Anda di halaman 1dari 10

Penentuan Asam Oksalat…(Irmanto dan Suyata)

PENENTUAN ASAM OKSALAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI DENGAN


METODE METILEN BIRU

Irmanto, Suyata
Jurusan Kimia, Program Sarjana MIPA Unsoed Purwokerto

ABSTRACT
A spectrophotometric method for the determination of oxalic acid has been
developed, based on its catalytic effect on the redox reaction between methylene blue and
sulphide, measured at the maximum absorption wavelength of 664 nm. Under the
optimum conditions of 3 mL of 31 % formaldehyde; 0.8 mL of 0,067 M EDTA -
Triethanolamine; 1.2 mL of 0,010 M sulphide; 2 mL of 0,0010 % methylene blue at 20 oC
for 1 minute a detection limit of 0,43 g/mL for oxalic acid determination was obtained.
This method can be applied to determination of trace level of oxalic acid

Keywords : spectrophotometry, oxalic acid, methylene blue, sulphide

PENDAHULUAN berada dalam dosis yang tinggi. Asam


Pertumbuhan penduduk yang oksalat dapat bergabung dengan logam
semakin meningkat, menuntut adanya seperti kalsium di dalam tubuh untuk
perbaikan kondisi kesehatan dan membentuk kristal oksalat yang dapat
kehidupan terutama kebutuhan akan mengganggu usus dan ginjal. Mengikat
makanan. Untuk memenuhi tujuan ini gizi vital seperti kalsium, konsumsi
berbagai jenis bahan kimia harus jangka panjang makanan yang
diproduksi dan digunakan, banyak mengandung kadar asam oksalat tinggi
diantaranya dalam jumLah yang besar. dapat menyebabkan kekurangan gizi
Salah satu contoh bahan kimia yang (Anonim,2005).
biasanya terkandung dalam produk Asam oksalat banyak dihasilkan
makanan yaitu asam-asam organik. oleh tanaman dan hewan. Tidak seperti
Asam-asam organik pada hewan, tanaman mempunyai toleransi
umumnya merupakan turunan dari asam tinggi terhadap asam oksalat. Asam
karboksilat. Asam-asam ini dapat oksalat telah dideteksi dalam jumLah
membentuk garam dengan unsur-unsur yang bervariasi pada seluruh bagian
logam dan mudah dijumpai. Salah satu tanaman seperti pada daun, tangkai daun,
contoh turunan asam karboksilat adalah bunga, umbi dan akar. Salah satu contoh
asam oksalat. Asam oksalat merupakan tanaman yang dapat menghasilkan asam
asam organik kuat dengan nilai pKa oksalat adalah bayam. Konsentrasi
sebesar 1,3 dan 4,3. Molekul asam oksalat tertinggi pada umumnya
oksalat terdiri atas dua gugus karboksil ditemukan pada bagian daun, sedangkan
yang saling terikat sehingga lebih dikenal konsentrasi terendah ditemukan dalam
dengan nama asam dikarboksilat. akar. Oksalat terjadi secara alami di
Senyawa ini banyak ditemukan sebagai tanaman. Terbentuknya senyawa ini
garam asam dalam berbagai tanaman disebabkan oleh bergabungnya asam
yang berasa asam. Asam oksalat dapat oksalat dengan kalsium, besi, sodium,
mengganggu lapisan usus apabila magnesium serta kalium untuk
dikonsumsi dan dapat berakibat fatal jika membentuk sedikit garam dapat larut

45
Molekul, Vol. 1. No. 1. Nopember, 2006 : 45-54

yang terdapat dalam tanaman (Caliskan, katalitik asam oksalat pada reaksi redoks
2000). di antara kalium dikromat dan rodamin B.
Kandungan asam oksalat yang Metode metilen biru telah
terdapat dalam tanaman, misalnya bayam, digunakan untuk penentuan selenium (Se)
banyak sekali kegunaannya. Diantaranya berdasarkan efek katalitik selenium pada
dapat menurunkan kadar kolesterol, reaksi redoks antara metilen biru dengan
mencegah sakit gusi, mengobati eksim, sulfida dengan standar deviasi relatif
asma, untuk perawatan kulit muka, kulit 2,8% (n=16) (Bernal et al., 1990). Atas
kepala dan rambut. Selain itu asam dasar inilah, akan dilakukan penelitian
oksalat dapat mengobati rasa lesu dan untuk penentuan asam oksalat
kurang gairah akibat kurang darah. berdasarkan efek katalitik asam oksalat
Disamping berfungsi dalam bidang pada reaksi redoks antara metilen biru
kesehatan, asam oksalat juga dapat dengan sulfida.
digunakan untuk keperluan yang lain. Metode metilen biru digunakan
Penggunaan asam oksalat yang lebih untuk analisis suatu reaksi berdasarkan
dikenal yaitu sebagai pemutih kayu efek katalitiknya pada reaksi redoks dan
(Anonim,2005). telah banyak digunakan di berbagai
Asam oksalat selain mempunyai bidang untuk analisis pada tingkat
banyak kegunaan, juga dapat konsentrasi runut (trace) karena
menyebabkan toksik bagi tubuh apabila sensitivitasnya yang sangat tinggi dan
dikonsumsi dalam jumLah atau kadar batas deteksinya yang rendah (Bernal et
yang tinggi. Menurut Jiang et al. (1996), al., 1990). Penelitian ini dilakukan untuk
kandungan oksalat yang tinggi dalam urin menentukan kondisi optimum analisis
atau komponen darah dapat menyebabkan yang meliputi konsentrasi reagen,
penyakit ginjal, kekurangan vitamin, temperatur dan waktu reaksi.
penyakit usus dan hiperoksaluria.
Terbentuknya kristal oksalat pada METODE PENELITIAN
tanaman atau sayuran akan menyebabkan Bahan dan Alat
penyakit batu ginjal apabila sayuran Bahan yang digunakan dalam
tersebut dikonsumsi oleh manusia secara penelitian ini adalah formaldehid, EDTA
berlebihan. Oleh karena itu metode yang dalam trietanolamin, sulfida, asam
tepat untuk penentuan asam oksalat oksalat, metilen biru, CuCl, ZnCl2, SnCl2
sangat diperlukan. dan akuades.
Berbagai metode penelitian Alat yang digunakan dalam
tentang asam oksalat telah dilakukan. penelitian ini adalah satu unit
Diantaranya menggunakan metode High- spektrofotometer UV-Visible, neraca
Performance Liquid Chromathographic analitik, water bath thermostate, stop
(HPLC) (Wu et al., 1998), dengan watch, dan alat-alat gelas
kromatografi ion eksklusi (Yang et
al.,2000), dengan kromatografi gas Prosedur Kerja
(Ohkawa,1985), dan dengan Atom 1. Penentuan Konsentrasi Optimum
Absorption Spectroscopy (AAS) Formaldehid (Bernal et al., 1990)
(Menache,1974). Namun, metode-metode Ke dalam labu ukur 10 mL
yang pernah dilakukan ini memiliki ditambahkan 3 mL formaldehid dengan
kelemahan, yaitu tingkat sensitivitas konsentrasi 29 %; 0,8 mL EDTA-
metode yang rendah. Jiang et al.(1996) trietanolamin 0,067 M; 1,2 mL sulfida
telah mengusulkan suatu metode 0,01 M; 2 mL asam oksalat 5 µg/mL dan
spektrofotometri kinetik katalitik untuk 2 mL metilen biru 0,001%, diencerkan
penentuan asam oksalat berdasarkan efek dengan akuades sampai tanda batas.

46
Penentuan Asam Oksalat…(Irmanto dan Suyata)

Campuran tersebut dimasukkan dalam konsentrasi optimum; 0,8 mL EDTA-


water bath thermostate pada suhu 15 0C trietanolamin dengan konsentrasi
selama 1 menit. Setelah itu diukur optimum; 1,2 mL sulfida dengan
absorbansinya pada panjang gelombang konsentrasi optimum; 2 mL asam oksalat
maksimum. Dengan cara yang sama, 5µg/mL dan 2 mL metilen biru dengan
ditentukan absorbansi larutan dengan konsentrasi 6 x 10–4 %, diencerkan
konsentrasi formaldehid dari 31% - 37% dengan akuades sampai tanda batas dan
dengan interval 2. dimasukkan dalam water bath
2. Penentuan Konsentrasi Optimum thermostate pada 15 0C selama 1 menit.
EDTA-trietanolamin (Bernal et al., Kemudian campuran tersebut diukur
1990) absorbansinya pada panjang gelombang
Ke dalam labu ukur 10 mL maksimum. Dengan cara yang sama,
ditambahkan 3 mL formaldehid dengan ditentukan absorbansi larutan dengan
konsentrasi optimum; 0,8 mL EDTA- variasi konsentrasi metilen biru 8 x 10-4
trietanolamin 0,063 M; 1,2 mL sulfida % - 1,4 x 10-3 % dengan interval 0,0002.
0,01 M; 2 mL asam oksalat 5µg/mL dan 5. Penentuan Temperatur Reaksi
2 mL metilen biru 0,001%, diencerkan Optimum (Bernal et al., 1990)
dengan akuades sampai tanda batas dan Ke dalam labu ukur 10 mL
dimasukkan dalam water bath ditambahkan 3 mL formaldehid dengan
thermostate pada suhu 15 0C selama 1 konsentrasi optimum; 0,8 mL EDTA-
menit. Kemudian campuran tersebut trietanolamin dengan konsentrasi
diukur absorbansinya pada panjang optimum; 1,2 mL sulfida dengan
gelombang maksimum. Dengan cara konsentrasi optimum; 2 mL asam oksalat
yang yang sama, diukur serapan larutan dengan konsentrasi 5 µg/mL dan 2 mL
dengan konsentrasi EDTA-trietanolamin metilen biru dengan konsentrasi
dari 0,065 – 0,071 M dengan interval optimum, diencerkan dengan akuades
0,002. sampai tanda batas. Campuran larutan
3. Penentuan Konsentrasi Optimum tersebut dimasukkan ke dalam water bath
Sulfida (Bernal et al., 1990) thermostate pada suhu 10 0C selama 1
Ke dalam labu ukur 10 mL menit. Setelah itu campuran diukur
ditambahkan 3 mL formaldehid dengan absorbansinya pada panjang gelombang
konsentrasi optimum; 0,8 mL EDTA- maksimum. Dengan cara yang sama,
trietanolamin dengan konsentrasi diukur serapan larutan dengan variasi
optimum; 1,2 mL sulfida dengan temperatur reaksi 15 0C sampai dengan
konsentrasi 6 x 10 -3 M; 2 mL asam 30 0C.
oksalat 5µg/mL dan 2 mL metilen biru 6. Penentuan Waktu Reaksi Optimum
0,001%, diencerkan dengan akuades (Bernal et al., 1990)
sampai tanda batas dan dimasukkan Ke dalam labu ukur 10 mL
dalam water bath thermostate pada suhu ditambahkan 3 mL formaldehid dengan
15 0C selama 1 menit. Setelah itu konsentrasi optimum; 0,8 mL EDTA-
campuran diukur absorbansinya pada trietanolamin dengan konsentrasi
panjang gelombang maksimum. Dengan optimum; 1,2 mL sulfida dengan
cara yang sama, diukur serapan larutan konsentrasi optimum; 2 mL asam oksalat
dengan konsentrasi larutan sulfid 8 x 10 -3 dengan konsentrasi 5 µg/mL dan 2 mL
– 1,4 x 10-2 M dengan interval 0,002. metilen biru dengan konsentrasi
4. Penentuan Konsentrasi Optimum optimum, diencerkan dengan akuades
Metilen Biru (Bernal et al., 1990) sampai tanda batas. Campuran larutan
Ke dalam labu ukur 10 mL tersebut dimasukkan ke dalam water bath
ditambahkan 3 mL formaldehid dengan thermostate pada temperatur reaksi

47
Molekul, Vol. 1. No. 1. Nopember, 2006 : 45-54

optimum selama 0,5 menit. Setelah itu 2 MB  S 2   H 2O  2 HMB  2 OH   S


campuran diukur absorbansinya pada Ketika penambahan sulfida terjadi secara
panjang gelombang maksimum. Dengan berlebihan, maka akan diperoleh sulfur,
cara yang sama, diukur serapan larutan kemudian sulfur ini dilarutkan untuk
dengan variasi waktu reaksi 1 – 2 menit.
S  S 2   S...S
membentuk polisulfida :
7. Pengaruh Ion Logam Lain (Bernal 2

et al., 1990) Dengan kehadiran asam oksalat sebagai


Pengaruh ion logam dapat
S...C2 H 2O4 2
katalis, maka akan membentuk komplek :
dipelajari dengan menganalisa larutan

g/mL dan ion-ion logam tunggal (yaitu :


standar yang mengandung asam oksalat 5
sehingga reaksi yang terjadi secara

2 MB  S...C2 H 2O4   2 H 2O  2 HMB  2 OH   S  C2 H 2O4


keseluruhan sebagai berikut :
g/mL sampai 50 g/mL. Ke dalam labu
Cu, Sn, Zn) yang divariasikan dari 10 2

Reaksi ini berjalan lebih cepat dengan


ukur 10 mL ditambahkan 3 mL
adanya katalis asam oksalat dibandingkan
formaldehid dengan konsentrasi
dengan reaksi tanpa katalis asam oksalat
optimum; 0,8 mL EDTA-trietanolamin
(Bernal et al., 1990). Suatu katalis diduga
dengan konsentrasi optimum; 1,2 mL
mempengaruhi kecepatan reaksi dengan
sulfida dengan konsentrasi optimum;
salah satu jalan : (1) dengan pembentukan
asam oksalat dan ion logam dengan
senyawa antara (katalis homogen) atau
perbandingan volume 1:1; dan 2 mL
(2) dengan adsorpsi (katalis heterogen)
metilen biru dengan konsentrasi
(Keenan, dkk, 1984). Katalis asam
optimum, diencerkan dengan akuades
oksalat dalam reaksi redoks antara
sampai tanda batas dan dimasukkan
metilen biru dengan sulfid mempengaruhi
dalam water bath thermostate pada
kecepatan reaksi dengan pembentukan

yaitu S...C2 H 2O4  , kemudian kompleks


temperatur reaksi optimum selama waktu
senyawa antara (komplek intermediat)
reaksi optimum. Kemudian campuran 2
diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum. Respon sinyal intermediat ini akan bereaksi dengan
dari larutan yang mengandung masing- metilen biru dalam pelarut air (H2O)
masing ion logam tersebut dibandingkan sehingga akan menghasilkan suatu
dengan suatu larutan kontrol yang tidak produk akhir reaksi dimana katalis asam
mengandung ion logam. oksalat akan terpisah dari rantai reaksi
(Bernal et al., 1990).
HASIL DAN PEMBAHASAN Laju suatu reaksi dapat
Zat warna metilen biru biasanya dinyatakan sebagai laju berkurangnya
digunakan sebagai pereaksi analitik konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai
dalam analisis spektrofotometri dan laju bertambahnya konsentrasi suatu
spektrofluorometri. Baru-baru ini metilen produk (Keenan, dkk, 1984) sehingga
biru telah dipakai untuk penentuan pengaruh konsentrasi dari formaldehid,
selenium (Bernal et al., 1990). Pada sulfida, EDTA-trietanolamin dan metilen
penelitian ini, metode metilen biru biru terhadap nilai absorbansi dipelajari
dikembangkan untuk penentuan asam untuk menentukan kondisi optimum dari
oksalat berdasarkan efek katalitiknya variable-variabel ini.
pada reaksi redoks antara metilen biru
dengan sulfida. Penentuan Panjang Gelombang
Reaksi redoks antara metilen biru Maksimum
dengan sulfida berlangsung sangat lambat Panjang gelombang maksimum
tanpa kehadiran suatu katalis , persamaan dapat ditentukan dengan mengukur
reaksinya adalah sebagai berikut: absorbansi dari larutan metilen biru

48
Penentuan Asam Oksalat…(Irmanto dan Suyata)

0,001% pada panjang gelombang dari Pengaruh konsentrasi formaldehid


600-660 nm. Berdasarkan kurva hasil terhadap nilai absorbansi seperti yang
pengukuran dimana absorbansi sebagai terlihat pada Gambar 2 menunjukkan
sumbu Y dan panjang gelombang sebagai absorbansi yang bertambah dengan
sumbu X diperoleh hasil seperti yang bertambahnya konsentrasi formaldehid
ditunjukkan pada Gambar 1. sampai mencapai konsentrasi 31 % dan
pada konsentrasi yang lebih tinggi terjadi
0,9000
penurunan absorbansi. Oleh karena itu,
0,8950 31 % dipilih sebagai konsentrasi
0,8900 optimum dari formaldehid untuk
0,8850
penentuan asam oksalat.
Absorbansi

0,8800

0,8750
Penentuan Konsentrasi Optimum
0,8700 EDTA-Trietanolamin
0,8650 Pengaruh konsentrasi EDTA-
0,8600
trietanolamin terhadap nilai absorbansi
660 662 664 666 668 670
Panjang Gelombang
dapat dipelajari dengan memvariasikan
konsentrasi EDTA-trietanolamin pada
Gambar 1. Kurva panjang gelombang range konsentrasi 0,063 M sampai 0,071
Metilen Biru. M. Hasil yang diperoleh seperti terlihat
pada Gambar 3.
Berdasarkan hasil yang 0,0800
ditunjukkan pada Gambar 1 dapat dilihat 0,0700

bahwa absorbansi maksimum metilen 0,0600


Absorbansi

0,0500
biru diperoleh pada panjang gelombang 0,0400
664 nm, sehingga panjang gelombang ini 0,0300

digunakan untuk memonitor reaksi 0,0200


0,0100
(Bernal et al., 1990). 0,0000

Penentuan Konsentrasi Optimum 0,062 0,064 0,066 0,068 0,07 0,072


Konsentrasi (M)
Formaldehid
Hubungan diantara absorbansi (A)
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi EDTA-
dan konsentrasi formaldehid dipelajari
oleh 5 g/mL asam oksalat. (■)
Trietanolamin. () Sistem dikatalis
dengan memvariasikan konsentrasi
formaldehid pada range konsentrasi 29%
sampai 37%. Hasil yang diperoleh seperti Sistem yang tidak dikatalis.
yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil yang
ditunjukkan pada Gambar 3 dapat dilihat
bahwa nilai absorbansi bertambah dengan
0,160
0,140 bertambahnya konsentrasi EDTA-
Absorbansi

0,120
0,100
0,080
trietanolamin pada variasi konsentrasi
0,060
0,040
0,020
dari 0,063 M sampai 0,067 M dan pada
0,000
konsentrasi EDTA-trietanolamin yang
25 30 35 40
Konsentrasi (%)
lebih tinggi terjadi penurunan nilai
absorbansi. Oleh karena itu, 0,067 M
Gambar 2. Pengaruh konsentrasi dipilih sebagai konsentrasi optimum dari
EDTA-trietanolamin.
dikatalis oleh 5 g/mL asam
formaldehid. () Sistem
Nilai absorbansi dari sistem yang
oksalat. (■) Sistem yang tidak dikatalis oleh asam oksalat lebih besar
dikatalis. dari nilai absorbansi dari sistem yang
tidak dikatalis. Hal ini menunjukkan
49
Molekul, Vol. 1. No. 1. Nopember, 2006 : 45-54

bahwa kecepatan reaksi reduksi metilen bertambah dengan bertambahnya


biru oleh sulfida meningkat dengan konsentrasi asam oksalat sampai
penambahan katalis asam oksalat. mencapai konsentrasi 0,0010 % dan pada
Penentuan Konsentrasi Optimum konsentrasi yang lebih tinggi terjadi
Sulfida penurunan. Oleh karena itu, 0,0010%
Hubungan diantara absorbansi dipilih sebagai konsentrasi optimum dari
dan konsentrasi sulfida dipelajari dengan metilen biru untuk penentuan asam
memvariasikan konsentrasi sulfida pada oksalat.
range konsentrasi 6 x 10-3 M sampai 1,4 x
0,4000
10-2 M. Hasil yang diperoleh seperti yang 0,3500
ditunjukkan pada Gambar 4. 0,3000

Absorbansi
0,2500
0,2000
0,1500
0,0700 0,1000
Absorbansi

0,0600
0,0500
0,0500
0,0400
0,0000
0,0300 0,0004 0,0009 0,0014
0,0200
0,0100 Konsentrasi (%)
0,0000
0,000 0,005 0,010 0,015

Konsentrasi (M)
Gambar 5. Pengaruh konsentrasi metilen

5 g/mL asam oksalat. (■)


biru. () Sistem dikatalis oleh
Gambar 4. Pengaruh konsentrasi sulfida
()Sistemd ikatalis oleh Sistem yang tidak dikatalis.
5g/mL asam oksalat.(■)
Sistem yang tidak dikatalis. Penentuan Temperatur Reaksi
Optimum
Pengaruh konsentrasi sulfida Temperatur reaksi memainkan
terhadap nilai absorbansi seperti yang peranan penting dalam sistem reaksi.
terlihat pada Gambar 4 menunjukkan Pengaruh temperatur reaksi pada reaksi
nilai absorbansi bertambah dengan redoks antara metilen biru dengan sulfida
bertambahnya konsentrasi sulfida sampai ini dipelajari dengan memvariasikan
mencapai konsentrasi 0,010 M dan pada temperatur dari 10 0C sampai 30 0C
konsentrasi yang lebih tinggi terjadi seperti terlihat pada Gambar 6.
penurunan nilai absorbansi. Oleh karena 0,007

itu, 0,010 M dipilih sebagai konsentrasi 0,006


Absorbansi

0,005
optimum dari larutan sulfid.
0,004
Penentuan Konsentrasi Optimum 0,003
Metilen Biru 0,002
Pengaruh konsentrasi metilen biru 0,001

terhadap nilai absorbansi dipelajari 0

dengan memvariasikan konsentrasi 0 10 20 30 40


Temperatur oC
metilen biru dari 0,0006% sampai 1,4 x
10-3 % seperti dapat dilihat pada Gambar
5. Gambar 6. Pengaruh temperatur reaksi

g/mL asam oksalat. (■)


Berdasarkan hasil yang () Sistem dikatalis oleh 5
ditunjukkan pada Gambar 5 dapat dilihat
Sistem yang tidak dikatalis.
dikatalis oleh 5 g/mL asam oksalat
bahwa nilai absorbansi dari sistem yang

50
Penentuan Asam Oksalat…(Irmanto dan Suyata)

Berdasarkan hasil yang Penentuan Kurva Kalibrasi


ditunjukkan pada Gambar 6 dapat dilihat Kurva kalibrasi ditentukan di
bahwa kecepatan reaksi bertambah bawah kondisi optimum, hubungan
dengan meningkatnya temperatur reaksi, diantara absorbansi dan konsentrasi asam
dan nilai absorbansi dari sistem yang oksalat dipelajari dengan memvariasikan

konsentrasi 1,2,3,4,5 g/mL. Kurva


dikatalis oleh asam oksalat terjadi konsentrasi asam oksalat pada variasi
penurunan pada temperatur 25 oC. Oleh
karena itu, 20 oC dipilih sebagai kalibrasi standar asam oksalat dapat
temperatur reaksi optimum. dilihat pada Gambar 8.
Nilai absorbansi dari sistem yang
0,0140
dikatalis oleh asam oksalat lebih besar 0,0120

Absorbansi
dari nilai absorbansi dari sistem yang 0,0100
0,0080
tidak dikatalis. Hal ini menunjukkan 0,0060
bahwa reaksi redoks diantara sulfida dan 0,0040

metilen biru dapat dipercepat dengan 0,0020


0,0000
meningkatkan temperatur reaksi dan 0 1 2 3 4 5 6
penambahan asam oksalat sebagai katalis. Konsentrasi Asam Oksalat
Penentuan Waktu Reaksi Optimum
Metode waktu reaksi tertentu Gambar 8. Kurva Kalibrasi Asam Oksalat
digunakan untuk memonitor reaksi
(g/mL)
redoks antara metilen biru dengan sulfida
(Bernal et al., 1990). Lamanya reaksi
redoks ini berlangsung pada konsentrasi Gambar 8. memperlihatkan bahwa

konsentrasi asam oksalat sampai 4 g/mL


dan temperatur reaksi optimum dipelajari kurva kalibrasi linier pada variasi
dengan melihat pengaruh waktu reaksi
pada range 0,5; 1; dan 1,5 menit seperti dengan persamaan regresi
ditunjukkan pada Gambar 7. y = 4.10-3 + 2,05.10-3x. Koefisien
0,0070
korelasi (r) yang diperoleh dari metode
0,0060 ini sebesar 0,9958. Menurut Miller dan

nilai dalam rentang  1  r  1 , sehingga


Absorbansi

0,0050
0,0040
Miller (1991), bahwa r dapat mempunyai
0,0030
0,0020
0,0010 nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh
0,0000

0 0,5 1 1,5 2
ini sebaik nilai yang telah diusulkan.
Waktu (Menit) Nilai r = -1 menggambarkan
korelasi negatif sempurna, yaitu semua
Gambar 7. Pengaruh waktu reaksi.() titik percobaan terletak pada garis lurus

g/mL asam oksalat. (■)


Sistem dikatalis oleh 5 yang negatif lerengnya. Demikian pula,
bila r = +1 kita memperoleh korelasi
Sistem yang tidak dikatalis. positif sempurna, semua titik tepat
Berdasarkan hasil yang terletak pada garis lurus yang positif
ditunjukkan pada Gambar 7 dapat dilihat lerengnya. Bila tidak ada korelasi antara
bahwa kecepatan reaksi bertambah x dan y, maka nilai r sama dengan nol
dengan meningkatnya waktu reaksi, dan (Miller dan Miller, 1991).
absorbansi dari sistem yang dikatalis oleh Penentuan Batas Deteksi
asam oksalat meningkat pada waktu Menurut Miller, 1991, untuk
reaksi 1 menit dan pada waktu yang lebih menentukan batas deteksi diperlukan data
tinggi absorbansinya menurun. Oleh slope kurva kalibrasi (b) dan standar
karena itu,1 menit dipilih sebagai waktu deviasi blanko,Sy/x (SB) dari larutan
reaksi optimum. standar dengan persamaan :

51
Molekul, Vol. 1. No. 1. Nopember, 2006 : 45-54

Batas Deteksi ( BD ) 
3 SB 0,05
0,045
b 0,04

persamaan di atas sebesar 0,43 g/mL.


Batas deteksi yang diperoleh berdasarkan 0,035

Absorbansi
0,03
0,025
0,02
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi 0,015

terendah yang dapat diukur oleh alat 0,01


0,005

g/mL.
untuk sampel asam oksalat adalah 0,43 0

0 10 20 30 40 50 60
Konsentrasi

diperoleh untuk penentuan 3 g/mL asam


Standar deviasi relatif yang
Gambar 9. Pengaruh ion logam lain. ()
oksalat (n = 6) adalah 5,6 %. Standar ion logam Cu. () ion logam
deviasi relatif atau disebut juga coefficien Zn. (▲) ion logam Sn. ()
of variation (C.V.) menunjukkan Larutan kontrol.
keragaman data. Semakin besar nilai
koefisien variansi maka data semakin
dilihat bahwa pada konsentrasi 10 g/mL
Berdasarkan Gambar 9 dapat
bervariasi, sehingga keragaman data
semakin tinggi (Skoog, 1991). ion logam Cu memberikan interferensi
Penentuan Sensitivitas Metode negatif dimana ion logam Cu
Sensitivitasmetode meningkatkan serapan larutan (0,0375).
spektrofotometri didefinisikan sebagai Sedangkan ion logam Zn menurunkan
harga konsentrasi dari unsur dalam serapan larutan (0,006). Hal ini
larutan (dalam mikrogram per mL atau disebabkan karena ion logam tersebut
dalam ppm) yang menghasilkan serapan ikut mengkatalis reaksi redoks antara
sinar pancaran sebesar 99% atau serapan metilen biru dengan sulfida sehingga
0,0044 (Buchari, 1990 dalam Hartati et memberikan interferensi positif (Bernal et
al., 1999). Dengan menggunakan rumus :
g/mL
al., 1990). Ion logam Sn pada konsentrasi
S
0,0044 10 tidak memberikan
b pengaruhnya karena nilai absorbansi
kemudian dengan memasukkan harga b (serapan) yang diperoleh sama dengan
(slope kurva kalibrasi) = 2,05.10-3 serapan larutan kontrol.
Ion – ion logam Cu dan Zn pada
sebesar 2,146 g/mL. Nilai ini berarti konsentrasi 20 g/mL – 50 g/mL
diperoleh harga sensitivitas metode

bahwa konsentrasi larutan sampel yang memberikan interferensi negatif dimana


memberikan sinar transmitans 99 % atau ion-ion logam tersebut meningkatkan

2,146 g/mL. Sensitivitas suatu metode


serapan 0,0044 adalah pada konsentrasi serapan larutan seperti terlihat pada

Sn pada konsentrasi 20 g/mL – 50


Gambar 9. Sedangkan untuk ion logam

g/mL memberikan interferensi positif


analisis sangat tergantung pada banyak
faktor, diantaranya adalah jenis metode
analisis, dan tipe peralatan yang karena ion logam tersebut ikut
digunakan serta kegunaan hasil mengkatalis reaksi redoks antara metilen
analisisnya (Nur dan Adijuwana, 1989). biru dengan sulfida sehingga menurunkan
Pengaruh Ion Logam Lain serapan larutan. Gangguan dari ion-ion
Pengaruh ion-ion logam ini pada logam dapat dihilangkan dengan
penentuan asam oksalat dapat dilihat menambahkan zat penutup (masking
pada Gambar 9. agent) seperti EDTA (Skoog, 1991).

52
Penentuan Asam Oksalat…(Irmanto dan Suyata)

KESIMPULAN Hartati, M., dan R.S.Pradipto, 1999,


Metode ini dapat digunakan untuk Penentuan Tembaga secara
penentuan asam oksalat pada tingkat Spektrofotometri Sebagai senyawa
konsentrasi runut dengan kondisi Kompleks Asosiasi Ion dengan
optimum analisis adalah 3 mL Metilen Biru melalui Ekstraksi
formaldehid 31 %; 0,8 mL EDTA- Pelarut, Jurnal MIPA Universitas
Trietanolamin 0,067 M; 1,2 mL sulfida Airlangga, 2 : 135-139.
0,010 M; 2 mL metilen biru 0,0010 %;
temperatur reaksi 20 oC dan waktu reaksi Jiang, Z.L., M.X.Zhao, and L.X.Liao,
1 menit. 1996, Catalytic Spectrophotometric
Methods For Determination of
adalah 0,43 g/mL dan standar deviasi
Batas deteksi dari metode ini
Oxalic Acid, Analytical Chimica
relatif untuk penentuan 3 g/mL asam Acta, 320 : 139-143.
oksalat adalah 5,6 %. Sedangkan
Keenan, C.W, Kleinfelter, D.C, Wood,
2,146 g/mL.
sensitivitas metode yang diperoleh adalah
J.H, Pudjaatmaka, A.H., 1990, Ilmu
Kimia Untuk Universitas, Edisi
Keenam, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima Menache. R., 1974, Routine
kasih yang sebesar-besarnya kepada Micromethod For Determination of
Ketua Jurusan Kimia Unsoed atas Oxalic Acid in Urine by Atomic
kepercayaan dan pemberian dananya. Absorption Spectrophotometry,
Kepala Laboratorium Kimia Analitik, Clinical Chemistry. 20:1444-1445.
Analis laboratorium Kimia Analitik serta (on-line),
saudara Wijayanti yang telah membantu http://www.clinchem.org/cgi/conten
penelitian ini. t/abstract/ 20/11/1444 diakses
tanggal 17 April 2006.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Oxalic acid, (on-line), Miller,J.C. dan Miller, J.N., 1991,
http:/en.wikipedia.org Statistik Untuk Kimia Analitik.
/wiki/oxalic_acid diakses tanggal Penerbit ITB, Bandung.
25 Oktober 2005.
Nur, M.A, dan H. Adijuwana., 1989,
Anonim, 2006, Katalis, (on-line), Teknik Spektroskopi dalam Analisis
http://id.wikipedia.org/wiki/Katalis Biologi, Penerbit ITB, Bogor.
diakses tanggal 31 Mei 2006.
Ohkawa,H., 1985, Gas Chromatographic
Bernal, J.L., M.J. Nozal, L. Deban, and Determination of Oxalic acid in
F.J. Gomez, 1990, Modification of Foods, J Assoc Off Anal Chem.
The Methylene Blue method For 68(1):108-111, (on-line),
Spectrophotometric Selenium http://www.ncbi.nlm.
Determination, Talanta, 37 : 931- gov/entrez/query.fcgi?cmd=Retriev
936. e&db=PubMe&list_uids=3980399
&dopt=Abstract diakses tanggal 17
Caliskan, M., 2000, The Metabolism of April 2006.
Oxalic Acid, Turk J Zool, Vol 24 :
103-106.

53
Molekul, Vol. 1. No. 1. Nopember, 2006 : 45-54

Skoog, A, 1991, Fundamental of


Analytical Chemistry, 7th Edition,
Sounder College Publising, USA.

.Wu, Fengwu, Zhike HE, Qingyao, L,


Yun’e, Z., 1998, High-Performance
Liquid Chromatographic
Determination of Oxalic Acid in
Tea Using Tris(1,10-phenantroline)-
ruthenium(II) Chemiluminescence,
Analytical Science, 14 : 971-973.

Yang, L., Liu, L., Olsen, B.A.,


Nussbaum., 2000, The
Determination of Oxalic Acid,
Oxamic Acid, and Oxamide in a
Drug Substance by Ion-Exclusion
Chromatography,Journal of
Pharmaceutical and Biomedical
Analysis. 20(3):487-493. (on-line).
http://www.aapspharmaceutica.com
/search/view.asp?ID=26537 diakses
tanggal 17 April 2006.

54

Anda mungkin juga menyukai