Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR

JUDUL PERCOBAAN : VICAT TEST

NAMA PRAKTIKAN : ENI TRISNIA


NIM/GRUP : 2012210008/2
TANGGAL PRAKTIKUM : 31 MEI 2023
ASISTEN : NISA’ SALMA SHOBIRO

LABORATORIUM KIMIA-FISIKA DASAR


UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................. ii


Daftar Gambar ................................................................................................... iii
Daftar Tabel .........................................................................................................iv
Bab I Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan Praktikum ..................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 2
2.1 Semen........................................................................................................ 2
2.2.1 Pengertian Semen .................................................................................. 2
2.2.2 Bahan Baku Semen ................................................................................ 3
2.2.3 Proses Pembuatan Semen ...................................................................... 3
2.2. Tipe Tipe Semen dan Pengaplikasiannya ................................................ 4
2.3 Sifat Fisika dan Kimia Semen .................................................................. 5
2.4 Pengertian Setting Time............................................................................ 6
2.5 Pengertian Initial Time dan Final Time .................................................... 6
2.5.1 Alat Vicat ............................................................................................... 7
Bab III Metodologi Penelitian ........................................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan ......................................................................................... 9
3.2 Langkah Kerja........................................................................................... 9
Bab IV Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 10
4.1 Tabel Pengamatan dan Perlakuan ........................................................... 10
4.2 Hasil Analisa ........................................................................................... 14
4.3 Pembahasan…………………………………………………..................14
Bab V Penutup................................................................................................... 16
5.1 Kesimpulan.....................................................................................................16
Daftar Pustaka…………………………………………………………………17
Lampiran……………………………………………………………………….18
Skema Kerja……………………………………………………………………..18
Skema Alat………………………………………………………………………19
Literatur.................................................................................................................21

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Alat Vicat dan Bagiannya ........................................................ 8


Gambar 4.1 Massa Ditimbang .................................................................................. 10
Gambar 4.2 Semen Ditimbang .................................................................................. 10
Gambar 4.3 Aquades Di Ukur ................................................................................... 10
Gambar 4.4 Bahan Di Campur.................................................................................. 11
Gambar 4.5 Bahan Di Bentuk ................................................................................... 11
Gambar 4.6 Bahan Di Cetak ..................................................................................... 11
Gambar 4.7 Semen Di Penetrasi ............................................................................... 12
Gambar 4.8 Semen Di Ukur ...................................................................................... 12
Gambar 4.9 Semen Di Penetrasi ............................................................................... 12
Gambar 4.10 Semen Di Ukur .................................................................................... 13
Gambar 4.11 Semen Di Ukur Final Time ................................................................. 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perlakuan dan Pengamatan Pada Semen .................................................13


Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Initial Time Pada Semen ........................................14
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Final Time Pada Semen .............................................14

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi semen telah dikenal sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti
sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya adalah hasil percampuran batu kapur
dan abu vulkanis. Pertama kali titemukan pada zaman kerajaan romawi,tepatnya di
Pozzuoli, dekat teluk Napoli, italia. bubuk ini beri nama Pozzuolana.Setelah runtuhnya
kerajaan romawi, pada abad 18 john Smea on menemukan kembali bubuk yang sangat
berkhasiat ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu kapur dan
tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, inggris
Semen adalah komoditas yang penting bagi indonesia untuk mengimplementasikan
program program pembangunan nasional. kegagalan dalam menjamin ketersediann
supply semen akan menyebabkan terganggunya pelaksanaan program program
pembangunan dan rehabilitasi infrasstruktue nasional. dal ini dapat mengganggu program
peningkatan kesejahteraan masyarakat karena perkembangan ekonomi indonesia yang
terus meningkat setiap tahun sangat berpengaruh pada percepatan infrastruktur sarana dan
prasarana tiap wilayah di indonesia. Adanya percepatan infrasstruktur tiap tiap wilayah
maupun daerah tertinggal menyebabkan semakin tingginya kebutuhan dan permintaan
semen nasional dalam jumlah banyak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka :
1. Bagaimana perkiraan waktu pengerasan berhubungan dengan daya ikat campuran
semen?
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan praktikum vicat test adalah untuk mengetahui waktu yang di
perlukan oleh semen agar menghasilkan campuran yang dapat mengikat dengan baik

1
BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku batu kapur/ gamping
sebagai bahan utama dan lempung/ tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk/ bulk, tanpa memandang proses pembuatannya,
yang mengeras atau membantu pada pencampuran dengan air. Semen juga diartikan
sebagai bahan perekat yang berbentuk halus jika ditambahkan air akan terjadi reaksi
hidrasi dan dapat mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan massa yang kokoh.
Semen dijadikan bahan dasar utama konstruksi bangunan dan komoditi yang strategis.
Semakin berkembangnya pembangunan membuat industri semen selain mengeluarkan
produk semen yang menghasilkan beton mutu tinggi dan ramah lingkungan tanpa
mengurangi mutu beton yang dihasilkan, yang sering digunakan sekarang ini adalah
semen PCC (Portland Cement Composite) (Siti,2018).
Semen adalah komoditas yang penting bagi Indonesia. Sebagai negaraberkembang
yang terus melakukan pembangunan infrastuktur. Pembangunan infrastruktur akan terus
dikerjakan guna meningkatkan perekonomian negara. Sementara itu persaingan antar
perusahaan semen di Indonesia semakin ketat. Banyaknya persaingan antar perusahaan
akan menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaannya agar tetap
mampu bertahan dalam menghadapi persaingan pasar. Suatu perusahaan harus memiliki
strategi tersendiri guna memenangkan persaingan pasar (Siti,2018).

2.1.1 Pengertian Semen


Semen berasal dari kata caementum (bahasa latin) yang artinya memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan. Sedangkan dalam pengertiannya semen adalah zat
yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako maupun bahan bangunan lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia semen adalah serbuk atau tepung yang terbuat
dari kapur dan material lainnya yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata
ataupun membuat tembok. Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan bahan
tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Semen dalam pengertian umum
adalah bahan yang mempunyai sifat adhesive dan cohesive, digunakan sebagai bahan
pengikat (bonding material), yang dipakai bersama-sama dengan batu kerikil dan pasir
(Wahid, 2018)
Semen dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu: Semen non hidraulis adalah semen
yang tidak dapat mengeras dalam air atau tidak stabil dalam air. Contoh semen non
hidraulis (hydraulic binder) adalah lime dimana lime ini merupakan perekat klasik dalam
bangunan yang dibuat dengan memanaskan limestone pada suhu 850oC. CaCO3 dari

2
limestone akan melepaskan CO2 dan menghasilakn burn lime atau quick lime
(CaO).CaCO3 + H2O Ca(OH)2 + CO2Produk ini bereaksi cepat dengan air menghasilkan
Ca(OH)2 dalam butiran yang halus dan Ca(OH)2 ini tidak dapat mengeras dalam air tetapi
dapat mengeras bila bereaksi dengan CO2 dari udara membentuk CaCO3 kembali.
Kemudian ada semen hidraulis adalah semen yang dapat mengeras dalam air
menghasilkan padatan yang stabil dalam air. Oleh karena mempunyai sifat hidraulis,
maka semen tersebut bersifat dapat mengeras bila dicampur air, tidak larut dalam
air,dapat mengeras walau didalam air (Wahid, 2018)

2.1.2 Bahan Baku Semen


Bahan umum yang digunakan untuk membuat semen di antaranya adalah batu
kapur, cangkang, dan kapur atau napal yang dikombinasikan dengan serpih, tanah liat,
batu tulis, terak tanur sembur, pasir silika, dan bijih besi. Bahan-bahan ini, bila
dipanaskan pada suhu tinggi membentuk zat seperti batu yang digiling menjadi bubuk
halus yang biasa kita anggap sebagai semen. Bahan baku terpenting yang digunakan
dalam proses pembuatan semen adalah batu gamping yang terdapat pada batuan sedimen
menurut cement manufacterus association.Batuan kapur diubah oleh metamorfisme
dinamis menjadi kelereng. Varietas batu gamping lainnya adalah napal, cangkang kapur,
batugamping alga, batu gamping koral, batu gamping pisolite, batu gamping crinoidal,
travertine, onyx, batu gamping hidrolik, batu gamping litografik, dll (Wahid,2018).
Bahan baku semen penting lainnya adalah batubara yang berperan sebagai sumber
energi dalam proses pembuatan semen. Untuk tujuan ini, batubara mentah juga
dihancurkan dan ditimbun dalam timbunan longitudinal dan diambil secara diagonal oleh
reclaimer sebelum selanjutnya penggilingan batubara halus. Batubara digunakan untuk
memanaskan bahan mentah pada 1450 derajat celsius untuk berubah menjadi klinker.
Kadar batu bara yang dipasok dalam industri pembuatan semen bergantung pada kadar
batu kapur yang digunakan dalam proses pembuatan semen. jika batu gamping yang
digunakan dalam proses pembuatan semen berkadar tinggi maka yang digunakan adalah
batu bara kadar rendah dan sebaliknya (Wahdi, 2018)

2.1.3 Proses Pembuatan Semen


Proses pembuatan semen dapat dibedakan menjadi 2 yaitu proses semen basah dan
proses semen kering. Pada proses basah semua bahan baku yang ada dicampur dengan
air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar
minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM. Pada proses kering digunakan teknik penggilingan dan
blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap
pengelolaan yaitu : Proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan
roller meal, Proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen, Proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan

3
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen), Proses pendinginan terak,
Proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill. Dari
proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan suhu
mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur
trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium,
alkali, fosfor, dan kapur bebas (Wahid, 2018).
Tukang batu Joseph Aspdin dari Leeds, Inggris pertama kali membuat semen
portland pada awal abad ke-19 dengan membakar bubuk batu kapur dan tanah liat di
kompor dapurnya. Dengan metode kasar ini, dia meletakkan fondasi untuk industri yang
setiap tahun memproses pegunungan kapur, tanah liat, batuan semen, dan bahan lainnya
menjadi bubuk yang sangat halus sehingga dapat melewati saringan yang mampu
menahan air. Bahan baku utama diekstrak dari pertambangan dengan peledakan atau
dengan penghancuran menggunakan mesin berat. Kemudian bahan baku diangkut dari
pertambangan menggunakan truk/alat-alat berat. Bahan baku yang berasal dari
pertambangan umumnya masih dalam bentuk batuan besar, oleh karena itu dibutuhkan
proses penghancuran bahan baku ke ukuran yang lebih kecil. Bahan baku kemudian
disimpan dalam penyimpanan (Wahid, 2018).

2.2 Tipe Tipe Semen


Perubahan komposisi kimia semen yang dilakukan dengan cara mengubah presentase
empat komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen dengan tujuan
pemakainnya Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland di Indonesia dalam
dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a. Tipe I
Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling klinker yang
kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan
berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang
terdapat pada tipe ini adalah 49% (C3S), 25% (C2S), 12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8%
(MgO), 2,9% (SO3). Semen Portland tipe I dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung,
jembatan, dan lain-lain jenis konstruksi yang tidak ada kemungkinan mendapat serangan
sulfat dari tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
b. Tipe II
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi
sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6% (C3A), 11% (C4AF), 2,9% (MgO),
2,5% (SO3). Semen Portland tipe II dipergunakan untuk bangunan tepi laut, bendungan,
dan irigasi, atau beton masa yang membutuhkan panas hidrasi rendah.
c. Tipe III
Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi pada fase
permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya sangat tinggidan butirannya sangat

4
halus. Semen Potland tipe III dipergunakan untuk bangunan yang memerlukan kekuatan
tekan yang tinggi (sangat kuat) seperti, jembatan-jembatan dan pondasi-pondasi berat.
d. Tipe IV
Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah, sehingga
kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland tipe IV dipergunakan untuk kebutuhan
pengecoran yang tidak menimbulkan panas, pengecoran dengan penyemprotan (setting
time lama).
e. Tipe V
Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah: 43% (C3S), 36%
(C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,9% (MgO), 1,8% (SO3). Semen Portland tipe V
dipergunakan untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan,
terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir (Siti,2018).

2.3 Sifat Fisika dan Kimia Semen


Sifat fisika dapat di jelaskan melalui kehalusan butir, waktu pengikatan, kekuatan
tekan, panas hidrasi, soundness, konsistensi, dan ketahanan terhadap sulfat. Kehalusan
semen dapat dinyatakan sebagai luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini
diperoleh dengan metode permeabilitas udara (Blaine). Semen semakin tinggi Blaine,
semakin tinggi kehalusan. Kemudian terdapat waktu pengikatan campuran semen dengan
air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan dapat dibentuk (workable).
Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal dengan periode tidak aktif
(dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku
hingga mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan
ini disebut initial setting time (waktu pengikatan awal). Kemudian ada kekuatan
tekananKuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen,
terutama oleh kalsium silikat. Kemudian panas hidrasi dari komponen semen bersifat
eksotermis, sehingga pada saat proses hidrasi berlangsung, akan melepakeskan sejumlah
panas. Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang mengeras untuk
mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan berakhir. Konsistensi di
definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir. ketahanan terhadap sulfat
Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah ketahanan
terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap ketahanan
terhadap sulfat adalah C3A (Wahid, 2018).
Sifat Kimia Semen meliputi empat unsur yang paling penting dalam semen yaitu,
Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO3 Berpengaruh besar terhadap pengerasan awal
semen terutama sebelum mencapai 15 hari. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
berpengaruh besar terhadap pengerasan semen setelah mencapai umur sekitar 14 -28 hari.
Unsur C2S ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan

5
juga mengurangi besar susutan pengeringan. Trikalsium Aluminat (C3A) atau
3CaO.Al2O3 berpengaruh besar terhadap pengerasan semen sesudah 24 jam.
Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3 kurang begitu besar
pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton (Wahid, 2018).

2.4 Pengertian Setting Time


Waktu ikat (setting time) merupakan seberapa lamanya waktu yang dibutuhkan semen
dari saat mulai bereaksi dengan air menjadi pasta semen sampai dengan pasta semen
cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu ikat (setting time) sendiri dibagi menjadi dua
bagian yakni initial setting time dan final setting time. Initial setting atau waktu ikat awal
suatu proses dimana pengikatan atau proses hidrasi sudah terjadi dan bahan hidrasi sudah
mulai muncul, serta workability beton sudah hilang. Sedangkan pada final setting time
atau waktu ikat akhir adalah kondisi dimana terjadi pasta semen sampai beton sudah
mengeras sempurna ataupun massa mengeras (Mulyono, 2003).
Pengertian umum dari Setting Time menurut Neville (1981) adalah perubahan dari
keadaan fluid (cair) ke keadaan rigid (kaku) dan selama setting tersebut akan terbentuk
suatu kekuatan. Pada pelaksanaan, awal setting bisa ditandai dengan adanya
gejalakekakuan pada pasta semen. Setting time ada 2 macam, yaitu :Initial setting time
(waktu pengikatan awal), yaitu waktu mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan
tertentu dimana adonan sudah mulai tidak workable. Final setting time (waktu pengikatan
akhir), adalah waktu mulai adonan terjadi sampai kekuatan penuh. Ada beberapa hal yang
dapat mempengaruhi setting time, yaitu ,Kandungan C3A semaakin besar kandungan
C3A cenderung akan menghasilkan settingtime yang makin pendek. Kandungan gipsum
(CaSO4.2H2O)semakin besar kandungan gipsum dalam semen akan menghasilkan
setting time yang makin panjang. 3. Kehalusan semenakin halus partikel semen, akan
memperpendek setting time (Winda, 2019).
.
2.5 Pengertian Initial Time dan Final Time
Waktu initial setting juga dianggap sebagai waktu berakhirnya suatu tahap compacting
dan juga dimulainya tahap finishing permukaan beton yang dilakukan, serta kesempatan
pelaksanaan pekerjaan finishing ini akan berakhir ketika waktu tercapainya final setting,
yang merupakan dimana dimulainya suatu pelaksanaan curing / pemeliharaan beton itu
sendiri . Waktu ikatan awal yang cukup lama diperlukan untuk pekerjaan betonyaitu waktu
transportasi, penuangan, pemadatan, dan perataan permukaan .Proses ikatan ini disertai
dengan perubahan temperatur, temperatur naikdengan cepat dari ikatan awal dan mencapai
puncaknya pada waktu ikatanakhir berakhir. Waktu ikatan yang pendek kenaikan
temperatur dapat mencapai 30˚C. Dalam praktek lama waktu ikatan ini dipengaruhi oleh
jumlah air campuran yang digunakan serta suhu udara disekitarnya (Winda, 2019).
Waktu ikat atau setting time adalah waktu yang diperlukan oleh semen untuk mengalami
pengerasan sejak semen bercampur dengan air menjadi pasta. Reaksi yang terjadi ketika

6
semen bercampur dengan air adalah reaksi hidrasi. Waktu pengerasan akhir semen adalah
waktu yang dibutuhkan oleh pasta semen untuk mencapai keadaan pengerasan sempurna
dan pengembangan kekuatan. Ini juga diukur dengan menggunakan peralatan Vicat, dan
persyaratan standarnya adalah waktu pengerasan akhir tidak boleh lebih dari 10 jam untuk
semen Portland biasa. Waktu pengerasan akhir adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasta
semen untuk mengeras dan mencapai kekuatan puncaknya.Ini penting untuk memastikan
bahwa beton mencapai kekuatan dan daya tahan penuhnya, dan dapat menahan beban
eksternal dan faktor lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Jika waktu pengerasan
akhir terlalu pendek, beton mungkin tidak mencapai kekuatan penuhnya, sementara jika
terlalu lama, pengikatan mungkin tertunda, menyebabkan waktu konstruksi yang lama dan
biaya yang meningkat (Winda, 2019).

2.6 Alat Vicat


Alat vicat biasanya di gunakan untuk melakukan pengujian nilai konsistensi.vicat
adalah alat penetrasi yang digunakan dalam pengujian semen hidrolik dan bahan serupa
untuk menentukan konsistensi normal atau standarnya. Ini juga digunakan untuk
menentukan waktu pengerasan awal dan waktu pengerasan akhir. Peralatan Vicat untuk uji
konsistensi pasta semen terdiri dari bingkai yang memiliki batang yang dapat digerakkan
dengan tutup di satu ujung dan di ujung lainnya salah satu dari lampiran berikut, yang dapat
dipertukarkan jarum untuk menentukan waktu setting awal, Jarum untuk menentukan
waktu setting akhir (Sefrilita, 2020).
Plunger untuk menentukan konsistensi standar Dua jarum lainnya dibuat jatuh bebas
ke dalam cetakan Vicat yang diisi dengan pasta semen dan jumlah penetrasi jarum
pendorong berdiameter 10 mm dapat dicatat menggunakan kelulusan vertikal dari 0 mm
hingga 50 mm.Peralatan Vicat untuk uji konsistensi pasta semen terdiri dari bingkai yang
memiliki batang yang dapat digerakkan dengan tutup di satu ujung dan di ujung lainnya
salah satu, Peralatan Vicat umumnya digunakan untuk menentukan jumlah air yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pasta semen dengan konsistensi normal atau standar. Ini
juga digunakan dalam pengujian waktu pengikatan awal semen atau beton dan waktu
pengikatan akhir semen atau beton (Sefrilita, 2020).

7
Gambar 2.1 Alat Vicat dan Bagian Bagiannya

(Ajeng, 2021)

Bagian-bagian alat vicat beserta penjelasannya


1. Jarum
Jarum untuk Waktu Pengaturan Awal: Jarum memiliki luas penampang 1mm². Ujung
jarumnya rata. Jarum untuk Waktu Penyetelan Akhir: Jarum berbentuk lingkaran dan
memiliki luas penampang 1mm². Jarum dilengkapi dengan lampiran logam. Ujung jarum
menonjol di luar tepi tajam sambungan logam berlubang.
2. Plunger untuk Konsistensi Standar
Plunger terbuat dari kuningan yang dipoles dengan proyeksi di ujung atas untuk
dimasukkan ke dalam batang yang dapat digerakkan. Ujung bawahnya rata.
3. Batang Bergerak
Batang bergerak membawa indikator yang bergerak di atas skala bertahap yang terpasang
pada rangka
4. Skala Lulusan
Skala lulus panjangnya 40 mm dan s terpendek adalah 1 mm.
5. Cetakan Vicat
Cetakan tunggal: Cetakan Vicat adalah busa dari frustum kerucut yang memiliki diameter
dalam 60 ± 0,5 mm di bagian atas, 70 ± 0,5 mm di bagian bawah dan tinggi 40 ± 0,5 mm.
Cetakan Vicat tipe split: Cetakan Vicat tipe split digunakan sebagai alternatif dari cetakan
tunggal. Cetakan ini terdiri dari cincin belah yang memiliki diameter dalam 80 ± 0,1 mm
dan tinggi 40 ± 0,5 mm. Tersedia pelat dasar yang tidak berpori. Cetakan split dilengkapi
dengan cincin penjepit yang sesuai.

8
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Berikut ini adalah alat dan bahan yang di butuhkan dalam praktikum vicat test.
3.1.1 Alat
1. Baskom 1 buah
2. Neraca Analitik 1 buah
3. Sendok 1 buah
4. Gelas Ukur 100 mL 1 buah
5. Alat Vicat 1 buah

3.1.2 Bahan
1. Semen Portland 300 gram
2. Aquades 86 Ml

3.1.3 Cara Kerja


Berikut ini merupakan langkah kerja yang harus dilakukan saat pratikum setting
time:
1. Suhu ruang penguji
A. Menjaga suhu ruangan,bahan bahan dan air.
B. Mencampur bahan pada temperature 20-27,5˚C, dan kelembapan ruangan
tidak kurang dari 50%
2. Penyiapan Pasta Semen
A. Melakukan penyiapan alat dan bahan yang di perlukan
B. Mencampurkan semen dengan aquades dan aduk hingga menjadi pasta
dengan konsistensi normal untuk di lanjutkan pengujian dan pengikatan
3. Penentuan waktu ikat
A. Meletakkan benda uji dalam ruangan lembab (moist cabinet) selama 30
menitsetelah percetakan
B. Melakukan penetrasi dengan jarum diameter 1mm dengan jarak minimal
9,5mmdari tepi cetakan dan jarak titik penetrasi minimal 6,4 mm
C. Melakukan penetrasi pada 15 menit berikutnya hingga mencapai 25 mm
dengan cara :
a. Merununkan jarum D tepat pada permukaan pasta semen
b. Mengencangkan sekrup E secara cepat dan biarkan jarum turun
menembuspasta selama 30 detik
c. Baca dan catat skala petunjuk untuk menentukan waktu ikat awal
dan waktuikat akhir.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
4.1.1 Semen
Berikut ini merupakan table perlakuan dan pengamatan hasil dari praktikum vicat
test yang telah di lakukan :
Perlakuan Pengamatan

Menimbang massa baskom. Massa baskom di timbang menggunakan


neraca.

Gambar 4.1 Massa ditimbang

Menimbang semen Portland sebanyak Semen Portland di timbang 300 gram.


300 ml Dan di letakkkan ke dalam baskom.

Gambar 4.2 Semen ditimbang

Mengukur aquades sebanyak 86 ml. Aquades di ukur dengan gelas ukur


sebanyak 86 ml.

Gambar 4.3 Aquades diukur

10
Mencampurkan Semen dan aquades dan Semen dan Aquades di campurkan hingga
di campur hingga menjadi pasta. menjadi pasta.

Gambar 4.4 Bahan dicampur

Mencetak pasta semen dan membentuk Pasta semen yang sudah di cetak bulat di
bulat semen kemudian di lempar lempar lemparkan sebanyak 8 kali.
lemparkan dengan menggunakan tangan
sebanyak 8 kali.

Gambar 4.5 Bahan dibentuk

Mencetak pasta semen yang sudah di Pasta semen yang sudah jadi kemudian di
lempar lemparkan dengan menggunakan cetak dengan cincin cetakan.
cicin cetakan.

Gambar 4.6 Bahan dicetak

Mendiamkan pasta semen yang sudah di Semen yang sudah di cetak pada cincin
cetak selama 30 menit di dalam suhu cetakan di diamkan dalam suhu ruang
ruang. selama 30 menit.

11
Gambar 4.7 Semen di penetrasi

Melakukan penetrasi setelah ditunggu Menggunakan alat vicat dengan jarum


30 menit. initial time dan mengukur kedalaman
pasta semen yang sudah mengeras dalam
suhu ruang, dan di amati.

Gambar 4.8 Semen diukur

Mendiamkan pasta semen/ melakukan Pasta semen di diamkan/ di penetrasi


penetrasi dengan waktu 15 menit selama 15 menit sebanyak 3 kali.
sebanyak 3 kali.

Gambar 4.9 Semen di penetrasi

12
Melakukan pngukuran kedalaman semen Alat vicat di gunakan untuk mengukur
yang sudah mengeras dalam waktu 15 kedalaman semen sebanyak 3 kali dalam
menit sebanyak 3 kali. waktu semen mengeras 15 menit.
Menggunakan jarum initial time.

Gambar 4.10 Semen diukur

Melakukan penetrasi semen yang telah Mengukur kedalaman semen yang telah
mengeras. benar benar mengeras menggunakan alat
vicat test dan jarum final time.

Gambar 4.11 Semen diukur final time

4.2 Hasil Pengamatan


Di dpatkan hasil pada praktikum vicat test sebagai berikut :
4.2.1 Hasil Pengamatan Initial Time
Berikut hasil data yang di dapatkan pada saat pengujian initial time :

Tabel 4.2.1 Hasil Pengamatan Initial Time Pada Semen


No Waktu Kedalaman
1 30 menit 49 mm
2 15 menit 44 mm
3 15 menit 32 mm

13
4 15 menit 26 mm
5 15 menit 25 mm

Dan dipatkan grafik sebagai berikut :


Grafik 4.2.1 Hasil Pengamatan Kedalaman Semen
Kedalaman Jarum (cm)

4.2.3 Hasil Pengamatan Final Time


Berikut hasil data pada praktikum final time :
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Final Time Pada Semen
No Waktu Berbekas /
Tidak
1 30 menit Berbekas
2 15 menit Berbekas
3 15 menit Berbekas
4 15 menit Berbekas
5 15 menit Tidak
Bebrbekas

4.3 Pembahasan
Pada komponen semen terdapat pasir silikat. Pasir silikat ini di gunakan pengganti
semen yang mempunyai kandungan silikadioksida mencapai 90%. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kekuatannya di bandingkan dengan pasir biasa. Silikat akan
mengeras jika di tambahkan dengan air dan akan mengikat semen. Seetlah mengeras
dapat di gunakan bahan bangunan. Praktikum vicat test di lakukan untuk mengetahui

14
berapa lama waktu yang dibutuhkan semen guna menghasilkan campuran yang dapat
mengikat dengan baik.
Pada saat praktikum vicat test di dapatkan data bahwa kedalaman jarum initial time
pada pasta semen yang di diamkan pada suhu ruang selama 30 menit adalah 49 mm. dan
setelah di lakukan pada suhu ruang di dapatkan data pada 15 menit pertama yang di
tepatkan pada suhu luar tepatnya di bawah matahari di dapatkan data kedalam jarum intial
time adalah 44 mm. pada 15 menit kedua di dapatkan data 32 mm, pada data ke tida di
dapatakan data 26 mm. Pada jarum final time didapatkan kedalaman pada 30 menit
pertama adalah 25 mm dan tidak berbekas.
Praktikum vicat test semen yang telah di diamkan harus segera di uji agar bisa
memiliki keakuratan dalam pengujian. alat vicat digunakan untuk menguji daya dukung
semen. kapasitas pengikatan semen sangat efektif untuk sukses dalam mortar atau
campuran Beton, karena campuran jadi harus diproses secepat mungkin tidak cepat
kering. Itulah mengapa tes ini penting Tentukan waktu yang dibutuhkan semen dari
proses pencampuran mengeras. Dalam praktikum vicat test ini, terlebih dahulu siapkan
alat dan bahan yang di perlukan seperti baskom, neraca analitik, sendok, gelas ukur,
semen portland,aquades dan terakhir alat vicat. Selanjutnya timbang bak kosong dan
tambahkan 300 gram semen. Selanjutnya, tuangkan air aquades hingga sekitar 86 mL
kedalam gelas ukur kemudian di campurkan ke dalam semen dan aquades ke dalam
baskom, lalu aduk hingga rata sampai tercampur seperti adonan. Setelah semen dan
aquades tercampur kemudian bentuk bulat adonan semen dan lempar lemapr dengan
kedua tangan sebanyak 8 kali. Setelah itu, semen di oleskan secara merata dengan solet
yang sudah di sediakan. Tunggu 30 menit, lalu penetrasi dengan alat vicat yang di
lengkapi dengan jarum pengatur waktu awal atau jarum initial time. Kemudian lakukan
hal serupa dengan masing masing 15 menit dengan jumlah 3 kali. Setelah itu ukur
kedalaman dengan alat ukur vicat test dan jarum initial time. Setelah itu taruh hinngan
mengeras selama 30 menit dan ukur kembali dengan vicat test dan jarum final time.

15
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum vicat test atau setting time di dapatkan dua hasil, yaitu pada waktu
initial time semen masih belum terikat dengan sempurna di buktikan dengan penggunaan
alat vicat yang meninggalkan bekas pada semen. yang kedua adalah pada saat final time,
semen sudah terikat dengan sempurna yang di buktikan dengan penggunaan alat vicat
yang tidak berbekas pada semen. Pengujian di lakukan dengan meggunakan alat vicat
dan jarum intial time serta final time. Pengujian ini jelas memiliki data perbedaan pada
30 menit pertama dengan suhu ruang pasta semen memiliki kedalaman 49 mm, 15 menit
pertma dalam suhu luar di dapatkan kedalaman 44 mm. pada 15 menit ke dua 32 mm,
pada 15 menit ketiga 26 mm. untuk jarum final time.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akinyemi, B. (2019). Response Of Coir Fibre Reinforced Cement Composites To Water


Repellet Chemical Additive And Microwave Acclerated Curing . Nigeria: Olabisi
Onobanjo University Researcgate.net.com.

Fatimah, S. (2018). Produksi Semen. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Prasetyadi, W. P. (2018). Pengaruh Penambahan Pozzoland Pada OridnarryPortland


Cement Terhadap Kualitas Pozzolan Portland Cement. Purwokerto:
Repository.UMP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Winda, A. (2019). Waktu Pengikatan Semen. Palembang: Repository. Binadarma,


Universitas Bina Darma.

Sefrilita Risqi Adikaning Rani, N. I. (2020). Pengaruh Penambahan CaCO3 sebagai


Filler pada Semen OPC terhadap Performa Setting Time dan Kuat Tekan.
Makassar: Journal.Uin.Alauddin.ac.id.

17
SKEMA KERJA

Berikut skema kerja yang di butuhkan dalam praktikum vicat test.

Semen

Disiapkan alat dan bahan.

Ditimbang massa baskom kosong.

Dituangkan semen portland sebanyak 300gr


kedalam baskom.

Diukur aquades kedalam gelas ukur


sebanyak 83ml.

Dituangkan aquades kebaskom yang berisi semen dan diaduk


hingga merata.

Dicetak pasta semen kedalam cetakan cincin


dan diratakan.

Ditunggu selama 30 menit.

Diletakkan cincin di alat vicat yang dipasang


jarum initial time.
Dildi lakuanakukan penetrasi pada 15menit berikutnya,ulang
beberapa kali.

Dilakukan penetrasi ketika sudah mengeras


menggunakanjarum final time.

SKEMA ALAT
Hasil

18
SKEMA ALAT

Berikut alat alat yang di butuhkan dalam praktikum vicat test kali ini.

No. Skema Percobaaan Keterangan


1. Menyiapkan baskom

2. Menyiapkan neraca analitik

3. Menyiapkan sendok

4. Menyiapkan gelas ukur 100 ml

19
5. Menyiapkan alat vicat

6. Menyiapkan jarum initial time danjarum


final time

20
LITERATUR

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai