Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya membutuhkan tiga komponen penting dalam keberlangsungan


hidupnya. Yakni pangan,sandang,dan papan. Papan memegang peranan penting sebagai tempat
berteduh manusia,tempat berlindung dari serangan binatang buas,dan tempat berkumpul keluarga.
Dalam perkembangannya papan diidentikkan dengan sebuah rumah atau hunian. Dan semakin
maju teknologi,semakin berkembang pula jenis papan ini. Saat ini untuk membangun papan atau
hunian terdapat dua bahan baku yang tidak dapat dipisahkan yakni,semen dan keramik. Dalam
perkembangan manusia, khususnya dalam bidang papan sering kali kita mendengar bahwa nenek
moyang kita mampu membuat bangunan yang hanya berasal dari batu yang direkatkan. Sebagai
contoh adalah candi Borobudur,candi prambanan,dan tembok raksasa cina yang konon hanya
direkatkan oleh ketan. Hal ini menunjukkan adanya bahan perekat dalam bangunan. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pada abad ke 18 seorang insinyur berrnama John
Smeaton menggunakan campuran tanah liat dan batu kapur saat membangun menara suar
Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris, campuran digunakannya hampir sama dengan bahan
penyusun semen saat ini.
Selain itu,untuk membangun bangunan dibutuhkan keramik sebagai bahan baku untuk lantai.
Awal mulanya keramik muncul dan berkembang di Negara Korea (dahulu Korea Selatan dan
Korea Utara menyatu).Sejak awal Dinasti Goryeo (935-1392),banyak mempergunakan keramik
hijau. Namun saat Dinasti Joeseon berkuasa justru banyak digunakan keramik putih akibat
pengaruh konfusianisme. Pada tahun 1590-an,Jepang menginvasi Korea yang menyebabkan
rusaknya ekonomi dan tatanan masayrakat Korea. Juga menghancurkan perkembangan keramik
putih. Saat ini kata “keramik” tidak hanya identik dengan pajangan maupun bahan baku
lantai,namun berarti juga gerabah,genteng,porselen,dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan Makalah

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:


1. Mengetahui definisi semen dan keramik.

1
2. Mengetahui berbagai jenis semen dan keramik.
3. Mengetahui cara pembuatan semen dan keramik dalam industri.
4. Mengetahui cara pengolahan limbah semen dan keramik dari industri.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian semen dan keramik?


2. Bagaiman klasifikasi semen dan keramik?
3. Apa karakteristik dari setiap jenis semen dan keramik?
4. Bagaiman proses pembuatan semen dan keramik dalam industri?
5. Bagaimana cara menanggulangi limbah dari industri semen dan keramik?

1.4 Manfaat

Diharapkan dengan adanya makalah ini,pembaca dapat mengambil pengetahuan mengenai


semen dan keramik dan menjadikan makalah ini sebagai referensi untuk pengembangan usaha
atau industri yang bergerak di bidang semen dan keramik.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KERAMIK

2.1.1 Definisi keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang artinya suatu bentuk dari
tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Istilah keramik mencakup material sintetik yang komponen pentingnya berupa material
nonlogam anorganik. Definisi yang luas ini meliputi semen, beton, dan kaca disamping produk

2
lempung yang dibakar lebih tradisional seperti batu bata, genteng, tembikar dan porselin.
(Oxtoby.2003:284)

Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng,
porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi
pengertian keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk
padat. (Yusuf, 1998:2)

Umumnya senyawa keramik lebih stabil dalam lingkungan termal dan kimia dibandingkan
elemennya. Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa, kaolin,
dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia dan mineral
bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada lingkungan geologi dimana bahan
diperoleh. Secara umum strukturnya sangat rumit dengan sedikit elektron-elektron bebas.
Kurangnya beberapa elektron bebas keramik membuat sebagian besar bahan keramik secara
kelistrikan bukan merupakan konduktor dan juga menjadi konduktor panas yang jelek. Di
samping itu keramik mempunyai sifat rapuh, keras, dan kaku. Secara umum keramik mempunyai
kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya.

2.1.2 Sejarah keramik

Pembuatan tembikar merupakan salah satu industri yang paling tua dalam sejarah manusia.
Bangkitnya peradaban dari keadaan primitif ditandai dengan di temukannya serpihan-serpihan
tembikar.Tak seorang pun mengetahui kapan tembikar pertama kali di bentuk oleh tangan
manusia dari lempung basah dan dibiarkan mengeras di panas matahari. Tembikar ini digunakan
sebagai wadah menyimpan kacang-kacangan dan biji-bijian, tetapi ketika dituangkan air ke
dalamnya tembikar ini kehilangan bentuknya dan luluh menjadi lumpur tak berbentuk. Kemudian
seseorang menemukan bahwa lempung yang dimasukkan ke dalam api yang membara
mempunyai sifat tahan air dan menjadi sekeras batu. Museum-museum banyak yang menyimpan

3
berbagai tembikar yang dikembangkan secara terpisah oleh berbagai suku bangsa dan merupakan
bukti kebudayaan masing-masing suku tersebut. Barang cetakan yang dibuat 24.000 tahun lalu di
Republik Ceko adalah benda keramik bakar pertama yang ditemukan sejauh ini. Dengan
pembakaran lempung, dimulailah seni dan ilmu keramik.

2.1.3 Klasifikasi keramik

Pada prinsipnya keramik terbagi atas dua kategori yaitu :

 Keramik tradisional
Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan alam, seperti
kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang pecah belah (dinnerware),
keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk industri (refractory).

 Keramik halus

Fine ceramics (keramik modern atau biasa disebut keramik teknik, advanced ceramic,
engineering ceramic, techical ceramic) adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan
oksida-oksida logam atau logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll).
Penggunaannya: elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang medis.
(Joelianingsih, 2004)

Keramik Berbahan Dasar Lempung

1. Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis dan mudah
dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C. Keramik jenis ini struktur dan teksturnya
sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya kedap air, gerabah kasar harus dilapisi
glasir, semen atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah
apabila dibandingkan dengan keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, paso, pot,
anglo, kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik jenis gerabah. Genteng telah banyak
dibuat berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah kekuatannya.
2. Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur dengan bahan
tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200°-1300°C). Keramik jenis ini

4
mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh, kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis
termasuk kualitas golongan menengah.
3. Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat dari bahan
lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika. Oleh karena badan porselin
jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada
umumnya, porselin dipijar sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi
lagi hingga mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya
mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti gelas. Oleh
karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi porselin terjadi penggelasan
atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini mempunyai kualitas tinggi dan bagus,
disamping mempunyai daya tarik tersendiri karena keindahan dan kelembutan khas porselin.
Juga bahannya sangat peka dan cemerlang terhadap warna-warna glasir.
4. Keramik Baru (New Ceramic), adalah keramik yang secara teknis, diproses untuk keperluan
teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi, komputer, cerobong pesawat,
kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis, keramik multi fungsi, komposit keramik,
silikon, bioceramic, dan keramik magnit. Sifat khas dari Bahan Galian Industri material
keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis seperti tahan benturan,
tahan gesek, tahan panas, tahan karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan
komponen teknis lainnya Badan keramik adalah bagian utama dalam pembuatan keramik dan
bahan utamanya biasa disebut dengan bahan mentah keramik. Contoh bahan mentah keramik
alam seperti kaolin, lempung, felspar, kuarsa, pyrophillit dan sebagainya. Sedangkan bahan
keramik buatan seperti mullit, SiC, Borida, Nitrida, H3BO3 dan sebagainya.

2.1.4 Sifat Keramik

Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis keramik adalah britle atau
rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional seperti barang pecah belah, gelas,
kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring yang terbuat dari keramik bandingkan
dengan piring dari logam, pasti keramik mudah pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis
keramik tertentu, terutama jenis keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik
dengan logam. sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang
terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 0C, keramik engineering seperti

5
keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 0C dan kekuatan tekan tinggi, sifat ini
merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian tentang keramik terus berkembang.

2.2 SEMEN

2.2.1 Definisi semen

Semen berasal dari kata Caementum yang berarti bahan perekat yang mampu mempesatukan atau
mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan yang kokoh atau suatu produk yang
mempunyai fungsi sebagai bahan perekat antara dua atau lebih bahan sehingga menjadi suatu
bagian yang kompak atau dalam pengertian yang luas adalah material plastis yang memberikan
sifat rekat antara batuan-batuan konstruksi bangunan.

2.2.2 Sejarah semen

Sejarah penggunaan semen sebenarnya telah dimulai berabad-abad yang lalu,


terbukti dengan banyaknya bangunan atau peninggalan sejarah yang menggunakan semen
yang masih berdiri sampai sekarang, misalnya Piramida dan Sphinx di mesir, Colloseum
dan jaringan – jaringan Aquaduct (pengairan) di romawi, serta penggunaan tanah liat
untuk bangunan oleh orang-orang Assyria dan Babilonia di Timur Tengah.

Meskipun penggunaan mineral semen telah dilakukan berabad-abad lamanya,hanya sedikit yang
diketahui tentang susunan kimiawinya. Baru pada akhir abad 17setelah Revolusi Industri yang
bermula dari daratan Eropa, banyak peneliti dan ilmuwan berusaha mengembangkan proses
pembuatan semen dengan metode yang lebih baik.

Daripeneliti-peneliti tersebut, tercatat antara lain John Smeaton (Inggris,1956) yangditugaskan


untuk membangun sebuah mercu suar di Selat Inggris, menemukan suatucampuran kapur dan
tanah liat yang akan mengeras dibakar ( Hydroulic Lime ) ; Big Bryan (Inggris,1780) ; james
Parker (1797) yang meneliti Roman Cement yang berasal dari batu kapur dan batu silica LJ Vicat
(Perancis,1824), serta David O. Saylor (Amerika Serikat,1850 ). Joseph Aspdin memperoleh hak
paten dengan penemuannya mengenai sejenis semen yang didapatkan dari kalsinasi campuran

6
batu kapur dengan tanah liat dan menggiling hasilnya menjadi bubuk halus yang kemudian
dikenal dengan nama “ Portland Cement ”.Dua puluh tahun setelah hak paten dari Joseph Aspdin,
barulah semen mulai diproduksi dengan kualitas yang dapat diandalkan (Tahun 1850, 4 buah
pabrik semen tanur tegak berdiri di Inggris). Selain itu tercatat nama seorang ilmuwan I.C
Johnson yang berjasa meletakkan dasar-dasar proses kimia pada pembuatan semen.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Industri Keramik.

Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), dan
genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan nasional
melalui penyediaan kebutuhan domestik, perolehan devisa dan penyerapan tenaga kerja. Dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti lempung, feldspar dan pasir silika yang tersebar
di berbagai daerah, industri keramik terus tumbuh baik dalam kapasitas maupun tipe dan desain
produk yang semakin berdaya saing tinggi. Kondisi ini dapat terlihat pertumbuhan rata – rata
sekitar 6% dan perolehan devisa yang mencapai US$ 220 juta pada tahun 2008 ataau meningkat

7
dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar US$ 212 juta serta penyerapan tenaga kerja lebih dari
200.000 orang.

Saat ini kapasitas kapasitas industri keramik tile mencapai 327 juta m 2, keramik saniter 4,6 juta
pcs dan keramik tableware 268 juta pcs, sehingga untuk keramik telah menempatkan Indonesia
sebagai produsen keramik terbesar dunia setelah China, Italy, Spanyol, Turki dan Brazil.

Industri keramik meliputi industri bahan baku, industri bahan penolong dan industri bahan
setengah jadi serta produk keramik seperti tile, saniter dan tableware dan alat laboratorium
meliputi KBLI 26201 s/d 26209 atau HS 6901 s/d 6914.

Adapun karakteristik industri keramik meliputi :

 Padat energi
 Padat karya
 Penggunaan bahan baku tambang yang tidak dapat diperbaharui.

3.1.1 Bahan Baku Pembuatan Keramik

a. Clay
Clay atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan
aluminium yang halus. Unsur-unsur silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang
paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan
silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air.
Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung
digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang
membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida
aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu
lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis
tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.

8
Clay yang digunakan dalam pembuatan porslen granit diantaranya berasal dari Thailand
dan China. Clay yang berasal dari Thailand mengandung sodium fosfat, sedangkan clay
yang berasal dari China mengandung potassium fosfat.

Clay China Clay Thailand

b. Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan
besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai
komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral
penyerta.

Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan
proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam,
yaitu endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin
adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit (Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai
kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk endapan tersendiri. Sifat-sifat
mineral kaolin antara lain, yaitu : kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis,
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.

9
Kaolin Gumpal

Kaolin yang biasa digunakan adalah dalam bentuk gumpalan. Dalam pembuatan
porceilen, biasanya unsur yang dibutuhkan adalah alumina,yang dimaksudkan untuk
kekuatan granit.

c. Silika

Silika atau dikenal dengan silikon dioksida (SiO 2) merupakan senyawa yang banyak
ditemui dalam bahan galian yang disebut pasir kuarsa, terdiri atas kristal-kristal silika
(SiO2) dan mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan
yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan feldsfar. Pasir kuarsa mempunyai
komposisi gabungan dari SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O, berwarna
putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya. Silika biasa
diperoleh melalui proses penambangan yang dimulai dari menambang pasir kuarsa
sebagai bahan baku.

Silika

Pasir kuarsa tersebut kemudian dilakukan proses pencucian untuk membuang pengotor
yang kemudian dipisahkan dan dikeringkan kembali sehingga diperoleh pasir dengan
kadar silika yang lebih besar bergantung dengan keadaan kuarsa dari tempat
penambangan. Pasir inilah yang kemudian dikenal dengan pasir silika atau silika dengan
kadar tertentu.

Untuk pembuatan porcelein dibutuhkan silika dengan ukuran nanosilika, nanosilika bisa
diperoleh dengan metode-metode tertentu yang sekarang telah banyak diteliti diantaranya

10
adalah sol-gel process, gas phase process, chemical precipitation, emulsion techniques,
dan plasma spraying & foging proses (Polimerisasi silika terlarut menjadi organo silika).

d. Felspar
Felspar merupakan mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka
struktur tektosilikat yang menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral
SiO2 yang dipakai juga oleh struktur tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi
kristal seimbang terutama bila ada kation lain yang masuk ke dalam struktur tersebut
seperti penggantian silikon oleh aluminium.

Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi
dibagi menjadi empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium
feldspar (NaAlSi3O8), kalsium felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (BaAl2Si2O8)
sedangkan secara mineralogi felspar dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar.

Plagioklas merupakan seri yang menerus suatu larutan padat tersusun dari variasi
komposisi natrium felspar dan kalsium felspar. Plagioklas felspar hampir selalu
memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar (lamellar twinning) bila sayatan tipis
mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang progresif sejalan dengan
berubahnya komposisi mineralogi sehingga memudahkan dalam identifikasi mineral-
mineral felspar yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas
banyak ditemukan dalam batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas
terdapat pada batuan intermediate seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit
biasanya sebagai komponen batuan basa (gabro) dan anortosit.

Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu


ristalisasinya, mulai dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-laria (suhu
rendah). Keempat mineral mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8 dan (terutama)
ditemukan pada batuan beku asam seperti granit dan sienit, selain itu ditemukan pula pada
batuan metamorfosis dan hasil re-work pada batuan sedimen.

11
Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun demikian untuk
keperluan komersial dibutuhkan felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) > 10%.
Selain itu, material pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang
berasosiasi dengan felspar diusahakan sesedikit mungkin. Felspar dari alam setelah diolah
dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan feldspar olahan untuk keperluan industri
tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai
spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca atau gelas merupakan dua
industri yang paling banyak mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki
kandungan K2O tinggi dan CaO rendah.

3.1.2 Tahapan Proses Produksi

1. Raw material
Raw material adalah pemilihan bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi
porselen.diantaranya Clay BJ2, Clay Thailand, Kaolin, Lika. Dalam tahap ini dilakukan
penimbangan bahan terlebih dahulu sebelum diolah dalam Ballmil.

Gambar bahan baku (Kaolin Gumpal) Gambar Bahan Baku (Clay)

12
Gambar Bahan Baku (Lika)

2. Milling
Milling adalah proses penghalusan atau memperkecil dari bahan baku yang besar - besar
menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus sehingga dapat digunakan dalam industri. Proses
Milling ini mencampurkan bahan – bahan baku dan ditambah air lalu diolah selama 10 jam.
Seluruh bahan ditimbang dan dimasukkan ke ball mill dengan media air selama 7,5 jam atau
16 jam tergantung pada jenis media penggiling (kwarsa atau alubid). Lumpur hasil proses
penggilingan disaring dan disimpan dalam tangki penyimpan bawah tanah.

Gambar Mesin Ball Mill Gambar Tanki Penyimpanan Hasil Milling

3. Spray drying
Spray drying adalah proses pengeringan bahan baku setelah proses pemisahan partikel –
partikel besar. Sebelum proses spray drying dilakukan, bahan baku yang telah selesai di
milling dipisahkan dengan cara tradisional dan modern. Cara tradisional yaitu dengan cara
galvani/volta sedangkan cara modern dengan cara elektromagnetik.

13
Bahan lumpur disemprotkan dan dikeringkan dalam spray drying membentuk bubuk halus
yang kemudian disimpan dalam silo tegak lurus. Spray drying ini menggunakan minyak
tanah untuk mencapai suhu 560 OC, dan kandungan air dalam bubuk sekitar 6 – 6,5%.

Gambar Mesin Spray Drying

4. Pressing
Pressing adalah campuran bubuk dipompa secara batch dari silo ke cetakan logam dan
dipress dengan tekanan hidrolik membentuk ubin mentah/ green tile.
Dalam proses pressing ini, bahan baku dapat dibentuk dengan diberi tekanan 20 – 30 bar.

5. Firing
Firing adalah proses pembakaran agar dihasilkan porselen yang lebih kuat. Proses
pembakaran ini menggunakan suhu sebesar 1226-1228 oC dan dipanaskan kurang lebih
selama 60 menit. Penggunaan suhu dalam proses ini pertama suhu dinaikkan kemudian
diturunkan.

14
6. Polishing and Squaring
Polishing and squaring merupakan cara untuk mendapatkan permukaan halus dan mengkilap
dengan cara menggosok atau melalui proses kimia. Pada proses ini porselen diharapkan
mempunyai permukaan yang halus dan mengilap.

Nano Application

Nano Teknologi adalah sebuah teknologi terbaru untuk pembuatan porselen yang berfungsi untuk
menutup pori – pori perselen sehingga membuat porselen tersebut lebih datar, halus, serta anti
noda.

Nano Teknologi

15
Kedataran porselen sebelum di NANO Kedataran porselen sesudah di NANO

7. Quality Control
Quality control merupakan suatu aktifitas untuk menjaga standarisasi kualitas suatu produk
atau material mulai dari proses persiapan, penyimpanan, produksi, sampai ke tahap
pemakaian oleh konsumen. Proses-proses dalam quality control adalah:

1. Proses physical propertys test yaitu terdiri dari proses pengetesen dimension
(size,weight/berat), planarity (cembung-cekung, curvature/perataan), nano test.
2. Proses penyortiran yaitu menyortir atau memilah tile untuk mengidentifikasi dan menyortir
visual tile dari defect/cacat produk.
3. Proses pengecekan shading/nuansa warna
4. Proses pengepakan/packaging
5. Proses final inspection/pengecekan produk akhir

Proses ini dilakukan perpallet dengan menggunakan sistem random sampling dengan
mengacu pada metode sampling internasional yaitu ANSI/ASQC ( American National
Standard Institute/American Society for Quality Standard) yang diadopsi dari military
standard (MILSTD), oleh karena itu disebut juga sebagai MILSTD atau AQL (Acceptanc
Quality Level).

16
8. Warehousing
Warehousing berfungsi menyimpan barang untuk produksi atau hasil produksi dalam jumlah
dan rentang waktu tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju berdasarkan
permintaan. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan warehouse adalah akurasi pergerakan
barang dan menghitung rentang waktu barang disimpan. Dibutuhkan kontrol aktivitas
pergerakan barang dan dokumen untuk meningkatkan efisiensi penggunaan warehouse agar
jumlah dan rentang waktu barang disimpan dalam nilai minimum atau sesuai perencanaan.

Dalam proses warehousing ini membutuhkan warehouse management system. Warehouse


Management System yang didukung teknologi informasi untuk membantu pengawasan
pergerakan barang masuk, pergerakan dalam warehouse dan barang keluar. Pengawasan
dengan menggunakan sistem, memberikan kemudahan pengelolaan dan nilai tambah
warehouse, yaitu:

1. Memudahkan pengelola warehouse memberikan informasi ketersediaan suatu barang


kepada bagian perencanaan produksi atau pengiriman agar ketersediaan barang tetap pada
tingkat yang aman
2. Penempatan barang yang ditentukan oleh sistem sehingga memudahkan penyimpanan,
pengambilan dan perhitungan stok
3. Mengurangi lead time dari aktivitas penyimpanan barang dan pengiriman barang
4. Ketersediaan beragam informasi mengenai level barang dan utilitas warehouse
memudahkan analisa untuk menyusun strategi penggunaan warehouse yang lebih efisien.

9. Loading

17
Loading adalah proses pengepakan dan pemindahan porselen – porselen yang akan
dipasarkan. Porselen – porselen tersebut diangkut ke dalam truk dan kemudian di sebarkan
ke daerah – daerah pemasaran yang telah ditentukan.

3.1.3 Pengolahan Limbah


Tentunya dari produksi keramik ini ada limbah yang dihasilkan. Bak limbah cair maupun
limbah padatan

3.2 Industri semen


3.2.1 Klasifikasi Semen

a. Semen portland

Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis
semen hidrolik yang terpenting. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan,
plesteran,bahan penambal, adukan encer (grout) dan sebagainya. Semen portland dipergunakan
dalam semua jenis beton struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagainya,
yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Selanjutnya semen portland itu digunakan
dalam segala macam adukan seperti fondasi ,tembok penahan, perkerasan jalan dan sebagainya.
Apabila semen portland dicampur dengan pasir atau kapur, dihasilkan adukan yang dipakai untuk
pasangan bata atau sebagai bahan plesteran untuk permukaan tembok sebelah luar maupun
sebelah dalam.

Jika semen portland dicampurkan dengan agregat kasar (batu pecah atau kerikil) dan agregat
halus (pasir) kemudian tambahkan air, maka terdapatlah beton. Semen portland didefinisikan
sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih
bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya.
Perbandingan-perbandingan bahan utama dari semen portland adalah sebagai berikut:

18
b. Semen masonry

Semen hidrolis, yang digunakan terutama dalam pekerjaan menembok dan memplester
konstruksi, yang terdiri dari campuran dari semen portland atau campuran semen hidrolis
dengan bahan yang bersifat menambah keplastisan (seperti batu kapur, kapur yang terhidrasi
atau kapur hidrolis) bersamaan dengan bahan lain yang digunakan untuk meningkatkan satu
atau lebih sifat seperti waktu pengikatan (setting time), kemampuan kerja (workability), daya
simpan air (water retention), dan ketahanan (durability)

1. Semen masonry jenis N


Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga adukan
pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu adukan pasangan jenis N, atau bila
ditambahkan semen portland atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan adukan
pasangan yang memenuhi syarat mutu jenis S atau M

2. Semen masonry jenis S


Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan , sehingga adukan
pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis S atau bila ditambahkan semen
portland atau semen hidrolis, campuran dapat menghasilkan adukan pasangan yang
memenuhi syarat mutu jenis M.

3. Semen masonry jenis M


Semen masonry yang digunakan untuk pembuatan adukan pasangan, sehingga adukan
pasangan yang dihasilkan memenuhi syarat mutu jenis M.

4. Semen portland campur


Suatu bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama dari terak semen portland dan
gips dengan satu atau lebih bahan organik yang bersifat tidak bereaksi (inert).

19
5. Pasir standar Ottawa
Pasir silika yang terdiri dari hampir seluruhnya kuarsa murni yang dibulatkan secara alami
dan digunakan untuk penyiapan mortar pada pengujian semen hidrolis

6. Pasir gradasi
Pasir standar Ottawa yang digradasi dengan menggunakan antara ayakan 0,600 mm (No.30)
dan ayakan 0,150 mm (No.100)

7. Pasir standar gradasi Ottawa 20 – 30


Pasir standar yang sebagian besar lolos ayak 0,850 mm (No.20) dan tertahan pada ayakan
0,600 mm (No.30)

3.2.2 Pemilihan semen

Petunjuk dan pemilihan semen masonry dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Petunjuk pemilihan semen masonry

no Lokasi Jenis bangunan Jenis mortar

Disarankan Pilihan

1. Bangunan tidak - Dinding penahan S M


terlindungi cuaca beban
N M atau S
- Bangunan atas - Dinding tidak
N S
menahan
2.
beban

- Dinding sandaran

- Bangunan bawah
S M atau N
Pondasi, penguat
lubang,selokan,trotoar,

20
teras M

Bangunan Dinding penahan beban


terlindungi cuaca
Partisi menahan beban S M

Partisi tidak menahan S S atau M

beban N

3.2.3 Karakterisasi Material Semen


Sifat-Sifat Semen Portland:
a. Hiderasi Semen
Hiderasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air. Untuk
mengetahui hiderasi semen, maka harus mengenal hiderasi dari senyawa-senyawa yang
terkandung dalam semen ( C2S, C3S, C3A, C4AF)
b. Hiderasi Kalsium Silikat ( C2S, C3S)
Kalsium Silikat di dalam air akan terhidrolisa menjadi kalsium hidroksidsa Ca(OH) 2 dan
kalsium silikat hidrat (3CaO.2SiO2.3H2O) pada suhu 30oC
2 (3CaO.2SiO2) + 6H2O 3CaO.2SiO2.3H2O + 3 Ca(OH)2
2 (3CaO.2SiO2) + 4H2O 3CaO.2SiO2.2H2O + Ca(OH)2
Kalsium Silikat hidrat (CSH) adalah silikat di dalam kristal yang tidak sempurna, bentuknya
padatan berongga yang sering disebut Tobermorite Gel.
Adanya kalsium hidroksida akan membuat pasta semen bersifat basa (pH= 12,5) hal ini dapat
menyebabkan pasta semen sensitive terhadap asam kuat tetapi dapat mencegah baja
mengalami korosi.

c. Hiderasi C3A
Hiderasi C3A dengan air yang berlebih pada suhu 30oC akan menghasilkan kalsium alumina
hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang mana kristalnya berbentuk kubus di dalam semen karena
adanya gypsum maka hasil hiderasi C3A sedikit berbeda. Mula-mula C3A akan bereaksi
dengan gypsum menghasilkan sulfo aluminate yang kristalnya berbentuk jarum dan biasa
disebut ettringite namun pada akhirnya gypsum bereaksi semua, baru terbentuk kalsium
alumina hidrat (CAH).
Hiderasi C3A tanpa gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3+ 6H2O 3CaO. Al2O3. 6H2O

21
Hiderasi C3A dengan gypsum (30oC):
3CaO. Al2O3 + 3 CaSO4+ 32H2O 3CaO.Al2O3 + 3 CaSO4 + 32H2O
Penambahan gypsum pada semen dimaksudkan untuk menunda pengikatan, hal ini
disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan-permukaan Kristal C3A.
d. Hiderasi C4AF (30 H2O oC)
4CaO. Al2O3. Fe2O3+ 2Ca(OH)2+10H2O 4CaO.Al2O3.6H2O
+ 3CaO.Fe2O3.6H2O
e. Setting dan Hardening
Setting dan Hardening adalah pengikatan dan penerasan semen setelah terjadi reaksi hiderasi.
Semen apabila dicampur dengan air akan menghasilkan pasta yang plastis dan dapat dibentuk
(workable) sampai beberapa waktu karakteristik dari pasta tidak berubah dan periode ini
sering disebut Dorman Period (period tidur).
Pada tahapan berikutnya pasta mulai menjadi kaku walaupun masih ada yang lemah, namun
suhu tidak dapat dibentuk (unworkable). Kondisi ini disebut Initial Set, sedangkan waktu
mulai dibentuk (ditambah air) sampai kondisi Initial Set disebut Initial Setting Time (waktu
pengikatan awal). Tahapan berikutnya pasta melanjutkan kekuatannya sehingga didapat
padatan yang utuh dan biasa disebut Hardened Cement Pasta. Kondisi ini disebut final Set
sedangkan waktu yang diperlukan untuk mencapai kondisi ini disebut Final Setting Time
(waktu pengikatan akhir). Proses penerasan berjalan terus berjalan seiring dengan waktu akan
diperoleh kekuatan proses ini dikenal dengan nama Hardening.
Waktu pengikatan awal dan akhir dalam semen dalam prakteknya sangat penting, sebab
waktu pengikatan awal akan menentukan panjangnya waktu dimana campuran semen masih
bersifat plastik. Waktu pengikatan awal minimum 45 menit sedangkan waktu akhir
maksimum 8 jam.
Reaksi pengerasan
C2S + 5H2O C2S. 5H2O
C3S + 5H2O C2S6. 5H2O + 13 Ca(OH)2
C3A+ 3Cs+ 32H2O C3A. 3Cs+.32H2O
C4AF + 7H2O C3A.6 H2O+ CF. H2O
MgO+ H2O Mg(OH)2
f. Panas Hiderasi
Panas hiderasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami proses hiderasi.
Jumlah panas hiderasi yang terajdi tergantung, tipe semen, kehalusan semen, dan
perbandingan antara air dengan semen.
Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas hiderasi yang besar kemungkinan terajadi retak-
retak pada beton, hal ini disebabkan oleh fosfor yang timbul sukar dihilangkan sehingga
terjadi pemuaian pada proses pendinginan.
g. Penyusutan

22
Ada tiga macam penyusutan yang terjadi di dalam semen, diantaranya:
Drying Shringkage ( penyusutan karean pengeringan)
Hideration Shringkage (penyuautan karena hiderasi)
Carbonation Shringkage (penyuautan karena karbonasi)
Yang paling berpengaruh pada permukaan beton adalah Drying Shringkage, penyusutan ini
terjadi karena penguapan selama proses setting dan hardening. Bila besaran kelembabannya
dapat dijaga, maka keretakan beton dapat dihindari. Penyusutan ini dipengaruhi juga kadar
C3A yang terlalu tinggi.
h. Kelembaban
Kelembaban timbul karena semen menyerap uap air dan CO 2 dalam jumlah yang cukup
banyak sehigga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal kualitasnya akan menurun
karena bertambahnya Loss On Ignition (LOI) dan menurunnya spesifik gravity sehingga
kekuatan semen menurun, waktu pengikatan dan pengerasan semakin lama, dan terjadinya
false set.
Loss On Ignation (Hilang Fajar)
Loss On Ignation dipersyaratkan untuk mencegah adanya mineral-mneral yang terurai pada
saat pemijaran, dimana proses ini menimbulkan kerusakan pada batu setelah beberapa tahun
kemudian.
i. Spesifik Gravity
Spesifik Gravity dari semen merupakan informasi yang sangat penting dalam perancangan
beton. Didalam pengontrolan kualitas Spesifik gravity digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh kesempurnaan pembakaran klinker, dan juga menetahui apakah klinker tercampur dengan
impuritis.
j. False Set
Proses yang terjadi bila adonan mengeras dalam waktu singkat. False Set dapat dihindari
dengan melindungi semen dari pengaruh udara luar, sehingga alkali karbonat tidak terbentuk
didalam semen.
3.2.4 Pembuatan Semen
Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:
a. Penggalian/Quarrying
Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen:
Pertama adalah material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur
(calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.
Kedua adalah material yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat
(argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau
diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
b. Penghancuran
Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali.

23
c. Pencampuran Awal
Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi
tumpukan bahan.
d. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku
Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke
penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang
diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.
e. Pembakaran dan Pendinginan Klinker
Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata dimasukan ke pre-heater, yang merupakan
alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas
antara campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi
parsial terjadi pada pre heater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah
menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400°C, bahan
berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker,
kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu
klinker hingga mencapai 100 °C.
f. Penghalusan Akhir
Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan
yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini,
ditambahkan gipsum ke klinker dan dimasukan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker
dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen
jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan
kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

24
3.2.5 Dampak dari Industri Semen
a. Eksplorasi yang terus menerus dan berlebihan, pasti akan mengganggu keseimbangan
lingkungan. Misalnya, berkurangnya ketersediaan air tanah.
b. Seiring dengan proses produksi semen, dihasilkan pula gas karbon dioksida (CO 2) dalam
jumlah yang banyak sehingga sangat mempengaruhi kondisi atmosfer dan mempercepat
terjadinya pemanasan global. Misalnya: Meningkatnya suhu udara perkotaan. Menurut
International Energy Authority: World Energy Outlook, produksi semen 25Portland
menyumbang tujuh persen dari keseluruhan karbon dioksida yang dihasilkan berbagai
sumber.
c. Produksi semen juga menimbulkan dampak tersebarnya abu ke udara bebas sehingga
mengakibatkan penyakit gangguan pernafasan. Studi kesehatan lingkungan menyebutkan,
bahwa debu semen merupakan debu yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
d. Penurunan kualitas dari segi kesuburan tanah akibat penambangan tanah liat
e. Kualitas air bertambah buruk akibat limbah cair dari pabrik dalam bentuk minyak dan sisa air
dari kegiatan penambangan, yang menimbulkan lahan kritis yang mudah terkena erosi, yang

25
akan mengakibatkan pendangkalan dasar sungai, yang pada akhirnya akan menimbulkan
masalah banjir pada musim hujan
f. Kuantitas air atau debit air menjadi berkurang karena hilangnya vegetasi pada suatu lahan
akan mengakibatkan penyerapan air hujan oleh tanah di tempat itu menjadi berkurang,
sehingga persediaan air tanah menjadi menipis, akibatnya persediaan ait tanah menjadi
semakin sedikit. Akibat lanjutan adalah sungai menjadi kering pada musim kemarau dan
sebaliknya sungai akan banjir (debit air menjadi sangat tinggi) karena tanah tidak mampu lagi
menyerap air yang mengalir terlalu cepat
g. Kebisingan yang terdiri dari tiga jenis sumber bunyi :
 Mesin-mesin yang digunakan dalam pabrik,
 Alat-alat besar seperti traktor yang dipakai pada waktu pengambilan bahan baku,
 Dentuman dinamit yang digunakan pada waktu pengambilan kapur
h. Berkurangnya keanekaragaman flora, berubahnya pola vegetasi dan jenis endemik,
berubahnya pembentukkan klorofil dan proses fotosintesa
i. Berkurangnya keanekaragaman fauna (burung, hewan tanah dan hewan langka). Berubahnya
habitat air dan habitat tanah tempat hidup hewan-hewan tersebut

3.2.6 Penanggulangan
a. Menerapkan pola produksi blended cement yang bisa menurunkan separuh emisi CO2
b. Mengganti sebagian bahan-bahan dalam pembuatan semen dengan bahan yang lebih ramah
lingkungan.

26

Anda mungkin juga menyukai