Anda di halaman 1dari 36

UNIVERSITAS INDONESIA

PREVENTIF DAN RESTORASI KARIES PADA ANAK

MAKALAH SEMINAR ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

Farahdillah 1206237183
Fatma Karima 1206241954

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
JAKARTA
JANUARI 2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB 1 ..................................................................................................................... 4

1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 4

1.2 TUJUAN .................................................................................................. 4

BAB 2 ..................................................................................................................... 6

2.1 Karies ........................................................................................................ 6

2.1.1 Etiologi karies ................................................................................... 6

2.1.2 Mekanisme terjadinya karies............................................................. 9

2.1.3 Tahap perkembangan lesi karies ..................................................... 11

2.1.4 Macam-macam karies pada anak .................................................... 13

2.2 Plak ......................................................................................................... 17

2.2.1 Hubungan Plak dengan Karies ........................................................ 17

2.2.2 Hubungan Plak dengan Penyakit Periodontal ................................. 18

2.3 Pencegahan Karies ................................................................................. 19

2.3.1 DHE-OP .......................................................................................... 19

2.3.2 Aplikasi Fluor ................................................................................. 21

2.3.3 Prophylactic odontomy ................................................................... 23

2.3.4 Penutupan pit dan fisur.................................................................... 23

2.4 Restorasi Pada Gigi Sulung .................................................................... 27

2.4.1 Glass ionomer cement ..................................................................... 27

2.4.2 Resin komposit ................................................................................ 28

2.4.3 Amalgam ......................................................................................... 32

2.4.4 Stainless steel crown ........................................................................ 33

2
BAB 3 ................................................................................................................. 365

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak ditemui
pada anak. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi
nasional masalah gigi-mulut di Indonesia adalah 25,9% dengan prevalensi
nasional karies aktif adalah 53,2% dan indeks DMF-T secara nasional sebesar 4,5.
Karies merupakan penyakit infeksi mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan sementum).
Proses ini ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian
diikuti dengan kerusakan bahan organiknya dan akan menyebabkan terbentuknya
kavitas. Karies merupakan penyakit infeksius dan multifaktorial. Penyakit ini
melibatkan interaksi antara host (gigi dalam rongga mulut), substrat makanan dan
bakteri.. karies dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen. Namun gigi
sulung lebih rentan terhadap terjadinya karies karena sruktur dan morfologi gigi
sulung yang berbeda dari gigi permanen. Gigi sulung mengandung lebih banyak
bahan organik dan air, dengan jumlah mineral lebih sedikit dibanding gigi
permanen.
Keberadaan gigi sulung penting dalam kemampuan bicara, mastikasi
terutma sebagai penuntun erupsi gigi permanen. Karies yang terdapat pada gigi
sulung bila tidak dirawat dapat berlanjut hingga mengenai pulpa gigi dan
mengakibatkan gigi menjadi nekrosis dan terkadang gigi harus dicabut.
Oleh karena itu penting bagi seorang dokter gigi untuk mengetahui dan
memahami tentang karies pada anak, etiologinya, proses terjadinya dan macam-
macamnya sehingga dapat menentukan berbagai metode pencegahan dan
perawatan karies yang tepat untuk anak.
.
1.2 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
Memahami mengenai karies pada anak, etiologinya, proses terjadinya
beserta macamnya

4
Memahami berbagai macam metode dan agen pencegahan karies pada
anak
Memahami mengenai perawatan karies dan pemilihan bahan restorasi
yang tepat untuk anak

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies
Karies merupakan penyakit infeksi mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada jaringan keras gigi (email, dentin, dan
sementum). Proses ini ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti dengan kerusakan bahan organiknya dan akan
menyebabkan terbentuknya kavitas. Karies merupakan penyakit infeksius
dan multifaktorial. Penyakit ini melibatkan interaksi antara host (gigi dalam
rongga mulut), substrat makanan dan bakteri. Berdasarkan laporan kesehatan
gigi dan mulut di Amerika pada tahun 2000, dikatakan bahwa karies
mrupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak diderita oleh anak

2.1.1 Etiologi karies


Karies dapat terjadi akibat adanya interaksi antara host (gigi dalam
rongga mulut), substrat makanan, dan agent (bakteri pada plak). Seiring
dengan berjalannya waktu interaksi dari ketiga faktor tersebut akan
menyebabkan terjadinya karies.

Gambar 2.1 Karies merupakan penyakit infeksius multifaktorial

Agent (bakteri pada plak)

6
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya
karies. Inisiasi perlekatan bakteri dimulai dari pembentukan formasi pelikel.
Pelikel adalah lapisan tipis terbungkus dari protein saliva yang menempel
pada permukaan gigi timbul beberapa menit setelah pembersihan optimal.
Pelikel menyerupai dua permukaan yang adhesif, satu perlekatan pada
permukaan gigi dan satu lagi pada sisi lain, menyebabkan adanya
permukaan lengket (sticky suface) sebagai fasilitas perlekatan bakteri pada
permukaan gigi. Setelah pelikel terbentuk, bakteri mulai melekat pada
bagian luar lapisan pelikel. Bakteri yang biasa ditemukan di plak gigi
diantaranya Streptococcus, seperti S.mutans, S.Sobrinus, dan juga
Lactobaccilus. Peningkatan akumulasi plak dapat mengakibatkan bakteri
bisa mengkonversikan karbohidrat jadi asam atau bahkan bisa menghasilkan
polisakarida ekstraseluler dan intraseluler yang berkontribusi terhadap
matriks plak, polisakarida intraseluler dapat digunakan untuk produksi
energi dan dikonversi menjadi asam ketika karbohidrat tidak tersedia.
Metabolisme karbohidrat oleh bakteri-bakteri di dalam plak ini dapat
menyebabkan menurunnya level pH pada permukaan gigi. Penurunan pH
dapat mengakibatkan larutnya kristal hidroksiapatit pada email gigi.

Substrat makanan (karbohidrat)


Karbohidrat diperlukan oleh bakteri untuk fermentasi karbohidrat
pada plak dan mengakibatkan terbentuknya asam sehingga email gigi
mengalami demineralisasi. Karbohidrat ini menyediakan bakteri plak
dengan substrat untuk produksi asam dan sintesis polisakarida ekstraseluler.
Namun, tidak semua karbohidrat bersifat kariogenik. Karbohidrat kompleks
seperti pati relatif tidak berbahaya karena mereka tidak sepenuhnya dicerna
di mulut, tetapi karbohidrat dengan berat molekul rendah seperti gula
berdifusi ke dalam plak dan mudah dimetabolisme dengan cepat oleh
bakteri. Oleh karena itu, banyak makanan dan minuman yang mengandung
gula menyebabkan penurunan pH plak dengan cepat ke tingkat yang dapat
menyebabkan demineralisasi email gigi. Butuh waktu 30-60 menit agar pH

7
dapat kembali normal. Hal ini dikarenakan dalam secara bertahap asam akan
keluar dari plak dan saliva akan berperan sebagai buffer untuk menetralkan.

Host (gigi, saliva dan fluor dalam rongga mulut)


Ada beberapa faktor dari dalam yang mempengaruhi terjadinya
karies, dantaranya morfologi dan anatomi gigi, struktur email hingga
keberadaan saliva dan fluor dalam rongga mulut.
Sebagai contoh dari morfologi dan anatomi gigi yaitu adanya pit dan
fisur yang dalam pada gigi posterior menyebabkan sisa-sisa makanan mudah
menumpuk di daerah tersebut. selain itu permukaan gigi yang kasar juga
dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi.
Pada struktur email, kepadatan kristal email sangat menentukan
kelarutan email. Semakin banyak email mengandung mineral maka kristal
email semakin padat dan email akan semakin resisten terhadap karies.
Tingginya kandungan mineral pada email, yaitu 97% dibandingkan dengan
struktur jaringan gigi yang lain, juga menyebabkan email lebih resisten
terhadap karies dibandingkan struktur jaringan gigi lain.
Selain itu, gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi
tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik
dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap
lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu.
Sedangkan saliva berperan dalam mengurangi resiko terjadinya
karies, karena saliva banyak mengandung ion kalsium dan fosfat yang
mampu meremineralisasi gigi terutama pada tahap awal pembentukan
karies. selain itu saliva juga mengandung ion bikarbonat yang berperan
sebagai sistem buffer jika pH rongga mulut rendah. Oleh karena itu, jika
aliran saliva berkurang, maka kapasitas buffernya juga akan berkurang
sehingga tidak dapat menetralisir rendahnya pH rongga mulut. Selain
kalsium dan fosfat pada saliva, kehadiran fluor juga dapat memperlambat
perkembangan karies. hal ini karena fluor dapat menggantikan struktur
hidroksiapatit menjadi fluoroapatit yang lebih resisten terhadap asam.

8
2.1.2 Mekanisme terjadinya karies
Karies terjadi akibat adanya ketidakseimbangan reaksi kimia alami
yang terjadi pada struktur gigi. Reaksi ini terdiri dari reaksi demineralisasi
dan remineralisasi. Karies terjadi akibat proses demineralisasi yang terjadi
lebih tinggi daripada proses remineralisasi. Untuk itu, sebelum mengetahui
proses terjadinya karies, akan dibahas terlebih dahulu mengenai proses
demineralisasi dan remineralisasi.
- Demineralisasi
Demineralisasi adalah hilangnya sebagian atau seluruh mineral
email akibat rusaknya kristal hidroksiapatit (HA) yang menyusun email
karena larut dalam asam. Pada pH netral HA seimbang dengan
lingkungan lokal (saliva) yang banyak mengandung Ca2+ dan PO43-.
HA bersifat reaktif dengan ion hidrogen pada pH 5,5 (pH kritis
HA) dan dibawahnya. H+ akan secara khusus berekasi dengan grup
fosfat pada saliva dan langsung menempel pada permukaan kristal.
Proses ini mengakibatkan PO43- terkonversi menjadi HPO42- . HPO42-
tidak lagi dapat berkontribusi pada keseimbangan HA dan
menyebabkan kristal HA larut.
- Remineralisasi
Demineralisasi dapat dikembalikan jika pH kembali netral dan
terdapat Ca2+ dan PO43- yang cukup pada lingkungan. Kehadiran ion
tersebut sebagai penyangga sehingga proses pelarutan kristal HA dapat
dicegah. Adanya ion-ion tersebut dan pH netral juga dapat
membangun kembali bagian-bagian kristal HA yang telah larut
sehingga dinamakan remineralisasi. Proses ini dapat ditingkatkan
dengan adanya fluor yang ikut bereaksi. Fluor nantinya akan
menggantikan struktur hidroksiapatit menjadi fluoroapatit sehingga
lebih resisten terhadap asam. Keseluruhan proses tersebut dinamakan
proses demineralisasi-remineralisasi.

9
Gambar 2.2 konversi hidroksiapatit menjadi fluoroapatit

Bersamaan dengan erupsi, proses mineralisasi email terus


berlangsung akibat adanya ion kalsium dan fosfat dalam saliva.
Awalnya, email apatit tersusun atas banyak ion karbonat dan
magnesium yang sangat mudah larut bahkan dalam kondisi asam lemah.
Penggantian ion magnesium dan karbonat yang mudah larut dengan
hidroxil dan ion fluor mengakibatkan email menjadi lebih matur dan
memiliki resistensi terhadap asam yang lebih tinggi.
Ketika pH menurun, ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva
dan plak (atau kalkulus) sampai tercapainya pH kritis untuk kelarutan
HA yaitu pH 5,5-5,2. Penurunan pH mengakibatkan interaksi progresif
ion asam dengan grup fosfat pada HA, menyebabkan permukaan kristal
HA mengalami kelarutan sebagian atau penuh. Fluor yang tersimpan
dilepaskan pada proses ini bereaksi dengan Ca2+ dan HPO42-
membentuk FA (Fluoroapatit). Jika pH turun sampai dibawah 4,5 yang
merupakan pH kritis untuk kelarutan FA, maka FA akan larut. Jika ion
asam dinetralkan dan Ca2+ dan HPO42 dapat ditahan, maka
remineralisasi dapat terjadi. Proses ini dapat dijelaskan pada gambar
berikut.

10
Gambar 2.3 siklus demineralisasi-remineralisasi

Kemungkinan yang dapat terjadi


Pada siklus pH tersebut terlihat bahwa pH bergantung pada
kekuatan asam yang ada, frekuensi dan durasi dari produksi asam itu
sendiri dan potensial remineralisasi pada setiap situasi khusus, maka
salah satu kemungkinan lanjutan dibawah ini dapat terjadi:
- Email dapat melanjutkan kematangannya, menjadi lebih resisten
terhadap asam
- Karies kronis dapat berkembang Demineralisasi lambat dengan
remineralisasi aktif
- Karies rampan dapat terjadi jika demineralisasi sangat cepat
dengan remineralisasi inadekuat
- Erosi dapat terjadi Demineralisasi sangat tinggi, tanpa
remineralisasi sama sekali

2.1.3 Tahap perkembangan lesi karies


- Lesi email awal
Lesi email awal terbentuk ketika pH permukaan gigi berada di
bawah ambang remineralisasi. Namun pH tersebut tidak cukup rendah

11
untuk menghambat remineralisasi permukaan, sehingga permukaan gigi
dapat tetap terjaga karena remineralisasi terjadi segera setelahnya,
akibat peningkatan ion kalsium dan fosfat, fluor, dan buffer dari
produk-produk saliva. ion asam berpenetrasi dalam ke porositas
selubung prisma email sehingga mengakibatkan demineralisasi
subpermukaan. Permukaan gigi dapat tetap terjaga.
Karakteristik klinisnya antara lain:
Hilangnya translusensi email dengan adanya bercak putih seperti
kapur, khususnya pada saat kering.
Lapisan permukaan yang rapuh dan rentan terhadap kerusakan pada
saat pemeriksaan (probing), khusunya pada pit dan fisur
Meningkatnya daya serap (porositas), khususnya pada
subpermukaan, yang dibarengi meningkatnya potensial untuk
terjadinya bercak.
Berkurangnya kepadatan subpermukaan, yang dapat dideteksi
secara radiografis atau dengan translumination.
Potensial remineralisasi, dengan meningkatnya resistensi untuk
serangan asam lebih lanjut dengan penggunaan perawatan
peningkatan remineralisasi.
Ukuran lesi subpermukaan ini dapat membesar sampai dentin yang
berada di bawahnya terdemineralisasi. Meskipun begitu, permukaan
gigi ini bisa saja utuh dan lesinya bersifat reversibel
- Lesi korona lanjut
Jika ketidakseimbangan demineralisasi dan remineralisasi
berlanjut, permukaan lesi akan hancur akibat terurainya apatit atau
fraktur pada kristal yang sudah melemah, sehingga membentuk kavitas
pada gigi. Plak kemudian tertahan dalam kavitas, dan fase
remineralisasi kemudian akan menjadi lebih sulit dan kurang efektif.
Pada fase ini, kompleks dentin-pulpa mulai terlibat.
- Karies dentin
Ketika bakteri telah menyerang dentin, proses demineralisasi
didukung oleh substrat makanan. Bakteri juga memproduksi asam

12
untuk melarutkan HA pada bagian dentin yang lebih dalam. Tekstur
dentin akan berubah akibat demineralisasi, warna dentin juga akan
berubah menjadi gelap akibat produk-produk bakteri atau stain dari
makanan dan minuman.
- Karies akar
Lesi juga dapat terjadi pada akar gigi, namun lesi awal pada akar
gigi ini sulit dideteksi karena hanya mengakibatkan sedikit atau bahkan
tidak ada perubahan warna, hanya ada modifikasi pada tekstur
permukaan.

2.1.4 Macam-macam karies pada anak


- Karies rampan
Berdasarkan Massler yang dimaksud dengan karies rampan adalah
karies yang tiba-tiba muncul dan menyebar dengan cepat menghasilkan
keterlibatan pulpa dini pada gigi-gigi tersebut.

Gambar 2.4 contoh karies rampan pada anak usia 12 tahun

Tidak ada bukti mekanisme perbedaan proses kerusakan karies


rampan atau apakah karies rampan hanya terjadi pada gigi-gigi yang
malformasi. Namun sebaliknya, karies rampan dapat terjadi secara tiba-
tiba pada gigi yang sebelumnya sehat selama beberapa tahun. Onset yang
cepat pada penyakit ini kemungkinan karena adanya ketidakseimbangan
yang besar antara lingkungan oral dan beberapa faktor dalam proses
karies terlihat mempercepat prosesnya sehingga menjadi tidak terkontrol.
Terdapat bukti yang menyatakan bahwa gangguan emosional
mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya karies rampan di beberapa

13
kasus. Emosi yang tertekan, ketakutan, ketidakpuasan terhadap
pencapaian, penolakan terhadap situasi rumah , perasaan inferior,
pengalaman trauma di sekolah, tekanan serta kecemasan telah
diobservasi pada anak dan dewasa yang memiliki rempan karies. karena
waktu remaja sering dikaitkan dengan waktu yang sulit dalam
penyesuaian, maka peningkatan insiden karies rampan pada kelompok
usia ini mendukung teori tersebut. Gangguan emosional dapat
menginisiasi kebiasaan memakan makanan manis dan makanan ringan
yang biasanya tidak dilakukan yang mana dapat mempengaruhi insidensi
terjadinya karies. di sisi lain, defisiensi saliva juga ditemukan pada
seseorang yang stress baik pada anak maupun dewasa, juga pada
pengguna obat-obatan (tranquilizer dan sedatif) sehingga dapat
menurunkan resistensi karies.
Perawatan karies rampan
Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Pada kunjungan pertama dilakukan tindakan untuk menghilangkan
peradangan dan rasa sakit. Untuk menghilangkan rasa sakit pada
peradangan gigi yang masih vital (pulpitis) dapat dilakukan pemberian
zinc oxide eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non vital (gangren pulpa)
lakukan trepanasi kemudian diberikan obat-obatan melalui oral
(antibiotik,analgetik). Bila terdapat abses, berikan premedikasi
terlebih dahulu, kemudian lakukan insisi.
Menghentikan proses karies.
Kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik. Setelah rasa
sakit hilang, kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan
yang nekrotik sehingga proses karies terhenti. Pada beberapa kasus
yang tidak dapat ditambal langsung, lakukan tambalan sementara
lebih dahulu, seperti pemberian pulp caping (Ca hidroksid) pada
kasus hiperemi pulpa.
Diet / makanan
Anjuran untuk melakukan kontrol makanan mengurangi makanan
yang mengandung gula, diberikan DHE, dan oral profilaksis.

14
Perawatan dan restorasi.
Perawatan dan pembuatan restorasi tergantung pada diagnosa masing-
masing gigi, misalnya pulpotomi, pulpektomi, pencabutan, pembuatan
amalgam atau crown.
Aplikasi fluor topikal
Lakukan tindakan preventif dengan pengaplikasian fluor topikal pada
gigi. Selanjutnya dilakukan evaluasi. Apabila tidak terdapat karies
baru, aplikasi topikal tidak perlu dilakukan lagi, cukup dengan
pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
Evaluasi
Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral
higiene yang baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor
sistemik (bila ada), saliva (terutama bila berhubungan dengan stress)
bila perawatan yang telah dilakukan tidak berhasil.

- Early chidhood caries, severe early childhood caries, nursing caries,


baby bottle tooth decay
Kerusakan gigi pada bayi dan balita memiliki pola yang khas.
Awalnya definisi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ini
terkait dengan etiologinya yaitu hanya berfokus pada kesalahan pada saat
menyusui seperti nursing bottle mouth, baby bottle tooth decay
nursing bottle syndrome dsb. Selama beberapa tahun telah diketahui
bahwa setelah erupsi gigi sulung dimulai, frekuensi minum susu botol
yang berlebihan atau terlalu lama meminum susu botol dan minum ASI
sering diasosiasikan dengan karies rampan dini. Diskusi dengan orang
tua seringkali mengungkapkan pola menyusui yang tidak sesuai: anak
ditidurkan di kasur pada saat jam tidur siang dan atau pada saat malam
hari sambil menyusu botol. Anak kemudian tertidur dan cairan menjadi
menggenang di sekitar gigi (gigi anterior bawah cenderung terlindungi
lidah). Cairan yang mengandung karbohidrat tersebut menyediakan
medium kultur yang baik ntuk mikroorganisme asidogenik. Laju alir

15
saliva juga menurun pada saat tidur dan pembersihan cairan pada rongga
mulut juga melambat.
Namun saat ini definisi karies pada bayi dan balita yang diterima
secara internasional ialah early childhood caries (ECC). Terminologi ini
memiliki makna yang lebih luas karena karies pada balita tidak hanya
karena pola menyusui yang salah. American Academy of Pediatric
Dentistry (AAPD) mendefinisikan early childhood caries (ECC) sebagai
adanya satu atau lebih kerusakan (berkavitas maupun tidak), kehilangan
gigi (karena karies) atau permukaan gigi yang sudah direstorasi pada
setiap gigi sulung pada anak yang berumur 71 bulan atau kurang dari itu

Gambar 2.5 Early childhood caries pada anak usia 2 tahun

AAPD juga menspesifikasikan pada anak berusia kurang dari 3


tahun, setiap tanda adanya smooth-surface caries merupakan indikasi
dari severe-early childhood caries (S-ECC)
Penampakan klinis dari gigi pada S-ECC pada anak usia 2, 3 atau 4
tahun tipikal dan memiliki pola yang definitif. Terdapat karies awal pada
gigi anterior maksila, gigi molar pertama maksila dan mandibula dan
terkadang pada caninus manidbula. Insisif mandibula biasanya jarang
terlibat. S-ECC mungkin dapat dicegah dengan adanya konseling dini
kepada orangtua. Oleh karena itu dokter gigi menyarankan anak agar
menerima pemeriksaan gigi pertamanya diantara usia 6-12 bulan ketika
S-ECC belum berkembang, berhenti menyusui anak segera segera setelah
anak dapat minum dengan gelas serta memulai menyikat gigi anak segera
setelah gigi anak itu erupsi. Program edukasi juga harus dilakukan dan

16
harus melibatkan ibu hamil, orangtua dan pemberi layanan pada populasi
dengan prevalensi nursing caries yang tinggi.

2.2 Plak
Plak merupakan sekumpulan massa lengket yang menempel pada
permukaan gigi dan gingiva. Plak tersusun atas 70% mikroorganisme dan
30% matriks. Plak mulai terbentuk setlah 2 jam setelah menyikat gigi dan
biasanya terlihat jika tidak menyikat gigi selama 2-3 hari. Kecepatan plak
terbentuk pada setiap orang bervariasi pada tiap individu dan tiap gigi dalam
satu mulut. Daerah utama terakumulasinya plak yaitu di batas gingival dan
sulkus di mana gigi berbatasan dengan gingiva. Ketika plak muda, bakteri
cocci mendominasi namun ketika plak mulai matang proporsi organisme
filamen dan veillonella meningkat.

2.2.1 Hubungan Plak dengan Karies


Plak menjadi media tempat menempelnya bakteri dengan permukaan gigi.
Bakteri-bakteri inilah yang nantinya memetabolisme karbohidrat menjadi
asam yang dapat menyebabkan karies. Diet mempengaruhi komposisi flora
plak, dengan bakteri streptococci mutans lebih banyak ketika diet kaya
akan gula dan karbohidrat Asam inilah yang dapat menyebabkan karies
dengan melarutkan struktur kristal hidroksiapatit.
Ada 3 jenis hipotesis yang menerangkan hubungan plak dengan karies,
yaitu:
- Non Specific Plaque Hypothesis
Dikatakan bahwa karies tidak disebabkan oleh mikroorganisme yang
terdapat di plak gigi, tetapi disebabkan oleh total asam yang terdapat
dalam lingkungan mulut. Namun, teori ini tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
- Specific Plaque Hypothesis
Dikatakan bahwa karies disebabkan oleh hanya beberapa jenis bakteri
yang terdapat di dalam plak gigi, masalnya S. mutans dan Lactobacilli.
Teori ini dianggap memiliki kecacatan.

17
- Ecological Plaque Hypothesis
Teori ini menyebutkan bahwa karies disebabkan oleh perubahan
keseimbangan mikroflora yang dihasilkan oleh modifikasi dalam mulut.
Hingga saat ini hanya teori ini yang paling tepat dan dapat diterima oleh
banyak kalangan.

2.2.2 Hubungan Plak dengan Penyakit Periodontal


Selain berperan dalam terjadinya karies, plak juga berperan dalam
terjadinya penyakit periodonsium. Hal ini dapat terjadi jika plak
berkumpul pada gingiva. Plak yang berkumpu pada gingiva dapat
menyebabkan inflamasi gingiva atau biasa disebut gingivitis. Secara
mikroskopis gingivitis dikarakteristikkan dengan adanya eksudat inflamasi
dan edema, destruksi sebagian serat kolagen gingiva, ulserasi dan
proliferasi epithel yang menghadap gingiva. Berbagai studi
mengindikasikan bahwa gingivitis marginalis merupakan penyakit
periodontal yang umum dimulai dari anak-anak.
Peningkatan insidensi gingivitis pada anak sering terlihat pada
kelompok usia 6-7 tahun ketika gigi permanen mulai erupsi. Peningkatan
ini terjadi karena margin gingiva tidak terlindungi oleh kontur korona dari
gigi selama fase awal erupsi aktif dan tumpukan makanan pada gingiva
menyebabkan proses inflamasi. Debri makanan, material alba dan plak
bakteri seringkali berkumpul di sekitar gingiva dan terkadang menutupi
mahkota gigi yang sedang erupsi sehingga menyebabkan perkembangan
proses inflamasi. Inflamasi ini umumnya berhubungan dengan erupsi dari
molar satu dan dua permanen, dan kondisi ini dapat menyakitkan dan
dapat berkembang menjadi pericoronitis atau abses pericoronal. Oleh
karena itu gingivitis ini sering disebut gingivitis erupsi. Gingivitis tidak
membutuhkan perawatan selain meningkatkan kebersihan mulut dengan
cara oral profilaksis yang baik sert edukasi mengenai cara menyikat gigi
yang benar dan tekhnik flossing untuk menjaga gigi agar bebas dari plak
bakteri.

18
2.3 Pencegahan Karies
2.3.1 DHE-OP
Karies disebabkan oleh bakteri dalam plak yang
memfermentasikan karbohidrat menjadi asam yang dapat melarutkan
email, oleh karena itu salah satu pencegahan karies adalah menghilangkan
plak dari gigi, biasanya dengan sikat gigi. Namun menyikat gigi bukan
satu-satunya cara untuk mencegah karies. flossing setiap hari pada anak
juga membantu mengurangi karies, terutama di bagian proksimal.
Pertumbuhan plak juga dapat dicegah dengan menggunakan obat kumur
chlorexidine, namun karena chlorexidine memiliki beberapa efek samping,
biasanya penggunaannya dibatasai dalam jangka waktu pendek.

- Menyikat gigi
Yang harus diperhatikan pada saat memberikan instruksi untuk
menyikat gigi yaitu:
a. Penilaian dari kebersihan gigi dan cara menyikat gigi
Kebersihan gigi
Kebersihan gigi dinilai dengan menghitung skor plak yang
terdapat pada gigi menggunakan disclosing solution. Pemeriksaan
dilakukan pada gigi dengan caries free terbesar dan plak
terbanyak. Dilakukan di bukal gigi posterior dan anterior rahang
atas serta lingual gigi posterior dan bukal gigi anterior rahang
bawah. Penilaian menggunakan skor 0-3. Skor 0 diberikan bila
tidak terdapat plak. Skor 1 diberikan bila plak berada hanya di
sepertiga gingiva. Skor 2 diberikan bila plak berada lebih dari
sepertiga gingiva namun kurang dari 2/3 gingiva. Skor 3
diberikan bila plak berada hingga lebih dari 2/3 gingiva.
Cara menyikat gigi
Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi cara
menyikat gigi anak.
b. Instuksi-instruksi yang diberikan;
Jelaskan alasan mengapa harus menyikat gigi
Demonstrasikan pada studi model

19
Berikan pesan kepada anak dan orang tua mengenai sikat gigi,
pasta gigi, frekuensi, cara dan durasi nya
Sikat gigi yang baik harus memiliki bulu sikat yang halus dan
tipis dengan pegangan yang cukup kecil dan nyaman untuk
digenggam anak serta kepala sikat tidak lebih dari 2cm dengan
ujung kepala sikat yang membulat.
Pasta gigi mrnggunakan pasta gigi yang mengandung fluor
Menyikat gigi 2 kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur.
Menyikat gigi harus mengenai seluruh permukaan gigi
Setiap sikat gigi, paling tidak membutuhkan waktu 2-3 menit.
- Penggunaan dental floss
Flossing dilakukan untuk menghilangkan plak yang berada di
proksimal. Cara melakukan flossing yaitu: ambil benang floss
sepanjang 30-40 cm, kemudian salah satu ujung digulung pada jari
tengah. Ujung benang floss yang lainnya berada di ujung ibu jari
dengan panjang 2 cm dari ujung benang floss. Letakkan benang floss
di bagian gigi yang berkontak, gerakkan ke arah bukal-lingual hingga
benang floss dapat masuk dengan mudah. Gerakkan floss ke arah
okluso-gingival dan buko-lingual ke arah permukaan proksimal yang
sebaliknya dari gigi. Setelah selesai, kumur-kumur untuk
menghilangkan debri dari interdental.
- Modifikasi diet
Makanan juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
karies. Terutama makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, karena karbohidrat akan difermentasikan menjadi asam
oleh bakteri. Oleh karena itu penting untuk mengontrol dan
memodifikasi diet karbohidrat untuk mencegah terjadinya karies.
Dokter gigi berperan dalam modifikasi diet pasien. Dokter gigi
dapat memberikan konseling mengenai makanan serta pola makan
yang baik maupun yang tidak baik untuk kesehatan gigi. Bersamaan
dengan adanya konseling dari dokter gigi dibutuhkan adanya suatu alat

20
evaluasi sehingga dapat membantu anak dan keluarganya untuk
mengubah kebiasaan makannya. Dalam beberapa tahun telah sering
digunakan dietary habit evaluation. Metode ini berdasarkan
kuesioner atau wawancara yang berfokus pada asupan produk
kariogenik seperti permen, soft drink dan kue kecil. Jumlah asupan
makanan tersebut per hari atau per minggu dicatat dan menjadi dasar
rekomendasi perubahan pola konsumsi.
Berikut merupakan guideline umum makanan dan kebiasaan makan
untuk menghindari karies:
Batasi frekuensi asupan makanan hingga 5-6 kali/hari. Biasanya
terdiri dari atas tiga kali makan utama dan tiga kali makan
diantaranya. Hindari produk makanan dan minuman yang
mengandung sukrosa. Tidak ngemil di antara waktu makan
Batasi konsumsi permen dan makanan ringan manis seminggu
sekali
Jika asupan permen dan permen karet tidak dapat dihindari,
gunakan produk dengan pengganti sukrosa misalnya xylitol atau
sorbitol
Untuk mencegah erosi gigi hindari minuman asam seperti soft
drink, jus buah dan sport drink

2.3.2 Aplikasi Fluor


Fluor merupakan mineral alami yang tersebar di muka bumi. Fluor
juga dapat ditemukan dalam makanan dan minuman. Dalam kedokteran
gigi fluor berguna untuk mencegah karies karena fluor dapat berikatan
dengan mineral gigi membuat mineral gigi lebih resisten terhadap asam.
Terdapat berbagai macam sediaan fluor yang diaplikasikan secara sistemik
maupun topikal, diantaranya:
a. Fluor topikal (diaplikasikan oleh dokter gigi)
Terdapat berbagai macam sediaan fluor topikal seperti larutan, gel dan
varnish. Sedangkan berdasarkan pengaplikasiannya terbagi menjadi dua
cara, yaitu:

21
Direct: larutan, gel, varnish
Fluor topikal direct menggunakan fluor dengan jenis larutan, gel atau
varnish. Fluor topikal gel mengandung 1,23% fluor sedangkan varnish
fluor mengandung 2,3% fluor.
Prosedur penggunaan fluor direk yaitu instruksikan anak untuk
menyikat gigi terebih dahulu. Kemudian isolasi gigi yang akan
diberikan fluor topikal lalu keringkan. Aplikasikan larutan, gel atau
varnish pada gigi. Setelah 4 menit, bersihkan gigi yang telah
diaplikasikan larutan atau gel fluor.
Indirect (tray): gel
Prosedur penggunaan fluor indirek yaitu instruksikan anak untuk
menyikat gigi terlebih dahulu. Kemudian pilih dan siapkan tray.
Keringkan gigi setelah itu masukkan tray yang telah diberikan gel
fluor ke dalam mulut. Setelah 4 menit, keluarkan tray dan bersihkan
sida gel pada rongga mulut.
b. Pasta gigi
Pasta gigi yang banyak dijumpai memiliki kandungan fluor sebesar
0,1%. Sementara pasta gigi untuk anak mengandung 0,05% fluor.
Pengaplikasian pasta gigi pada anak dibatasi sebesar pea size untuk
mengurangi resiko pasta gigi tertelan.
c. Tablet
Sediaan tablet yang biasanya dijual sebesar 0,5mg fluor (1,1mg NaF)
dan 1mg fluor (2.2mg NaF). Penggunaan fluor bisa digunakan mulai
dari umur 6 bulan dengan dosis yang disarankan yaitu 0,25ppm untuk
anak usia 6 bulan-2 tahun, 0,25-0,5ppm untuk anak usia 2-4 tahun dan
0,5-1ppm untuk anak usia diatas 4 tahun. Tablet fluor biasanya
digunakan untuk anak engan resiko karies yang tinggi.
d. Obat kumur
Obat kumur merupakan salah satu metode aplikasi fluor topikal yang
mudah. Kandungan yang biasanya terdapat obat kumur 0,05% NaF
yang dapat digunakan setiap hari dan 0,2% NaF yang digunakan
seminggu sekali. Kumur fluor biasanya dijadikan suatu program

22
sekolah mingguan pada populasi yang memiliki resiko karies yang
tinggi. Obat kumur fluor tidak direkomendasikan untuk anak usia < 3
tahun karena khawatir akan tertelan.

2.3.3 Prophylactic odontomy


Prophylactic odontomy adalah prosedur pengambilan bagian defek
gigi pada pit dan fisur yang dalam dengan melebarkan groove mengunakan
bur gigi berbentuk kerucut agar gigi terlindungi dari kerusakan.
Keuntungan dari Prophylactic odontomy yaitu:
- Tambalan kecil, maka kemungkinan iritasi pulpa minimal.
- Relatif tanpa rasa sakit karena pengambilan jaringan hanya di email.
- Tidak diperlukan pengambilan jaringan berlebih untuk pencegahan.
- Tambalan pit dan fisur yang kecil dan baik dapat memberikan
perlindungan selama bertahun-tahun.
- Mencegah kerusakan yang dalam dan mengurangi kerusakan yang
rekuren.
- Prophylactic odontomy dapat mengeliminasi pit fisur yang dalam dan
sempit yang dapat menjadi kavitas akibat penumpukan plak.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan prophylactic odontomy:
- Kerusakan yang terjadi pada gigi tidak boleh mencapai dentin.
- Jaringan lunak diretraksi menjauhi gigi.
- Menggunakan dental bur berbentuk kerucut untuk memperbesar
bagian yang dalam dan sempit.

2.3.4 Penutupan pit dan fisur


Pada tahun 1965, Bowen dkk mengembangkan bis-GMA resin
yang merupakan hasil dari suatu reaksi kimia bisphenol A dan glycid
methacrylate. Bis-GMA resin ini merupakan base resin yang sering
digunakan pada sealant. Selain itu, ada juga dimethacrylate yang
digunakan sebagai alternatif untuk material sealant.

23
Pit dan fissures sealant ini berfungsi untuk mencegah terjadinya
kolonisasi bakteri baru di pit dan fisur, dan mencegah penetrasi
karbohidrat ke bakteri yang ada di pit dan fisur.
Pemilihan Gigi Untuk di Sealant
Dibutuhkan pertimbangan yang tepat dalam pemilihan gigi dan
pasien yang akan melakukan sealant. Penggunaan pit dan fissure
sealant kontraindikasi ketika terdapat karies rampan ataupun lesi
interproksimal. Permukaan oklusal yang telah terdapat karies yang
mencapai dentin perlu dilakukan restorasi.
Indikasi pemberian pit fissure sealant adalah sebagai berikut:
pit dan fisur dalam
bentuk pit fissur sempit dan dengan sonde terasa menyangkut
pit dan fisur retentif
pit dan fisur dengan dekalsifikasi minimal
karies pada pit dan fisur pada gigi sulung atau permanen
memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
Kontraindikasi pemberian pit fissure sealant adalah:
bentuk pit dan fissure mudah dibersihkan
terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies
interproksimal yang memerlukan perawatan
banyaknya karies interproksimal dan restorasi
gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari
kontaminasi saliva
Teknik Sealant
Setelah diseleksi, gigi harus dibersihkan dan dikeringkan lalu pit
dan fissure di evaluasi kembali. Jika terdapat karies, maka diperlukan
restorasi atau kombinasi dari restorasi dan sealing. Sealant akan tidak
berguna ketika gigi baru saja erupsi, akan lebih baik digunakan ketika
gigi telah bererupsi dengan sempurna.
1. Pembersihan
Retensi sealant yang baik akan tercipta jika pit dan fissur telah
bersih dan bebas dari kelebihan cairan. Etsa asam yang dapat

24
menghilangkan pelikel email dan dental prophylaxis, tidak dapat
meningkatkan retensi dari sealant.
2. Isolasi
Gigi yang akan diaplikasikan pit & fissure sealant harus diisolasi
terlebih dahulu. Isolasi yang ideal adalah dengan memakai rubber
dam, tapi pada saat-saat tertentu rubber-dam tidak dapat
digunakan. Selain rubber-dam, cotton roll juga digunakan untuk
mengisolasi.
3. Etsa
Microporositas yang terdapat dalam permukaan email merupakan
hasil dari etsa asam. Konsentrasi phosphoric acid yang
direkomendasikan adalah sekitar 30-50%. Sedangkan waktu peng-
etsaan yang direkomendasikan adalah sekitar 20 detik. Akan tetapi,
ada pula email yang kaya akan fluorhydroxyapatite yang dapat
resisten terhadap etsa sehingga dibutuhkan waktu etsa yang lebih
lama.
4. Pencucian
Email yang telah di etsa dikeringkan menggunakan aliran tekanan
udara yang bebas dari kontaminasi oil. Feigal, Hitt, dan Splieth
menyatakan bahwa penggunaan dentin bonding agent dapat
meningkatkan retensi sealant dalam gigi meskipun telah terjadi
kontaminasi saliva. Feigal merekomendasikan penempatan bonding
agent yang rutin sebelum sealant diaplikasikan. Penggunaan
dentin-bonding agent sangat direkomendasikan ketika melakukan
sealing pada gigi yang baru erupsi atau pada pasien yang sulit
untuk dilakukan isolasi. Selain itu, dentin-bonding agent juga
berguna di bukal dari molar yang memiliki retensi yang rendah jika
dibandingkan dengan permukaan oklusal.
5. Aplikasi sealant
Terapat dua macam jenis sealant, yaitu chemically cured sealant
dan light cured sealant. Pengaplikasian sealant ke gigi
menggunakan brush atau probe, Aplikasi yang hati-hati diperlukan

25
untuk mencegah terbentuknya gelembung udara dan penggunaan
sealant material yang berlebihan.
Jika kita menggunakan light-curing material, kita harus
memperhatikan intensitasnya. Jika area permukaan yang besar
membutuhkan polimerisasi, maka tempatkan cahaya langsung ke
setiap area dari permukaan oklusal selama waktu yang ditentukan.
6. Cek kesesuaian oklusal
Oklusi pasien harus diperiksa dengan menggunakan occlusion
paper. Kelebihan sealant yang mengalir melewati marginal ridge
menuju area servikal juga harus dihilangkan.
7. Reevaluasi
Penting untuk melakukan pengecekan yang berkala terhadap gigi
yang di sealing untuk mengetahui keefektifan sealant. Sekitar 5-
10% sealant membutuhkan perbaikan ataupun penggantian setiap
tahunnya.

Macam-macam bahan pit and fissure sealant


- Resin Sealant
Komposisi
Matriks, berupa resin Bis-GMA (bisphenol A diglycidylether
dimethacrylate) atau urethane dimethacrylate yang perlu ditambahkan
pengencer TEGDMA (triethylene glycol dimethacrylate)
Jenis
Light-cured sealant. Sealant diaplikasikan ke pit dan fissur
kemudian dipapar sinar tampak ( 470 nm) selama 20-40 detik.
Keunggulannya adalah waktu kerja bisa lebih dikontrol. Paling
umum digunakan.
Self-cured sealant. Sealant terdiri dari inisiator (Bis GMA +
peroksida) dan akselerator (Bis-GMA + amina organik) yang
dicampur lalu diaplikasikan ke permukaan gigi. Setting timenya
antara 3-5 menit. Makanya sealant harus segera diaplikasikan
setelah dicampur.

26
Penetrasi yang optimal diperoleh apabila sealant memiliki:
Surface tension yang tinggi
Wetting bagus
Viskositas yang rendah
- Glass-ionomer sealant
Selain bahan resin, untuk pit dan fissure sealant juga dipakai bahan
glass ionomer cements (GIC). GIC secara umum lebih kental dari resin,
sehingga sulit penetrasi ke pit dan fissur serta retensinya kurang. Selain
itu GIC cenderung lebih brittle. Namun keuntungan dari GIC adalah
mampu mendepositkan fluor pada permukaan email. GIC digunakan
pada pasien dengan risiko karies tinggi.

2.4 Restorasi Pada Gigi Sulung

2.4.1 Glass ionomer cement

GIC merupakan semen yang berbahan dasar air, yang terbentuk atas
reaksi asam basa antara asam poli-alkanoat, sebagai cairan, dengan strontium kaca
aluminosilikat, sebagai dasarnya. Salah satu komponen esensial dari glass
ionomer adalah fluoride yang dimanfaatkan sebagai penghambat oksidasi saat
glass ionomer berfusi. Fluoride ternyata dapat mempengaruhi karakteristik kerja
dan sifat fisik dari restorasi yang telah selesai. Ion fluoride yang sangat kecil dapat
bergerak keluar-masuk secara bebas dari glass ionomer, tanpa mempengaruhi
glass ionomer. Dan hal tersebut dapat membantu proses remineralisasi pada
struktur gigi di sekitarnya. Apabila jumlah fluoride dikurangi, hal tersebut akan
menghasilkan warna yang lebih transparan tanpa mengurangi potensi
remineralisasi.
GIC berikatan secara kimiawi terhadap jaringan gigi, yaitu ikatan hidrogen
atau jembatan ion logam di antara sekumpulan karboksil pada polyacid dan
molekul kolagen pada dentin. Sehingga, ikatan yang dihasilkan sangat kuat dan
meminimalisir kemungkinan terjadinya microleakage.

27
Saat preparasi gigi untuk restorasi GIC, yang harus dilakukan pertama kali
adalah buang semua material restorasi lama yang tersisa dan buang karies dari
dinding itu dengan bur bulat kecil. Buang seluruh jaringan karies termasuk
affected dentin, kecuali yang berada pada dinding pulpa. Haluskan permukaan
hingga bersih.
Lalu apabila lesi telah meluas hingga hampir mencapai pulpa, maka dentin
yang terekspos harus diproteksi dengan GIC yang kuat sebagai dentine-substitute
saat merestorasi. Buang karies hanya dari sekitar dinding dan tinggalkan affected
dentine pada dinding pulpa untuk proses remineralisasi.

2.4.2 Resin komposit

Komposit adalah campuran dua atau lebih material yang memiliki sifat yang
berbeda, yang menjadi suatu materi baru dengan sifat yang baru. Resin komposit
memiliki beberapa komponen, yaitu matriks (resin) yang merupakan golongan
polimer seperti Bis-GMA, filler sebagai penguat, dan coupling agent untuk
meningkatkan ikatan resin dengan filler, serta untuk meningkatkan kekuatan.
Walaupun resin pada material ini mengalami shrinkage saat polimerisasi, namun
hal tersebut dapat cukup diatasi dengan filler yang berukuran kecil dan bervariasi,
penggunaan etsa pada enamel sebelum ditumpat, dan teknik inkremental saat
penumpatan.
Kualitas material spesifik yang dimiliki resin komposit yang dapat
mengembalikan fungsi estetik gigi membuat material ini menjadi material terbaik
untuk restorasi kelas III,IV, dan V, dimana pada restorasi kelas ini terjadi
kehilangan jaringan pada gigi anterior yang sangat membutuhkan material yang
dapat mengembalikan fungsi estetik gigi tersebut. Kemudian resin komposit juga
memiliki kekuatan yang adekuat dan kemampuan berikatan micromechanical
dengan gigi.
Restorasi kelas III dan kelas IV lebih sering menggunakan restorasi
dengan resin komposit. Kemudian restorasi class V yang terletak di area yang
sangat membutuhkan estetika yang baik juga lebih cocok untuk menggunakan
resin komposit dan restorasi sewarna gigi lainnya sebagai material restorasinya.
Untuk semua jenis restorasi di atas, area kerja harus terisolasi secara adekuat

28
untuk mendapatkan ikatan yang lebih kuat. Serta, ke 3 class restorasi di atas
sangat cocok menggunakan resin komposit dan restorasi sewarna gigi dimana
pada preparasinya masih terdapat margin enamel.
Kontraindikasi penggunaan resin komposit untuk restorasi class III, IV dan
V adalah:

Area operasi tidak dapat terisolasi secara adekuat


Restorasi class V yang terletak tidak pada daerah yang memerlukan estetik
tidak perlu menggunakan resin komposit
Restorasi yang menyebar hingga ke bagian akar
Pelebaran hingga ke bagian permukaan akar dimana tidak terdapat lagi
margin enamel menjadi kontraindikasi karena untuk pelebaran hingga ke
permukaan akar dengan restorasi komposit akan membentuk V-shaped gap
(contraction gap) diantara akar dan komposit.

Contraction gap ini terbentuk karena adanya penyusutan polimerisasi dari


resin komposit lebih besar daripada initial bond strength komposit menuju bagian
dentin akar. V-shaped gap ini terletak diantara komposit di sisi restorasi dan
hybridized dentin di sisi akar. Efek klinik jangka panjang dari adanya gap ini
masih belum diketahui. Penggunaan RMGI(resin modified glass-ionomer) liner
pada bagian preparasi di permukaan akar dapat mengurangi terbentuknya
mickroleakage, pembentukan gap dan sekunder karies. Bagaimanapun, restorasi
yang meluas hingga ke bagian permukaan akar, akan mengalami efek tambahan
pada restorasinya, apapun bahan material yang digunakan.

29
Restorasi pada gigi sulung biasanya menggunakan restorasi sewarna gigi
yaitu kompomer atau dengan bahan resin komposit. Restorasi pada kavitas kelas
IV yang melibatkan permukaan proksimal dan permukaan insisal dapat dilakukan
dengan bantuan selluloid crown. Selluloid crown merupakan mahkota transparan
lepasan yang digunakan sebagai matriks untuk restorasi resin komposit atau
kompomer. Selluloid crown diindikasikan untuk gigi sulung anterior yang
memiliki karies yang parah, fraktur, dan diskolorisasi. Awalnya gigi dibersihkan
secara menyeluruh dengan pasta profilaksis non-flouride. Kemudian permukaan
enamel dipreparasi untuk prosedur etching dan aplikasi bonding agent. Rubber
dam dapat digunakan untuk mengisolasi gigi. Retensi yang diperoleh tergantung
pada ikatan asam terhadap enamel, dan gingival undercut yang menyebabkan
suatu mechanical lock. Oleh karena itu, preparasi harus konservatif dengan
mempertahankan struktur enamel sebanyak mungkin.

Gambar: Gigi sulung anterior saat dipasangkan seluloid crown

Prosedur Restorasi dengan bantuan Celluloid Crown :


1. Isolasi area kerja.
2. Pilih bentuk mahkota yang tepat agar sesuai dengan lebar mesio-distal gigi
aslinya, untuk mempertahankan ruang dan kontak dengan gigi tetangga.
3. Mengurangi permukaan mesial dan distal minimal dengan menggunakan
fine tappered diamond.
4. Mengurangi tepi insisal sekitar 1 mm.
5. Buang semua karies dengan ekskavator atau dengan bur bulat.
6. Buat sedikit undercut pada bagian labial margin gingiva dengan inverted
cone atau dengan bur bulat kecil. Perluas undercut sampai ke bagian

30
palatal margin gingiva. Hindari mengurangi enamel secara berlebih pada
permukaan labial dan palatal.
7. Letakkan bahan pulp liner pada seluruh permukaan dentin yang terbuka
dalam keadaan kering sebelum etching.
8. Lapisi semua permukaan enamel dengan etsa. Biarkan selama minimal 15
detik, kemudian cuci dan keringkan. Permukaan enamel sekarang
bertekstur putih berkapur.
9. Potong bentuk mahkota yang dipilih dengan gunting 1mm di bawah
margin gingiva. Pastikan bahwa tinggi insisal pada ketinggian yang
diinginkan.
10. Tempatkan sebuah lubang kecil pada permukaan lingual dari mahkota
menggunakan bur bulat kecil, untuk mencegah adanya gelembung udara
yang terperangkap dalam bahan komposit.
11. Aplikasikan bonding sealant pada seluruh permukaan gigi yang kering.
12. Campur resin komposit, kemudian isi resin komposit pada mahkota
celluloid tersebut, lakukan secara hati-hati untuk menghindari
terperangkapnya udara.
13. Letakkan mahkota yang telah diisi resin komposit / kompomer secara hati-
hati 1 mm dibawah margin gingiva, pastikan untuk melakukan ini dalam
keadaan oklusi yang baik. Sementara masih lunak, mahkota disesuaikan
dengan oklusi dan estetika. Buang kelebihan resin komposit pada daerah
margin dengan menggunakan explorer.
14. Sinari selama 20 detik.
15. Kemudian lepaskan selluloid shell dari resin komposit / kompomer yang
telah mengeras.
Finishing
Jika selluloid crown dibentuk dan diletakkan dengan tepat, maka tidak perlu
dilakukan finishing pada permukaan labial. Resin komposit yang pada saat
berpolimerisasi berkontak dengan bahan plastik akan menghasilkan hasil yang
terhalus (tidak ada prosedur tambahan yang dapat meningkatkan kekilauan
permukaannya. Selain itu, dengan meninggalkan permukaan labial secara utuh

31
(tanpa prosedur polishing dan finishing) maka kemungkinan staining dapat
diperkecil

2.4.3 Amalgam

Dental amalgam merupakan aloy dengan merkuri yang merupakan restorasi


gigi paling tua. Dental amalgam adalah hasil reaksi amalgamasi antar partikel aloy
yang mengandung perak, tembaga, besi dan timah, serta merkuri. Namun, pada
anak-anak digunakan amalgam yang bebas besi karena anak-anak kurang
kooperatif dan produksi saliva nya cepat, sehingga amalgam dapat terkontaminasi
air. Jika besi bereaksi dengan air maka gigi akan terasa tertekan dan kurang
nyaman.
Keuntungan dari amalgam adalah dapat mengisi kavitas yang cukup besar
dengan beban oklusi yang besar. Namun, kekurangan dari amalgam adalah
sifatnya yang ekspansi sehingga hanya untuk kavitas dengan bentuk tertentu. Di
samping itu juga, akan menyebabkan gigi mengalami diskolorasi setelah beberapa
tahun.
Sebelum menumpat amalgam, pastikan sisa jaringan karies sudah tidak ada
atau bersih, karena amalgam memiliki resistensi yang terbatas pada margin antara
amalgam dengan gigi, sehingga dikhawatirkan bakteri dapat masuk melalui
margin.
Prinsip preparasi kavitas untuk amalgam adalah kavitas harus berbentuk
konvergen dengan sudut sekitar 70o untuk mengantisipasi sifat ekspansi dari
amalgam agar gigi tidak fraktur.
Teknik manipulasi yang khas dari amalgam adalah triturasi. Triturasi
berguna untuk melarutkan merkuri ke dalam aloy, menghilangkan lapisan oksida
pada permukaan partikel aloy, dan meningkatkan wettability partikel aloy.
Triturasi dilakukan biasanya dengan amalgamator. Durasi triturasi mengikuti
aturan dari pabrik. Namun, ada kemungkinan terjadi overtrituration (durasi terlalu
lama) atau undertrituration (durasi kurang lama). Hal itu dapat terlihat seperti
berikut:
Overtrituration
- Campuran terasa panas

32
- Lengket pada kapsul
- Working/setting time pendek
- Setting contraction
Undertrituration
- Berbutir-butir
- Campuran mudah hancur
Setelah triturasi, ditumpat ke kavitas dengan kondensasi. Kondensasi yaitu
mengadaptasikan amalgam ke dinding kavitas, untuk menghilangkan kelebihan
merkuri, meningkatkan densitas dan kekuatan restorasi, dan mempercepat
pengerasan. Setelah itu lakukan burnishing untuk mengambil kelebihan merkuri
di permukaan restorasi. Kemudian bentuk permukaan tumpatan sesuai dengan
morfologi gigi dan pastikan tidak ada bagian yang overhang.

2.4 .4 Stainless steel crown

Gigi sulung yang memiliki karies pada hampir seluruh permukaannya,


sehingga tidak dapat direstorasi secara konvensional. Jika tidak dapat direstorasi
biasa, maka digunakan mahkota yang sudah jadi dengan bahan stainless steel.
Indikasi dari mahkota stainless steel adalah:

1. Restorasi untuk gigi sulung atau gigi tetap muda dengan karies
meluas atau multipel
2. Restorasi untuk gigi hipoplastik yang tidak dapat direstorasi
dengan restorasi biasa
3. Restorasi pada gigi dengan kelainan genetik, seperti
dentinogenesis imperfecta atau amelogenesis imperfecta
4. Restorasi pada gigi yang telah dirawat saluran akarnya, karena
ada risiko akan patah pada sisa struktur gigi
5. Restorasi pada gigi fraktur
6. Restorasi untuk gigi sulung yang akan digunakan sebagai
abutment

Sebelum preparasi, sebaiknya isolasi area kerja terlebih dahulu. Preparasi


dinding proksimal ke arah gingival hingga titik kontak dengan gigi sebelahnya

33
hilang. Pada permukaan gigi dekat gingival margin, sebaiknya tidak ada tepi atau
shoulder. Kemudian permukaan oklusal direduksi dengan mengikuti kontur
oklusal secara general. Jarak antara permukaan oklusal gigi yang telah dipreparasi
dengan gigi lawannya sekitar 1mm. Haluskan tepi-tepi yang tajam atau bersudut.
Permukaan bukal atau lingual tidak perlu dilakukan agar menghasilkan undercut
yang akan meningkatkan retensi restorasi.
Pilih mahkota logam terkecil yang dapat menutupi seluruh permukaan
gigi. Tepi mahkota logam sebaiknya halus karena akan masuk ke sulkus gingiva,
hingga sekitar 0,5 1mm, tergantung dari kedalaman sulkus. Apabila terlalu
dalam, gingiva akan menunjukkan warna yang pucat, dan hal itu berarti operator
harus mengurangi tepi gingival mahkota. Kemudian untuk melihat gigitan
oklusinya baik (tidak prematur kontak) dapat diperiksa dengan menggigit
artikulasi paper.

34
BAB 3
KESIMPULAN

Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering terjadi baik pada
anak maupun dewasa. Oleh karena itu, dokter gigi harus mengetahui cara
pencegahan penyakit tersebut. Karies disebabkan oleh akumulasi bakteri yang ada
di dalam plak dan kalkulus, sehingga menyebabkan infeksi pada jaringan keras
gigi.
Macam-macam karies pada anak, yaitu pit & fissure caries, smooth
surface caries, rampant caries, dan nursing bottle caries. Upaya pencegahan
karies pada anak secara umum memiliki kesamaan yaitu DHE-OP dengan
memberikan penjelasan mengenai cara menyikat gigi yang benar, frekuensi dan
durasi menyikat gigi serta pemilihan sikat gigi yang baik. Pencegahan karies
lainnya adalah dengan mempengaruhi keempat faktor yang berperan dalam karies,
yaitu: modifikasi diet, aplikasi agen pencegah karies seperti fluoride, serta
penutupan pit dan fissura untuk mencegah terjadinya karies pada pit dan fisura
yang rentan terhadap karies.
Apabila telah terjadi karies pada gigi, berarti sudah membutuhkan
restorasi. Terdapat beberapa tipe restorasi yang digunakan sesuai dengan lokasi
karies, perluasan karies, dan progres karies pada mulut, seperti GIC, resin
komposit, dan mahkota logam.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


(RIISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013 [Internet]. 2013;1. Available from:
http://www.dof.gov.my/en/c/document_library/get_file?uuid=e25cce1e-4767-4acd-
afdf-67cb926cf3c5&groupId=558715
2. Kidd EAM, Bechal SJ. Essentials of Dental Caries. 3rd ed. Oxford: Oxford University
Press; 2005.
3. McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 2011.
4. elbur ic ard Mont uggal and Marie T r se ose . aediatric entistr .
3rd ed. Oxford: Oxford University Press, 2012. Print.
5. Mount, GJ dan Hume, WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure, 2nd Ed.
Queensland: Knowledge Books and Software. 2005

36

Anda mungkin juga menyukai