Pedodonsia
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2021
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Karies............................................................................................................3
2.1.1 Etiologi Karies...........................................................................................3
2.1.2 Mekanisme Karies.................................................................................7
2.1.3 Klasifikasi Karies..................................................................................8
2.1.4 Manajemen Atau Tatalaksana Karies................................................9
2.2 Restorasi Gigi...............................................................................................9
2.2.1 Resin Komposit....................................................................................10
2.2.1.1 Definisi...............................................................................................10
2.2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Komposit..........................................11
2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Komposit...........................................12
2.2.1.4 Sifat Komposit..................................................................................12
2.2.1.5 Klasifikasi Komposit........................................................................14
2.2.1.6 Polimerisasi Komposit.....................................................................17
2.2.2 GIC/Glass Ionomer Cement................................................................18
2.2.2.1 Definisi...............................................................................................18
2.2.2.2 Indikasi & Kontraindikasi GIC......................................................18
2.2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan GIC....................................................19
2.2.2.4 Klasifikasi GIC.................................................................................20
2.2.2.5 Sifat GIC...........................................................................................21
2.2.2.6 Komposisi GIC.................................................................................22
2.2.2.7 Adhesi Pada Permukaan Gigi.........................................................22
2.2.2.8 Manipulasi GIC................................................................................23
2.2.3 RMGI/Resin-Modified Glass Ionomer...............................................24
2.2.3.1 Definisi...............................................................................................24
2.2.3.2 Aplikasi Klinis RMGI......................................................................25
2.2.4 Kompomer...........................................................................................25
2.2.4.1 Komposisi Kompomer.....................................................................26
2.2.4.2 Indikasi dan Kontraindikasi Kompomer.......................................26
2.3 Restorasi Kelas III GIC........................................................................27
ii
2.3.1 Tahap Preparasi Kelas III GIC.........................................................27
2.3.2 Tahap Preparasi Kavitas Modifikasi Kelas III................................31
2.3.3 Tahap Restorasi Kelas III GIC..........................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
status nutrisi paling sering dipengaruhi oleh karies gigi.1 Karies gigi dapat
gigi sehingga mudah terjadinya permukaan atau membentuk suatu kavitas. 2,3
Karies gigi merupakan suatu penyakit yang paling umum terjadi pada usia anak-
anak mikroorganisme penghasil produksi asam dari bakteri salah satu contohnya
Streptococcus mutans. Gigi sulung atau primary tooth lebih rentan terhadap karies
karies gigi pada anak terhadap proses demineralisasi permukaan gigi yang utuh
dan mendukung terjadinya proses remineralisasi pada tahap awal kerukakan gigi.
Aplikasi bahan restorasi sebagai suatu tindakan kuratif harus segera dilakukan
negara, khususnya yang terjadi pada anak-anak. Hasil penelitian di negara Inggris
menyatakan bahwa anak dengan usia 3-5 tahun menderita minimal tiga gigi karies
1
dari dua puluh gigi sulung yang telah erupsi. Persentasi kejadian tersebut pada
usia 5 tahun di Inggirs hampir sebesar 28%. Permasalahan gigi dan mulut,
terutama karies pada anak, merupakan masalah yang harus segera diatasi karena
giginya yang dapat diberikan oleh dokter seperti apapun bentuk perawatan,
preventif atau restoratif, yang nantinya akan membentuk masa depan Kesehatan
giginya. Tindakan restorasi disesuaikan dengan jenis gigi anak, yaitu gigi sulung
mengindikasikan tindakan dan pemilihan bahan atau material restorasi yang harus
sesuai dengan jenis dan bentuk gigi. Pemilihan bahan restorasi yang tepat penting
untuk diperhatikan agar anak dapat diberikan perawatan yang maksimal. Tujuan
2. Melindungi atau menjaga struktur pulpa dan gigi yang tersisa; dengan
2.1 Karies
menyerang struktur dan jaringan gigi yang mengakibatkan pelarutan dan destruksi
membentuk suatu kavitas. Pit dan fissure pada permukaan gigi berada pada posisi
pada pit dan fissure biasanya diikuti oleh progresivitas karies 6 sampai 24 bulan
kemudian. Area interproksimal juga memiliki risiko karena tidak terkena Gerakan
lidah, aliran saliva, dan efek pengunyahan makanan. Aspek permukaan fasial dan
lingual, di bawah kontur gigi juga tidak selalu terbersihkan. Oleh karena itu,
dari berbagai faktor. Key’s triad mejelaskan adanya interaksi dari host (gigi dan
saliva), microflora, dan substrat (makanan). Banyak modifikasi dari interaksi ini
sebagai unit yang terpisah dan melibatkan penambahan yaitu faktor waktu.3
3
Gambar II-1 Key's Triad.3
pasca erupsi melalui paparan saliva. Gigi molar permanen memiliki pit
plak gigi melekat pada struktur gigi sehingga berkontak dengan dentin
yang terbuka. Palatal pits pada gigi molar rahang atas, buccal pit pada
molar rahang bawah, dan palatal pits pada insisif rahang atas sangat
karies karena adanya area untuk akumulasi plak yang juga area ini sulit
untuk dibersihkan.3
protesis.3
Komposisi
dibersihkan dan disebut juga dengan plak. Berikut merupakan bakteri yang
kariogenik.6
4. Faktor Waktu
karies dentin, dan karies pulpa. Klasifikasi karies berdasarkan lokasi karies
1. Kelas I, karies yang terdapat pada bagian oklusal gigi posterior atau pada
2. Kelas II, karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi posterior dan
3. Kelas III, karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan,
insisal gigi.
4. Kelas IV, karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi anterior
dan sudah mencapai margin insisalis atau telah mencapai sepertiga insisal
dari gigi.
5. Kelas V, karies yang terdapat pada bagian sepertiga servikal gigi anterior
dan gigi posterior pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal
gigi.
6. Kelas VI, karies atau kavitas pada ujung inisal edge/ujung cusp.
kedokteran gigi secara preventif dan restoratif. Konsepnya adalah untuk merawat
semua lesi karies yang ada dan mencegah adanya karies baru yang akan muncul.
struktur gigi, mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut terhadap pulpa, dan
Pengembalian fungsi gigi dengan restorasi ini sangat penting untuk dilakukan,
termasuk pada gigi sulung. Hal tersebut dikarenakan pencabutan gigi sulung yang
terlalu dini atau tidak sesuai dengan waktunya dapat mengurangi efisiensi
pada pelafalan huruf.9 Klasifikasi restorasi berdasarkan lokasi kavitas G.V Black
dibagi menjadi restorasi kelas I, restorasi kelas II, restorasi kelas III, restorasi
kelas IV, restorasi kelas V, dan restorasi kelas VI dengan prinsip extention for
kedokteran gigi, saat ini telah beralih dari prinsip extension for prevention
jaringan sehat gigi sehingga tetap menjaga fungsi dan estetis jaringan gigi secara
maksimal serta dapat mencegah terjadinya penyakit dan menghambat
progresivitas penyakit.9
Gambar II-6 Kelebihan dan kekurangan bahan atau material restorasi yang digunakan
pada kedokteran gigi anak.
2.2.1.1 Definisi
Komposit merupakan material yang tersusun dari dua atau lebih bahan atau fase
penyusun yang berbeda sehingga membentuk suatu material baru dengan sifat
berbeda dan lebih baik dari sifat penyusunnya. Dalam kedokteran gigi, komposit
paling umum merupakan kombinasi dari polimer (sebagai matriks) digunakan
Gambar II-7 Restorasi menggunakan resin komposit bulk-fill technique pada gigi sulung
posterior.
- Sealant
- Splinting periodontal
- Restorasi sementara
Kontraindikasi dari penggunaan komposit yaitu sebagai berikut:
- Jika lokasi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi oleh cairan oral
konduktivitas termal yang rendah, mudah untuk diperbaiki, terikat baik pada
struktur gigi, preparasi gigi yang sederhana dan minimal terutama hanya pada
yang lama, sensitivitas teknik cukup tinggi, tidak memiliki kemampuan menutup
celah sekitar area restorasi seperti amalgam, tidak dapat mengeluarkan fluor
seperti GIC, kebocoran marginal dapat terjadi, dan biaya yang lebih mahal.10
ruang kosong atau terbuka di antara pertemuan bahan dan gigi ketika
2. Absorpsi air. Jumlah air yang diserap oleh bahan tiap waktu per unit area
sedikit.
kontak abrasif dengan struktur gigi, bahan restorasi, makanan, dan benda
lainnya seperti sikat gigi dan tusuk gigi. Restorasi komposit ini
memberikal relasi oklusal yang baik dan stabil apabila kontak dengan
struktur gigi.
jika terjadi karies sekunder akan terlihat adanya gambaran radiolusen pada
radiografi.
elastisitas rendah sehingga lebih fleksibel dan dapat juga digunakan pada
restorasi kelas V.
7. Solubilitas. Adalah hilangnya berat per unit area permukaan atau volume
akibat disolusi atau disintegrasi bahan di dalam cairan rongga mulut ketika
Tipe komposit yang pertama kali dikenalkan di awal tahun 1960an dan
2. Mikrofill
3. Hybrid
nanometer).
Kandungan filler yang lebih tinggi ini membuat sifat fisik bahan
6. Komposit Flowable
1. Polymerization Shrinkage
polimerisasi.11
2. Metode Polimerisasi
1) Metode Self-Cured
2) Metode Light-Cured
hati.
penyusutan.11
2.2.2.1 Definisi
Salah satu perkembangan yang signifikan pada Ilmu Kedokteran Gigi Anak
saat ini adalah perkembangan dari GIC. Bahan restorasi jenis ini memiliki
komponen berupa kaca dan bubuk asam yang bekerja pada reaksi asam basa
antara dua komponen.6 GIC telah digunakan sejak tahun 1970 sebagai bahan
restorasi, basis, atau lining bahan restorasi, dan luting. Pada awalnya, GIC
kurang dan cukup rapuh. Seiring berkembnangnya teknologi, bahan restorasi GIC
brackets (limited)
2. Cavity base/liner
4. Restorasi kelas III dan V pada gigi permanen pasien dengan risiko tinggi
5. Kontrol karies
7. Perbaikan restorasi
5. Gigi yang mengalami kehilangan area bukal atau labial sangat besar
reaksi asam basa yang terjadi antara dua komponen sehingga tidak
menyerap fluor dari saliva, dan bahan topikal aplikasi fluor yang kemudian
di lepaskan ke gigi.
lain:6
1. Rapuh. GIC memiliki kekuatan yang lemah & rendah sehingga lebih
Tipe I: Luting
Tipe II : restoratif
Berikut ini merupakan sifat fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia yang
1. Sifat Fisis
1) Anti-karies, GIC memiliki ion fluor yang akan dilepaskan terus menerus
3) Tahan terhadap abrasi, hal ini penting khususnya pada penggunaan dalam
2. Sifat Mekanis
4) Fracture toughness: Beban yang terlalu kuat dapat membuat GIC fraktur.
3. Sifat Kimia
GIC melekat dengan baik terhadap enamel dan dentin, perlekatannya ini
berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan ion COOH dari
semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel lebih kuat dua kali lebih besar
daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifatnya tersebut, maka kebocoran tepi
restorasi dapat dikurangi. GIC tahan terhadap suasana asam, oleh karena adanya
1. Bubuk
mengandung:14
Silica (SiO2)—41.9%
Alumina (Al2O3)—28.6%
2. Cairan
Cairan aqueous asam poliakrilat dalam bentuk kopolimer dengan asam itakonat,
asam maleat, dan asam tricarballylic, serta asam tartarat yang bertujuan
pengerasan.14
2.2.2.7 Adhesi Pada Permukaan Gigi
permukaan gigi.
2. Adanya lapisan terluar apatit pada permukaan gigi yang menjadi asam karena
larut oleh asam. Karena lebih banyaknya apatit larut dan saat semen mulai
Kembali campuran kompleks kalsium fosfat dan garam kalsium dari polyacid
ke permukaan gigi. Dengan demikian, rantai asam poli terikat ke lapisan yang
Untuk mencapai restorasi yang baik, tahan lama, dan tetap kuat, kondisi-
disolusi.
Kondisi-kondisi ini serupa untuk aplikasi luting, tetapi tidak dibutuhkan
botol atau kapsul. Botol bubuk harus disentak dengan lembut sebelum
pengeluaran, bubuk dan cairan dikeluarkan pada paper pad atau glass slab. Bubuk
tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama. Bagian pertama dari bubuk
dicampur dengan spatula plastis ke dalam cairan. Waktu pencampuran antara 30-
2.2.3.1 Definisi
sifat GIC konvensional dengan resin kompoist. Sifat yang dimiliki RMGI ini lebih
sifatnya ini, menyebabkan reaksi pengerasan pada RMGI terjadi dalam 2 tahapan,
yaitu reaksi asam basa dan polimerisasi. Reaksi asam basa terjadi pada saat
RMGI mencakup sebagai liners, fissure sealant, base, core build-up. Restorasi
2.2.4 Kompomer
bahan material restorasi yang estetik berfungsi untuk merestorasi gigi yang rusak
karena karies gigi. Kompomer diperkenalkan pada tahun 90-an, yang merupakan
suatu bahan restorasi baru yang mengombinaskan keestetisan dari resin komposit
dengan GIC yang mampu mengeluarkan fluor dan memiliki sifat adhesi yang
baik. Nama kompomer diambil dari dua bahan yaitu “comp” berasal dari
serbuk inorganik non reaktif sepertiquartz atau silicate glass (0,04 µm), misalnya
1. Kelas I, II desidui.
2. Kelas III
3. Kelas V, untuk restorasi servikal dan karies akar karena daya tahan
1. Pada tempat/lokasi di mana area kerja tidak bisa diisolasi, seperti preparasi
Kavitas kelas III terdiri dari proximal box, labial atau lingual step dan
isthmus. Kavita kelas III diindikasikan pada gigi sulung ateerior ketika lesi karies
terdapat pada permukaan proksimal. Prinsip untuk preparasi kavitas kelas III sama
dengan kelas II. Adanya dovetail sebagai kunci preparasi pada labial/lingual step.
Dovetail ditempatkan pada permukaan palatal atau lingual ggi kaninus. Sebagai
catatan, proximal box pada preparasi kavitas kelas III biasanya dipakai untuk
permukaan gigi. Untuk kelas III mengambil jaringan karies yang disertai
1) Seluruh karies, email yang sudah tidak didukung oleh dentin harus
dihilangkan
2) Membuat ke dalaman awal 0.5mm ke arah pulpa dari DEJ utau 1.5mm
3) Preparasi dapat dilakukan dari arah palatal atau lingual bertujuan untuk
mendapatkan estetika.
arah fasial.
Gambar II-16 Desain preparasi kavitas kelas III (A, B, C) tampak dari aspek labial, (D)
Proksimal-box ditempatkan tegak lurus permukaan labial.
Merupakan bentuk dan penempatan dinding kavitas pada kedudukan yang tepat
sehingga restorasi dan jaringan gigi yang masih sehat dan bergungsi sebagai
penahan dapat bekerja sama dalam menahan tekanan tanpa menimbulkan fraktur.
Prinsipnya adalah:
Bentuk dari preparasi kavitas yang tahan terhadap pergeseran atau hilangnya
restorasi dari gaya dorong dan daya angkat. Kebutuhan retensi berhubungan
yang timbul antara material dan gigi yang dikondisikan. Dovetail berfungsi
sebagai retensi, proximal box ditempatkan tegak lurus pada penempatan dovetail
Gambar II-17 Preparasi kelas III pada gigi sulung kaninus. (A) dovetail diletakkan pada
aspek palatal, (B) proximal box diletakkan tegak lurus dengan permukaan di mana adanya
dovetail.
4. Convenience Form
5. Menghilangkan infected dentin yang tersisa dan restorasi yang sudah tidak
adekuat.
6. Pulp Protection
Pada dentin dengan sisa ketebalan kurang dari 0.5 mm, diperlukannya liner
Pada GIC, bevel tidak dibutuhkan untuk resisrrensi dan retensi sekunder.
margin yang halus dan rata agar mendapatkan kontak marginal serta adaptasi
tumpatan yang baik. Penghalusan dinding dan dasar kavitas menggunakan fine
finishing bur sampai halus dan rata. Pada kunjungan berikutnya penghalusan akhir
bisa dilakukan dengan menggunakan bur batu putih (white stone), bur tungsten
dentin, dinding email yang tidak sehat, atau kondisi yang membuat preparasi
Gambar II-18 Preparasi kavitas kelas III pada gigi kaninus sulung.
Permukaan distal gigi kaninus sulung sering kali menjadi area berkaries.
Posisi giginya dalam lengkung, lalu area kontak yang luas antara permukaan distal
kanin dengan mesial gigi molar sulung, dan ketinggian jaringan gingiva yang
kadang membuat preparasi dan restorasi kavitas kelas III menjadi sulit.
Modifikasi preparasi kavitas kelas III ini menggunakan dovetail pada lingual.
Preparasi ini membentuk retensi tambahan dan akses yang dibutuhkan untuk
insersi bahan restorasi dengan tepat. Modifikasi preparasi kelas III menggunakan
dovetail terkadang bisa diaplikasikan keduanya pada permukaan labial, yang sama
Gambar II-20 Aspek lingual dan labial pada preparasi modifikasi kelas III gigi kaninus
sulung rahang atas. Adanya dovetail meningkatkan bentuk retensi preprasi dan
memungkinkannya akses insersi bahan restorasi untuk memastikan kontak yang adekuat
dengan gigi sebelahnya.
untuk menghilangkan smear layer dan meningkatkan adhesi GIC pada dentin.
poliakrilat 10% yang diaplikasikan pada dinding preparasi sesuai instruksi pabrik
cairan GIC disesuaikan dengan instruksi pabrik untuk mencapai waktu kerja
(tidak lebih dari 45-60 detik). Penggunaan matriks servikal bening untuk
memberikan kontur pada restorasi. Lalu insersikan GIC pada gigi yang sudah
dilakukan preparasi dan dibentuk. Lepaskan matriks atau mylar strip secara
Adanya keluar masuk air GIC dalam 24 jam pertama akan menurunkan sifat
fisik dan estetik GIC, sehingga diperlukannya lapisan pelindung yang kedap air
karena GIC sudah mencapai keadaan ionic yang seimbang dengan lingkungannya.
Finishing dapat dilakukan menggunakan bur superfine, soflex disk, dan abrasive
strips dalam keadaan lembab. Setelah prosedur ini dilakukan, aplikasikan kembali
1. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd ed. New
2. Mustika MD, Carabelly AN, Cholil. Insidensi karies gigi pada anak usia
3. Rao A. Principles and Practice of Pedodontics. 3rd ed. New Delhi: Jaypee
http://jurnal.pdgi.or.id/index.php/ijpd/article/download/383/301/
6. Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. Canberra:
Mosby; 2013.
38
8. American Academi of Pediatric Dentistry. Pediatric Restorative Dentistry.
https://www.aapd.org/globalassets/media/policies_guidelines/bp_restorativede
nt.pdf
from: http://www.openscienceonline.com/journal/ijphr
10. Marwah N. Textbook of Pediatric Dentistry. 4th ed. New Delhi; 2018.
12. Craig RG, Powers JM, Wataha JC. Dental Materials: Properties and
14. Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent. 10th
15. Ningsih DS. Resin Modified Glass Ionomer Cement Sebagai Material
18. Srivastava VK. Modern Pediatric Dentistry. 1st ed. New Delhi: Jaypee
19. Asnani KH. Essentials of Pediatric Dentistry. 1st ed. New Delhi: Jaypee
20. Garg N, Garg A. Textbook of Operative Dentistry. 1st ed. New Delhi: Jaypee