Anda di halaman 1dari 16

0

RESUME LAPORAN KASUS


BIDANG ILMU KONSERVASI GIGI
PULP CAPPING

Dosen Pembimbing:
drg. Aris Aji Kurniawan, M. H

Disusun Oleh:
Arif Romadhona S
G4B017045

Komponen
Pembelajaran Resume Diskusi Tindakan Kontrol
Daring

Nilai

Tanda
Tangan
DPJP

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Pulpitis Reversible
Penyakit pulpa atau biasa disebut pulpitis adalah peradangan atau inflamasi dari
pulpa gigi sebagai akibat dari karies yang sudah masuk ke dalam pulpa, maupun
trauma ditandai dengan gejala utama berupa rasa sakit pada gigi. Terdapat beberapa
klasifikasi dari pulpitis salah satunya yaitu pulpitis reversible. Pulpitis reversibel
adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang mampu kembali
pada keadaan tidak terinflamasi setelah faktor penyebab ditiadakan. Rasa sakit yang
berlangsung sebentar dapat dihasilkan oleh rangsangan pada pulpa yang mengalami
inflamasi reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah faktor penyebab
dihilangkan (Chandra dkk., 2007).
Faktor-faktor yang menyebabkan pulpitis reversibel antara lain yaitu erosi
servikal gigi, karies tanpa adanya keterlibatan pulpa, atrisi oklusal, kesalahan dalam
prosedur operatif, kuretase perodontium yang dalam, dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka. Gejala-gejala pulpitis reversibel diantaranya
rasa sakit hilang saat stimulus dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik
periradikuler terlihat normal, dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika
terdapat trauma pada bagian oklusal. Pengobatan atau perawatan yang dilakukan
untuk pulpitis reversible yaitu dengan penumpatan atau restorasi sebagai usaha
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut (Anusavice dkk.,
2013).
B. Pengertian Pulp Capping
Pada saat terjadi pulpitis reversible, sel makrofag akan mendatangi area jejas.
Oleh sebab itu intuk menyembuhkan inflamasi tersebut maka dapat diberikan
perawatan dengan pulp capping. Perawatan pulp capping bertujuan untuk menginduksi
perbaikan pulpa. Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung
atau bahan untuk perawatan di atas pulpa yang terbuka yang akan merangsang
pembentukan dentin reparatif (Hilton, 2009).
2

C. Tujuan Pulp Capping


Tujuan pulp capping adalah untuk mencegah inflamasi pulpa akibat bakteri dan
iritan-iritan yang mengiritasi pulpa secara langsung maupun tidak langsung (melalui
tubule dentin) dan merangsang pembentukan dentin reparatif sehingga jaringan pulpa
dapat mempertahankan vitalitasnya (Hilton, 2009).
D. Macam Pulp Capping
Terdapat dua jenis perawatan pulp capping menurut Heasman (2013) yaitu
direct pulp capping dan indirect pulp capping
1. Direct Pulp Capping
Perawatan direct pulp capping adalah tindakan pemeliharaan pulpa gigi
yang terbuka dengan memberikan bahan pelindung. Tindakan direct pulp capping
biasanya dilakukan karena pulpa terbuka terbuka secara mekanis yaitu preparasi
kavitas yang berlebihan atau pulpa terbuka karena karies. Tujuan dari direct pulp
capping adalah merangsang pembentukan dentin reparatif oleh dentinal bridge,
yang akan menutup hampir keseluruhan pulpa yang terbuka (Njeh dkk., 2016).
Indikasi dari direct pulp capping yaitu:
a. Pulpa masih vital.
b. Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dan ukuran tidak
lebih dari 1mm2 .
c. Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan ukuran
kurang dari 1mm2 dan tidak ada gejala.
d. Usia dari pulpa.
Kontraindikasi dari direct pulp capping yaitu:
a. Adanya nyeri spontan.
b. Nyeri pada malam hari.
c. Pembengkakan.
d. Fistula.
e. Gigi goyah secara patologis.
f. Resorpsi akar ekterna atau interna.
g. Radiolusen di periapikal.
3

h. Kalsifikasi jaringan pulpa.


i. Perdarahan yang banyak pada tempat pulpa terbuka.
j. Terdapat pus.
(Kumala dkk., 2017)
Tahap perawatan direct pulp capping pada kunjungan pertama yaitu (a)
isolasi area kerja dengan rubber dam atau cotton roll, (b) preparasi kavitas dengan
membersihkan seluruh jaringan yang terdapat karies dengan bur low speed atau
high speed, atau menggunakan excavator, pada tahap ini yang menyebabkan
perawatan direct pulp capping dilakukan karena adanya perforasi pada dinding
pulpa, (c) kontrol bleeding dengan cotton pellet, (d) desinfeksi kavitas dengan
bahan desinfektan ringan, (e) aplikasi bahan pulp capping (Ca(OH)2 atau MTA)
pada bagian pulpa yang terekspos dan dinding pulpa sampai tertutup tanpa diberi
tekanan, (f) kelebihan bahan dibersihkan dan dibuang dengan excavator, (g)
aplikasi basis diatas bahan pulp capping, (h) tumpat kavitas dengan tumpatan
sementara. Pada kunjungan kedua dilakukan kontrol dan evaluasi perawatan pulp
capping dan dilakukan restorasi permanen apabila tidak ditemukan keluhan
(Ingle, 2009).

Gambar 1. Direct pulp capping


4

2. Indirect Pulp Capping


Indirect pulp capping adalah tindakan perawatan yang diberikan pada pulpa
gigi yang tidak terbuka atau masih tertutup oleh lapisan tipis dentin dengan
memberikan bahan pelindung. Pada teknik ini bahan pulp capping tidak
berkontak langsung dengan pulpa. Tujuan dari indirect pulp capping adalah akan
merangsang pembentukan dentin reaksioner (Njeh dkk., 2016).
Indikasi indirect pulp capping yaitu:
a. Gigi vital dengan karies profunda yang belum perforasi dengan lapisan dentin
yang tipis.
b. Tidak ada keluhan nyeri spontan.
c. Pada gigi sulung atau gigi dewasa muda yang kaya dengan suplai darah dan
daya tahan tubuh tinggi.
Kontraindikasi indirect pulp capping yaitu:
a. Gigi vital dengan pulpa meradang
b. Terdapat vistula
c. Kegoyahan gigi secara patologis
d. Terdapat resorbsi akar interna atau eksterna
e. Kalsifikasi pulpa
Tahapan perawatan indirect pulp capping pada kunjungan pertama yaitu (a)
isolasi area kerja dengan rubber dam atau cotton roll, (b) preparasi kavitas dengan
membersihkan seluruh jaringan yang terdapat karies dengan bur low speed atau
high speed, atau menggunakan excavator, (c) desinfeksi kavitas, (d) aplikasi
bahan pulp capping (Ca(OH)2 ) pada dinding pulpa, (e) aplikasi basis, dan (f)
tumpat kavitas dengan tumpatan sementara. Perawatan dilanjutkan pada
kunjungan kedua untuk dilakukan kontrol dan evaluasi perawatan pulp capping
dan dilakukan restorasi permanen apabila tidak ditemukan keluhan (Walton dan
Torabinejad, 2014).
5

Gambar 2. Indirect pulp capping


E. Bahan Pulp Capping
Saat ini banyak bahan yang tersedia sebagai prosedur perawatan pulp capping
antara lain yaitu:
1. Zinc Oxide Eugenol
Zinc Oxide Eugenol digunakan untuk direct pulp capping, namun masih
dipertanyakan karena kandungan eugenol bersifat sitotoksik. Selain eugenol
bersifat sitotoksik, eugenol juga memiliki manfaat dalam pengendalian nyeri
yaitu kemampuan memblokir transmisi impuls saraf. Zink oxide eugenol memiliki
kekurangan yaitu menyebabkan resorbsi internal dan tingkat kesuksesannya
hanya 55-57% sehingga sudah jarang digunakan (Torabinejad dkk., 2014).
2. Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida (Ca(OH)2 ) merupakan bahan pulp capping yang sering
digunakan pada perawatan endodontik karena kemampuannya dalam
penyembuhan jaringan. Kalsium hidroksida memiliki sifat mudah larut dalam
cairan mulut, basa kuat (pH 12) menyebabkam denaturasi protein pada membran
sel bakteri (bakterisidal) dan sebagai bakteriostatik karena bakteri tidak dapat
hidup pada pH tinggi, merangsang pembentukan dentin reparatif, menetralisir
asam dan merangsang remineralisasi.
6

Kalsium hidroksida mempunyai beberapa kekurangan, yaitu jika berkontak


dengan pulpa akan menyebabkan nekrosis koagulasi superfisial. Meskipun efek
toksik dari kalsium hidroksida dinetralisir pada lapisan pulpa yang lebih dalam
namun nekrosis koagulasi yang berbatasan dengan jaringan vital, menyebabkan
iritasi ringan pada pulpa. Pada proses penyembuhan, terjadi tunnel defect pada
pembentukan dentinal bridge yang akan memudahkan masuknya bakteri dan
memperlambat proses kesembuhan (McCabe dan Walls, 2014).
3. Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral trioxide aggregate (MTA) adalah bahan yang biasa digunakan pada
perawatan endodontik yaitu apeksifikasi dan apeksogenisis pada gigi permanen
muda, pulpotomi gigi disidui, dan pulp capping gigi permanen. Kelebihan MTA
dibandingkan dengan kalsium hidroksida yaitu sitotoksik rendah, tidak mudah
larut dalam cairan mulut, meraangsang regenerasi jaringan, pembentukan dentinal
bridge lebih cepat. Bahan MTA ini memiliki kandungan bioaktif yang secara
esensial dapat menstimulasi pelepasan bakteri dalam pulpa. MTA diaplikasikan
dengan cara dicampur dengan air yang steril agar bisa merekat dengan baik pada
jaringan pulpa gigi. MTA bersifat hidropilik yang bisa mengeras (setting time)
dalam waktu 3-4 jam
Teknik aplikasi mineral trioxide aggregate menurut Torabinejad (2014),
yaitu:
a. Pembersihan jaringan karies
b. Aplikasi MTA pada pulpa yang terekpos menggunakan amalgam plugger
c. Kondensasi MTA dengan cotton pellet lembab
d. Letakkan cotton pellet lembab di atas MTA dan tumpat dengan tumpatan
sementara (settting time 3 jam)
e. Tumpatan sementara dibuang, cotton pellet dikeluarkan pada pertemuan
berikutnya
f. Evaluasi perawatan pulp capping
g. Kavitas ditumpat dengan tumpatan permanen
7

BAB II
LAPORAN KASUS

Seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun datang ke RSGMP Universitas


Jenderal Soedirman Purwokerto karena ingin menambalkan gigi depan atas yang
berlubang. Pasien merasa malu karena gigi berlubangnya mengganggu penampilan.
Pasien pernah dan sedang malukan perawatan gigi sebelah. Pemeriksaan ekstraoral
pasien dalam kondisi baik. Pemeriksaan intra oral menunjukkan adanya karies yang
luas pada gigi 11 dengan kedalaman dentin. Karies terdapat pada mesial gigi dengan
melibatkan labial dan palatal gigi. Tes vitalitas menunjukkan gigi d alam batas
normal.
A. Identitas Pasien
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 42 tahun
B. Hasil Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Subjektif
Chief Complain : pasien ingin menambal gigi depan atas berlubang
Present Illness : pasien tidak mengeluhkan adanya rasa sakit
Past Dental History : pasien pernah dan sedang dilakukan perawatan
gigi sebelahnya
Past Medical History : t.a.k
Family History : t.a.k
Social History : pasien seorang ibu rumah tangga
2. Pemeriksaan Keadaan Umum: compos mentis
3. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan ekstraoral : t.a.k
Pemeriksaan intraoral : terdapat karies pada mesial gigi 11 dengan
kedalaman dentin, karies mengalami perluasan
pada labial dan palatal gigi, tes vitalitas tidak
ada kelainan
8

C. Kesimpulan Pemeriksaan
Berdasarkan pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan sedangkan pada
pemeriksaan intraoral diperoleh bahwa terdapat karies pada gigi 11, karies pada
mesial gigi dengan perluasan pada labial dan palatal gigi, tes vitalitas tidak ada
kelainan.
D. Penegakan Diagnosa
Diagnosa : pulpitis reversible gigi 46 (K04.01)
E. Rencana Perawatan
Pulp capping gigi 11 dilanjutkan perawatan restorasi kelas IV G.V. Black
F. Pembahasan
Penyakit pulpa yang dialami pasien adalah pulpitis reversible. Pulpitis
reversible adalah suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah faktor penyebab
ditiadakan. Gejala pulpitis reversibel diantaranya rasa sakit hilang saat stimulus
dihilangkan, rasa sakit sulit terlokalisir, radiografik periradikuler terlihat normal,
dan gigi masih normal saat diperkusi kecuali jika terdapat trauma pada bagian
oklusal (Chandra dkk., 2007).
Pulpitis reversible terjadi diawali dengan karies yang disebabkan oleh
bakteri yang memproduksi asam laktat, sehingga pH cairan disekitar gigi tersebut
menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi tersebut melarutkan mineral pada
permukaan gigi sehingga gigi menjadi erosi. Karies yang sudah mencapai dentin,
akan menyebar ke segala arah menjadi luas hingga sampai ke pulpa. Pulpa akan
merespon jika dilakukan tes pulpa, dan gejala yang timbul ringan, tidak
menyebabkan pasien menderita, hanya menimbulkan sensasi terluka yang
sementara dan hilang dalam hitungan detik. Pulpa yang terkena inflamasi
mengalami respon akut sehingga rasa sakit ditimbulkan karena adanya perubahan
permeabilitas vaskuler yang terjadi saat inflamasi akut (Anusavice dkk., 2013)
Pasien didiagnosa mengalami pulpitis reversible karena hasil tes vitalitas
pada pasien menunjukkan gigi masih vital dengan kedalaman dentin. Hal tersebut
diperkuat pada karakter pulpa yang memiliki sifat sensitif terhadap perubahan
9

temperatur, terutama dingin maka aplikasi dingin merupakan suatu cara yang
bagus untuk menemukan dan mendiagnosa gigi yang terlibat. Gigi dengan
pulpitis reversible secara normal akan bereaksi terhadap perkusi, palpasi, dan
mobilitas, dan pada pemeriksaan radiografi jaringan periapikal dalam batas
normal (Heasman, 2013).
Perawatan yang diberikan pada pasien berupa pulp capping pada gigi 11
dan akan dilanjutkan dengan restorasi komposit kelas IV G.V. Black. Perawatan
pulp capping dipilih dengan alasan karena kavitas sudah cukup dalam hingga
sampai pada dinding pulpa dimana gigi terkait masih dalam kondisi vital dan
dalam batas normal (Stephen dan Nesbit, 2017). Penatalaksanaan kasus pada
pasien yaitu
1. Kunjungan pertama
Pada kunjungan pertama perawatan yang diberikan yaitu (a) mengisolasi
area kerja dengan rubber dam atau cotton roll untuk mencegah kontaminasi
bakteri pada kavitas, (b) melakukan preparasi kavitas dengan membuang
seluruh jaringan yang terkena karies dengan low speed atau excavator, (c)
mendesinfeksi kavitas, (d) mengaplikasikan bahan pulp capping yaitu
Ca(OH)2 dengan cara mencampur base dan katalis dengan perbandingan 1:1
yang kemudian campuran Ca(OH)2 diletakkan pada dinding pulpa dan
diratakan, (e) membersihkan kelebihan bahan menggunakan excavator, (f)
mengaplikasikan basis dengan ketebalan 1-2 mm, (g) menutup kavitas dengan
tumpatan sementara, (h) menginstruksi pasien untuk datang pada kunjungan
keduan untuk dilakukan evaluasi perawatan (Njeh dkk., 2016).
2. Kunjungan kedua
Pada kunjungan kedua perawatan yang diberikan yaitu melakukan
anamnesa kepada pasien dan mengevaluasi jaringan terkait pada gigi 11.
Pemeriksaan radiografi dapat dilakukan untuk membantu dalam mengevaluasi
hasil perawatan pulp capping. Apabila pasien tidak merasakan keluhan dan
hasil evaluasi perawatan menunjukkan hasil yang baik maka perawatan
dilanjutkan dengan membuang tumpatan sementara pada kavitas dan
10

menumpat kavitas dengan menggunakan tumpatan permanen yaitu restorasi


komposit. Pasien diinstruksikan kembali satu minggu kemudian untuk kontrol
restorasi.
11
12
13
14
15

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K., Shen, C., Rawls, 2013, Phillip’s Science of Dental Material, Edisi 12,
Elsevier, St. Louis.
Chandra, S., Chandra, S., Chandra, G., 2007, Textbook of Operative Dentistry, Jaypee
Brothers Medical Publishers, New Delhi.
Heasman, P., 2013, Master Dentistry: Volume 2: Restorative Dentistry, Pediatric
Dentistry and Orthodontics, Edisi 3, Churcill Livingstone, Philadelphia.
Hilton, T., 2009, Keys to Clinical Success with Pulp Capping: A Review of the
Literature, Operative Dentistry, 34(5), 615–625.
Ingle, J. I., 2009, PDQ Endodontics, Edisi 2, People’s Medical Publishing House,
USA.
Kumala, Y. R., Rachmawati, D., Hersanto, K., 2017, Stimulasi Dentin Reparatif
Direct Pulp Capping Menggunakan Ekstrak Ikan Teri, Departemen
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.
McCabe, J. F., Walls, A.W.G., 2014, Bahan Kedokteran Gigi, Edisi 9, EGC, Jakarta.
Njeh, A. E., Uzunoglu, H., Ardila-Osorio, Simon S., Berdal A., Kellermann O., dan
Goldberg M., 2016, Reactionary and Reparative Dentin Formation After Pulp
Capping: Hydrogel vs Dycal, Evidence-Based Endodontics, 1(3), 1-9.
Stephen, J. S., dan Nesbit, S.P., 2017, Diagnosis and Treatment Planning in
Dentistry, Elsevier, Missoursi.
Torabinejad, M, 2014, Mineral Trioxide Aggregate: Properties and Clinical
Applications, Iowa, USA.
Walton, R.E., dan Mahmoud Torabinejad, 2014, Principles and practice of
endodontics, Philadelphia, USA.

Anda mungkin juga menyukai