HALAMAN JUDUL
Oleh:
NIP. 197701302009022001
Mengesahkan,
1. 1. ........................................
2. 2. ........................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,
ini dengan baik. Adapun judul yang saya ambil dalam makalah ini adalah “Karies
Dalam penyusunan makalah ini saya mendapatkan arahan serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami saya sampaikan rasa
hormat dan terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah SWT senantiasa
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna baik
dari segi isi ataupun susunannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Karies Gigi Molar Pertama Permanen..................................................4
2.1.1. Etiologi........................................................................................5
2.1.2. Faktor Predisposisi......................................................................8
2.2. Masalah yang Ditimbulkan...................................................................9
2.3. Penanggulan Karies Gigi Molar Pertama Permanen...........................12
2.3.1. Preventif....................................................................................12
2.3.2. Kuratif.......................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1. Kesimpulan.........................................................................................16
3.2. Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut FDI World Dental Federation dalam Glick et al. (2017), kesehatan
gigi dan mulut mencakup beberapa aspek yakni kemampuan berbicara, membau,
dari emosi melalui ekspresi wajah dengan percaya diri tanpa rasa sakit, rasa tidak
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 yang disusun oleh
Institute for Health Metrics and Evaluation (2016), masalah kesehatan gigi dan
mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari
Indonesia adalah sebesar 88,8% dengan prevalensi karies akar sebesar 56,6%.
Prevalensi karies cenderung tinggi (di atas 70%) pada semua kelompok umur.
Pada usia 5-9 tahun, prevalensi karies gigi sebesar 92,6% dan pada usia 10-14
tahun prevalensi karies gigi sebesar 73,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2019).
Dengan demikian dapat diketahui bahwa prevalensi karies gigi pada usia anak
cukup tinggi dan membutuhkan perhatian khusus. Terutama pada anak usia 6
sampai 9 tahun yang mana pada usia 6 tahun gigi molar permanen sudah mulai
tumbuh sehingga lebih rentan terkena karies. Sedangkan, usia 9 tahun merupakan
masa dimana jumlah gigi permanen dan gigi sulung dalam rongga mulut hampir
karies yang paling banyak terjadi adalah karies pada gigi molar pertama permanen
dengan persentase sebesar 50,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
lain yang dilakukan oleh Dimitrov et al. (2017) menunjukkan bahwa 93% anak
dilakukan pada gigi molar pertama permanen dengan hasil sebanyak 81,5% karies
karies gigi molar pertama permanen pada anak usia 6 – 9 tahun tergolong tinggi.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena anak terlalu sering mengonsumsi makanan
yang banyak mengandung gula seperti cokelat, permen dan biskuit. Kondisi
menegaskan bahwa anak usia 9 tahun memiliki persentase karies gigi molar
pertama permanen yang cukup besar. Pada anak usia 9 tahun, molar pertama
permanen sebagai gigi permanen yang pertama kali erupsi dalam rongga mulut.
Anak belum mampu untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga dengan
pit dan fisur yang dalam pada permukaan oklusal akhirnya menjadi tempat
asam oleh bakteri akan lebih cepat sehingga timbul lubang pada gigi.
3
1.2. Tujuan
pertama permanen.
pertama permanen.
permanen.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Gigi molar pertama permanen adalah gigi yang paling pertama erupsi dalam
pertumbuhan gigi permanen sehingga menjadi penentu bagi sisa gigi permanen
yang belum erupsi. Gigi molar pertama permanen mempunyai daerah permukaan
akar yang maksimal sehingga menjadi titik tumpu pergerakan gigi, mendukung
rahang atas dan bawah, tinggi jarak oklusal, dan aspek estetik susunan gigi
(McDonald, 2016).
Gigi molar pertama permanen terletak distal dari gigi molar kedua sulung.
Gigi tersebut mulai terklasifikasi pada saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi
yang terbesar diantara gigi geligi susu dan gigi ini terupsi setelah pertumbuhan
dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya. Gigi molar
makanan. Gigi molar pertama permanen memiliki permukaan kunyah yang lebar
Gigi molar pertama permanen pada anak-anak banyak yang terserang karies
segera setelah erupsi. Tingginya prevalensi karies gigi molar pertama permanen
dikaitkan dengan permukaan oklusal gigi yang memiliki pit dan fissure yang
dalam serta kebersihan mulut anak yang buruk. Pit dan fisur pada gigi posterior
5
sangat rentan terhadap karies karena sisa makanan mudah menumpuk di daerah
merupakan gigi yang paling lama berada di dalam rongga mulut. Oleh sebab itu,
gigi ini termasuk gigi yang paling berisiko terkena karies. Deteksi dini karies dan
mencegah gigi molar pertama dari faktor risiko sangat penting untuk memelihara
2.1.1. Etiologi
Pada umumnya tidak ada perbedaan prinsip mengenai penyebab dari suatu
karies pada gigi molar pertama permanen. Karies gigi merupakan penyakit yang
a. Mikroorganisme
yang paling banyak adalah jenis streptokokus yang dapat tumbuh dan
berkembang biak terutama dalam kondisi kesehatan mulut yang buruk. Setiap
mampu membuat asam dari karbohidrat yang diragikan dan dapat tumbuh
subur dalam suasana asam serta dapat melekat pada permukaan gigi karena
6
karbohidrat makanan dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain.
Bakteri streptokokus mutans dan laktobasilus juga dapat tumbuh subur pada
gigi molar pertama permanen yang didukung oleh bentuk morfologi pit dan
fisur gigi tersebut yang dalam. Bakteri mudah melakukan kolonisasi dalam
Pada penderita karies juga ditemui jumlah laktobasilus pada plak gigi
dengan konsentrasi sekitar 10.000 – 100.000 sel/mg plak. Plak gigi terbentuk
dari campuran bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan
dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut. Dalam beberapa hari, plak
b. Substrat
Pada umumnya anak sangat menyukai makanan yang manis dan lengket
kariogenik diantara gula atau karbohidrat yang lain. Makanan dan minuman
yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada
menit untuk kembali ke pH normal sekitar 7. Oleh karena itu, konsumsi gula
7
c. Host
yang memudahkan retensi plak. Permukaan oklusal molar permanen, pit dan
permukaan molar permanen bawah, serta pit lingual insisivus permanen atas
karena plak yang mengandung bakteri akan melekat pada daerah tersebut.
dari sedikit asam sampai sedikit basa dengan pH saliva berkisar 6,2 – 7,6.
Saliva memegang peranan utama dalam metabolisme asam basa bakteri mulut
yang mana metabolisme ini sebagian besar menentukan pH. pH saliva akan
membasahi gigi. Apabila saliva normal di dalam lingkungan gigi maka karies
tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan
d. Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
8
sesudah erupsi gigi. Di samping itu, apabila sukrosa semakin lama di dalam
mulut maka aktivitas karies akan lebih besar. Hal ini dikarenakan aktivitas
gigi molar pertama permanen. Faktor tersebut antara lain gigi molar pertarna
permanen terupsi pada saat usia anak masih sangat muda sehingga adanya
perhatian dari orang tua. Tingkat kepedulian orang tua berkaitan dengan faktor
perilaku yang positif terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. Hal ini dapat berupa
kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak yang kemudian dapat
orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat karies yang
lebih tinggi daripada anak dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
9
lebih tinggi. Selain itu terdapat anggapan bahwa gigi anak tidak perlu dirawat
karena nantinya akan diganti dengan gigi dewasa (Purwanti dan Almujadi, 2017).
Di sisi lain, masih terdapat dokter gigi yang enggan atau selalu mengalami
kesulitan apabila merawat gigi anak. Padahal, keadaan gigi anak yang dijumpai di
klinik sudah parah dan anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibatnya.
Selain itu, faktor sosio-ekonomi juga dapat memengaruhi terjadinya karies gigi
pada anak. Hal ini berkaitan dengan mahalnya biaya perawatan gigi sehingga anak
untuk mendapatkan perawatan gigi dan memiliki kesehatan gigi dan mulut baik.
erat dengan kontrol orang tua terhadap konsumsi makanan dan perilaku anak
dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Adanya kontrol tersebut dapat
menurunkan risiko terjadinya karies. Namun, apabila orang tua tidak melakukan
makanan anak terutama konsumsi gula maka dapat meningkatkan risiko karies
gigi dan mulut merupakan aspek yang sangat penting. Kesehatan gigi dan mulut
merupakan gerbang awal bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Ketika gigi
sedang dalam kondisi sakit, proses pemenuhan nutrisi dapat mengalami gangguan.
10
Hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak terutama pada balita dan
semakin lama gigi tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harus dicabut.
Karies dapat mengenai semua gigi dimana kerentanan gigi manusia dan
Frekuensi terjadinya lesi karies pada permukaan gigi bervariasi menurut usia
Prevalensi dan insiden terjadinya karies paling tinggi adalah pada periode gigi
bercampur dimana pada kelompok usia ini, gigi molar pertama permanen adalah
gigi yang paling mudah terserang karies. Gigi molar pertama permanen
merupakan kunci oklusi karena gigi tersebut merupakan gigi permanen yang
Karies gigi molar pertama permanen pada anak dapat menimbulkan berbagai
masalah. Mayoritas anak datang dengan keluhan adanya rasa sakit dimana karies
telah menunjukkan gejala yang sudah lanjut. Dimulai dengan diskolorasi coklat
atau hitam, terdapatnya kavitas, dan terasa adanya lubang dalam gigi dengan
sentuhan lidahnya atau bahkan terasa ngilu. Sebaliknya, pada beberapa kondisi
dimana sekalipun karies sudah sampai dentin namun dapat saja tidak
menimbulkan keluhan. Hal ini dapat terjadi karena secara normal, email dan
dentin nekrotik melindungi dentin yang sensitif dan pulpa dari stimulus tersebut.
Kavitas yang tidak dirawat dapat berlanjut menimbulkan rasa sakit jika
dimasuki makanan yang manis maupun terstimulus oleh panas atau dingin karena
karies sudah berada dekat dengan pulpa atau bahkan sudah menembusnya. Selain
11
itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan abses di rongga mulut yang menimbulkan
terutama anak dapat menurun. Karies yang sudah parah dapat menyebabkan
anak menjadi enggan untuk makan dikarenakan rasa sakit yang timbul pada saat
anak mengunyah. Jika keadaan ini tidak diatasi, anak dapat mengalami
rasa rendah diri atau kurang percaya diri . Dampaknya, interaksi anak dengan
Pada kondisi tertentu dimana gigi sudah tidak dapat lagi dirawat maka harus
dilakukan pencabutan dini yang dapat menyebabkan maloklusi gigi antara lain
gigi berjejal dan gangguan oklusi. Gigi yang bersebelahan dapat bergeser atau
gigi. Pada beberapa kondisi, perubahan posisi gigi dapat menyebabkan perubahan
cara pengunyahan. Hal tersebut dapat mengakibatkan otot rahang menjadi sakit
dan timbul sakit kepala, sendi rahang berbunyi, dan terbatasnya pembukaan
mulut. Apabila telah terjadi malposisi gigi maka harus dilakukan perawatan
pendekatan restoratif.
karies. Hal ini menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode
pengrusakan dan perbaikan yang silih berganti. Jika kekuatan perusak melebihi
kekuatan reparatif saliva maka karies akan terus berlanjut. Sebaliknya, jika
kekuatan reparatif melebihi kekuatan perusak maka karies akan terhenti sesuai
dengan stadium.
2.3.1. Preventif
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah karies. Namun, hal
terpenting dalam pencegahan karies gigi pada anak adalah dengan mengetahui
Selain itu, penegakan diagnosis dini juga penting karena apabila kerusakan
yang dikonsumsi dan diawali oleh asam yang dihasilkan selama penguraian
karbohidrat oleh bakteri dalam plak gigi. Berdasarkan hal tersebut maka
13
Hal yang perlu ditekankan pada orang tua dan anak yaitu agar sebisa mungkin
terkait dengan pemilihan jenis sikat gigi, frekuensi menyikat gigi, serta teknik
menyikat gigi. Sebaiknya jangan memilih sikat gigi yang terlalu keras
ataupun jarang. Pada anak, sikat gigi yang memiliki bulu lembut cukup
efektif untuk digunakan karena dapat mencapai celah dan ruang gigi dimana
terdapat plak dan sisa makanan yang menempel. Untuk mendorong anak agar
menyikat gigi, dapat dilakukan pemilihan sikat gigi dengan bentuk yang lucu
dan warna yang terang. Pemilihan pasta gigi juga dapat disesuaikan dengan
Penyikatan gigi efektif dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan
malam sebelum tidur. Orang tua memiliki peran untuk membantu anak dalam
ini.
14
c. Penggunaan flossing
d. Penggunaan fluor
e. Fissure sealant
Sealant berfungsi sebagai suatu barrier yang melindungi email dari plak dan
asam sehingga dapat terhindar dari karies. Fissure sealant merupakan upaya
Keistimewaan fissure sealant antara lain dapat melindungi gigi permanen dari
destruksi yang meluas dengan melindungi email gigi dari plak dan asam,
prosedur yang mudah dilakukan, hemat waktu dan biaya serta mengurangi
2.3.2. Kuratif
pada diagnosisnya. Karies dini dan belum terasa sakit yang mana hanya ada
perwarnaan hitam atau coklat pada email maka dapat dilakukan preparasi minimal
Pada gigi dengan karies yang sudah meluas ke dentin, gigi biasanya akan
terasa ngilu apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. Jika
15
karies sudah meluas dan sangat dekat dengan pulpa maka dapat dilakukan
tindakan pulp capping. Pulp capping adalah peletakan bahan pelindung pulpa di
atas pulpa yang terbuka dimana keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka
tersebut tidak dalam keadaan patologis. Tindakan pulp capping dilakukan untuk
Pada karies yang sudah mengenai pulpa, perawatan gigi dilakukan dengan
membersihkan kamar pulpa dan saluran akar yang disebut dengan perawatan
dari kamar pulpa yang kemudian diikuti dengan penempatan medikamen di atas
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Prevalensi karies gigi molar pertama permanen pada anak tergolong tinggi.
oklusal gigi yang memiliki pit dan fissure yang dalam yang memudahkan retensi
plak. Selain itu, terdapat faktor predisposisi lainnya seperti adanya keterbatasan
yang dimiliki anak dalam membersihkan giginya, orang tua yang kurang peduli
dengan kesehatan gigi anak, serta faktor pendidikan dan sikap dokter gigi yang
enggan atau kesulitan dalam merawat gigi anak. Hal-hal tersebut dapat
Pencabutan dini gigi molar pertama permanen yang mengalami karies dapat
menimbulkan berbagai masalah yaitu maloklusi dan malposisi gigi. Kondisi ini
terkait dengan karies gigi molar pertama permanen antara lain adanya rasa sakit
akibat karies atau gigi goyang yang kemudian mengakibatkan aktivitas belajar
terganggu dan berdampak pada tingkat produktivitas anak yang menurun. Rasa
sakit akibat karies atau gigi goyang juga dapat mengakibatkan gangguan
makan dan tidur. Apabila kondisi tersebut dibiarkan, karies gigi dapat
menimbulkan rasa rendah diri atau kurang percaya diri. Sehingga, anak
3.2. Saran
dilakukan tindakan preventif dan kuratif sesuai dengan diagnosis dan rencana
DAFTAR PUSTAKA