Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam

kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena dari

pembuatan obat-obatan seperti untuk keperluan dalam bidang farmasi

(Siswandono, 2018: 265).

Sebagai antiseptik asam salisilat adalah zat yang dapat mendinginkan kulit

dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel

epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis.

Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang

baru. Oleh karena itu asam salisilat biasanya tidak digunakan sebagai bahan

makanan menurut BPOM, melalui permenkes RI No. 222/MENKES/Per/1/X/88

No. 168/MENKES/Per/XI/1999, adalah salah satu bahan tambahan makanan yang

dilarang adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan

pengawet makanan di Indonesia karena asam salisilat memiliki iritan kuat ketika

terhirup atau tertelan. Bahkan ketika ditambah ciri asam salisilat menyebakan

gangguan kesehatan pada tubuh seperti nyeri, mual, dan muntah jika tertelan

(Siswandono, 2018: 266).

Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan asam salisilat dengan


konsentrasi tinggi dalam sediaan seperti krim. Asetosal memiliki khasiat sebagai

analgesik, antipiretik dan dan anti inflamasi pada penggunaan dosis yang besar

(Harmita, 2017: 132).

Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah percobaan uji kontaminan klorida

dan asam salisilat bebas pada tablet asetosal dengan tujuan untuk mengetahui

adanya kontaminasi klorida ataupun asam salisilat bebas pada tablet asetosal.
B. Maksud dan tujuan

1. Maksud percobaan

Untuk mengetahui dan memahami metode pengujian kontaminan dari

sediaan farmasi yaitu tablet asetosal.

2. Tujuan percobaan

Menentukan pengujian adanya kontaminan klorida dan asam salisilat

bebas pada tablet asetosal.

C. Prinsip percobaan

1. Pengujian kontaminan klorida

Dilakukan dengan membandingan tingkat kekeruhan larutan asam salisilat

dalam 75 ml air selama 5 menit dengan larutan pembanding yang mengandung

0,10 ml asam klorida 0,02 N.

2. Pengujian asam salisilat bebas pada tablet asetosal

Dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

dengan fase geraknya yaitu campuran Natrium-1-hexanesulfonate P yang

dilarutkan dalam air dan asetonitril P serta asam asetat glasial P.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Aspirin adalah asam anorganik lemah diantara obat obat AINS dalam

asetilasi dan juga inaktivasi oleh siklogenase irreversible. Aspirin cepat diasetilasi

oleh esterase dalam tubuh menghasilkan salisilat yang mempunyai efek anti

inflamasi, antipiretik dan analgetik. Efek antipiretik dan anti inflamasi salisilat

terjadi karena penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengaturan panas

dalam hipotalamus dan perifer dalam daerah target (Harmita, 2017: 132).

Efek iritasi lambung pada penggunaan asetosal disebabkan karena asetosal

bereaksi asam. Selain itu, asetosal merupakan senyawa ester yang mudah

terhidrolisis menjadi asam asetat dan asam salisilat selama masa produksi maupun

penyimpanan. Asam salisilat inilah yang menjadi penyebab iritan lambung ketika

asetosal asetat terhidrolisis dikonsumsi secara peroral oleh penderita. Mengingat

saat ini asetosal banyak digunakan bersama obat jantung yang juga bereaksi asam

(seperti isosorbid dinitrat), maka monitoring asam salisilat bebas dalam sediaan

asetosal penting dilakukan, terutama karena asetosal sebagai anti thrombus yang

digunakan dalam jangka panjang. Hal lain yang menjadi dasar dalam monitoring

kadar asam salisilat bebas adalah kondisi penyimpanan tablet asetosal yang tidak

sesuai serta adanya kemungkinan cacat pada kemasan primer tablet asetosal yang
memungkinkan asetosal terhidrolisis tanpa dapat terlihat dari luar kemasan

(Harmita, 2017: 132).

Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam

praktik analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil regensia tertentu

dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu. Namun pengendapan dapat

juga digunakan untuk pemisahan. Untuk melakukan hal ini suatu regensia yang
sesuai ditambahkan, yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya
satu atau beberapa ion yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia

dalam jumlah yang sesuai endapan disaring dan dicuci. Kemudahan suatu

endapan disaring dan dicuci tergantung senagian besar struktur morfologi endapan

yaitu pada bentuk dan ukuran Kristal-kristalnya (Khairunnisa, 2017: 5).

Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau

serbuk granul kristal yang berwarna putih. Asam asetil salisilat stabil dalam udara

kering tapi terdegradasi perlahan jika terkena uap air menjadi asam asetat dan

asam salisilat. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135°C. Asam

asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-

15), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang

terdekomposisi, asam asetil salisilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat

(Lenggana, 2015: 4).

Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat

bereaksi dengan Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis

terlebih dahulu dengan NaOH sehingga terbentuk Na salisilat dan Na asetat.

Setelah diasamkan dengan HCl, asam salisilat hasil hidrolisis asetosal dapat

membentuk kompleks dengan pereaksi Fe3+ yang berwarna ungu yang dapat

diukur serapannya pada panjang gelombang sinar tampak (525 nm) (Lenggana,

2015: 4).

Uji batas klorida dan sifat adalah prosedur umum untuk menetapkan batas

klorida yang tertera dalam masing-masing monografi. Lakukan pengujian dan

pembandingan menggunakan sepasang tabung kaca dengan diameter sama dan

disetarakan baik mungkin seperti beberapa tertera perbandingan visual dalam

spektrofotometri dan hamparan cahaya. Gunakan jumlah pereaksi yang sama pada

larutan uji dan larutan pembanding yang mengandung sejumlah volume tertentu

klorida. Jika salah satunya setelah didiamkan larutannya tidak jernih maka saring
melalui kertas saring yang tidak memberikan reaksi terhadap klorida, tambahkan

sejumlah larutan perak nitrat LP atau bacium klorida, sejumlah yang diperlukan

pada larutan uji dan larutan pembanding pada saat bersamaan (Pratiwi, 2018: 91).

Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan

endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar

yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan

pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya

interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan

reaksi pengendapan antara ion halida (Cl -, I -, Br -) dengan ion perak Ag+.

Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit

yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar

perak nitrat AgNo3. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang

tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai

adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan

ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.(Mikhania,

2015: 3).

Dalam farmakope Indonesia, metode standar penepatan kadar asam

salisilat dalam serbuk menggunakan TLC (Thin Layer Chromatographic) “CTRL

I”. Selain itu, asam salisilat juga dapat ditetapkan secara kolorimetri dan

spektrofotometri UV (Natalia, 2015: 20).

Kadar klorida umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar

mineral. Hal ini mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan logam. Klorida

juga merupakan komponen lain dari garam yang berkaitan dengan hipertensi.

Klorida mempengaruhi pengaturan hormon pada retensi air dan garam melalui

pengaruhnya pada ginjal. Ginjal menghasilkan suatu enzim yang disebut renin
yang mengatur kadar air dalam badan. Enzim renin juga membantu pengaturan

tekanan darah tetapi klorida mungkin mengurangi sekresi enzim ini dan

menyebabkan tekanan darah tetap tinggi (Djuma, 2015: 1084).

Penentuan klorida dilakukan dengan beberapa metode diantaranya adalah

metode argentometri dan metode spektrofotometri. Penggunaan metode titrasi

argentometri merupakan metode yang klasik untuk menganalisis kadar klorida

yang dilakukan dengan mempergunakan AgNO3 dan indikator K2Cr7O4.

Kelebihan dari analisis klorida dengan cara ini yaitu pelaksanaan yang mudah dan

cepat, memiliki ketelitian dan keakuratan yang tinggi dan dapat digunakan untuk

menentukan kadar yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Larutan klorida atau

bromida dalam suhu netral atau anion katalis dititrasi dengan larutan titer perak

nitrat dengan menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida

telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi

membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat atau merah bata sebagai

titik akhir titrasi. Pengendapan adalah metode yang paling sering dipakai dalam

praktik analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai suatu hasil reagensia

tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap ion tertentu (Harmita, 2017: 118).

Analisis klorida dalam suatu sampel diawali dengan uji kualitatif dimana

sampel direaksikan dengan larutan AgNO3 untuk melihat adanya kandungan

klorida didalam sampel. Sampel yang positif mengandung klorida kemudian

dianalisa secara kuantitatif menggunakan larutan AgNO3 sebagai titran dan

ditambahkan 5 % indikator K2CrO4 untuk melihat titik akhir titrasi yang ditandai

dengan terbentuknya endapan berwarna merah kecoklatan (Djuma, 2015: 1085).

Untuk analisis kuantitatif dari pengujian kontaminan klorida dan asetosal

bebas dapat dilakukan dengan metode KCKT yang meliputi batas deteksi (LOD),

linieritas, akurasi dan presisi (Annuryanti, 2018: 3) ”PERBAIKI SPASINYA”


B. Uraian bahan

1. Aquadest (Dirjen POM, 2014: 63)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling, aquadest, air murni, purified water,

air destilasi

Berat molekul : 18,02 g/mol

Rumus molekul : H2O

Rumus struktur : O

H H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Asam asetil salisilat (Dirjen POM, 2014: 658)

Nama resmi : ACYDUM ACETYL SALICYLICUM

Nama lain : Asetosal, aspirin, asam asetil salisilat, salisilic

acid, 2-Acetoxybenzoic acid

Berat molekul : 180, 16 g/mol

Rumus molekul : C9H8O4

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur

putih, tidak berbau dan rasa asam


Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam air,

larut dalam etanol, larut dalam kloroform dan

larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

3. Asam klorida (Dirjen POM, 2014: 59)

Nama resmi : ACYDUM HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Asam klorida, klorid acid, hidrogen acid,

hidroklorik acid, muriatic acid

Berat molekul : 36, 46 g/mol

Rumus molekul : HCl

Rumus struktur : H Cl

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau

merangsang, saat diencerkan bau menghilang

Kelarutan : Larut dalam etanol dan asam asetat, tidak larut

dalam air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai larutan pembanding

B. Uraian sampel

1. Tablet asetosal

Komposisi tablet : Tiap tablet asetosal mengandung asam asetil

salisilat 500 mg

Indikasi : Meringankan demam, sakit kepala, sakit gigi

dan nyeri otot

Kegunaan : Sebagai sampel


BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan adalah batang pengaduk, gelas kimia, gelas ukur,

penangas, pipet tetes, sendok tanduk dan timbangan analitik.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam klorida 0,02 N, asetosal

BPFI, dan tablet asetosal dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Larutan uji

Ditimbang 1,5 g tablet asetosal dan asetosal BPFI kemudian dilarutkan

dalam 75 ml aquadest pada gelas kimia yang berbeda dan dididihkan selama 5

menit. Selanjutnya, diambil 25 ml dari setiap gelas kimia dan dipindahkan ke

tabung reaksi yang berbeda.

2. Larutan pembanding

Diambil HCL 0,02 N sebanyak 0,10 ml kemudian dilarutkan dalam 25 ml

aquadest, selanjutnya dibandingkan secara visual dengan larutan uji yang telah

dibuat.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

No. Sampel Warna

1 Larutan uji Lebih keruh dibanding larutan baku dan

(tablet asetosal) larutan pembanding.

2 Larutan baku Lebih jernih dari larutan uji dan lebih keruh

(asetosal BPFI) dari larutan pembanding.

3 Larutan pembanding Lebih jernih dibanding larutan uji dan

(HCl 0,02 N) larutan baku.

B. Pembahasan

Klorida adalah salah satu anion yang dominan di perairan laut. Sekitar ¾

dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk larutan. Klorida

biasanya berada dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida

(KCl), dan kalsium klorida (CaCl2) (Effendi. 2016: 136).

Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui adanya

kontaminasi cemaran klorida dalam asetosal dengan membandingkan secara

visual larutan uji, larutan baku, dan larutan pembading.

Alasan perlakuan campuran dididihkan diatas penangas adalah untuk

mempermudah serbuk asetosal larut dalam pelarut air. Alasan pembuatan larutan

pembanding dengan bahan baku HCl (asam klorida) karena senyawa HCl

mengandung unsur klorida yang akan dibandingkan dengan larutan uji yang ingin

diketahui apakah terkontaminasi atau tidak melalui pengamatan warna dan

kekeruhannya.

Adapun hasil yang didapatkan yaitu pada pengenceran HCl (asam klorida)

yaitu 0,02, sehingga dipipet dengan pipet mikro 0,02 ml.


Hasil yang diperoleh pada percobaan ini, larutan uji yang didapatkan

warnanya lebih keruh dibanding larutan baku dan larutan pembanding yang

memungkinkan sudah terkontaminasi dengan klorida dengan kontaminasi diatas

0,041%.

Berdasarkan literatur (Dirjen POM, 2014: 145) pada monografi dalam

farmakope edisi V batas klorida yang terdapat dalam asetosal tidak boleh lebih

dari 0,014% artinya hasil yang diperoleh menentukan bahwa sampel uji sudah

tercemar dan terkontaminasi dengan klorida yang cukup tinggi dan melebihi batas

maksimum dari monografi yang ditetapkan dalam FI.

Faktor kesalahan dalam percobaan ini yakni fasilitas yang kurang

memadai sehingga tidak dilakukan percobaan yang lebih akurat untuk mengetahui

kontaminan klorida menggunakan alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(KCKT). Faktor lainnya yaitu tablet asprin yang digunakan telah kadaluarsa

sehingga mempengaruhi hasil akhir.

Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu dalam suatu sediaan.

Farmasi perlu dilakukan pengujian apakah sediaan tersebut mengalami

kontaminasi klorida karena berlebihan klorida yang terdapat dalam sediaan

farmasi dapat berbahaya apabila masuk dalam saluran sistemik tubuh manusia.

Adapun ayat yang berhubungan dengan percobaan ini terdapat pada Q.S.

Hud ayat 85:

َ ‫اس ِأ َ ۡشيَا ٓ َء ُه ۡم‬


ِ‫ِو ََل‬ ُ ‫ل ِ َِو ۡٱلميزَ انَِ ِبِ ۡٱلق ۡسطِ ِ َو ََل ِت َ ۡب َخ‬
َِ َّ‫سواْ ِٱلن‬ َِ ‫َو َٰيَقَ ۡومِ ِأ َ ۡوفُواْ ِ ۡٱلم ۡكيَا‬
ِِ٨٥ِ َ‫ت َعۡ ث َ ۡواِْفيِ ۡٱۡل َ ۡرضِِ ُم ۡفسدين‬
Terjemahan:

“Dan wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah

kau merugikan terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan

dimuka bumi dengan membuat kerusakan.”


Dari ayat diatas kita ketahui bahwa Allah SWT. memerintahkan agar kami

menyetarakan timbangan dengan adil. Untuk itu dalam perhitungan kadar suatu

zat harus teliti agar sesuai dengan yang dipraktikumkan. Jika suatu sediaan telah

terkontaminasi maka telah terjadi perubahan takaran dari sediaan tersebut.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tablet

aspirin yang dijadikan sampel mengandung klorida lebih dari 0,014% hal tersebut

dapat dilihat dari hasilnya dimana larutan uji lebih keruh daripada larutan

pembanding (LARUTAN PEMBANDING APA YANG DIGUNAKAN?).

B. Saran

1. Laboratorium

Diharapkan agar adanya penggantian/pembelian bahan yang baru agar

hasil percobaan lebih akurat.

2. Asisten

Diharapakan tetap mendampingi praktikan pada saat praktikum agar dapat

mengurangi kesalahan praktikum yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA
Annuryanti, Febri. Kandungan Salisilat Bebas Dalam Tablet Asetosal Yang

Beredar Di Surabaya. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

2018.

Dirjen POM. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: KEMENKES RI. 2014.

Djuma, Agustina Welhelmina. The Analysis Of Chloride In Argentometry On Dig

Well Water In Kupang Regency Of Kupan Tengah District Oebelo Village In

2014. Kupang: Jurnal Info Kesehatan, Vol. 14, Nomor 2. 2015.

Effendi. Telaah Kualitas Air Bagi Pengololahan Sumber Daya Dan Lingkungan

Perairan. Yokyakarta: Kanisius. 2016.

Harmita. Review Artikel Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara

Perhitungannya. Surabaya: Majalah Ilmu Kefarmasian No. 3. 2017.

Khairunnisa, Syalfa. Identifikasi Dan Penetapan Kadar Campuran Parasetamol

Danasetosal Dalam Sediaan Tablet Secara Volumetri. Makassar: Jurnal

Sains. 2017.

Lenggana, Denny Tirta. Validasi Penetapan Kadar Asam Asetil Salisilat

(Asetosal) Dalam Sediaan Tablet Berbagai Merek Menggunakan Metode

Kolorimetri. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Surakarta. 2015.

Mikhania. Formulasi dan evaluasi Fast Tablet Desintegrasing. Bandung: ITB


Press. 2015.

Natalia, Carolina. Integrasi Turunan Potensial Asam Benzoat Salisilat dengan

Enzim Cox-2. Jakarta: Jurnal farmasi sains dan terapan. 2015.

Pratiwi . Sintesis Asam 3. Klorometilbenzoat Salisilat dan Uji Aktivitas Analgetik

pada Mencit (Mus musculus). Surabaya: Universitas Midya Mandala. 2018.

Siswandono, R. Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas. Surabaya: Kimia


medisinal Universitas Airlangga Press. 2018.
LAMPIRAN
A. Skema kerja

1. Penyiapan larutan uji


Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang 1,5 g asam asetil salisilat BPFI dan tablet asetosal

Diletakkan di gelas kimia berbeda

Dilarutkan dengan aquadest 75 ml

Dididihkan selama 5 menit

Diambil 25 ml diamati secara visual

2. Penyiapan larutan pembanding


Diambil HCl 0,02 N sebanyak0,10 ml

Dilarutkan dalam 25 ml aquadest

Dibandingkan secara visual dengan larutan uji


B. Gambar pengamatan
LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Penyiapan alat dan bahan

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Penyiapan Asetosal BPFI


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Gerus tablet Asetosal

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Penimbangan asetosal BPFI dan tablet asetosal


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Pemindahan sampel ke gelas kimia

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: sampel dilarutkan dengan aquadest


LABORATORIUM KIMIA ANALISIS
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Pengamatan asetosal BPFI dan tablet asetosal

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
PERCOBAAN UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN
ASETOSAL BEBAS PADA TABLET ASETOSAL

Ket: Penyiapan larutan pembanding HCl


LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

PERCOBAAN

“UJI KONTAMINAN KLORIDA DAN ASAM SALISILAT BEBAS PADA

TABLET ASETOSAL” 04/07/2019

ACC-

OLEH :

KELAS FARMASI LAB B

PENANGGUNG JAWAB:

ROSNIDAR SUMARDI

JURUSAN FARMASI

LABORATORIUM ANALISIS FARMASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

ROMANGPOLONG-GOWA

2019

Anda mungkin juga menyukai