LAPORAN AKHIR
PENELITIAN PENGEMBANGAN LABORATORIUM (PPL)
SUMBER DANA DIPA POLBAN
Oleh:
Dr.-Ing Luthfi Muhammad Mauludin, SST., M.SAHC
Dr. Atmy Verani Rouli Sihombing, ST., MT
Retno Utami, SST., MT
Nursyafril, ST., SP1
SEPTEMBER, 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
RINGKASAN ................................................................................................................................. 4
DAFTAR TABEL........................................................................................................................... 6
3.3. Pengamatan Struktur Miselium Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) .................... 16
2
4.3. Pertumbuhan Miselium Putaran 2 .................................................................................. 24
3
RINGKASAN
Paving block adalah salah satu produk konstruksi yang biasa digunakan untuk perkerasan jalan,
halaman rumah, trotoar dan lainnya. Pada umumnya bahan pembuat paving block menggunakan
susunan bahan sama seperti beton yaitu semen, agregat (pasir) dan air. Namun keberadaan bahan
pembentuk paving block hingga saat ini semakin berkurang, karena diambil dari sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui dan berkelanjutan (sustainable). Mycelium composite adalah material
komposit (bata, panel, dll) yang terbuat dari jamur atau dikenal dengan mycelium. Keunggulan
dari Mycellium composite selain sustainable adalah (1) Proses produksinya menggunakan sedikit
energi (2) Insulasi baik (3) Tahan api (4) Ringan (5) Allergen-free (6) Meredam suara dengan baik
(7) dapat mengikuti bentuk rancangan (8) Dapat diatur terang-gelapnya (9) Memiliki motif yang
selalu berbeda (10) Dapat diatur kekerasan hingga kelenturannya. Secara arsitek, penggunaan
mycelium dapat dikombinasikan untuk menciptakan motif struktural yang sangat unik dan
meremajakan bangunan perumahan, industrial, dan ruang publik. Namun di Indonesia penggunaan
mycelium composite belum diteliti lebih dalam, terutama dalam bidang teknik sipil. Pada
penelitian ini akan dilakukan penelitian terkait penggunaan mycelium composite sebagai paving
block untuk perkerasan jalan/trotoar untuk lingkungan permukiman yang memiliki lalu lintas
rendah. Mycelium composite yang akan diproduksi terbuat dari jamur dengan media tanam : 1)
limbah kayu, 2) limbah kopi, dan 3) sekam padi. Parameter uji yang akan dilakukan adalah 1) sifat
tampak dan ukuran, 2) kuat tekan, 3) penyerapan dan 4) ketahanan aus berdasarkan SNI 03-0691-
1996 menggunakan peralatan uji yang ada di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil POLBAN.
Tingkat kesiapan teknologi (TKT) dari penelitian ini berada pada skala TKT 4 yaitu tahapan
validasi teknologi dilakukan pada suatu lingkungan yang relevan dengan kode TKT 1003927382.
4
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan laporan akhir penelitian ini, cukup banyak tantangan dan hambatan yang
dihadapi, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak dan atas izin-Nya, hambatan-hambatan
tersebut akhirnya bisa teratasi.
Laporan akhir penelitian ini masih banyak yang perlu disempurnakan baik dari tata tulis
laporannya maupun dari materinya. Saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat
diharapkan untuk penyempurnaan laporan akhir penelitian ini.
Semoga laporan akhir penelitian ini dapat memberikan wawasan dan manfaat kepada semuanya.
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bahan Pembentuk Bata Mycelium (A. Sekam Padi, B. Serbuk Kaca, C. Jamur
trameter versicolor) ....................................................................................................................... 11
Gambar 2. 2 Bata hasil dari jamur, sekam padi dan serbuk kaca ................................................. 11
Gambar 2. 3 Panel Komposit Hasil dari Jamur dan Tanda Kosong Kelapa Sawit ....................... 12
Gambar 2. 4 Hy-Fi, Queen, Ny, The Living, 2014 ....................................................................... 13
Gambar 2. 5 Contoh Pembangunan Bangunan dengan Mycelium Brick ..................................... 14
Gambar 2. 6 Standard interlocking pada mycelium brick di suhu sedang.................................... 14
Gambar 3. 1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 15
Gambar 3. 2 Drum proses sterilisasi ............................................................................................. 17
Gambar 3. 3 Sketsa Drum Sterilisasi ............................................................................................ 17
Gambar 3. 4 Cetakan Mika (A) Persegi Ukuran p. 20cm x l. 10cm x t. 8cm, (B) Silinder dia. 10cm
x t. 7cm ......................................................................................................................................... 18
Gambar 3. 5 Proses Pencampuran ................................................................................................ 18
Gambar 3. 6 Rak Bambu yang Tertutup Plastik Gelap................................................................. 19
Gambar 3. 7 Rak Bambu Berisi Jamur ......................................................................................... 19
Gambar 3. 8 Pencampuran Substrat .............................................................................................. 20
Gambar 4. 1 Hasil pengamatan miselium jamur menggunakan SEM pada perbesaran 1000x, 2500x
dan 5000x ...................................................................................................................................... 21
Gambar 4. 2 Hasil pengamatan miselium jamur menggunakan CLSM pada perbesaran 200x ... 21
Gambar 4. 3 Tiga Jenis Substrat yang Telah diinokulasi.............................................................. 22
Gambar 4. 4 Tiga Jenis Substrat yang telah diinokulasi namun belum memenuhi substrat ......... 22
Gambar 4. 5 Varian Serbuk Kayu Kontaminasi ........................................................................... 23
Gambar 4. 6 Varian Sekam Kontaminasi ..................................................................................... 23
Gambar 4. 7 Varian Ampas Kopi Kontaminasi ............................................................................ 24
Gambar 4. 8 Pertumbuhan miselium pada eksperimen putaran kedua ......................................... 24
Gambar 4. 9 Rekapitulasi timeline pertumbuhan miselium.......................................................... 24
Gambar 4. 10 Benda uji silinder miselium untuk pengujian kuat tekan ....................................... 24
Gambar 4. 11 Benda uji balok miselium untuk pengujian kuat tekan .......................................... 24
Gambar 4. 12 Mesin uji tekan untuk pengujian kuat tekan miselium .......................................... 24
Gambar 4. 13 Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan dari miselium.......................................... 24
Gambar 4. 14 Rekapitulasi hasil pengujian berat jenis dari miselium .......................................... 24
7
BAB 1
PENDAHULUAN
8
penyerapan dan 4) ketahanan aus berdasarkan SNI 03-0691-1996 [8] menggunakan peralatan uji
yang ada di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil POLBAN.
Dengan terwujudnya tujuan dari penelitian ini, diharapkan dapat menambah dan memperkaya
pengetahuan terkait material baru untuk konstruksi sipil yang erat kaitannya dengan laboratorium
bahan Jurusan Teknik Sipil POLBAN, serta menghasilkan panduan mengenai pelaksanaan
pengujian dan pembuatan (berserta komposisinya) bahan konstruksi dari material baru yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan yang berkaitan erat dengan pemanfaatan dan modifikasi/upgrade
alat yang ada di laboratorium terkait di POLBAN.
1.2.Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kualitas mutu secara struktural dari paving block yang terbuat dari jamur
mycelium?
2. Bagaimanakah komposisi substrat di media tanam yang paling optimal dari paving block yang
terbuat dari jamur mycelium?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan pengujian sifat-sifat fisik dan mekanis material baru berbasis jamur mycelium.
2. Melakukan analisis terhadap komposisi substrat untuk setiap media tanam yang berbeda.
3. Membuat panduan (modul) mengenai pembuatan dan pelaksanaan pengujian material baru
berbasis jamur mycelium.
4. Mengaplikasikan material baru berbasis jamur mycelium sebagai sebagai paving block untuk
digunakan pada trotoar atau jalan dengan lalu lintas rendah.
9
1.5. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya pengetahuan terkait
material baru yang ramah lingkungan (Bio-Degradable Materials) untuk konstruksi sipil serta
menghasilkan panduan mengenai pelaksanaan pengujian dan pembuatan (beserta komposisinya)
yang berkaitan erat dengan pemanfaatan dan modifikasi/upgrade alat yang ada di laboratorium
jurusan Teknik sipil.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam memproduksi mycelium composite diperlukan perekat mycelium, yang mana perekat
tersebut dapat dihasilkan dari pemberian jamur pada media tanam berbasis kayu seperti limbah
perkebunan. Salah satu contoh media tanam berbasis kayu adalah sekam padi, Australia adalah
salah satu negara yang mengembangkan produksi mycelium composite mengggunakan jamur
trameter versicolor dengan media tanam sekam padi, dan bahan tambah lain berupa serbuk kaca,
proses produksinya dilakukan pada kondisi rendah energi dan rendah karbon yang kemudian
dicetak dalam berbagai bentuk disesuaikan dengan berbagai keperluan konstruksi [3,6,10,11].
Salah satu penelitinya yaitu Tien Huynh, 2009 yang sudah lama bergerak di bidang agrikultur
mengembangkan mycelium composite dengan memanfaatkan jamur Trametes versicolor untuk
mengikat sekam (lapisan tipis yang melindungi gabah) dan limbah serbuk kaca seperti gterlihat
pada Gambar 2.1 [10]. Ketiga bahan tersebut dibuat untuk menghasilkan mycelum komposite
dalam bentuk bata atau biasa disebut bata jamur. Gambaran produk bata yang dihasilkan dari
bahan – bahan tersebut digambarkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2. 1 Bahan Pembentuk Bata Mycelium (A. Sekam Padi, B. Serbuk Kaca, C. Jamur
trameter versicolor)
Gambar 2. 2 Bata hasil dari jamur, sekam padi dan serbuk kaca
11
Proses pembuatan bata dengan dengan teknologi mycelium menggunakan jamur Trametes
versicolor ini dilakukan menggunakan energi yang rendah dan karbon yang rendah. Selain dalam
ukuran bata yang umum digunakan, mycelium composite ini juga dibuat dalam berbagai bentuk
lain sehingga cocok jika digunakan untuk berbagai keperluan, khususnya industri konstruksi.
Alasan penggunaan sekam padi pada penelitian yang dilakukan di australia ini, karena diketahui
bahwa padi merupakan makanan pokok bagi lebih dari setengah populasi dunia, dan dikonsumsi
lebih dari 480 juta metrik ton dan 20 % dari jumlah ini merupakan sekam padi. Kondisi ini sangat
identik dengan kondisi di Indonesia dimana padi merupakan makanan pokok mayoritas
penduduknya.
Mycelium composite ini dianggap sebagai bahan ideal yang dapat menangkal api dan tahan rayap.
Material ini lebih stabil secara termal dibandingkan dengan bahan konstruksi sintesis seperti
polystyrene dan particleboard yang merupakan produk turunan minyak bumi atau gas alam,
sehingga mengeluarkan lebih sedikit asap dan karbon dioksida dibandingkan dengan bahan
sintesis. Selain itu, material komposit ini memiliki kandungan silika yang membuat bangunan
tidak terlalu menarik untuk rayap [11].
Indonesia seperti yang diketahui sangat kaya akan kekayaan alamnya terutama untuk bahan baku
pembuat bata jamur. Surya, dkk 2018 telah mengembangkan bata jamur ini dari tandan kosong
kelapa sawit menggunakan jamur Pleurotus yang membutuhkan waktu hingga 30 hari dalam
proses pembuatannya [7].
Gambar 2. 3 Panel Komposit Hasil dari Jamur dan Tanda Kosong Kelapa Sawit
Komposit mycelium yang dihasilkan dari tandan kosong kelapa sawit ini diklaim sangat ringan
namun mampu menahan tekanan setara 10 mobil penumpang serta tahan terhadap api juga teruji
12
tidak menyebabkan lembab. Aplikasi penggunaan panel 30 x 30 cm Mycotech (Gambar 2.3),
sejauh ini belum banyak diaplikasikan, hanya digunakan sebagai panel dinding (wall panel).
Pembuatan komposit dengan perekat berbahan dasar jamur ini adalah yang pertama di Indonesia,
material bangunan ini diklaim lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh kebanyakan produk papan
kayu seperti particle board dan MDF (Medium-density fibreboard) menggunakan perekat sintetis
yang disebut resin sintetis. Resin ini berbasis bahan kimia buatan yang mengandung formaldehyde
sebagai salah satu bahannya yang dianggap kurang baik untuk kesehatan apabila digunakan dalam
jangka waktu yang panjang. Dengan ditemukannya bahan bangunan dari jamur ini, menjadi solusi
dalam mengatasi hal tersebut. Penggunaan bahan komposit yang terbuat dari jamur ini,
berdasarkan penelitian dari penemunya [9] masih membutuhkan banyak penelitian lanjut
khususnya di bidang konstruksi sipil [12].
Pada tahun 2014, The Living Embodied Computation Lab, yang ditugaskan oleh Universitas
Princeton, menciptakan sebuah gedung yang disebut Hy-Fy di Queens, New York (Gambar 2.4).
Proyek ini kemudian memenangkan Kompetisi Program Arsitek Muda 2014 di MoMA PS1 di
New York [5] Limbah tanaman bernilai rendah (seperti sekam jagung) dipanen dari petani
kemudian dipotong kecil-kecil. Limbah ini kemudian digabungkan dengan miselium yang
diformulasikan khusus dan dikemas dalam cetakan berbentuk batu bata. Selama beberapa hari,
bahan campuran itu dirakit sendiri menjadi benda padat yang ringan, 10.000 batu bata dibuat untuk
membangun menara setinggi 13 meter.
Kemampuan untuk membuat bahan bangunan dari jamur yang terbentuk secara alami yang
kemudian diregenerasi kembali ke Bumi menunjukkan bagaimana miselium menghasilkan solusi
berdampak rendah untuk bangunan.
13
Menurut Stott 2014, kuat tekan bata miselium sekitar 30 psi yang bilang dibandingkan dengan
kuat tekan beton berdasarkan beratnya (sama - sama seberat batu bata), batu bata miselium lebih
kuat dari beton dengan meter kubik batu bata miselium seberat 43 kg dan meter kubik beton seberat
2400 kg. Contoh aplikasi mycelium brick pada bangunan terlihat pada Gambar 2.5 dan
Gambar 2.6.
Benefit yang didapatkan dari penggunaan bata jamur/komposit dari jamur dan kayu untuk bahan
bangunan sipil adalah (1) ketergantungan yang lebih rendah pada bahan berbasis fossil dari bumi;
(2) energi yang diperlukan untuk pembuatan berkurang/tidak ada; (3) limbah bangunan berkurang;
(4) 100% bio-degradable; (5) Ketahanan terhadap air sangat tinggi; (6) Seiring waktu, setiap bahan
pembentuk (jamur dan kayu) terikat satu sama lain sedemikian rupa sehingga ada porositas yang
terbentuk yang juga menghasilkan ventilasi dan aliran udara yang baik; (7) Serat miselium menua,
tumbuh dan terjalin dengan baik pada suhu tinggi; (8) Secara struktural, memiliki potensi kinerja
yang sama dengan beton, jika komposisi bahan yang digunakan tepat [5].
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
3.3. Pengamatan Struktur Miselium Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Struktur miselium inokulum jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) diamati menggunakan
mikroskop elektron (Scanning Electron Microscope) dan mikroskop konfokal (Confocal Laser
Scanning Microscope). Untuk pengamatan menggunakan SEM, sample miselium dikeringkan
terlebih dahulu dalam oven selama 1 jam, kemudian dilakukan ion sputtering untuk meningkatkan
konduktivitas sampel miselium. Pengamatan menggunakan SEM kemudian dilakukan pada
1000x, 2500x dan 5000x.
Untuk pengamatan menggunakan CLSM, sampel miselium terlebih dahulu diwarnai
menggunakan pewarna Rhodamine B, kemudian diamati pada panjang gelombang 546 nm pada
perbesaran 200x.
Varian 1
0.5 kg 4 kg 8.2 kg 7.5 kg 9 kg
(serbuk kayu)
Varian 2
0.5 kg 4 kg 4.5 kg 3.8 kg 7.5 kg
(sekam)
Varian 3
0.5 kg 4 kg 6.8 kg 4 kg 7.5 kg
(ampas kopi)
16
Gambar 3. 2 Drum proses sterilisasi
17
Gambar 3. 4 Cetakan Mika (A) Persegi Ukuran p. 20cm x l. 10cm x t. 8cm,
(B) Silinder dia. 10cm x t. 7cm
18
Gambar 3. 6 Rak Bambu yang Tertutup Plastik Gelap
19
3.8. Peningkatan Metode Pencampuran
Peningkatan metode pencampuran substrat jamur dilakukan dengan meningkatkan kadar protein
dalam substrat tumbuh jamur dengan menambahkan tepung protein tinggi pada formulasi baru
(Tabel 3.2). Selain itu inokulasi bibit jamur tidak terlalu dihancurkan dan dilebur dengan substrat
tumbuh, sehingga serabut miselium tidak rusak dan dan laju pertumbuhan miselium dapat lebih
cepat (Gambar 3.8). Selain itu, khusus untuk varian ampas kopi, ampas kopi terlebih dahulu
dikeringkan dalam oven 60 derajat celcius selama 2 jam untuk mengurangi resiko kontaminasi.
Varian 1
0.5 kg 4 kg 7.5 kg 7.5 kg 9 kg 1 kg
(serbuk kayu)
Varian 2
0.5 kg 4 kg 4.0 kg 3.8 kg 7.5 kg 1 kg
(sekam)
Varian 3
0.5 kg 4 kg 6.0 kg 4 kg 7.5 kg 1 kg
(ampas kopi)
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. 1 Hasil pengamatan miselium jamur menggunakan SEM pada perbesaran 1000x,
2500x dan 5000x
Gambar 4. 2 Hasil pengamatan miselium jamur menggunakan CLSM pada perbesaran 200x
21
sementara yang pertumbuhannya masih baik dilanjutkan hingga pertumbuhan miselium
memenuhi substrat.
Namun dalam eksperimen putaran pertama ini, setelah inkubasi selama 30 hari, kondisi
pertumbuhan miselium pada seluruh varian substrat tumbuh tidak optimal, ditandai dengan belum
terpenuhinya seluruh bagian substrat oleh miselium hingga akhir masa inkubasi (Gambar 4.4).
22
4.2.1. Varian 1: Serbuk Kayu
Dalam proses inkubasi pertumbuhan miselium dalam substrat serbuk kayu di putaran pertama,
sebagian besar log jamur mengalami kontaminasi dari jenis jamur lain (Gambar 4.5), salah satunya
jenis jamur Trichoderma sp. Serbuk kayu ditumbuhi miselium dua kali lipat lebih cepat
dibandingkan dengan sekam dan ampas kopi.
23
4.2.3. Varian 3: Ampas Kopi
Dalam proses inkubasi pertumbuhan miselium dalam substrat ampas kopi di putaran pertama,
sebagian besar log jamur mengalami kontaminasi dari jenis jamur lain (Gambar 4.7), salah satunya
jenis jamur Trichoderma sp. Ampas kopi dua kali lebih mudah terkontaminasi dibandingkan
serbuk kayu dan sekam.
24
4.3.1. Varian 1: Serbuk Kayu
Dalam proses pencampuran, bibit F3 yang menjadi medium utama dikurangi tingkat
kehancurannya sehingga mempercepat proses pertumbuhan miselium pada badan log serbuk kayu.
Dalam waktu 3 minggu persentase pertumbuhan miselium pada substrat di sekitar 40%.
25
bibit dilakukan tanpa menghancurkan miselium dan meleburkannya dengan substrat, melainkan
dengan menginokulasi bongkahan-bongkahan bibit jamur dalam substrat.
Pada log jamur dalam proses pencampuran putaran pertama teramati adanya kontaminasi dari
miselium jenis jamur lain, salah satu yang teridentifikasi adalah tumbuhnya jenis jamur kapang
(Trichoderma sp.) yang bisa menjadi kompetitor tumbuh bagi jamur tiram putih yang ditargetkan.
Kontaminasi log dengan jenis jamur lainnya mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan miselium
jamur tiram putih dan dapat mengakibatkan karakter bio-paving yang dihasilkan tidak sesuai
harapan nantinya.
Melalui perbaikan dan peningkatan metode pencampuran pada tahap kedua dengan
memperhatikan solusi dari resiko kontaminasi, maka didapatkan peningkatan laju pertumbuhan
miselium di putaran kedua. Pada varian serbuk kayu di putaran kedua, didapatkan miselium
hampir memenuhi seluruh bagian substrat. Gambar 4.9 memperlihatkan hasil rekapitulasi timeline
pertumbuhan jamur miselium dari tahap awal sampai tahap akhir.
26
4.5 Pengujian Kuat Tekan
Untuk mengetahui mechanical properties dari jamur miselium ini, dilakukan pengujian kuat tekan
dan berat jenis. Benda uji yang digunakan dalam pengujian kuat tekan adalah benda uji silinder
yang berukuran diameter 105-110 mm dengan tinggi 60-70 mm (Gambar 4.10) dan benda uji balok
yang berukuran panjang 40-50 mm, lebar 25-30 mm, dan tinggi 50-70 mm (Gambar 4.11). Range
ukuran untuk benda uji yang ada sangat dimungkinkan karena terdapat kesulitan dalam memotong
benda uji khususnya yang terdapat miselium arah melintang.
27
Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan mesin uji kuat tekan yang bekerja
berdasarkan prinsip tekanan pada suatu bidang, dengan membaca kenaikan beban tekan
berdasarkan bacaan tiap divisi yang terbaca pada manometer (Gambar 4.12).
Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan ini bisa dilihat pada Gambar 4.13.
28
Dari hasil pengujian kuat tekan tersebut, bisa dilihat bahwa kuat tekan maksimum miselium bisa
mencapai nilai 12.37 MPa. Nilai ini setara dengan nilai kuat tekan bata beton Kelas C menurut
SNI-1996.
Dari hasil pengujian berat jenis tersebut, miselium memiliki berat jenis maksimum sebesar 0.34.
Nilai ini memperlihatkan bahwa miselium termasuk kategori material konstruksi yang ringan,
sehingga aplikasi material konstruksi berbasis miselium ini masih terbatas pada konstruksi yang
menerima beban ringan.
29
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan penelitian potensi miselium sebagai bahan konstruksi masa depan ini terdapat
beberapa hal yang bisa disimpulkan, diantaranya:
1. Kondisi tempat pencampuran media kurang aseptik
Tempat pencampuran media, termasuk media tanam di dalam proses pengembangbiakan jamur
miselium ini kurang aseptik, sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi dari mikroorganisme
yang tumbuh dan masuk ke dalam media tanam.
2. Bahan utama pada variasi ampas kopi, didapatkan dalam kondisi sudah terkontaminasi.
Untuk varian ampas kopi, bahan utama yang dijadikan media tanamnya sudah dalam kondisi
terkontaminasi, sehingga dibutuhkan proses tambahan untuk mengurangi dampak
kontaminasinya.
3. Kualitas bibit F3 kurang baik
Bibit F3 yang menjadi medium utama proses pertumbuhan miselium pada badan log serbuk
kayu, kualitasnya kurang baik, sehingga mengakibatkan proses pertumbuhan jamur miselium
terhambat.
4. Formulasi substrat putaran pertama kurang sumber protein
Dalam formulasi substrat putaran pertama terlihat pertumbuhan miselium belum bisa
memenuhi substrat untuk semua varian hingga masa akhir inkubasi.
5.2 Saran
Hasil akhir dari penelitian ini secara umum sudah baik, namun ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan dalam pelaksanaan penelitian ini ke depan agar hasil yang
didapatkan bisa lebih optimal, diantaranya:
1. Tempat media pencampuran dipastikan harus septik dan tidak terkontaminasi oleh
mikroorganisme lain
2. Bahan utama sebagai media tanam harus bersih dari bahan-bahan yang mengganggu proses
pertumbuhan
3. Pemilihan bibit jamur yang baik akan menghasilkan pertumbuhan jamur miselium yang
optimal
4. Pertumbuhan miselium sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber protein pada media
tanam
30
BAB 6
REKAPITULASI PENGGUNAAN DANA
31
DAFTAR PUSTAKA
[1] PT Beton Elemen Persada, Catalogue Leibel (Leicht Beton Element), Bandung, 2016.
[2] G. Soeprapto, M. Sunarso, S. F. Murdono, W. Agustin dan R. Siahaan, “Effect of
longitudinal joint on the shear-key of hollow core slab which function as an rigid
diaphragm,” MATEC Web of Conferences 101, pp. 1-7, 2017.
[3] e. a. Genowefa Zapotoczna, “Autoclaved Aerated Concrete Properties on the basis current
research result conducted by ICiMB - Research and Development Center for Cellular
Concrete Industry CEBET and Building Research Institute,” Handbook for AAC producers
and users. Magazine of Concrete Producers Association. 5 International Conference of
Autoclaved Aerated Concrete, 2011.
[4] P. Walczak, “Compressive Strength of Autoclaved Aerated Concrete : Test Methods
Comparison,” Brzesc Kujawski : Ernst & Sohn Verlag fur Architektur und Technische
Wissenschaften GmbH & Co. KG, Berlin.
[5] S. M. T. K. C. G. Jagadish Vengala, “Performace of Autoclaved Aerated Concrete Blocks
Under Varying Temperatures,” International Journal of Recent Technology and
Engineering (IJRTE), pp. 615-619, 2019.
[6] S. W. Faqih Ma'arif, “Experimental Study of Mortar Joint Bond Strength of Autoclaved
Aerated Concrete Masonry Prism,” Proceeding of Annual South East Asian International
Seminar (ASAIS), pp. 61-66, 2013.
[7] T. Zhang, J. Dai dan S. Qin, “Experimental Study on Shear Behavior of Reinforced
Autoclaved Aerated Concrete Slab,” International Conference on Electrical Automation and
Mechanical Engineering, 2020.
[8] J. Tanner, J. Varela, M. Brightman, U. Cancino, J. Argudo dan R. Klingner, “Seismic
Performace and Design Of Autoclaved Aerated Concrete (AAC) Structural Systems,” dalam
13th World Conference on Earhquake Engineering, Vancouver, B.C., Canada, 2004.
[9] N. Narayanan dan K. Ramamurthy, “Structure and Properties of Aerated Concrete : A
Review,” Cement & Concrete Composites, vol. 22, pp. 321-329, 2000.
[10] ASTM International, “ASTM C1693-09 Standard Specification for Autoclaved Aerated
Concrete (AAC),” United States, December 2009.
[11] ASTM International, “ASTM C39/C39M-14 Standard Test Method for Compressive
Strength of Cylindrial Concrete Specimens,” United States, 2014.
32
[12] E. Tung, “Parametric Study of Mesonry Infilled Reinforced Concrete Frames Using Mortar
Joint Properties,” dalam The 14th World Conference On Earthquake Engineering October
12-17, Beijing, China, 2008.
[13] Badan Standarisasi Nasional, “SNI 2847-2013. Persyaratan Beton Struktural Untuk
Bangunan Gedung,” BSN, Jakarta, 2013.
[14] B. S. Nasional, “SNI 2052-2014. Baja Tulangan Beton,” BSN, Jakarta, 2014.
33