Anda di halaman 1dari 23

KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA ANAK

HALAMAN JUDUL

Makalah Ini Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Akreditasi

Untuk Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil

Dari Golongan III/D Ke Golongan IV/A

Oleh:

drg. Fatma Nur

NIP. 197701302009022001

DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA


PUSKESMAS KEDURUS
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah disahkan pada tanggal ........ ............................. ............

Mengesahkan,

Atasan langsung, Penulis,

Dr. drg. Fatma Nur


Pembina TK. I …………………..
NIP. 19 NIP. 197701302009022001

Surabaya, Juni 2021

Tim Akreditasi Tanda Tangan

1. 1. ........................................

2. 2. ........................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah,

rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah

ini dengan baik. Adapun judul yang saya ambil dalam makalah ini adalah “Karies

Gigi Molar Pertama Permanen pada Anak”.

Dalam penyusunan makalah ini saya mendapatkan arahan serta bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami saya sampaikan rasa

hormat dan terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmat dan berkah.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna baik

dari segi isi ataupun susunannya. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran demi kempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi tenaga kesehatan

maupun bagi para pembaca lainnya.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................1
1.2. Tujuan...................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4
2.1. Karies Gigi Molar Pertama Permanen..................................................4
2.1.1. Etiologi........................................................................................5
2.1.2. Faktor Predisposisi......................................................................8
2.2. Masalah yang Ditimbulkan...................................................................9
2.3. Penanggulan Karies Gigi Molar Pertama Permanen...........................12
2.3.1. Preventif....................................................................................12
2.3.2. Kuratif.......................................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1. Kesimpulan.........................................................................................16
3.2. Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut FDI World Dental Federation dalam Glick et al. (2017), kesehatan

gigi dan mulut mencakup beberapa aspek yakni kemampuan berbicara, membau,

mengecap, menyentuh, mengunyah, menelan dan menyampaikan beberapa variasi

dari emosi melalui ekspresi wajah dengan percaya diri tanpa rasa sakit, rasa tidak

nyaman dan penyakit kraniofasial yang kompleks.

Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 yang disusun oleh

Institute for Health Metrics and Evaluation (2016), masalah kesehatan gigi dan

mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari

setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Menurut Kementerian

Kesehatan RI (2019), berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi karies di

Indonesia adalah sebesar 88,8% dengan prevalensi karies akar sebesar 56,6%.

Prevalensi karies cenderung tinggi (di atas 70%) pada semua kelompok umur.

Pada usia 5-9 tahun, prevalensi karies gigi sebesar 92,6% dan pada usia 10-14

tahun prevalensi karies gigi sebesar 73,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa prevalensi karies gigi pada usia anak

cukup tinggi dan membutuhkan perhatian khusus. Terutama pada anak usia 6

sampai 9 tahun yang mana pada usia 6 tahun gigi molar permanen sudah mulai

tumbuh sehingga lebih rentan terkena karies. Sedangkan, usia 9 tahun merupakan

masa dimana jumlah gigi permanen dan gigi sulung dalam rongga mulut hampir

sama (Liwe, Mintjelungan dan Gunawan, 2015).


2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nazir et al. (2019), prevalensi

karies yang paling banyak terjadi adalah karies pada gigi molar pertama permanen

dengan persentase sebesar 50,4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

lain yang dilakukan oleh Dimitrov et al. (2017) menunjukkan bahwa 93% anak

usia 5 – 7 tahun pernah mengalami karies. Pemeriksaan dalam penelitian tersebut

dilakukan pada gigi molar pertama permanen dengan hasil sebanyak 81,5% karies

mengenai permukaan aproksimal dan 19,6% mengenai permukaan oklusal.

Menurut penelitian Liwe, Mintjelungan dan Gunawan (2015), angka kejadian

karies gigi molar pertama permanen pada anak usia 6 – 9 tahun tergolong tinggi.

Hal ini dapat disebabkan oleh karena anak terlalu sering mengonsumsi makanan

yang banyak mengandung gula seperti cokelat, permen dan biskuit. Kondisi

tersebut semakin diperparah dengan kurangnya kesadaran untuk membersihkan

gigi setelah mengonsumsi makanan yang tinggi kandungan gula.

Manoy, Kawengian dan Mintjelungan (2015) dalam penelitiannya

menegaskan bahwa anak usia 9 tahun memiliki persentase karies gigi molar

pertama permanen yang cukup besar. Pada anak usia 9 tahun, molar pertama

permanen sebagai gigi permanen yang pertama kali erupsi dalam rongga mulut.

Anak belum mampu untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut sehingga dengan

pit dan fisur yang dalam pada permukaan oklusal akhirnya menjadi tempat

penumpukan sisa makanan dan mikroorganisme. Hal ini menyebabkan produksi

asam oleh bakteri akan lebih cepat sehingga timbul lubang pada gigi.
3

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui etiologi dan faktor predisposisi karies gigi molar

pertama permanen.

2. Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan dari karies gigi molar

pertama permanen.

3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan karies gigi molar pertama

permanen.
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Karies Gigi Molar Pertama Permanen

Gigi molar pertama permanen adalah gigi yang paling pertama erupsi dalam

pertumbuhan gigi permanen sehingga menjadi penentu bagi sisa gigi permanen

yang belum erupsi. Gigi molar pertama permanen mempunyai daerah permukaan

akar yang maksimal sehingga menjadi titik tumpu pergerakan gigi, mendukung

gerakan pengunyahan rongga mulut, serta mempengaruhi jarak vertikal dari

rahang atas dan bawah, tinggi jarak oklusal, dan aspek estetik susunan gigi

(McDonald, 2016).

Gigi molar pertama permanen terletak distal dari gigi molar kedua sulung.

Gigi tersebut mulai terklasifikasi pada saat bayi dilahirkan. Gigi ini adalah gigi

yang terbesar diantara gigi geligi susu dan gigi ini terupsi setelah pertumbuhan

dan perkembangan rahang sudah cukup memberi tempat untuknya. Gigi molar

pertama permanen berfungsi untuk mengunyah, menumbuk, dan menggiling

makanan. Gigi molar pertama permanen memiliki permukaan kunyah yang lebar

dengan banyak tonjolan dan lekukan (Itjiningsih, 2014).

Gigi molar pertama permanen pada anak-anak banyak yang terserang karies

segera setelah erupsi. Tingginya prevalensi karies gigi molar pertama permanen

dikaitkan dengan permukaan oklusal gigi yang memiliki pit dan fissure yang

dalam serta kebersihan mulut anak yang buruk. Pit dan fisur pada gigi posterior
5

sangat rentan terhadap karies karena sisa makanan mudah menumpuk di daerah

tersebut (Listrianah, Zainur dan Hisata, 2018).

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa gigi molar pertama permanen

merupakan gigi yang paling lama berada di dalam rongga mulut. Oleh sebab itu,

gigi ini termasuk gigi yang paling berisiko terkena karies. Deteksi dini karies dan

mencegah gigi molar pertama dari faktor risiko sangat penting untuk memelihara

kesehatan rongga mulut secara keseluruhan.

2.1.1. Etiologi

Pada umumnya tidak ada perbedaan prinsip mengenai penyebab dari suatu

karies. Namum, terdapat faktor-faktor yang merupakan predisposisi terjadinya

karies pada gigi molar pertama permanen. Karies gigi merupakan penyakit yang

multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa faktor utama yaitu mikroorganisme,

substrat, host (gigi dan saliva), dan waktu.

a. Mikroorganisme

Bakteri yang semula menghuni pelikel adalah berbentuk kokus, terutama

yang paling banyak adalah jenis streptokokus yang dapat tumbuh dan

berkembang biak terutama dalam kondisi kesehatan mulut yang buruk. Setiap

mililiter saliva dijumpai 10-200 juta berbagai bentuk bakteri.

Bakteri yang paling berperan untuk menimbulkan penyakit karies adalah

bakteri kariogenik yakni streptokokus mutans dan laktobasilus. Bakteri ini

mampu membuat asam dari karbohidrat yang diragikan dan dapat tumbuh

subur dalam suasana asam serta dapat melekat pada permukaan gigi karena
6

kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari

karbohidrat makanan dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain.

Bakteri streptokokus mutans dan laktobasilus juga dapat tumbuh subur pada

gigi molar pertama permanen yang didukung oleh bentuk morfologi pit dan

fisur gigi tersebut yang dalam. Bakteri mudah melakukan kolonisasi dalam

daerah tersebut sehingga gigi tersebut rentan akan karies.

Pada penderita karies juga ditemui jumlah laktobasilus pada plak gigi

dengan konsentrasi sekitar 10.000 – 100.000 sel/mg plak. Plak gigi terbentuk

dari campuran bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan

mulut, leukosit, limfosit dan sisa-sisa makanan yang kemudian berinteraksi

dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut. Dalam beberapa hari, plak

ini akan bertambah tebal dan mengandung berbagai bakteri.

b. Substrat

Pada umumnya anak sangat menyukai makanan yang manis dan lengket

seperti permen, coklat, es krim, biskuit dan sebagainya. Makanan tersebut

mengandung sukrosa tinggi yang merupakan jenis karbohidrat yang paling

kariogenik diantara gula atau karbohidrat yang lain. Makanan dan minuman

yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada

level tertentu yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Kondisi asam

ini tetap bertahan selama beberapa waktu dan dibutuhkan waktu 30 – 60

menit untuk kembali ke pH normal sekitar 7. Oleh karena itu, konsumsi gula
7

yang berulang-ulang diantara jam makan akan menahan pH plak di bawah

normal dan menyebabkan kecenderungan gigi anak menjadi karies.

c. Host

Morfologi gigi molar dan insisivus permanen mempunyai daerah-daerah

yang memudahkan retensi plak. Permukaan oklusal molar permanen, pit dan

alur pertumbuhan pada permukaan lingual molar permanen atas dan

permukaan molar permanen bawah, serta pit lingual insisivus permanen atas

terutama insisivus lateralis merupakan daerah yang rentan terhadap karies

karena plak yang mengandung bakteri akan melekat pada daerah tersebut.

Pada keadaan normal, pH saliva bervariasi pada masing-masing individu

dari sedikit asam sampai sedikit basa dengan pH saliva berkisar 6,2 – 7,6.

Saliva memegang peranan utama dalam metabolisme asam basa bakteri mulut

yang mana metabolisme ini sebagian besar menentukan pH. pH saliva akan

menurun menjadi 4 – 5 dalam waktu tiga menit setelah mengkonsumsi

karbohidrat dan setelah satu jam akan kembali ke keadaan semula.

Saliva sangat memengaruhi proses terjadinya karies karena saliva selalu

membasahi gigi. Apabila saliva normal di dalam lingkungan gigi maka karies

tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu melainkan

dalam bulan atau tahun.

d. Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang

berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
8

dibutuhkan suatu karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas bervariasi

dan diperkirakan antara 6 – 48 bulan. Penelitian pada sebagian besar anak

memperlihatkan serangan karies mencapai puncaknya pada waktu 2 – 4 tahun

sesudah erupsi gigi. Di samping itu, apabila sukrosa semakin lama di dalam

mulut maka aktivitas karies akan lebih besar. Hal ini dikarenakan aktivitas

karies juga bergantung pada frekuensi konsumsi sukrosa. Sehingga,

didapatkan adanya hubungan yang pasti antara frekuensi makanan tambahan

di antara jam-jam makan dengan frekuensi karies gigi.

2.1.2. Faktor Predisposisi

Terdapat beberapa faktor yang juga mempengaruhi terjadinya karies pada

gigi molar pertama permanen. Faktor tersebut antara lain gigi molar pertarna

permanen terupsi pada saat usia anak masih sangat muda sehingga adanya

keterbatasan anak dalam membersihkan giginya. Anak belum mampu melakukan

prosedur penyikatan gigi yang baik sehingga masih sangat membutuhkan

perhatian dari orang tua. Tingkat kepedulian orang tua berkaitan dengan faktor

pendidikan. Kurangnya pengetahuan dapat mengakibatkan kurangnya sikap dan

perilaku yang positif terhadap pemeliharaan kesehatan gigi. Hal ini dapat berupa

kurangnya perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak yang kemudian dapat

memengaruhi terjadinya karies pada anak. Penelitian menunjukkan anak dengan

orang tua yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki tingkat karies yang

lebih tinggi daripada anak dengan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan
9

lebih tinggi. Selain itu terdapat anggapan bahwa gigi anak tidak perlu dirawat

karena nantinya akan diganti dengan gigi dewasa (Purwanti dan Almujadi, 2017).

Di sisi lain, masih terdapat dokter gigi yang enggan atau selalu mengalami

kesulitan apabila merawat gigi anak. Padahal, keadaan gigi anak yang dijumpai di

klinik sudah parah dan anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibatnya.

Selain itu, faktor sosio-ekonomi juga dapat memengaruhi terjadinya karies gigi

pada anak. Hal ini berkaitan dengan mahalnya biaya perawatan gigi sehingga anak

dengan latar belakang sosio-ekonomi rendah kurang memperoleh kesempatan

untuk mendapatkan perawatan gigi dan memiliki kesehatan gigi dan mulut baik.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa karies pada anak berhubungan

erat dengan kontrol orang tua terhadap konsumsi makanan dan perilaku anak

dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Adanya kontrol tersebut dapat

menurunkan risiko terjadinya karies. Namun, apabila orang tua tidak melakukan

tindakan pencegahan terhadap perilaku kebersihan mulut dan kontrol konsumsi

makanan anak terutama konsumsi gula maka dapat meningkatkan risiko karies

(Manoy, Kawengian dan Mintjelungan, 2015).

2.2. Masalah yang Ditimbulkan

Lestari, Wowor dan Tambunan (2016) menyatakan bahwa status kesehatan

gigi dan mulut merupakan aspek yang sangat penting. Kesehatan gigi dan mulut

merupakan gerbang awal bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Ketika gigi

sedang dalam kondisi sakit, proses pemenuhan nutrisi dapat mengalami gangguan.
10

Hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak terutama pada balita dan

semakin lama gigi tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harus dicabut.

Karies dapat mengenai semua gigi dimana kerentanan gigi manusia dan

permukaannya terhadap karies gigi menunjukkan derajat yang berbeda-beda.

Frekuensi terjadinya lesi karies pada permukaan gigi bervariasi menurut usia

Prevalensi dan insiden terjadinya karies paling tinggi adalah pada periode gigi

bercampur dimana pada kelompok usia ini, gigi molar pertama permanen adalah

gigi yang paling mudah terserang karies. Gigi molar pertama permanen

merupakan kunci oklusi karena gigi tersebut merupakan gigi permanen yang

pertama erupsi dan posisinya tidak menggantikan gigi susu.

Karies gigi molar pertama permanen pada anak dapat menimbulkan berbagai

masalah. Mayoritas anak datang dengan keluhan adanya rasa sakit dimana karies

telah menunjukkan gejala yang sudah lanjut. Dimulai dengan diskolorasi coklat

atau hitam, terdapatnya kavitas, dan terasa adanya lubang dalam gigi dengan

sentuhan lidahnya atau bahkan terasa ngilu. Sebaliknya, pada beberapa kondisi

dimana sekalipun karies sudah sampai dentin namun dapat saja tidak

menimbulkan keluhan. Hal ini dapat terjadi karena secara normal, email dan

dentin nekrotik melindungi dentin yang sensitif dan pulpa dari stimulus tersebut.

Kavitas yang tidak dirawat dapat berlanjut menimbulkan rasa sakit jika

dimasuki makanan yang manis maupun terstimulus oleh panas atau dingin karena

karies sudah berada dekat dengan pulpa atau bahkan sudah menembusnya. Selain
11

itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan abses di rongga mulut yang menimbulkan

pembengkakan pada wajah.

Walaupun tidak menimbulkan kematian, adanya kerusakan pada gigi dan

jaringan pendukungnya dapat mengakibatkan tingkat produktivitas seseorang

terutama anak dapat menurun. Karies yang sudah parah dapat menyebabkan

anak menjadi enggan untuk makan dikarenakan rasa sakit yang timbul pada saat

anak mengunyah. Jika keadaan ini tidak diatasi, anak dapat mengalami

kekurangan gizi dan mengakibatkan aktivitas sehari-hari terganggu. Anak menjadi

tidak nyaman dalam bergaul, berkomunikasi, dan bermain sehingga menimbulkan

rasa rendah diri atau kurang percaya diri . Dampaknya, interaksi anak dengan

lingkungan menjadi kurang baik.

Pada kondisi tertentu dimana gigi sudah tidak dapat lagi dirawat maka harus

dilakukan pencabutan dini yang dapat menyebabkan maloklusi gigi antara lain

gigi berjejal dan gangguan oklusi. Gigi yang bersebelahan dapat bergeser atau

miring ke tempat bekas pencabutan, mengakibatkan terbentuknya celah antara

gigi. Pada beberapa kondisi, perubahan posisi gigi dapat menyebabkan perubahan

cara pengunyahan. Hal tersebut dapat mengakibatkan otot rahang menjadi sakit

dan timbul sakit kepala, sendi rahang berbunyi, dan terbatasnya pembukaan

mulut. Apabila telah terjadi malposisi gigi maka harus dilakukan perawatan

ortodonti yang membutuhkan biaya lebih mahal.


12

2.3. Penanggulan Karies Gigi Molar Pertama Permanen

Penanggulangan karies gigi molar pertama permanen dapat berupa tindakan

preventif dan kuratif yang bertujuan mempertahankan kesehatan gigi di rongga

mulut. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran

gigi, penanganan karies lebih ditekankan pada pendekatan preventif dibandingkan

pendekatan restoratif.

Karies gigi merupakan penyakit yang dapat dicegah. Adanya kemampuan

saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses

karies. Hal ini menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode

pengrusakan dan perbaikan yang silih berganti. Jika kekuatan perusak melebihi

kekuatan reparatif saliva maka karies akan terus berlanjut. Sebaliknya, jika

kekuatan reparatif melebihi kekuatan perusak maka karies akan terhenti sesuai

dengan stadium.

2.3.1. Preventif

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah karies. Namun, hal

terpenting dalam pencegahan karies gigi pada anak adalah dengan mengetahui

penyebabnya sehingga dapat ditentukan bagaimana melakukan pencegahannya.

Selain itu, penegakan diagnosis dini juga penting karena apabila kerusakan

dibiarkan maka hanya dapat ditanggulangi dengan tindakan operatif.

Umumnya karies gigi pada anak sering dihubungkan dengan makanan

yang dikonsumsi dan diawali oleh asam yang dihasilkan selama penguraian

karbohidrat oleh bakteri dalam plak gigi. Berdasarkan hal tersebut maka
13

pengaturan konsumsi karbohidrat dan pembersihan plak dapat diterapkan. Berikut

ini merupakan cara pencegahan karies gigi yang dapat dilakukan:

a. Pengaturan konsumsi makanan

Hal yang perlu ditekankan pada orang tua dan anak yaitu agar sebisa mungkin

mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat olahan terutama sukrosa

di antara waktu makan. Selain itu, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan

yang mengandung air dan berserat untuk efek self cleansing.

b. Petunjuk menyikat gigi

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memberikan petunjuk yakni

terkait dengan pemilihan jenis sikat gigi, frekuensi menyikat gigi, serta teknik

menyikat gigi. Sebaiknya jangan memilih sikat gigi yang terlalu keras

ataupun jarang. Pada anak, sikat gigi yang memiliki bulu lembut cukup

efektif untuk digunakan karena dapat mencapai celah dan ruang gigi dimana

terdapat plak dan sisa makanan yang menempel. Untuk mendorong anak agar

menyikat gigi, dapat dilakukan pemilihan sikat gigi dengan bentuk yang lucu

dan warna yang terang. Pemilihan pasta gigi juga dapat disesuaikan dengan

rasa yang disenangi oleh anak.

Penyikatan gigi efektif dilakukan pada pagi hari setelah sarapan dan

malam sebelum tidur. Orang tua memiliki peran untuk membantu anak dalam

melakukan penyikatan gigi setidaknya hingga anak berusia 6 tahun yang

kemudian dilanjutkan dengan pengawasan terhadap prosedur penyikatan gigi

ini.
14

c. Penggunaan flossing

Penggunaan dental floss memungkinkan pembersihan plak dari permukaan

aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau dengan sikat gigi.

d. Penggunaan fluor

Pemberian varnis fluor dianjurkan untuk anak karena mudah diaplikasikan.

Varnis fluor diberikan sebanyak 3 atau 6 bulan sekali.

e. Fissure sealant

Sealant berfungsi sebagai suatu barrier yang melindungi email dari plak dan

asam sehingga dapat terhindar dari karies. Fissure sealant merupakan upaya

preventif yang paling ideal untuk gigi molar pertama permanen.

Keistimewaan fissure sealant antara lain dapat melindungi gigi permanen dari

destruksi yang meluas dengan melindungi email gigi dari plak dan asam,

prosedur yang mudah dilakukan, hemat waktu dan biaya serta mengurangi

ketidaknyamanan selama prosedur perawatan gigi.

2.3.2. Kuratif

Apabila karies sudah terjadi maka perawatan yang dilakukan tergantung

pada diagnosisnya. Karies dini dan belum terasa sakit yang mana hanya ada

perwarnaan hitam atau coklat pada email maka dapat dilakukan preparasi minimal

dengan menggunakan bahan resin komposit atau semen ionomer kaca.

Keuntungan perawatan ini adalah dapat dilakukan dalam sekali kunjungan.

Pada gigi dengan karies yang sudah meluas ke dentin, gigi biasanya akan

terasa ngilu apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. Jika
15

karies sudah meluas dan sangat dekat dengan pulpa maka dapat dilakukan

tindakan pulp capping. Pulp capping adalah peletakan bahan pelindung pulpa di

atas pulpa yang terbuka dimana keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka

tersebut tidak dalam keadaan patologis. Tindakan pulp capping dilakukan untuk

melindungi pulpa vital sehingga jaringan pulpa dapat melaksanakan perbaikannya

sendiri dengan membuat dentin sekunder.

Pada karies yang sudah mengenai pulpa, perawatan gigi dilakukan dengan

membersihkan kamar pulpa dan saluran akar yang disebut dengan perawatan

endodonti yakni pulpotomi dan pulpektomi. Pulpotomi adalah pembuangan pulpa

dari kamar pulpa yang kemudian diikuti dengan penempatan medikamen di atas

orifis yang akan menstimulasikan perbaikan atau memumifikasikan sisa jaringan

pulpa vital di akar tersebut. Sedangkan, pulpektomi adalah pembuangan jaringan

pulpa dari kamar pulpa dan saluran akar.


16

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Prevalensi karies gigi molar pertama permanen pada anak tergolong tinggi.

Tingginya prevalensi karies pada gigi dapat dihubungkan dengan permukaan

oklusal gigi yang memiliki pit dan fissure yang dalam yang memudahkan retensi

plak. Selain itu, terdapat faktor predisposisi lainnya seperti adanya keterbatasan

yang dimiliki anak dalam membersihkan giginya, orang tua yang kurang peduli

dengan kesehatan gigi anak, serta faktor pendidikan dan sikap dokter gigi yang

enggan atau kesulitan dalam merawat gigi anak. Hal-hal tersebut dapat

menyebabkan berkembangnya karies di gigi molar pertama permanen

terutama pada anak.

Pencabutan dini gigi molar pertama permanen yang mengalami karies dapat

menimbulkan berbagai masalah yaitu maloklusi dan malposisi gigi. Kondisi ini

akan membutuhkan perawatan ortodonti yang lebih mahal. Permasalahan lainnya

terkait dengan karies gigi molar pertama permanen antara lain adanya rasa sakit

akibat karies atau gigi goyang yang kemudian mengakibatkan aktivitas belajar

terganggu dan berdampak pada tingkat produktivitas anak yang menurun. Rasa

sakit akibat karies atau gigi goyang juga dapat mengakibatkan gangguan

makan dan tidur. Apabila kondisi tersebut dibiarkan, karies gigi dapat

menimbulkan rasa rendah diri atau kurang percaya diri. Sehingga, anak

menjadi tidak nyaman dalam berkomunikasi, bergaul, dan bermain.


17

3.2. Saran

Untuk mencegah karies gigi molar pertama permanen maka sebaiknya

dilakukan tindakan preventif dan kuratif sesuai dengan diagnosis dan rencana

perawatan yang bertujuan mempertahankan kesehatan gigi di rongga mulut.


18

DAFTAR PUSTAKA

Dimitrov, E. et al. (2017) ‘Caries Prevalence Among 5-7 - Year-Old Children in


Northeast Bulgaria’, Journal of IMAB - Annual Proceeding (Scientific
Papers), 23(3), pp. 1633–1636.
Glick, M. et al. (2017) ‘A New Definition for Oral Health Developed by The FDI
World Dental Federation Opens The Door to A Universal Definition
ofOral Health’, American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, 151(2), pp. 229–231.
Itjiningsih, W.H, Yuwono L. (2014). Anatomi Gigi Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Institute for Health Metrics and Evaluation (2016) The Global Burden of Disease
Study 2016.
Kementerian Kesehatan RI (2019) InfoDATIN Kesehatan Gigi Nasional
September 2019, Pusdatin Kemenkes RI.
Lestari, D. P., Wowor, V. N. S. dan Tambunan, E. (2016) ‘Hubungan Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Jaringan
Periodontal pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
Manembo-nembo Bitung’, e-GIGI, 4(2), pp. 188–195.
Listrianah, L., Zainur, R. A. dan Hisata, L. S. (2019) ‘Gambaran Karies Gigi
Molar Pertama Permanen Pada Siswa – Siswi Sekolah Dasar Negeri 13
Palembang Tahun 2018’, JPP (Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang),
13(2), pp. 136–149.
Liwe, M., Mintjelungan, C. N. dan Gunawan, P. N. (2015) ‘Prevalensi Karies
Gigi Molar Satu Permanen Pada Anak Umur 6-9 Tahun Di Sekolah Dasar
Kecamatan Tomohon Selatan’, e-GIGI, 3(2), pp. 416–420.
Manoy, N. T., Kawengian, S. E. S. dan Mintjelungan, C. N. (2015) ‘Gambaran
Karies Gigi Molar Pertama Permanen Dan Status Gizi Di Sd Katolik 06
Manado’, e-GIGI, 3(2), pp. 317–323.
McDonald, R. E. (2016) McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and
Adolescent. Missouri: Elsevier.
Nazir, M. A. et al. (2019) ‘First Permanent Molar Caries and its Association with
Carious Lesions in Other Permanent Teeth’, Journal of Clinical and
Diagnostic Research, 13(1), pp. 36–39.
19

Purwanti, D. E. dan Almujadi (2017) ‘Pengaruh Tingkat Pendidikan dan


Pekerjaan Orang Tua Terhadap Jumlah Karies Siswa Anak Sekolah
Dasar’, Jurnal Kesehatan Gigi, 4(2), pp. 33–39.

Anda mungkin juga menyukai