Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

SGD 8 LBM 2

Modul 2.4 Ilmu Bahan Kedokteran Gigi

“Tambalan Saya Rusak”

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Karina Aulia Pasha (31101800049)
2. Adib Arkan Musyafa Wanda (31101900002)
3. Alex Amrullah (31101900005)
4. Athalla Chaidar (31101900015)
5. Bagus Muhammad Radya S T (31101900018)
6. Ivan Surya Al Atiq (31101900045)
7. Kusuma Arga Wibowo (31101900048)
8. Medina Zahra Ayu Purnama (31101900051)
9. Nada Syafa Titania (31101900060)
10. Natasya Meilani Putri (31101900066)
11. Ndandung Saputra (31101900068)
12. Yuniar Izka Susilowati (31101900100)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUTORIAL
SGD 8 LBM 2 MODUL 2.4

“Tambalan Saya Rusak”

Telah Disahkan pada tanggal 8 Juni 2020 oleh:

Tutor

drg. Rossa Pratiwi, Sp. Perio

2
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... 2
LAPORAN TUTORIAL ........................................................................................................ 2
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Skenario ....................................................................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 5
A. Landasan Teori............................................................................................................. 5
2.1 Definisi Biokompabilitas ....................................................................................................... 5
2.2 Definisi Restorasi Direct ........................................................................................................ 6
2.3 Definisi Restorasi Indirect ..................................................................................................... 6
2.4 Tujuan Restorasi .................................................................................................................... 7
2.5 Definisi Sifat Fisik dan Mekanik Restorasi Direct .............................................................. 7
2.6 Definisi Sifat Fisik dan Mekanik Restorasi Indirect........................................................... 7
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi Gigi ........................................................................ 8
2.8 Resiko Tumpatan Rusak tidak segera ditangani ................................................................ 8
2.9 Jenis-Jenis Tumpatan untuk pasien usia 50 tahun ............................................................. 9
2.10 Jenis-Jenis Restorasi Direct dan Restorasi Indirect ......................................................... 9
2.11 Kelebihan dan kekurangan Restorasi Direct .................................................................. 11
2.12 Kelebihan kekurangan Restorasi Indirect ....................................................................... 12
2.13 Faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan restorasi direct ......................... 13
2.14 Teknik Restorasi pada gigi ................................................................................................ 14
2.15 Penyebab tumpatan pecah atau bocor pada area proximal........................................... 14
2.16 Alasan Tumpatan harus di Restorasi ulang .................................................................... 15
2.17 Perbedaan Restorasi Direct dan Indirect ........................................................................ 15
2.18 Klasifikasi Karies ............................................................................................................... 15
2.19 Tumpatan direct untuk kasus pada scenario .................................................................. 17
2.20 Alternatif tumpatan indirect kasus pada scenario.......................................................... 17
B. Kerangka Konsep ....................................................................................................... 18
BAB III ............................................................................................................................... 19
KESIMPULAN ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Restorasi gigi merupakan penggantian jaringan keras gigi yang telah rusak baik karena bakteri
maupun karena adanya defek atau kelainan pada gigi tersebut dengan bahan yang diletakkan pada
gigi dalam waktu yang tidak terbatas. pembuatan suatu restorasi bertujuan untuk mencegah lanjutnya
kerusakan gigi sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam rongga mulut, membantu
mengembalikan bentuk, fungsi dan estetik gigi. Berdasarkan teknik pembuatannya, restorasi
dibagi dua: restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Setiap dokter gigi menghabiskan
60% waktunya untuk mengerjakan restorasi langsung, tak hanya membuat restorasi namun
mengganti restorasi yang rusak. Oleh karena itu, dibutuhkan bahan restorasi yang dapat
bertahan cukup lama di dalam rongga mulut.
Teknologi produksi bahan tambalan (tumpatan) saat ini berkembang cukup pesat
dibandingkan 50 tahun yang lampau. Hal ini membuat para dokter gigi mempunyai banyak
pilihan untuk merestorasi gigi berlubang, rusak, patah bahkan yang hilang sekalipun.
Para periset terus mengembangkan bahan-bahan, seperti porselen, polimer agar
makin mendekati penampakan gigi asli. Termasuk diantaranya dengan pemanfaatan teknologi
nano. Bahan-bahan baru ini tidak menggantikan bahan-bahan restorasi yang sudah ada selama
ini, seperti emas, alloy berbahan dasar logam dan amalgam. Hal ini disebabkan oleh kekuatan
dan keawetan bahan-bahan tambalan tersebut masih diperlukan dalam kondisi tertentu,
misalnya untuk menambal gigi belakang yang banyak menanggung beban kunyah.
Kondisi mulut dan kesehatan umum pasien mempengaruhi jenis bahan tambalan
yang dipilih, dari segi penampilan, keawetan dan harga. Selain itu di mana dan bagaimana
bahan tambalan akan diletakkan, waktu dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk
memepersiapkan serta menambalkan gigi juga harus dipertimbangkan dalam memilih jenis
bahan tambalan.

4
B. Skenario

Pasien usia 50 tahun datang ke poli gigi untuk memeriksakan tambalannya yang terasa tidak
nyaman. Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa tambalan pada gigi 27 telah pecah
dan bocor pada area proximal. Dokter gigi memperkirakan tumpatan tersebut tidak
dapat menahan beban kunyah dan berencana melakukan restorasi ulang pada gigi
tersebut. Pasien bersedia untuk dilakukan restorasi direct. Sebelum melakukan
restorasi dokter gigi terlebih dahulu mempertimbangkan sifat fisik, mekanis, dan
biokompatibilitas material restorasi

C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Biokompabilitas ?
2. Apa definisi Restorasi direct?
3. Apa definisi Restorasi indirect?
4. Apa tujuan dari restorasi ?
5. Apa definisi sifat fisik dan mekanik Restorasi direct?
6. Apa definisi sifat fisik dan mekanik Restorasi indirect?
7. Hal apa saja yang berpengaruh dalam restorasi gigi?
8. Apa yang terjadi jika tumpatan yang rusak tidak segera ditangani?
9. Jenis-jenis tumpatan untuk pasien usia 50 tahun seperti apa?
10. Apa saja jenis-jenis restorasi direct dan restorasi indirect?
11. Kelebihan dan kekurangan pada restorasi direct?
12. Kelebihan kekurangan pada restorasi indirect?
13. Apa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan restorasi direct?
14. Bagaimana teknik restorasi pada gigi?
15. Apa yang menyebabkan tumpatan pecah atau bocor pada area proximal?
16. Mengapa tumpatan tersebut harus direstorasi ulang?
17. Apa perbedaan restorasi direct dan indirect?
18. Bagaimana klasifikasi dari karies?
19. Tumpatan direct apa yang cocok untuk kasus pada scenario?
20. Alternatif tumpatan indirect yang cocok untuk kasus pada scenario?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2.1 Definisi Biokompabilitas
Biokompatibilitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk menyesuaikan

5
diri dengan lingkungan dimana bahan tersebut diletakkan atau ditanamkan, tidak
membahayakan tubuh, dan non-toksik. memiliki kekuatan dan kepadatan yang tinggi, dapat
bertahan pada suhu yang tinggi, berat jenis rendah, ringan, dan sangat resisten terhadap
korosi.
a. Kemampuan bahan untuk beradaptasi dengan lingkungan seperti mulutt, dan tidak
membahayaan (non toksik)
b. Kemampuan untuk bekerja sama dengan tubuh tanpa efek samping
c. Keserasian bahan kedokteran gigi dengan lingkungannya untuk mendatangkan respon
biologis dalam pengaplikasiannya dalam tubuh
d. Kemampuan bahan kedokteran gigi agar bersifat non toksik untuk pasien dokter gigi,
tidak menyebabkan iritasi, alergi dan tidak bersifat mutagen dan karsinogen.

Bahan bisa dikatakan biokompatibel ketika memiliki kualitas menjadi tidak merusak
dalam lingkungan biologis tetapi juga harus berinteraksi dengan manfaat pasien. Penting
untuk menghargai interaksi ini bekerja dua arah. Artinya, materi dapat dipengaruhi dalam
beberapa cara oleh lingkungan biologis, dan sama-sama, lingkungan biologis dapat
dipengaruhi oleh materi. Jadi, untuk aman saja tidak cukup dalam konteks
biokompatibilitas; bahannya juga harus yang menguntungkan.

2.2 Definisi Restorasi Direct


Restorasi direct adalah restorasi yang ditambalkan langsung ke dalam kavitas gigi
pasien yang telah dipreparasi, misalnya amalgam atau komposit. Restorasi direct hanya
diindikasikan pada gigi yang mengalami lubang yang tidak terlalu besar, sehingga
memungkinkan dilakukan langsung di dalam mulut.
Restorasi secara langsung (Direct) dikerjakan oleh dokter gigi pada gigi pasien di
dental unit, tanpa membutuhkan proses pengerjaan di laboratorium.artinya bahan
tambalan diletakkan segera ke lubang gigi yang sudah dibersihkan dalam satu
kunjungan. Termasuk di dalamnya adalah amalgam, ionomer kaca, resin ionomer, dan
resin komposit.

2.3 Definisi Restorasi Indirect

Restorasi Indirect Tambalan gigi tidak langsung adalah tambalan gigi yang dilakukan
melalui proses mencetak gigi pasien kemudian mengirim hasil cetakan tersebut ke lab gigi,
baik inlay ataupun onlay sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama daripada proses
tambalan gigi secara langsung. Setelah inlay ataupun onlay tersebut jadi, kemudian dilekatkan
ke gigi asli pasien dengan cara dilem. Bahan yang digunakan untuk tambalan gigi yang
melalui proses tidak langsung adalah logam dan porselen.
Indirect Restoration restorasi yang dibuat diluar mulut pasien yang akan
dilekatkanatau disemen pada gigi pasien yang telah dipreparasi setelah siap dipasang.
Indirect restoration dibagi menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat
dalam kontur gigi, contoh inlay) dan ektra koronal (restorasi yang menutupi bagian
mahkota gigi asli yang masih ada untuk mendapatkan montur anatomis, contoh onlay,
veneer, dan mahkota pigura). Teknik yangdigunakan untuk membuat restorasi melalui

6
Indirect Restoration adalah teknik restorasi logam.Teknik restorasi logam adalah suatu
restorasi yang dibuat berbahan dasar metal atau alloy (Jonesand Grundy)
2.4 Tujuan Restorasi
Pasca perawatan saluran akar,gigi memerlukan restorasi akhir yang memiliki retensi
dan resistensi yang baik agar restorasi bertahan lama serta merehabilitasi gigi dalam dengan
tumpatan, gigi diharapkan bisa bertahan lebih lama dan tidak perlu sampai dicabut.
Restorasi gigi bertujuan tidak hanya membuang penyakit dan mencegah timbulnya kembali
karies tetapi juga untuk :
 Mengembalikan fungsinya yaitu fungsi fisiologis  Mengembalikan pengunyahan dan
nilai estetik
 Mengembalikan bentuk dan fungsi gigi yang rusak.
 Mengurangi jumlah bakteri aktif dalam mulut.
 Mempertahankan struktur dan memperpanjang usia gigi.
 Menjaga bentuk tulang rahang dan kontur wajah.
 Memperbaiki gigi yang retak, patah, atau terkikis akibat kebiasaan tertentu, seperti
menggigit kuku atau menggertakkan gigi.
2.5 Definisi Sifat Fisik dan Mekanik Restorasi Direct

Restorasi direct pada bahan resin Sifat fisik (Secara fisik resin komposit memiliki nilai estetik
yang baik sehingga nyaman digunakan pada gigi anterior) :
1. Warna Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh
oksidasi tetapi sensitive pada penodaan
2. Strength kekuatan tekan resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini
memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan
insisal
Sifat mekanik (Sifat mekanis pada bahan restorasi resin komposit merupakan faktor yang
penting terhadap kemampuan bahan ini bertahan pada kavitas. Sifat ini juga harus menjamin
bahan tambalan berfungsi secara efektif, aman dan tahan untuk jangka waktu tertentu) :
1. Adhesi
Adhesi diperoleh dengan dua cara. Pertama dengan menciptakan ikatan fisik antara
resin dengan jaringan gigi melalui etsa, Kedua dengan penggunaan lapisan yang
diaplikasikan antara dentin dan resin komposit dengan maksud menciptakan ikatan
antara dentin dengan resin komposit tersebut
2. Kekuatan dan keausan
Memiliki kekuatan tekan yang lebih rendah daripada amalgam dan memiliki derajat
keausan yang sangat tinggi, karena resin matriks yang lunak lebih cepat hilang

2.6 Definisi Sifat Fisik dan Mekanik Restorasi Indirect


Sifat fisik-mekanik yang baik dari bahan kedokteran gigi Restorasi Indirect
adalah bahan harus stabil dalam kondisi asam/basa cairan rongga mulut, penghantar
termal rendah sebaiknya sedapat mungkin sama dengan jaringan gigi, mempunyai daya
tahan deformasi permanen atau patah di bawah tekanan kunyah, mempunyai
kemampuan dapat dipoles sehingga memberi permukaan yang halus dan homogen,
sesuai dengan warna gigi, tahan terhadap kepatahan di bagian tepi yang tipis, daya tahan

7
terhadap pemakaian terutama email gigi, tahan terhadap korosi/karat, mempunyai adesi
atau ikatan kimia dengan jaringan gigi yang baik, mempunyai adaptasi yang baik
dengan dinding kavitas gigi, tidak mempunyai sifat alat penghantar aliran listrik dalam
rongga mulut, tidak sensitif dengan kontaminasi kelembaban selama peletakan bahan
restorasi, dan tidak ada perubahan termal atau perubahan demensi selama proses
pengerasan. Sifat-sifat mekanis dan termis bahan-bahan yang dipergunakan untuk
berbagai pemakaian kedokteran gigi pada Restorasi Indirect haruslah cukup kuat, cukup
kaku dan keras serta tahan terhadap abrasi.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Restorasi Gigi
 Karakteristik pasien sebagai faktor yang berperan penting dalam usia pakai
restorasi. Kerjasama yang baik dari pasien selama prosedur perawatan meliputi
kontrol saliva, kejelasan akses ruang operasi akan membantu dalam preparasi gigi dan
peletakan bahan restorasi. Besar ukuran restorasi, faktor makanan/diet, kegiatan
preventif pasien dan kebiasan buruk pasien seperti bruksisma atau sering menggigit
es batu juga penting.
 faktor keahlian dokter gigi berpengaruh pada usia pakai suatu restorasi,
preparasi jaringan gigi, pembuatan kontur restorasi, dan adanya over hanging akan
menyebabkan kegagalan dari restorasi. Begitu cepatnya perkembangan bahan
restorasi dengan berbagai modifikasi harus selalu diikuti oleh dokter gigi agar dapat
menggunakan bahan restorasi dengan baik.
 Faktor dari bahan restorasi Pada penggunaan amalgam dapat terjadi pada saat
waktu pencampuran dan kecepatan yang dipakai serta kontaminasi akan menyebabkan
berkurangnya kekuatan restorasi, Tantangan bagi para peneliti adalah menghasilkan
bahan restorasi yang tahan seperti pada email gigi. Bila bahan restorasi lebih keras
dari jaringan gigi seperti porselen dan base metal maka secara cepat akan terjadi
keausan email pada gigi lawan.
 merestorasi Gigi pasca perawatan saluran akar yang menjadikan lebih lemah
karena adanya pembuangan jaringan dentin di mahkota dan saluran akar, yang
menyebabkan perubahan komposisi struktur gigi. Hilangnya struktur gigi akibat
prosedur perawatan akan mengurangi kekerasan gigi sebanyak 5%, sementara
hilangnya jaringan mahkota menyebabkan kelenturan berkurang sampai dengan 60%.
Sebetulnya Kekuatan pada gigi pasca perawatan saluran akar, tidak dipengaruhi pada
prosedur perawatan saluran akar, akan tetapi preparasi yang luas dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan gigi. Sehingga berpengaruh saat akan melakukan restorasi
gigi.
 Berdasarkan kenyataan bahwa kegagalan juga lebih sering disebabkan
restorasi yang tidak adekuat dibanding hasil perawatan saluran akarnya
sendiri.Restorasi yang ideal harus dapat melindungi permukaan oklusal dan
menggantikan tonjol-tonjolan yang hilang agar dapat secara optimal melindungi
struktur mahkota gigi dan menambah ketahanan.
2.8 Resiko Tumpatan Rusak tidak segera ditangani
Risiko komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur tambal gigi dan tidak segera
ditangani, yaitu:
 Dapat mengakibatkan nyeri ketika menggigit, bersinggungan dengan gigi lain,
nyeri yang menyerupai sakit gigi, dan nyeri di bagian gigi lain atau berlawanan.

8
 Gigi sensitif, terhadap tekanan, udara, makanan manis, atau suhu. Kondisi ini
umumnya akan hilang dalam beberapa minggu. Namun, jika sensitivitas tidak
berkurang dalam 2-4 minggu atau gigi terasa sangat sensitif, segera hubungi dokter.
 Peradangan pada pulpa gigi (pulpitis).
 Infeksi, pada pulpa gigi atau jaringan gusi di sekitarnya.
 Nekrosis Pulpa
-Hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan
atau penyembuhan.
-Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin berat sisa jaringan
pulpa yang sehat untuk mempertahankan vitalitasnya.
-Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena adanya infeksi bakteria pada
jaringan pulpa. Ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan direct pulpa exposure, hal
ini memudahkan infeksi bakteri ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada
jaringan pulpa.
-Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah
parah dan dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.
Bila tidak dirawat, infeksi bisa menyebar ke jaringan di bawah gigi dan menimbulkan
abses. Abses berisi nanah, dan menyebabkan pembengkakan di gusi. Pada kasus-kasus
tertentu abses ini bisa besar sekali hingga pipi menjadi bengkak. Rasa sakit dan abses
harus diredakan dulu, dengan minum obat antibiotik sesuai resep dokter.
2.9 Jenis-Jenis Tumpatan untuk pasien usia 50 tahun
Amalgam: dapat digunakan untuk perawatan bagi segala usia, keadaan dengan tekanan
kunyah beragam dan ukuran kavitas dari kecil sampai sedang terutama untuk gigi posterior,
dapat digunakan sebagai dasar restorasi cor, metal-keramik dan keramik, pada pasien
dengan dana terbatas, pada pasien dengan kontrol saliva yang sulit, pada restorasi yang
menahan tekanan kunyah yang besar.
GIC, merupakan salah satu jenis dari restorasi direct yang cukup sering digunakan akhirakhir
ini karena memiliki perkembangan yang baik dibanding dengan beberapa jenis restorasi
lainnya. Memiliki sifat biokompabilitas yang baik, sukar larut, resistensi terhadap abrasi,
warna yang mirip dengan gigi, water balence. Menurut penelitian jenis restorasi GIC
beresiko untuk bocor ada meski tidak besar, jadi kemungkinan restorasi yang dipakai pada
pasien usia 50 thn adalah GIC karena masih beresiko bocor dan jika melihat jenis restorasi
lain seperti amalgam kemungkinan besar adalah tidak karena amalgam sudah lama tidak
dipakai lagi.
2.10 Jenis-Jenis Restorasi Direct dan Restorasi Indirect

Jenis-Jenis Restorasi Direct Jenis-jenis Restorasi Indirect

9
Resin Komposit PORSELEN
Komposit adalah suatu campuran dari dua material atau Porselen yang digunakan untuk tambalan gigi tersusun
lebih, masing-masing materialnya memberikan atas kristal, alumina dan silica yang dileburkan secara
kontribusi pada sifat resin komposit. Komposit juga bersamaan pada temperatur tinggi, untuk membentuk
merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk bahan kekuatan, keseragaman dan material yang terlihat seperti
tambalan gigi. Komposit memiliki komposisi matriks kaca. Porselen digunakan sebagai inlay, onlay, crown atau
resin dan partikel pengisi anorganik, komposisi tersebut veneer, Veneer adalah lapisan porselan sangat tipis yang
untuk ketahanan komposit dalam kondisi apapun di ditempatkan pada gigi menggantikan email. Biasanya
dalam mulut. Komposit memiliki warna seperti warna digunakan untuk memperbaiki penampilan gigi yang
natural gigi. berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat baik secara
estetika karena warnanya yang sangat mirip dengan
warna gigi. Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah
bila diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur.
Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan
kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat pada
gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis gigi
antagonisnya bila permukaannya kasar.
Amalgam LOGAM BERLAPIS PORSELEN
Amalgam merupakan campuran dari dua atau beberapa Dibandingkan dengan porselen, restorasi ini sangat
logam (alloy) yang salah satunya adalah merkuri. Kata kuat karena kombinasinya dengan kekuatan logam,
amalgam juga didefenisikan untuk menggambarkan karena itu sering digunakan untuk membuat crown atau
kombinasi atau campuran dari beberapa bahan seperti jembatan.
merkuri, perak, timah, tembaga, dan lainnya. Dental Banyak struktur gigi yang harus diambil untuk memberi
amalgam sendiri adalah kombinasi alloy dengan tempat bagi restorasi jenis ini. Kadang-kadang muncul
merkuri melalui suatu proses yang disebut rasa tidak nyaman bila terkena rangsang panas atau dingin
amalgamasi. Ketika powder alloy dan liquid merkuri di awal penggunaan dan beberapa orang menunjukkan
dicampur, terjadi suatu reaksi kimia yang reaksi alergi terhadap beberapa jenis logam yang
menghasilkan dental amalgam yang berbentuk bahan
digunakan dalam restorasi.
restorasi keras dengan warna perak abu – abu.

Glass Ionomer Cement (GIC) merupakan bahan restorasi ALLOY EMAS


yang memiliki sifat adhesif, sewarna dengan gigi dan Alloy emas terdiri dari emas, tembaga dan logam lain,
memiliki kemampuan pelepasan ion fluor yang terutama digunakan untuk crown, inlay, onlay dan
dipengaruhi derajat keasaman (pH). jembatan. Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar
sehingga sulit pecah maupun terkikis, memungkinkan
dokter gigi untuk mengambil sesedikit mungkin struktur
gigi yang akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi
antagonis dan tidak pernah memunculkan reaksi alergi.
Namun, warnanya tidak bagus karena tidak seperti warna
gigi.
ALLOY LOGAM
Alloy logam tampak seperti perak, digunakan sebagai
crown, jembatan atau rangka gigi palsu. Bahan ini tahan
karat, sangat kuat dan tidak mudah patah atau terkikis.
Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap
bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap panas dan
dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak baik
karena tidak seperti warna gigi.

10
CROWN, INLAI ATAU ONLAI DARI KOMPOSIT
Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan
secara indirect (tidak langsung), yaitu berupa inlay dan
onlay. Bahan resin komposit untuk tambalan inlay
lebih sering digunakan daripada pemakaian bahan
keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan
kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau
kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan
sehingga menyulitkan operator. Sedangkan resin
komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan
efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada
daerah gingival dapat dibuang hanya dengan
menggunakan hand instrument.

2.11 Kelebihan dan kekurangan Restorasi Direct


Kelebihan Kekurangan
Resin
Warna
Komposit dan tekstur material bisa Resin Komposit Kurang daya
disamakan
- dengan gigi pasien - amalgam serta tida
dengan menambah material menahan tekanan gi
pengisi. bagian posterior.
Bisa
- digunakan untuk merubah - Bisa terjadi shrink
warna, ukuran dan bentuk gigi di set, sehing
bahan tambalan. pembentukan ruang
untuk
-Tidakmemperbaiki
mengandung senyuman.
--
merkuri. komposit. Tidak bisa digunak
Sangat
- bermanfaat untuk gigi
- yang besar.
anterior dan kavitas kecil pada gigi
Lebih cepat aus dib
posterior
gigitan dengan beban
yang baru. Tehnik etsa asam b
mementingkantidak terlalu - material polimer
estetis. ·-Hanya besar
sedikit gigi amalgam dan Kontras bahan tam
karies yang kurang
yang perlu untuk mendeteksi ka
dipreparasi
Memerlukan ketera
untuk pengisian bahan
serta biaya ting
tambalan berbanding
Amalgam Amalgam
Biayanya murah dibanding
lain - Tidak sewarna gigi jadi kurang enak
-bahan tambal gigi - Tepi tambalan amalgam yang langsun
tekanan gigi dapat berdampak pada warna gig
Tambalan paling kuat yang berubah
kunyah
- Dapat menimbulkan nyeri gigi
-tahan terhadap kandungan merkuri d
-Terdapat
- meskipun kadarnya rendah
Ketahanan aus tinggi dibanding
dan - Dapat mengakibatkan alergi
bahan yang lain
praktis
Penambalan dapat dilakukan
dengan mudah

11
GIC (Glass
Ionomer Cement) GIC (Glass Ionomer Cement)
-Bahan tambal ini -
meraih Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak
Dengan
popularitas karena sifatnya yang yang menerima beban kunyah besar seperti gigi molar (geraham)
dapat melepas fluor adanya
yang sangat-Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara tambala
berperan sebagai antikaries. bahan - Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain
tambal ini, resiko kemungkinan
untuk terjadinya karies sekunder di
bawah tambalan jauh lebih kecil
dibanding bila menggunakan bahan
tambal lain menimbulkan
-Biokompatibilitas bahan inireaksi
terhadap jaringan
sangat baik (tidak
merugikan
terhadap tubuh)
-Material ini melekat dengan baik ke
struktur gigi karena mekanisme
perlekatannya adalah
secara kimia yaitu dengan
pertukaran ion antara tambalan
dan gigi. Oleh karena itu pula, gigi
tidak perlu diasah terlalu banyak
seperti halnya bila menggunakan
bahan tambal lain.
Pengasahan perlu dilakukan untuk
mendapatkan bentuk kavitas yang
dapat ‘memegang’ bahan tambal.

2.12 Kelebihan kekurangan Restorasi Indirect


Kelebihan Kekurangan
PORSELEN PORSELEN
Biasanya digunakan untuk memperbaiki penampilan Pemasangan restorasi porselen beresiko pecah bila
gigi yang berwarna kurang baik. Bahan porselen sangat diletakkan dengan tekanan atau bila terbentur.
baik secara estetika karena warnanya yang sangat mirip Kekuatannya tergantung pada ketebalan porselen dan
dengan warna gigi kemampuannya melekat pada gigi. Setelah melekat
pada gigi, porselen sangat kuat, tapi akan mengikis
gigi antagonisnya bila permukaannya kasar.

12
LOGAM BERLAPIS PORSELEN LOGAM BERLAPIS PORSELEN
Restorasi ini dibandingkan dengan porselen sangat kuat Kadang-kadang muncul rasa tidak nyaman bila
karena kombinasinya dengan kekuatan logam, karena terkena rangsang panas atau dingin di awal
itu sering digunakan untuk membuat crown atau penggunaan dan beberapa orang menunjukkan reaksi
jembatan. Banyak struktur gigi yang harus diambil alergi terhadap beberapa jenis logam yang digunakan
untuk memberi tempat bagi restorasi jenis ini. dalam restorasi.

ALLOY EMAS ALLOY EMAS


Alloy ini tahan karat. Kekuatannya yang besar sehingga warnanya tidak begitu bagus karena tidak seperti
sulit pecah maupun terkikis, memungkinkan dokter gigi warna gigi.
untuk mengambil sesedikit mungkin struktur gigi yang
akan direstorasi. Alloy ini tidak merusak gigi antagonis
dan tidak pernah memunculkan reaksi alergi.
ALLOY LOGAM ALLOY LOGAM
Bahan ini tahan karat, sangat kuat dan tidak mudah patah
Beberapa orang menunjukkan reaksi alergi terhadap
atau terkikis bahan ini, dan merasa tidak nyaman terhadap panas
dan dingin di awal penggunaan. Warnanya pun tidak
seperti warna gigi.
CROWN, INLAI ATAU ONLAI DARI CROWN, INLAI ATAU ONLAI
KOMPOSIT DARI KOMPOSIT
Keunggulan nya dibanding porselen adalah tidak Restorasi ini mudah pecah dan berubah warna.
menyebabkan terkikisnya gigi lawan

2.13 Faktor yang dipertimbangkan dalam memilih bahan restorasi direct

Untuk menentukan restorasi seperti apa yang dibutuhkan pasien dipengaruhi oleh beberapa hal
berikut :

• Seberapa luas jaringan karies yang ada,


• Kekuatan dari jaringan gigi yang tersisa,
• Karakteristik yang spesifik dari jaringan gigi pasien dan kesehatan jaringan periodontal,
• Oral hygiene pasien dan riwayat karies gigi pasien

13
Perencanaan pemilihan restorasi harus dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Ford
menyatakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan restorasi adalah:
1. Banyaknya jaringan gigi tersisa
Banyaknya struktur jaringan gigi tersisa mempengaruhi retensi dan resistensi dari gigi.
Pemilihan restorasi untuk menggantikan struktur gigi yang telah hilang sangat
dipengaruhi oleh banyaknya struktur gigi tersisa .
2. Fungsi gigi
Fungsi gigi dalam lengkung rahang akan mempengaruhi beban kunyah yang diterima
gigi. Pemilihan restorasi dipengaruhi oleh fungsi dari gigi.
3. Posisi atau lokasi gigi
Gigi anterior membutuhkan pertimbangan estetik yang lebih dibandingkan dengan
gigi posterior. Restorasi pada gigi anterior harus memiliki niali estetik yang baik .
4. Morfologi atau anatomi saluran akar
Morfologi saluran akar berpengaruh dalam pemilihan restorasi. Morfologi akar yang
bengkok dapat menjadi pertimbangan jika ingin direstorasi dengan mahkota pasak.
2.14 Teknik Restorasi pada gigi

1. Teknik layering teknik pelapisan coing. Seluruh bentuk anatomi gigi dilapisi oleh
porcelain dengan menggunakan teknik sikat.
2. Teknik cut-back yaitu teknik yang di desain full countour dan dilakukan modifikasi
yang akan dilengkapi oleh lapisan porcelain
3. Teknik staining yaitu teknik pewarnaan untuk memberikan karakteristik pada restorasi
porcelain.
2.15 Penyebab tumpatan pecah atau bocor pada area proximal
 Kontaminasi saliva, kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran restorasi sehingga
mikroorganisme dan sejenisnya masuk ke bagian akar apikal.
 Dental barotrauma atau fraktur pada gigi di ketinggian disebabkan oleh dekompresi cepat.
Pada saat dekompresi cepat, perubahan tekanan terjadi cukup besar sehingga
menyebabkan pengembangan gas dalam pulpa yang cukup besar sehingga gigi menjadi
pecah. Pada gigi dengan tambalan dapat mengalami dental barotrauma karena tambalan
tersebut bocor dan telah terjadi lesi karies sekunder di bawah tambalan. Adanya faktor

14
predisposisi yang sudah ada pada gigi yaitu kebocoran restorasi, dapat menyebabkan
fraktur setelah terpapar perubahan tekanan saat di ketinggian.
2.16 Alasan Tumpatan harus di Restorasi ulang
o Untuk menghindari kerusakan baru atau kerusakan tambahan
o Memperbaiki celah kekurangan pada restorasi awal o
Menentukan restorasi yang tepat o Mengembalikan fungsi
pengunyahan o Agar tidak menimbulkan abses dan karies
kembali
2.17 Perbedaan Restorasi Direct dan Indirect
DIRECT INDIRECT
• Tambalan gigi dilakukan secara • Tambalan gigi dilakukan secara tidak
langsung • Tamabalan gigi langsung di langsung
aplikasikan tanpa mengirim hasil ke lab gigi • Tambalan gigi melalui proses
• Tidak membutuhan waktu yang lama mencetak gigi pasien kemudian
mengirim mengirim hasil cetakan ke
lab gigi baik inlai ataupun onlai Resin
komposit indirect (IRC) juga
digunakan pada dental laboratorium,
sehingga material ini sering disebut
sebagai laboratory composite atau
prosthetic composite. Laboratory
composite ini sering digunakan sebagai
intrakoronal restorasi.
• Membutuhkan waktu yang lama

2.18 Klasifikasi Karies


Karies Berdasarkan Stadium (Kedalaman)
o Karies Superfisialis (KME)
Karies Superfisialis merupakan karies yang baru mengenai atau mencapai bagian terluar
gigi (Enamel) dan belum mengenai dentin.
o Karies Media (KMD)
Karies media merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai dentin tetapi belum
mengenai setengah dentin.
o Karies Profunda (KMP)
Karies Profunda merupakan karies yang telah mengenai atau mencapai setengah dentin
bahkan hingga kepulpa (Sihotang, 2010).

Menurut G.J mount dan Hume karies dapat diklasifikasikan berdasarkan site (lokasi) dan size
(ukuran). 13
Berdasarkan lokasinya yaitu :
1. Site 1 : pada daerah pit dan fissure,
2. Site 2 : pada area kontak gigi proksimal, dan

15
3. Site 3 yaitu pada daerah servikal.
Berdasarkan ukurannya yaitu :
1. size 0 merupakan lesi dini hanya berupa spot berwarna putih,
2. size 1 ukuran kavitasnya minimal mengenai lapisan email dan keterlibatan dentin yang
minimal,
3. size 2 ukuran kavitasnya sedang, karies mengenai dentin,
4. size 3 ukuran kavitas besar dengan keterlibatan dentin yang telah mendekati pulpa
5. size 4 ukuran kavitas luas dengan mengenai pulpa dan melibatkan cusp/sudut insisal
Klasifikasi Karies Menurut Sistem Black

Dr. G. V. Black mengklasifikasi karies menggunakan lokasi spesifik dan lesi karies pada gigi
yang sering terjadi, yaitu:

a) Klas I : lesi Klas 1 terjadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi, meskipun lebih
ditemukan untuk gigi premolar dan molar. Karies pada permukaan occlusal yaitu pada
2/3 occlusal, baik pada permukaan labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies
yang terdapat pada permukaan lingual gigi-geligi depan.
b) Klas II : Karies yang terjadi pada permukaan aproksimal dari gigi posterior.kavitas ini
biasa terdapat pada permukaan halus dibawah titik kontak yang sulit dibersihkan.
Bentuk lesi pada kelas ini biasanya berbentuk elips.
Karena akses untuk perbaikan biasanya dibuat dari permukaan oklusal, permukaan
olusal dan aproksimal dari gigi direstorasi sekaligus. Tetapi, bila dilihat definisinya,
kavitas ini adalah lesi proksimal dan tidak selalu mencakup permukaan oklusal.
c) Klas III : bila lesi Klas II khususnya terdapat pada gigi-gigi posterior, lesiKlas III
mengenai gigi anterior. Menurut define Dr.G.V.Black, Kavitas Klas III bias terjadi pada
permukaan mesial atau distaldari insisivus atau kaninus. Seperti Klas II, lesi ini terjadi
di bawah titik kontak, tapi berbeda dengan lesi pada gigi molar yang bentuknya elips,
Klas III bentuknya bulat dan kecil.
d) Klas IV : Kavitas tersebut sebenarnya adalah kelanjutan dari lesi Klas III. Karies yang
luas atau abrasi yang hebat bias melemahkan sudut insisal dan menyebabkan terjadinya
fraktur. Oleh sebab itu, menurut definisi Dr.G.V.Black kavitas klas IV adalah lesi pada
permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai sudut inisial.
e) Klas V : kavitas gingival adalah kavitas permukaan halus. Terlepas dari etiologinya –
karies, abrasi, atau erosi – tipe lesi ini menurut klasifikasi Black dikenali sebagai
Kavitas Klas V. Menurut definisinya, Kavitas Klas V juga bias terjadi baik pada
16
permukaan fasial maupun lingual, namun lesi ini lebih dominan timbul di permukaan
yang menghadap ke bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas Klas V bias mengenai
sementum selain email.
f) Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisal gigi
insisivus. Permukaan yang tidak sempurna pada ujung tonjol atau edge insisal
seringkali membuat daerah tersebut rentan terhadap karies.

Gambar 1: Klasifikasi Karies Menurut Sistem Black oleh Dr.G.V.Black

2.19 Tumpatan direct untuk kasus pada scenario


Resin komposit yang memiliki keunggulan sangat tahan terhadap fraktur dan keausan, warna
yang mirip dengan struktur gigi, shrinkage yang rendah, absorpsi cairan rendah, dapat dipulas
tekstur permukaannya,selain itu memiliki daya tekan oklusal sebesar 179,86 Mpa sedangkan
pada gigi normal hanya memiliki 132,748 Mpa. Resin komposit bisa menjadi pilihan tepat
untuk restorasi ulang pada pasien usia 50 thn tersebut dengan menggantikan jenis restorasi
pertama yaitu GIC, alasannya adalah pada sebuah penelitian dimana tingkat kebocoran resin
komposit lebih kecil dibandinngkan dengan GIC

2.20 Alternatif tumpatan indirect kasus pada scenario


o Porselen karena memiliki tingkat ke estetikan yang baik, warnanya dapat disesuaikan
dengan warna gigi,daya kondensasinya rendah dan tidak menimbulkan toksitas kepada
jaringan lunak sangat baik Permukaannya licin seperti kaca sehingga mencegah
perlekatan debris atau plak.
o Inlay dan Onlay Porselen menjadi populer untuk restorasi gigi posterior dan
memberikan penampilan estetik yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay dan
onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen
tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin berlapis komposit
atau semen ionomer-resin komposit.

17
B. Kerangka Konsep

18
RESTORASI ------------------- KLASIFIKASI
KARIES

FAKTOR YANG
MACAM & JENIS TUJUAN TEKNIK MEMPENGARUHI
Resin Komposit
Porselen

Amalgam DIRECT INDIRECT Alloy Logam, Alloy Emas

GIC Crown Inlay dan Onlay

SIFAT FISIK DAN KELEBIHAN DAN


PERBEDAAN BIOKOMPABILITAS
MEKANIK KEKURANGAN

BAB III
KESIMPULAN
Restorasi gigi merupakan perawatan perbaikan gigi yang berlubang atau rusak, untuk
mengembalikannya kepada fungsi bentuk, dan penampilan normalnya. pembuatan suatu
restorasi bertujuan untuk mencegah lanjutnya kerusakan gigi sehingga gigi dapat
dipertahankan selama mungkin di dalam rongga mulut, membantu mengembalikan bentuk,
fungsi dan estetik gigi.

19
Restorasi memiliki beberapa macam jenis dan setiap jenis memiliki material yang
berbeda-beda. Restorasi dibagi menjadi dua macam yaitu restorasi direct (langsung) dan
restorasi indirect (tidak langsung).Pada restorasi direct memiliki beberapa jenis atau bahan
material tersendiri antara lain Amalgam,Resin komposit dan GIC sedangakn untuk restorasi
Indirect juga memiliki beberapa jenis material tersendiri juga antara lain yaitu Porselen,Alloy
logam,Alloy emas,serta crown inlay dan onlay. Diantara semua material, resin komposit
merupakan salah satu material terbaik. Meskipun setiap material memiliki sifat masingmasing
yang berpengaruh pada hasil tumpatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Rama Devara, 1 Cecilia G.J. Lunardhi, 2 dan Tamara Yuanita2 Conservative Perbedaan

20
Kebocoran Tepi antara GIC Konvensional dan Resin Modified GIC pada Restorasi Kelas V
Dentistry Journal Vol.6 No.2 Juli-Desember 2016 : 19-23 19

Dwi Warna Aju Fatmawati MACAM-MACAM RESTORASI RIGID PASCA PERAWATAN


ENDODONTIA Bagian Ilmu Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember
Stomatognatic (J.K.G Unej) Vol. 8 No. 2 2011: 96-102

Nur Shabrina, Viona Diansari, Cut Fera Novita Gambaran Penggunaan Bahan Amalgam, Resin
Komposit dan Glass Ionomer Cement (GIC) Journal Caninus Denstistry vol.1 No.4
November 2016 (9-11)

MeitaAndriyani1 , Sonya Harwasih2*, Eny Inayati2 FABRICATION TECHNIQUE OF DENTAL


RESTORATION USING HYBRID CERAMIC WITH CAD CAM METHOD Journal of
Vocational Health Studies 01 (2017): 32–38

Dewi Y. Anang 2 Ni Wayan Mariati 2 Christy N. Mintjelungan PENGGUNAAN BAHAN


TUMPATAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PSPDG FAKULTAS
KEDOKTERAN UNSRAT Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 2015

Danica Anastasia. Bebbi Arisya Kesumaputri. Restorasi resin komposit dengan free-hand layering
technique. J Ked Gi Unpad. Desember 2017; 29(3); 159-163

NUGRAHANI, DEVI OCTAVIA (2019) Prosedur Pembuatan Restorasi Onlay All Porcelain
dengan Bahan Lithium Disilicate pada Gigi 45 Pasca Perawatan Endodontic. Diploma thesis,
Poltekkes Tanjungkarang.

Laelia Dwi Anggraini, EVALUASI KEBERHASILAN TUMPATAN KLAS I, II, III, IV GV


BLACK DENGAN BAHAN RESIN KOMPOSIT DAN SEMEN IONOMER KACA,
YOGYAKARTA 2016.

Monika dkk. Pengaruh perubahan lingkungan dalam penerbangan pada regio oro-fasial penerbang
Jurnal PDGI 62 (1) Hal. 17-23 © 2013.

Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak Di
Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017 JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume
12 No. 2 Desember 2017 ISSN:2579-5325.
Basri A. Gani IMMUNO-BIOKOMPATIBILITAS PADA MATERIAL IMPLAN Cakradonya Dent
J 2015; 7(2):807-868.

Ihmad hidayat material restorasi direk yang sering dipakai dalam kedokteran gigi 2010

ANDRI SINULINGGA MICROLEAKAGE PADA RESTORASI RESIN KOMPOSIT 2009


21
Bambang Irawan Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan pembuatan restorasi
2018.
Andi Fadlia Annisa Sri Sukmal Frekuensi Terjadinya Karies Sekunder Tumpatan Sewarna Gigi Pada
Siswa Kelas 1 Sekolah Menengah Atas Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep 2016
Universitas Hasanuddin Makasar.
Mirza Aryanto Compressive strength resin komposit hybrid post curing dengan light emitting diode
menggunakan tiga ukuran lightbox yang berbeda Volume 46 Number 2 June 2013.

Roberto R. Braga, DDS, MS, PhD, et all. 2012. Craig’s Restorative ental Materials diedit olehRonald
L. Sakaguchi, John M. Powers.Edisi 13th.

Noort y Richard Van, Introduction to Dental Materials. 2013


Anusavice. Kenneth J, Phillips' Science of Dental Materials. 2012
Istikharoh, Feni. Dental Resin Komposit : Teori, instrumentasi, dan Aplikasi. 2018
Sundari, Iin dkk, Cakradonya Dental Journal, Perbandingan Tingkat Kebocoran Mikro Antara Resin
Komposit Dan Glass Ionomer Cement Sebagai Bahan Penutup Fisura (Evaluasi In-Vitro
Setelah Satu Bulan Aplikasi), 10(2) : 121-128, p-ISSN : 2085-546X; e-ISSN : 2622-4720.
2018.
Meisida, Novita dkk, Jurnal Ilmu Komputer, K-Means untuk KLASIFIKASI PENYAKIT KARIES
GIGI. Volume 01, No.01 September 2014 ISSN : 2406-7857
Cramer NB, Stansbury JW, Bowman CN. 2011;. Recent advances and development in composite
dental restoration materials. J Dent Res 90(4): 402-16.
Edy Machmud, Herawati, 2012, Pengaruh Pemakaian Bahan Restorasi Mahkota Terhadap Kesehatan
Jaringan Periodontal, Dentofasial, Vol.11, No.2,
Vanessa M. Roeroe, Dinar A. Wicaksono, Juliatri, 2015, Gambaran Kekuatan Tekan Bahan
Tumpatan Semen Ionomer Kaca Yang Direndam Dalam Minuman Beralkohol, Jurnal e-GiGi
(eG), Volume 3, Nomor

22

Anda mungkin juga menyukai