Anda di halaman 1dari 39

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karbohidrat merupakan komponen esensial semua organisme dan zat yang
paling banyak penyusun sel. Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi
(glukosa, pati, glikogen), membentuk struktur sel (glikoprotein), struktur
penunjang tanaman (selulosa), penyusun cangkang crustacea (kitin), komponen
asam nukleat. Glukosa merupakan sumber utama dalam metabolisme penghasil
energi sel (Murray, 2003).
Secara umum, karbohidrat ada 2 macam, yaitu yang dapat tercerna dan tidak
dapat dicerna. Untuk analisis karbohidrat yang dapat tercena pada suatu bahan
dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode analisis seperti dengan Metode
Anthrone, Metode Fenol, Metode Gula Reduksi (LaneEynon), dan Metode
Nelson Somogyi. Nelson-Somogyi assay didasarkan pada pereaksi tembaga basa
Somogyi (1952) dan reagen warna Nelson (1944).
Penentuan gula pereduksi dengan metode Nelson-Somogyi diawali dengan
terjadinya reduksi komponen pereaksi Nelson oleh glukosa. Ion tembaga(II) dari
pereaksi Nelson akan tereduksi glukosa menjadi tembaga(I). Pemanasan
campuran sampel dengan pereaksi Nelson dimaksudkan untuk mempercepat
reaksi dan mempertegas warna yang menunjukkan adanya gula pereduksi,
adanya gula pereduksi teridentifikasi dengan adanya endapan merah bata yang
berasal dari tembaga(I) oksida (Cu2O) (Hafimi, 2009).
Prinsip metode oksidasi dengan kupri berdasarkan pada peristiwa terekdusinya
kuprioksida menjadi kuprooksida karena adanya gula reduksi. Penentuan gula
reduksi dengan cara nelson smoogy yang direduksi adalah jumlah endapan
kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolybdat yang akan mereduksi manjadi
molybine blue, warna biru yang terjadi diukur absorbansinya. Sifat basa pereaksi
Nelson hasil hidrolisis parsial (anion) beberapa garam komponen pereaksi
tersebut. Adanya sifat basa larutan pereaksi Nelson memungkinkan fruktosa
berada dalam kesetimbangan dengan glukosa dan manosa, oleh karena itu fruktosa
dalam gula invert juga diukur sebagai gula pereduksi. Oksidasi gula invert oleh
pereaksi Nelson secara keseluruhan menghasilkan asam glukonat (Fessenden,
1999).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam praktikum kali ini akan dilakukan
analisis kadar karbohidrat menggunakan metode nelson somogy sehingga akan
diketahui kadar karbohidrat yang terkandung pada sampel yang digunakan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum yang akan dilakukan adalah untuk;
a. Mengetahui cara penentuan gula reduksi bahan pangan dan hasil pertanian.
b. Mengetahui cara pengambilan sampel yang akan dianalisa (homogenisasi).
c. Mengetahui cara ekstraksi gula reduksi di dalam preparasi sampel bahan
pangan dan hasil pertanian yang akan dianalisi kadar gula reduksinya.
BAB 2. BAHAN DAN PROSEDUR ANALISA

2.1 Bahan

2.1.1 Bahan Pangan

a. Tomat

Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam


sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian
1 - 1600 mdpl. Tanaman ini tidak tahan hujan, sinar matahari terik, serta
menghendaki tanah yang gembur dan subur. Tanaman tomat tergolong tanaman
semusim (annual). Artinya, tanaman berumur pendek yang hanya satu kali
berproduksi dan setelah itu mati. Tanaman tomat merupakan tanaman perdu atau
semak yang menjalar pada permukaan tanah dengan panjang mencapai dua
meter.

Tabel 1. Kandungan buah tomat matang per 100 gram

Komponen Jumlah

Vitamin A (SI) 1500

Vitamin Bl(mg) 0,06

Vitamin C (mg) 40

Kabohidrat (gr) 4,2

Lemak (gr) 0,3

Protein (gr) 1

Kalsium (mg) 5

Fosfor (mg) 2,7

Besi (mg) 0,5

Sumber; Susanto dan Saneto


b. Pepaya

Pepaya (Carica papaya L.), merupakan tanaman monodioecious (berumah


tunggal sekaligus berumah dua). Pepaya merupakan tanaman dari famili
Caricaceae yang berasal dari Amerika Tengah dan Hindia Barat serta kawasan
sekitar Mexico dan Costa Rica. Tanaman pepaya ditanam baik di daerah tropis
maupun sub tropis di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah
dataran dan pegunungan (sampai 1000 m dpl)
Tabel 2. Kandungan buah pepaya matang per 100 gram

Komponen Jumlah
Vitamin A (SI) 365
Vitamin B1 (mg) 0,04
Vitamin C (mg) 78
Air (g) 86,7
Protein (g) 0,5
Lemak (g) 0
Karbohidrat 12,2
Kalsium (mg) 23
Fosfor (mg) 12
Besi (mg) 1,7
Sumber; Direktorat Jenderal Gizi (1992)
2.1.2 Bahan Kimia

a. CaCO3

Kalsium karbonat adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CaCO3. Ini
adalah zat yang umum ditemukan dibatuan disemua bagian dunia, dan merupakan
komponen utama dari cangkang organisme laut, siput, mutiara, dan kulit telur
(Afriani, 2013). Pada analisa karbohidrat senyawa ini dapat berfungsi untuk
menetralakan pH selain itu dengan penambahan CaCO3 akan mencegah hidrolisis dan
inverse (Pramudyanti, dkk, 2004).
b. Na-Oksalat
Natrium oksalat dapat diperoleh melalu proses sintesa sodium format.
Natrium forrmat yang diproduksi dari natrium hidroksida padat (95-97%) dan
karbon monoksida pada suhu 2000C dan tekanan 150 psi di dalam autoclave.
Kemudian setelah reaksi selesai dilakukan penurunan tekanan udara dalam
autoclave dan temperatur dinaikkan hingga 3750C, makanatrium format dapat
menghasikan natrium oksalat dan hidrogen (Agustin, 2014).

c. Pb Asetat
Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang dapat mencemari
ingkungan terutama yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor. Timbal
diperlukan sebagai bahan aditif pada bensin untuk menjaga agar mesin tidak
bergetar. Timbal dapat menyebabkan keracunan pada hewam ruminansia. Apabila
timbal terhirup atau tertelan oleh manusia dapat menyebabkan gangguan pada
ginjal dan otak. Penggunaan Pb asetat dalam analisa kadar karobohidrat berfungsi
untuk mengendapkan asam-asam organik dan protein yang terdapat pada sampel
(Riandari, 2010).
d. Larutan Nelson Somogy

Nelson somogy merupakan kristalin biru, anhidratnya bersifat higroskopis,


bisa mengiritasi mata dan kulit, serta berbahaya jika tertelan. Jangan menghirup
debunya dan hindari kontak dengan mata. (Suryana, 2007). Penambahan reagensia
Nelson bertujuan untuk mereduksi kuprioksida menjadi kuprooksida yang mana
K-Na-tartrat yang terkandung dalam reagensia Nelson berfungsi untuk mencegah
terjadinya pengendapan kuprioksida (Koehler, 1952). Reagen yang digunakan
biasanya merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, natrium sulfat, dan K-
Na-tartrat (reagen Nelson Somogy) (Fauzi, 1994).

1 ml reagen Nelson Somogyi (tampak perubahan warna setelah


penambahan reagen Nelson pada masing-masing tabung yaitu warna larutan
menjadi biru. Larutan tersebut dipanaskan dalam air yang mendidih
selama 20 menit yang bertujuan untuk mempercepat proses reduksi kupri
oksida menjadi kupro oksida, setelah pemanasan larutan berubah warna menjadi
hijau. Kemudian larutan didinginkan supaya reaksi berjalan stabil,
karena jika terlalu panas kemungkinan akan ada komponen senyawa yang
rusak atau habis karena menguap (Legowo dkk, 2005).

e. Larutan arsenomolybdat

Penambahan reagen arsenomolibdat pada proses analisis kadar gula


reduksi menggunakan metode Nelson-Somogyi bertujuan agar bisa bereaksi
dengan endapan kuprooksida. Pada peristiwa ini kuprooksida akan mereduksi
kembali arsenomolibdat menjadi molibdenum yang berwarna biru, warna biru
inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan spektrometer (Mudanifah
dan Susanto, 2010)

Cara mempersiapkan Arsenomolibdat pada analisa karbohidrat


menggunakan metode Nelson-Somogyi ditambahkan dengan reagen
arsenomolybdat yang berwarna kuning kehijauan sebanyak 1 mL bertujuan
agar bisa bereaksi dengan endapan kupro oksida. Pada peristiwa ini kupro oksida
akan mereduksi kembali arsenomolybdat menjadi molibdine blue yang berwarna
biru, warna biru inilah yang nantinya akan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer (Sudarmadji dkk, 1984).

Setelah penambahan reagen arsenommolibdat, kemudian ditera dengan


aquades hingga 10 mL. Peneraan bertujuan untuk mengencerkan larutan sehingga
tidak terlalu pekat dan agar dapat dibaca absorbansinya. Kemudian diukur nilai
absorbansinya menggunakan spekrofotometer panjang gelombang 520 nm. Kurva
ini dibuat untuk menentukan suatu persamaan dari konsentrasi larutan glukosa
dengan pengukuran transmisi cahaya menggunakan spektrofotometer dengan
metode Somogyi-Nelson (Somogyi, 1952).

f. Aquadest
Aquades merupakan air hasil penyulingan, kandungan air murni H2O..
aquades biasa disebut dengan air murni. Air murni adalah air yang dimurnikan
dari destilasi. Satu molekul air memiliki dua hidrogen atom kovalen terikat untuk
satu oksigen. Aquades merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak
berbau. Aquades juga memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol dan PH antara
5-7. Rumus kimia dari aquades yaitu H2O. Aquades ini memiliki allotrop berupa
es dan uap. Senyawa ini tidak berwarna, tidak berbau dan tidak meiliki rasa.
Aquades merupakan elektrolit lemah. Air dihasilkan dari pengoksidasian hidrogen
dan banyak digunakan sebagai bahan pelarut bagi kebanyakan senyawa. Titik
didih air murni sebesar 1000 C. Titik didih air tidak sama dengan titik didih air
gula (Suryatin, 2004).

2.2 Persiapan Bahan

Persiapan bahan pada analisis karbohidrat dilakukan dengan menyiapkan


sampel yang akan digunakan. Tomat dan pepaya dihaluskan terlebih dahulu untuk
mempermudah mendapatkan ekstrak gula pada sampel. Setelah itu buah halus
tersebut diambil dan ditimbang sebanyak 5 gram sebagai sampel yang akan
dianalisis. Dilakukan pengenceran menggunakan aquadest sebanyak 50 ml untuk
mengekstrak gula pada sampel. Kemudian distirer agar lebih homogen.
Berikutnya dilakukan filtrasi untuk memisahkan filtrate dan residu. Setelah itu
filtrate hasil filtrasi diberi penambahan CaCO3 untuk menetralkan pH dan
mencegah hidrolisis serta invertase. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 20
menit untuk menginaktivasi enzim penghidrolisis glukosa. Kemudian didinginkan
untuk menurunkan suhu. Berikutnya diberi penambahan BaOH 1% untuk
menetralkan larutan dan ZnSO4 30% untuk menjernihkan glukosa pada sampel.
Kemudian difiltrasi kembali untuk mengambil kembali filtrate. Selanjutnya filtrate
ditera dalam labu tera 100 ml untuk mengecilkan atau menurunkan konsentrasi.
2.3 Prosedur Analisa
10 ml sampel

Sampel 0,1 ml Sampel 0,25 ml

Penambahan larutan
Nelson Somogy 1 ml

vortex

Pemanasan 30 menit

Pendinginan

Penambahan larutan
arsenomolybdat 1 ml

vortex

Penambahan aquades
hingga 100 ml

vortex

Pengukuran absorban
(spektrofotometer)

Gambar 1. Prosedur analisa


Prosedur analisa kadar karbohidrat dilakukan dengan menyiapkan sampel
sebanyak 10 ml. Berikutnya sampel tersebut diambil sebanyak 0.1 ml dan 0.25 ml
agar analisis gula pada sampel berbeda. Sampel tersebut ditambah dengan larutan
Nelson-Somogy sebanyak 1 ml untuk mereduksi kuprioksida menjadi
kuprooksida karena adanya gula reduksi. Setelah itu dilakukan pemanasan selama
30 menit untuk mempercepat proses reduksi. Kamudian didinginkan untuk
menurunkan suhu. Berikutnya dilakukan penambahan arsenomolybdat sabenyak 1
ml agar dapat bereaksi dengan kuprooksida dan menjadi molybolibdine blue.
Dilakukan vortex untuk menghomogenkan larutan. Ditambahkan aquadest hingga
100 ml untuk mempermudah pengukuran. Setelah itu dikocok agar homogenisasi
optimal. Terakhir dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan
spektofotometer untuk mengetahui nilai absorbansi pada sampel.
2.4 Pembuatan Kurva Standar

Glukosa anhidrat

(0; 0,1;0,25; 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5;


1,75 ml)

Penambahan larutan
Nelson Somogy 1 ml

vortex

Pemanasan 20 menit

Pendinginan

Penambahan larutan
Arsenomolybdat 1 ml

vortex

Penambahan aquades
hingga 100 ml

vortex

Pengukuran absorban
(spektrofotometer)

Gambar 2. Pembuatan kurva standar


Pembuatan kurva standar analisis kandungan karbohidrat dilakukan
dengan menambahkan dengan 1 ml larutan Nelson-Somogy untuk mereduksi
kuprioksida menjadai kuprooksida dan divortex agar homogen. Setelah itu
dilakukan pemanasan selama 20 menit untuk mempercepat proses reduksi
kemudian didinginkan untuk menurunkan suhu. Berikutnya ditambahkan 1 ml
larutan arsenomolybdat agar dapat bereaksi dengan kuprooksida dan menjadi
metylen blue dan divortex hingga homogen. Ditambahkan aquadest sampai 100
ml untuk mempermudah pengukuran dan divortex kembali. Terakhir dilakukan
pengukuran absorban menggunakan spektofotometer.
BAB 3. HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisa
3.1.1 Hasil Pengamatan
a. Tomat

Berat sampel
Sampel Ulangan Volume uji Absorbansi (A)
(mg)
0,2 2.013,20 0,145
1 0,5 2.013,20 0,163
Tomat I 1 2.013,20 0,215
pers 1 0,2 2130,6 0,121
2 0,5 2130,6 0,15
1 2130,6 0,202
0,2 2167,4 0,155
1 0,5 2167,4 0,173
Tomat II 1 2167,4 0,238
pers 2 0,2 2151,2 0,116
2 0,5 2151,2 0,156
1 2151,2 0,213
b. Pepaya
Berat sampel Absorban
sampel ulangan Volume uji
(mg) (A)
0,2 1981,1 0,327
1 0,5 1981,1 0,515
1 1981,1 0,71
Papaya I
0,2 2037,4 0,107
2 0,5 2037,4 0,134
1 2037,4 0,173
0,2 1997,1 0,226
1 0,5 1997,1 0,304
1 1997,1 0,433
Papaya II
0,2 2065 0,159
2 0,5 2065 0,213
1 2065 0,32
3.1.1 Hasil Perhitungan
1. Tomat

sampel ulangan %gula Rata- SD Rsd


nilai y reduksi rata
0,0254 15,7610
1 0,0286 7,1055
Tomat 1 0,0379 4,7099 0,8743 0,4938 56,4783
Pers 1 0,0211 12,3693
2 0,0263 6,1673
0,0356 4,1770
0,0276 15,9428
1 0,0308 7,1150
Tomat II 0,0424 4,8898 0,8477 0,4554 53,7268
Pers 2 0,0207 12,0358
2 0,0278 6,4664
0,0380 4,4103
2. Pepaya

sampel ulangan %gula Rata-rata Sd Rsd


nilai y reduksi
0,0592 3,7352

1 0,0929 2,3444

pepaya 0,1278 1,6131 1,6496 1,2417 75,2745


1
Pers 1 0,0198 1,2132

2 0,0246 0,6040

0,0316 0,3878

0,0403 2,5199

1 0,0541 1,3550

pepaya 0,0770 0,9644 1,3607 0,6742 49,5491


II
Pers 2 0,0284 1,7164

2 0,0380 0,9189

0,0570 0,6896
3.2 Pembahasan

Pengukuran kadar gula reduksi digunakan alat spektofotometer untuk


mengukur warna. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari
cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi
dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi larutan di
dalam kuvet. Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh
larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca. Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan. Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya.

3.2.1 Kurva Standar

Kurva 1
0.16
0.14 y = 0.1792x + 0.0006
R = 0.9968
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Kurva 2
0.16

0.14 y = 0.1777x + 0.0001


R = 0.9991
0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

Analisis kadar karbohidrat sampel yang digunakan adalah Tomat dan pepaya.
Hasil pembacaan spektofotometer yang ditampilkan pada grafik diatas diperoleh
nilai absorbansi yaitu:

y = 0.1792x + 0.0006 sedangkan R = 0.9968

dan

y = 0.1777x + 0.0001 sedangkan R = 0.9991

Kurva standar tersebut menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan


yaitu sumbu x dengan sumbu y yang merupakan absorbansinya. Pengukuran
absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektofotometer pada panjang
gelombang 540 nm. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka semakin
tinggi nilai absorbansi yang dihasilka karena kandungan gula reduksi yang ada
pada glukosa. Nilai R2 menunjukkan mendekati 1, maka hal ini menunjukkan
bahwa hasil kurva standar glukosa telah standar.
Rata-rata
1.8000
1, 6496
1.6000
1, 3607
1.4000

1.2000

1.0000 0, 8743 0, 8477


0.8000

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000 Tomat I Tomat II Pepaya II


Pepaya I

Diagram 1. Rata-rata gula pereduksi

Hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan grafik seperti diatas bahwa


tomat I memiliki rata rata kandungan gula pereduksi yang lebih tinggi yaitu
0,8743% dibanding tomat II yaitu sebesar 0,8477%. Hasil pengamatan dan
perhitungan rata-rata gula pereduksi tersebut dikarenakan adanya hubungan antara
absorbansi dan konsentasi yang berbanding lurus, sehingga nilai absorbansi akan
meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi. Hal tersebut dikarenakan
banyaknya gula pereduksi yang bereaksi dengan arsenomolybdat sehingga
peningkatan konsentrasi sampel yang digunakan menghasilkan nilai absorbansi
yang lebih tinggi. Semakin tinggi nilai konsentrasi yang dihasilkan maka
absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi (Puspitasari, 2014).

Nilai SD yang diperoleh dari hasil pengamatan dan perhitungan


didapatkan grafik bahwa tomat I memiliki nilai SD lebih tinggi yaitu 0,49380%
daripada Tomat II yaitu sebesar 0,4554%. Menurut Puspitasari (2014), bila selang
kepercayaan yang digunakan 95% maka data analisis dapat diterima jika
mempunyai koefisien variasi <5%, sedangkan bila selang kepercayaan yang
digunakan 99% maka data analisis dapat diterima bila mempunyai variasi <1%
(Puspitasari, 2014). Ketidakvalidan dan ketelitian data yang telah diperoleh
disebabkan karena adanya kesalahan dalam melakukan prosedur analisis.

Rata-rata
1.8000
1, 6496
1.6000

1.4000
1, 3607

1.2000

1.0000 0, 8743 0, 8477


0.8000

0.6000

0.4000

0.2000

0.0000 Tomat I Tomat II Pepaya I Pepaya II

Diagram 2. Rata-rata gula reduksi pepaya

Berdasarkan grafik tersebut pepaya I memiliki rata rata kandungan gula


pereduksi yang lebih tinggi yaitu 1,6469% dibandingkan dengan pepaya II yaitu
1,3607%. Menurut literatur hubungan peningkatan absorbansi dan konsentrasi
diperoleh nilai absorbansi yang dimana nilai tersebut meningkat dengan
meningkatnya konsentarsi sehingga berbanding lurus. Seharusnya nilai absorbansi
lebih tinggi karena nilai konsentrasi yang digunakan juga lebih besar. Menurut
Puspitasari (2014), semakin tinggi nilai konsentrasi yang dihasilkan maka
absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi.

Berdasarkan grafik nilai SD tersebut, pepaya I memiliki nilai SD lebih


tinggi yaitu 1,2417% daripada pepaya II yaitu sebesar 0,6742%. Nilai SD pepaya
II memiliki tingkat ketlitian yang baik karena suatu data dapat dikatakan akurat
apabila nilai SD < 1. Menurut literatur selang kepercayaan yang digunakan 95%
maka data analisis dapat diterima bila mempunyai koefisien variasi <5%,
sedangkan bila selang kepercayaan yang digunakan 99% maka data analisis dapat
diterima bila mempunyai variasi <1% (Puspitasari, 2014). Menurut DepKes RI
(2004), total gula reduksi buah pepaya maksimum adalah 20%. Ketidakakuratan
dan kevalidan dari data tersebut masih sangat rendah
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum analisis karbohidrat dapat disimpulkan :

a. Analisis kadar karbohidrat pada sampel pisang dan pepaya ditentukan


dengan cara membuat kurva standar melalui analisis spektofotometer
dengan mengukur nilai absorbansi gula reduksi dengan panjang
gelombang 540 nm.
b. Hasil analisa rata rata total gula reduksi pada sampel tomat I lebih tinggi
gula pereduksinya daripada Tomat II yang sesuai dengan pernyataan
Puspitasari (2014) semakin tinggi nilai konsentrasi yang dihasilkan maka
absorbansi yang dihasilkan semakin tinggi.
c. Nilai SD pepaya II memiliki tingkat ketlitian yang baik karena suatu data
dapat dikatakan akurat apabila nilai SD < 1. Menurut literatur selang
kepercayaan yang digunakan 95% maka data analisis dapat diterima bila
mempunyai koefisien variasi <5%, sedangkan bila selang kepercayaan
yang digunakan 99% maka data analisis dapat diterima bila mempunyai
variasi <1% (Puspitasari, 2014).
4.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran untuk praktikum


selanjutnya yaitu untuk lebih teliti dan hati-hati dalam melakukan praktikum serta
melakukan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abidah, Nurul,. Tri Dewanti W., Nur Ida Panca Nugraheni., Sudarma Dita.,
Wijayanti, dan Jaya Mahar Maligan. 2014. Pengaruh Margarin Apel
Manalagi Tersuplementasi Minyak Kacang Tanah Terhadap Kadar
Kolesterol Tikus Sprague Dawley Jantan. Malang: Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Badan Penelitian Dan Pengembangan. 2010. Diversifikasi Olahan Buah Pepaya.


Jakarta: Sinar Tani.

Direktorat Jenderal Hortikultura. 2008. Statistik Ekspor Dan Impor. Jakarta

Endang Darma Setiaty. 2011. Produksi Buah Pepaya Varietas Callina (Carica
Papaya L.) Pada Kombinasi Pupuk Organik Dan Anorganik Di Tanah
Ultisol. Palembang: Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.

Fitriningrum, Rahayu., Sugiyarto, dan Ari Susilowati. 2013. Analisis Kandungan


Karbohidrat Pada Berbagai Tingkat Kematangan Buah Karika (Carica
Pubescens) Di Kejajar Dan Sembungan,Dataran Tinggi Dieng, Jawa
Tengah. Semarang: Program Biosains, Program Pascasarjana, Universitas
Sebelas Maret.

Food And Agriculture Organization. 1998. Statisticsfruit In Word.

Hermawan Dwi Ariyanto, Furqon Hidayatulloh, Joko Muwono. 2013. Pengaruh


Penambahan Gula Terhadap Produktivitas Alkohol Dalam Pembuatan
Wine Berbahan Apel Buang (Reject) Dengan Menggunakan Nopkor Mz.11.
Semarang: Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.

Nadia, Aida. 2014. Laporan Praktikum Kimia Anorganik Ii Pembuatan Znso4.


Jakarta: Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Sholikah Nurhayati.2010. Hubungan Mengunyah Buah Apel Sebagai Self


Cleansing Effect Dengan Debris Index Pada Siswa Mi Negeri Mulur
Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009. Semarang:
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.

Sitompul, S.M. 2007. Kendala Produktivitas Tanaman Apel (Malus Sylvestris


Mill) Di Wilayah Malang Raya. Seminar Hasil Penelitian Phk A2. Malang:
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang.

Soedarya, A.P. 2009. Agribisnis Pepaya. Bandung: Pustaka Grafika.

Sularjo, 2010. Pengaruh Perbandingan Gula Pasir Dan Daging Buah Terhadap
Kualitas Permen Pepaya. Klaten: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Widya Dharma Klaten.

Tatiek. 2010. Modul Usaha Tani Apel. Malang: Universitas Sriwijaya

Widyawati,. Nugerahani I, dan Sutedja Am. 2012. Perbedaan Model Vinifikasi


Pada Pembuatan Wine Apel Lokal (Manalagi Dan Rome Beuty) Terhadap
Kemampuan Menangkap Radikal Bebas 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrasil (Dpph).
Surabaya: Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Unika Widya Mandala.
Zulfikar. 2009. Pengaruh Katalis Kalsium Karbonat Dan Gliserol Terhadap Produk
Gliserolisis Refined Bleached Deodorized Palm Oil ( Rbd Po ). Medan:
Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Persamaan Regresi Ulangan 1:


Persamaan Regresi Ulangan 2:
x = nilai absorbansi
y = konsentrasi gula pereduksi (mg)

Ulangan 1
Persamaan Regresi Ulangan 1:

Tomat 1
( )
Ulangan 1
0,2 ml
Absorbansi
(0,145)
Tomat 1
( )
Ulangan 1
0,5ml
Absorbansi
(0,163)
Tomat 1
( )
Ulangan 1
1ml
Absorbansi
(0,215)

Tomat 1
( )
Ulangan 2
0,2ml
Absorbansi
(0,121)

Tomat 1
( )
Ulangan 2
0,5ml
Absorbansi
(0,15)
44

Tomat 1
( )
Ulangan 2
1ml
Absorbansi
(0,202)
4
Tomat 2
( 4)
Ulangan 1
0,2ml
Absorbansi
(0,155)
4
4

Tomat 2
( 4)
Ulangan 1
0,5ml
Absorbansi
(0,173)

Tomat 2
( 4)
Ulangan 1 4 4
1ml
Absorbansi
(0,238)
4 4
4
4
Tomat 2
( )
Ulangan 2
0,2ml
Absorbansi
(0,116)
Tomat 2
( )
Ulangan 2
0,5ml
Absorbansi
(0,156)
4 4

Tomat 2
( )
Ulangan 2
1ml
Absorbansi
(0,213)
44

Pepaya 1
( )
Ulangan 1
0,2ml
Absorbansi
(0,327)
Pepaya 1
( )
Ulangan 1
0,5ml
Absorbansi
(0,515)
44
Pepaya 1
( )
Ulangan 1
1 ml
Absorbansi
(0,71)
4

Pepaya 1
( 4)
Ulangan 2
0,2 ml
Absorbansi
(0,107)

Pepaya 1
( 4)
Ulangan 2 4
0,5 ml
Absorbansi
(0,134)
4
4
4
Pepaya 1
( 4)
Ulangan 2
1 ml
Absorbansi
(0,173)

4
Pepaya 2
( )
Ulangan 1
0,2 ml
Absorbansi
(0,226)
4

Pepaya 2
( )
Ulangan 1
0,5 ml
Absorbansi
(0,304)
4

Pepaya 2
( )
Ulangan 1
1 ml
Absorbansi
(0,433)
44
Pepaya 2
( )
Ulangan 2
0,2 ml
Absorbansi
(0,159)
Pepaya 2
( )
Ulangan 2
0,5 ml
Absorbansi
(0,213)

Pepaya 2
( )
Ulangan 2
1 ml
Absorbansi
(0,320)
4
LAMPIRAN DOKUMENTASI

No. Gambar Keterangan

Sampel tomat dan pepaya yang


telah dipisahkan residu dan
filtratnya

2.

Pengambilan sampel senyak 25 ml

3.

Pemasukan sampel kedalam


erlenmeyer

4.

Penambahan amilum/pati pada


sampel

5.

Penitrasian dengan larutan iodin


hingga berwarna biru/ungu

6.

Blanko dan sampel yang telah


berubah warna menjadi ungu

Anda mungkin juga menyukai