.
ISO 10545-9:1994, Ceramic tiles – Part 9: Determination of resistance to thermal shock.
ISO 10545-10:1995, Ceramic tiles – Part 10: Determination of moisture expansion.
ISO 10545-11:1994, Ceramic tiles – Part 11: Determination of crazing resistance for
glazed tiles.
ISO 10545-12:1995, Ceramic tiles – Part 12: Determination of frost resistance.

Selain metode bersdasarkan SNI tersebut, untuk menjaga kualitas produksi keramik
dapat digunakan metode lain yang dinanamakan dengan metode sigma (σ). Sigma (σ)
merupakan abjad Yunani kuno yang menotasikan standar deviasi sebagai ukuran variasi
atau jumlah persebaran rata-rata proses. Tingkat kualitas sigma biasanya digunakan untuk
menggambarkan variasi dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat sigma maka semakin
kecil toleransi yang diberikan pada kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses, oleh
karena itu semakin rendah variasi yang dihasilkan berarti berkurangnya frekuensi
munculnya defect atau biaya-biaya proses, waktu siklus proses mengalami penurunan dan
kepuasan customer meningkat (Sari dan Sulaiman, 2017).
Metode sigma yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian dapat didefinisikan sebagai
konsep six sigma. Six Sigma lebih dari sekedar konsep peningkatan kualitas dan juga
merupakan cara pendekatan baru terhadap proses berfikir, merencanakan, dan memimpin
untuk menghasilkan hasil yang baik Six Sigma jika diterapkan dalam bidang manufaktur
terdapat enam aspek yang harus diperhatikan yaitu : (1) identifikasi karakteristik produk
yang akan memuaskan pelanggan; (b) mengklasifikasikan semua karakteristik kualitas
sebagai CTQ (critical to quality) individual; (c) menentukan apakah setiap CTQ tersebut
dapat dikendalikan material, mesin, proses kerja dan lain-lain; (d) menentukan batas
maksimal toleransi untuk setiap CTQ yang sesuai dengan keinginan pelanggan; (e)
menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ; (f) mengubah desain produk dan
atau proses sedemikian rupa agar mampu mencapai nilai target Six Sigma yang berarti
memiliki indeks kemampuan proses (Sari dan Sulaiman, 2017).

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahan yang digunakan untuk pembuatan keramik yaitu bahan plastis berupa tanah
liat,Silica Sand,Bahan pelebur (Fondant),bahan penghilang lemak dan Bahan Tahan
Panas
2. Proses pembuatan keramik yaitu pemilihan bahan baku, pembutiran,pencampuran
,Pembentukan (Pencetakan),Pengeringan,Penimbangan (massa kering),Pembakaran,
Pendinginan/penahanan,Penimbangan massa setelah dibakar, dan Pengujian
3. Sifat-sifat keramik itu terdiri dari sifat kimia, mekanik,fisik,elektrik dan magnetic.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 2010. Standar Nasional Indonesia ISO 13006 : Ubin keramik
Definisi, klasifikasi,karakteristik dan penandaan. Jakarta : BSN
Badan Standarisasi Nasional, 2016. Peraturan Kepala Badan Standardisasi Nasional
Nomor 8 tahun 2016 Tentang Skema SertifikasiUbin Keramik. Jakarta : BSN
Darwis, D., Trisno, E. P. D. and Iqbal (2018) ‘Analisis Sifat-Sifat Fisik Keramik Dengan Bahan
Dasar Tulang Sapi Dan Lempung Asal Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru The effect of
variatitation mixing cow bone ash on clay against the physical properties of ceramics’, Journal
of Science and Technology, 7(2), pp. 259–267.
Garinas, W. (2016) ‘Proses Pembuatan Dan Pengujian Benda Uji Keramik Untuk Bahan Baku
Isolator Listrik Keramik Porselen (Manufacturing and Testing Process of Ceramic Specimens for
Raw Materials of Electrical Isolator Porcelain Ceramic)’, Majalah Ilmiah Pengkajian Industri,
10(3), pp. 173–180. doi: 10.29122/mipi.v10i3.487.
Ilyas, M. A. (2016) ‘Studi Pembuatan Keramik Berpori dari Lumpur Lapindo dengan Tanin
sebagai Cetakan Pori’, Jurnal Sangkareang Mataram, 2(2), pp. 41–48.
Respati, S. M. B. (2010) ‘Bahan Biomaterial Stainless Steel Dan Keramik’, Momentum, 6(1), pp.
5–8. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=134128&val=5635&title=BAHAN
BIOMATERIAL STAINLESS STEEL DAN KERAMIK.
Sari, R. A. and Sulaiman, F. (2017) ‘ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS PRODUK
KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI CV . GUNUNG MAS
MEDAN PENDAHULUAN Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan
untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam dunia industri . Adapun beberapa definisi
kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk , pelayanan , orang , proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan ( Goetch dan Davis , 2005 .
Sedangkan Scherkenbac ( 2001 ) menyatakan kualitas ditentukan pelanggan , pelanggan
menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat
harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut . Beberapa standar Internasional terkait
kualitas antara lain ISO 9001 : 2000 yaitu standar internasional yang diberikan untuk Quality
Management System ( QMS ) organisasi yang bertujuan menyediakan serangkaian ketentuan ,
yang jika diimplementasikan dengan efektif yang memberikan keyakinan bahwa supplier secara
konsisten menyediakan barang dan jasa yang memenuhi kubutuhan dan harapan yang sesuai
dengan aturan yang ada ( http://www.iso.org/iso/iso9000-14000/index.html) . Sedangkan ISO
10002 : 2004 produk-produk dalam organisasi termasuk perencanaan , pendesainan , aktivitas
operasional , pemeliharaan dan peningkatan . Proses penanganan keluhan yang digambarkan
sesuai untuk digunakan sebagai salah satu proses dari seluruh sistem manajemen kualitas Sigma
( σ ) merupakan abjad Yunani kuno yang menotasikan standar dev iasi sebagai ukuran variasi
atau jumlah persebaran rata-rata proses . Tingkat kualitas sigma biasanya digunakan untuk
menggambarkan variasi dari suatu proses . Semakin tinggi tingkat sigma maka semakin kecil
toleransi yang diberikan pada kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses , oleh karena itu
semakin rendah variasi yang dihasilkan berarti berkurangnya frekuensi munculnya defect atau
biaya-biaya proses , waktu siklus proses mengalami penurunan dan kepuasan customer
meningkat ( Gaspersz , 2002 ). Six Sigma berbeda dengan TQM dan program kualitas lainnya
karena : 1 . Six Sigma berfokus pada konsumen-konsumen terutama eksternal konsumen , selalu
diperhatikan sebagai patokan arah peningkatan kualitas . 2 . Six Sigma menghasilkan return of
investment yang besar , sebagai contoh program six sigma ditetapkan pada GE . 3 . Six Sigma
merubah cara manajemen beroperasi . Six Sigma lebih dari sekedar proyek peningkatan kualitas
dan juga merupakan cara pendekatan baru…’, 04, pp. 70–78.
Siagian, H. and Hutabalian, M. (2012) ‘Studi pembuatan keramik berpori berbasis clay dan
kaolin alam dengan aditif abu sekam padi’, Jurnal Saintika, 12(1), pp. 14–23.
Tjitro, S., Anggono, J. and Perdana, D. (2008) ‘Peranan Tepung Jagung Dan Tepung Tapioka
Dalam Pembuatan Keramik Alumina Berpori Dengan Proses Slip Casting’, in Seminar Nasional
Mesin dan Industri (SNMI4) 2008, pp. 67–72.

Anda mungkin juga menyukai