Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL

SGD 5 LBM 1

“Multiple Decayed Teeth”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Alif Dewa Rinaryo 31101700005


2. Fatimah Alaydrus 31101700035
3. Gesti Bening Aulia 31101800039
4. Icca Octa Mevia 31101800044
5. Iqraini Balqis 31101800046
6. Iszha Vidia Valva M. 31101800048
7. Karina Aulia Pasha 31101800049
8. Meilinia Churillaily 31101800056
9. Rahardian Aulia Pratama 31101800075
10. Rikha Indriastanti 31101800078
11. Sheilia Siwi Pranantri 31101800087
12. Syafika Madiha 31101800094
13. Yufa Sekar Arum Y. 31101800097

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 5 LBM 1
MULTIPLE DECAYED TEETH

Telah Disetujui oleh :

Tutor Tanggal

drg. Musri Amurwaningsih, M.MedEd .........................................

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................................... 2
BAB I .......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 5
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 5
B. Skenario .......................................................................................................................... 5
C. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 6
BAB II ......................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................... 7
A. Landasan Teori ........................................................................................................... 7
1. Etiologi Karies ............................................................................................................. 7
2. Decidui Rentan Karies ................................................................................................ 9
3. Tahap Perkembangan Karies pada Anak ................................................................. 10
4. Hubungan Botol Susu dan Makanan Manis ............................................................. 11
5. Perbedaan Early Childhood Caries, Rampant Karies, Karies Botol ........................ 12
6. Pola Penyebaran Karies Pada Anak ........................................................................ 15
7. Mekanisme Flour terhadap Laju Saliva .................................................................... 16
8. Dampak dari Karies ................................................................................................... 18
9. Penanganan .............................................................................................................. 18
Kerangka Konsep .................................................................................................................... 20
BAB III ...................................................................................................................................... 21
KESIMPULAN .......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 22

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Konfigurasi Anatomi GigI................................................ 9

Gambar 2. Reaksi antara Bakteri Asidogenik dengan Gula..............................10

Gambar 3. Hubungan Botol Susu dan Makanan Manis...........................................12

Gambar 4. Gambaran Klinis ECC............................................................................13

Gambar 5. Perbedaan Rampant Karies dan Nursing Caries...................................15

Gambar 6. .Akumulasi Fluor, Distribusi Dan Efflux Sel Bakteri................................17

Gambar 7 Jumlah Flouride untuk Gigi Decidui .......................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi yang telah menyebar luas di
sebagian besar penduduk di dunia. Karies gigi merupakan penyakit pada gigi yang
banyak dijumpai, di Indonesia prevalensi karies pada anak sekolah dasar hampir 60–
80% (Dep.Kes.1960), sementara di AS 93% dari populasi mempunyai lesi karies
(Massler, Ludwick & Schour 1952). Karies gigi adalah suatu penyakit dari jaringan kapur
(kalsium) gigi, ditandai dengan kerusakan jaringan gigi, yang dimulai pada permukaan
gigi dalam area predileksinya yaitu pit, fisur, kontak proksimal dan secara progresif
menyerang ke arah pulpa. Kerusakan gigi termasuk di dalamnya dekalsifikasi dari
bahan bahan anorganik dan desintegrasi dari bahan-bahan anorganik dari jaringan gigi.
Karies artinya gigi berlubang dan ditandai oleh rusaknya lapisan email dan dentin yang
terjadi secara progresif. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme dalam
mulut, atau bakteri dalam plak (Kidd and Bechal, 1992). Menurut Suwelo (1992), banyak
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya karies, baik faktor dari luar maupun dari
dalam. Faktor dari dalam, merupakan faktor yang langsung berhubungan dengan
karies. Ada empat faktor yang berinteraksi: Hospest yang meliputi gigi dan saliva,
Mikroorganisme atau plak, Substrat, dan Waktu. Beberapa faktor dari luar atau faktor
yang tidak berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain: usia,
jenis kelamin, suku bangsa, letak geografis, sosial ekonomi, kesadaran, sikap, dan
perilaku individu terhadap kesehatan gigi.
B. Skenario

A 4 year old female child came to dental hospital along with his mother,
with the complaint of multiple decayed teeth. Her mother complained that
the child had spontaneus and provoked pain from eating. She also
reported that the patient drank from sugared baby bottle twice a day and
had the habit of eating sugary foods throughout the day. The family had a
monthly income below the current minimum wage standard. Her mother
was suggested by the dentist to use fluoride dentrifice to control the caries
rate.

5
C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja etiologi dari karies?
2. Mengapa gigi decidui rentan terhadap karies?
3. Bagaimana tahap perkembangan karies pada anak?
4. Bagaimana hubungan botol susu dan makanan pada kesehatan gigi
anak?
5. Apa saja perbedaan ECC, rampant karies, karies botol disertai gambaran
klinisnya?
6. Bagaimana pola penyebaran karies pada anak-anak?
7. Bagaimana fluor bisa mengatur laju perkembangan karies dan berapa
batasan flour untuk gigi decidui?
8. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari karies?
9. Bagaimana penanganan yang dapat dilakukan pada skenario?

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Etiologi Karies
Karies gigi adalah penyakit multifactorial yang dimulai dengan perubahan
mikrobiologis dalam biofilm kompleks dan dipengaruhi oleh aliran dan komposisi
saliva, paparan fluoride, konsumsi gula pada makanan, dan dengan perilaku
kesehatan pada gigi dan mulut. Penyakit ini awalnya bersifat reversible dan bisa
berhenti pada tahap apapun, bahkan ketika terjadi pada beberapa kavitas dengan
beberapa biofilm yang dihilangkan.
Menurut Kidd dan Bechal (2012), pembentukan karies gigi terjadi akibat
interaksi antara empat faktor, yaitu:
1. Mikroorganisme (Bakteri)
Bakteri yang sangat berperan dalam menyebabkan karies adalah
Streptococcus mutans dan Lactobacillus, keduanya terdapat pada plak
gigi. Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri dari kumpulan
bakteri yang tidak terkalsifikasi, berkembang biak di atas suatu matriks
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan tambalan yang
tidak dibersihkan sehingga tahan terhadap pelepasan dengan berkumur
atau gerakan fisiologis jaringan lunak (Pintauli dan Hamada, 2008 ; Brown
dan Dodds, 2008). Plak berkembang paling baik pada daerah yang sulit
untuk dibersihkan, seperti pada tepi gingiva, permukaan proksimal, dan
fisur gigi (Ramayanti dan Purnakarya, 2013). Bakteri yang berperan pada
pembentukan karies adalah bakteri fakultatif anaerob Streptococcus
mutans, Streptococcus sobrinus, S.anginosus, S. mitis, Lactobacillus.
Bakteri yang kariogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus
akan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat sehingga terjadi
demineralisasi (Brown dan Dodds, 2008)
2. Host
Gigi setiap manusia mempunyai bentuk anatomi yang berbeda-beda.
Lekuk dan fisur yang terdapat pada permukaan oklusal gigi memiliki
bentuk yang bermacam-macam dengan kedalaman yang berbeda. Gigi
yang mempunyai lekukan yang dalam merupakan daerah yang sulit untuk
dibersihkan dari sisa-sisa makanan, sehingga plak dapat berkembang
dengan cepat dan akan menyebabkan terjadinya karies gigi (Brown dan

7
Dodds, 2008). Karies pada gigi desidui mudah terjadi pada permukaan
yang halus, sedangkan pada gigi permanen mudah ditemukan karies di
permukaan pit dan fisur (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
3. Substrat
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan
pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan
demineralisasi email. Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih
cepat dari pada glukosa, fruktosa, dan laktosa, sehingga sukrosa
merupakan gula yang paling kariogenik. Plak akan tetap bersifat asam
selama beberapa waktu dan membutuhkan waktu 30-60 menit untuk
kembali ke pH normal (pH = 7). Konsumsi gula yang terlalu sering dan
berulang-ulang akan tetap mengakibatkan pH plak di bawah normal dan
menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 2012).
4. Waktu
Karies merupakan penyakit yang perkembangannya lambat dan
terjadi secara bertahap, serta ditandai oleh periode demineralisasi dan
remineralisasi (Brown dan Dodds, 2008). 11 Karies berkembang menjadi
suatu kavitas membutuhkan waktu yang cukup lama, diperkirakan 6 - 48
bulan (Pintauli & Hamada, 2008). Karies lebih cepat terjadi pada anak-
anak dibandingkan dengan orang dewasa (Ramayanti dan Purnakarya,
2013).
ECC adalah bentuk agresif karies gigi yang dimulai pada permukaan gigi
yang biasanya tidak terpengaruh oleh kerusakan. Seperti permukaan labial gigi
insisivus rahang atas, berbeda dengan karies gigi yang biasanya melibatkan retensi
plak pada daerah sekitarnya. Sehingga diperkirakan adanya factor resiko tersendiri
yang terlibat dalam perkembangan ECC.
ECC secara historis dikaitkan dengan penggunaan botol dalam jnagka waktu
yang lama dan menyusui. Penggunaan botol, terutama pada saat tidur diyakini
menjadi factor utama meningkatnya resiko karies, tetapi hal ini bukan menjadi sat-
satunya factor penyebab ECC. Lesi yang dihasilkab dari interaksi kariogenik
mikroorganisme, karbohidrat yang difermentasi, dan permukaan gigi yang rentan
terhadap karies juga menjadi salah satu factor terjadinya peningkatan karies.

8
2. Decidui Rentan Karies

Kerusakan gigi pada anak-anak terjadi lebih cepat dibandingkan orang


dewasa, karena gigi yang baru erupsi masih dalam proses maturasi dan
proses mineralisasi yang belum sempurna. Faktor predisposisi mengapa
karies anak lebih cepat adalah :

A. Konfigurasi anatomis
Seperti pit dan fissure yang dalam, tanduk pulpa yang lebih dekat
dengan permukaan (karena lebih tinggi), tubule dentin anak-anak yang
masih lebar menyebabkan pembentukan jaringan sklerotik yang tidak
sempurna.

Gambar 1. Perbedaan Konfigurasi Anatomi Gigi Decidui dan Gigi Permanen

B. Reaksi Antara Bakteri Asidogenik Dengan Gula (Karbohidrat)


Gigi anak yang masih mengkonsumsi susu (baik ASI) akan
terpapar oleh gugus gula seperti galaktosa, fruktosa, dan saccharin.

9
Terutama pada anak yang sering dibiarkan tertidur dengan kondisi sedang
menyusu, atau sedang menghisap sesuatu yang mengandung
gula/karbohidrat.

Gambar 2. Reaksi antara Bakteri Asidogenik dengan Gula

C. Derajat keasaman dan Buffer Saliva


Derajat keasaman rongga mulut akan diatur dan dinetralisir oleh
buffer saliva, kapasitats buffer saliva bergantung pada konsentrasi
bikarbonat dan berhubungan dengan flow saliva, laju saliva yang tinggi
akan mempengaruhi dan menyebabkan kapasitas buffer semakin tinggi.
Laju ini juga dipengaruhi oleh ritme sirkadian, dimana ritme sirkadian
bergantung pada rangsang cahaya yang diterima oleh mata.
3. Tahap Perkembangan Karies pada Anak
Secara umum ada 5 tahap perkembangan karies botol yaitu :
1) Inisial
Disebut juga tahap reversibel, karena tahap ini dapat hilang. Ditandai dengan
terlihatnya warna putih, opak pada bagian seviks dan proksimal gigi insisivus atas
akibat demineralisasi. Demineralisasi dimulai beberapa bulan setelah gigi erupsi.
Rasa sakit tidak ada.
2) Karies/kerusakan
Lesi pada gigi insisivus atas meluas ke dentin dan menunjukkan diskolorasi.
Proses ini sangat cepat, anak mulai mengeluh sakit/ngilu bila minum air terutama
yang dingin dan gigi yang terlibat sudah mencapai molar satu atas.
3) Lesi yang dalam
Lesi pada gigi depan sudah meluas. Anak mulaimengeluh adanya rasa sakit

10
sewaktu makan terutama saat mengunyah dan juga saat menyikat gigi. Pulpa
insisivus atas sudah terlibat, rasa sakit spontan pada malam hari dan sesudah
minum panas/dingin yang berlangsung beberapa menit.
4) Tahap traumatik
Tahap ini terjadi akibat tidak dilakukan tindakan perawatan sewaktu gejala awal
terjadi. Gigi depan atas akan rusak karena karies dan dengan tekanan yang
ringan dapat terjadi fraktur, bahkan tidak jarang anak datang dengan hanya
tinggal akar gigi saja. Pada tahap ini pulpa gigi insisivus atas sudah non vital,
molar bawah sudah pada tahap kerusakan.
5) Tahap karies terhenti
Semua tahap akan terhenti bila penyebab karies gigi dihilangkan. Akibat
remineralisasi lesi akan berwarna coklat gelap.

4. Hubungan Botol Susu dan Makanan Manis


Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi kerusakan gigi pada
anak,diantaranya penggunaan susu botol ,banyak orang tua yang mengeluh banyak
gigi anak kecoklatan,mahkota gigi yang rusak,bahkan terkadang sudah tinggal
sedikit saja mahkota yang tersisa namun banyak para ibu yang tidak menyadari apa
penyebab yang sesungguhnya terjadi pada gigi anaknya tersebut yaitu mengalami
karies. Faktor utama penyebab karies gigi antara lain makanan/minuman yang manis
dan bisa menyebabkan terjadinya fermentasi karbohidrat, misalnya coklat, permen,
susu formula, jus dan kurang memperhatikan kesehatan gigi dan mulut atau dengan
kata lain kurang menggosok gigi. Karies tersebut dipicu oleh pemberian larutan yang
manis seperti air susu menggunakan botol, serta air susu ibu yang cara pemberian,
frekuensi serta intensitasnya kurang tepat. Lamanya larutan tersebut berada di
rongga mulut, seperti ketika anak tertidur sambal mengemut(mengedot) air susu
dalam botol lebih memperparah terjadinya karies pada gigi anak. Gula penyebab
karies dengan mudah diolah oleh Streptococcus mutans dan lactobacilli menjadi
asam organik yang mengakibatkan demineralisasi email dan dentin Penggunaan dot
dan botol menghalangi akses saliva ke gigi insisivus atas sedangkan gigi insisivus
bawah yang dekat dengan glandula saliva terlindungi oleh lidah dari kandungan
cairan dari botol susu. Penurunan aliran saliva dan kapasitas netralisasi saliva
menyebabkan berkumpulnya makanan pada gigi dan terjadinya fermentasi
karbohidrat dan menghasilkan asam yang akan membuat karies .

11
Gambar 3. Hubungan Botol Susu dan Makanan Manis.

5. Perbedaan Early Childhood Caries, Rampant Karies, Karies Botol


A. Early Childhood Caries

Dampak: mengganggu tidur, makan dan pertumbuhan anak, mengganggu


aktivitas sekolah untuk perawatan anak. Faktor penyebab:

 Konsumsi minuman mengandung gula, konsumsi tinggi makanan mengandung


gula. Gula sebagai salah satu faktor primer yang mempgaruhi terjadinya proses
karies. Batas kandungan tambahan gula yang dikonsumsi ialah 5% menurut
WHO.
 Pengetahuan dan perilaku dalam pemahaman karies gigi dan cara
mencegahnya.

Early Childhood Caries didefinisikan sebagai adanya decar pada satu atau
lebih gigi baik pada gigi yang dicabut karena indikasi karies maupun permukaan gigi
yang sudah ditumpat pada gigi sulung usia di bawah 71 bulan. Biasa ditemui pada
permukaan maxilla dan insisivus pada tahap inisiasi ECC. Kategori berbeda untuk
ECC ialah: feeding bottle tooth decay, feeding bottle syndrome, nursing caries, and
nursing bottle mouth. Bahaya penggunaan botol pada malam hari dalam memberi
makanan memperpanjang keberadaan cairan manis pada mulut yang meningkatkan
faktor resiko ECC. WHO merekomendasikan ASI hingga usia 24 bulan.

Faktor resiko: usia anak, edukasi dan status pendidikan Ibu, jumlah saudara,
waktu menyusui, jumlah konsumsi snack karbohidrat dan biskuit berpengaruh dalam
kesehatan mulut anak. Faktor-faktor resiko ini mengatah pada perkembangan ECC
pada masa preschool. Rendahnya sosioekonomi mempengeruhi kesehatan gigi,
pada kelompok dengan pendapatan tinggi lebih dapat menjangkau perawatan gigi
dibandingkan kelompok pendapatan rendah.

12
Pencegahan: memahami faktor resiko karies seperti mikroba, mencegah
transmisi bakteri penyebab karies melalui saliva dari Ibu yang memliliki decay
kepada bayi baru lahir, mengajarkan sikat gigi awal untuk anak termasuk cara
memegang sikat gigi dan penggunaan pasta gigi dalam menjaga oral hygiene dan
mencegah pembentukan kavitas pada gigi sulung.Menurut American Association of
Pediatric Dentistry (AAPD) bayi tidak disarankan tidur dengan botol yang berisi
karbohidrat, memeriksa erupsi pertama gigi sulung dan menggunakan pasta gigi
mengandung fluoride, mendukung bayi untuk mulai minum dari gelas pada usia satu
tahun untuk mencegah terjadinya decay pada gigi sulung.

Tata Laksana: pendidikan kesehatan gigi dan mulut untuk Ibu, serta promosi
kesehatan gigi dan mulut anak-anak. Tata laksana dilakukan tergantung pada
perkembangan penyakit, usia dan perluasan penyakit pada anak, serta
memperhatikan sosial, perilaku dan faktor medis lainnya. Perlu dilakukan penilaian
faktor resiko pada anak-anak dengan resiko tinggi, sedang yang membutuhkan
restorasi lesi kavitas yang sedang berkembang, white spot dan lesi proksimal enamel
perlu dicegah.

Gambaran klinis seperti band of white (pita putih) clasification pada gingival
line atau permukaan oklusal. Lesi awal muncul di daerah sekitar margin gingiva
antara permukaan interprosimal, bahkan pada kasus yang serius bisa mencapai
insisal.

Gambar 4. Gambaran Klinis ECC

B. Rampant Caries

Rampant Caries adalah karies gigi yang tiba-tiba muncul meluas,


membentuk kavitas dengan cepat, mempengaruhi pulpa dan menginfeksi gigi
hingga decay. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan lingkungan oral dan faktor
penyebab karies yang meningkat walaupun sebelumnya gigi dalam keadaan

13
sehat. Karies rampan ini pada umumnya yang terkena adalah anak-anak usia 4 –
8 tahun atau remaja usia 11 – 19 tahun. Bila anak-anak usia 2 – 4 tahun sudah
terserang rampan karies pada gigi sulung, hal ini dihubungkan dengan enamel
hipoplasia dan kepekaan terhadap karies yang tinggi. Gigi yang terkena rampan
karies biasanya sudah mengalami kerusakan hebat, beberapa gigi atau
semuanya dapat menjadi gangren atau menjadi radiks. Konsistensi lesi karies
sangat lunak dengan warna kuning sampai coklat muda. Pada umumnya karies
sudah dalam. Terkenanya pulpa akan menyebabkan rasa sakit, terlebih bila
disertai abses yang mengakibatkan anak susah / tidak mau makan. Hal ini
menyebabkan kurang optimalnya fungsi pengunyahan sehingga mengakibatkan
pertumbuhan rahang berkurang terutama arah vertikal. Bila terjadi gangguan
pada jaringan penyangga, melalui ronsen foto terlihat gambaran radiolusen
disekitar apeks gigi

Tata Laksana: tata laksana rampant cariestergantung pada


perkembangan penyakut, kebiasaan atau perilaku anak serta riwayat medis.
Penilaian resiko karies diperlukan untuk memnentukan penanganan dan
pencegahan karies baru (Assassement of Caries Risk). Salah satunya dengan
menggunakan cariogram dimana menggunakan komputer untuk menghitung dan
menganalisis data riwayat karies, penyakit berkaitan, konsumsi makanan dan
frekuensinya, jumah plak, bakteri dan program fluoride, sekresi saliva dan
kapasitas buffer saliva.

14
Gambar 5. Perbedaan Rampant Karies dan Nursing Caries

6. Pola Penyebaran Karies Pada Anak


Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pola yang khas dan progresif.
Kerusakan gigi dimulai segera setelah gigi erupsi yaitu pada gigi rahang atas bagian
lingual. Gigi yang sering terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas,
molar pertama desidui atas dan bawah. Permukaan yang terkena dimulai dari
proksimal kemudian labial (servikal) dan oklusal pada gigi molar. Selama menyusui
dengan ASI atau botol, puting susu atau dot terletak di bagian palatal, menyebabkan
palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke dalam mulut. Cairan
dari botol atau ASI tidak/sedikit mengenai gigi depan bawah karena secara fisik gigi
bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari glandula salivari. Di
samping itu gigi depan bawah juga merupakan gigi yang relatif imun terhadap karies.
Jika anak tertidur dengan puting susu atau dot berada dalam mulut, cairan tersebut
akan tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat yang
memfermentasikan asam di sekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi. Aliran

15
saliva dan proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan gigi
karena tidak ada self cleansing.
Urutan gigi yang beresiko tinggi terkena karies, adalah :
a. Gigi insisivus central maxilla pada bagian facial. Lingual, mesial dan distal.
Gigi insisivus atas sulung mudah terkena karies, karena enamel di
permukaan lebih tipis dan kurang padat dibandingkan permukaan oklusal gigi
molar susu. Di samping itu gigi insisivus erupsi paling awal sehingga paling
lama berkontak dengan ASI (Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti ASI) Gigi
depan bawah (sulung atau tetap) biasanya imun terhadap karies, karena
adanya muara saliva sehingga self cleansing lebih baik.
b. Gigi insisivus lateral maxilla pada bagian facial, ingual, permukaan mesia;
dan diistal.
c. Caninus maxilla dan molar dua bagian facial, lingual, dan area proksimal.
d. Gigi molar mandibula.
e. Gigi molar rahang bawah permukaan oklusal
f. Gigi insisivus mandibula beresiko rendah karena dilindungi oleh lidah dan
aktivias self cleansing dari salia karena adanya lubang saluran kelenjar
sublingual dekar dengan permukaan lingual pada gigi insisivus rahang
bawah.

7. Mekanisme Flour terhadap Laju Saliva


Mekanisme fluoride dalam pencegahan karies adalah dengan meningkatkan
ketahanan email terhadap demineralisasi (hilangnya mineral gigi), meningkatkan
proses remineralisasi (bertambahnya mineral gigi) pada permukaan email,
menghambat sistem enzim bakteri yang merubah karbohidrat menjadi asam dalam
plak gigi dan adanya efek bakteriostatik dengan menghambat kolonisasi bakteri pada
permukaan gigi (Lussi,dkk., 2012). American Dental Association menyebutkan
bahwa begitu fluor masuk ke email, fluoride bekerja sama dengan kalsium dan fosfat
di dalam email gigi untuk menciptakan sistem pertahanan paling kuat yang bisa
dimiliki gigi untuk mencegah gigi berlubang.
Fluor memiliki tiga mekanisme sebagai kontrol karies yaitu meningkatkan
remineralisasi, menghambat demineralisasi dan penghambatan glikolisis pada
bakteri karies. Fluor memberikan efek pada bakteri mulut dengan penghambatan
langsung enzim seluler atau meningkatkan permeabilitas proton membran sel dalam
bentuk fluor hibrida (HF). Menurut reaksi H + + F- = HF, HF terbentuk lebih mudah di
bawah kondisi asam (pKa = 3,15) dan memasuki sel karena permeabilitas HF yang
lebih tinggi daripada membran sel bakteri. HF kemudian terdisosiasi menjadi H + dan

16
F- di sitoplasma yang lebih basa daripada lingkungan eksterior. Enzim intraselular
tersebut menghambat enzim glikolitik yang mengakibatkan penurunan produksi
asam dari glikolisis.

Gambar 6. .Akumulasi fluor, distribusi dan efflux sel bakteri

Jumlah fluor yang tepat untuk gigi decidui adalah sekitar 0,3 bagian per juta
(ppm) dalam air minum, yang cukup untuk mencegah gigi berlubang tetapi tidak
terlalu banyak sehingga menyebabkan fluorosis. Tetapi, jika jumlah fluoride dalam air
lebih dari 0,7 ppm, ada kemungkinan lebih besar bahwa seorang anak akan
menderita fluorosis. Fluorosis berarti seseorang memiliki terlalu banyak fluoride.
Orang dengan fluorosis memiliki tanda white spot atau blotches pada gigi mereka.
Bintik-bintik ini bisa menjadi stain atau berubah menjadi gelap.

Gambar 7 Jumlah Flouride untuk Gigi Decidui

17
8. Dampak dari Karies
Dampak dari karies dapat di golongkan menjadi 3 , yaitu :

 Jangka pendek : sakit, nafsu makan buruk, tidur yang terganggu, aktivitas
terganggu sehingga mengakibatkan bolos sekolah, dikarenakan
 Jangka Panjang : nutrisi tubuh tidk terpenuhi, kualitas hidup buruk, berpotensi
mempengaruhi dalam berbicara. Dampaknya, gigi menjadi keropos,
berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan
daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan
pertumbuhan kurang maksimal (Sinaga, 2013)
 Dampak yang ditimbulkan akibat karies gigi secara ekonomi adalah semakin
lemahnya produktivitas masyarakat. Jika yang mengalami anak-anak maka
akan menghambat perkembangan anak sehingga akan menurunkan tingkat
kecerdasan anak, yang secara jangka panjang akan berdampak pada
kualitas hidup masyarakat (Asse, 2010).

9. Penanganan
Pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan adalah pemberian ASI
atau makanan melalui botol dianjurkan hanya sampai usia bayi 6 bulan, waktu
memberi minuman pada bayi selalu diperhatikan dan bayi tidak boleh dibiarkan
mengisap botol/ ASI sambil tiduran, apalagi sampai tertidur, hindari pemberian gula
yang berlebihan, sebaiknya anak sudah mulai diperkenalkan ke dokter gigi sejak usia
dini (1 tahun) sehingga bila terlihat tanda- tanda karies botol dapat dirawat dengan
segera, perawatan harus dilakukan meskipun gigi hanya tinggal akar, karena usia
penggantian gigi masih lama dan kehilangan atau pencabutan yang dini dari gigi
susu, mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan rahang ke
depannya.

Tindakan yang dilakukan pada kunjungan pertama ialah menghilangkan rasa


nyeri yang dapat dilakukan penumpatan sementara disertai obat-obatan jika di
perlukan.. Pemberian obat dapat dilakukan secara lokal maupun oral. Pemberian
obat secara lokal dilakukan langsung dengan zinc oxide eugenol, sedangkan
pemberian secara oral yaitu obat-obatan sedativa dan analgesik. Obat ini diberikan
terutama pada nyeri yang telah lanjut, dan bermanfaat untuk mencegah
pertumbuhan bakteri penyebab karies. Bila rasa nyeri telah hilang, maka perawatan
dapat di lakuakn. Dalam pengendalian karies, perawatan karies rampan harus

18
dilakukan secara sistematis dan komprehensif serta sesuai dengan prinsip
pencegahan dan perawatan secara menyeluruh. Hal selanjutnya yang dilakukan
dalam perawatan ialah mengu- rangi aktivitas bakteri untuk menhentikan karies, dan
mencegah penjalaran yangcepat ke arah pulpa untuk mengurangi
perkembangbiakan bakteri serta adanya bau mulut. Juga perlu dilakukan oral
profilaksis dengan cara menyikat gigi secara benar dan teratur.

19
Kerangka Konsep

KARIES ANAK

FAKTOR PENYEBAB

HOST MIKROORGANISME SUBSTRAT TIME

REMINERALISASI DEMINERALISASI

HEALTHY TOOTH

20
BAB III

KESIMPULAN

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan,
dimulai dari permukaan gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. Karies
dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat seperti sukrosa,glukosa
danf r u k t o s a , mikroorganisme dan saliva, permukaan dan bentuk gigi, serta dua bakteri
yang paling umum bertanggungjawab untuk gigi berlubang adalah Streptococcus mutans
dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit dapat menyebabkan rasa sakit,
kehilangan gigi, dan infeksi. Kemudian bakteri akan menjadi asam dan timbul plak. Tahap
perkembangan karies terbagi menjadi empat, yaitu tahap insisal, tahap karies/kerusakan,
tahap lesi dalam, dan tahap traumatik, dimana setiap tahapnya memiliki ciri khas masing-
masing,

Karies pada anak dapat diklasifikasikan menjadi Early Childhood Caries/karies botol
dan karies rampan. Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan anak yang
masih sangat muda ditandai dengan pola tersendiri atau khas berupa karies yang hebat dan
parah pada gigi desidui disebabkan cara pemberian makanan/susu/ASI yang tidak tepat.Jika
anak tertidur dengan putting susu atau dot berada dalam mulut, cairan tersebut akan
tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat yang
memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi. Aliran saliva dan
proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan gigi karena tidak ada self
cleansing. Karies rampan adalah suatu jenis karies yang proses terjadinya dan meluasnya
sangat cepat dan tiba-tiba, sehingga menyebabkan lubang pada gigi, terlibatnya pulpa dan
cenderung mengenai gigi yang imun terhadap karies yaitu gigi insisivus depan bawah. Tidak
ada keterangan yang menyatakan bahwa terjadinya rampan karies berbeda dengan karies
biasa, hanya waktunya lebih cepat. Dikatakan cepat karena dalam waktu satu tahun, gigi
yang terlibat bisa mencapai 10 buah, dan dikatakan tiba-tiba karena pulpa langsung
terlibat. Rampan karies dapat terjadi pada mulut yang relatif bersih.

Untuk pencegahan dan perawatan karies pada anak-anak dapat dilakukan dengan
pemberian ASI atau makanan melalui botol dianjurkan hanya sampai usia bayi 6 bulan,
waktu memberi minuman pada bayi selalu diperhatikan dan bayi tidak boleh dibiarkan
mengisap botol/ASI sambil tiduran, apalagi sampai tertidur, hindari pemberian gula yang
berlebihan, sebaiknya anak sudah mulai diperkenalkan ke dokter gigi sejak usia dini ( 1
tahun ) sehingga bila terlihat tanda-tanda karies botol dapat dirawat dengan segera.

21
DAFTAR PUSTAKA

Annisa & Iwan Ahmad.2018.Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Pada Gigi
Anak.Indonesian Journal of Paediatric.Vol.1,No.1,hal:63-69
Voyez.2002. Fluoride and healthy teeth.Journal Paediatr Child Health.Vol.7,No.8,
page:575-576

Pinkhan JR. 2005. Pediatric dentistry – infancy troughadolescence 4th edition.


St.Louis

Ramayanti,sri.dkk.2013.Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi.Jurnal


Kesehatan Masyarakat.Vol.7.No.2.Hal:89-93.

Widayati, Nur. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Karies Gigi Pada Anak Usia
4–6 Tahun. Jurnal Epidemiologi Berkala. Vol. 2, No. 2 Hal: 196–205

Turton, Bathsheba, et al. 2019. Epidemiological Survey of Early Childhood Caries in


Cambodia. BMC Oral Health, vol 10 no 107 https://doi.org/10.1186/s12903-019-
0800-y

Dewi, Nurdiana, et al. 2018. Caries Risk Evaluation Using Cariogram in Management
of Children Rampant Caries. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, vol 3 no 2

Nisar, Nighat and Mubeen, Nida. 2015. Early Childhood Caries: A Preventable
Disease. Open Dentistry Journal. DOI: 10.17140/DOJ-2-111

Sobia Zafar, Etc. 2018. International Dentistry SA : Early Childhood Caries : Etiology,
Clinical Consideration, Consequences And Management. Vol.11, No.4 : 24-36
Jingga, Erliana, Henry Setyawan, Sri Yuliawati. Hubungan Pola Pemberian
Susuformula Dengan Kejadianearly Childhood Caries (Ecc) Padaanak Prasekolah Di
Tk Islam Diponegoro Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2019. Vol 7. No
1

Zahara,Elfi, Andriani. 2017. Hubungan Pemberian Susu Menggunakan Botol Dengan


Rampan Karies Pada Murid Tk Hj. Cut Nyak Awan Gampong Lambaro Kec. Ingin
Jaya Kab. Aceh Besar. Jurnal Averrous. . Vol.4 No.1

Sari, Endah Purwani. 2017.Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Karies


Gigi Pada Anak Pra Sekolah Di Tk Dayyinah Kids. Jurnal Martenity And Neonatal.. Vol
2. No 4.

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai