MAKALAH
Oleh
TUTOR 11
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Burdensome’s Head” untuk memenuhi tugas mata kuliah BDS-2 pada semester
Penulis banyak mendapat uluran tangan dari berbagai pihak, baik moril
maupun materil dalam benruk motivasi, bimbingan, bahan referensi, dan fasilitas
Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
3. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada
penulis.
Seluruh isi makalah ini benar-benar karya penulis dengan binaan dosen
pembina dan bukan merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh karena itu,
penulis bertanggung jawab penuh atas segala isi yang terkandung di dalam
makalah ini.
ii
Semoga makalah ini dapat menjadi suatu karya yang bermanfaat dan dapat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.9.2 Perkembangan Sementoblas .................................................................. 19
2.10 Anatomi dan Morfologi Gigi Susu Anterior Rahang Atas .......................... 23
2.10.1 Incisivus Sentral ...................................................................................... 23
2.10.2 Incisivus Lateral ...................................................................................... 24
2.10.3 Caninus .................................................................................................... 25
2.11 Anatomi dan Morfologi Gigi Permanen Anterior Rahang Atas................. 27
2.11.1 Incisivus Central ..................................................................................... 27
2.11.2 Incisivus Lateral ...................................................................................... 29
2.11.3 Canine ...................................................................................................... 32
2.12 Erupsi Gigi....................................................................................................... 35
2.12.1 Erupsi Gigi Sulung .................................................................................. 36
2.12.2 Erupsi Gigi Permanen ............................................................................ 37
2.13 Radiografi Periapikal ..................................................................................... 42
2.13.1 Pengambilan Gambar Perioapical......................................................... 45
2.14 Kelainan Bentuk dan Jumlah Gigi ................................................................ 48
2.14.1 Kelainan Bentuk Gigi ............................................................................. 48
2.15 Kelainan Jumlah pada Gigi ........................................................................... 53
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 58
3.1 Analisa Kasus .................................................................................................. 58
3.2 Hipodonsia ....................................................................................................... 58
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 60
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 2.28 Macrodontia 48
Gambar 2.29 Type dens invaginatus 49
Gambar 2.30 Dens evaginatus 50
Gambar 2.31 Enamel pearl 50
Gambar 2.32 Gemination 51
Gambar 2.33 Taurodontism 51
Gambar 2.34 Fusion Gigi 52
Gambar 2.35 Concrescence 53
Gambar 2.36 Klasifikasi anodontia, hipodontia, oligodontia 54
Gambar 2.37 Oligodontia 55
Gambar 2.38 Hipodontia 55
Gambar 2.39 Impaksi 56
Gambar 2.40 Supernumerary teeth 57
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.4 Jumlah Gigi Susu pada Anak Sesuai dengan Usia 37
viii
BAB I PENDAHULUAN
Tutorial 1
A 5-year-old boy presents to the RSGM where you are working as a young dentist
there, guarded by his mother to control his oral cavities’ health. The patient comes
into examination room carried on arm of the mother because the boy can not stand
on his own feet and he looks very weak. During anamnesis taking it is noticed that
the boy has large head which is pliable when it is touched. There is a great
enlargement of the head with prominent scalp vein and forehead overhanging the
eyes. The mother conveys that the baby was born with large head and the head
was growing very quickly in relation to the rest of the body. The baby cried a lot
since he had been born with shrill and high-pitched cry. Occasionally, the baby
Tutorial 2
Based on the boy’s mother’s story it is confirmed that the boy suffers from
dentist on duty motivates the mother to continue keeping the boy undercontrol
1
Tabel 7 Jumps
I Don’t
Term Problems Hypothesis Mechanism Learning Issue More Info
Know
- 1. Gigi tetap rahang 1. Kelainan Gigi tetap rahang 1. Bagaimana proses pertumbuhan
atas depan sebelah bentuk dan atas depan sebelah dan perkembangan gigi
jumlah gigi
kanan memiliki kanan memiliki prenatal?
ukuran kecil dari ukuran kecil dari 2. Apa saja elemen-elemen yang
normal, gigi tetap normal, gigi tetap terlibat dalam perkembangan
rahang atas sebelah rahang atas gigi?
kiri tidak tumbuh sebelah kiri tidak 3. Bagaimana mekanisme interaksi
tumbuh epitel dengan ektomesenkim
↓ dalam perkembangan gigi?
Gigi tumbuh tidak 4. Bagaimana proses pertumbuhan
normal dan perkembangan enamel dan
↓ penentusan bentuk mahkota
Kelainan bentuk gigi?
dan jumlah gigi
2
3
5. Bagaimana mekanisme
pembentukan matriks dan
proses mineralisasi awal?
6. Bagaimana proses mineralisasi
dan maturasi enamel?
7. Bagaimana proses pertumbuhan
dan perkembangan dentin?
8. Bagaimana proses pertumbuhan
dan perkembangan akar dan
sementum?
9. Bagaimana morfologi gigi
anterior?
10. Apakah perbedaan antara gigi
susu dan permanen?
11. Bagaimana gambaran radiologi
gigi anterior?
12. Apa saja kelainan-kelainan pada
incisivus lateral?
4
Gigi tetap rahang atas depan sebelah kanan memiliki ukuran kecil dari normal, gigi
tetap rahang atas sebelah kiri tidak tumbuh
4
1.3 Learning Issues
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Cap Stage dimulai pada minggu ke 2 intrauterin. Pada tahap ini sel-
sel organ enamel terus berploriferasi sehingga ukurannya semakin
bertambah. Kondensasi jaringan mesenkimal yang mengelilingi organ
enamel akan mendesak jaringan tersebut sehingga menjadi berbentuk
cekung seperti topi. Bagian yang cekung tersebut diisi oleh kondensasi
jaringan mesenkimal dan berproliferasi membentuk dental papila.
Jaringan mesenkimal dibawah dental papila akan menjadi dental sakus
primitif.
Pada tahap ini organ enamel terdiri dari 3 lapisan sel-sel enamel
yaitu:
Ditemukan juga enamel knot dan juga enamel cord. Enamel knot
merupakan sekumpulan sel-sel yang berada di tengah lapisan inner
enamel epithelium yang berperan dalam pembentukan fissura gigi.
Sedangkan enamel cord merupakan sekumpulan sel yang berada mulai
dari stratum intermedium sampai retikulum stelata. Enamel knot dan
enamel cord ini berfungsi untuk mempermudah pembentukan bangunan
serta orientasi mahkota gigi.
Setelah cap stage selesai dilanjutkan oleh bell stage. Pada tahap ini
proliferasi sel terus berlanjut sehingga yang awalnya berbentuk topi (cap)
berubah menjadi berbentuk seperti bel (bell).
Pada tahap bell awal ini organ enamel, dental papila dan dental
sakus yang merupakan komponen pembentuk gigi telah berkembang
8
1. Permulaan mineralisasi
2. Permulaan pembentukan mahkota
3. Permulaan pembentukan akar
Dental lamina terjadi akibat dari penebalan epitel mulut pada waktu
embrio berusia 1 – 8 minggu. Penebalan epitel mulut tersebut meluas di
sepanjang batas oklusal dari mandibular dan maksila dari tempat di mana
gigi akan tumbuh. Penebalan tadi masuk ke dalam jaringan mesenkhim
di bawahnya di sepanjang oklusal rahang atas dan rahang bawah.
Penebalan ini lah yang disebut dengan lamina dentalis. Dental lamina
sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi dikarenakan
oleh fungsinya. Fungsi dari dental lamina adalah untuk membentuk
semua benih gigi sulung selama bulan kedua intrauterine. Selain itu
dental lamina juga berfungsi untuk membentuk benih gigi permanen
pada bulan kelima sampai kesepuluh intrauterine
pertumbuhan dari kristal (5% dari enamel adalah air). Waktu antara
deposisi matriks enamel dan proses mineralisasinya singkat. Walaupun
begitu, proses mineralisasi hampir mengikuti proses pembentukan matrix
deposisi.
Pada fase ini, terjadi penebalan epitel primer, lamina gigi, tunas gigi,
dan bel stage yang merupakan tahap perkembangan gigi berikutnya
merupakan peristiwa otonom yang yang telah ditentukan secara genetik.
13
Peristiwa ini tidak dapat berlangsung tanpa adanya ektomesenkim aktif gigi
yang akan terkonsentrasi di daerah pertumbuuhan dan perkembangan gigi.
Pada tahap kedua, terjadi induksi sel-sel lanjutan dari inner enamel
epithelium untuk penyelesaian diferensiasi pra-odontoblasts. Sel-sel ini
akan memasuki fase postmitotik dan dengan cepat menjadi odontoblast
yang nantinya akan membentuk pradentin.
1. Dentin
1. Dentin berasal dari odontoblast. Sel-sel penyusun awal dari dentin
berasal dari sel pulpa.
2. Sel Pulpa berkumpul dekat dentoenamel juction dan berdiferensiasi
menjadi serat kolagen dan pre-odontoblast.
3. Serat kolagen berkumpul dekat dentoenamel junction untuk
membentuk matriksdisertai dengan penempelan pre-odontoblast.
4. Pre-odontoblast kemudian menjadi odontoblast dan memanjang
mebentuk prosesus odontoblast.
5. Matriks lapisan pertama yang telah menempel secara horizontal
kemudian dimineralisasi oleh kristal hydroxyapatite yang
disekresikan oleh odontoblast.
6. Setelah lapisan pertama terkristalisasi, matriks kedua yang
mempunyai alur matriks yang berbeda dengan matriks pertama
15
3. Sementum
Serat sharpey berkumpul dekat daerah dentin akar bersama dengan
sementoblast yang terbentuk dari osteoblast dan ameloblast membentuk
matriks. Kristal hydroxyapatite melakukan mineralisasi pada matriks yang
terbentuk dan ikut melakukan mineralisasi pada sementoblast yang akhirnya
menjadi sementosit dari sementum.
Predentin terdiri atas substansi dasar dan serat-serat kolagen dibentuk oleh
odontoblas. Di dalam dentin terdapat daerah-daerah kecil, disebut ruang
interglobular, yang hanya sebagian atau sama sekali tidak mengalami
pengapuran.
Pembentukan dentin bersifat siklis dan tidak teratur, dan pada gigi yang
telah lengkap pertumbuhannya terdapat garis pertumbuhan incremental dari
Owen, yang tampak sebagai lingkaran pertumbuhan pada potongan melintang.
Dentin peka terhadap rasa raba, panas, dingin, dan konsentrasi ion
hydrogen. Diperkirakan bahwa rangsangan itu diterima oleh serat dentin dan
diteruskan olehnya ke serat saraf di dalam pulpa.
Odontoblas bertahan selama hidup dan bila dirangsang secara berlebihan
atau oleh adanya penyakit periodontal, sel odontoblas ini dapat meletakkan
dentin baru, disebut sebagai dentin ‘reparatif’. Bila odontoblas dirusak, dentin
tetap ada untuk waktu lama, tidak seperti tulang.
Adapun sifat fisik dari dentin, ialah:
1. Keras, warna putih kekuningan
2. Tahanan tarik 250 kg/cm2
3. Elastisitas cukup tinggi
Permeabilitas dentin:
1. Tubuli dentin merupakan saluran utama untuk berdifusinya cairan
melalui dentin
2. Sebanding dengan diameter dan jumlah tubuli
3. Tinggi pada pulpa
4. Lebih rendah pada dentin akar daripada dentin mahkota dan bagian
luar sangat tidak permeable
5. Pada infeksi gigi reaksi radang berkembang di dalam pulpa jauh
sebelum terkena infeksi
6. Sklerorik dentin mengurangi permeabilitas karena menyubat tubuli
18
Pada gigi dengan lebih dari satu akar, foramen apikal primer,
dibentuk oleh epitel diafragma selubung akar Hertwig yang akan terbelah
21
menjadi dua atau lebih foramina apikal sekunder oleh jaringan epitel
lidah dari diafragma. Epitel tersebut berfusi di furcation area atau daerah
percabangan akar. Jumlah foramina apikal sekunder ditentukan oleh
adanya kelompok pembuluh darah yang memasuki papila dental.
Kelompok ini menentukan jumlah dan lokasi akar dan dikelilingi oleh
epitel lidah dari diafragma yang tumbuh ke dalam. Aktivitas mitotic pada
daerah diafragma setelah pembentukan foramina apikal sekunder
menyebabkan akar terpisah dan memanjang oleh deposisi dentin dan
sementum yang berlanjut.
Erupsi : 8 – 9 bulan
Aspek Labial
Aspek Palatal
25
Aspek Mesial
Aspek Distal
Aspek Incisal
2.10.3 Caninus
tanggal karena penyakit (karies atau penyakit periodontal). Gigi ini juga
gigi yang paling lama tanggal karena akarnya yang panjang dan sangat
kuat. Gigi ini merupakan gigi ketiga dari tengah diberi penomeran (13,
23, 33, 43). Akar gigi susu kaninus berukuran kurang lebih dua kali dari
ukuran mahkotanya yaitu sekitar 13,5 milimeter, sedangkan mahkotanya
berukuran 6,5 milimeter. Memiliki akar yang sempit dan tapering,
penampang berbentuk segitiga dengan sudut-sudut yang membulat.
Ukuran (mm)
Panjang akar 13
Panjang cervicoincisal korona 10.5
Diameter mesiodistal korona 8.5
Diameter mesiodistal pada cervix 7
Diameter pada labio atau buccolingual palatal 7
Diameter pada labio atau buccolingual palatal 6
pada cervix
Curve mesial dari garis cervical 3.5
Curve distal dari garis cervical 2.5
Tabel 2.1 Ukuran gigi permanen incisivus sentral
Untuk melihat bentuk secara lebih detail gigi incisivus sentral atas
dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni:
o Aspek labial
28
o Aspek Palatina
o Aspek Mesial
o Aspek Distal
o Aspek Incisal
Ukuran (mm)
Panjang akar 13
Panjang cervicoincisal korona 9
Diameter mesiodistal korona 6,5
30
Korona
Akar
Untuk melihat bentuk secara lebih detail gigi incisivus lateral atas
dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni:
o Aspek labial
Garis luar mesial dan distal lebih membulat dibanding
incisivus central
31
o Aspek Palatina
Cingulum agak tinggi dari incisivus central
o Aspek Mesial
Garis cervix melengkung lebih dalam dari permukaan distal
o Aspek Distal
Permukaan mahkota lebih tebal dati permukaan mahkota
mesial
o Aspek Incisal
Garis incisal mengikuti gigi sehingga garis incisal lebih ke
arah palatinal
32
2.11.3 Canine
Canine atau yang biasa disebut gigi taring merupakan gigi yang
letaknya ke-3 dari midline, dan satu-satunya gigi yang memiliki 1 cusp.
Gigi ini memiliki akar yang terpanjang dan terbesar sehingga gigi ini
menjadi sangat kuat. Pada umumnya gigi ini adalah gigi yang terakhir
tanggal dibandingkan gigi yang lain. (Itjiningsih).
Aspek Labial
Aspek Palatal
Aspek Mesial
Aspek Distal
Aspek Incisal
2.12Erupsi Gigi
Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpere’, yang
berarti menetaskan. Erupsi gigi adalah suatu proses pergerakan gigi secara aksial
yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang alveolar sampai
akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut. Erupsi gigi
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal
pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada
dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif:
1. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah
vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di
dalamrahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut.
2. Erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan
mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai
akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.
Erupsi gigi juga merupakan suatu proses dimana gigi yang sedang
berkembang muncul melewati jaringan lunak rahang dan mukosa yang di
atasnya untuk memasuki rongga mulut, mengontakkan gigi dengan lengkung
yang berlawanan, dan berfungsi dalam mastikasi.
Gigi geligi susu mulai bererupsi pada usia 6 bulan, normalnya sudah
beroklusi seluruhnya pada usia 3 tahun. Umur 3-6 tahun peningkatan terhadap
36
lebar interkanina, dimana terbentuk space, abrasi oklusal, rahang bawah bengkak
ke depan sehingga terbentuk edge to edge. Gigi yang pertama erupsi dan
membentuk kontak oklusal adalah gigi insisivus yang idealnya menduduki posisi
oklusal dan bererupsi pada bulan ke 6. Posisi yang ideal untuk gigi insisivus susu
lebih vertical daripada gigi insisivus tetap dengan overbite incisal yang lebih
dalam. Gigi insisivus bawah pada kondisi ini akan berkontak dengan daerah
singulum dari insisivus atas pada oklusi sentrik.
Gigi kaninus juga akan menyusul bererupsi ke kontak oklusi pada bulan
ke 18. Pada situasi ideal, akan ada celah di sebelah mesial dari C atas dan di
sebelah distal C bawah, tempat kearah mana gigi C antagonis berintegrasi.
Erupsi gigi mulai terjadi ketika gigi mulai menonjol keluar dari
tulang rahang melalui epitel mulut menuju ke dalam rongga mulut.
Erupsi gigi dapat terjadi akibat pertumbuhan akar gigi atau
pertumbuhan tulang dibawah gigi yang secara proresif mendorong gigi
ke atas. Sebelum terjadi erupsi, bantalan maksila dan mandibula sering
menujukkan adanya benjolan yang sesuai dengan lokasi gigi yang
hampir erupsi. Erupsi gigi susu pada anak terkadang ditandai dengan
rasa tidak nyaman yang hanya dirasakan di lokasi gigi yang hampir
erupsi, iritasi pada ginggiva di sekitar gigi tersebut, bengkak dan
kebiruan akibat hematoma lokal, atau yang paling jarang adalah kista
erupsi yang tidak memerlukan pengobatan.
Berdasarkan data dari tabel 2.3, dapat dihitung berapa jumlah normal yang
seharusnya tumbuh pada saat usia tertentu. Jumlah gigi susu sesuai dengan usianya
dapat dilihat pada tabel 2.4.
dalam rongga mulut. Waktu erupsi terjadi cukup dekat dengan molar
gigi primer hilang, gigi permanen tersebut adalah titik erupsi dan
5-6 tahun antara anak perempuan yang berkembang lebih cepat dari
anak laki-laki yang lebih lambat berkembang dalam usia kronologis
yang sama. Menurut penelitian Hurme 80% kaninus maksila erupsi
pada anak perempuan pada usia 12,3 tahun dan laki-laki pada usia
13,1 tahun. Perlu untuk bersikap waspada mulai usia dental 8 atau 9
tahun untuk mendeteksi posisi ektopik kaninus secara dini. Secara
klinis kaninus yang erupsi secara normal harus dapat dipalpasi
sebagai suatu tonjolan di sulkus labial 12-18 bulan sebelum erupsi
dan alveolus dari akar gigi susu. Dengan hilangnya tulang yang
1. Teknik Parallel
Konsep dari teknik paralel adalah dimana reseptor x-ray diletakkan
parallel ke sumbu panjang dari gigi dan sinar x-ray diawahkan pada sudut
gigi yang tepat dan reseptor. Untuk emngurangi distorsi geometrik, sumber
radiasi harus diletakkan relatif jauh dari gigi.
44
3. Maxillary Canine
Letakkan reseptor tegak lurus apek dari caninus, untuk mecegah slip,
berikan bite protection pada reseptor.
1. Macrodontia
Ukuran gigi lebih besar daripada ukuran normal. Berikut beberapa jenis
macrodontia:
1. Regional Macrodontia, yaitu satu gigi di satu lokasi/ satu sisi lebih besar
dari yang lain, namun gigi yang lainnya normal.
2. Diffuse Macrodontia, kejadian yang sangat jarang, yaitu ketika semua gigi
di mulut lebih besar dari gigi normal.
3. Relative Generalized Macrodontia, giginya bisa saja normal, namun karena
ukuran rahan yang kecil membuat giginya terlihat seperti macrodontia.
Malformasi yang timbul akibat adanya lekukan garis enamel sepanjang gigi.
Kedalaman lekukan sangat beragam tergantung kepada ingkat keparahan
invaginasinya. Diklasifikasikan menjdi 3 tipe, yaitu:
49
3. Dens Evaginatus
4. Enamel Pearl
5. Gemination
6. Taurodontism
Fusi gigi merupakan hasil dari penggabungan dua benih gigi yang
sedang berkembang. Fusi merupakan keabnormalan pada gigi yang
terjadi pada cap stage.
8. Concrescence
53
- Anondotia
Anondotia terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Anondotia Lengkap
Anondotia lengkap kebanyakan disebabkan oleh penyakit
herediter (sex-linked genetic), hal ini jarang sekali terjadi.
b. Anondotia Sebagian
Anondotia sebagian biasanya kongenital. Kehilangan satu atau
beberapa gigi di dalam rahang meskipun belum terbukti karena
herediter tetapi tidak terjadi pada gigi yang sama di dalam satu
keluarga.
M3 atas tetap.
M3 bawah tetap.
I2 atas tetap.
P2 bawah.
I1 bawah.
- Oligodontia
-
Gambar 2.37 Oligodontia
- Hipodontia
2. Impaksi
Anamnesis: rasa sakit di regio tersebut, pembengkakan, mulut bau
(foeter exore), dan pembesaran limfonodi submandibular.
3.2 Hipodonsia
Kelainan jumlah pada gigi dapat bervariasi, dari tidak adanya beberapa
gigi (hypodontia), tidak adanya sejumlah gigi (oligodontia), dan kegagalan seluruh
gigi untuk berkembang (anondontia). Kelainan gigi ini merupakan keabnormalan
yang terjadi pada tahap inisiasi, dan faktor etiologinya adalah herediter, disfungsi
endokrin, penyakit sistemik, atau terpapar radiasi secara berlebihan.
58
BAB IV KESIMPULAN
59
DAFTAR PUSTAKA
Nanci, Antonio. 2011. Ten Cate’s Oral Histology. Philadelphia: Mosby Elsevier
Van Rens, B.G. Jansen. 1995.Oral Biology. New York: Quintessence Pub. Co.
60