Bilateral Oral Leukoplakia: A Case Report and Review on Its Potential for
Malignant Transformation (Leukoplakia Oral Bilateral: Laporan kasus dan
Tinjauan terhadap Potensi Transformasi Keganasan)
K. Tupakula Pavan, Ankita Kar, S. Reddy Sujatha, B. K. Devi Yashodha, Nagaraju Rakesh, V.
Shwetha Departments of Oral Medicine and Radiology, Faculty of Dental Sciences, M S
Ramaiah University of Applied Sciences, Bengaluru.
Disusun oleh:
Cynthia Deianira Dewi 160112190063
Gina Aulia Suwandi 160112190064
Nina Kusuma Hardini 160112190065
Bianca Saphira 160112190066
Meiva Patrecia S. 160112190077
Pembimbing:
drg. Theodora Adhisty Dwiarie
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................5
DAFTAR TABEL.........................................................................................................7
DAFTAR BAGAN........................................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................9
2.1.2 Anamnesis.............................................................................................10
3.1.1 Definisi.......................................................................................................16
3.2.1 Definisi.......................................................................................................34
3.2.2 Etiologi.......................................................................................................36
3.2.3. Patofisiologi...............................................................................................37
3.2.5 Diagnosis....................................................................................................41
3.2.6 Histopatologi..............................................................................................41
3.2.8 Penatalaksanaan..........................................................................................50
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................58
4.1 Etiologi..............................................................................................................58
4.3 Histopatologi.....................................................................................................58
4.4 Penatalaksanaan.................................................................................................59
4.5 Keganasan..........................................................................................................60
4.6 Displasia............................................................................................................61
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................65
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 3 Erythroleukoplakia6................................................................................20
PENDAHULUAN
(PMD) atau kondisi/lesi yang memiliki risiko keganasan. Oral leukoplakia diartikan
sebagai lesi putih pada mukosa oral yang tidak dapat digambarkan seperti lesi
lainnya. Leukoplakia juga diartikan sebagai plak putih dengan risiko keganasan yang
masih dipertanyakan setelah meniadakan penyakit atau kelainan lain yang tidak
memiliki risiko terjadinya kanker atau dikenal sebagai potentially malignant disorder
(PMD). Beberapa studi menyatakan bahwa 15.8-48% pasien dengan oral squamous
cell carcinoma memiliki keterkaitan dengan oral leukoplakia. Kesimpulan yang pasti
tentang transformasi keganasan pada leukoplakia oral masih belum tersedia, hal ini
mungkin disebabkan oleh investigasi tentang kondisi ini masih belum banyak
dilakukan di negara berkembang. Oleh karena itu, menentukan faktor penyebab yang
memiliki potensi tinggi mengubah leukoplakia oral menjadi bentuk ganas masih
diperlukan.3
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama Pasien :-
Usia : 49 tahun
2.1.2 Anamnesis
Mulut dan Radiologi dengan keluhan bercak berwarna putih (whitish patch) di dalam
rongga mulutnya sejak 4 minggu yang lalu. Pasien menyadari adanya lesi tersebut
ketika sedang menyikat gigi, dan pasien mengeluhkan pernah adanya rasa/sensasi
tahun dengan intensitas sebanyak 4-5 kali sehari. Riwayat medis pasien disangkal.
Disangkal
Kesadaran : TDL
Suhu : TDL
Pernafasan : TDL
Nadi : TDL
Kelenjar Limfe
Kanan : TDL
Kanan : TDL
Mata : TDL
TMJ : TDL
Bibir : TDL
Wajah : TDL
Lain-lain -
mukosa bukal kanan pada garis oklusi, diameter sekitar 1 cm x 2 cm (Gambar 1). Lesi
cm dari vestibulum bukal bawah. Lesi memiliki batas yang jelas dan tegas. Lesi yang
sama juga ditemukan pada mukosa bukal kiri dengan ukuran 1.5 cm x 1.5 cm
(Gambar 2). Lesi meluas ke anterior sampai ke 1 cm dari komisura bibir, meluas ke
posterior 4.5 cm dari regio trigonum retromolar. Ke arah superior lesi meluas sampai
ke 2.5 cm dibawah vestibulum bukal atas dan ke inferior berjarak 4 cm dari
vestibulum bukal bawah. Lesi memiliki batas yang jelas dan tegas. Permukaan lesi
memiliki tampilan yang kasar dan berkerut seperti cracked mud. Mukosa disekitarnya
palpasi di kedua lesi, temuan klinis dikonfirmasi ukuran, bentuk, dan perluasaannya.
Lesi tidak dapat discrap dan tidak lunak. Lesi tersebut meninggi sebanyak 0.5 mm
Gambar 3 Pewarnaan toluidine blue menunjukan adanya area retentif pada lesi
2) Biopi eksisi
Gambar 4 Penyembuhan area yang di biopsi
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Lesi prekanker pada mukosa rongga mulut adalah suatu penyakit yang
juga lesi premaligna dan juga disebut sesuatu yang berpotensi ganas pada rongga
mulut melibatkan lapisan yang melapisi jaringan pada kulit mulut (dikenal sebagai
epitel), meskipun potensi tersebut sangat sulit untuk diprediksi transformasi atau
Secara historis, tepatnya secara kilas balik pada tahun 1978, World Health
Organization (WHO) menetapkan dua definisi pada lesi prekanker rongga mulut
mana kanker lebih mungkin dapat terjadi pada bagian tersebut dibandingkan pada
bagian jaringan yang tampaknya masih normal, sedangkan kondisi prekanker adalah
suatu keadaan umum yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker yang
signifikan. Baru-baru ini hasil lokakarya WHO menyatakan bahwa untuk kedua
Disorders/PMDs).5
Potentially Malignant Disorders (PMDs) merupakan suatu risiko keganasan
yang terdapat di dalam sebuah lesi atau sebuah kondisi baik selama waktu diagnosis
1. Lesi Prekanker/Premalignan
1) Leukoplakia
berarti putih dan “plakia” yang berarti plak atau yang menempel. Istilah
untuk menggambarkan plak putih pada lidah. Sejak tahun 1980, World
berikut:6
(1) Sebuah plak putih atau plak yang tidak dapat dikarakterisikkan
(2) Sebuah lesi dominan putih pada mukosa mulut yang tidak dapat
didefinisikan.
(3) Sebuah plak putih yang patut dicurigai setelah diketahui memiliki
dengan karakter:5,7
(1) Adanya pola keratinisasi
disertai acanthosis
epitel
dengan bentuk white patches, lesi ini sering terjadi 70% di mukosa bukal,
area sudut mulut, bibir bawah, dasar mulut, palatum, dan gingiva. Gejala
klinis berupa rasa tidak nyaman sepeti ada rasa tebal pada bagian mukosa,
pada tipe ulcerated atau nodular biasanya disertai burning sensation, dan
2) Erythroplakia
(1) Suatu lesi dengan warna merah terang, plak seperti beludru yang
(2) Area kemerahan yang tidak dapat didiagnosis sebagai lesi pasti
lainnya.
Lesi ini sering ditemukan di bawah lidah, dasar mulut, alveolar ridge,
dan palatum lunak. Gambaran klinis lesi biasanya berbatas jelas, warna
merah pada lesi merupakan akibat dari atrofi mukosa yang menutupi
Gambar 3. 3 Erythroleukoplakia6
Hansen, et al., pada tahun 1985 dengan definisi adalah bentuk leukoplakia
oral yang berbeda dan sifatnya yang agresif. Secara klinis, PVL tampak
pada mukosa rongga mulut sebagai plak putih multifocal atau plak dengan
dengan pembedahan.8
4) Viadent leukoplakia
adalah bercak atau plak putih yang disebabkan oleh obat kumur
5) Candida leukoplakia
yang pertama kali dilaporkan oleh Cernea, et al., pada tahun 1965.
dengan plak yang mengeras, putih, dan kasar pada bagian pipi, bibir,
palatum, dan lidah. Secara umum, displasia epitel terjadi lebih sering pada
sering terjadi pada pasien dengan kelas sosial ekonomi yang rendah dan
lebih sering terjadi pada wanita (91.3%). Frekuensi keterlibatan oral tinggi
(97.8%) dengan daerah yang paling sering terkena adalah palatum dan
perubahan pada rongga mulut karena bahan kimia, panas, dan gesekan
melanin terjadi pada kasus ini, sebagai reaksi pelindung terhadap panas
7) Verrucous hyperplasia
Pind-bord pada tahun 1980 sebagai plak putih yang luas dan tebal.
merokok, dan minum alkohol. OVC adalah tumor ganas yang ditandai
9) Dyskeratosis congenital
dengan distrofi pada kuku, pigmentasi retikuler kulit, dan oral leukoplakia.
dari kelainan tersebut adalah plak atrofi difus sulit diidentifikasi, erosive,
11) Keratocanthoma
kawah berisi keratin. Hal tersebut sering terjadi pada area yang terpapar
menyamar secara histologi sebagai OSCC tetapi secara klinis dan histologi
sebenarnya lesi tersebut dapat dibedakan dengan lesi OSCC, sevav OSCC
garis yang tajam antara tumor dan stroma. Pada bagian histopatologis
mukosa. Lesi tidak teratur, datar, bercak putih terjadi pada fibrosis
dari OSF adalah adanya pita fibrosa yang apabila diraba atau palpasi
2. Kondisi Prekanker/premalignan
tidak merubah gambaran klinis pada jaringan disekitar tetapi memiliki resiko tinggi
untuk berkembang menjadi lesi kanker pada jaringan itu sendiri. Kondisi prekanker
yang dapat berkembang menjadi kanker yaitu lichen planus, discoid lupus
disease.
pada mukokutan yang umum terjadi. Pasien umunya berumur lebih dari 40
tahun dan jarang terjadi pada anak-anak. Penyakit ini paling banyak
menyerang wanita, yaitu sekitar 65%. Gambaran klinis dari oral lichen
planus dapat berupa lesi retikular, erosif, atrofi, bula, ulseratif, papula, dan
seperti plak. Pada rongga mulut lichen planus paling sering ditemukan di
mukosa bukal posterior, lidah (lateral dan dorsal), gingiva, palatum, dan
vermilion border. Oral lichen planus dilaporkan memiliki resiko
setelah 10 tahun. Oleh karena itu pemeriksaan oral lichen planus harus
gambaran klinis plak berkeratin dengan batas yang timbul, disertai striae
putih dan telangiectasia. Lesi DLE paling sering terjadi di pipi, bibir, dan
palatum. DLE terjadi pada kurang dari 5 dari 10.000 orang dan paling
sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio 1.8:1. Frekuensi
DLE terjadi pada ronggan mulut lebih sedikit dibandingkan pada kulit,
yaitu sekitar 20% dari kasus yang ada. Perubahan keganasan dari DLE
menyatakan 5,5% SCC yang terjadi pada bibir bawah berkembang dari
terapi DLE.
dan dystrophic. Setiap tipe memiliki bentuk kelainan yang berbeda. Pada
rongga mulut paling sering ditemui adalah tipe junctional dan dystrophic
yang memiliki gambaran klinis berupa bula atau vesikel disertai trauma
paling sering berubah menjadi ganas. Pada rongga mulut, mukosa lingual
dengan EB tipe junctional terjadi pada orang dewasa sebanyak 25% dari
diikuti oleh lidah, mukosa bukal, mukosa vestibular, dasar mulut, palatum
3.2.1 Definisi
Leukoplakia adalah sebuah lesi oral precencer yang berpotensi malignan, pada
tahun 1972, WHO menyebutkan lesi precancer sebagai jaringan yang berubah secara
morfologi tempat cancer lebih sering muncul dibandingkan dengan jaringan normal.
Lesi paling banyak diakui dan dijumpai pada kavitas oral yaitu leukoplakia dan
erythroplakia. Leukoplakia di definisikan sebagai "patch putih atau plaque yang tidak
bisa dicirikan secara klinis atau patologis sebagai ciri penyakit lain".
Definisi ini tidak memiliki konotasi histologis dan digunakan dengan tepat
presentasi/keberadaan klinis dan histologis, tapi total risiko seumur hidup pada
berwarna putih atau campuran merah/putih, bercak atau plaque yang tidak dapat
Leukoplakia memiliki tanda dan gejala bisa disertai ataupun tidak disertai nyeri.
merupakan lesi awal sedangkan lesi non homogenus yaitu noduler, verrucous,
daripada kurang dari 1 cm, usia semakin tua semakin berbahaya, wanita lebih rentan
3.2.2 Etiologi
ini hanya terdapat sekitar 13,5%, pada total kelompok leukoplakia. Peran kandida
pada korelasi dengan tipe klinis dan histologis dysplasia menghasilkan evaluasi
positif pada studi literatur. Infeksi Candida albicans dan keberadaan stimulus
tinggi untuk berkembang menjadi kanker (25,9%). Sejumlah agen etiologi lokal
leukoplakia. True leukoplakia adalah yang paling sering terkait dengan penggunaan
tembakau, lebih dari 80% pasien dengan leukoplakia adalah perokok. Perkembangan
leukoplakia pada perokok tergantung dosis dan durasi yang digunakan, seperti yang
dicontohkan perokok berat memiliki insidensi lebih sering daripada perokok ringan.
leukoplakia, tapi alkohol diperkirakan sebagai promoter yang berperan sebagai efek
sinergik kuat dengan tobacco dan relatif pada perkembangan leukoplakia dan kanker
oral. Agen lainnya yaitu sinar matahari (terutama radiasi ultraviolet) diketahui sebgai
faktor etiologi untuk pembentukan leukoplakia pada garis vermilion pada bibir
bawah. Candida albicans sering ditermukan pada bagian histologsi dan secara
konsisten (60% kasus) diidentifikasikan dalam nodular leukoplaki tapi jarang (3%)
untuk produksi lebih banyak keratin atau transformasi malignan masih belum
telah diidentiifkasikan dalam beberapa oral leukoplakia. Peran dari virus ini masih
3.2.3. Patofisiologi
tahun. Prevelensi meningkaat cepat seiring dengan pertambahan usia biasanya pada
laki-laki dan sebanyak 8% laki laki diatas 70 tahun dilaporkan terdapat leukoplakia
sama dengan rata-rata usia pasien dengan kanker oral. beberapa peneliti melaporkan
leukoplakia telah ditemukan muncul sekitar 5 tahun lebih awal sebelum squamosa
oral sel karsinoma. Kurang lebih 70 % oral leukoplakia ditemukan pada vermilion
bibir, mukosa bukal, dan gingiva atau Lesi pada lidah, vermilion bibir, dan dasar
mulut. Namun terhitung 90% yang menunjukan dysplasia atau carcinoma. Lesi
individual dapat memiliki variasi klinis dan dapat berubah seiring dengan
perkembangan waktu. Lesi awal dan ringan muncul plak keabuan atau putih-keabuan
sedikit terangkat, yang dapat muncul translusen, berfisur, atau berkerut biasanya
lunak dan datar. Lesi biasanya bergaris tajam terdemakrasi tapi kadang bercampur
Leukoplakia ringan atau tipis, yang jarang menunjukan displasia pada biopsi,
dapat menghilang atau lanjut tidak berubah. Untuk perokok tembakau yang tidak
mengurangi kebiasannya 3-4 lesi perlahan melebar secara lateral, bertambah tebal,
Mukosa yang terpapar menjadi kasar ketika di palpasi, fisur bertambah dalam,
dan menjadi lebih banyak. Pada tahapan ini, lesi sering disebut homogen atau
permukaan, dan kemudian disebut granular atau nodular leukoplakia. Beberapa lesi di
demonstrasikan proyeksi tajam atau tumpul yang kemudian disebut veruucous atau
untuk menyebar secara perlahan dan melibatkan daerah mukosa oral tambahan
Walaupun lesi umumnya dimulai sederhana, datar hiperkeratosis yang tidak bisa
dibedakan dari lesi leukoplakia biasa, PVL persisten tumbuh akhirnya menjadi
exophytic dan verrucosa. Lesi yang terus bertumbuh, kemudian tidak dapat
Lesi ini jarang regresi meskipun diterapi dan PVL tidak biasa diantara variasi
Namun, beberapa lesi akhirnya tersebar kemerahan atau disebut juga dengan
erytoplakia. daerah ini biasanya menunjukan sisi sel epitelial arc immatur atau
karena biopsy, beberapa leukoplakic adalah campuran pada beberapa fase atau
subtipe. karena ini mungkin saja untuk dilakukan biopsi pada sis lesi dengan potensi
mukosa bukal, gingiva, dan dasar mulut. Leukoplakia pada daerah palatum, maxillary
alveolar ridge, bibir bawah, dan area retromolar lebih jarang terjadi. Lesi pada lidah,
vermilion bibir, dan dasar mulut lebih dari 90% menunjukkan dysplasia ataupun
keganasan.1,19 Bentuk dan daerah terjadinya lesi bermacam – macam tergantung dari
awal terjadinya lesi dan tiap individu akan berbeda. Oleh karena itu, leukoplakia
dapat terjadi dimanapun dalam rongga mulut dan biasanya bersifat asimptomatik 20.
3.2.5 Diagnosis
dan histopatologi merupakan gold standard untuk mendiagnosis lesi yang terjadi.
Biopsi harus dilakukan pada area klinis yang dicurigai, yaitu permukaan yang
kemerahan, adanya penebalan epitel, dan area yang simptomatik. Pasien dengan
membantu operator menentukan dareah yang akan di biopsi. Teknik biopsi yang
utama digunakan pada lesi mukosa yang dicurigai mengalami premalignansi atau
3.2.6 Histopatologi
atau tanpa dysplasia (Gambar 3.22). Dysplasia yang terjadi beragam mulai dari ringan
s.d. berat. Dysplasia dapat ditemukan pada leukoplakia tipe homogen, tetapi lebih
banyak ditemukan pada leukoplakia tipe non homogen dan eritroplakia. Epitel
dysplasia merupakan terminologi untuk lesi precancer pada epitel squamosa berlapis
dikarakteristikkan dengan gambaran atypia sel dan loss of normal maturation short of
carcinoma in situ.
(perubahan lapisan sel pada 1/3 bawah epitel diikuti atypia sitology).
midportion lapisan spinosum (perubahan lapisan sel terjadi meluas s.d. 2/3
epitel).
3. Severe dysplasia : perubahan lapisan sel terjadi meluas lebih dari 2/3
yang tidak teratur, sedangkan atypia mengacu pada inti sel yang abnormal (Tabel 1).
karakteristik khusus dysplasia secara makroskopis terlihat (1) drop shape epithelial
ridge, (2) sel basal yang banyak, (3) epitel stratifikasi yang irregular, (4) mitosis yang
pattern” disebut carcinoma in situ. Carcinoma in citu merupa perubahan epitel kearah
lengkap dan terperinci, sehingga dapat menentukan rencana perawatan yang tepat dan
sesegera mungkin. Ukuran lesi, warna, homogenitas, area disertai perubahan nodular
atau verrucous, ulserasi, kemerahan atau speckling dan apakah terletak di lokasi
Catatan fotografi atau diagram sangatlah berguna untuk memantau perubahan selama
penanganan, di mana perubahan sifat lesi adalah tanda yang perlu dikhawatirkan. Jika
ditemukan indurasi (tonjolan keras pada palpasi yang disebabkan oleh fibrosis
yang dilakukan adalah menentukan apakah lesi tersebut dapat dihilangkan dengan
kain kasa atau tongue blade. Jika lesi tersebut dapat dihilangkan, mungkin lesi
Jika lesi ditemukan pada mukosa bukal secara bilateral, maka kondisi
herediter, teraan gigitan (cheek chewing), lichen planus, dan lupus erythematosus
(LE) perlu dipertimbangkan. Jika pasien mempunyai riwayat trauma kronis atau
akibat gesekan atau terkait tembakau. Ketika leukoplakia ditemukan pada daerah
biopsi harus dilakukan. Pada lesi yang luas, biopsi berulang mungkin diperlukan
secara klinis (area merah, ulserasi, atau indurasi) harus dimasukkan dalam area yang
akan dibiopsi.1
didiagnosis sebagai keratosis jinak dengan hasil biopsi yang menunjukkan 97%
gesekan kronis dan muncul sebagai plak putih atau papula asimptomatik di linggir
alveolar rahang bawah atau rahang atas, gingiva atau retromolar pad, atau pada area
Pada linggir edentulous atau situs Di mukosa bukal bagian Bercak putih yang tidak sesuai
lain yang rentan terhadap trauma komisura. Tidak ada tanda dengan kondisi lain secara klinis
dari gigi, gigi tiruan atau bahan KG khusus yang menunjukkan
lainnya potensi keganasan
Penilaian risiko displasia atau
karsinoma dari riwayat dan
Biopsi untuk mengkonfirmasi gambaran klinis, terutama
Biopsi untuk mengkonfirmasi bukan displasia
bukan displasia jika ditemukan lokasi, area merah terkait dan
di lokasi berisiko atau pasien kebiasaan tembakau
Kemungkinan chronic
memiliki kebiasaan hyperplastic candidosis
tembakau/alkohol. Biopsi, jika tidak ada risiko
keganasan / displasia
Serta berkurang ketika sumber Chronic hyperplastic Tidak ada diagnosis spesifik secara
iritasi dihilangkan. candidosis terkonfirmasi histologis/klinis (leukoplakia)
Kondisi khusus ditemukan
Kemungkinan pada biopsi
keratosis friksional Rencana perawatan disesuaikan
yang bisa menjadi dengan derajat displasia dan Leukoplakia
displasia. faktor risiko klinis
Bagan 3. 2 Diagnosis Banding Leukoplakia (lanjutan.1)23
Lesi bilateral dan simetris
Biopsi hanya jika secara Biopsi diindikasikan Biopsi untuk Biopsi jika secara klinis Biopsi jika diagnosis
klinis tidak biasa untuk mengkonfirmasi mengkonfirmasi bukan yang tidak biasa meragukan, atau jika
gangguan mukosa genetik diagnosis untuk pengobatan
lain, jika ada tanda klinis kondisi yang mendasarinya
Fordyce’s spots Kemungkinan yang tidak biasa Kemungkinan (mis. infeksi HIV)
(kelenjar lichen planus leukoedema
sebaceous)
Kemungkinan white Kemungkinan hairy
sponge nevus leukoplakia
Bagan 3. 3 Diagnosis Banding Leukoplakia (lanjutan.2)23
3.2.8 Penatalaksanaan
sehingga perlu penentuan tata laksana yang tepat. Ketika suatu lesi secara klinis
selama 2-4 minggu kembali untuk menilai semua faktor penyebab yang
memungkinkan munculnya lesi tersebut. Jika tidak ada faktor penyebab yang
dengan biopsi. Namun, jika ditemukan faktor penyebab yang telah dihilangkan, maka
perlu dilakukan observasi selama 2-4 minggu untuk melihat respon lesi tersebut.
Respon yang baik akan diperoleh lesi yang dapat didefinisikan dan ditentukan metode
penatalaksanaan yang sesuai, jika tidak maka perlu dilakukan biopsi. Hasil biopsi
akan menunjukkan adanya tanda displasia atau tidak kemudian baru ditentukan
Lesi dapat didefinisikan Lesi tidak dapat didefinisikan Lesi dapat didefinisikan
(penatalaksanaan yang sesuai) - Displasia (penatalaksanaan yang sesuai)
- Tanpa displasia
- Perawatan / observasi
- Follow-up
Bagan 3. 4 Penentuan Tata Laksana dari Diagnosis Klinis Sementara20
Pada leukoplakia tanpa perubahan epitel displastik atau atipikal,
daerah baru yang mencurigakan. Jika lesi leukoplakia didiagnosis sebagai displastik
ringan, beberapa penilaian klinis harus dilakukan dalam menangani pasien. Jika tidak
ada faktor penyebab yang jelas dan lesi kecil, maka pengangkatan lesi adalah cara
terbaik. Namun pada ukuran atau lokasi lesi yang kurang menguntungkan perlu
dilakukan pengawasan lebih lanjut dan pemeriksaan oral yang terperinci disertai
perbandingan foto atau diagram pada setiap kunjungan pasien dalam rangka
mendeteksi perubahan lesi. Kemudian, faktor risiko pasien harus diatasi, seperti
mengontrol infeksi kandida di dalam mulut. Intervensi diet juga diperlukan untuk
membentuk diet seimbang. Konsumsi buah dan sayur diketahui dapat mengurangi
perkembangan kanker.1,23
Lesi yang disertai displasia sedang hingga berat harus menerima semua
eksisi pada seluruh area yang berpotensi keganasan menjadi tidak mungkin. Eksisi
lesi hanya dilakukan pada area dengan risiko tertinggi. Pilihan pengobatan ablasi
untuk lesi dengan risiko tinggi antara lain bedah eksisi, penggunaan laser pada eksisi,
spesimen yang diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya derajat displasia atau
karsinoma yang lebih tinggi. Penggunaan laser pada eksisi dinilai lebih toleransi dan
fotodinamik dan agen kemoterapi topikal atau retinoid sistemik terbukti tidak berhasil
leukoplakia idiopatik bahkan setelah pengangkatan total. Saat ini belum ada metode
yang dapat memprediksi lesi mana yang akan kambuh dan mana yang tidak.
Meskipun risiko transformasi ganas leukoplakia oral rendah, tindak lanjut jangka
Sampai saat ini, belum ada konsensus yang dicapai tentang penatalaksanaan
dan tindak lanjut leukoplakia oral. Pemeriksaaan ulang yang berkala adalah langkah
yang paling direkomendasikan. Setelah bedah eksisi, perlu dilakukan observasi dan
follow-up setiap tiga bulan pada tahun pertama. Jika tidak terjadi kekambuhan,
interval follow-up dapat diperpanjang menjadi setiap enam bulan sekali. Biopsi baru
dilakukan jika terdapat lesi baru yang muncul. Setelah lima tahun tanpa kekambuhan,
lesinya.20
Bagan 3. 5 Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukoplakia1
leukoplakia yang terkait kandida juga berkurang setelah pemberian obat antijamur
dan diikuti penghentian merokok dan displasia juga dapat menurun. Beberapa tata
A. Chemoprevention
kimia yang dimaksud berupa senyawa alami atau sintetis, zat gizi mikro atau non-
nutrisi.2
oral. Retinoid adalah analog sintetis dan alami dari vitamin A. Retinoid
secara alami dapat berupa retinol, retina, asam retinoat dan metabolitnya.
meningkatkan respon imun anti tumor baik secara langsung atau melalui
periode 3-18 bulan pada 72% lesi hiperkeratosis dan 25% leukoplakia
sebanyak 1,5 mg/kg per hari selama 3 bulan diikuti oleh 0,5 mg/kg per
signifikan.2
pembedahan.2
5. Vitamin E
pasien dan respon histologis tanpa efek samping yang serius. Studi lain
leher dan lesi premalignan pada manusia. PDT melibatkan penggunaan sinar laser
diberikan secara sistemik dan dipertahankan secara selektif dalam lesi. Menurut
Sciubba (1995), keuntungan dari jenis perawatan ini yaitu inaktivasi perubahan klinis
yang tidak terdeteksi, sedikit merusak jaringan normal dan morbiditas minimal,
namun mempunyai kelemahan yaitu fotosensitifitas kulit yang dapat bertahan selama
podofilin atau bleomycin telah menyebabkan beberapa regresi atau bahkan perubahan
total pada displasia dan lesi klinis. Hasil penelitian Hayasaki et al (1977)
lesi ganas tetapi efektif dalam menghilangkan leukoplakia pada mukosa mulut.2
Leukoplakia
Agen antijamur topik al - Cand ida
cream (clotrim azole) , 3x sehari selama
s eminggu
PEMBAHASAN
4.1 Etiologi
leukoplakia. Etiologi leukoplakia dipercaya menjadi afilasi kausal antara lain trauma
virus herpes simpleks, virus HIV, dan juga kurangnya konsentrasi serum β – karoten
dan vitamin A.
menjadi dua subtipe: Homogen dan Non-homogen. Dalam kasus ini, lesi secara klinis
terlihat seperti plak putih dengan permukaan tekstur keriput, yang biasanya
4.3 Histopatologi
derajat displasia epitel. Perubahan histologis bisa disadari ketika adanya tanda-tanda
displasia. Mungkin diikuti oleh hilangnya integritas susunan sel epitel temuan ini
transformasi keganasan lebih tinggi menjadi kanker mulut telah dikaitkan dengan
4.4 Penatalaksanaan
yang terlihat pada epitel. Berbagai penelitian telah melaporkan bahwa semua lesi OL
harus diobati terlepas dari ada tidaknya perubahan displasia. Berbagai modalitas
ini berfungsi sebagai manajemen konservatif, khususnya pada pasien yang mengenai
area mukosa mulut yang lebih luas, atau pada pasien yang secara medis terganggu
regresi lesi yang signifikan, tetapi uji coba terkontrol secara acak untuk tatalaksana
konvensional memerlukan eksisi lesi. Dapat disertai dengan atau tanpa penempatan
cangkok kulit (skin graft) atau bahan pembalut lainnya. Metode ini seringkali tidak
dilakukan pada lesi yang menyebar luas atau pada lokasi anatomi yang kompleks.
Morbiditas yang terkait operasi juga kurang tepat untuk lesi yang ekstensif.
Kerusakan terkait operasi juga membuatnya kurang tepat untuk lesi yang luas.[5]
4.5 Keganasan
keganasan pada OL. [6] Investigasi multivariat telah mengusulkan bahwa jenis lesi,
usia, area yang terkena, dan displasia dianggap sebagai faktor risiko yang
independen. [3,5]
Penampilan
- Lesi merah dan putih yang bervariasi, seperti yang terlihat pada leukoplakia
keganasan.
Area yang terlibat dan usia merupakan indikator prediktif untuk terjadinya
transformasi keganasan.
- Telah dilaporkan bahwa lesi yang mempengaruhi lidah atau dasar mulut
- Selain itu, pada lesi dengan diameter lebih besar (> 200 mm) pada bukan
- Pasien berusia > 60 tahun dengan lokasi lesi pada batas lateral lidah atau pada
4.6 Displasia
Displasia epitel telah dipandang menonjol sebagi indikator paling vital pada
dan eritroplakia. Multivariat analisis yang dilakukan pada studi kasus kontrol
kepercayaan 95% : 1,5 – 7,4). Bremmer et al, melakukan sebuah peneitian yang
menunjukkan DNA aneuploidi berhubungan dengan progresi kanker (HR: 3.7, 54%
sensitifitas dan 60% spesifitas). Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
lesi DNA aneuploidi memiliki risiko yang lebih tinggi bertransformasi menjadi
Ekspresi berlebih atau kurang dari suatu biomarker dianggap memiliki nilai prediksi
yang signifikan pada pemeriksaan standard histologi. Pemeriksaan sitologi oral telah
terbukti efisien sebagi pemeriksaan lesi displastik, tetapi variabillitas yang tinggi
dalam hasil sebagai false positif dan false negative menjadi batasannya. Tingkat
prevalensi OL diperkirakan 1,4 – 22% dan ditemukan 6 kali lebih tinggi pada
KESIMPULAN
merupakan terminologi klinis untuk plak putih atau patch yang tidak dapat discrap.
Lesi tersebut tidak dapat diklasifikasikan secara klinis atau patologis ke dalam
penyakit lain dan tidak dapat dikaitkan dengan etiologi yang spesifik. Gambaran
klinis OL adalah lesi berwarna putih atau lesi putih disertai merah dengan plaque
yang tidak dapat dikerok. Seiring waktu massa, tonjolan, ulserasi, dan/atau indurasi
terbentuk. Leukoplakia memiliki tanda dan gejala yang bisa disertai nyeri ataupun
tidak.
idiopatik. Faktor risiko yang paling umum adalah penggunaan tembakau pada
pada leukoplakia yang terinfeksi candida tinggi. Candida merupakan faktor risiko
lesi yang terjadi. Biopsi harus dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat
1. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral Pathology: Clinical Pathologic
Correlations. 7th ed. Philadelphia: Elsevier - Health Sciences Division; 2016.
2. Ongole R, N PB. Textbook of Oral Medicine, Oral Diagnosis and Oral
Radiology. 2nd ed. New Delhi: Elsevier Health Sciences; 2013.
3. Pavan KT, Kar A, Sujatha SR, Yashodha BKD, Rakesh N, Shwetha V.
Bilateral oral leukoplakia: A case report and review on its potential for
malignant transformation. Int J Clin Correl. 2019;3(1):19–21.
4. Yardimci G, Kutlubay Z, Engin B, Tuzun Y. Precancerous lesions of oral
mucosa. World J Clin Cases. 2014;2(12):866–73.
5. Shafer WG, Hine MK, Levy BM. Shafer’s textbook of oral pathology. 8th ed.
New Delhi: Elsevier; 2016.
6. Mortazavi H, Baharvand M, Mehdipour M. Oral Potentially Malignant
Disorders: An Overview of More than 20 Entities. J Dent Res Dent Clin Dent
Prospect Rev. 2014;8(1):9–13.
7. Ishikawa G, Waldron C. Color atlas of oral pathology. 1st ed. New Delhi:
A.I.T.B.S Publisher & Dstributors; 1999.
8. Lewis MAO, Lamey P-J. Oral Medicine in Primary Dental Care. 4th ed.
London: Springer; 2019.
9. Langlais R, Miller C, Nield GJ. Color Atlas of Common Oral Diseases. 4th ed.
USA: Lippincott William & Wilkins; 2009.
10. Eversole LR. Sanguinaria-associated oral leukoplakia, comparison with other
benign and dysplastic leukoplakia lesions. 2000;89(4):455–64.
11. Sitheeque MAM, Samaranayake LP. Chronic hyperplastic
candidosis/candidiasis (candidal leukoplakia). Crit Rev Oral Biol Med.
2003;14(4):253–67.
12. Oktaviani PD, Wahjuningsing E, Andriani D. Efektivitas Suplementasi
Teripang Emas (Stichopus Hermanii) Dalam Mencegah Terjadinya Oral
Candidiasis Pada Tikus Wistar. J Kedokt Gigi. 2018;12(1):9–15.
13. Suvarna R, Rao PK, Kini R, Bandarlar GP, Kashyap RR, Rao D. A Case of
Smoker’s Keratosis. J Dent Oral Biol. 2018;3(2):3–4.
14. Grover S, Jha M, Sharma B, Kapoor S, Mittal K, Parakkat NK, et al.
Verrucous Hyperplasia. 2017;17(February):98–102.
15. Agnihotri A, Agnihotri D. Verrucous carcinoma : A study of 10 cases.
2012;3(2):1–5.
16. Noto Z, Tomihara K, Furukawa K, Dyskeratosis MN. Dyskeratosis congenita
associated with leukoplakia of the tongue. Int J Oral Maxillofac Surg.
2016;35–8.
17. Khammissa RAG, Feller L. Actinic Cheilitis : A Case Report and a Review of
the Literature. 2014;5(1):101–6.
18. Gulati S, Pandiar D, Kakky S, Jiwane AY, Balan A. Keratoacanthoma of
Upper Lip : Review and Report of Case Managed Surgically. 2015;9(10):8–10.
19. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Chi AC. Oral and Maxillofacial
Pathology. 4th ed. Vol. 53. Canada: Elsevier, Inc; 2016. 1689–1699 p.
20. Burket LW, Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral medicine: diagnosis &
treatment. 12th ed. Linda H. Mehta, editor. India: Jaypee Brothers Medical
Publishers, Ltd.; 2015.
21. Deliverska elitsa G, Petkova M. Management of Oral Leukoplakia - Analysis
of the Literature. J IMAB - Annu Proceeding (Scientific Pap.
2017;23(1):1495–504.
22. Poh CF, Ng S, Berean KW, Williams PM, Rosin MP, Zhang L. Biopsy and
histopathologic diagnosis of oral premalignant and malignant lesions. J Can
Dent Assoc (Tor). 2008;74(3):283–8.
23. Odell EW. Cawson’s Essential of Oral Pathology and Oral Medicine. 9th ed.
London, United Kingdom: Elsevier Health Sciences; 2017.